DISUSUN :
DOSEN :
DEPOK
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) pada perusahaan PT Nindya Karya
(Persero) pada proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Kota Padang. Berdasarkan
penelitian ini disimpulkan bahwa SMK3 telah direncanakan dan diterapkan dengan baik di
lokasi proyek. Penerapan SMK3 ini membawa pengaruh yang baik bagi perusahaan maupun
tenaga kerja, hal tersebut terlihat jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau
penyakit kerja masih tergolong rendah dan tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi
pelaksanaan pekerjaan.
Konsep Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Menurut
OHSAS 18001 bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah satu set
elemen yang terkait, digunakan untuk menetapkan kebijakan dan objektif dan untuk
mencapai objektif tersebut. Kemudian menurut peraturan mentri pekerjaan umum Nomor
:05/PRT/M/2014, menyatakan bahwaSistem Manajemen Keselamatan danKesehatan Kerja
Konstruksi BidangPekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat dengan SMK3 Konstruksi
Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian resiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
pekerjaan umum.
Menurut Ramli (2010), umtuk mencapai penerapan SMK3 diperlukan faktor berikut ini.
1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang
dilakukan. Antara elemen implementasi dengan potensi bahaya atau risiko yang ada dalam
organisasi harus sejalan. SMK3 disusun dengan pendekatan risk based concept sehingga tidak
salah arah (misguided). 2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu-
satunya cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi. Semua program K3 atau kebijakan
K3 yang diambil harus mengacu kepada SMK3 yang ada. Sebagai contoh, ketika organisasi
akan melakukan proyek ekspansi fasilitas, maka dikembangkan program K3 untuk proyek yang
tetap mengacu kepada SMK3 yang sudah ada. 3. SMK3 harus konsisten dengan hasil
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan. Hal ini akan tercermin dalam
penetapan objektif dan program kerja yang harus mengacu kepada potensi bahaya yang ada
dalam organisasi. 4. SMK3 harus mengandung elemen elemen implementasi yang
berlandaskan siklus proses manajemen (PDCA). 5. Semua unsur atau individu yang terlibat
dalam operasi harus memahami konsep dan implementasi SMK3. 6. Adanya dukungan dan
komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam orgaisasi untuk mencapai kinerja K3
terbaik. 7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manejemen lainnya yang ada dalam
organisasi. Elemen kunci sukses SMK3 berdasarkan standar internasional menurut OHSAS
18001 : 2007, dan PP No 50 Tahun 2012, sama-sama meliputi unsur kebijakan K3, perencanaan
K3, implementasi dan operasional K3, pemeriksaan K3, dan tinjauan ulang. Kedua standar ini
mengacu kepada konsep umum manajemen yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) Menurut
Peraturan Mentri Pekerjaaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
bahwa pelaksanaan SMK3 di bidang PU meliputi :
Kebijakan
KEBIJAKAN PROYEK
1. Ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. 2. Ayat (b) menyatakan
bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan, kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum dapat terselenggara secara optimal, maka
diperlukan suatu pedoman pembinaan dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum. 3. Ayat (c) menyatakan bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Menteri tentang Pedoman Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
bidang Pekerjaan Umum. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Permen PU Nomor:
09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang PU tercantum elemen-elemen
yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:
1. Kebijakan K3 Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi dan
kerjasama semua pihak.Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja manajemen dan
karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif.(Sastrohadiwiryo, 2001)
Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung untuk
penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa
memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya
daripada biaya langsung untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja
yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja
ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian (biaya-biaya)
tersebut antara lain :
Sumber :
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-
kecelakaan-kerja-teori-gunung.html
https://www.kaskus.co.id/thread/528aa85a1f0bc3f906000004/teori-gunung-es-
dalam-k3/
1. Hereditas
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang
kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
2. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang
berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.
3. Sikap dan kondisi tidak aman
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur
kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-
rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai
pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya.
Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja
kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak
tersedianya APD yang lengkap.
4. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat
kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
5. Dampak kerugian
Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia
Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
Konsumen: ketersediaan produk
Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di
berdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.
Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan
sikap dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika
kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu.
Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua
jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan
(kartu keempat) dan dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.
Sumber :
https://www.safetysign.co.id/news/159/Fakta-Mengejutkan-Teori-Domino-Heinrich-
Tentang-Kecelakaan-Kerja
Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) beserta arti dan maknanya
terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Berikut penjelasan mengenai arti dan makna lambang/logo/simbol K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) :
Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar
putih.
Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Warna Putih : bersih dan suci.
Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Sumber : http://hima-k3.ppns.ac.id/arti-simbol-k3/
SAFETY INDUCTION
Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja (K3)
kepada karyawan baru atau visitor (tamu) dan dilakukan oleh karyawan dengan jabatan
setingkat supervisory (dari divisi OSHE / Safety) dan bisa juga bisa dilakukan oleh yang
paham tentang K3 dengan level jabatan minimum seperti tersebut diatas (minimal Foreman,
dan supervisor up).