Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
Secara prinsip, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) merupakan kewajiban bagi puskesmas yang mempekerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai tingkat potensi
bahaya tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan bagi puskesmas yang
mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dan tidak mempunyai
potensi bahaya tinggi juga perlu untuk menerapkan SMK3.
Tujuan dilaksanakannya SMK3 oleh puskesmas adalah:
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Dari 3 tujuan penerapan SMK3 di atas sudah sangat jelas bahwa muara dari
tujuan penerapan SMK3 yaitu untuk mendorong produktivitas puskesmas.
Relevansi dari 3 tujuan penerapan SMK3 tersebut sangat erat, karena dengan
efektifnya perlindungan K3 yang terencana, terukur, terstruktur, dan terorganisasi
maka potensi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
dikurangi sehingga tercipta tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien yang
dapat meningkatkan produktivitas puskesmas.

1
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :
1) Untuk mempraktikan teori yang telah diterima selama kegiatan
pembinaan.
2) Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di
lapangan khususnya di bidang SMK3 & Kesehatan Kerja.

C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Kerja Praktek Lapangan ini adalah :
1. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)
2. Pelaksanaan K3 di Bidang Kesehatan Kerja

D. DASAR HUKUM
1. Dasar Hukum Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 87.
c. PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.

2. Dasar Hukum K3 Kesehatan Kerja


a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
c. Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Jamsostek.
d. Keputusan Presiden RI nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja dan mendapat kompensasi dari
Jamsostek.
e. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-
01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Puskesmas.

2
g. Permenakertranskop No. Per-01/Men/1979 tentang Kewajiban
Latihan Hygiene Puskesmas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi
Tenaga Para Medis Puskesmas.
h. Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyenggaraan Keselamatan Kerja.
i. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
j. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.
k. Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih
Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
l. Permenaker Republik Indonesia Nomor : Per.03/Men/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan Kecelakaan.
m. Kepmenaker No. 333 tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
n. Permenakertrans No.Per.15/Men/2008 tentang P3K di Tempat Kerja.
o. Permenaker No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaran Penilaian
Penerapan SMK3.
p. Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang Makan.
q. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
r. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang
Puskesmas Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.

3
BAB II
KONDISI PUSKESMAS

A. Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) didirikan oleh Buntoro, seorang pria
dengan visi yang kuat untuk menjadikan MAK sebagai penggerak utama menuju
Indonesia negara industri pada tahun 1988. PT. MAK berada di Jl. Tanjung Tirto
34, Tirtomartani km 13, Yogyakarta 55571.
Pendiri MAK menyadari suatu permasalahan bahwa Indonesia
membutuhkan tempat tidur rumah sakit berkualitas tinggi, dengan harga yang
lebih terjangkau, yang mampu menangani kondisi rumah sakit di Indonesia.
Berbekal kompetensi di bidang teknologi mekanik, MAK hadir memberikan
solusi kebutuhan tersebut.
Saat ini MAK memiliki fasilitas produksi yang lengkap di Yogyakarta
yang mampu menciptakan varian lengkap peralatan rumah sakit. MAK secara
konsisten melakukan investasi dan meningkatkan kompetensi untuk menciptakan
produk berkualitas tinggi.
Perjalanan MAK dimulai dari bengkel menjadi puskesmas peralatan
rumah sakit. Pada tahun 2000, Griya MAK dibangun dengan modal semangat
sebagai satu mata rantai dalam rangkaian proses menuju Indonesia baru yang
modern. MAK juga membangun Mega Andalan Technopark, kawasan industri
yang dibangun sebagai pusat pengembangan industri. Pada tahun 2001, Varian
produk MAK semakin lengkap. Show room dibangun agar pelanggan dapat
melihat kualitas produk secara nyata. Kemudian tahun 2004, Training Center
berdiri menjadi pusat transfer pengetahuan sebagai perwujudan misi MAK untuk
menjadi center of excellence di bidang teknologi mekanik.
Tahun 2006, MAK membangun Sentra Pengembangan Industri Kecil
Mega Andalan (SPIKMA) sebagai wadah pengembangan komunitas industri.
MAK mengintegrasikan unit pengelasan, pengecatan, dan perakitan ke dalam satu
gedung bernama Mega Andalan Center pada tahun 2009. Selanjutnya tahun 2010,

4
MAK memproduksi komponen castor secara mandiri. Unit Castor menyuplai
produk untuk setiap produk MAK yang menggunakan castor. MAK
mengembangkan unit Mega Andalan Plastic Part (MAPP) yang sebelumnya
bergabung dengan Unit Castor. Komponen plastik injeksi diproduksi secara
mandiri sehingga MAK memiliki fleksibilitas dalam berinovasi.
Seiring dengan permintaan ekspor yang terus naik, pada tahun 2013 MAK
mendirikan Unit Export Oriented Production, unit produksi khusus ekspor. Dan
perkembangan terakhir tahun 2014, MAK mempersiapkan Mega Andalan
Komponen Logam untuk menjadi entitas usaha mandiri dengan kompetensi di
bidang produksi komponen berbahan baku logam.
Hingga saat ini PT. MAK mempekerjakan 904 karyawan yang terdiri dari,
358 karyawan Hospital Equipment (HE), 102 karyawan Export Oriented
Production (EOP), 110 karyawan Sentra Pengembangan Industri Kecil
(SPIKMA), 200 karyawan Mega Andalan Komponen Logam (MAKL), 60
karyawan Mega Andalan Komponen Plastik (MAKP), 49 karyawan Mega
Andalan Roda dan Kastor (MARK), dan 25 karyawan Mega Andalan Electro
Plating (MAEP).
Dengan kondisi puskesmas seperti dijelaskan sebelumnya, maka dirasa
terdapat beberapa potensi bahaya yang ada pada PT. Mega Andalan Kalasan
seperti Kesehatan Kerja dan beberapa potensi bahaya lainnya yang kemudian akan
dibahas pada sub-bab selanjutnya.
B. Temuan-temuan di Lapasngan

Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


1. Temuan Positif
a. Pengurus berkomitmen untuk mengkomunikasikan Peraturan Umum
K3 di puskesmas dengan memasang persyaratan tersebut di tempat
strategis berupa papan pengumuman.
b. Dengan adanya papan kinerja K3 maka seluruh pegawai puskesmas
dapat mengetahui dan menjadi acuan dalam bekerja.

5
c. Terdapat kebijakan K3 yang ditandatangani pimpinan tertinggi dan
disosialisasikan ke karyawan dalam bentuk plang kebijakan dan
poster.
d. Puskesmas telah membentuk struktur Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3).
e. Puskesmas menyediakan APD untuk tenaga kerja dan tamu yang
berkunjung.
f. Puskesmas menyediakan dan melakukan pemeriksaan APAR secara
rutin.
g. Puskesmas telah melakukan pembinaan dan latihan di bidang K3
kepada tenaga kerja (Sertifikasi Operator Forklift).
h. Puskesmas telah menerapkan SMK3 dan melakukan audit eksternal
secara sukarela sehingga mendapatkan sertifikat emas dari auditor.

2. Temuan Negatif
a. Puskesmas tidak secara jelas menginformasikan poteni sumber
bahaya di lokasi kerja kepada tamu pada saat safety induction.
b. Kurangnya efektifitas inspeksi yang dilakukan dengan ditunjukan
housekeeping yang tidak rapi dimana masih terlihat kabel berserakan
sehingga berpotensi adanya bahaya tersandung (trip hazard).
c. Ditemukan personel di daerah aman kerja tidak menggunakan APD
yakni seorang signman forklift yang tidak menggunakan APD
(sepatu safety).
K3 Tentang Kesehatan Kerja
1. Temuan Positif
a. Puskesmas telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga
kerja baik di awal, berkala dan khusus.
b. Dokter telah mendapatkan pelatihan hiperkes (dibuktikan dengan
sertifikat).
c. Paramedis telah mendapatkan pelatihan hygiene puskesmas,
kesehatan dan keselamatan kerja (dibuktikan dengan sertifikat).

6
d. Puskesmas melaksanakan program penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja bekerjasama dengan KPA melalui program VCT
(Volluntary Counselling Test) dan penyuluhan.
e. Kantin lingkungan puskesmas memiliki sertifikat terkait penyuluhan
dan keamanaan pangan.

2. Temuan Negatif
a. Tidak tercukupinya jumlah kakus yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja yang ada.
b. Lemahnya pengawasan pengendalian bahaya terkait ergonomi,
yakni:
 Pekerja di ruang produksi melakukan kegiatan berulang dengan
posisi duduk yang salah (membungkuk, miring)
 Pekerja melakukan pekerjaan manual handling dengan cara yang
salah sehingga berpotensi terjadinya low back pain.
c. Penempatan Air minum dan tempat minum berdekatan dengan bak
sampah terbuka berpotensi menimbulkan kontaminasi air minum
dari bakteri, lalat, mikroorganisme dan kontaminan lainnya.

7
BAB III
ANALISA TEMUAN POSITIF SMK3

Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
1 Pengurus Halaman Parkir Pekerja telah memahami Pemeliharaan dalam  Undang-undang No. 1/1970
memasang tentang Peraturan Umum perawatan papan tersebut tentang Keselamatan Kerja.
persyaratan K3 di K3 di puskesmas dengan agar tetap bisa terbaca dan  Undang-undang No.13 Tahun
tempat strategis adanya papan peraturan terawat. Serta di beri poster 2012 tentang Ketenagakerjaan
tersebut. peraturan Umum K3 di Pasal 87.
lokasi produksi. Agar  PP No.50 Tahun 2012 tentang
seluruh pegawai dapat Penerapan SMK3 (Lampiran 2,
membaca dan memahami Kriteria 2.4 Informasi K3)

2 Pengurus Halaman Parkir Dengan adanya papan Agar dapat dipertahankan  Undang-undang No. 1/1970
memasang papan performance EHS maka dan sebaiknya dirawat. tentang Keselamatan Kerja.
kinerja K3 (EHS seluruh pegawai  Undang-undang No.13 Tahun
Performance) di puskesmas dapat 2012 tentang Ketenagakerjaan
tempat strategis mengetahui dan menjadi Pasal 87.
acuan dalam bekerja.  PP No.50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3. (Lampiran 2,
Kriteria 10.2 Data dan Laporan
K3)
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
3 Pengurus Halaman Depan Terdapat kebijakan K3 Walaupun kebijakan selalu  Undang-undang No. 1/1970
mengkomunikasik yang ditanda tangani direview setiap tahun namun tentang Keselamatan Kerja Pasal
an Kebijakan K3 pimpinan tertinggi dan akan lebih baik jika 14
dengan disosialisasikan ke kebijakan dapat  Undang-undang No.13 Tahun
memasang papan karyawan dalam bentuk menunjuknya tanggal yang 2012 tentang Ketenagakerjaan
di lokasi strategis plang kebijakan dan up to date agar tidak Pasal 87.
poster. menimbulkan pertanyaan  PP No.50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3. (Lampiran 2,
Kriteria 1.1 Kebijakan K3)

4 Pengurus Pengurus telah Agar dilakukan  PerMenaker No. 04/MEN/1987


membentuk P2K3 Ruang Meeting membentuk struktur pembaharuan struktur P2K3 tentang P2K3 serta tata
Panitia Pembina setiap tahun carapenunjukan ahli keselamatan
keselamtan dan kesehatan kerja
kerja (P2K3)  PP No.50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3. (Lampiran 2,
Kriteria 1.4.3)

9
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
5 Pengurus Samping Pos Puskesmas menyediakan Agar dapat dipertahankan  Undang – Undang No. 01 tahun
menyediakan Satpam APD untuk tenaga kerja dan dijaga dengan baik 1970 pasal 14 tentang kewajiban
APD dan tamu yang pengurus.
berkunjung  PP nomor 50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 ( Lampiran 2
Kriteria 6.2 Pengawasan)

6 Penyediaan Ruang Kolot Puskesmas menyediakan Agar dapat dipertahankan  Permenaker No. Per
APAR dan (Pengolahan dan melakukan dan dijaga dengan baik 04/MEN/1980 tentang syarat –
pemeriksaan Lem) pemeriksaan APAR syarat pemasangan dan
secara rutin secara rutin pemeliharaan APAR
 PP nomor 50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 (Lampiran 2
Kriteria 7.3 Pemeriksaan
Peralatan Pengukuran dann
Pengujian)

10
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
7 Operator yang Di dompet masing Puskesmas telah Agar selalu di perhatikan  Permenaker
kompeten dan masing operator melakukan pembinaan validitas sertifikat No.Per.01/MEN/1989 tentang
berlisensi K3 dan latihan di bidang K3 Syarat- syarat Keran Angkat
kepada tenaga kerja  PP nomor 50 tahun 2012 tentang
(Sertifikasi Operator penerapan SMK3 (Lampiran 2
Forklift) Kriteria 12.5 Pelatihan Keahlian
Khusus)

8 Audit Eksternal Di Ruang Puskesmas telah Agar dapat dipertahankan  PP nomor 50 tahun 2012 tentang
Penerapan Meeting menerapkan SMK3 dan dan ditingkatkan penerapan SMK3.
SMK3 mendapatkan pengakuan  Permenaker No 26 Tahun 2016
pemerintah sebagaimana tentang Penyelenggaraan
dibuktikan sertifikat audit Penilaian Penerapan SMK3.
SMK3

11
ANALISA TEMUAN NEGATIF SMK3

Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
1 Potensi bahaya Ruang Meeting Puskesmas tidak secara Agar pada saat safety briefing PP nomor 50 tahun 2012
di tempat kerja jelas menginformasikan diberikan informasi tentang tentang penerapan SMK3
tidak secara jelas poteni sumber bahaya sumber bahaya dan cara (Lampiran 2 Kriteria 12.4
disampaikan dilokasi kerja kepada tamu pengendaliannya Pelatihan Pengenalan dan
pada saat safety pada saat safety briefing Pelatihan Pengunjung dan
induction Kontraktor)

2 Housekeeping Parkir Motor Kurangnya efektifitas Agar puskesmas melakukan  Undang – Undang No.
tidak rapi, kabel inspeksi yang dilakukan inspeksi di lingkangna kerja / 1 tahun 1970 tentang
berserakan dengan ditunjukan lebih difokuskan hazard Keselamatan Kerja
housekeeping masih terlihat hunting untuk menjamin pasal 3 ayat a.
berserakan keselamatan kerja  PP nomor 50 tahun
2012 tentang
penerapan SMK3
( Lampiran 2 Kriteria
7.1 Pemeriksaan
Bahaya)

12
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
3 Personnel di
daerah aman Ditemukan personel di Memastikan daerah aman  Undang – Undang No.
kerja forklift daerah aman kerja tidak kerja tidak dimasuki personel 1 tahun 1970 tentang
tidak menggunakan APD contoh selain operator forklift terlebih Keselamatan Kerja
menggunakan nya adanya signman forklift personel tersebut tidak  PP nomor 50 tahun
APD (sepatu yang tidak menggunakan menggunakan APD. 2012 tentang
safety dan helm) APD (sepatu safety) penerapan SMK3
( Lampiran 2 Kriteria
6.2 Pengawasan)

13
ANALISA TEMUAN POSITIF KESEHATAN KERJA

Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Temuan Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
1 Pemeriksaan Bukti jadwal MCU Poliklinik Puskesmas telah Agar terus dipertahankan  Permenaker No.
kesehatan bagi melaksanakan program pemeriksaannya 02/MEN/1980
tenaga kerja di pemeriksaan kesehatan dan pemantauan kesehatan pemeriksaan kesehatan
awal, berkala dan bagi tenaga kerja baik di berkala tenaga kerja dalam
khusus awal, berkala dan khusus penyelenggaraan
keselamatan kerja
 Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan
SMK3 (Lampiran 2,
kriteria 7.4 tentang
pemantauan kesehatan
tenaga kerja)

2 Dokter pemeriksa Sertifikat hiperkes dokter Poliklinik Dokter telah mendapatkan Agar dapat dipertahankan Permenaker
bersertifikat pelatihan hiperkes dan No.01/MEN/1976 tentang
hiperkes sertifikat kewajiban latihan
hiperkes bagi dokter
puskesmas
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Temuan Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
3 Paramedik Sertifikat hiperkes Poliklinik Paramedis telah Agar dapat dipertahankan Permenaker
bersertifikat mendapatkan pelatihan No.01/MEN/1979
hiperkes hygiene puskesmas, Tentang pemeriksaan
kesehatan dan kesehatan tenaga kerja
keselamatan kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja

4 Program Absensi program Poliklinik Puskesmas melaksanakan Agar dapat dipertahankan Kepmenaker
penanggulangan penanggulangan HIV/AIDS program penanggulangan programnya tentang No.68/MEN/IV/2004
HIV/AIDS di HIV/AIDS di tempat penyuluhan dapat Tentang pencegahan dan
tempat kerja kerja bekerjasama dengan dilakukan berkala untuk penanggulangan
KPA melalui program merefresh pengetahuan HIV/AIDS di tempat kerja
VCT dan penyuluhan tentang HIV/AIDS

15
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Temuan Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
5 Sertifikasi Kantin Sertifikasi Kantin Kantin Kantin lingkungan Agar dapat dipertahankan Surat EdaranMenteri
puskesmas memiliki dan ditingkatkan lagi untuk Tenaga Kerja Dan
sertifikat terkait sertifikasi mengenai kantin Transmigrasi
penyuluhan dan dan keamanan pangan No. : Se.01/Men/1979
keamanaan pangan Tentang Pengadaan
Kantin Dan Ruang
Tempat Makan

16
ANALISA TEMUAN NEGATIF KESEHATAN KERJA

No Temuan Foto Temuan Lokasi Temuan Analisa Potensi Saran Dasar Hukum
Bahaya
1 Jumlah kakus Kakus Kakus Tidak tercukupinya Penambahan jumlah Peraturan Mentri Perburuhan
tidak sebanding jumlah kakus dengan kakus dari jumlah yang No. 07 Tahun 1964 Tentang
dengan jumlah jumlah tenaga kerja ada 13 kakus menjadi 48 Syarat Kesehatan
tenaga kerja kakus Kebersihan serta Penerangan
Dalam Tempat Kerja

2 Pengendalian Area loading dock Lemahnya pengawasan Agar dilakukan  Peraturan Pemerintah No.
bahaya ergonomi dan area produksi pengendalian bahaya pengawasan terhadap 50 Tahun 2012 Tentang
terkait ergonomi, yakni: implementasi Penerapan SMK3
 Pekerja di ruang pengendalian bahaya (Lampiran 2 kriteria 6.2
produksi melakukan sebagai hasil risk Pengawasan)
kegiatan berulang assessment di lapangan  Keputusan Menteri
dengan posisi duduk terkait ergonomi kerja Tenaga Kerja No 333
yang salah meliputi: Tahun 1989 tentang
(membungkuk,  Manual handling Diagnosa dan Pelaporan
miring)  Repetitive movement Penyakit Akibat Kerja.
 Pekerja melakukan di ruang produksi
pekerjaan manual
handling dengan cara
yang salah sehingga
berpotensi terjadinya
low back pain

17
Analisa Temuan /
No Temuan Foto Temuan Lokasi Temuan Saran Dasar Hukum
Potensi Bahaya
3 Potensi Area toilet/ Penempatan Air minum Agar dikaji ulang Peraturan Menteri
kontaminasi air Pencucian tangan dan tempat minum penempatan penyimpanan Perburuhan Nomor 7 Tahun
minum dari berdekatan dengan bak air minum untuk 1964 tentang syarat
tempat sampah sampah terbuka mencegah bahaya kesehatan, kebersihan serta
berpotensi menimbulkan kontaminasi yang dapat penerangan dalam tempat
kontaminasi air minum menyebabkan air minum kerja (pasal 2 dan 3)
dari bakteri, lalat, terkontaminasi
mikroorganisme dan
kontaminan lainnya

4 Kotak dan Isi Tempat Jumlah, jenis, dan isi Agar dapat disesuaikan Permenakertrans
P3K tidak sesuai Penyimpanan kotak P3K tidak sesuai dengan kebutuhan No.Per.15/Men/VIII/2008
dengan ketentuan Limbah B3 dan dengan ketentuan yang puskesmas terkait tentang P3K di Tempat
Ruang Produksi berlaku terkait dengan pemenuhan syarat Kerja.
penyelengaraan P3K di penyelengaraan P3K di
tempat kerja tempat kerja.

18
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. PT. Mitra Adi Jaya secara umum telah menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3), dengan sukarela melakukan
Audit eksternal & mendapatkan sertifikat EMAS tanggal 23 April 2013.
2. Beberapa temuan negatif pada saat praktek kerja lapangan dilaksanakan
menunjukkan masih perlunya perbaikan pelaksanaan SMK3 diantaranya:
materi safety induction, pengawasan bahaya, pengawasan pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD).
3. PT. Mitra Adi Jaya telah secara efektif melaksanakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja yang terintegrasi dalam program SMK3.
4. Beberapa temuan negatif yang memerlukan tindak lanjut diantaranya:
penyediaan kakus dan pengawasan terkait ergonomi kerja meliputi potensi
bahaya manual handling dan repetitive movement.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap materi safety induction untuk


memasukkan informasi terkait bahaya di tempat kerja.
2. Inspeksi lapangan untuk memastikan tempat kerja yang aman agar
dilakukan secara lebih menyeluruh termasuk pada potensi bahaya rendah
yaitu housekeeping (kabel berserakan bisa mengakibatkan tersandung).
3. Pengawasan pemakaian APD bagi pekerja agar lebih diperketat dan jika
perlu diadakan sosialisasi penggunaan APD.
4. Penambahan jumlah kakus yang sesuai dengan jumlah tenaga kerja.
5. Agar dilakukan pengawasan terhadap implementasi pengendalian bahaya
di lapangan terkait ergonomi kerja meliputi: manual handling dan
repetitive movement.
6. Penyesuaian kebutuhan P3K terkait penyelenggaraan P3K di tempat kerja.

19

Anda mungkin juga menyukai