KOTA PALEMBANG
TAHUN 2015 – 2020
ELOK, MADANI, AMAN DAN SEJAHTERA
BAB 2
PROFIL WILAYAH DAN SANITASI SAAT INI
Kondisi Topografi
Keadaan topografi Kota Palembang, pada umumnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata + 4 – 12 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi: 48% tanah
dataran yang tidak tergenang air, 15% tanah tergenang secara musiman dan 35% tanah
tergenang terus menerus sepanjang musim. Lokasi daerah yang tertinggi berada di Bukit
Seguntang Kecamatan Ilir Barat I, dengan ketinggian sekitar 10 meter dpl. Sedangkan kondisi
daerah terendah berada di daerah Sungai Lais, Kecamatan Ilir Timur II. Kota Palembang
dibedakan menjadi daerah dengan topografi mendatar sampai dengan landai, yaitu dengan
kemiringan berkisar antara ± 0 - 3° dan daerah dengan topografi bergelombang dengan
kemiringan berkisar antara ± 2 – 10°. Terdapat perbedaan karakter topografi antara Seberang
Ulu dan Seberang Ilir. Wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif
datar dan sebagian besar dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang maksimum
Sungai Musi (± 3,75 m diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun dan
akan dibangun dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan dan reklamasi.
Dibagian wilayah Seberang Ilir ditemui adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20
m diatas permukaan laut dan ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-
lembah yang “kontinyu” dan tidak terdapat topografi yang terjal. Dengan demikian dari aspek
topografi pada prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk pengembangan ruang, baik berupa
kemiringan atau kelerengan yang besar. Sebagian besar dari wilayah Kota Palembang
merupakan dataran rendah yang landai dengan ketinggian tanah rata-rata +12 meter di atas
permukaan laut, sedangkan daerah yang bergelombang ditemukan di beberapa tempat seperti
Kenten, Bukit Sangkal, Bukit Siguntang dan Talang Buluh-Gandus. Adanya perbedaan karakter
topografi di Kota Palembang (kawasan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir) terkait dengan
kondisi hidrologi, berupa keadaan anak-anak sungai dalam wilayah. Di bagian wilayah
Seberang Ulu terdapat anak-anak sungai yang relatif besar dengan muara pada Sungai Musi.
Anak-anak Sungai Musi yang relatif besar dan berhulu di Pegunungan Bukit Barisan adalah
Sungai Ogan dan Sungai Komering. Sedangkan anak-anak Sungai Musi yang relatif kecil
adalah Sungai Keramasan yang berhulu di Kabupaten Muara Enim. Selain anak-anak sungai
tersebut, terdapat pula anak-anak sungai kecil dan pendek yang bermuara pada Sungai Musi
dan berhulu pada wilayah Kota Palembang dan kawasan sekitarnya, seperti Sungai Aur dan
Sungai Sriguna. Pada bagian wilayah Seberang Ilir, aliran anak-anak sungai terbagi menjadi 2
(dua) sesuai dengan karakteristik topografi yang ada, berupa adanya punggungan topografi.
Pada bagian Selatan punggungan, terdapat anak-anak sungai yang mengalir pada Sungai Musi
dan berhulu pada punggungan topografi. Anak-anak sungai tersebut meliputi Sungai
Lambidaro, Sekanak, Buah, Batang, Selincah dan sebagainya. Pada bagian utara punggungan
terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke utara, yang bermuara antara lain ke Sungai
Kenten.
Kondisi Geohidrologi
Berdasarkan kondisi geologi, Kota Palembang memiliki relief yang beraneka ragam dan terdiri
dari jenis tanah berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda,
banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang-Jambi.
Tanahnya relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak di bagian utara
kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.
Sebagian besar jenis tanah di wilayah Kota Palembang adalah tanah liat dan lapisan aluvial
terutama di wilayah Seberang Ilir. Sedangkan pada wilayah Seberang Ulu terdiri dari tanah liat
berpasir. Adapun rincian lapisan tanah yang terdapat di Kota Palembang berupa tanah
lempung, pasir lempung, napal dan napal pasiran. Keadaan stratigrafi wilayah Kota Palembang
terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Satuan Alluvial dan Rawa, terdapat di Seberang Ulu dan Rawa-Rawa dibagian timur dan
bagian barat wilayah Kota Palembang.
2. Satuan Palembang Tengah, mempunyai batuan lempung dan lempung pasiran yang
kedap air, tersebar dibagian utara yaitu Kenten, Talang Betutu dan Sungai Ringgit
(Kabupaten Banyuasin). Sedangkan disebelah selatan tersebar kearah Indralaya
(Kabupaten Ogal Ilir) dan Gelumbang (Kabupaten Muara Enim).
3. Satuan Palembang Bawah, tersebar dibagian dalam Kota Palembang dengan arah
memanjang ke barat daya tenggara dan merupakan suatu rangkaian antiklin.
Dari segi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi 2 (dua) wilayah besar
yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Sungai Musi merupakan sungai terbesar dengan lebar
rata-rata ± 504 meter. Ketiga sungai besar lainnya adalah Sungai Komering, Sungai Ogan, dan
Sungai Keramasan yang terletak di Seberang Ulu. Disamping sungai-sungai besar tersebut
terdapat sungai-sungai kecil lainnya yang terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai
drainase perkotaan. Terdapat ± 68 anak sungai aktif dengan lebar berkisar antara 3 – 20 meter.
Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim
kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai
ketinggian yang minimum. Pola aliran sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai
pola aliran dendritik, artinya merupakan ranting pohon, di mana dibentuk oleh aliran sungai
utama (Sungai Musi) sebagai batang pohon, sedangkan anak-anak sungai sebagai ranting
pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini mencerminkan bahwa, daerah yang dialiri sungai
tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan kekerasan batuan relatif sama ( uniform)
sehingga air permukaan (run off) dapat berkembang secara luas, yang akhirnya akan
membentuk pola aliran sungai ( river channels) yang menyebar ke daerah tangkapan aliran
sungai (catchment area). Fungsi sungai di Kota Palembang sebelumnya adalah sebagai alat
angkutan sungai ke daerah pedalaman, namun sekarang sudah banyak mengalami perubahan
fungsi antara lain sebagai drainase dan untuk pengendalian banjir. Fungsi anak-anak sungai
yang semula sebagai daerah tangkapan air, sudah banyak ditimbun untuk kepentingan sosial
sehingga berubah fungsinya menjadi permukiman dan pusat kegiatan ekonomi lainnya, dimana
rata-rata laju alih fungsi ini diperkirakan sebesar ± 6% per tahun. Secara geomorfik perubahan
bentang alam pada satuan geomorfik di Kota Palembang berkaitan dengan adanya sedimentasi
sungai yang bertanggung jawab terhadap pendangkalan sungai atau penyebab terjadinya
penyempitan (bottle neck) seperti di daerah Mariana Kecamatan Seberang Ulu I; penambangan
pasir sungai atau gravel pada dasar sungai, yang akan berdampak kepada pendalaman
cekungan; pemanfaatan dataran pada bentaran sungai untuk permukiman, persawahan serta
aktivitas lain yang akan berdampak pada aliran sungai; dan adanya penebangan hutan illegal di
daerah hulu sungai. Struktur rawa yang ada di Kota Palembang juga dipengaruhi oleh pasang
surut Sungai Musi dan sungai-sungai lain yang bermuara di Sungai Musi. Satuan geomorfik
rawa pada umumnya dicirikan oleh terbentuknya cekungan yang lebih luas, dengan kedalaman
relatif dangkal, genangan air yang relatif stagnant (yang tergenang tidak mengalir, sepanjang
masa), dan bahkan di beberapa lokasi dijumpai pula area rawa yang telah kering atau tak berair
kecuali di musim hujan. Satuan geomorfik rawa banyak mendominasi terutama kawasan Barat,
kawasan Timur, daerah Seberang Ulu I, dan Seberang Ulu II Kota Palembang. Pada satuan ini
dijumpai pula beberapa cekungan yang relatif lebih dalam bila dibandingkan dengan beberapa
daerah di sekitarnya, dan bentuk bentang alamnya ini merupakan perairan yang ditumbuhi oleh
gulma, yang lazim disebut dengan “ lebak”. Daerah ini dikenal dengan daerah tangkapan air
yang banyak digunakan untuk kolam retensi banjir yaitu di Kecamatan Ilir Barat I, Kambang
Iwak Talang Semut di Kecamatan Ilir Timur I, kolam retensi Rumah Sakit Siti Khodijah, kolam
retensi depan Kapolda dan kolam retensi Kenten di Kecamatan Ilir Timur II.
Klimatologi
Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang terjadi di Indonesia. Di
Indonesia, hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni
sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung
uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai
dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan
Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah
tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
Keadaan alam Kota Palembang merupakan daerah tropis lembab nisbi, dengan suhu udara
rata-rata sebagian besar wilayah Kota Palembang antara 26,4 - 27,8° Celsius (tahun 2008),
curah hujan terbesar jatuh pada bulan November dengan jumlah curah hujan 634,4 mm3.
Sedangkan kelembaban udara tahun 2008 rata-rata berkisar antara 80% (Mei) sampai 88%
(November dan Desember), kecepatan angin berkisar antara 2 knots – 5 knots, serta tekanan
udara rata-rata sebesar 1.009,4 mbar. Palembang merupakan salah satu kota metropolitan di
Indonesia dan secara geografis terletak antara 2° 52′ sampai 3° 5′ Lintang Selatan dan 104°37′
sampai 104° 52′ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan air laut.
Sebagai ibukota Propinsi Sumatera Selatan letak Kota Palembang sangat strategis yaitu
terletak di rute perdagangan nasional maupun internasional dan berfungsi sebagai pusat
pemerintahan. Selain itu, di Kota Palembang juga terdapat Sungai Musi yang berfungsi
sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah dan merupakan Kota Air.
Keadaan topografi Kota Palembang, pada umumnya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata + 4 – 12 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi : 48% tanah
dataran yang tidak tergenang air, 15% tanah tergenang secara musiman dan 35% tanah
tergenang terus menerus sepanjang musim. Kota Palembang dibedakan menjadi daerah
dengan topografi mendatar sampai dengan landai, yaitu dengan kemiringan berkisar antara ±0
- 3° dan daerah dengan topografi bergelombang dengan kemiringan berkisar antara ± 2 – 10°.
Terdapat perbedaan karakter topografi antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Wilayah
Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan sebagian besar
dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (± 3,75 m
diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun dan akan dibangun dimana
permukaan tanah telah mengalami penimbunan dan reklamasi. Dibagian wilayah Seberang Ilir
ditemui adanya variasi topografi (ketinggian) dari 4 m sampai 20 m diatas permukaan laut dan
ditemui adanya penggunaan-penggunaan mikro dan lembah-lembah yang “kontinyu” dan tidak
terdapat topografi yang terjal. Dengan demikian dari aspek topografi pada prinsipnya tidak ada
faktor pembatas untuk pengembangan ruang, baik berupa kemiringan atau kelerengan yang
besar.
Kota Palembang dengan luas sebesar 400,61 km 2, secara administrasi terbagi atas 16
kecamatan, 107 kelurahan, 913 Rukun Warga (RW) dan 4.040 Rukun Tetangga (RT).
Kecamatan Gandus merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terbesar, yaitu sebesar
68.780 km2 atau 17,17% dari luas total Kota Palembang, sedangkan kecamatan yang memiliki
luasan paling kecil adalah Kecamatan Ilir Barat II, yaitu 6.220 km 2 atau 1,55% dari total luas
Kota Palembang. Secara administratif Kota palembang memiliki 16 (enam belas) kecamatan
dan batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan
Desa Kenten Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin
Luas Wilayah
Jumlah
No Nama Kecamatan Administrasi Terbangun
Kelurahan
Ha % thd total Ha % thd total
1 Ilir Barat II 7 622,00 1,55% 572,00 2,10
2 Gandus 5 6.878,00 17,17% 5.354,00 19,63
3 Seberang Ulu I 10 1.744,00 4,35% 1.744,00 6,40
4 Kertapati 6 4.256,00 10,62% 1.614,00 5,92
5 Seberang Ulu II 7 1.070,00 2,67% 832,00 3,05
6 Plaju 7 1.517,00 3,79% 1.311,00 4,81
7 Ilir Barat I 6 1.977,00 4,93% 1.737,00 6,37
8 Bukit Kecil 6 992,00 2,48% 791,00 2,90
9 Ilir Timur I 11 650,00 1,62% 650,00 2,38
10 Kemuning 6 900,00 2,25% 884,00 3,24
11 Ilir Timur II 12 2.558,00 6,39% 1.754,00 6,43
12 Kalidoni 5 2.792,00 6,97% 2.006,00 7,36
13 Sako 4 1.804,00 4,50% 1.544,18 5,66
14 Sematang Borang 4 3.698,00 9,23% 270,00 0,99
15 Sukarami 7 5.145,00 12,84% 3.541,38 12,99
16 Alang-Alang Lebar 4 3.458,10 8,63% 2.664,00 9,77
Sumber : Palembang Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Palembang
Pada Tabel 2.2 diatas dapat diketahui Jumlah Penduduk wilayah perkotaan dan perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang per kecamatan, dimana jumlah
penduduk perkotaan saat ini (tahun 2014) yang terbesar ada di Kecamatan Seberang Ulu I yaitu 167.780 jiwa dan terkecil ada di Kecamatan Sematang Borang yaitu
35.974 jiwa sedangkan untuk jumlah penduduk perdesaan tidak ada dikarenakan Kota Palembang sudah menjadi kelurahan. Proyeksi penduduk 5 tahun mendatang
(tahun 2020), dimana jumlah penduduk perkotaan yang terbesar ada di Kecamatan Seberang Ulu I yaitu 187.176 jiwa dan terkecil ada di Kecamatan Sematang
Borang yaitu 40.180 jiwa.
Jumlah KK
No Nama Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total
Tahun Tahun Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ilir Barat II 18.538 18.883 19.234 19.592 19.956 20.327 20.705 - - - - - - - 18.538 18.883 19.234 19.592 19.956 20.327 20.705
2 Gandus 14.782 15.060 15.343 15.631 15.925 16.225 16.530 - - - - - - - 14.782 15.060 15.343 15.631 15.925 16.225 16.530
3 Seberang Ulu I 34.148 34.776 35.416 36.068 36.732 37.407 38.096 - - - - - - - 34.148 34.776 35.416 36.068 36.732 37.407 38.096
4 Kertapati 20.472 20.853 21.241 21.636 22.038 22.448 22.866 - - - - - - - 20.472 20.853 21.241 21.636 22.038 22.448 22.866
5 Seberang Ulu II 24.623 25.076 25.537 26.007 26.486 26.973 27.470 - - - - - - - 24.623 25.076 25.537 26.007 26.486 26.973 27.470
6 Plaju 21.180 21.574 21.975 22.384 22.800 23.224 23.656 - - - - - - - 21.180 21.574 21.975 22.384 22.800 23.224 23.656
7 Ilir Barat I 32.992 33.602 34.224 34.857 35.502 36.159 36.828 - - - - - - - 32.992 33.602 34.224 34.857 35.502 36.159 36.828
8 Bukit Kecil 10.706 10.905 11.108 11.315 11.525 11.739 11.958 - - - - - - - 10.706 10.905 11.108 11.315 11.525 11.739 11.958
9 Ilir Timur I 21.958 22.355 22.760 23.172 23.591 24.018 24.453 - - - - - - - 21.958 22.355 22.760 23.172 23.591 24.018 24.453
10 Kemuning 29.949 30.503 31.067 31.642 32.227 32.824 33.431 - - - - - - - 29.949 30.503 31.067 31.642 32.227 32.824 33.431
11 Ilir Timur II 39.303 40.034 40.779 41.537 42.310 43.097 43.898 - - - - - - - 39.303 40.034 40.779 41.537 42.310 43.097 43.898
12 Kalidoni 22.494 22.917 23.348 23.787 24.234 24.689 25.154 - - - - - - - 22.494 22.917 23.348 23.787 24.234 24.689 25.154
13 Sako 18.313 18.654 19.001 19.354 19.714 20.081 20.454 - - - - - - - 18.313 18.654 19.001 19.354 19.714 20.081 20.454
14 Sematang Borang 9.582 9.760 9.942 10.127 10.315 10.507 10.702 - - - - - - - 9.582 9.760 9.942 10.127 10.315 10.507 10.702
15 Sukarami 41.710 42.486 43.276 44.081 44.901 45.736 46.587 - - - - - - - 41.710 42.486 43.276 44.081 44.901 45.736 46.587
16 Alang-Alang Lebar 17.045 17.362 17.685 18.014 18.349 18.690 19.038 - - - - - - - 17.045 17.362 17.685 18.014 18.349 18.690 19.038
Jumlah 377.795 384.800 391.936 399.203 406.606 414.145 421.825 - - - - - - - 377.795 384.800 391.936 399.203 406.606 414.145 421.825
Sumber : Palembang Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Palembang
Pada Tabel 2.3 diatas dapat diketahui Jumlah KK wilayah perkotaan dan perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang perkecamatan, dimana jumlah KK
perkotaan saat ini (tahun 2014) yang terbesar ada di Kecamatan Sukarami yaitu 41.710 KK dan terkecil ada di Kecamatan Sematang Borang yaitu 9.582 KK
sedangkan untuk jumlah penduduk perdesaan tidak ada dikarenakan Kota Palembang sudah menjadi kelurahan. Proyeksi penduduk 5 tahun mendatang (tahun 2020),
dimana jumlah KK perkotaan yang terbesar ada di Kecamatan Sukarami yaitu 46.587 jiwa dan terkecil ada di Kecamatan Sematang Borang yaitu 10.702 jiwa.
Tabel 2.4. Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Daerah Terbangun Tahun 2014 Serta Proyeksi 5 Tahun Kedepan Kota Palembang
Sumber : Palembang Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Palembang
Pada Tabel 2.4. diatas dapat diketahui tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk perkecamatan dimana tingkat pertumbuhan penduduk terbesar pada
Kecamatan Alang-Alang Lebar sebesar 1,05% dan yang terkecil adalah Kecamatan Ilir Timur I dan Seberang Ulu I sebesar 1,00% sehingga rata-rata pertumbuhan
penduduk Kota Palembang sebesar 1,02%. Untuk Kepadatan penduduk terbesar saat ini (tahun 2014) pada Kecamatan Sematang Borang sebesar 133,24 orang/Ha,
yang terkecil pada Kecamatan Gandus sebesar 11,39 orang/Ha.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan dalam Kota Palembang
Sumber : Palembang Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Palembang
Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan di Kota Palembang seperti yang ditampilkan pada
Tabel 2.5 diatas. Dari Tabel 2.5 ini diketahui jumlah Kepala Keluarga (KK) miskin dari 16 Kecamatan
di Kota Palembang, Kecamatan Seberang Ulu II dengan Penduduk Miskin terbanyak sebesar 5.174
KK sedangkan Kecamatan Alang-alang Lebar dengan jumlah Penduduk Miskin sebesar 42 KK.
Kemajuan Pelaksanaan Program kegiatan yang tertuang dalam Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) Kota Palembang diukur dengan cara mereview Buku Putih Sanitasi (BPS) pada Tahun 2010
dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) pada tahun 2011 serta Memorandum Program Sanitasi
(MPS) tahun 2014 sebagian telah diimplementasikan baik di sektor air limbah domestic,
persampahan maupun sektor drainase. Adapun status implementasi SSK dari masing-masing sektor
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk mengetahui status implementasi SSK Kota Palembang pada periode 2010-2015,
khususnya untuk sektor air limbah domestic dapat dilihat pada Tabel 2.6. dibawah ini :
Dari Tabel 2.6. di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan BABS yang semula 20,7% (317.925 jiwa) pada
tahun 2010 menjadi 48,9% (751.040 jiwa) pada awal tahun 2015 (sesuai hasil studi EHRA 2015).
B. Pengolahan Persampahan
Untuk mengetahui status implementasi SSK Kota Palembang pada periode 2010-2015,
khususnya untuk sub sektor persampahan dapat dilihat pada Tabel 2.7. dibawah ini :
Dokumen
perencanaan Masterplan
Pengelolaan Persampahan Persampahan
Pengelolaan Persampahan
Persampahan
0 TPST 7 TPST
Gerobak sampah
Peningkatan 30 Unit
Meningkatnya Sarana dan 10 Unit
operasional dan Dump truck 10
Prasarana Persampahan 41 Unit
manajemen Unit
Amroll Truk 1 Unit 3 Unit
5 lokasi 3R 27 lokasi 3R
Pengelola Dinas Dinas
Ada perda retribusi dan
Ada perda
peningkatan tarif
Peningkatan retribusi
retribusi
kelembagaan dan Perda
Peraturan
peraturan Pengelolaan Perda Pengelolaan
Persampahan blm Persampahan sdh ada
ada
10 ha 25 ha
Menuju Controled
Open dumping
Peningkatan Landfill
Meningkatnya sistem
sistem 1 eksavator, 1
pengelolaan persampahan 3 eksavator, 2 buldozer
pengelolaan TPA buldozer
Dilaksanakan oleh Dilaksanakan oleh
DKK DKK
Peningkatan Meningkatnya pecapaian
3.103.000.000 4.262.000.000
capaian retribusi retribusi persampahan
SSK (periode sebelumnya) SSK (saat ini)
Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini
(1) (2) (3) (4)
Meningkatnya cakupan
Meningkatkan 160 ruas jalan dari 400 ruas jalan dari 780
layanan persampahan
cakupan layanan 780 ruas jalan ruas jalan
berdasarkan ruas jalan
Sumber : BPS Kota Palembang 2010, SSK Kota Palembang 2011 dan Laporan EHRA Kota Palembang 2015
Dari Tabel 2.7. diatas dapat diketahui bahwa pelayanan persampahan kota palembang sudah
sangat baik yaitu sebesar 78,5 % maka dengan Review SSK ini diharapkan bisa mencapai target
sebesar 100% pada Tahun 2019. Sedangkan sistem pengelolaan sampah di kota palembang sudah
menuju sistem control landfill yang sudah berjalan beberapa tahun lalu.
C. Drainase Kota
Untuk mengetahui status implementasi SSK Kota Palembang pada periode 2012-2017,
khususnya untuk sub sektor drainase perkotaan dapat dilihat pada tabel 2.6.
Dari Tabel 2.8. diatas terlihat bahwa terjadi penurunan luas genangan yang terjadi di kota
palembang, dimana hasil profil sanitasi kota palembang 2015. Hal ini dikarenakan penanganannya
sudah mulai membaik masalah banjir di Kota Palembang. Dengan adanya bidang khusus
pengendalian banjir di Dinas PU PSDA dan Bina Marga. Adapun Target penyusunan dokumen
perencanaan drainase pada tahun 2010 sudah mulai terpenuhi dengan disusunnya masterplan
drainase perkotaan pada tahun 2015 dan dapat di implementsikan pada tahun 2016.
Profil sanitasi di Kota Palembang yang akan dijelaskan dalam sub bab ini meliputi kondisi
sistem air limbah domestic, sistem persampahan dan sistem drainase lingkungan. Ke tiga sistem
pada masing-masing sub sektor sanitasi dimaksud bisa dilakukan baik pada tatanan di tingkat
rumah tangga, tatanan di tingkat sekolah maupun tatanan di tingkat masyarakat.
Pada tatanan di tingkat rumah tangga sistem air limbah ditunjukkan dari ada tidaknya
jamban keluarga, sedangkan sistem persampahan ditunjukkan dari ada tidaknya tempat sampah
keluarga dan untuk sistem drainase lingkungan ditunjukkan dari ada tidaknya genangan di sekitar
rumah tinggal. Pada tatanan tingkat sekolah ditunjukkan dari ada tidaknya toilet sekolah, Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dan saluran drainase sekolah. Sementara itu pada tatanan
di tingkat masyarakat ditunjukkan dari ada tidaknya MCK Umum, IPAL Komunal, Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (Iplt), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan jaringan drainase lingkungan.
Secara lebih rinci uraian tentang profil sanitasi di Kota Palembang untuk masing-masing sub
sektor sanitasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Responden yang buang air besar ke jamban pribadi sesuai Grafik 2.1 sebesar 91,90%, di MCK
sebanyak 6,0%, dan responden yang masih buang air besar sembarangan sebesar 2,1% (WC
helikopter, sungai, kebun, selokan, lubang galian dan lainnya).
Tempat penyaluran akhir tinja responden pada studi EHRA di Kota Palembang disalurkan
pada 6 (enam) tempat seperti yang tertera pada Grafik 2.2 dibawah ini, antara lain sebanyak 83,0%
telah dibuang ke tangki septik, sebanyak 0,8% masuk ke pipa sewer, sebanyak 3,0% disalurkan ke
cubluk/lobang tanah, sebanyak 3,0% dibuang langsung ke drainase, sebanyak 3,0% dibuang ke
sungai dan sebanyak 8,0% tidak mengetahui dibuang kemana.
Grafik 2.2. Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Berdasarkan Grafik 2.3 dijelaskan bahwa dari 83,0% responden yang membuang tinja ke
tangki septic, sebanyak 18,6 % tidak pernah dilakukan pengurasan, 42,6% dilakukan pengurasan
lebih dari 10 tahun yang lalu, 20,5% dilakukan pengurasan antara 5 s.d 10 tahun, 15,2% dilakukan
pengurasan 1-5 tahun yang lalu dan 3,2% dilakukan 0-12 bulan yang lalu.
Sedangkan berdasarkan strata, rumah tangga yang tidak pernah melakukan pengurasan
tanki septic pada strata 0 sebesar 33,1%, strata 1 sebesar 17,2%, strata 2 sebesar 21,9%, strata 3
sebesar 2,8,3%, strata 4 sebesar 3,9%.
Grafik 2.4 Praktik Pengurasan Tanki Septik
Sedangkan di berdasarkan strata yang melakukan layanan sedot tinja pada strata 0 sebesar
59,0%, strata 1 sebesar 59,3%, strata 2 sebesar 52,9%, strata 3 sebesar 61,5%, strata 4 sebesar
33,3%.
Grafik 2.5 Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
TPA
Kamar
Mandi
2.10. Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat ini di Kota Palembang
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)
1 Ilir Barat II 5.932 8.898 3.522 1.780 141 50
2 Gandus 6.800 7.391 591 1.478 24
3 Seberang Ulu I 9.561 18.440 6.147 3.688 246
4 Kertapati 7.370 10.441 2.661 2.088 106 100
5 Seberang Ulu II 9.603 10.342 4.678 2.068 187
6 Plaju 3.177 13.555 4.448 2.711 178
7 Ilir Barat I 6.268 19.135 7.588 3.827 304 400
8 Bukit Kecil 1.070 6.638 4.068 1.328 163
9 Ilir Timur I 1.537 12.077 8.344 2.415 334
10 Kemuning 4.792 18.269 7.188 3.654 288
11 Ilir Timur II 18.472 16.507 4.323 3.301 173
12 Kalidoni 6.973 9.672 5.848 1.934 234
13 Sako 549 10.438 7.325 2.088 293
14 Sematang Borang 2.012 6.132 1.437 1.226 57
15 Sukarami 13.764 22.106 5.422 4.421 217
16 Alang-Alang Lebar 2.216 14.829 2.156 2.966 86
Jumlah 100.098 204.872 75.748 40.974 3.030 550
Sumber : Dinas Keshatan, Dinas PU Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang
Jumlah / Kondisi
No Jenis Satuan Keterangan
Kapasitas Berfungsi Tdk berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
1 Berbasis komunal
- MCK Komunal unit 88 Berfungsi
2 Truk Tinja unit 9 Berfungsi
3 IPLT : kapasitas M3/hari 11 Berfungsi
Sistem Offsite
1 Berbasis komunal
- Tangki Septik Komunal > 10 KK unit
- IPAL Komunal unit 3 Berfungsi
2 IPAL Kawasan/Terpusat
- Kapasitas M3/hari 5 Berfungsi
- Sistem
Sumber : Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, DKK dan Hasil analisa Pokja Kota Palembang 2015
Gambar 2.4. Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik per Kecamatan
B. Persampahan
Pelayanan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh DKK Kota Palembang meliputi
pengumpulan sampah dari fasilitas umum, pengangkutan sampah dari TPS (Tempat Pengumpulan
Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), dan pengelolaan TPA. Pengumpulan sampah dari
sumber sampah ke TPS dilakukan oleh perorangan atau petugas kebersihan RT/ RW. Pola
operasional penanganan sampah Kota Palembang masih bertumpu pada penanganan sampah dari
sumber sampai di TPA. Penerapan pengurangan sampah masih belum berjalan optimal. Sampah
yang masuk ke TPA setiap harinya sebanyak 567,3 m3 pada tahun 2014.
Tahapan operasional penanganan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir di TPA. Secara umum kondisi eksisting
penanganan persampahan di Kota Palembang diuraikan di bawah ini.
Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah dilakukan untuk mengangkut sampah dari TPS atau depo menuju
TPA. Kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA berupa dump truck dan
armroll truck. Kedua tipe truk ini memiliki kemampuan membongkar muatan secara hidrolis,
sehingga lebih efisien dan lebih cepat. Cara pengangkutan menggunakan sistem kontainer yang
diganti yaitu dimulai dari pool; armroll truck membawa kontainer kosong (C 0) menuju kontainer
pertama (C1), menurunkan kontainer kosong dan mengambil kontainer penuh (C 1) secara hidrolis
untuk selanjutnya diangkut menuju TPA. Kontainer kosong (C 1) yang dari TPA dibawa menuju
landasan kontainer (TPS) ke dua, menurunkan kontainer (C 1) kemudian mengambil kontainer penuh
(C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju ke kontainer berikutnya demikian seterusnya. Setelah
rit yang terakhir, kontainer terakhir (C n) yang kosong dibawa kembali menuju ke garasi.
Pengelolaan TPA
Kota Palembang memiliki dua TPA yaitu TPA Karya Jaya dan TPA sukawinatan, dimana yang masih
beroperasi yaitu TPA Sukawinatan dan TPA Karya Jaya di stop sistem operasinya. TPA
Sukawinatan beroperasi sejak tahun 2002 hingga sekarang. Luas TPA tersebut 25 Ha, yang terdiri
atas zona pembuangan seluas ± 4 ha, sedangkan sisanya digunakan untuk prasarana dan sarana
penunjang. Metode pengelolaan sampah di TPA Sukawinatan dilakukan dengan sistem Sanitary
Landfill. Belum ada prosedur yang berlaku untuk mengatur tata cara pembuangan dan penimbunan
sampah di TPA sehingga pembuangan dan penimbunan sampah belum tertata dengan baik.
Menurut hasil Studi EHRA 2015 pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Palembang
disajikan pada Grafik 2.6. Berdasarkan grafik tersebut cara pengelolaan sampah yang lebih banyak
dilakukan di Kota Palembang secara berurutan adalah:
a. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak 58,8%
b. Dibuang ke sungai/kali/laut/danau sebanyak 8,0%
c. Dibiarkan saja sampai membusuk sebanyak 9,0%
d. Lain-lain sebanyak 19,5%
e. Tidak tahu sebanyak 4,7%
Perilaku pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kota Palembang ditunjukan pada
Grafik 2.7, sebanyak 88,0% melakukan pemilahan sampah sedangkan 12,0% tidak melakukan
pemilahan sampah sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Grafik 2.7. Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga
Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 2.19, area beresiko persampahan di Kota Palembang
dari segi pengelolaan sampah tidak memadai sebesar 58,4%, frekuensi pengangkutan sampah
tidak memadai sebesar 69,0%, ketidaktepatan waktu pengangkutan sampah sebesar 65,5%, dan
67,8% tidak dilakukan pengolahan sampah setempat.
Pengelolaan Tidak memadai 35 12,5 44 18,3 86 54,0 106 44,3 64 53,3 336 32,3%
sampah
Ya, memadai 245 87,5 196 81,7 74 46,0 134 55,7 56 46,7 704 67,7%
Frekuensi Tidak memadai 5 1,8 22 9,1 0 ,0 120 50,0 120 100,0 267 25,7%
pengangkutan
sampah Ya, memadai 275 98,2 218 90,9 160 100,0 120 50,0 0 ,0 773 74,3%
Ketepatan waktu Tidak tepat waktu 46 16,4 15 6,1 80 50,0 240 100,0 120 100,0 500 48,1%
pengangkutan
sampah Ya, tepat waktu 234 83,6 225 93,9 80 50,0 0 ,0 0 ,0 540 51,9%
Pengolahan Tidak diolah 228 81,5 210 87,5 152 95,0 199 82,8 94 78,3 883 84,9%
sampah setempat
Ya, diolah 52 18,5 30 12,5 8 5,0 41 17,2 26 21,7 157 15,1%
Sumber : Hasil EHRA 2015, Dinkes Kota Palembang
Dari Tabel 2.13 dapat diketahui bahwa pada user interface terdapat berbagai jenis, ada
tempat sampah terpilah berupa tong bin, keranjang sampah yang berada di rumah tangga dan
tempat sampah dari kegiatan penyapuan jalan serta taman ataupun fasilitas umum. Pengumpulan
setempat yang ada di Kota Palembang terdiri atas TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPS3R
(Tempat Pemrosesan Sementara Reduce, Reuse, dan Recycle), dan SPA (Stasiun Peralihan
Antara) yang dilengkapi dengan mesin kompaktor. Pengumpulan sampah dari sumber sampah ke
TPS, TPS3R, maupun SPA menggunakan gerobak ataupun kendaraan dorkas/ sepeda motor roda
tiga. Namun bila sampah yang dihasilkan dari sumber sampah lebih besar sama dengan 1 m 3 maka
harus langsung diangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Tidak semua kecamatan mempunyai
jumlah sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai sehingga masih ada masyarakat
yang membuang sampah sembarangan seperti ke sungai, dibakar, ke tanah kosong dan ke pinggir
jalan, hal ini dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara.
Dari Tabel 2.13 timbulan sampah, di kotaan sekitar 31,71% dari jumlah timbulan sampah total
Kota Palembang. Sebagian besar persampahan belum tertangani dengan baik.
Tabel 2.14. Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan per Kecamatan
Volume Sampah
3R yang terangkut ke
Nama Kecamatan/ TPA Total
Kelurahan Wilayah
Wilayah perkotaan Total Wilayah Perkotaan
perdesaan
(%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari)
Ilir Barat II - - 6,61 37,31 6,61 37,31
Gandus - - 3,71 20,94 3,71 20,94
Seberang Ulu I - - 11,28 63,60 11,28 63,60
Kertapati - - 4,48 25,27 4,48 25,27
Seberang Ulu II - - 5,75 32,46 5,75 32,46
Plaju - - 4,41 24,85 4,41 24,85
Ilir Barat I - - 11,76 66,34 11,76 66,34
Bukit Kecil - - 0,38 2,15 0,38 2,15
Ilir Timur I - - 10,68 60,24 10,68 60,24
Kemuning - - 7,41 41,78 7,41 41,78
Ilir Timur II - - 9,74 54,93 9,74 54,93
Kalidoni - - 6,42 36,22 6,42 36,22
Sako - - 8,22 46,38 8,22 46,38
Sematang Borang - - 0,38 2,15 0,38 2,15
Sukarami - - 8,39 47,33 8,39 47,33
Alang-Alang Lebar - - 0,38 2,15 0,38 2,15
Sumber : Palembang Dalam Angka 2014 dan Analisa Pokja Sanitasi Palembang
(10 % s/d 40%) efesiensi 3R
Kapasitas/d Kondisi
Jumlah /
aya Ritasi /
No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Luas total Keterangan
tampung* hari Rusak Rusak
terpakai Baik
(M3) Ringan Berat
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak Unit 357 0,5 √ DKK
- Becak/Becak Motor Unit 12 0,5 √ DKK
- Kendaraan Pick Up Unit 16 1 Operasional DKK
2 Tempat Penampungan Sementara (TPS)
- Bak Sampah (beton/kayu/fiber) Unit 83 DKK
- Container Unit 349 1-6 √ DKK
- Transper Stasiun Unit 178 1 √ DKK
- SPA (Stasiun Peralihan Antara) Unit
3 Pegangkutan
- Dump Truck Unit 68 8 √ √ √ DKK
- Arm Roll Truck Unit 26 6 √ √ √ DKK
- Compactor Truck Unit
4 Pengelohan Sampah
- Sistem 3R Unit 7 √ DPU CK
- Incinerator Unit 1 √ DKK
5 TPA/TPA Regional
Konstruksi : Lahan urug saniter/lahan urug
terkendali/penimbunan terbuka
Operasional : Lahan urug saniter/lahan
urug terkendali/penimbunan terbuka
- Luas total TPA yang terpakai Ha 25 119.460 √ DKK
- Luas sel Landfil Ha 2 √ DKK
- Daya Tampung TPA m3/hari 1500 √ DKK
6 Alat Berat
- Bulldozer Unit 3 √ DKK
- Whell/truck loader Unit
- Excavator/backhoe Unit 2 √ DKK
- Truck Tanah Unit
7 IPL : Sistem kolam/aerasi/...
Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD) :
- Efluen di Inlet
- enfluen di Outlet
NB : IPL : Instalasi Pengelolaan Lindi
Sumber
* Daya: Tampung
DinasTPAKebersihan
: m3/tahun Kota Palembang dan Analisa Pokja Palembang 2015
** Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola
Dari Tabel 2.15 kondisi sarana dan prasarana persampahan terlihat bahwa peralatan
pengumpulan sampah setempat, TPS, pengangkutan sampah, pengolah sampah dalam keadaan
baik sedangkan alat berat di TPA sebagian besar dalam keadaan baik hanya ada satu alat yang
rusak yaitu 3 buldoser. Jumlah container 168 unit dalam kedaan baik, SPA ada 1 unit dalam
keadaan baik, TPA ada di Sukawinatan dengan kapasitas 700 m3/hari.
C. Drainase Perkotaa
Sistem drainase Kota Palembang sangat kompleks karena selain terdapat sungai/saluran
drainase juga terdapat pompa banjir dan pintu air mengingat lokasi Kota Palembang yang berada di
di antara sungai musi sehingga sistem drainasenya dipengaruhi oleh pasang surut air sungai.
1) Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan
Lokasi genangan beserta infrastruktur drainase di Kota Palembang disajikan pada Tabel 2.16
di bawah ini yaitu :
Dari Tabel 2.16. dapat diketahui bahwa luas genangan Penyebab genangan terutama karena
tersumbatnya saluran drainase, pendangkalan saluran dan dimensi saluran terlalu kecil, Untuk
mengatasi banjir sudah dibangun rumah pompa di wilayah pusat kota.
2) Sistem dan Infrastruktur
Jenis dan jumlah infrastruktur drainase perkotaan yang telah dibangun dan disajikan dalam
bentuk Tabel 2.17. dibawah ini :
Tabel 2.17. Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kota Palembang
Dari Tabel 2.17 dapat diketahui bahwa di Kota Palembang mempunyai sistem drainase
utama yang terdiri dari drainase primer, sekunder dan primer. Semua sistem drainase tersebut
masih berfungsi meskipun ada yang tersumbat baik oleh sampah maupun tanah sehingga
menyebabkan banjir/genangan.
Peta lokasi Genangan Kota Palembang ditampilkan pada Gambar 2.9 dan 2.10. Dari gambar
2.9 dan 2.10 dapat diketahui bahwa lokasi genangan sebagian besar terjadi di wilayah yang
mempunyai dataran rendah dan disebagian badan sungai.
Kecamatan Plaju :
Kecamatan Gandus : Plaju Ulu
36 Ilir
Karang Anyar Talang Putri
Talang Bubuk
Kecamatan Kertapati :
Keramasan Kecamatan Seberang Ulu I :
Kemang Agung 3-4 Ulu
Silaberanti
Sumber : Masterplan Drainase Kota Palembang 2011 dan Analisa Pokja Sanitasi
Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air
limbah domestic dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA), persepsi SKPD dan
data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Palembang untuk menentukan
area beresiko Air Limbah Domestic sebagai berikut :
Data Sekunder : 30%
Study EHRA : 40%
Persepsi SKPD : 30%
Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam bentuk Gambar 2. 6
dan Tabel 2.18. Dari Gambar 2.6 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi dan tinggi
sebagian besar berada di 8 kecamatan yang merupakan kawasan dengan kepadatan tinggi dan
CBD.
Gambar 2.6. Peta Area Berisiko Air Limbah Domestik Kota Palembang
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko*)
Kecamatan Kelurahan
Resiko 4
1 Kalidoni Kalidoni
2 Sematang Borang Karya Mulya
Resiko 3
1 Gandus Karang Anyar
2 Ilir Barat I Siring Agung
3 Bukit Kecil 26 Ilir
4 Ilir Timur II Sungai Buah
5 Kalidoni Sei Selayur
6 Sako Suka Maju
7 Kertapati Keramasan
8 Plaju Bagus Kuning
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
Dari Tabel 2.18. Area Beresiko Air Limbah Domestik disepakati bahwa area beresiko 4
(sangat tinggi) ada 12 kelurahan yang tersebar di 8 kecamatan yang berbeda. Sedangkan area
beresiko 3 (tinggi) ada 27 kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan yang berbeda.
Untuk permasalahan mendesak air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19. Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik
NO PERMASALAHAN MENDESAK
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana : User Interface
Jumlah kepemilikan jamban di Kota Palembang (Study EHRA 2015) adalah
96,98% dengan rincian 95,33% jamban pribadi dan 1,64% MCK/WC umum
sedangkan 3,02% sisanya ke lain-lain.
Keterangan:
- Jumlah Penduduk Kota Palembang tahun 2014: 1.316.717 jiwa atau
329.179 KK
Kesimpulan:
- Kepemilikan akses Jamban Pribadi & MCK = 96,98 % (319.238 KK)
- Yang tidak memiliki jamban Pribadi & MCK = 3,02% (9.941 KK)
- Perilaku BABS sebesar 28,4%
Pengumpulan & Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:
Penampungan / Berdasarkan studi EHRA : sebanyak 85,1 % membuang tinja ke tangki septik,
Pengolahan 1,8% ke pipa sewer, 7,2% ke cubluk/lubang tanah dan 5,9% ke tempat lain
Awal: (sungai, laut, danau, tanah, kebun dll)
Pengangkutan / - Hanya ada 1 truk penyedot tinja milik pemda, pembuangan tinja ke IPLT,
Pengaliran: sungai atau ke tanah
- Praktek pengurasan tangki septic 21,8% (71.761 KK)
Pengolahan Akhir Sudah ada IPLT tapi belum beroperasi
Terpusat Kurangnya IPAL Komunal di wilayah perdesaan
Daur Ulang / Belum dilakukan daur ulang
Pembuangan
Akhir:
NO PERMASALAHAN MENDESAK
2. Aspek Non Teknis
Dokumen Sudah mempunyai masterplan air limbah
Perencanaan
Pendanaan: Dana APBD untuk air limbah terlalu kecil
Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil
kebijakan
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan
swasta
Kelembagaan Sudah ada UPTD Pengelolaan Air Limbah tetapi masih dalam tahap
peresmian
Peraturan Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan air limbah
Undang-
Undang
Peran Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik. Hal
Masyarakat dan ini karena masih banyaknya perilaku masyarakat yang masih BAB
dunia usaha sembarangan baik itu di sungai, dan sebagainya.
/swasta Kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam pengolahan limbah domestic
Masih banyak sumur yang jaraknya kurang dari 10 m dari resapan tanki
septic
Kurangnya partisipasi masyarakat untuk merawat sarana MCK Komunal
Aspek Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah
Komunikasi sehingga masih ada masyarakat yang membuang air limbah rumah tangga
ke saluran drainase
Sumber : Studi EHRA dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015
Dari Tabel permasalahan mendesak air limbah domestik terlihat masih banyak masyarakat yang
melakukan praktek BABS dan jumlah kepemilikan septik tank yang hanya 48,5% dan pengurasan
tangki septic hanya 21,8%. Untuk itu perlu keseriusan Pemerintah Kota Palembang dalam
menyelesaikan permasalahan mendesak tersebut.
Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi
persampahan dengan menggabungkan Indeks Resiko Persampahan (Studi EHRA), persepsi SKPD
dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Palembang untuk
menentukan area beresiko sanitasi sektor persampahan sebagai berikut :
Data Sekunder 30%
Study EHRA 40%
Persepsi SKPD 30%
Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sektor persampahan disajikan dalam bentuk Peta 2.7
dan Tabel 2.21 di bawah ini :
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
Dari Tabel 2.20. Area Beresiko Persampahan disepakati bahwa area beresiko 4 (sangat
tinggi) ada 12 kelurahan yang tersebar di 8 kecamatan yang berbeda. Sedangkan area beresiko 3
(tinggi) ada 27 kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan yang berbeda.
Untuk permasalahan mendesak persampahan dapat dilihat pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21. Permasalahan Mendesak Persampahan
NO PERMASALAHAN MENDESAK
1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana : User Interface
Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:
Tingkat layanan penanganan sampah RT: dikumpulkan oleh
kolektor informal yg mendaur ulang 1,8%, dikumpulkan dan di buang ke TPS
39,8%, sedangkan 58,4% tidak diangkut tukang sampah (dibakar, dibuang ke
sungai/danau, dibuang ke lahan kosong/kebun, dll)
Keterangan:
- Produksi Sampah Kota Palembang per hari = 3.292 m3/hari
- Pelayanan Sampah 41,6 % per hari = 1.369 m3/hari
Praktek Pemilahan Sampah oleh RT :
& 0,25 m3, sepeda motor roda 3 sebanyak 18 unit, pick up sebanyak 3 unit
Penampungan
/Pengolahan
Awal:
Pengangkutan - Baru ada 104 TPS
/ - Sampai saat ini tersedia: 2 unit TPST, kapasitas total: 40 m3/hari atau setara
Pengaliran: dengan 1,22 % dari total timbulan sampah.
- Terbatasnya area pelayanan (wilayah perdesaan belum terlayani secara
maksimal)
Pengolahan Sarana pengangkut sampah terpilah masih kurang
Akhir
Terpusat
Daur Ulang / - sudah melakukan pemilahan
Pembuangan
Akhir:
NO PERMASALAHAN MENDESAK
2. Aspek Non Teknis
Kapasitas Sarana Prasarana belum optimal
Pengelolaan Frekuensi pengangkutan sampah belum maksimal
Sampah Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan
sampah dari sumbernya
Kelembagaan Belum optimalnya kapasitas kelembagaan
Pengelolaan
Sampah
Sumber : Studi EHRA dan Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015
Dari Tabel 2.21 dapat diketahui bahwa cakupan layanan persampahan baru mencapai 33%
dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Palembang. Kesadaran masyarakat maish rendah / banyak
yang buang sampah sembarangan menjadi salah satu indikator rendahnya cakupan layanan
persampahan. Keberadaan TPA di Sukawinatan belum berfungsi secara Optimal.
C. Area Berisiko dan Permasalahan Drainase Perkotaan
Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi Drainase
Perkotaan dengan menggabungkan Indeks Resiko Drainase (Studi EHRA), persepsi SKPD dan data
sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kota Palembang untuk menentukan area
beresiko sanitasi sektor Drainase Perkotaan sebagai berikut :
Data Sekunder : 30%
Study EHRA : 40%
Persepsi SKPD : 30%
Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sektor persampahan disajikan dalam bentuk Peta 2.7
dan Tabel 2.21 di bawah ini :
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko*)
Kecamatan Kelurahan
Resiko 4
1 Gandus Karang Anyar
2 Sako Sako
3 Seberang Ulu II 11 Ulu
Resiko 3
1 Gandus 36 Ilir
2 Ilir Barat I Bukit Lama
3 Bukit Kecil 22 Ilir
4 24 Ilir
5 Ilir Timur I 13 Ilir
6 14 Ilir
7 Ilir Timur II 2 Ilir
8 Lawang Kidul
9 5 Ilir
10 Kemuning 20 Ilir D.II
11 Pahlawan
12 Pipa Reja
13 Sekip Jaya
14 Sukarami Suka Bangun
15 Sematang Borang Sri Mulya
16 Kertapati Keramasan
17 Kemang Agung
18 Seberang Ulu I 3-4 Ulu
19 Silaberanti
20 Seberang Ulu II 12 Ulu
21 14 Ulu
Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Palembang 2015
Catatan:
*) Hanya untuk wilayah dengan risiko 4 dan 3
Dari Tabel 2.22. Area Beresiko Drainase Perkotaan disepakati bahwa area beresiko 4 (sangat
tinggi) ada 12 kelurahan yang tersebar di 8 kecamatan yang berbeda. Sedangkan area beresiko 3
(tinggi) ada 27 kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan yang berbeda.
Untuk permasalahan mendesak drainase perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.23.
NO PERMASALAHAN MENDESAK
1. Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana : User Interface
User Interface Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari : 15,8%
Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:
kejadian banjir di Kota Palembang hanya terdapat di beberapa tempat
saja sehingga mayoritas dapat dikatakan tidak pernah mengalami banjir
(59,1%).
Sedangkan daerah yang mengalami banjir sekali dalam setahun
memiliki frekuensi sekitar 19,8%, beberapa kali dalam setahun
sebanyak 15,8% dan sekali atau beberapa kali dalam sebulan sebanyak
4,6%.
Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 74,2 % rumah tangga,
sedangkan 25,8% tidak mengalami secara rutin.
Penampungan Grey water masih bercampur dengan saluran drainase, belum ada sumur
/ resapan
Pengolahan Drainase tertutup trotoar (kontrol sulit bila terjadi sumbatan)
Awal Masih ada drainase yang tidak mampu menampung kapasitas air hingga
terjadi limpahan ke luar
Banyak terdapat saluran drainase yang hilang dan berubah fungsi
Pengangkutan Kepemilikian SPAL selain tinja /drainase lingkungan berdasarkan hasil Study
/ EHRA 2015:
Pengaliran:
NO PERMASALAHAN MENDESAK
Pendanaan Minimnya anggaran di bidang drainase