Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR BAHAYA K3 PADA INDUSTRI MIGAS

Makalah yang Disusun untuk Melengkapi


Tugas Mata Kuliah Health, Safety & Environment (HSE) dan CSR
Semester Genap/2021

Oleh
Callula Engrasia F.F (071001800026)
Carolyn Rose Meier (071001800027)
Elsya Jatrilliony (0710018000xx)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
“Faktor-Faktor Bahaya K3 pada Industri Migas”.

Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tujuan yang harus dipenuhi sebagai
pertanggungjawaban untuk mendapatkan nilai mata kuliah Health, Safety & Environment
(HSE) dan CSR. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen dan segenap pihak yang telah memberikan arahan selama penulisan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi PUEBI, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk penulis
jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai
ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Jakarta, 18 Mei 2021


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Pekerja di industri hulu migas mempunyai potensi risiko yang besar terhadap kondisi
kesehatan dan keselamatan kerja. Perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan (K3LL) untuk mencapai tujuan operasi industri
hulu yang nihil kecelakaan (zero accident).
Sebagai induk dari kegiatan industri hulu migas di Indonesia, Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk berkomitmen dalam penerapan sistem K3LL. SKK Migas
mengharuskan adanya komitmen dari seluruh pimpinan untuk memastikan pelaksanaan aspek
K3LL secara efektif dan efisien. Implementasi sistem K3LL ini menjadi perhatian karena
akan mempengaruhi citra perusahaan apabila terjadi kasus kecelakaan kerja yang berdampak
luas.
Kebisingan ditempat kerja pada umumnya banyak terjadi pada perusahaan-perusahan,
industri-industri, bahkan sampai usaha-usaha menengah kebawah. Hal ini mendorong
kesadaran pelaku usaha untuk menekan kebisingan ditempat kerja agar tidak melampui Nilai
Ambang Batas (NAB). Semua ini mempunyai maksud agar tenaga kerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, maka perusahaan pun memperoleh produktivitas kerja
yang maksimal.
Hal ini didasarkan pada adanya tenaga kerja yang masih tidak memakai alat pelindung
diri. Padahal kebisingan ditempat tersebut sangat tinggi, yang dapat mengakibatkan penyakit
akibat kerja berupa gangguan fungsi pendengaran. Kerangka pemikiran dari penelitian ini
adalah menunjukkan bahwa produktivitas berasal dari adanya sikap manajemen, sikap
manajemen ini dituangkan dalam kebijakan-kebijakan manajemen yang diambil menyangkut
berbagai aspek dalam perusahaan yang perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan
terhadap fungsi-fungsi operasional manajemen (keuangan, pemasaran, produksi, dan sumber
daya manusia), kesehatan pekerja dengan produktivitas kerja sangat berhubungan erat.
Mengingat dampak dari kebisingan ditempat tersebut masih tinggi, harus dilakukan upaya
pengendalian.
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dalam
kegiatan operasional industri hulu minyak dan gas bumi (migas), kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) menjadi hal yang sangat penting.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana fakor-faktor bahaya K3 di lapangan migas?

2. Bagaimana cara penanggulangannya?


BAB II
PEMBAHASAN

1.FAKTOR-FAKTOR BAHAYA K3 PADA INDUSTRI MIGAS

Proses Produksi

Bahaya proses produksi dari pekerjaan pabrik minyak dan gas adalah potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang
dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan
dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan
bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive (kerusakan mata
akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan mata akibat terpercik
geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las),
luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas dari blow down otomatis.
Kecelakaan kerja pada pabrik minyak dan gas biasanya pada pengeboran yang berhubungan
dengan semburan gas yang tak terduga  dari sumur akibat tekanan yang  tinggi. Secara garis
besar ada dua kategori utama kecelakaan pengeboran, pertama adalah memancarnya
hidrokarbon yang intens dan berkepanjangan, kedua adalah tumpahan hidrokarbon dan
semburan gas selama operasi pengeboran.

1. Pengolahan
Tahap pertama pada bisnis hilir migas ialah tahap pengolahan, pada dasarnya proses
pengolahan bertujuan untuk memurnikan menyak mentah, mendapatkan bagian-bagian yang
diinginkan dan mempertinggi mutu serta nilai tambah fraksi minyak bumi maupun gas alam.
Proses pengolahan minyak mentah dilakukan pada area yang sering disebut dengan kilang
(Refinery Unit) yang terdiri dari berbagai macam jenis peralatan pengolahan serta teknologi
di dalamnya. Proses pengolahan akan menghasilkan berbagai jenis produk bahan bakar
maupun produk setengah jadi, berikut contohnya:
1. Produk Bahan Bakar terdiri dari bensin, kerosen, minyak diesel, avtur, minyak bakar,
LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan beberapa produk hasil olahan lainnya.
2. Produk setengah jadi atau sering juga disebut produk antara adalah bahan-bahan hasil
olahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri lain, misalnya saja
industri petrokimia. Contoh produk antara tersebut seperti propilena, etilena, benzena,
toluena, methanol dan sebagainya.

Peralatan utama pada proses ini yaitu kolom destilasi yang berfungsi untuk memisahkan
fraksi-fraksi minyak mentah. kemudian proses pemurnian yang bertujuan untuk
menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti mineral (garam), sulfur
dan air, selanjutnya proses konversi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas produk hasil
olahan. Untuk lebih jelasnya silahkan anda baca pada artikel-artikel sebelumya.

2. Pengangkutan
Proses pengangkutan pada industri hilir migas merupakan kegiatan pemindahan minyak bumi
dan gas bumi atau hasil olahan dari wilayah kerja baik itu pengolahan maupun dari tempat
penampungan. Proses pengankutan biasanya menggunakan kapal atau melalui pipa transmisi
dan distribusi. Apabila pemindahannya menggunakan pipa maka perlu perhatian khusus
seperti pemilihan jenis pipa yang sesuai dengan karakteristik fraksi yang akan dialirkan di
dalamnya.

3. Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan meliputi proses penerimaan, pengumpulan dan penampungan minyak
bumi dan gas alam serta hasil olahan. Lokasi penyimpanan untuk hasil olahan bisa saja
berada di bawah tanah maupun di atas permukaan dengan menggunakan tangki yang sesuai
dengan karakteristik fraksi di dalamnya.

4. Kegiatan Niaga (Pemasaran)


Kegaiatan pemasaran merupakan tahap akhir pada bisnis hilir/industri hilir migas dimana
terdiri dari pembelian, penjualan, expor dan impor minyak bumi dan gas bumi serta hasil
olahan lainnya. Kegiatan niaga dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu usaha niaga umum
dan usaha niaga terbatas, berikut penjelasannya:
1. Niaga umum (whole sale)

Yaitu suatu kegiatan yang meliputi pembelian, penjualan, expor dan impor bahan bakar dan
produk lainnya dalam skala yang besar dengan menggunakan sarana dan fasilitas niaga yang
memadai. Perusahaan penerima memiliki hak untuk untuk melakukan penjualan dengan
menggunakan merek tertentu.
2. Niaga terbatas (trading)

Merupakan penjualan produk-produk niaga migas seperti minyak bumi, bahan bakar gas
maupun hasil olahan lainnya karena kurangnya fasilitas dan tidak memiliki izin niaga.

Bahaya Kimia

Dalam proses produksi kilang minyak menggunakan bahan – bahan kimia yang terkadang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan manusia serta lingkungan hidup. Potensi bahaya
ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan.

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas,
serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan
dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang
berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-
barang
A. Penggunaan Bahan Kimia

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :
1 Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen,
dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan
penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam
sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
2 Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai
bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik,
pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3 Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta
pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian
dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga
para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat
dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar,
beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia
mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan
penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut,
penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang
diakibatkannya.

B. Klasifikasi Umum

Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data
Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang
detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik
kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang
aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour
Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs
merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi
kualitasnya dapat bervariasi. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan
dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah
atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial.
Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum
mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para
konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat
penting.
Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam
perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap
diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya
adalah sebagai berikut :

Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan


pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat
pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat
langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.
Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan
limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat
beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan
keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila
kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan
menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti
trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas
dan gas yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan
gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair
atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif
dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang
mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

Kondisi Tidak Aman, Tindakan Tidak Aman, Sistem Manajemen

Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor
tersebut dapat kita ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan
terhadap kecelakaan tersebut.

Penyebab utama kecelakaan adalah :

1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)

Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak ataupun tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak aman juga dapat berupa kondisi lingkungan
kerja yang kurang mendukung, seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan
maupun instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh metode /
proses produksi yang kurang baik, Pengaman yang tidak sempurna, Peralatan kerja yang
rusak, Tata kelola (housekeeping) yang jelek,  Penerangan yang kurang,  Lingkungan kerja
dengan paparan B3 atau radiasi,  Lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi,  Tempat kerja
yang kotor dan licin

2. Tindakan tidak aman (unsafe action)

Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara lain: menggunakan
peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri
maupun menjalan sesuatu tanpa wewenang, mengoperasikan mesin/peralatan yang bukan
menjadi tanggung jawabnya, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, bekerja sambil
bergurau, bersikap acuh/masa bodoh, bekerja dalam kondisi mabuk, tidak mentaati
prosedur/peraturan, melepaskan alat pengaman, menjalankan mesin melebihi kecepatan yang
ditetapkan, mengangkat/mengangkut berlebihan, tidak memakai alat pelindung diri.

3. Kelemahan sistem manajemen


Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur kerja yang tidak
jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi acuan bagi pekerja dalam melakukan
kegiatan kerja nya.

Dari faktor-faktor di atas, tentunya akan berpengaruh pula pada lingkungan kerja dan
lingkungan hidup sekitarnya. Bagi para pekerja sendiri tentunya akan berakibat cedera jika
kecelakaan yang terjadi sangat fatal, sedangkan bagi lingkungan hidup akan terjadi gangguan
keseimbangan ekosistem bahkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas
lingkungan ini biasanya disebabkan oleh adanya bahan sisa proses produksi yang masih
mengandung zat kimia berbahaya. Zat kimia berbahaya ini tidak hanya terjadi akibat dari
kecelakaan industri, namun bahkan lebih sering sebagai akibat dari sistem pengolahan limbah
industri yang tidak baik.

Resiko Lain

Adapun faktor resiko lain yang sering dijumpai pada pabrik minyak dan gas adalah sebagai
berikut :

1. Ledakan

Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api.
Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada
lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.

2. Kebakaran

Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam eksplorasi lepas pantai mengalami suatu getaran
hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari
kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan
api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.

3. Badai pada area eksplorasi


Cuaca pada kegiatan eksplorasi lepas pantai sangat menentukan berjalanya suatu proses
penambangan minyak. Dimana pada saat cuaca buruk dapat menimbulkan badai pada areal
disekitar eksplorasi .

 Bahaya Khusus Yang Timbul Dari Crude Oil

Crude oil adalah cairan gelap, lengket, highly flammable, dan dapat dibakar untuk
menghasilkan energi. Bersama dengan natural gas, crude oil merupakan sumber bahan bakar
yang sangat dahsyat dan strategis. Bahaya yang perlu mendapat perhatikan di samping hal-
hal umum juga tentang adanya bahaya peledakan crude oil yang tinggi. Uap dan gas mudah
meledak dan menimbulkan asap racun. Crude Oil juga mengandung sulfur yang tinggi yang
dapat menimbulkan bahaya.

1. Pencegahan terhadap bahaya pabrik minyak dan gas

  Setelah melihat proses yang terjadi pada suatu kilang minak dan potensi bahaya yang terjadi
pada kilang minyak, maka secara keseluruhan pencegahan kecelakaan yang diperlukan
adalah :

1. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan perencanaan industri


2. Standarisasi, baik dalam perlakuan bahan baku industri, pengadaan alat pengamanan,
maupun dari hasil limbah yang dihasilkan agar tidak mengganggu kualitas lingkungan

3. Dilakukan pelatihan dan tindakan persuasif bagi pengusaha dan pekerja


sehingga diharapkan dapat lebih berhati – hati dalam melakukan pekerjaan terutama
yang menggunakan peralatan ataupun bahan kimia yang dapat membahayakan
diri sendiri maupun lingkungan.

2.CARA PENANGGULANGANNYA

Upaya pengendalian bahaya disuatu tempat kerja akan dapat mempertinggi


kegairahan kerja para karyawan, karena bekerja disuatu tempat yang relatif aman dengan
sedikit resiko menjadi harapan para karyawan sekaligus merupakan persyaratan utama yang
tertuang dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Human Factors Engineering (HFE) adalah disiplin ilmu yang menerapkan apa yang
diketahui tentang kemampuan manusia dan keterbatasan desain produk, proses, sistem, dan
lingkungan kerja. Hal ini dapat diterapkan pada desain semua sistem yang melibatkan
manusia, termasuk hardware dan software. Penerapannya untuk merencanakan sistem untuk
meningkatkan dalam kemudahan penggunaan, kinerja sistem dan kehandalan, dan kepuasan
pengguna, sambil mengurangi kesalahan operasional, stres operator, persyaratan pelatihan,
kelelahan pengguna, dan kewajiban produk. HFE yang khas dalam menjadi satu-satunya
disiplin yang berhubungan manusia untuk teknologi.
faktor manusia dalam rekayasa berfokus pada bagaimana orang berinteraksi dengan tugas,
mesin (atau komputer), dan lingkungan dengan pertimbangan bahwa manusia memiliki
keterbatasan dan kemampuan. Faktor Manusia insinyur mengevaluasi "manusia untuk
manusia," "manusia untuk Group," "manusia untuk Organisasi," dan "manusia untuk
Machine (Komputer)" interaksi untuk lebih memahami interaksi dan mengembangkan
kerangka kerja untuk evaluasi.
Faktor Manusia kegiatan rekayasa meliputi:
1. Kemudahan operasional
2. Penentuan profil pengguna yang diinginkan
3. Pengembangan dokumentasi pengguna
4. Pengembangan program pelatihan.

2. Human Factor (terhadap ilmu pengetahuan atau teknologi)


Bidang multidisiplin menggabungkan kontribusi dari psikologi, teknik, desain, industri,
statistik, riset operasi, dan antropometri. Ini adalah istilah yang mencakup:
 Ilmu pemahaman sifat-sifat kemampuan manusia (Human Factors Sains).
 Penerapan pemahaman ini untuk desain, pengembangan dan penyebaran sistem dan
layanan (Human Factors Engineering).
 Seni menjamin keberhasilan penerapan Teknik Faktor Manusia untuk sebuah program
(kadang-kadang disebut sebagai Integrasi Faktor Manusia ). Hal ini juga dapat disebut
ergonomi.

Secara umum, faktor manusia adalah fisik atau kognitif properti dari seorang individu
atau sosial perilaku yang spesifik untuk manusia dan pengaruh fungsi sistem teknologi serta
manusia-lingkungan keseimbangan.
Dalam interaksi sosial, penggunaan istilah menekankan faktor manusia sifat sosial yang unik
atau karakteristik manusia.
Faktor manusia melibatkan studi tentang semua aspek dari cara manusia berhubungan dengan
dunia di sekitar mereka, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional, keselamatan,
melalui biaya hidup dan / atau adopsi melalui peningkatan pengalaman pengguna akhir.

Program pencegahan kecelakaan sebagai implementasi UU No.1 tahun 1970 akan


lebih berhasil bilamana karyawan tanpa kecuali dilibatkan langsung dalam upaya pencegahan
kecelakaan dengan maksud agar setiap penyimpangan dan ketimpangan terhadap peraturan
atau prosedur K3 dapat dicegah atau dihindari sedini mungkin. Disamping itu hal yang
terpenting lainnya ialah bila program keselamatan berhasil dengan baik maka citra
perusahaan akan baik pula khususnya bagi relasi/rekanan perusahaan.

Teori domino atau biasa disebut domino dipakai dalam menggambarkan proses
terjadinya kecelakaan karena teori ini secara luas sudah dibuktikan kebenarannya. Secara
kronologi (chronological) urutan terjadinya kecelakaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Setiap peristiwa yang terjadi berurutan seperti digambarkan di bawah (1,2,3) akan diikuti
urutan berikutnya yaitu 4 berupa kecelakaan dan 5 akibatnya sedangkan faktor penyebab
kecelakaan tersebut ternyata majemuk (multi causality).

Dari hasil studi ini H.W. Heinrich seorang pakar K3 pada tahun 1931
mengambangkan cara pencegahan kecelakaan berlandaskan urutan 5 tahapan tersebut yang
pada akhirnya menemukan cara efektif mencegah kecelakaan dengan memotong /
mengahapuskan rangkaian peristiwa ke 3 yang digambarkan sebagai “Keadaan & Tindakan
tidak aman”.
Lima (5) faktor urutan terjadinya kecelakaan ini mengambarkan :
 Faktor keturunan atau lingkungan sosial, cenderungan menyebabkan seseorang
 Melakukan kesalahan, sehingga menjadi penyebab utama terjadinya
 Tindakan tidak aman dan / atau kondisi tidak aman, sehingga menyebabkan
 Terjadinya kecelakaa, yang mengakibatkan
 Luka atau kerugian lainnya
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari sisi faktor manusia kita dapat
melihat bahwa tindakan tidak aman selalu dilakukan oleh pekerja yang bersangkutan, pekerja
perlu memperhatikan rambu-rambu peraturan K3 dan wajib mengikuti standar operasi yang
berlaku pada perusahaan. Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan
syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya
masih tetap diperlukan. Dan juga dari sisi mesin dan peralatan kerja dimana kita dapat
melihat terkadang perusahaan tidak melaksanakan maintenance yang baik dan benar,
sehingga masih dapat memastikan kelayakan dari alat kerja itu sendiri

B.SARAN

Perusahaan di harapkan meningkatkan pelaksanaan Sistem manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (SMK3) agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat diturunkan dan
bahkan tidak terjadi lagi. Pekerja diharapkan memperhatikan posisi kerja dan keadaan sekitar
area kerja ketika sedang melakukan pekerjaan, apakah ada pekerjaan lain yang akan
bersinggungan dengan apa yang sedang kita kerjakan. Perusahan diharapan melakukan
pengulangan kembali training materi K3 minimal 6 bulan sekali kepada seluruh pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia, U. R. (1970). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan Kerja. UU RI, 1970(5), unpaginated.

2. Pangestu, A. (2016). PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA ( K3 ) DAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN TERHADAP ( Studi Kasus Pada PT .
Wika Realty Proyek Pembangunan Tamansari Hive Office Park ). Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Suma’mur P.K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung
Agung.

4. https://oilandgasmanagement.net/keselamatan-dan-kesehatan-kerja/ (Diakses pada hari


Rabu,19 Mei 2021 pukul 15.25 WIB)

5. https://petrotrainingasia.com/langkah-keselamatan-kerja-karyawan-di-perusahaan-migas/
(Diakses pada hari Rabu,19 Mei 2021 pukul 15.25 WIB)

Anda mungkin juga menyukai