Anda di halaman 1dari 33

LONGSOR JEMBLUNG 2014

BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN


BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Lutfi Afif Alhilmy


Alam Reno
Sumarsono
Bety
Agung
Wicaksono
Enno Yona
Ulima Fadhilah
Larasati
Resma Restiana

Vivi Susilowati
Siti Asiyah Fitria Amin
Ayu Prima Kartika
Mudah Safitri
Septika Prisilia Ekasari
Tetiek Catur W.

Longsor Jemblung 2014 adalah Tanah longsor yang terjadi


pada 12 Desember 2014 di dusun Jemblung, Sampang,
Karangkobar, Banjarnegara.Tanah longsor terjadi diperkirakan
terjadi pada pukul 17:30 WIB dan menimpa satu dusun yang
dihuni sekitar 300 jiwa dari 53 keluarga.

Tanah longsor menyapu dusun Jemblung, Banjarnegara, 12


Desember 2014

Banjarnegara adalah Kabupaten


yang memiliki kawasan
pegunungan
dengan resiko tanah longsor cukup
tinggi. Pada hari Kamis (11 Desember
2014)
dan Jumat (12 Desember 2014),
setidaknya terjadi tanah longsor di
25 lokasi
meski dalam skala kecil. Bencana
tanah longsor terjadi pada hari
Jumat malam
(12 Desember 2014) di Dusun
Jemblung, Kabupaten Banjarnegara
(berada di
sebuah lembah kecil, dengan
perbukitan di belakangnya).

Identifikasi Penyebab Utama


daerah banjarnegara merupakan
daerah sangat curam, memiliki
lapisan tanah yang tebal yang
dipengaruhi proses alterasi, yakni
pelapukan yang berasal dari dalam
bumi. Selain itu, struktur geologi
kompleks ditemukan di banyak jalur
patahan.

Menurut Dr. Adrin Tohari dari Pusat


Penelitian Geoteknologi LIPI, dua
faktor penyebab terjadinya longsor di
Banjarnegara di antaranya, derajat
kemiringan lahan yang curam dan
terjal serta aliran air.

Dusun Jemblung di dalam peta merupakan daerah yang


rawan longsor dengan intensitas sedang-tinggi, pada dua
hari menjelang terjadinya longsor, yaitu pada tanggal 1011 Desember, wilayah di sekitar Dusun Jemblung,
Banjarnegara, diguyur hujan yang cukup deras. Akibatnya,
tanah di lokasi tersebut menjadi penuh dengan air.

Selain itu, kemiringan lereng di bukit tersebut kurang dari


60 persen. Saat kejadian, mahkota longsor berada pada
kemiringan lereng 60-80 persen. Kemudian, Sutopo
mengatakan, tanaman di atas bukit tempat terjadinya
longsor adalah tanaman semusim, dengan jenis palawija,
yang tidak rapat. Akibatnya, kondisi tanah menjadi longgar
dan mudah terbawa air.

Mekanisme Perusakan
Bencana

Aliran butiran (debris flow) dalam tanah


menyebabkan lumpur mengubur banguna
menutup aliran sungai, dan menutup jala

Gambar: Tiga lokasi dalam Kabupaten Banjarnegara yang pernah dilanda


bencana tanah longsor dahsyat hingga melenyapkan hampir segenap
dusun. Masing-masing adalah dusun Legetang desa Kepakisan (kecamatan
Batur), dusun Gunungraja desa Sijeruk (kecamatan Banjarmangu) dan
dusun Jemblung desa Sampang (kecamatan Karangkobar).

anjutan mekanisme perusakan.


Runtuhan batuan menerjang bangunan/pemukiman

anjutan mekanisme perusakan.


Gerakan tanah longsor merusak jalan

Longsor juga menyebabkan jalan


penghubung Banjarnegara dan Dieng,
amblas di beberapa titik, sepanjang
satu kilometer.

Kajian Bahaya Tanah Longsor


Dusun Jemblung

1. Identifikasi morfologi dan


endapan
longsor masa lalu

morfologi

wilayahBanjarnegarayang
meliputi
KecamatanKarangkobartermasuk dalam Zona Pegunungan
Serayu Utara bagian tengah. Secara bentukan bentang
alam
atau
unit
geomorfologi
daerah
sekitar
wilayahBanjarnegara. secara umum dapat dibagi menjadi
beberapa satuan geomorfologi, antara lain berupa: Satuan
Geomorfik Fluvial dengan Subsatuan Dataran Banjir, Satuan
Geomorfik Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik
Volkanik dengan Subsatuan Geomorfik Endapan Lahar.

2.Identifikasi kemungkinan faktor


pemicu

Faktor-faktor pemicu
Pertama, morfologi daerah bencana dan sekitarnya
yang secara umum berupa perbukitan dengan
kemiringan landai hingga terjal
Kedua, litologi yang diperkirakan bersifat sarang
dengan daya resap air yang tinggi, yaitu berupa lahar
dan endapan alluvium dari bahan rombakan gunung api,
aliran lava dan breksi, dengan batuan dasar yang
berupa aglomerat bersusunan andesit, lava andesit
hornblenda, dan tuf.
Ketiga, curah hujan yang tinggi dan lama pada saat
dan sebelum kejadian longsor juga turut berkontribusi
menggerakkan tanah ke pemukiman penduduk.

Faktor lain, kemungkinan dari faktor hidrogeologi


yang berpengaruh dalam gerakan tanah adalah
sifat resapan air/permeabilitas tanah di lokasi
longsoran yang relatif kecil.
faktor aktivitas manusia juga dapat menjadi
penyebab terjadinya gerakan tanah, sebagai
contoh misalnya penggunaan lahan yang tidak
teratur dan tidak tepat peruntukannya, seperti
pembuatan areal persawahan pada lereng yang
terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam,
penebangan hutan yang tidak terkontrol, dan
sebagainya

3. Pemetaan topografi untuk


mengetahui tingkat kelerengan

TOPOGRAFI
Kondisi topografi secara umum
memperlihatkan keadaan yang
bergelombang cukup kuat dan
curam, di mana keadaan yang
demikian ini diakibatkan oleh
kontrol struktur geologi dan kondisi
litologi/batuan penyusunnya.
Sedangkan kontrol struktur geologi
yang terekam dalam Peta Geologi
Regional didominasi sesar-sesar
normal, sesar geser dan sesar naik.
Kestabilan wilayah
KabupatenBanjarnegarasangat
dipengaruhi dan dikontrol oleh
kondisi geologi yang ada, yaitu
batuan dan struktur geologi yang
kompleks serta topografi yang
berelief kuat serta bervariasi.

4.Pemetaan geologi untuk mengetahui stratigrafi


lereng, jenis tanah dan batuan penyusun lereng dan
sifat ketenikannya

peta zona kerentanan gerakan tanah untuk


kecamatan Karangkobar dan sekitarnya
dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana
Geologi.
Lingkaran
merah
menunjukkan lokasi bencana tanah longsor
dahsyat
Jemblung
(Sampang)
2014.
Nampak lokasi bencana dan sekitarnya
didominasi oleh zona rentan gerakan
tanah menengah (zona kuning) dan zona
rentan gerakan tanah tinggi (zona merah).

Wajah dusun Jemblung, desa Sampang (Banjarnegara) antara sebelum dan sesudah bencana tanah longsor
dahsyat 12 Desember 2014 TU. Citra sebelum bencana diambil dari sisi utara jalan raya Banjarnegara-Dieng
menghadap ke barat laut-utara. Nampak masjid al-Iman di latar belakang. Sementara citra sesudah bencana
diambil dari lokasi yang lebih tinggi namun tidak seberapa jauh dari lokasi pengambilan citra sebelum
bencana, dengan arah pandang yang sama. Nampak semua sudah berubah menjadi timbunan lumpur.

5. Pemetaan tingkat kerentanan gerakan masa


tanah/longsoran
Daerah tersebut termasuk zona potensi terjadi gerakan
tanah Menengah sampai Tinggi artinya, daerah tersebut
dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami
gangguan tinggi, dan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.
6. Antisipasi bahaya longsor susulan pada
endapan longsoran yang baru terjadi
Manusia dapat mengelola drainase lereng, sehingga tingkat
kejenuhan airnya dapat direduksi. Saluran-saluran drainase
sederhana dapat dibangun untuk keperluan itu. Di samping
itu retakan yang sudah terbentuk harus segera ditimbuni
lagi hingga rata. Juga tak boleh ada penggalian baik di
lereng maupun kaki lereng, baik kecil-kecilan apalagi besar,
atas alasan apapun.

Gejala dan Peringatan Dini


1. terdapat gejala pendahuluan sebelum peristiwa utamanya
terjadi pada bencana tanah longsor di Banjarnegara, dalam rupa
terbentuk retakan-retakan di bagian atas lereng yang kemudian
terus berkembang memanjang dan kian dalam menjadi retakan
lengkung/retakan bulan sabit/retakan tapal kuda. Dari retakan
inilah air hujan lebih mudah memasuki lereng dan terakumulasi.
2. Terdengar suara gemuruh dari atas lereng

3. Terjadi runtuhan tanah secara mendadak dari atas lereng

peringatan dini pada tanah longsor


di banjarnegara tahun 2014

Peringatan dini

Parameter Kerusakan Akibat


Bencana
1. luas daerah yang terkubur
Kepala
Pusat
Data,
Informasi,
dan
Humas
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo, dalam siaran persnya
menyebut longsor terjadi pada area yang cukup luas, yaitu pada luas
lima hektar, dengan tanah yang bergerak sejauh 1,2 kilometer. Longsor
yang benar-benar terjadi ternyata berskala besar. Analisis tim respon
cepat bencana UGM (Universitas Gadjah Mada) menyebut lereng yang
longsor berdimensi tinggi 100 meter dan lebar 500 meter. Tipe longsornya
mungkin rotasional, yang membuat lidah longsor meloncat dan
menerjang hingga sejauh 600 meter. 35 rumah dan 1 masjid (Masjid alIman) bersama dengan penggal jalan raya Banjarnegara-Dieng tertimbun
material longsor hingga bermeter-meter.

2. jumlah korban
data yang digunakan adalah yang dicatat di BPBD Banjarnegara.
Dalambencanainikorbanmeninggalduniamencapai95orang,13orang
lainnyahilang,
5OranglukaberatdirawatdiRSUDBanjarnegara,9orang luka
ringandan ribuanorang
terpaksamengungsidi tempatyang
lebihaman.Sekitar105 unit rumah tertimbun longsor beserta lahan
sawah danperkebunanmasyarakat.

Lanjutan Parameter Kerusakan Akibat Bencana Tanah Longsor di desa Jemblung

Jenis dan intensitas


kerusakan

Jenis tanah juga menjadi penyebab utama atas


terjadinya longsor di Banjarnegara.Korban berada
pada kaki gunung Pawinihan yang terjal masuk pada
zona kerentanan gerakan tanah tinggi, artinya
sering terjadi longsor, longsoran lama dapat aktif
kembali jika terjadi hujan lebat.
Terdapat batuan sedimen lempung dan napal hasil
rombakan gunung berapi jauh di masa silam.Bila
kandungan airnya telah jenuh sedimen lempung dan
napal tersebut dapat mudah longsor.
102 rumah tertimbun, satu masjid dan satu TK
tertimbun, 79 rumah terancam longsor susulan

Lanjutan Parameter Kerusakan Akibat Bencana Tanah Longsor di desa Jemblung

Kecepatan Gerakan
Menurut Kepala Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral Surono memperkirakan
kecepatan material longsor yang
menutupi hampir seluruh Dusun
Jemblung, Kecamatan Karang Kobar,
Banjarnegara, Jawa Tengah,
mencapai 300 km/jam = 30.000.000
cm/jam = 12.500 m/hari

Lanjutan Parameter Kerusakan Akibat Bencana Tanah Longsor di desa Jemblung

Volume material yang


bergerak

Menurut Dr Adrin Tohari dari Pusat


Penelitian Geoteknologi dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) di bawah kolam
terdapat material longsoran lebih
dari 1.000 meter kubik (m3) yang
bisa menimbulkan longsor susulan
bila air meluap

Komponen yang Terancam


Permukiman yang dibangun pada lereng dan atau
dibawah yang terjal serta tanah yang lunak
Menurut ahli Geologi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Dwikorita
Karnawati, secara alami kondisi wilayah di Kecamatan Karangkobar,
Banjarnegara Jawa Tengah memang tak memungkinkan untuk dijadikan
sebagai wilayah pemukiman.
Kondisi topografinya yang berbukit-bukit dan tekstur tanahnya yang tak
kokoh menjadikan daerah ini mudah sekali terkena bencana longsor.
"Kondisi geologis wilayah ini memiliki tanah yang rapuh. Tanahnya disisipi
bebatuan dan bidang-bidang yang memotong ikatan antara tanah dan
batuan. Bila hujan tiba, lapisan tanahnya pasti rentan meluncur atau
longsor," tutur Rektor UGM ini saat mengunjungi lokasi bencana longsor
di Dusun Jemblung Desa Sampang, Kerangkobar, Sabtu 13 Desember
2014.
Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan
Longsor juga menyebabkan jalan penghubung Banjarnegara dan Dieng,
amblas di beberapa titik, sepanjang satu kilometer.

Lanjutan komponen yang terancam

Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa


kabel
-jalur pipa air bersih maupun sumber mata air
warga rusak tersapu longsoran tanah.
-Usai terjangan longsor, suasana dusun gelap gulita
karena aliran listrik putus

Strategi Mitigasi Bencana tanah longsor


(KABUPATEN BANJARNEGARA)

Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan, jika retakan terus berkembang
ungsikan penduduk ketempat yang aman.
Perlu menata pemukiman yang terletak di Kawasan rentan menengah-tinggi
tanah longsor.

Mitigasi Struktural Bencana Tanah Longsor

1. Penyusunan data base daerah potensi bahaya


Data base daerah potensi bencana merupakan koleksi datadata yang
saling berhubungan mengenai suatu potensi kerawanan. Selain
itu, terdapat beberapa peta wilayah Kabupaten Banjarnegara
dengan fokus wilayah rawan longsor. Peta tersebut termasuk dalam
data base yang telah
disusun oleh BAPPEDA Kabupaten Banjarnegara. Peta
merupakan salah satu bagian terpenting dalam upaya mitigasi
2. structural.
Pemasangan Early Warning System (EWS)
Pemasangan alat peringatan dini (early warning system/EWS)
harus
terpasang di semua zona yang diindikasikan memiliki
kerentanan terhadap
bencana alam. Melalui alat ini, warga disekitar lokasi rawan
akan mendapat
peringatan ketika terjadi pergeseran tanah.

Mitigasi Non Struktural Bencana Tanah


Longsor
1. Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang sudah dilakukan oleh BPBD Kab.
Banjarnegara
adalah dengan pemasangan poster bahaya longsor serta
tanda daerah rawan longsor. Hal ini dimaksudkan agar setiap
masyarakat menyadari bahaya tanah longsor yang sering
terjadi.

2. Sosialisasi

Sosialisi secara aktif telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten


Banjarnegar
dibeberapa lokasi tertentu. Diantaranya adalah di wilayah rawan
bencana serta di sekolah-sekolah. Hal ini bermaksud untuk
dapat memberikan kesadaran secara dini kepada masyarakat
tentang pentingnya mitigasi bencana.

3. Pelatihan dan Simulasi Bencana

Pelatihan kepada masyarakat diperlukan agar masyarakat


mengerti dan
memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
Pelatihan yang
dilakukan tidak hanya melibatkan masyarakat, namun juga SKPD
terkait beserta

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai