Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ANALISIS KASUS KECELAKAAN TERHADAP PROYEK DERMAGA IV PELABUHAN


MERAK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Besar MK3L Semester 1

Dosen Pengampu:

JOKO SETIONO,ST .,M.MT.

Disusun Oleh:

1. AULIA KHARISMA NABILA PUTRI (2131310036) ABSEN 06


2. MUHAMMAD TRI BUDI SEPTIAWAN (2131310067) ABSEN 17
3. NUR MUHAMMAD SYAHRU RAMADHANA (2131310024) ABSEN 21

JURUSAN TEKNIK SIPIL


D-III TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kasus
Senin (30/8/2021) telah terjadi sebuah kecelakaan kerja yang bertempat di Dermaga 4 Pelabuhan Merak
Banten. Dari kecelakaan tersebut terdapat tiga orang yang menjadi korban dari kecelakaan kerja tersebut,
ketiga orang tersebut dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka yang cukup serius, namun satu dari
ketiga orang tersebut meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit. Kejadian kecelekaan kerja ini terjadi
pada jam 16.40 WIB, berdasarkan informasi yang berasal dari Liputan6.com, peristiwa ini diawali dengan
pekerja yang memindahkan coran dari mobil ke tiang pancang menggunakan crane. Tiba tiba tali pengikat
tersebut putus dari ketinggian 10 meter yang membawa pekerja dan peralatan. Tali tersebut bisa terputus
dikarenakan mengikat sebanyak 3,5 ton beban yang diangkat, polisi pun menduga jika kejadian tersebut
dikarenakan adanya kelebihan beban.
1.2 Proses Penyelidikan/Penyelesaian
Tim dari Satreskim Polres Cilegon melakukan olah TKP. Disana para tim juga memanggil beberapa saksi di
lapangan untuk dimintai keterangan. Selain meminta keterangan dari saksi di lapangan, tim juga meminta
keterangan kepada perusahaan, termasuk meminta keterangan kepada saksi ahli. Sedangkan untuk
keterangan kegiatan polisi akan memintai keterangan dari beberapa pihak terkait.
Menurut sumber lain, yaitu indosafety mengatakan bahwa Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Banten,
menghentikan seluruh operasional proyek yang dilakukan di pelabuhan merak hingga proses penyelidikan
selesai dilakukan oleh pihak kepolisian setempat. Hal tersebut merupakan langkah yang tepat dan tealh
menaati SOP yang berlaku. Langkah tersebut merupakan tindakan pertama yang dilakukan untuk melakukan
investigasi kecelakaan kerja fatal. Dari kecelakaan fatal tersebut sudah terdapat 7 saksi yang dimintai
keterangan oleh pihak yang berwajib, yaitu dua orang dari PT Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan/ASDP (Persero), tiga orang dari PT Hydro Power Technology Energy selaku mitra kerja,
dua orang dari PT Gakesa Prakasa Inspector Sipil selaku konsultan proyek. Pemeriksaan tersebut dilakukan
untuk menggali lebih dalam tentang penyebab kecelakaan kerja. Pihak dinas tersebut juga akan memastikan
perusahaan segera mengambil memenuhi hak hak pekerja yang menjadi korban dalam kecelakaan kerja fatal
tersebut.
1.3 Hasil Akhir Penyidikan
Dari adanya langkah langkah yang dilakukan oleh Dinas Ketangakerjaan dan Transmigrasi Banten
(Disnaketrans) membuahkan beberapa hasil penyidikan, yaitu bucket yang membawa bahan coran jatuh dari
crane yang mengangkut korban. Pada temuan awal Dadan Rukandar, selaku Kepala UPTD pengawas
ketenagakerjaan kota serang dan cilegon, beliau mengatakan ada temuan kelebihan beban dari isi bucket
yang ada. Dadan juga menyebutkan bahwa terdapat sling yang jatuh dan orang yang ada diatasnya juga
demikian.
Selain itu pihak dari disnaketrans juga menemukan lemahnya pengawasan, jadi sudah pasti terdapat
kelalaian dalam kecelakaan kerja ini, baik dari unsur PT konsultan yang ditunjuk oleh ASDP sebagai
pengawas pekerjaan pembangunan site ramp dermaga 4 yang berfungsi sebagai control pengawas, termasuk
alat dan bahan. Penyidik Disnaketrans Banten, Rachmatullah mengatakan bahwa tim penyidik menemukan
alat alat proyek tanpa lisensi. Untuk itu, beliau mempertanyakan perusahaan konsultan yang bertugas
mengawasi pekerjaan tersbut.
Adanya kelalaian lainnya yaitu bucket yang seharusnya hanya boleh dinaiki oleh dua orang, dilanggar
dengan PT Hydropower Technology sebagai perusahaan yang mengerjakan, memaksakan mempekerjakan 3
operator untuk naik ke dalam bucket tersebut.
1.4 Rekomendasi Ahli
Menanggapi kejadian tersebut, pakar Keselamatan Konstruksi, Lazuardi Nurdin dan Sihar P Hasibuan
dengan tegas mengatakan bahwa bucket cor seharusnya steril dari pekerja, hal ini dikarenakan sudah banyak
kejadian yang dipicu oleh hal tersebut terhadap bucket cor. Sudah banyak kasus yang terjadi dikarenakan
pekerja menaiki bucket cor. Selain itu, Sihar P Hasibuan juga manegatakan bahwa kejadian tersebut bukan
dikarenakan kondisi tempat yang kerja yang tidak aman.
Sihar juga berkata pekerjaan coran semen dalam proyek infrastruktur merupakan pekerjaan yang bersifat
pekerjaan berisiko tinggi, karena itu, seharusnya sudah harus diperhitungkan potensi risiko dan tingkat
risikonya dalam HIRADC (Hazard Identification Risk Assesment Determine Control). Jika sudah
diperhitungkan dalam HIRADC tentu sudah dibuatkan JSA-nya (Job Safety Analysis) dan diinduksi kepada
para pekerja saat melakukan TBM (Tool Box Meeting). Jika sudah diinduksi berarti pekerja sudah mengerti
apa dan bagaimana hal yang dilarang, jika sudah mengerti tetapi tetap dilakukan, itu namanya unsafe action.
Atau tidak diawasi, juga tetap unsafe action. Cara yang paling penting menghindari kejadian ini yaitu
meningkatkan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Masalah
Peristiwa kecelakaan kerja di Dermaga 4 Pelabuhan Merak terjadi pada Senin (30/8/2021) sekitar
pukul 17.00 WIB. Pada saat itu para pekerja itu tengah melakukan perbaikan di Dermaga 4 Pelabuhan
Merak, namun saat proses pengecoran dilaporkan terdapat tiga pekerja terjatuh. Satu pekerja dilaporkan
tewas akibat kejadian tersebut. Sementara 2 lainnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Menurut penyidik Tenaga Kerja pada Disnakertrans Banten,Rachmatulloh menduga ada unsur
kelalaian dalam kasus kecelakaan kerja di Dermaga 4 Pelabuhan Merak. Menurut Rachmatulloh selaku
Penyidik Tenaga Kerja , kelalaian kecelakaan ini diduga berasal dari pihak PT Cipta Hiydropower
perusahaan yang mengerjakan para korban. Kelalaian yang dilakukan oleh Manajemen PT Cipta
Hiydropower yaitu memaksakan para pekerja operator untuk menaiki bucket yang semestinya hanya boleh
dinaiki maximal 2 orang, tetapi manajemen PT Cipta Hiydropower memaksakan 3 orang untuk menaiki
bucket. Hal ini merupakan unsur kelalaian yang dilakukan dengan disengaja.
Selain kelalaian dari prosedur kerja yang ada, Pihak Disnakertrans juga menemukan hal-hal yang
menunjang kecelakaan yaitu lemahnya pengawasan. Dengan lemahnya pengawasan,sudah dapat dipastikan
banyak kelalain yang terjadi.Salah satu kelalaian dari pengawasan yaitu ditemukannya alat-alat proyek tanpa
lisensi.
2.2 Uji Pembenaran Berdasarkan Hukum
Dalam Identifikasi Kasus kelalaian bekerja di Dermaga 4 Pelabuhan Merak ini terdapat pasal yang
berkaitan dengan kasus ini yaitu
1. UU No.1/1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Pada pasal 15 UU tersebut menetapkan
bagi yang melanggar ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat diancam pidana dengan
hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp100.000.

2. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.Undang-undang ini mengatur


tentang hubungan ketenagakerjaan termasuk terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Paragraf 5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh pelindungan atas :keselamatan dan kesehatan
kerja;moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.2.1 Tinjauan Etika / berbangsa-Pancasila

Berdasarkan tinjauan kode etik profesi dalam keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi
Indonesia (A2K4-Indonesia), proyek kerja konstruksi yang dilaksanakan dalam pembangunan
Pelabuhan Merak tidak memenuhi kode etik yang berlaku. Di dalam kode etik A2K4-Indonesia
berbunyi “Setiap Anggota A2K4-Indonesia harus mengutamakan kepentingan keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dan orang lain ditempat kegiatan kerja dimana yang bersangkutan berada
dan bekerja“.
Dalam hal ini pengawas konstruksi tidak mengawasi secara khusus sehingga terjadinya kesalahan
yang seharusnya tidak terjadi, penyebab utama terjadinya insiden jatuhnya coran yang diangkat
menggunakan crane itu adalah karena putus nya tali pengikat yang disebabkan oleh kelebihan
beban. Kejadian merupakan kelalaian dalam bekerja dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai standart.

2.2.2 Kebijakan dan Kepantasan

1. Sistem K3 Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi


a) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang :
- Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.
- Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja.
- Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
- Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan tugasnya.
b) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat di atas.

2. Pasal 9 Permenaker 5/1986


(1) Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus:
a. terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkualitas tinggi;
b. mempunyai factor keamanan sekurang-kurangnya 3 ½ kali beban maksimum;
c. tidak boleh ada sambungan;
d. tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas.
(2) Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau alkali;
(3) Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan perama dan setiap hari oleh operator serta
sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu oleh tenaga yang berkeahlian khusus Pesawat
Angkat dan Angkut dari Perusahaan;
(4) Tali baja dilarang digunakan jika terdapat kawat yang putus, aus atau karat sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. 12% untuk tali baja 6 x 7 pada panjang 50 cm;
b. 20% untuk tali baja 6 x 19 pada panjang 50 cm;
c. 25% untuk tali baja 6 x 37 pada panjang 50 cm;
d. 25% untuk tali baja 6 x 61 pada panjang 50 cm;
e. Untuk tali baja khusus:
• 12 % untuk tali baja seal pada panjang 50 cm;
• 15 % untuk tali baja lilitan potongan segi tiga pada panjang 50 cm.
2.2.3 Pendapat masing – masing anggota kelompok

1. Aulia Kharisma Nabila Putri

Dari berita yang di dapat menurut saya kecelakaan ini murni kelalaian PT Hydropower
Technology sebagai perusahaan yang mengerjakan, memaksakan mempekerjakan 3 operator
untuk naik ke dalam bucket tersebut.. Hal ini membuat para penanggung jawab dari PT
Hydropower Technology harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan yang
memakan korban

2. Muhammad Tri Budi Septiawan


Menurut saya PT Hydropower Technology melakukan kelalaian dan pelanggaran terhadap
pekerjaan yang seharusnya memenuhi standart dimana bucket cor itu hanya boleh diisi oleh 2
orang tetapi PT Hydropower Technology memaksakan untuk diisi oleh 3 dan akhirnya terjadinya
kecelakaan kerja yang memakan korban. PT Hydropower Technology harus mempertanggung
jawabkan kejadian ini sesuai dengan hukum dan pasal yang berlaku
3. Nur Muhammad Syahru Ramadhana
Menurut saya kecelakaan kerja ini murni terjadi karena kelalain atau murni dari kecelakaan
kerja, kelalaian itu sendiri diperbuat oleh PT Cypta Hiydropower yang dimana mereka
mengerjakan para korban, oleh karena itu menurut saya perusahaan tersebut harus menerima
sanksi dan mempertanggungjawabkan kejadian tersebut sesuai pasal yang ada.
2.3 Rekomendasi Pendapat Kami
Berdasarkan pendapat kami, dapat kami beri rekomendasi bahwa kasus kecelakaan kerja di Dermaga
IV pelabuhan merak merupakan kelalaian dan pelanggaran yang di lakukan oleh PT Cypta Hiydropower.
Hal ini telah diselidiki oleh pihat terkait dan PT Cypta Hiydropower harus bertanggungjawab atas
kecelakaan ini. Dalam sebuah proyek diharuskan melakukan pekerjaan sesuai prosedur dan standar yang
sudah tersedia
BAB III
PENUTUP

Saran dan Harapan


Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor penyebab yang menimbulkan
peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan bukan merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas
terjadi, tetapi ia telah didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada tahap akhirnya akan menyebabkan
accident atau kecelakaan tersebut. Kecelakaan bukan kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatan pencegahan kecelakaan.
Pada kasus yang terjadi ini dapat dihindari apabila pihak pekerja dari perusahaan melakukan pekerjaan
sesuai prosedur dan standar yang ada.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jika melakukan suatu pekerjaan/proyek harus dengan standar dan
prosedur yang sudah ditentukan dan tentunya tidak boleh dilanggar, hal ini akan meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja pada suatu proyek

Anda mungkin juga menyukai