PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yang dapat melindungi dari
kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, dan dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh yang merusak lingkungan. Pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja
adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja , dan masyarakat pada umumnya.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga
1
2
oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian materil maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat dan tidak diinginkan.
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang penulisan, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, teknik pengumpulan data, metodologi penelitian, tempat dan waktu
pelaksanaan dan sistematika penulisan.
3
e. BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang didalamnya terdapat
kesimpulan serta saran dari penulis.
Mulai
1. Survei Lapangan
2. Studi Literatur
3. Pengumpulan
Data
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Keilmuan :
Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada setiap proses kerja di
tempat kerja.
OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3
termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada
setiap aktifitas dan mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.
Organisasi yang mengimplementasi OHSAS 18001:2007 memiliki
struktur manajemen yang terorganisasikan dengan wewenang dan tanggung-jawab
yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan
pendekatan yang terstruktur untuk penilaian risiko.
Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan
audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3.
Manfaat
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat
Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau
perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan
Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan
kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam
pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia,
tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri
Jenis-jenis Keselamatan
Perlu dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang
aman, dan yang dirasakan aman. Pada umumnya, terdapat tiga jenis keadaan:
a. Keselamatan normatif digunakan untuk menerangkan produk atau
desain yang memenuhi standar desain.
b. Keselamatan substantif digunakan untuk menerangkan pentingnya
keadaan aman, meskipun mungkin tidak memenuhi standar.
c. Keselamatan yang dirasakan digunakan untuk menerangkan keadaan
aman yang timbul dalam persepsi orang. Sebagai contoh adalah
anggapan aman terhadap keberadaan rambu lalu lintas. Namun, rambu-
rambu ini dapat menyebabkan kecelakaan karena menyebabkan
pengemudi kendaraan gugup.
9
Selanjutnya, Dr. May Smith di dalam Anogara (2009 : 12) menyatakan bahwa
“tujuan kerja adalah untuk hidup”. Dengan demikian, mereka yang menukarkan
kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan hidup, berarti bekerja.
No. 14/1969 dimana dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya.
Pasal 1 Ayat 2
Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
Penjelasan Praktis : Ciri-ciri pengurus, adalah mempunyai kewajiban dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerjanya.
Pengurus dalam pengertian umum adalah pucuk pimpinan suatu tempat
kerja yang berdiri sendiri.
Pasal 1 Ayat 3
Pengusaha adalah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan suatu usaha
bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja ;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di
luar Indonesia.
Penjelasan Praktis :
Pengertian pengusaha, adalah lain dengan pengertian pengurus.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas yaitu kalau pengurus adalah pimpinan
tempat kerja sedangkan pengusaha adalah orang atau badan hukum yang memiliki
atau mewakili pemilik suatu tempat kerja. Bisa saja pengusaha dan pengurus suatu
13
Pasal 1 Ayat 4
“Direktur adalah Pejabat yang ditunjuk leh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-Undang ini.”
Penjelasan Praktis :
Pengertian Direktur, dinyatakan cukup jelas seperti tertulis pada bunyi
ayat ini, tetapi untuk menghindarkan penafsiran yang keliru perlu dijelaskan lebih
lanjut bahwa dalam prakteknya yang disebut Direktur adalah Direktur Jendral
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan.
Pasal 1 Ayat 5
“Pegawai Pengawas” adalah pegawai teknis bekeahlian khusus dari Depnaker
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Penjelasan Praktis :
Berkeahlian Khusus, artinya menguasai pengetahuan dasar dan praktis
pada bidang keilmuan yang menyangkut perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam mengantisipasi bahaya kerja karena mesin, peralatan, lingkungan dan
lain-lain.
Keahlian Khusus yang dimakud misalnya ahli K3 listrik, ahli K3 Pesawat
Uap, ahli K3 radiasi, ahli K3 kimia, ahli K3 Penyelaman, ahli K3 Kesehatan
Kerja, yang hanya dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Oleh karena itu
untuk dapat menjadi pegawai pengawas harus terlebih dahulu mengikuti
pendidikan tertentu.
Dalam perkembangannya, pengawas keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri dari sistem pengawasan
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menaker No. 03 tahun
1984.
14
Pasal 1 Ayat 6
Ahli Keselamatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Depnaker yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang ini.
Penjelasan Praktis :
Rumusan pengertian Ahli Keselamatan Kerja, pada ayat tersebut tercakup
juga Ahli Kesehatan Kerja. Dari rumusan tersebut perlu dimengerti bahwa untuk
pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1970, Disnaker dapat
melibatkan tenaga teknis dari luar Disnaker, baik yang berada di instansi/lembaga
pemerintah maupun swasta yang memenuhi persyaratan, sebagaimana ditetapkan
didalam Permen Tenaga Kerja No. 02/MEN/1992.
Latar belakang pemikiran atau konsep tersebut adalah karena Disnaker
tidak mungkin mampu membentuk pegawai pengawas dalam jumlah maupun
kemampuan dalam berbagai bidang keahlian seperti contoh diatas tadi sesuai
dengan perkembangan teknologi, walaupun pengawasan terhadap pelaksanaan
UU No. 1 tahun 1970 dapat dilakukan oleh tenaga dari luar Disnaker, namun
Kebijaksanaan Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetap berada pada
Menteri Tenaga Kerja.
Catatan :
Didalam ayat (5) dan (6) disebutkan bahwa yang mengangkat baik
pegawai pengawas maupun ahli keselamatan kerja adalah Menaker, akan tetapi
dalam pelaksanaannya diangkat oleh Dirjen Binawas sesuai keputusan Mentri
Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Kopersi No. Kep. 599/MEN/SJ/D/1979.
Pasal 2 Ayat 1
Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air, maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
15
Penjelasan Praktis :
Didalam ayat ini ditetapkan ruang lingkup UU No.1 tahun 1970, yaitu
tempat kerja dimanapun berada, selama dalam wilayah kekuasaan negara
Republik Indonesia, baik milik swasta,perseorangan atau badan hukum maupun
milik pemerintah, yang memenuhi kriteria seperti tersebut dalam pasal 1 ayat (1).
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik yang bersifat
ekonomis maupun sosial. Tempat kerja yang bersifat sosial seperti ;
a. Bengkel tempat untuk pelajaran praktek.
b. Tempat rekreasi.
c. Rumah Sakit.
d. Tempat ibadah.
e. Tempat berbelanja dan pusat hiburan .
Pasal 2 Ayat 2
Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja
dimana : ( huruf a s.d. r ) :
Penjelasan Praktis :
Ayat ini merinci jenis tahapan kegiatan dalam tempat-tempat kerja yang
termasuk pengertian tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu butir a s.d.
r dimana di dalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan dengan :
Pasal 2 Ayat 3
Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,
ruang-ruang atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
16
kesehatan yang bekerja dan yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah rincian tersebut dalam ayat (2).
Penjelasan Praktis :
Ayat ini memberikan kemungkinan untuk mengatur tempat kerja selain
yang telah ditetapkan dan mempunyai ciri-ciri di atas dalam penetapan ruang
lingkup UU No. 1 Tahun 1970 ini.
Sebab dimungkinkan untuk waktu yang akan datang ditemukan tempat
kerja baru selain yang terinci pada ayat (2).
Pasal 3 Ayat 1
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Penjelasan Praktis :
Ayat ini berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970
yaitu butir (a s.d. r) yang bilamana diambil intisarinya adalah untuk mewujudkan
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 3 Ayat 2
Dengan peraturan perundangan dapat diubah rincian seperti tersebut dalam
ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini merupakan usaha yang memungkinkan untuk menambah rincian
dari apa yang telah ditetapkan pada ayat (1) sesuai dengan perkembangan teknik
dan teknologi serta penemuan-penemuan baru di kemudian hari.
17
Pasal 4 Ayat 1
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menegaskan bahwa syarat atau ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pemakaian.
Dari ayat ini pula terlihat sifat preventif UU ini dan merupakan salah satu
perbedaan yang bersifat prinsipil bila dibandingkan dengan UU yang
digantikannya.
Pasal 4 Ayat 2
Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup
bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat
perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan isi dari setiap ketentuan atau syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu akan berisi prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mengatur
tentang konstruksi, bahan dan lain sebagainya.
Pasal 4 Ayat 3
Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) dan (2), dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
18
Penjelasan Praktis :
Ayat ini merupakan kekecualian ayat (1) dan (2) apabila terjadi
perkembangan-perkembangan di kemudian hari.
Pasal 5 Ayat 1
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-Undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-Undang ini dan
membantu pelaksanaannya
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan tugas pokok Direktur yaitu sebagai pelaksana umum
UU No. 1 tahun 1970 dan tugas pokok pegawai pengawas serta ahli keselamatan
kerja yaitu mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU ini dan peraturan
pelaksananya.
Pasal 5 Ayat 2
Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan UU ini diatur dengan peraturan
perundangan.
Pasal 6
(1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan
permohonan banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata cara permohonan banding, susunan panitia banding dan lain- lainnya
ditetapkan oleh menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
19
Penjelasan Praktis :
Pasal ini mengatur tentang Panitia Banding yaitu sebagai upaya hukum
dan mekanisme penyelesaian persoalan apabila pengurus tempat kerja tidak dapat
menerima putusan direktur . Keputusan Panitia Banding tidak dapat diajukan
banding lagi artinya mengikat. Susunan Panitia Banding akan ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja .
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-Undang inipengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan
peraturan perundangan.
Penjelasan Praktis :
Pasal ini mengatur kewajiban pengusaha untuk membayar retribusi yaitu
sejumlah uang sebagai imbalan jasa pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.
(Perda Kota Bandung No. 19 Tahun 2002 tentang Retribusi Ketenagakerjaan) *
* Tidak diberlakukan.
Pasal 8 Ayat 1
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menetapkan kewajiban pengurus untuk memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kesehatan fisik baik secara awal bagi tenaga kerja yang
baru diterimanya ataupun dipindahkan ke tempat/bagian lain.
Ayat ini menghendaki penyesuaian kemampuan fisik dan mental tenaga
kerja dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan produktivitas
yang tinggi dan menghargai harkat dan martabat tenaga kerja.
20
Pasal 8 Ayat 2
Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
dan dibenarkan oleh Direktur.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan disamping untuk mengetahui kemampuan fisik dan
mental tenaga kerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala ini juga bertujuan
untuk mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja.
Ketentuan ini juga menunjukkan sifat preventif dari UU ini dan menjamin
adanya usaha perlindungan di bidang kesehatan dilakukan secara profesional dan
bertanggung jawab.
Pasal 8 Ayat 3
Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
perundangan.
Penjelasan Praktis :
Pengujian kesehatan terutama untuk pemeriksaan kesehatan baik awal
maupun secara berkala dilakukan sesuai dengan lingkungan tempat kerja dimana
tenaga kerja tersebut akan ditempatkan.
Pasal 9 Ayat 1
Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
b. semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
21
Penjelasan Praktis :
Kewajiban pengurus untuk melakukan pembinaan terhadap tenaga kerja baru
yaitu menunjukan dan menjelaskan 4 (empat) hal pokok tersebut diatas yang
harus dipahami, diketahui dan dilaksanakan oleh tenaga kerja yang baru diterima
sebelum dipekerjakan.
Pasal 9 Ayat 2
Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut diatas.
Penjelasan Praktis :
Inti dari ayat ini adalah pengurus tidak dapat mempekerjakan tenaga kerja
yang baru diterima sebelum tenaga kerja yang bersangkutan memahami 4 hal
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 9 Ayat 3
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,
pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
Penjelasan Praktis :
Pengurus juga wajib melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya secara
berkala tentang :
a. Pencegahan kecelakaan
b. Pemadaman kebakaran
c. Pertolongan pertama pada kecelakaan
d. Hal-hal lain dalam rangka peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerjanya.
22
Pasal 9 Ayat 4
Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya.
Penjelasan Praktis :
Inti dari ayat ini adalah pengurus harus terus secara berkesinambungan
untuk melaksanakan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
Pasal 10 Ayat 1
Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna mengembangkan kerjasama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.
Penjelasan Praktis :
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kepentingan dan kewajiban
semua pihak, khususnya pengurus dan tenaga kerja. Menteri berwenang
membentuk P2K3 pada tempat-tempat kerja tertentu, sebagai wadah guna
memperkembangkan kerjasama, saling pergertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam rangka
melancarkan usaha produksi.
Pasal 10 Ayat 2
Susunan P2K3, tugas dan lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
23
Penjelasan Praktis :
Dalam ayat ini disebutkan bahwa susunan, tugas dan lain-lainnya yang
berkaitan dengan P2K3 akan ditetapkan oleh Menaker. Untuk itu telah diatur
dalam Peraturan Menteri sebagaimana tersebut diatas, No. 04/Men/1987.
Pasal 11 Ayat 1
Pengurus wajib melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga kerja
Pasal 11 Ayat 2
Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
Penjelasan Praktis :
Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk mencatat dan melaporkan
kecelakaan yang membawa korban dan terjadi ditempat kerja yang dipimpinnya.
Namun demikian untuk upaya pencegahan kecelakaan yang serupa maka
pengurus juga diwajibkan mencatat dan menganalisa kecelakaan-kecelakaan yang
tidak membawa korban manusia disamping kecelakaan yang membawa korban.
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
d. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan, diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus
24
Penjelasan Praktis :
Didalam pasal ini secara jelas dan tegas diatur kewajiban dan hak tenaga
kerja. Oleh karena itu, apabila tenaga kerja tidak melaksanakan kewajibannya atau
mentaati syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikenakan sanksi
hukum sesuai dengan pasal 15 Undang-undang No. 1 tahun 1970.
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan memakai alat-alat
perlindungan yang diwajibkan.
Penjelasan Praktis :
Menetapkan bahwa siapapun dalam hal ini orang lain selain tenaga kerja
akan memasuki suatu tempat kerja harus mentaati dan melaksanakan ketentuan
yang berlaku bagi tempat kerja tersebut, termasuk pemakaian alat pelindung diri
yang diwajibkan.
Pasal 14 Ayat 2
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sesuai Undang-Undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
25
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan keja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
Penjelasan Praktis :
Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk secara tertulis
menempatkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 dan peraturan-peraturan lain dan
gambar-gambar keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan jenis dan
sifat pekerjaan pada tempat kerja yang bersangkutan. Bahan-bahan tersebut
dimaksudkan sebagai bahan pembinaan dan peringatan bagi siapapun yang berada
ditempat kerja tersebut, disamping itu pengurus wajib menyediakan alat
perlindungan diri secara cuma-cuma bagi siapapun yang memasuki tempat kerja.
Pasal 15 Ayat 1
Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa sebagian besar ketentuan yang ada
didalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 masih bersifat pokok yang masih perlu
diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15 Ayat 2
Peraturan Perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman
pidana.
26
Penjelasan Praktis :
Menetapkan sanksi bagi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 1
tahun 1970 dan peraturan pelaksanaannya, yaitu :
a. Hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan, atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
Pasal 15 Ayat 3
Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Penjelasan Praktis :
Adalah mengklasifikasikan pelanggaran dimaksud sebagi tindakan pidana
pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu Undang-Undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu
tahun sesudah Undang-Undang ini mulai berlaku , untuk memenuhi ketentuan-
ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-Undang ini.
Penjelasan Praktis :
Pasal ini diwajibkan kepada pengusaha untuk memenuhi ketentuan
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 paling lama (satu) tahun setelah Undang-
Undang No. 1 tahun 1970 diundangkan, yaitu tanggal 12 Januari 1970.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam
Undang-Undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang- undang ini berlaku, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
27
Penjelasan Praktis :
Merupakan pasal yang mengatur tentang peralihan yaitu memberlakukan
kembali semua peraturan perundangan yang telah ada selama tidak bertentangan
dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 ini, antara lain :
a. Peraturan Khusus.
b. Undang-Undang dan Peraturan Uap.
c. Undang-Undang dan Peraturan Petasan
d. Undang-Undang dan Peraturan Rel Industri.
e. Undang-Undang dan Peraturan Timah Putih Kering.
Pasal 18
Undang-Undang ini disebut “Undang-Undang Keselamatan Kerja.”
Penjelasan Praktis :
Menetapkan nama pemyebutan dari Undang-Undang No. 1 tahun 1970,
yaitu Undang-Undang Keselamatan Kerja dan mulai berlaku pada hari
diundangkannya dalam lembaran negara R.I. No. 1 tanggal 12 Januari 1970.
c. Upaya penanganan
Upaya penanganan jika memperlihatkan gejala keracunan bahan kimia, harus
32
diketahui atau dicari dulu penyebab bahan kimianya dari jenis apa. Berilah
pertolongan pertama jika tahu cara menanganinya, jika tidak tahu maka sebaiknya
pasien secepatnya dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.
2) Kebisingan
Yang dimaksud kebisingan disini ialah tingkat suara yang ada di tempat kerja
terlalu keras, sehingga dapat mengganggu dan merusak pendengaran. Kebisingan
yang keras dapat menyebabkan hal-hal yang buruk bagi pekerja, misalnya,
pendengaran menjadi terganggu untuk sementara atau bahkan menjadi tuli,
pusing, kantuk, tekanan darah tinggi, dan depresi sehingga ketika ada alarm tanda
bahaya pekerja tidak mendengarnya.
a) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penangananya terhadap kebisingan yaitu :
- Peralatan yang akan menimbulkan kebisingan dirawat secara teratur
oleh tenaga kerja yang ahli di bidang ini
- Tenaga kerja menggunakan pelindung berupa tutup telinga
b) Upaya penanganan
Upaya penanganan yang dilakukan, yaitu :
- Peralatan yang telah rusak sehingga menyebabkan kebisingan harus
secepatnya diperbaiki. Jangan menunggu hingga peralatan sudah
rusak parah, baru diperbaiki
- Pekerja beristirahat, jika keadaanya parah maka segera bawa ke
rumah sakit
3) Bahaya listrik
Setiap perusahaan tentunya menggunakan listrik, baik untuk penerangan
maupun untuk mengoperasionalkan pekerjaan. Biasanya, penggunaan arus
listrik di perusahaan lebih besar daripada di rumah. Arus listrik yang besar
perlu diwaspadai, karena berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan.
Kecelakaan akibat terkena sengatan listrik ini dapat menimbulkan luka bakar,
jatuh, bahkan kematian
33
b) Upaya penanganan
Upaya yang dilakukan untuk menganani seseorang yang terkena sengatan
listrik, penolong harus berhati-hati agar tidak langsung memegang korban, karena
bila kita pegang orang yang tersengat aliran listrik maka kita akan ikut tersengat.
Langkah yang baik dalam menolong orang yang tersengat listrik yaitu mematikan
stop kontak terlebih dahulu, lalu si pasien dilepaskan dari sengatan dengan cara
dikait dengan menggunakan peralatan yang tidak dapat dialiri listrik misalnya
kayu. Kemudian, secepatnya dibawa ke rumah sakit jika mengalami luka yang
serius.
4) Ergonomi
Ergonomi mempunyai dua pengertian, yaitu :
a) Penyerasian antara pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lingkungan tata
kerja.
b) Ilmu tentang hubungan di antara manusia, mesin yang dipakainya,
34
1) Penyebab ergonomi
Penyebab ergonomi, antara lain :
- Gerakan yang sama berulang-ulang
- Beban berat yang berlebihan selama kerja
- Menekuk dan memutar bagian tubuh dan bertahan lama pada satu posisi
tubuh
- Tubuh tertekan pada satu permukaan
- Menggunakan peralatan yang bergetar
- Keadaan panas atau dingin yang ekstrem
- Organisasi kerja yang buruk
2) Upaya penanganan
Upaya penanganan yang dilakukan , antara lain sebagai berikut:
- Gerakan berulang-ulang dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi
jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda
antarulangan, atau menyelinginya dengan pekerjaan lain.
- Beban berat fisik yang berlebihan dapat ditanggulangi dngan cara
mengurangi gaya yang diperlukan untuk melakukan kerja, merancang
ulang cara kerja, menambah tenaga kerja, dan menggunakan peralatan
mekanik.
- Postur tubuh yang kaku dan beban statik di tanggulangi dengan
merancang ulang cara kerja dan peralatan yang dipakai sehingga postur
tubuh merasa nyaman.
- Tubuh tertekan ditanggulangi dengan cara memperbaiki peralatan yang
ada.
- Peralatan yang bergetar yang menyebabkan getaran pada tangan
ditanggulangi dengan cara mengisolasi tangan dari getaran.
35
- Panas dan dingin yang ekstrem ditanggulangi dengan cara mengatur suhu
ruangan.
- Organisasi kerja yang buruk di tanggulangi dengan cara beban kerja yang
sesuai, istirahat yang cukup, pekerjaan yang bervariasi, dan otonoi
individu (kebebasan perorangan namun masih sesuai dengan aturan
perusahaan)
4) Kebakaran
Kebakaran di tempat kerja sering kali terjadi sehingga mengakibatkan luka
bakar ringan, luka bakar serius, bahkan kematian. Api sebagai penyebab
kebakaran dapat bersumber dari pembakaran yang terbuka, rokok, kegiatan
las/pemotongan, radiasi dari benda panas, bunga api dari listrik, reaksi kimia, dan
kilat.
b) Upaya penanganan
Upaya penanganan yang dilakukan, antara lain :
- Saat terjadi kebakaran, semua orang yang berada di dalam
ruangan/gedung itu harus keluar ruangan/gedung melewati pintu-pintu
darurat.
- Jika api masih dapat ditangani dengan alat pemadam kebakaran,
sebaiknya cepat-cepat dipadamkan
- Menghubungi dinas pemadam kebakaran secepatnya bila api sudah di
luar batas kemampuan untuk dipadamkan. Melaporkan kebakaran, beri
tahu lokasi, besar/luas lokasi kebakaran, dan asal jenis api ( ledakan
kompor, arus listrik, barang terbakar, gas, bensin, dan sebagainya )
- Mengikuti prosedur penanganan dari tempat kerja
- Memperingatkan orang lain dan meninggalkan tempat
5) Stress
Stres merupakan perasaan tertekan akibat adanya masalah. Adanya stress
yang berkepanjangan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh. Oleh
karena itu, jika tubuh sudah merasa stress maka harus dicari penyebabnya dan
upaya penangananya
a) Penyebab stress di tempat kerja
Penyebab stress di tempat kerja dapat ditinjau dari dua faktor berikut
- Faktor fisik dan mental: kelelahan, penyakit sulit tidur, pusing,
maag, depresi, tegang, tekanan darah tinggi, kurang dihargai atasan,
tempat kerja yang tidak nyaman, kerja shift, kurang kontrol pada
pekerjaan, ventilasi dan penerangan yang buruk
- Faktor sosioekonomis : gaji yang rendah, diskriminasi gender,
prospek kerja yang tidak jelas dan meningkatnya beban kerja
b) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penangananya, antara lain :
- Mendesain tempat kerja agar nyaman sehingga mempunyai
kesempatan untuk mengubah postur tubuh dan merelaksasi otot
37
c) Upaya penanganan
Upaya penaganan yang dilakukan, antara lain :
- Menggunakan waktu libur secara efetif
- Berkumpul dengan teman-teman, sanak saudara yang dapat dijadikan
tempat mencurahkan, mendiskusikan, dan menemukan solusi terhadap
masalah yang dialami
6) Pelecehan seksual
Pelecehan seksual merupakan upaya meremehkan atau merendahkan
seseorang berdasarkan jenis kelamin. Pelecehan seksual yang terjadi di
tempat kerja, biasanya dilakukan oleh atasan atau pria lain yang merasa
berkuasa terhadap tenga kerja wanita.
a) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penangananya, antara lain :
- Tidak pergi berduaan dengan atasan.
- Menggunakan pakaian yang sopan, sehingga tidak mengundang pria
untuk melecehkan.
- Berkata dan berperilaku yang santun, sehingga menimbulkan rasa
hormat/penghargaan diri dari kaum pria.
b) Upaya penanganan
Upaya penangananya, antara lain :
- Menghindarkan diri dari pria yang akan dan telah melakukan
pelechan seksual.
- Mencari tahu perangkat hukum yang bisa melindungi diri dari
pelecehan seksual.
38
Upaya penanganan
Upaya penanganan jika memperlihatkan gejala keracunan bahan kimia, harus
diketahui atau dicari dulu penyebab bahan kimianya dari jenis apa. Berilah
pertolongan pertama jika tahu cara menanganinya, jika tidak tahu maka sebaiknya
pasien secepatnya dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.
2) Kebisingan
a) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penangananya terhadap kebisingan yaitu :
- Peralatan yang akan menimbulkan kebisingan dirawat secara teratur
oleh tenaga kerja yang ahli di bidang ini
- Tenaga kerja menggunakan pelindung berupa tutup telinga
b) Upaya penanganan
Upaya penanganan yang dilakukan, yaitu :
- Peralatan yang telah rusak sehingga menyebabkan kebisingan harus
secepatnya diperbaiki. Jangan menunggu hingga peralatan sudah
rusak parah, baru diperbaiki
- Pekerja beristirahat, jika keadaanya parah maka segera bawa ke
rumah sakit
3) Bahaya listrik
a) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penaganan terhadap bahaya listrik, antara lain :
41
a) Upaya penanganan
Upaya yang dilakukan untuk menganani seseorang yang terkena sengatan
listrik, penolong harus berhati-hati agar tidak langsung memegang korban, karena
bila kita pegang orang yang tersengat aliran listrik maka kita akan ikut tersengat.
Langkah yang baik dalam menolong orang yang tersengat listrik yaitu mematikan
stop kontak terlebih dahulu, lalu si pasien dilepaskan dari sengatan dengan cara
dikait dengan menggunakan peralatan yang tidak dapat dialiri listrik misalnya
kayu. Kemudian, secepatnya dibawa ke rumah sakit jika mengalami luka yang
serius.
4) Ergonomi
Upaya penanganan yang dilakukan , antara lain sebagai berikut:
- Gerakan berulang-ulang dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi
jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda
antarulangan, atau menyelinginya dengan pekerjaan lain.
- Beban berat fisik yang berlebihan dapat ditanggulangi dngan cara
mengurangi gaya yang diperlukan untuk melakukan kerja, merancang
ulang cara kerja, menambah tenaga kerja, dan menggunakan peralatan
42
mekanik.
- Postur tubuh yang kaku dan beban statik di tanggulangi dengan
merancang ulang cara kerja dan peralatan yang dipakai sehingga postur
tubuh merasa nyaman.
- Tubuh tertekan ditanggulangi dengan cara memperbaiki peralatan yang
ada.
- Peralatan yang bergetar yang menyebabkan getaran pada tangan
ditanggulangi dengan cara mengisolasi tangan dari getaran.
- Panas dan dingin yang ekstrem ditanggulangi dengan cara mengatur
suhu ruangan.
- Organisasi kerja yang buruk di tanggulangi dengan cara beban kerja
yang sesuai, istirahat yang cukup, pekerjaan yang bervariasi, dan otonoi
individu (kebebasan perorangan namun masih sesuai dengan aturan
perusahaan)
5) Kebakaran
a) Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penanganan terhadap kebakaran, antara lain :
Semua tenaga kerja diberi penyuluhan mengenai antisipasi kebakaran dan
prosedur penanganan kebakaran sesuai aturan perusahaan serta mengenali
bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak.
Membuat daftar hal-hal yang dapat menimbulkan kebakaran dan sumber
api.
Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak disimpan dengan benar.
Memasang sistem pemadaman kebakaran, misalnya di tempat-tempat
tertentu dipasang air mancur otomatis jika terjadi kebakaran.
Menunjuk seseorang agar bertanggung jawab untuk mengoordinasikan
pengaturan ruangan, pencegahan kebakaran, dan evakuasi.
Aturan untuk mengurangi sumber api ditulis dan ditempelkan di tempat-
tempat strategis.
Merawat atau mengecek sistem keamanan untuk kebakaran
43
b) Upaya penanganan
Upaya penanganan yang dilakukan, antara lain :
Saat terjadi kebakaran, semua orang yang berada di dalam ruangan/gedung
itu harus keluar ruangan/gedung melewati pintu-pintu darurat.
Jika api masih dapat ditangani dengan alat pemadam kebakaran, sebaiknya
cepat-cepat dipadamkan.
Menghubungi dinas pemadam kebakaran secepatnya bila api sudah di luar
batas kemampuan untuk dipadamkan. Melaporkan kebakaran, beri tahu
lokasi, besar/luas lokasi kebakaran, dan asal jenis api ( ledakan kompor,
arus listrik, barang terbakar, gas, bensin, dan sebagainya )
Mengikuti prosedur penanganan dari tempat kerja.
Memperingatkan orang lain dan meninggalkan tempat
6) Stress
a. Upaya antisipasi penanganan
Upaya antisipasi penangananya, antara lain :
- Mendesain tempat kerja agar nyaman sehingga mempunyai
kesempatan untuk mengubah postur tubuh dan merelaksasi otot
- Sistem target pada penggajian biasanya menyebabkan stress,
kelelahan, dan kecelakaan. Sebaiknya sistem target diganti dengan
sistem keterampilan kualitas kerja dan senioritas sebagai motivator
kerja.
b. Upaya penanganan
Upaya penaganan yang dilakukan, antara lain :
- Menggunakan waktu libur secara efetif
- Berkumpul dengan teman-teman, sanak saudara yang dapat dijadikan
tempat mencurahkan, mendiskusikan, dan menemukan solusi terhadap
masalah yang dialami
7) Pelecehan seksual
44
yang selama ini melakukan pengambilan keputusan (elite). Bahasan yang lebih
khusus lagi, peran serta masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cara untuk
membahas incentive material yang mereka butuhkan (Goulet, 1989).
Dengan perkataan lain, peran serta masyarakat merupakan insentif moral
sebagai "paspor" mereka untuk mempengaruhi lingkupmakro yang lebih tinggi,
tempat dibuatnya suatu keputusan-keputusan yang sangat menetukan
kesejahteraan mereka.
Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap perencanaan adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan
masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan lingkungan (Canter, 1977). Karena dengan
melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak kegiatan dan kelompok
kepentingan (interest groups), para pengambil keputusan dapat menangkap
pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut
dan menuangkannya ke dalam konsep.
Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong
pengambil keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang
positif dari berbagai faktor. Sejak proses peran serta masyarakat haruslah terbuka
untuk umum, peran serta masyarakat akan mempengaruhi kredibilitas
(accountability) badan yang bersangkutan. Dengan cara mendokumentasikan
perbuatan keputusan badan negara ini, sehingga mampu menyediakan sarana yang
memuaskan jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu melakukan
pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat keputusan
tersebut. Yang pada akhirnya akan dapat memaksa adanya tanggung jawab dari
badan negara tersebut atas kegiatan yang dilakukannya.
46
BAB III
GAMBARAN OBJEK
Pada periode ini juga segala aspek baik infrastruktur, fasilitas, sumber
daya manusia, hukum dan peraturan, beserta semua yang berkaitan dengan dan
mendukung keberadaan industri diatur secara menyeluruh.Tanggal 11 Oktober
1985, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio diubah menjadi PT Industri Pesawat
Terbang Nusantara (IPTN) setelah melakukan pembangunan fasilitas serta sarana
dan prasarana yang diperlukan.Industri ini kemudian mengembangkan teknologi
canggih dan konsep transformasi teknologi yang memberikan hasil yang optimal
47
sebagai upaya untuk menguasai teknologi penerbangan dalam waktu yang relatif
singkat yaitu 20 tahun.
Visi perusahaan
Misi perusahaan
3. Strategi Perusahaan
1. Re-orientasi bisnis
Produk
Jasa
6. Kerjasama Internasional :
A. Direktur Utama
E. Asisten Pengamanan
3. Divisi Pemasaran
G. Direktorat Teknologi
Sebagai pedoman dan arahan dalam proses pemilihan dan penentuan langkah
yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi yang akan diintegrasikan ke
dalam produk dan produk yang terkait dengan teknologi kedirgantaraan serta
menjaga kesiapan seluruh peralatan pengembangan teknologi sehingga dalam
mengintegrasikan seluruh proses pengembanga teknologi dan peralatan yang
dipilih akan dicapai rangkaian proses yang paling efisien, efektif dan kompetitif.
55
I. Direktorat Keuangan
1. Divisi Perencanaan
2. Divisi Pendanaan
3. Divisi Akutansi
J. Direktorat Umum
2. Divisi Hukum
3. Divisi Fasilitas
elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang, produksi
beragam sistem senjata.
Jadwal kerja yang diterapkan perusahaan adalah 8 jam per hari 5 hari kerja
per minggu. Karyawan mulai masuk kerja pukul 07.30, selesai pukul 16.30 dan
istirahat dari jam 11.30 sampai pukul 12.30. Sedangkan jam kerja pada hari jum’at
adalah masuk pukul 07.30, selesai pukul 17.00 dan jam istirahat pukul 11.30
sampai pukul 13.00.
Selain liburan hari raya atau hari besar nasional, karyawan juga mendapat
jatah liburan sebanyak 12 kali selama setahun. Jatah cuti tersebut dapat diambil
kapan pun akan tetapi harus diajukan terlebih dahulu kepada kepala bagian
sehingga, dapat dilakukan pengaturan agar jangan sampai workshop kekurangan
tenaga kerja.
9. Jumlah Karyawan
Total jumlah karyawan PT. Dirgantara Indonesia saat ini mencapai 4.337
orang. Yang terdiri dari 1.753 orang bekerja di bagian produksi, 1.362 orang di
bagian perakitan, 138 bekerja di bagian komersial, 453 orang di bagian sumber
daya, dan 631 orang di bagian manajerial. Jumlah itu akan berkurang menjadi
999 orang di bagian perakitan, 1.583 orang di bagian produksi, 74 orang di bagian
komersial, 128 orang di bagian sumber daya, dan 451 orang di bagian manajerial.
Berkurangnya karyawan PT. Dirgantara Indonesia sebanyak 1.403 orang
dikarnakan pensiun hingga tahun 2015 menjadi 3.236 orang.
60
Direktur Utama
Direktorat
Produksi
Div. Metal
Forming & Heat
Treatment
Dept. Metal
Forming & Heat
Treatment
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Sheet Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia
1. Ketua
2. Sekertaris
a. Setiap korban kecelakaan kerja baik yang ringan maupun berat harus
secepatnya dilakukan pertolongan (P3K).
b. Setiap kejadian kecelakaan kerja harus dilakukan investigasi dengan
secepatnya, untuk mengevaluasi dan merumuskan tindakan-tindakan
pencegahan agar tidak terulang kembali kecelakaan serupa.
c. Setiap bangunan baik perkantoran maupun hanggar harus dilengkapi
dengan sarana proteksi kebakaran dan penyelamatannya serta prosedur
penanggulangan keadaan darurat yang dipahami oleh penghuni bangunan
tersebut.
d. Tim penanggulangan keadaan darurat diperlukan dalam rangka tindakan
pada situasi darurat yang dibantu oleh petugas regu setempat di setiap unit
bangunan.
mengenai APD masing-masing tiap divisi, dan juga sanksi yang dilakukan apabila
melanggar aturan keselamatan kerja tiap divisi masing-masing.
benda kerja yang sudah siap di treatment. Mengapa perlu dimasukan ke dalam
cool box agar metal tidak memuai dan berubah bentuk atau ukuran karena terkena
suhu ruangan.
BAB IV
a. Horizontal router
b. Vertical router
c. CNC router
Dibawah ini merupakan salah satu mesin CNC terbaru yang ada
pada unit Metal Forming Shop di PT. Dirgantara Indonesia.
d. Milling
e. Hand router
Dibawah ini adalah salah satu mesin rubber press ABB berukuran
kecil yang ada pada unit Metal Forming Shop di PT. Dirgantara Indonesia.
83
Pada proses ini, die (form block) hanya dikenai tegangan kompresi,
benda kerja yang diikat dengan grip dan ditarik ke arah horisontal. Die
umumnya terbuat/dapat dibuat dari kayu atau plastrik.
d. Hydraulic press
metal compacting. Mesin ini tidak dapat digunakan pada pengerjaan heavy
blanking dan punching.
e. Press Brake
f. Eccentric press
g. Roll
i. Hand Forming
1. Kebisingan
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Unit Metal Forming Shop PT.
Dirgantara Indonesia.
Jika dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada unit Metal
Forming Shop tidak ada hasil yang melebihi NAB yang telah ditetapkan. Sejauh
ini belum dilakukan pengendalian di sumbernya, seperti rekayasa teknik karena
NAB masih dalam kondisi aman atau tidak melebihi baku mutu.
Untuk para pekerja juga dilakukan medical check-up setiap satu tahun
sekali, sehingga penyakit akibat kerja dapat dihindari. Untuk pekerja baru
dilakukan tes audiometry untuk mendapatkan gambaran adanya gangguan telinga
akibat kebisingan. Dan terdapat pengendalian administratif dengan adanya
pemasangan sign atau rambu dan diberikan training, yaitu penyuluhan kepada
seluruh karyawan tentang bahaya kebisingan terhadap kesehata. Selain itu,
dilakukan upaya terakhir untuk mengurangi kebisingan yaitu dengan pemberian
Alat Pelindung Diri (APD). APD diberikan kepada para pekerja sesuai dengan
88
2. Penerangan
paling sedikit mempunyai kekuatan 200 lux (20 ft candles). Dibawah ini
merupakan kondisi penerangan yang terdapat pada unit Metal Forming Shop di
PT. Dirgantara Indonesia.
Penerangan
Ya
Tidak
Kosong
Jika dilihat dari gambar diatas, 50% pekerja merasa kondisi penerangan di
unit Metal Forming sudah baik, 44% pekerja merasa kondisi penerangan tidak
baik dan 6% tidak mengisi kuisioner ini. Namun sebagian besar karyawan merasa
90
tidak perlu ada upaya paksa untuk melihat dengan jelas penerangan yang ada. Ini
membuktikan bahwa karyawan menerima intensitas penerangan yang cukup dan
sesuai dengan pekerjaan mereka.
3. Suhu
Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembapan unit Metal Forming
Shop
suhu ruangan yang seperti itu para pekerja tidak merasa terganggu dan
menyebabkan masalah dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan hasil tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dasar evaluasi apakah
kondisi tersebut masih dalam batas yang diizinkan atau tidak karena iklim kerja
adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu
radiasi. Keempat faktor kombinasi tersebut bila dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas, sehingga nantinya dapat
dijadikan sebagai dasar evaluasi. Akan tetapi, dari suatu penyelidikan diperoleh
hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi
pada temperatur sekitar 24 derajat Celcius sampai 27 derajat Celcius (Sritomo
Wigiosoebrata, 2003)
Iklim kerja sangat perlu diperhatikan agar pekerja merasa nyaman dalam
bekerja untuk mendukung produktivitas pekerja, sehingga menghasilkan produk
yang berkualitas. Iklim kerja yang tidak baik dapat menimbulkan efek kelelahan
yang akan menurunkan produktivitas pekerja.
a. Engineering Control
Memperhatikan keberadaan aliran udara dalam ruangan tempat kerja,
seperti ventilasi dan blower.
b. Administrasi Control
Melaksanakan pengendalian iklim kerja dengan mengurangi tingkat dan
lamanya pemajangan iklim kerja berdasarkan Nilai Ambang Batas dalam
92
1. Udara/Debu
Poses produksi yang menghasilkan debu adalah material and tool handling
dari alat hand router dan hand forming.
Dibawah ini adalah tabel hasil Pengukuran Kualitas Udara Unit Metal
Forming Shop PT. Dirgantara Indonesia.
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Kualitas Udara unit Metal Forming Shop
Hasil Tanggal
No Parameter Satuan NAB Metode
Tes Pengukuran
Carbon Monoxide (CO) 2,7 29 SNI 19-7117-10-2005
1 TSP 0,15 10 SNI 19-7119-3-2005 08/11/2012
Sulfure Dioxide (SO₂) 0,05 0,25 SNI 19-7117-7-2005
Carbon Monoxide (CO) 2,56 29 SNI 19-7117-10-2005
2 TSP 0,09 10 SNI 19-7119-3-2005 21/05/2013
Sulfure Dioxide (SO₂) 0,18 0,25 SNI 19-7117-7-2005
mg/mᶟ
Carbon Monoxide (CO) 2,35 29 SNI 19-7117-10-2005
3 TSP 0,08 10 SNI 19-7119-3-2005 07/11/2013
Sulfure Dioxide (SO₂) 0,19 0,25 SNI 19-7117-7-2005
Carbon Monoxide (CO) 1,5 29 SNI 19-7117-10-2005
4 TSP 0,16 10 SNI 19-7119-3-2005 05/05/2014
Sulfure Dioxide (SO₂) 0,025 0,25 SNI 19-7117-7-2005
Catatan :
Nilai Ambang Batas (NAB) udara di tempat kerja berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-13/MEN/X/2011.
Dari hasil pengujian kualitas udara tidak terdapat parameter yang melebihi
NAB yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER-13/MEN/X/2011. Kondisi tempat kerja yang tidak
terkontaminasi debu yang melebihi NAB dapat menunjang efektifitas kinerja dari
karyawan dan memberikan kenyamanan dalam bekerja. Kesehatan karyawan pun
terjamin karena parameter CO, TSP, dan SO2 masih dalam batas normal.
Walaupun kadar debu seperti Carbon Monoxide (CO), TSP, dan Sulfur
Dioxide (SO2) tidak ada yang melebihi NAB, perusahaan tetap memberikan APD
berupa masker agar debu tidak terhirup dan kacamata.
a. Mengurangi Pemaparan
- Melindungi pekerja dengan alat pelindung diri (masker dan
kacamata).
- Alat pelindung pernafasan yang digunakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan, seperti dusk mask untuk melindungi terhadap
banyaknya gangguan debu non toxic.
b. Usaha tambahan untuk pengendalian pemaparan, seperti :
- Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
Faktor ergonomi tidak kalah pentingnya dengan faktor fisis maupun kimia
karena berkaitan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan
kerja. Karyawan di ruang produksi bekerja seperti biasa, yaitu bekerja selama 8
jam yang dimulai pada jam 07.45 sampai 16.15. setelah dilakukan wawancara
94
diketahui bahwa pada unit Metal Forming Shop tidak diberlakukannya shift kerja.
Terkadang untuk mengejar produksi dilakukan lembur maksimal selama 3 jam.
Ya
Tidak
Jika dilihat dari gambar diatas, 44% pekerja merasa nyaman dengan posisi
kerja dan tata letak peralatan kerjanya, sedangkan 56% pekerja merasa tidak
nyaman. Hal tersebut menyebabkan pekerja bekerja pada posisi bekerja yang tidak
95
tepat (tidak sesuai dengan anthropometri), sehingga pekerja menjadi terbiasa pada
posisi itu dan tidak menjadi persoalan yang berarti.
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada proses cutting, yaitu :
a. Face shield
Perlengkapan untuk melindungi muka, mata dan leher dari
loncatan/percikan benda-benda kecil padat. Secara umum bertujuan
melindungi dari semburan, loncatan/percikan gram grinding, chip atau
sanding serta terdapat face shield yang dapat melindungi dari paparan
radiasi panas ekstrim.
b. Masker
Digunakan untuk melindungi diri dari udara kotor atau asap bekas material
masuk ke dalam hidung.
c. Goggles
Digunakan mata untuk melindungi diri dari chip/benda-benda kecil yang
beterbangan ke arah mata.
d. Gloves
Digunakan untuk melindungi tangan dari chip/benda kecil yang tajam sisa
pemotongan metal.
97
f. Apron
Digunakan untuk melindungi wearpack dari material logam yang
berukuran kecil bahkan hingga seperti serbuk masuk ke dalam pori-pori
baju.
98
g. Safety shoes
Digunakan untuk melindungi kaki dari benda tumpul berat yang jatuh ke
bagian kaki kita.
setelah itu dilepas kembali. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengetahuan yang
minim dan mengabaikan akan manfaat penggunaan APD.
Beberapa pengendalian yang telah dilakukan perusahaan untuk menjaga
keselamatan kerja, yaitu :
1. Training dan sosialisai kepada pekerja agar mengetahui akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja yang dilakukan oleh
pihak keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Menginformasikan potensi bahaya pada setiap proses kerja.
3. Melakukan pemeriksaan (inspeksi) keselamatan kerja pada setiap aktivitas
yang berhubungan dengan penggunaan APD yang dilakukan oleh pihak
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Melakukan penyelidikan/investigasi pada setiap kejadian kecelakaan yang
terjadi di lingkungan perusahaan oleh pihak keselamatan dan kesehatan
kerja.
5. Pengendalian resiko yang dilakukan sudah cukup baik, seperti
memberikan APD untuk mencegah kebisingan, yaitu ear plug.
6. Perawatan alat-alat ataupun mesin dilakukan secara periodik yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang (maintenance)
7. Diberikannya briefing dan pengawasan yang dilakukan oleh supervisior
bagian Metal Forming.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja pada unit Metal Forming Shop, seperti:
1. Substitusi alat yang dilakukan untuk pengendalian bahaya akibat kerja
dengan cara mengganti mesin lama dengan yang baru karena percikan
metal yang tipis tidak mengotori lantai (sudah tertampung pada mesinnya).
Substitusi alat yang telah dilakukan pada proses cutting, yaitu pada mesin
CNC router.
2. Pemberian sanksi kepada karyawan jika tidak sesuai dengan peraturan
yang ada, mensosialisasikan cara kerja yang aman, memberikan safety
briefing, membuat safety sign, serta mengidentifikasi dan
menginformasikan potensi bahaya pada setiap proses kerja.
100
3.Memberikan safety
briefing.
25 Juli Hand Menekan belt Tersayat 1.Mengidentifikasi &
2014 Forming pada lintasan dan menginformasikan
Operator pulley fraktur potensi bahaya pada
(retak) setiap proses kerja du
pada jari mesin Kraft Former.
tangan
kanan. 2.Membuat/menambah
alat pengaman pada
daerah lintasan belt &
pulley
Sumber : K3LH PT. Dirgantara Indonesia, 2014
101
Tabel 1.5 Standar Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerjaan
“AIRCRAFT SERVICES”
Kecelakaan (P3K). Dan tersedianya rumah sakit rujukan terdekat jika terjadi
kecelakaan kerja.
Dibawah ini merupakan salah satu contoh kotak P3K yang ada di unit
Metal Forming Shop.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada unit Metal Forming Shop diakibatkan
oleh kelalaian karyawan (operator) dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut
dapat mengakibatkan kerugian pada karyawan, (seperti kelainan ataupun cacat
fisik) dan perusahaan (seperti kerugian waktu kerja yang dapat mempengaruhi
produksi, materi ataupun kerusakan alat) perlu dilakukan pengawasan yang lebih
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Distribusi Frekuensi
Dari tabel distribusi di atas maka dapat diperoleh hasil observasi mengenai
Ruang dan Bangunan Di PT Dirgantara Indonesia Unit Metal Forming (Hand
Forming) yang diperiksa, Memenuhi syarat yaitu 72,22 % sedangkan yang tidak
memenuhi syarat yaitu 27,78% atau 5 item dari 18 item yang telah diobservasi.
108
Penyehatan Udara
Lingkungan Kerja
4 Langit-Langit -Kuat √
-Bersih √
-Berwarna Terang √
-Ketinggian minimal 2,5 m dari √
lantai
5 Atap -Kuat √
-Tidak Bocor √
6 Jendela -Luas jendela, kisi-kisi, atau dinding √
gelas kaca untuk masuknya cahaya
a. Terhadap Karyawan
b. Terhadap Perusahaan
c. Grinda
d. Mesin Press
e. Tabung gas oksigen
3. Kondisi lantai cukup licin, pada divisi teknik disebabkan oleh oli, dan
serbuk besi hasil produksi dan pada divisi makanan dan minuman
disebabkan oleh serbuk bandrek instan yang berserakan.
4. Kondisi lantai di divisi teknik cukup berbahaya karena banyak serpihan
besi yang cukup tajam berserakan di lantai.
5. Kecelakaan tidak sering terjadi akan tetapi kami mendapatkan beberapa
informasi mengenai kecelakaan yang pernah dialami di PT. Dirgantara
Indonesia ini, yaitu:
a. Luka ringan, tangan tergores gerinda.
b. Luka sedang, luka di kaki karna tertusuk serpihan besi yang
berserakan
c. Luka berat, Jari terputus karena terjepit mesin
113
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Kebisingan di unit Metal Forming Shop tidak ada yang melebihi baku
mutu. Baku mutu kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 dengan waktu paparan 8 jam/hari.
Pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu dengan memberikan
APD kepada karyawan berupa ear plug ataupun ear muff dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan.
b. Penerangan di dalam ruangan produksi pada unit Metal Forming Shop
belum pernah dilakukan sebagai usaha pengendalian faktor bahaya
ditempat kerja. Penerangan untuk pekerjaan ruang produksi ini
menggunakan dua sumber penerangan yaitu penerangan alami dan
penerangan buatan.
c. Iklim kerja (suhu) di unit Metal Forming Shop cukup baik karena terdapat
ventilasi udara yang cukup baik dan pekerja masih merasa nyaman.
d. Pengukuran debu di unit Metal Forming Shop tidak ada yang melebihi
baku mutu. Pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu dengan
memberi APD kepada karyawan berupa masker.
e. Hasil rekapitulasi kecelakaan kerja, yaitu banyaknya kejadian luka
kecelakaan dengan waktu hilang selama 5 tahun terakhir adalah dua kali.
Keduanya terjadi pada tahun 2014 akibat faktor Human Error. Kecelakaan
tersebut terjadi karena posisi/sikap tidak aman (tidak mengikuti petunjuk
kerja yang aman) dan kurang pengetahuan atau pengalaman kerja.
114
5.2 Saran
LAMPIRAN
116
117
118