Anda di halaman 1dari 10

K3 MANUFAKTUR & K3 KONSTRUKSI

1. Jelaskan secara singkat dasar pemikiran yang digunakan untuk melakukan


suatu upaya K3 manufaktur dan K3 konstruksi bangunan!
JAWAB :
Dasar pemikiran atau upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang
Manufaktur dan Kontruksi Bangunan pada dasarnya terdapat dalam Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 2 dimana di
dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa ruang lingkup keselamatan kerja
dalam segala tempat kerja, termasuk di dalamnya memuat kegiatan manufaktur dan
kontruksi bangunan.
A. Dasar pemikiran untuk melakukan upaya K3 Manufaktur :

Dasar pemikiran untuk melakukan upaya K3 Manufaktur terdapat pada


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi, dimana termuat
ruang lingkup penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja terkait pesawat
tenaga dan produksi yang biasa terdapat di dalam industri manufaktur.

Salah satu upaya penerapan K3 dan tindakan pencegahan kecelakaan kerja di


manufaktur yaitu :

1) Melakukan analisa bahaya proses ditempat kerja untuk mengidentifikasi


dan mengontrol bahaya dan meminimalkan konsekuensi dari kecelakan
yang sangat parah atau fatal.
2) Menyesuaikan control engineering terhadap fasilitas dan peralatan
produksi, proses, dan bahan baku untuk mencegah kecelakaan yang fatal.
3) Mengembangkan manajemen kontrol sistem  untuk mengendalikan bahaya,
melindungi lingkungan dan memberikan keselamatan dan kesehatan
terhadap pekerja.
4) Membuat administrasi kontrol untuk perubahan fasilitas, prosedur operasi,
keselamatan kerja, training dan sebagainya untuk meningkatkan kesadaran
pekerja terhadap keselamatan kerja.
5) Melakukan audit berkala untuk mengukur efektifitas PSM (Process Safety
Management) standar.
B. Dasar pemikiran untuk melakukan upaya K3 Konstruksi :

Dasar pemikiran untuk melakukan upaya K3 Konstruksi bangunan terdapat


pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2014, Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Kontruksi Bidang Pekerjaan Umum, yang mengatur secara administrasi maupun
secara praktek pelaksanaan kegiatan tentang kontruksinya, pada setiap pekerjaan
pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Peraturan Menteri ini dimaksud
sebagai acuan bagi Penguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penerapan SMK3
Kontruksi Bidang Pekerjaan Umum. Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri ini
agar SMK3 kontruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat diterapkan secara konsisten
untuk:
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintergasi;
b. Dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong
produktifitas.
Dasar Pemikiran untuk melakukan upaya K3 Konstruksi atau strategi penerapan
K3 di bidang konstruksi bangunan, yaitu dengan cara :
1) Identification
Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik yang berbeda,
misalnya proyek bangunan tinggi, pembangunan bendungan, bangunan
pabrik dan sebagainya. Lakukan identifikasi polusi bahaya atau kegiatan
konstruksi yang akan dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut
area atau bidang kegiatan masing-masing.

2) Evaluation
Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi bahaya untuk
menentukan skala prioritas berdasarkan hazards rating.

3) Develops the plan


Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi diatas susun rencana
pengendalian dan pencegahan kecelakaan
4) Implementasi
Buat rencana kerja yang telah disusun untuk mengimplementasikan konsep
pengendalian dengan baik. Untuk mencapai kegiatan yang optimal sediakan
sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program K3. Buat
kebijakan K3 terpadu.

5) Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk mengetahui apakah
program-program tersebut telah terlaksanan dengan baik atau tidak. Susun
audit internal serta inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi setempat.

2. Kapan UU No. 1 tahun 1970 diberlakukan penerapannya?


JAWAB :
Sesuai pasal 18 UU No. 1 Tahun 1970, UU No. 1 Tahun 1970 mulai
diberlakukan penerapannya setelah ditandatangani dan disahkan peraturan ini oleh
Presiden Republik Indonesia Soeharto (Jendral T.N.I) dan di undangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari Tahun 1970.
Lalu, sesuai Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970, UU No.1 Tahun 1970
merupakan undang undang yang mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Dalam Pasal 2
ayat 2 UU No. 1 Tahun 1970 tercantum bahwa UU No.1 Tahun 1970 berlaku dalam
tempat kerja di mana :

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,


peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau
peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan.
d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun
atau gudang;
h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian)
yang menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air;
r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3. Sebuah perusahaan manufaktur / konstruksi bangunan menggunakan aliran


listrik dari PLN dan kadang-kadang dari generator listrik sendiri. Coba
jelaskan pengawasan k3 dilakukan oleh siapa!
JAWAB :
Sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 1 Tahun 2015 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja Pasal 10, Pengawasan K3
terhadap perusahaan yang menggunakan aliran listrik yaitu oleh :
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
c. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;
setelah ada perubahan/perbaikan; dan secara berkala. Hasil pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan
Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3 digunakan sebagai bahan pertimbangan penerbitan
pengesahan dan/atau pembinaan dan/atau tindakan hukum. Hasil pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan digunakan
sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas
Ketenagakerjaan. Lalu, pengesahannya diterbitkan oleh Kepala Dinas Provinsi. Dan
juga dijelaskan dalam pasal 6 ayat 4 bahwa dalam hal kegiatan yang dilaksanakan
berupa pemasangan dan pemeliharaan pada pembangkitan, transmisi,
distribusi dan pemanfaatan listrik, dapat dilakukan oleh:

a. Teknisi K3 Listrik pada perusahaan; atau

b. Teknisi K3 Listrik pada PJK3.

4. Buatkan 2 contoh safety policy dan safety program!


JAWAB :
A. Safety Policy adalah kebijakan keselamatan dan Kesehatan kerja dari masing-
masing perusahaan/instansi yang berisi komitmen dan tujuan dalam penerapan dan
pencapaian K3.
 Contoh Safety Policy :
1) Kebijakan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2) Kebijakan Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan
B. Safety Program atau program K3 merupakan akar dari implementasi K3 untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Safety program berisi
perencanaan mencakup unsur-unsur K3 yang dirancang untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program K3 ini berisi
rencana kegiatan sesuai yang dipersyaratkan oleh UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

 Contoh Safety Program :


1) Safety Monitoring

Safety monitoring adalah kegiatan pemantauan dan pengawasan areal kerja


secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi sumber, kondisi dan tindakan
berbahaya agar setiap potensi bahaya serta aspek lingkungan yang beresiko
menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikendalikan dan dicegah sedini mungkin.
Safety monitoring bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kasus kecelakaan
kerja melalui pendekatan sistem secara holistic sebagai berikut:
a. Identifikasi sumber bahaya untuk diolah sebagai informasi peringkat high risk
area, high risk material dan high risk machine & tools.
b. Identifikasi kondisi berbahaya untuk diolah sebagai informasi peringkat potensi
bahaya pada area, material, mesin, atau alat yang masuk kategori high risk

c. Identifikasi dan mengawasi tindakan berbahaya sehingga dapat segera


dilakukan tindakan peneguran, penghentian operasi, dll sehingga dapat dicegah
terjadinya kecelakaan.
d. Dapat dianalisa besarnya potensi bahaya kecelakaan dan dibuat rekomendasi
perbaikan, selanjutnya dapat dipastiakn bahwa rekomendasi tersebur
dilaksanakan oleh unit kerja yang bersangkutan.
e. Dapat dibuat safety profile pada tiap-tiap unit kerja plant/divisi yang digunakan
sebagai sumber informasi yang komprehensif dan mutakhir bagi pejabat dan
seluruh karyawan di unit kerja sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan
kepedulian terhadap aspek K3.

2) Safety Talk

Safety talk merupakan program pencegahan kecelakaan kerja yang


dilakukan dengan cara meeting yang isinya tentang penjelasan-penjelasan
pembicara yang bertujuan untuk mengingatkan para pekerja di tempat tersebut
tentang potensi bahaya yang ada, sehingga dapat meminimalisir kecelakaan kerja
yang terjadi di tempat tersebut. Selain itu, dalam safety talk juga mendengarkan
keluhan-keluhan dari para pekerja yang ada sehingga didapat solusi yang tepat
untuk mengurangi keluhan tersebut. Target pencapaian dari safety talk adalah
dalam 1 bulan., setiap orang/karyawan mengikuti safety talk sebanyak 1 kali.
Dalam pelaksanaanya, safety talk dilakukan 1 kali perbulan, 1 kali perminggu
tergantung dari lini yang mengadakan safety talk itu sendiri. Hasil dari safety talk
dilaporkan dan diserahkan kepada Safety Departement. Safety Talk dapat dilakukan
oleh HSE staff, dan berisi materi-materi mengenai K3, seperti contoh cara
menggunakan APD yang baik dan benar; potensi-potensi bahaya di tempat kerja,
dan sebagainya.

Tujuan safety talk adalah untuk:

a. Menjelaskan sumber bahaya yang dapat menyebabakan terjadinya kecelakaan di


tempat kerja dan cara pengendaliannya.
b. Mengingatkan semua orang agar bekerja sesuai SOP secara aman dan selamat
untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja.
c. Menjelaskan kasus kecelakaan, kebekaran dan penyakit akibat kerja yang
menimbulakan kerugian harta benda dan jiwa yang terjadi agar tidak terulang
kembali di masa yang akan datang.
d. Membahas prosedur dan latihan menghadapi keadaan daarurat termasuk
pencemaran lingkungan.
e. Menyebarluaskan peraturan perundang-undangan, kebijakan dan prosedur K3
dari pemerintah maupun yang dikeluarkan oleh perusahaan.
f. Mengevaluasi implementasi prosedur dan tindakan perbaikan untuk mencegah
terjadinya kecelakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan pencurian yang
sudah terjadi di tempat kerja.

5. Apakah P2K3 itu?


JAWAB :
Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut
Permenaker RI Nomor PER. 04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja
yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan
K3.
Fungsi dari P2K3 antara lain :
1) Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di tempat kerja.
2) Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja
mengenai :

a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan


gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
menanggulanginya.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3) Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
b. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
c. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
(PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
d. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
e. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan.
f. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
g. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
h. Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan.
i. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan
dan kesehatan kerja.
4) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
(Berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

Jumlah dan susunan P2K3 yaitu :


1) Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka
jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri
dari 6 (enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam)
orang mewakili tenaga kerja.
2) Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan
100 (seratus) orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam)
orang yang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan
Perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili tenaga kerja.
3) Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang
dengan tingkat resiko bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai
dengan ketentuan nomor 2 (dua) di atas.
4) Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh)
orang untuk anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan
nomor 2 (dua) di atas dimana masing-masing anggota mewakili
Perusahaannya.

Anda mungkin juga menyukai