D-1
Dalam rangka menyusun dan pelaksanaan kegiatan Audit ini Kementerian Agraria dan
Tataruang/BPN telah memiliki pedoman Terkait pelaksanaan Audit Tata Ruang yaitu
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 17 Tahun 2017 dimana
dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Audit Tata Ruang adalah serangkaian
kegiatan pemeriksaan dan evaluasi terhadap data dan informasi spasial serta
dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu laporan atau temuan yang diduga
sebagai indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang.
Selain itu dengan pedoman audit tata ruang tersebut sudah merupakan kebutuhan
dalam menyikapi pertumbuhan yang sangat tinggi dan tidak terkendali, terutama
kepada kabupaten dan kota yang telah memasuki masa peninjauan kembali atau
perda RTRW yang telah memasuki tahap pembangunan lima tahun kedua dari masa
berlakunya perda RTRW yang bersangkutan. Pertumbuhan untuk memenuhi aktifitas
ekonomi dan sosial seringkali mengabaikan rencana yang telah ditetapkan. Alih fungsi
lahan dan terkonsentrasinya pusat-pusat kegiatan ekonomi dapat menyebabkan
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-2
Keberadaan Kota Sorong bagi perkembangan Papua khususnya Papua Barat kini
sangatlah vital. Berdasarkan RTRW Nasional, struktur ruang Provinsi Papua Barat
telah menetapkan KotaSorong sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Fungsi dari
PKN Sorong adalah Pusat Pelayanan Primer perdagangan dan jasa,perikanan, industri,
dan pertambangan. Dengan tanggung jawab sebagai Pusat Pelayanan Primer,
tentunya Kota Sorong harus memberikan layanan yang sesuai dengan porsinya
sebagai PKN. Dalam hal ini, bagaimana nantinya Kota Sorong dapat mengakomodasi
setiap kegiatan-kegitatan wilayah yang akan datang, setidaknya dalam perancangan
20 tahun ke depan.
Demikian juga Kota Manokwari saat ini mengalami perubahan dan perkembangan
yang cukup pesat dan cepat. Walaupun demikian Kota Manokwari juga termasuk
dalam daerah rawan tsunami berdasarkan faktor sejarahnya. Dengan demikian perlu
ditinjau kondisi potensi dan kajian aspek kebencanaan terhadap Kota Manokwari.
Lokasi-lokasi manakah yang harus dihindari dalam rangka mitigasi bencana tsunami
bagaimana pemanfaatannya saat ini.
D-3
upaya pencegahan sejak dini atas indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau langkah awal upaya penertiban atas pelanggaran tata
ruang yang telah terjadi.
Agar maksud ini dapat terlaksana dengan baik maka dalam prosesnya perlu dilakukan
pemeriksaan, pemantauan (verifikasi) dan melakukan klarifikasi melalui proses
wawancara dan FGD ke lapangan serta mengevaluasi indikasi pelanggaran terhadap
tata ruang yang sudah ditetapkan Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari.
D-4
Kawasan
Kawasan
Perkotaan
Perkotaan
Sorong
Manokwari
Beberapa permasalahan umum yang terjadi dalam tata ruang di Provinsi Papua adalah
sebagai berikut:
D-5
Lingkup tata ruang dan permasalahan yang sedang berkembang terkait Kawasan
Perkotaan Sorong dan Manokwari saat ini diantaranya adalah:
A. Kota Sorong
Untuk lebih jelasnya rencana pola ruang wilayah di Kota Sorong dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-6
Potensi pengembangan wilayah sebagaimana yang sudah dikaji dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Sorong dapat diidentifikasi wilayah/distrik yang memiliki potensi
untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pertumbuhan daya saing daerah.
Pengembangan kawasan pada beberapa sektor harus sesuai dengan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang Kota Sorong berdasarkan RTRW, hal itu untuk
menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Sorong, menghindari lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, menjaga
keserasian dan keseimbangan peruntukan ruang sebagai alat pengendali
pengembangan kawasan, mencegah dampak pembangunan yang merugikan dan
untuk melindungi kepentingan umum.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-7
D-8
B. Kabupaten Manokwari
Manokwari sebagai Ibukota Provinsi Papua Barat. Selain itu, Manokwari juga
direncanakan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional di Pulau Papua. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan pembangunan yang memenuhi persyaratan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional.
D-9
2. Sudah menjadi rahasia umum bahwa usulan kebijakan perubahan alih fungsi
dan peruntukkan kawasan hutan melalui RTRWP sarat dengan berbagai
kepentingan sektoral dan cenderung akomodatif terhadap investasi.
Pendekatan dan proses keterlibatan masyarakat sangat terbatas, masyarakat
yang memiliki pengetahuan penataan dan pengelolaan ruang hanya menjadi
objek penataan ruang saja.
3. Demikian pula, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan
diabaikan dalam politik ruang. Dampaknya terjadi konflik kepentingan dalam
pemanfaatan dan pengelolaan ruang antara masyarakat, birokrasi dan
korporasi, terjadi bencana ekologi yang merugikan dan mengorbankan nyawa
manusia.
D-10
Berdasarkan lingkup tersebut maka secara terinci tahapan Audit Tata Ruang di
Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari adalah sebagai berikut:
D-11
b. Tahapan Analisis Dampak Pemanfaatan Ruang yang diduga tidak sesuai tersebut
yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, yang mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, dan yang mengakibatkan kematian
orang.
c. Koordinasi, dengan pihak-pihak yang terkait, dengan cara: melakukan kunjungan
lapangan di wilayah kota/kabupaten terpilih, melaksanakan diskusi/FGD di daerah
yang melibatkan pihak-pihak yang terkait, melaksanakan rapat koordinasi dan
rapat pembahasan di Jakarta.
d. Penyusunan Laporan Hasil Audit Tata Ruang yang memuat: hasil pelaksanaan audit
tata ruang, gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak lanjut; dan
lampiran data pendukung, serta menyusun Resume Laporan Hasil Audit Tata
Ruang, berupa laporan komprehensif yang dibuat secara ringkas untuk
kepentingan para pengambil kebijakan seperti: Bupati/Walikota/Gubernur/
Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk kepentingan publikasi kepada media
massa terkait.
Tahapan ini secara rinci akan dibahas pada bagian Pendekatan dan Metodologi Audit
Tata Ruang.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-12
Menurut konsultan wilayah tersebut sangat ideal untuk bisa mewakili dimana didaerah
tersebut selain perkembangannya pesat dalam pola pemanfaatan ruangnya juga telah
memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kota. Sehingga pelaksanaan audit tata ruangnya
lebih terarah dan memiliki payung yang kuat dalam mengkaji apabila ada
ketidaksesuain dengan peruntukannya.
Sedangkan dilihat dari alokasi kebutuhan tenaga ahli dan kualifikasinya yang
disyaratkan dalam KAK, Konsultan menanggapi bahwa kebutuhan tenaga ahli didalam
membantu proses pelaksanaan pekerjaan hingga selesai dan sesuai dengan
permintaan dari penyedia jasa, sangat tepat dan bisa diperhitungkan sampai
tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA).
Adapun yang menjadi tugas dan pokok dari keseluruhan tenaga ahli didalam
melaksanakan kegiatan ini, yaitu :
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-13
Ahli Penataan Ruang sebagai ketua tim disyaratkan memiliki latar belakang
pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Perencanaan Wilayah & Kota/Planologi
dan S2 Perencanaan Wilayah & Kota/Planologi atau S2 bidang lainnya dengan
pengalaman di bidang penataan ruang minimal 5 (tahun) tahun. Dalam kegiatan ini,
ketua tim bertanggungjawab memimpin kegiatan ini secara keseluruhan,
mengkoordinir tugas-tugas tenaga ahli lainnya, menerima laporan, perkembangan
dari aktifitas setiap anggota tim, dan menjaga soliditas/kekompakan tim, sehingga
dicapai tujuan, sasaran, keluaran, dan manfaat dari kegiatan ini.
3. Ahli Hukum
4. Ahli Lingkungan
5. Ahli Geologi
D-14
2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Antara
Laporan antara merupakan laporan hasil kegiatan survei dan analisis temuan
sementara penyimpangan pemanfaatan ruang yang berdasarkan perda RTRW di
Kota/Kabupaten yang terpilih. Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan setelah diterbitkan
SPMK.
4. Laporan Akhir
5. Laporan Prosiding
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
D-15
E-1
E.1 UMUM
Pada bab ini, konsultan akan memaparkan pendekatan, metodologi dan program kerja
yang dianggap mampu mewujudkan maksud, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
oleh kegiatan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari.
Metodologi ini lebih diarahkan terselenggaranya kegiatan audit tata ruang dan
tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA) pada 2 kawasan perkotaan di Kota Sorong dan
Manokwari yang mewakili wilayah kerja Direktorat Jenderal Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Data yang dibutuhkan dalam rangka Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan
Manokwari, meliputi :
1. Konsep dan dasar teoritis tentang Audit Tata Ruang yang dapat menjelaskan
tentang cara/metode dan tahapan dalam melakukan Audit Tata Ruang.
6. Isu dan permasalahan terkait alih fungsi lahan atau pengaduan pelanggaran
penataan ruang baik dari masyarakat maupun dari PPNS daerah masing-masing.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-2
a. Studi Literatur
b. Survei Lapangan
c. Observasi
d. Pelaksanaan FGD
E-3
E.2.1 Pendekatan
Dalam Bidang Lingkungan Hidup: Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(Sumber: UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 49 s/d 51 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup Pasal 1 Poin 1),
Audit Tata Ruang adalah evaluasi terhadap pemanfaatan ruang suatu wilayah
yang bertujuan untuk melakukan verifikasi bahwa penggunaan ruang
dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan kaidah-kaidah penataan
ruang.
E-4
Metode analisis dalam pelaksanaan Audit Tata Ruang pada prinsifnya digunakan untuk
mengetahui kesesuaian (gap analysis) antara rencana tata ruang wilayah yang diwakili
oleh pola ruang dan struktur ruang dengan pemanfaatan (penggunaan) ruang
eksisting. Pada analisis ini digunakanlah citra satelit dan survei lapangan sebagai media
untuk memperoleh gambaran penggunaan lahan secara eksisting sedangkan
pembandingnya adalah pola ruang RTRW seperti yang termaktub dalam Perda RTRW
dan RDTR atau rencana yang lebih rinci lagi misal RTBL di 2 lokasi Kawasan perkotaan.
Adapun metode analisis secara teknis menggunakan analisis sebagai berikut:
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang meliputi mengambilan data,
verifikasi data, analisis dan output data yang berreferensi secara spasial dengan
bumi. Metode dalam menentukan imbuhan air dan lepasan air tanah adalah metode
yang berbasis spasial atau dengan menggunakan pendekatan keruangan. Metode
ini dipilih karena dapat menghasilkan informasi ruang secara lebih obyektif dan up
to date di dalam mendukung proses perencanaan desain dan strategi konservasi
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-5
Analisis spasial yang digunakan berbasis pada kemampuan dan kapasitas ruang.
Pemanfaatan pendekatan spasial diimplementasikan dengan menggunakan metode
“Development Possibility Analysis (DPA)”.
Digitasi
Database Data
Spasial Tematik
dengan GIS
1. Pada tahap awal seluruh data primer maupun sekunder dimasukkan dalam
sebuah format data GIS yang berisi peta dan atribut (tabel).
2. Keseluruhan data kemudian diverifikasi baik sistem koordinatnya maupun isi
substansinya.
3. Setelah itu data diolah sesuai kebutuhan dengan berbagai ekspresi baik ekspresi
matematis maupun logik.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-6
4. Apabila proses analisis sudah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah membuat
tampilan layout peta sebagai salah satu hasil akhir produk.
Berikut ini adalah contoh ilustrasi hasil analisis pentampalan (overlay) ketidaksesuaian
masing-masing lokasi dengan menggunakan kode-kode dari setiap lokasinya :
E-7
Berikut adalah ilustrasi dan contoh tabel hasil analisis pentampalan dan
ketidaksesuaian dan hasil verifikasi lapangan:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-8
C. Kajian Kebencanaan
E-9
Berikut adalah contoh analisis performa tata ruang untuk Kawasan Lindung:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-10
E-11
Valuasi Ekonomi Lingkungan dengan metode Nilai Ekonomi Total (TEV) pesisir dan
laut merupakan upaya kuantifikasi sumberdaya yang terdapat di dalam pesisir dan
laut dan jika diukur dari terminaloginya merupakan kesediaan untuk membayar
atau willingness to pay untuk mendapatkan sumberdaya pada lingkungan
tersebut, dengan demikian sasaran dari valuasi ekonomi lingkungan pesisir dan
laut adalah ditujukan terhadap nilai ekonomipasir laut dan nilai ekonomi ekologi
yang ada di sekitarnya.
Identifikasi manfaat, nilai manfaat atau nilai kegunaan dari metode TEV dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu :
Nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) artinya, output (barang dan jasa)
yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam yang secara langsung dapat
dimanfaatkan;
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-12
Nilai manfaat tidak langsung Indirect use value (IUV) artinya, barang dan jasa
yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung
dapat di ambil dari sumberdaya alam tersebut.
Dengan mengikuti dasar identifikasi nilai manfaat di atas, maka penilaian manfaat
langsung lingkungan sempadan pantai, Kota Balipapan terdiri dari: nilai ekosisitem
mangrove, nilai ekosistem terumbu karang, dan nilai ekosisitem padang lamun
(sea grass). Sedangkan manfaat tidak langsung ditujukan pada nilai lingkungan
pesisir dan laut antara lain: pilihan (biodiversity), nilai keberadaan (existence
value), penelitian, nilai fisik (pelindung pantai) dan nilai pariwisata.
Biaya pada panduan perhitungan untuk kasus sempadan ini merupakan biaya yang
ditetapkan pada tahun 1999, sedangkan penelitian dilakukan pada tahun 2018
sehingga tetapan biaya yang digunakan untuk menilai kerusakan lingkungan
disesuaikan dengan konsep future value.
F = P (1 + i)n
Dimana:
F : biaya di tahun 2018
P : tetapan biaya di tahun 1999
i : suku bunga yang digunakan pada saat penelitian, yaitu 5,75%
n : lama waktu, yaitu 18 tahun
Ilustrasi terhadap Nilai Ekonomi Total (TEV) Pemanfaatan Lingkungan Pesisir dan
Laut
E-13
Berdasarkan uraian dan tahapan pelaksanaan Audit diatas berikut secara rinci
mengacu pada Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pedoman Audit Tata Ruang
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-14
1. Aspek Tata Ruang berupa peninjauan kembali - revisi, UU No. 26/2007, Pasal 16 :
Kepentingan nasional, bencana, pemekaran, deviasi/ketidaksesuaian pemanfaatan
ruang terhadap pola ruang RTR, dll.
2. Aspek Hukum, UU No. 26/2007 Pasal 39 “...merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang TIDAK SESUAI dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi”.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
E-15
Berdasarkan pendekatan, metode analisis dan metode audit tata ruang di atas kegiatan pemeriksaan
dan evaluasi terhadap data dan informasi spasial serta dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu
laporan atau temuan yang diduga sebagai indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang. Indikasi
Terkait dengan rangkaian kegiatan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari dalam
E-16
Gambar Metodologi
Pelaksanaan Kegiatan Audit Tata
Ruang Kawasan Perkotaan
Sorong dan Manokwari Provinsi
Papua Barat
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
F-1
F-2
Tabel F.1
Jadwal Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
G-1
TENAGA AHLI
Sebagaimana tertulis di dalam Kerangka Acuan Kerja, disebutkan bahwa kegiatan Audit
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari ini dilaksanakan dalam waktu 7
(tujuh) bulan kalender, dimulai setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau Surat
perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SPPP) ditandatangani. Jadwal pelaksanaan dalam
Penyusunan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari yang selama
7 (tujuh) bulan sebenarnya tergolong pendek mengingat luasnya aspek kajian yang
harus dilaksanakan sebagai konsekuensi dari pendekatan perencanaan tata ruang yang
komprehensif.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja, waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah selama 210 (duaratus sepuluh) hari kerja. Dalam hal ini Konsultan
memandang bahwa waktu yang disediakan akan sangat bergantung dari progres
pekerjaan yang telah dilakukan. Mengingat waktu yang relatif singkat ini, konsultan
mengharapkan dukungan sepenuhnya dari pihak pemberi kerja dalam rangka lebih
mengefektifkan pelaksanaan pekerjaan serta dalam rangka mencapai target yang telah
ditetapkan dalam rencana kerja.
Untuk lebih jelas mengenai Komposisi Tim dan penugasaan tenaga ahli dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
G-2
TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
PT. Palindo Bangun Lokal Penyelesaian Team Leader (Ahli Bertanggungjawab 7
Konsultan permasalahan; Perencana Wilayah memimpin kegiatan ini
Menyusun Laporan dan dan Kota) secara keseluruhan,
Rekomendasi Hasil Audit mengkoordinir tugas-
Penataan Ruang yang tugas tenaga ahli
menjelaskan hasil lainnya,
pengawasan terhadap Menerima laporan,
penyelenggaraan perkembangan dari
penataan ruang Kawasan aktifitas setiap
Perkotaan Sorong dan anggota tim,
Manokwari Menjaga
soliditas/kekompakan
tim, sehingga dicapai
tujuan, sasaran,
keluaran, dan manfaat
dari kegiatan ini
Menyusun organisasi
kerja tim secara
keseluruhan;
Mengkoordinasikan
pelaksanaan pekerjaan
terhadap semua hal
yang berhubungan
dengan kelancaran
pekerjaan;
Mengkoordinasikan
hubungan kerja antar
organisasi kerja sesuai
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
G-3
TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
tugas masing-masing
dengan semua unsur
proyek dan instansi
terkait;
Membuat laporan
mengenai data-data
yang didapat serta
menganalisa untuk
mendapatkan output,
guna penyusunan
buku laporan pada
setiap tahap kegiatan.
PT. Palindo Bangun Lokal Pertampalan peta Ahli Sistem Menginventarisasi 5
Konsultan Verifikasi lapangan Informasi data spasial digital
menggunakan Global Geografis/GIS dasar, GCP dan
Positioning System (GPS) interpretasi Aerial
Tracker dan Aerial Photo Photo Capturing
Capturing Drone. Drone Khusus Wilayah
Kalimantan
Digitasi peta eksisting
lapangan pada peta
digital rencana shp
yang telah terverifikasi
khusus Wilayah
Kalimantan
Analysis
superimphosed dalam
kesesuai dan penilaian
penggunaan lahan
eksisting dan peta
rencana menghasilkan
polygon dan area-area
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
G-4
TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
ketidak sesuain tata
ruang untuk seluruh
lokasi kajian
Menentukan lokasi
atau titik koordinat,
luas area, dan lokasi
titik ketidaksesuaian
penggunaan lahan.
PT. Palindo Bangun Kajian teknis dan kajian Ahli Hukum Membantu Team 5
Konsultan yuridis indikasi pelanggaran Leader dalam
di bidang penataan ruang memeriksa dan
dari aspek hukum khusus memastikan akibat
wilayah Kalimantan. pelanggaran
terindikasi tersebut
dikatogorikan tindakan
pelanggaran;
Melakukan analisa
keterkaitan antara
actor penyebab
dengan tindakan
pelanggaran;
Mengumpulkan
keterangan dan bahan
bukti (Pulbaket).
Menyusun dan
membuat
rekomendasi Legal
Opinion (LO) terhadap
lokasi pelanggaraan
yang telah dianalisis
PT. Palindo Bangun Kajian dampak akibat Ahli Lingkungan Membantu Team 4
Konsultan pemanfaatan ruang dari Leader dalam
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
G-5
TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
aspek lingkungan memeriksa dan
memastikan
pelanggaran indikasi
dari aspek tata
lingkungan wilayah
kajian
Mengkaji dan analisis
aspek tata lingkungan
pada kondisi eksisting
dengan rencana tata
ruang wilayah kajian
berdasarkan hasil
pulbaket
PT. Palindo Bangun Kajian dampak akibat Ahli Geologi Membantu Team 3
Konsultan pemanfaatan ruang dari Leader dalam
aspek geologi memeriksa dan
memastikan
pelanggaran indikasi
dari aspek geologi
Mengkaji dan analisis
aspek geologi dan tata
lingkungan pada
kondisi eksisting
dengan rencana tata
ruang wilayah kajian
berdasarkan hasil
pulbaket
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI
H-1
AHLI
H-2
2 Ahli GIS
3 Ahli Hukum
4 Ahli Lingkungan
5 Ahli Geologi
SUB TOTAL `
II TENAGA PENUNJANG `