Anda di halaman 1dari 11

TUGAS K3 ( KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA )

DISUSUN :

MUHAMMAD ABI HARTONO


(4116110009)

DOSEN :

KUSUMO DRADJAD S, ST., MSI, CSP


(19600108 19845 1 002)

IMMANUEL PRATOMOJATI, DRS, CSP


(19591213 198603 1 004)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2018
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : K3 ( Keselamatan dan kesehatan kerja )


2. Nama Institusi : Politeknik Negeri Jakarta
3. Program Studi : Perancangan Jalan dan Jembatan – Konsentrasi Jalan Tol
4. Alamat Institusi : Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy, Kampus UI Depok
16425
5. Sarana Komunikasi
a) Telp : +6221 7270036, +6221 7270044
b) Fax : (021) 7270034
c) Email : humas@pnj.ac.id
6. Penulis
a) Nama Lengkap : MUHAMMAD ABI HARTONO
b) NIM : 4116110009
c) Jurusan : Teknik Sipil
d) Fakultas/Institusi : Teknik Sipil
e) Alamat Rumah : Jl. Mandar no 10 A, beji timur
f) Telp/Hp/Email : 085945221924/Muhammad.abihartono@gmail.com
7. Dosen Pembimbing
a) Nama : Kusumo Dradjad S, ST., MSi
b) NIP : 19600108 1985 03 1 002

c) Nama : Immanuel Pratomojati, DRS


d) NIP : 19591213 198603 1 004

Depok, 2 Oktober 2018

Dosen Pengajar I Dosen Pengajar II

Kusumo Dradjad S, ST., MSi Immanuel Pratomojati, DRS


NIP. 19600108 1985 03 1 002 NIP. 19591213 198603 1 004
KEBIJAKAN PERUSAHAAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASAR INPRES BLOK III KOTA
PADANG

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) pada perusahaan PT Nindya Karya
(Persero) pada proyek Pembangunan Pasar Inpres Blok III Kota Padang. Berdasarkan
penelitian ini disimpulkan bahwa SMK3 telah direncanakan dan diterapkan dengan baik di
lokasi proyek. Penerapan SMK3 ini membawa pengaruh yang baik bagi perusahaan maupun
tenaga kerja, hal tersebut terlihat jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau
penyakit kerja masih tergolong rendah dan tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi
pelaksanaan pekerjaan.

Konsep Dasar Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Menurut
OHSAS 18001 bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah satu set
elemen yang terkait, digunakan untuk menetapkan kebijakan dan objektif dan untuk
mencapai objektif tersebut. Kemudian menurut peraturan mentri pekerjaan umum Nomor
:05/PRT/M/2014, menyatakan bahwaSistem Manajemen Keselamatan danKesehatan Kerja
Konstruksi BidangPekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat dengan SMK3 Konstruksi
Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian resiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang
pekerjaan umum.

Kunci Keberhasilan SMK3

Menurut Ramli (2010), umtuk mencapai penerapan SMK3 diperlukan faktor berikut ini.

1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah pengendalian yang
dilakukan. Antara elemen implementasi dengan potensi bahaya atau risiko yang ada dalam
organisasi harus sejalan. SMK3 disusun dengan pendekatan risk based concept sehingga tidak
salah arah (misguided). 2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu-
satunya cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi. Semua program K3 atau kebijakan
K3 yang diambil harus mengacu kepada SMK3 yang ada. Sebagai contoh, ketika organisasi
akan melakukan proyek ekspansi fasilitas, maka dikembangkan program K3 untuk proyek yang
tetap mengacu kepada SMK3 yang sudah ada. 3. SMK3 harus konsisten dengan hasil
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan. Hal ini akan tercermin dalam
penetapan objektif dan program kerja yang harus mengacu kepada potensi bahaya yang ada
dalam organisasi. 4. SMK3 harus mengandung elemen elemen implementasi yang
berlandaskan siklus proses manajemen (PDCA). 5. Semua unsur atau individu yang terlibat
dalam operasi harus memahami konsep dan implementasi SMK3. 6. Adanya dukungan dan
komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam orgaisasi untuk mencapai kinerja K3
terbaik. 7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manejemen lainnya yang ada dalam
organisasi. Elemen kunci sukses SMK3 berdasarkan standar internasional menurut OHSAS
18001 : 2007, dan PP No 50 Tahun 2012, sama-sama meliputi unsur kebijakan K3, perencanaan
K3, implementasi dan operasional K3, pemeriksaan K3, dan tinjauan ulang. Kedua standar ini
mengacu kepada konsep umum manajemen yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) Menurut
Peraturan Mentri Pekerjaaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
bahwa pelaksanaan SMK3 di bidang PU meliputi :

Kebijakan

Kebijakan K3 merupakan persyaratan utama dalam semua sistem manajemen seperti


manajemen lingkungan, manajemen mutu dan lainnya. Kebijakan merupakan roh dari semua
sistem, yang mampu memberikan spirit dan daya gerak untuk keberhasilan suatu usaha. Karena
itu OHSAS 18001 mensyaratkan ditetapkannya kebijakan K3 dalam organisasi oleh
manajemen puncak

KEBIJAKAN PROYEK

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG (Studi
Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak menggunakan berbagai


peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan yang terbatas
luasnya dalam berbagai jenis kegiatan sehingga menyebabkan resiko tinggi terhadap
kecelakaan.Berdasarkan data PT Jamsostek Provinsi wilayah I, jumlah kasus kecelakaan kerja
di Sumatera Utara tahun tahun 2007 terjadi 9.349 kasus, dimana 116 orang meninggal dunia.
Sedangkan pada tahun 2008 sampai bulan Juni terjadi 4.551 kasus kecelakaan kerja, 66
diantaranya meninggal dunia dan menglami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 4.586
kasus kecelakaan kerja.(www.suaramerdeka.com). Untuk mengatasi hal tersebut, maka
dilakukan pendekatan sistem yaitupenerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3). Karena pada prinsipnya kecelakaan kerja akibat perbuatan manusia (human
error) bisa dicegah dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat oleh
pengawasan dari pemerintah pusat maupun dinas.(www.jamsostek.com). Skripsi ini akan
mengevaluasi keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SMK3 serta mengetahui faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam
Hospital. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.
(Permen PU, 2008) Pemahaman tentang SMK3 yang benar dari semua aspek sangat berguna
untuk pencegahan kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi
meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan
kecelakaan (zero accident). Sesuai dengan Bab III pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER. 05/MEN/1996, penerapan SMK3 diwajibkan kepada perusahaan dengan tingkat
penerapan sebagai berikut : 1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah
harus menerapkan sebanyak 64 elemen. 2. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat
resiko menengah harus menerapkan sebanyak 122 elemen. 3. Perusahaan besar atau perusahaan
dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166 elemen. Dilihat dari tingkat
penerapan di atas, maka pembangunanproyek gedung Siloam Hospital termasuk kategori
perusahaan besar yang menerapkan sebanyak 166 elemen yang terdapat dalam SMK3. Hal
dikarenakan proyek ini memiliki pekerja lebih dari 100 orang. Keberhasilan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut
Permenaker 05/MEN/1996 sebagai berikut: 1. Untuk tingkat pencapaian 0-59 % dan
pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum. 2. Untuk
tingkat pencapaian 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak. 3. Untuk tingkat
pencapaian 85-100 % diberikan sertifikat dan bendera emas. Ditinjau dari segi kinerja
penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU
Nomor: 09/PRT/2008 terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: 1. Baik, bila mencapai hasil
penilaian > 85%. 2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%. 3. Kurang, bila mencapai
hasil penilaian < 60%. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan Prinsip dasar SMK3
sudah ada sejak tahun 1970 terlihat dalam Peraturan Undang-undang Republik Indonesia No.
1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Sedangkan pada
undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87
tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi: 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Setelah itu,
maka dikeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996 tentang SMK3
dan dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi demi tercapainya
keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman SMK3 kontruksi bidang
Pekerjaan Umum Nomor: 09/PRT/2008 yang tercantum dalam ayat (a), (b) dan (c) sebagai
berikut:

1. Ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. 2. Ayat (b) menyatakan
bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan, kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum dapat terselenggara secara optimal, maka
diperlukan suatu pedoman pembinaan dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum. 3. Ayat (c) menyatakan bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Menteri tentang Pedoman Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi
bidang Pekerjaan Umum. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Permen PU Nomor:
09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang PU tercantum elemen-elemen
yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sebagai berikut:
1. Kebijakan K3 Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi dan
kerjasama semua pihak.Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja manajemen dan
karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif.(Sastrohadiwiryo, 2001)

Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja

Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut


dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es
sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan
kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil dari pada kerugian keseluruhan.

Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung untuk
penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa
memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya
daripada biaya langsung untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja
yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja
ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian (biaya-biaya)
tersebut antara lain :

 Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :


o Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
o Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).
 Biaya Tidak Langsung :
o Kerusakan Bangunan
o Kerusakan Alat dan Mesin
o Kerusakan Produk dan Bahan/Material
o Gangguan dan Terhentinya Produksi
o Biaya Administratif
o Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
o Sewa Mesin Sementara
o Waktu untuk Investigasi
o Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
o Biaya Perekrutan dan Pelatihan
o Biaya Lembur (Investigasi)
o Biaya Ekstra Pengawas(an)
o Waktu untuk Administrasi
o Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena Cedera
o Kerugian Bisnis dan Nama Baik

Perbandingan jumlah biaya di atas diilustrasikan pada gambar di bawah berikut :

Sumber :

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-
kecelakaan-kerja-teori-gunung.html

https://www.kaskus.co.id/thread/528aa85a1f0bc3f906000004/teori-gunung-es-
dalam-k3/

TEORI DOMINO HEINRICH TENTANG KECELAKAAN KERJA!

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heinrich, 98 persen kecelakaan


disebabkan oleh tindakan tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci
untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai penyebab kecelakaan.
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang
menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima
penyebab kecelakaan, di antaranya:

1. Hereditas
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang
kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
2. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang
berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.
3. Sikap dan kondisi tidak aman
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur
kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-
rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai
pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya.

Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja
kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak
tersedianya APD yang lengkap.
4. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat
kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
5. Dampak kerugian
 Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia
 Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
 Konsumen: ketersediaan produk

Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di
berdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.
Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan
sikap dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika
kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu.

Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua
jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan
(kartu keempat) dan dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.

Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida Kecelakaan juga


menjelaskan hal yang sama.
Tercatat kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan
kondisi tidak aman. Maka dari itu, untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya
bisa dilakukan pencegahan dengan meminimalisasi tindakan dan kondisi tidak aman
di tempat kerja, dengan cara:

1. Mengatur kondisi kerja sesuai peraturan perundangan


2. Standarisasi, terkait syarat-syarat keselamatan, seperti pemasangan rambu-
rambu keselamatan.
3. Pengawasan agar peraturan dipatuhi
4. Pelatihan terkait keselamatan untuk karyawan
5. Laporan mengenai kecelakaan kerja, meliputi jenis kecelakaan kerja, jumlah
kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, dan sebagainya
6. Program penghargaan atas prestasi karyawan dalam meminimalisasi
kecelakaan kerja
7. Asuransi
8. Membuat program K3 di tingkat perusahaan

Sumber :

https://www.safetysign.co.id/news/159/Fakta-Mengejutkan-Teori-Domino-Heinrich-
Tentang-Kecelakaan-Kerja

Makna Lambang/Logo K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja)

Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) beserta arti dan maknanya
terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Berikut penjelasan mengenai arti dan makna lambang/logo/simbol K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) :
Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna dasar
putih.
Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Warna Putih : bersih dan suci.
Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

Sumber : http://hima-k3.ppns.ac.id/arti-simbol-k3/

SAFETY INDUCTION

Safety Induction adalah pengenalan dasar-dasar Keselamatan kerja dan Kesehatan Kerja (K3)
kepada karyawan baru atau visitor (tamu) dan dilakukan oleh karyawan dengan jabatan
setingkat supervisory (dari divisi OSHE / Safety) dan bisa juga bisa dilakukan oleh yang
paham tentang K3 dengan level jabatan minimum seperti tersebut diatas (minimal Foreman,
dan supervisor up).

Adapun Induksi Oleh OSHE Dept. Bertujuan :

1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya K3 di dalam pertambangan.


2. Memberikan informasi terbaru tentang kondisi dalam tambang sebab kondisi dalam
tambang bisa berubah setiap hari.
3. Memberikan pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan sanksi apa yang
diberikan jika melanggar peraturan di perusahaan tambang tersebut.
4. Memberikan informasi tentang prosedur kerja yang ada di wilayah pertambangan
tersebut.
5. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Intinya induksi safety dilakukan untuk
menghindarkan seseorang dari kecelakan saat memasuki wilayah pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai