Oleh
Callula Engrasia F.F (071001800026)
Carolyn Rose Meier (071001800027)
Elsya Jatrilliony (0710018000xx)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
“Faktor-Faktor Bahaya K3 pada Industri Migas”.
Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tujuan yang harus dipenuhi sebagai
pertanggungjawaban untuk mendapatkan nilai mata kuliah Health, Safety & Environment
(HSE) dan CSR. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen dan segenap pihak yang telah memberikan arahan selama penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi PUEBI, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk penulis
jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai
ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pekerja di industri hulu migas mempunyai potensi risiko yang besar terhadap kondisi
kesehatan dan keselamatan kerja. Perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL) untuk mencapai tujuan operasi industri
hulu yang nihil kecelakaan (zero accident).
Sebagai induk dari kegiatan industri hulu migas di Indonesia, Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk berkomitmen dalam penerapan sistem K3LL. SKK Migas
mengharuskan adanya komitmen dari seluruh pimpinan untuk memastikan pelaksanaan aspek
K3LL secara efektif dan efisien. Implementasi sistem K3LL ini menjadi perhatian karena
akan mempengaruhi citra perusahaan apabila terjadi kasus kecelakaan kerja yang berdampak
luas.
Kebisingan ditempat kerja pada umumnya banyak terjadi pada perusahaan-perusahan,
industri-industri, bahkan sampai usaha-usaha menengah kebawah. Hal ini mendorong
kesadaran pelaku usaha untuk menekan kebisingan ditempat kerja agar tidak melampui Nilai
Ambang Batas (NAB). Semua ini mempunyai maksud agar tenaga kerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, maka perusahaan pun memperoleh produktivitas kerja
yang maksimal.
Hal ini didasarkan pada adanya tenaga kerja yang masih tidak memakai alat pelindung
diri. Padahal kebisingan ditempat tersebut sangat tinggi, yang dapat mengakibatkan penyakit
akibat kerja berupa gangguan fungsi pendengaran. Kerangka pemikiran dari penelitian ini
adalah menunjukkan bahwa produktivitas berasal dari adanya sikap manajemen, sikap
manajemen ini dituangkan dalam kebijakan-kebijakan manajemen yang diambil menyangkut
berbagai aspek dalam perusahaan yang perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
terhadap fungsi-fungsi operasional manajemen (keuangan, pemasaran, produksi, dan sumber
daya manusia), kesehatan pekerja dengan produktivitas kerja sangat berhubungan erat.
Mengingat dampak dari kebisingan ditempat tersebut masih tinggi, harus dilakukan upaya
pengendalian.
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dalam
kegiatan operasional industri hulu minyak dan gas bumi (migas), kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) menjadi hal yang sangat penting.
B.RUMUSAN MASALAH
Proses Produksi
Bahaya proses produksi dari pekerjaan pabrik minyak dan gas adalah potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang
dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan
dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan
bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive (kerusakan mata
akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan mata akibat terpercik
geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las),
luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas dari blow down otomatis.
Kecelakaan kerja pada pabrik minyak dan gas biasanya pada pengeboran yang berhubungan
dengan semburan gas yang tak terduga dari sumur akibat tekanan yang tinggi. Secara garis
besar ada dua kategori utama kecelakaan pengeboran, pertama adalah memancarnya
hidrokarbon yang intens dan berkepanjangan, kedua adalah tumpahan hidrokarbon dan
semburan gas selama operasi pengeboran.
1. Pengolahan
Tahap pertama pada bisnis hilir migas ialah tahap pengolahan, pada dasarnya proses
pengolahan bertujuan untuk memurnikan menyak mentah, mendapatkan bagian-bagian yang
diinginkan dan mempertinggi mutu serta nilai tambah fraksi minyak bumi maupun gas alam.
Proses pengolahan minyak mentah dilakukan pada area yang sering disebut dengan kilang
(Refinery Unit) yang terdiri dari berbagai macam jenis peralatan pengolahan serta teknologi
di dalamnya. Proses pengolahan akan menghasilkan berbagai jenis produk bahan bakar
maupun produk setengah jadi, berikut contohnya:
1. Produk Bahan Bakar terdiri dari bensin, kerosen, minyak diesel, avtur, minyak bakar,
LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan beberapa produk hasil olahan lainnya.
2. Produk setengah jadi atau sering juga disebut produk antara adalah bahan-bahan hasil
olahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri lain, misalnya saja
industri petrokimia. Contoh produk antara tersebut seperti propilena, etilena, benzena,
toluena, methanol dan sebagainya.
Peralatan utama pada proses ini yaitu kolom destilasi yang berfungsi untuk memisahkan
fraksi-fraksi minyak mentah. kemudian proses pemurnian yang bertujuan untuk
menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti mineral (garam), sulfur
dan air, selanjutnya proses konversi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas produk hasil
olahan. Untuk lebih jelasnya silahkan anda baca pada artikel-artikel sebelumya.
2. Pengangkutan
Proses pengangkutan pada industri hilir migas merupakan kegiatan pemindahan minyak bumi
dan gas bumi atau hasil olahan dari wilayah kerja baik itu pengolahan maupun dari tempat
penampungan. Proses pengankutan biasanya menggunakan kapal atau melalui pipa transmisi
dan distribusi. Apabila pemindahannya menggunakan pipa maka perlu perhatian khusus
seperti pemilihan jenis pipa yang sesuai dengan karakteristik fraksi yang akan dialirkan di
dalamnya.
3. Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan meliputi proses penerimaan, pengumpulan dan penampungan minyak
bumi dan gas alam serta hasil olahan. Lokasi penyimpanan untuk hasil olahan bisa saja
berada di bawah tanah maupun di atas permukaan dengan menggunakan tangki yang sesuai
dengan karakteristik fraksi di dalamnya.
Yaitu suatu kegiatan yang meliputi pembelian, penjualan, expor dan impor bahan bakar dan
produk lainnya dalam skala yang besar dengan menggunakan sarana dan fasilitas niaga yang
memadai. Perusahaan penerima memiliki hak untuk untuk melakukan penjualan dengan
menggunakan merek tertentu.
2. Niaga terbatas (trading)
Merupakan penjualan produk-produk niaga migas seperti minyak bumi, bahan bakar gas
maupun hasil olahan lainnya karena kurangnya fasilitas dan tidak memiliki izin niaga.
Bahaya Kimia
Dalam proses produksi kilang minyak menggunakan bahan – bahan kimia yang terkadang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup. Potensi bahaya
ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan.
Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :
1 Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen,
dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan
penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam
sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
2 Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai
bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik,
pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3 Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian
dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga
para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat
dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar,
beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia
mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan
penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut,
penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang
diakibatkannya.
B. Klasifikasi Umum
Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data
Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang
detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik
kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang
aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour
Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs
merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi
kualitasnya dapat bervariasi. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan
dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah
atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial.
Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum
mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para
konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat
penting.
Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam
perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap
diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor
tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan
terhadap kecelakaan tersebut.
Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan
kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan
maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode /
proses produksi yang kurang baik, Pengaman yang tidak sempurna, Peralatan kerja yang
rusak, Tata kelola (housekeeping) yang jelek, Penerangan yang kurang, Lingkungan kerja
dengan paparan B3 atau radiasi, Lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi, Tempat kerja
yang kotor dan licin
Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain: menggunakan
peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri
maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang, mengoperasikan mesin/peralatan yang bukan
menjadi tanggung jawabnya, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, bekerja sambil
bergurau, bersikap acuh/masa bodoh, bekerja dalam kondisi mabuk, tidak mentaati
prosedur/peraturan, melepaskan alat pengaman, menjalankan mesin melebihi kecepatan yang
ditetapkan, mengangkat/mengangkut berlebihan, tidak memakai alat pelindung diri.
Dari faktor-faktor di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan
lingkungan hidup sekitarnya. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera jika
kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan
keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas
lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa proses produksi yang masih
mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari
kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah
industri yang tidak baik.
Resiko Lain
Adapun faktor resiko lain yang sering dijumpai pada pabrik minyak dan gas adalah sebagai
berikut :
1. Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api.
Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada
lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.
2. Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam eksplorasi lepas pantai mengalami suatu getaran
hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari
kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan
api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Crude oil adalah cairan gelap, lengket, highly flammable, dan dapat dibakar untuk
menghasilkan energi. Bersama dengan natural gas, crude oil merupakan sumber bahan bakar
yang sangat dahsyat dan strategis. Bahaya yang perlu mendapat perhatikan di samping hal-
hal umum juga tentang adanya bahaya peledakan crude oil yang tinggi. Uap dan gas mudah
meledak dan menimbulkan asap racun. Crude Oil juga mengandung sulfur yang tinggi yang
dapat menimbulkan bahaya.
Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilang minak dan potensi bahaya yang terjadi
pada kilang minyak, maka secara keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan
adalah :
2.CARA PENANGGULANGANNYA
Secara umum, faktor manusia adalah fisik atau kognitif properti dari seorang individu
atau sosial perilaku yang spesifik untuk manusia dan pengaruh fungsi sistem teknologi serta
manusia-lingkungan keseimbangan.
Dalam interaksi sosial, penggunaan istilah menekankan faktor manusia sifat sosial yang unik
atau karakteristik manusia.
Faktor manusia melibatkan studi tentang semua aspek dari cara manusia berhubungan dengan
dunia di sekitar mereka, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional, keselamatan,
melalui biaya hidup dan / atau adopsi melalui peningkatan pengalaman pengguna akhir.
Teori domino atau biasa disebut domino dipakai dalam menggambarkan proses
terjadinya kecelakaan karena teori ini secara luas sudah dibuktikan kebenarannya. Secara
kronologi (chronological) urutan terjadinya kecelakaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Setiap peristiwa yang terjadi berurutan seperti digambarkan di bawah (1,2,3) akan diikuti
urutan berikutnya yaitu 4 berupa kecelakaan dan 5 akibatnya sedangkan faktor penyebab
kecelakaan tersebut ternyata majemuk (multi causality).
Dari hasil studi ini H.W. Heinrich seorang pakar K3 pada tahun 1931
mengambangkan cara pencegahan kecelakaan berlandaskan urutan 5 tahapan tersebut yang
pada akhirnya menemukan cara efektif mencegah kecelakaan dengan memotong /
mengahapuskan rangkaian peristiwa ke 3 yang digambarkan sebagai “Keadaan & Tindakan
tidak aman”.
Lima (5) faktor urutan terjadinya kecelakaan ini mengambarkan :
Faktor keturunan atau lingkungan sosial, cenderungan menyebabkan seseorang
Melakukan kesalahan, sehingga menjadi penyebab utama terjadinya
Tindakan tidak aman dan / atau kondisi tidak aman, sehingga menyebabkan
Terjadinya kecelakaa, yang mengakibatkan
Luka atau kerugian lainnya
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari sisi faktor manusia kita dapat
melihat bahwa tindakan tidak aman selalu dilakukan oleh pekerja yang bersangkutan, pekerja
perlu memperhatikan rambu-rambu peraturan K3 dan wajib mengikuti standar operasi yang
berlaku pada perusahaan. Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan
syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya
masih tetap diperlukan. Dan juga dari sisi mesin dan peralatan kerja dimana kita dapat
melihat terkadang perusahaan tidak melaksanakan maintenance yang baik dan benar,
sehingga masih dapat memastikan kelayakan dari alat kerja itu sendiri
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA
3. Suma’mur P.K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung
Agung.
5. https://petrotrainingasia.com/langkah-keselamatan-kerja-karyawan-di-perusahaan-migas/
(Diakses pada hari Rabu,19 Mei 2021 pukul 15.25 WIB)