Tetiek Catur
Chomariah
(J41013009
5)
Ulima
Fadhilah
Larasati
(J41013006
0)
Waskitha
Giri
Sulistya
(J41013009
4)
Latar Belakang
Saat ini, kebutuhan akan dunia kerja hampir terjadi di segala bidang.
Banyak hal baru membutuhkan sumber daya manusia untuk
dipekerjakan. Lapangan-Iapangan kerja bermunculan dan memicu
ketertarikan yang semakin besar terhadap pekerjaan itu sendiri.
Namun pada kenyataan selanjutnya, dapat dilihat bahwa
ketidakseimbangan antara jumlah sumber daya manusia dan
lapangan kerja tenyata menciptakan ketergantungan pada faktor
pekerja terhadap perusahaan atau organisasi di mana mereka
dipekerjakan. Ketergantungan dan kompetisi yang tinggi
menimbulkan kekurangpedulian pekerja terhadap apa yang
seharusnya ia dapatkan dalam pekerjaannya. Di sisi lain, tidak
banyak pula perusahaan atau organisasi yang memperhatikan
keadaan Iingkungan kerja karyawannya secara adil, teratur dan
penuh pertimbangan kemanusiaan. Banyak perusahaan lupa bahwa
manusia tidak dapat disamakan begitu saja dengan faktor-faktor
produksi yang lain seperti material, mesin, metode, uang dan
informasi. Salah satu hal yang tidak diperhatikan oleh pihak
perusahaan adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja.
Tuntutan
Kerja (Jobs
Demands)
Pelecehan
Seksual di
Tempat Kerja
Shift Kerja
Symtom
Kebisingan
Tuntutan
Kerja
Fisik
(Physical
Job
Demands
)
Tuntutan
Kerja
Mental
(Mental
Job
Demands
2. Symtom
Symtom
adalah
keluhan
yang
merupakan indikasi dari adanya suatu
keadaan dalam diri pekerja yang sedang
sakit yang berhubungan dengan kondisikondisi tempat kerja. Symtom ini bisa
dibagi menjadi dua kategori, yaitu symtom
fisik (physical symptoms) dan symtom
mental (mental symptoms).
D. SHIFT KERJA
Kroemer, (1994) dalam Winarsunu, (2008)
menerangkan lebih lanjut bahwa dengan semakin
berkembangnya industrialisasi, model bekerja
sepanjang hari yaitu selama 24 jam menjadi
sangat umum, yang dibagi menjadi 2 shift masingmasing siang dan malam 12 jam atau dibagi
menajdi 3 shift, pagi, siang, dan malam masingmasing 8 jam.
b. Hostile Environment
Hostile environment berkaitan dengan suasana atau
lingkungan organisasi yang dicirikan oleh keadaan yang
penuh dengan simbul, ucapan, tulisan, tindakan
berkonotasi seksual yang mengakibatkan perasaan tidak
meyenangkan kepada para korban. Berbeda dengan quid
pro quo, dalam hostile environment ini tidak ada unsur
pertukaran atau persyaratan sexual yang harus dipenuhi
korban.