Anda di halaman 1dari 40

AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-1

BAB D PEMAHAMAN TERHADAP KAK

D.1 PEMAHAMAN DAN TANGGAPAN UMUM


Kerangka Acuan Kerja ini merupakan petunjuk bagi konsultan dalam melaksanakan
kegiatan kontraktual yang terdiri dari latar belakang, maksud tujuan, sasaran, ruang
lingkup, jadwal pelaksanaan, keluaran, proses dan lain-lain yang harus dipenuhi dan
diperhatikan dalam rangka pelaksanaan tugas Audit Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Manokwari dan Sorong Tahun 2019. Upaya untuk melakukan Audit
Penataan Ruang ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (UUPR) terutama pasal 55 dan 59. Kemudian dalam
implementasinya telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP-PPR) yang mengamanatkan bahwa
pengawasan penataan ruang terdiri atas pengawasan teknis dan pengawasan khusus.

Dalam rangka menyusun dan pelaksanaan kegiatan Audit ini Kementerian Agraria dan
Tataruang/BPN telah memiliki pedoman Terkait pelaksanaan Audit Tata Ruang yaitu
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 17 Tahun 2017 dimana
dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Audit Tata Ruang adalah serangkaian
kegiatan pemeriksaan dan evaluasi terhadap data dan informasi spasial serta
dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu laporan atau temuan yang diduga
sebagai indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang.

Selain itu dengan pedoman audit tata ruang tersebut sudah merupakan kebutuhan
dalam menyikapi pertumbuhan yang sangat tinggi dan tidak terkendali, terutama
kepada kabupaten dan kota yang telah memasuki masa peninjauan kembali atau
perda RTRW yang telah memasuki tahap pembangunan lima tahun kedua dari masa
berlakunya perda RTRW yang bersangkutan. Pertumbuhan untuk memenuhi aktifitas
ekonomi dan sosial seringkali mengabaikan rencana yang telah ditetapkan. Alih fungsi
lahan dan terkonsentrasinya pusat-pusat kegiatan ekonomi dapat menyebabkan
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-2

banyaknya penyimpangan terhadap rencana tata ruang. Pengawasan yang lemah


terhadap luasnya area pengawasan dan tenaga pengawas yang memadai, juga
merupakan salah satu banyaknya penyimpangan terhadap rencana tata ruang.

Kecepatan pertumbuhan dan permasalahan pembangunan dan pemanfaatan ruang di


Provinsi Papua Barat yang dihadapi khususnya di Kawasan Perkotaan Sorong dan
Manowari, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sebaran bangunan
permukiman, industri, jasa dan niaga menjadi tidak terkendali. Kasus yang sering
dijumpai terutama pada kawasan bantaran sungai, pesisir, perbukitan yang
seharusnya dilindungi, menjadi tempat-tempat permukiman, bangunan wisata,
industri, perkantoran dan niaga. Demikian halnya pada kawasan konservasi atau
ruang terbuka hijau sebagai sumber air dan penyimpan sumber air permukaan dapat
berubah menjadi kawasan hunian. Desakan-desakan terhadap alam, juga dapat
menyebabkan maraknya bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Bahkan
maraknya pertumbuhan bangunan di daerah yang mempunyai resiko bencana alam
yang sangat tinggi, seperti kawasan gunung berapi, daerah sesar, kawasan resiko
tsunami dan gempa bumi.

Keberadaan Kota Sorong bagi perkembangan Papua khususnya Papua Barat kini
sangatlah vital. Berdasarkan RTRW Nasional, struktur ruang Provinsi Papua Barat
telah menetapkan KotaSorong sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Fungsi dari
PKN Sorong adalah Pusat Pelayanan Primer perdagangan dan jasa,perikanan, industri,
dan pertambangan. Dengan tanggung jawab sebagai Pusat Pelayanan Primer,
tentunya Kota Sorong harus memberikan layanan yang sesuai dengan porsinya
sebagai PKN. Dalam hal ini, bagaimana nantinya Kota Sorong dapat mengakomodasi
setiap kegiatan-kegitatan wilayah yang akan datang, setidaknya dalam perancangan
20 tahun ke depan.

Demikian juga Kota Manokwari saat ini mengalami perubahan dan perkembangan
yang cukup pesat dan cepat. Walaupun demikian Kota Manokwari juga termasuk
dalam daerah rawan tsunami berdasarkan faktor sejarahnya. Dengan demikian perlu
ditinjau kondisi potensi dan kajian aspek kebencanaan terhadap Kota Manokwari.
Lokasi-lokasi manakah yang harus dihindari dalam rangka mitigasi bencana tsunami
bagaimana pemanfaatannya saat ini.

Untuk mengatisipasi berbagai potensi permasalahan tata ruang tersebut, perlu


dilakukan audit tata ruang, sebagai salah satu bentuk pengawasan khusus, sebagai
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-3

upaya pencegahan sejak dini atas indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau langkah awal upaya penertiban atas pelanggaran tata
ruang yang telah terjadi.

Hasil kegiatan audit tata ruang, dapat mengindikasikan ada/tidaknya ketidaksesuaian


pemanfaatan ruang. Hasil indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang memerlukan
upaya tindak lanjut, yang dapat dikenakan sanksi yang bersifat administrasi dan/atau
pidana. Hasil pengawasan yang mengindikasikan terjadinya tindak pidana penataan
ruang menjadi masukan bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penataan Ruang
untuk melakukan penyidikan dalam rangka penegakan hukum.

D.2 PEMAHAMAN TERHADAP MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari kegiatan ini dari pemahaman konsultan adalah menyusun Rencana Audit
Tata Ruang dalam bentuk dokumen yang menjelaskan hasil pengawasan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari. Dengan
kata lain bahwa Audit Tata Ruang ini merukan metode dalam proses pengawasan
pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari untuk mendapatkan
kesesuaian pemanfaatan eksisting terhadap Rencana Tata Ruang.

Agar maksud ini dapat terlaksana dengan baik maka dalam prosesnya perlu dilakukan
pemeriksaan, pemantauan (verifikasi) dan melakukan klarifikasi melalui proses
wawancara dan FGD ke lapangan serta mengevaluasi indikasi pelanggaran terhadap
tata ruang yang sudah ditetapkan Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari.

Sedangkan sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah:


1. Terlaksananya Audit tata ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari;
Melalui tahapan ini dapat teridentifikasinya profil penataan ruang dan permasalahan
pengendalian dan penertiban pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan
Manokwari dan Sorong. Teridentifikasinya topologi ketidaksesuaian pemanfaatan
ruang Kawasan Perkotaan Manokwari dan Sorong.
2. Tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA) Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong
dan Manokwari.
Didalam LHA ini juga terumuskannya rekomendasi tindak lanjut upaya pengendalian
dan penertiban pemanfaatan ruang.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-4

D.3 TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP WILAYAH


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja Kegiatan ini dilaksanakan
di Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari yang merupakan bagian dari wilayah
Provinsi Papua Barat.

Kawasan
Kawasan
Perkotaan
Perkotaan
Sorong
Manokwari

Beberapa permasalahan umum yang terjadi dalam tata ruang di Provinsi Papua adalah
sebagai berikut:

• Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah mengakibatkan


kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam
• Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah
kegiatan pertambangan dan pembalakan liar.
• Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah
kegiatan pertambangan dan pembalakan liar.
• Provinsi Papua Barat memiliki hutan Tetap 69,76% dari keseluruhan luas wilayah dan
sebagian merupakan kawasan lindung.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-5

• Di kawasan lindung tersebut terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat


yang berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral

Lingkup tata ruang dan permasalahan yang sedang berkembang terkait Kawasan
Perkotaan Sorong dan Manokwari saat ini diantaranya adalah:

A. Kota Sorong

Kota Sorong telah mempunyai peraturan tata ruang berdasarkan Peraturan


Daerah Kota Sorong Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Sorong Tahun 2014-2034.

Tata Ruang Wilayah di Kota Sorong terdiri dari kawasan perumahan,kawasan


hutan produksi, kawasan komersial dan jasa, kawasan industri, kawasan
perkantoran, serta sarana dan prasarana kota.

Untuk lebih jelasnya rencana pola ruang wilayah di Kota Sorong dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-6

Potensi pengembangan wilayah sebagaimana yang sudah dikaji dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Sorong dapat diidentifikasi wilayah/distrik yang memiliki potensi
untuk dikembangkan dalam rangka mendukung pertumbuhan daya saing daerah.
Pengembangan kawasan pada beberapa sektor harus sesuai dengan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang  Kota Sorong berdasarkan RTRW, hal itu untuk
menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Sorong, menghindari lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, menjaga
keserasian dan keseimbangan peruntukan ruang sebagai alat pengendali
pengembangan kawasan, mencegah dampak pembangunan yang merugikan  dan
untuk melindungi kepentingan umum.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-7

Beberapa permasalahan terkait tata ruang di Kota Sorong diantaranya adalah:

1. Perkembangan 48 perkebunan sawit. Luasnya 25.000-45.000 hektar per


perkebunan.
2. Ancaman terhadap Kota Sorong terutama perambahan terhadap Kawasan
lindung dan kebutuhan lahan untuk menjadi kawasan ekonomi khusus juga
merupakan satu hal yang nyata.
3. Pembangunan berbagai infrastruktur perindustrian dan sarana umum itu
dipastikan akan menggunakan hutanhutan di Papua.
4. Issue tentang adanya rencana pengembangan kota melalui reklamasi Kawasan
tembok Berlin yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Sorong
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-8

B. Kabupaten Manokwari

Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwaritahun 2013– 2033.

Manokwari sebagai Ibukota Provinsi Papua Barat. Selain itu, Manokwari juga
direncanakan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional di Pulau Papua. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan pembangunan yang memenuhi persyaratan
sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Beberapa permasalahan terkait tata ruang di Manokwari diantaranya adalah:

1. Perlunya meninjau terhadap kegiatan pemerintah provinsi dan kabupaten yang


diduga terlalu mengakomodrinya izin-izin investasi perkebunan sawit,
perluasan izin pembalakan kayu dan pertambangan, yang memang telah
diterbitkan izin lokasi oleh pemerintah daerah, pembangunan infrastruktur
sarana dan prasarana transportasi, program transmigrasi, pemukiman
penduduk dan perluasan kota, proyek nasional pembangunan koridor investasi
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-9

(MP3EI), pengembangan kawasan industri terpadu, pelabuhan peti kemas dan


sebagainya.

2. Sudah menjadi rahasia umum bahwa usulan kebijakan perubahan alih fungsi
dan peruntukkan kawasan hutan melalui RTRWP sarat dengan berbagai
kepentingan sektoral dan cenderung akomodatif terhadap investasi.
Pendekatan dan proses keterlibatan masyarakat sangat terbatas, masyarakat
yang memiliki pengetahuan penataan dan pengelolaan ruang hanya menjadi
objek penataan ruang saja.
3. Demikian pula, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan
diabaikan dalam politik ruang. Dampaknya terjadi konflik kepentingan dalam
pemanfaatan dan pengelolaan ruang antara masyarakat, birokrasi dan
korporasi, terjadi bencana ekologi yang merugikan dan mengorbankan nyawa
manusia.

D.4 TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP KEGIATAN


Pada prinsifnya lingkup kegiatan yang telah digariskan dalam KAK terkait kegiatan
Audit Tata Ruang adalah melakukan kajian terhadap indikasi pelanggaran pemanfaatan
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-10

ruang dan mengungkapkan kasus-kasus pelanggaran pemanfaatan ruang, menentukan


indikasi alih fungsi lahan, penelitian terhadap perizinan dan izin yang harus dimiliki,
penelitian terhadap izin-izin yang telah diberikan dan meneliti terhadap kasus yang
telah mempunyai izin yang tidak sesuai izin yang diberikan serta kajian-kajian yang
dikategorikan terhadap menutup akses publik.

Berdasarkan lingkup tersebut maka secara terinci tahapan Audit Tata Ruang di
Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari adalah sebagai berikut:

a. Tahapan Identifikasi dan Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang merupakan


tahapan analisis tipologi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan melakukan
analisis spatial gap antara penggunaan lahan eksisting dengan rencana pola ruang
didukung data hasil ground cheking di lapangan dengan tahapan dan aspek-aspek
sebagai berikut:

1. Identifikasi ketidaksesuaian dengan RTRW Kabupaten/Kota

Meliputi: pertampalan peta; penilaian kesesuaian penggunaan lahan; dan


verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan menggunakan peralatan pendukung,
antara lain: Global Positioning System (GPS) Tracker dan Aerial Photo Capturing
Drone. Hasil pertampalan peta dan hasil penilaian kesesuaian penggunaan lahan
dituangkan dalam peta dan tabel yang memuat: indikasi ketidaksesuaian
penggunaan lahan eksisting; lokasi indikasi ketidaksesuaian penggunaan lahan
eksisting dalam bentuk koordinat; dan luasan dan jumlah titik lokasi indikasi
ketidaksesuaian penggunaan lahan eksisting. Hasil verifikasi lapangan paling
sedikit memuat: titik koordinat dan lokasi audit tata ruang; foto dan/atau video;
dan keterangan dan informasi yang berisi kronologis kegiatan pemanfaatan
ruang.

2. Izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang

Dilakukan dengan cara memeriksa: kepemilikan izin pemanfaatan ruang yang


dipersyaratkan; waktu dikeluarkan dan masa berlaku izin pemanfaatan ruang;
dan kesesuaian isi, ketentuan, dan muatan yang ditetapkan dalam izin
pemanfaatan ruang dengan pelaksanaannya. Analisis dilakukan terhadap:
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin prinsip atau yang setara; kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan izin lokasi; kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
izin penggunaan pemanfaatan tanah; kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-11

izin mendirikan bangunan; dan/atau kesesuaian pemanfaatan ruang dengan izin


lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang

Dilakukan melalui pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap hal


yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang. Hasil pemeriksaan kesesuaian pemanfaatan ruang
terhadap hal yang dipersyaratkan di dalam izin pemanfaatan ruang paling
sedikit memuat: gambar 3 dimensi perbandingan kondisi pemanfaatan ruang
yang ada dengan persyaratan izin pemanfaatan ruang, titik koordinat lokasi
serta dokumentasi lapangan.

4. Penutupan akses terhadap kawasan milik umum

Dilakukan melalui pemeriksaan lapangan untuk melihat suatu kegiatan menutup


atau tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

b. Tahapan Analisis Dampak Pemanfaatan Ruang yang diduga tidak sesuai tersebut
yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, yang mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, dan yang mengakibatkan kematian
orang.
c. Koordinasi, dengan pihak-pihak yang terkait, dengan cara: melakukan kunjungan
lapangan di wilayah kota/kabupaten terpilih, melaksanakan diskusi/FGD di daerah
yang melibatkan pihak-pihak yang terkait, melaksanakan rapat koordinasi dan
rapat pembahasan di Jakarta.
d. Penyusunan Laporan Hasil Audit Tata Ruang yang memuat: hasil pelaksanaan audit
tata ruang, gambaran umum lokasi, hasil analisis, rekomendasi tindak lanjut; dan
lampiran data pendukung, serta menyusun Resume Laporan Hasil Audit Tata
Ruang, berupa laporan komprehensif yang dibuat secara ringkas untuk
kepentingan para pengambil kebijakan seperti: Bupati/Walikota/Gubernur/
Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk kepentingan publikasi kepada media
massa terkait.

Tahapan ini secara rinci akan dibahas pada bagian Pendekatan dan Metodologi Audit
Tata Ruang.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-12

D.5 TANGGAPAN TERHADAP WAKTU PELAKSANAAN DAN TENAGA AHLI

Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta, sedangkan untuk mengetahui berbagai masukan


dari stakeholders di daerah, akan dilakukan kunjungan ke 2 Kabupaten/Kota Kawasan
Perkotaan Sorong dan Manokwari di Wilayah Provinsi Papu Barat. Dari kunjungan dan
survey verifikasi lapangan dan FGD tersebut diharapkan dapat memberikan masukan
sebagai bahan kajian lebih lanjut. Adapun pihak konsultan dalam pelaksanaannya tetap
berkoordinasi dengan Satuan Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Menurut konsultan wilayah tersebut sangat ideal untuk bisa mewakili dimana didaerah
tersebut selain perkembangannya pesat dalam pola pemanfaatan ruangnya juga telah
memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kota. Sehingga pelaksanaan audit tata ruangnya
lebih terarah dan memiliki payung yang kuat dalam mengkaji apabila ada
ketidaksesuain dengan peruntukannya.

Pekerjaan ini dilaksanakan secara kontraktual di bawah tanggung jawab Ditjen


Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Berdasarkan kerangka acuan kerja,
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah 7 (tujuh) bulan
kalender, terhitung sejak tanggal ditandatanganinya SPMK. Dipahami oleh konsultan
bahwa waktu efektif yang dimiliki konsultan untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi adalah selama 7 bulan kalender, sehingga konsultan harus memanfaatkannya
seoptimal mungkin untuk memperoleh hasil kerja yang sesuai dengan lingkup
pelaksanaan kegiatan.

Sedangkan dilihat dari alokasi kebutuhan tenaga ahli dan kualifikasinya yang
disyaratkan dalam KAK, Konsultan menanggapi bahwa kebutuhan tenaga ahli didalam
membantu proses pelaksanaan pekerjaan hingga selesai dan sesuai dengan
permintaan dari penyedia jasa, sangat tepat dan bisa diperhitungkan sampai
tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA).

Adapun yang menjadi tugas dan pokok dari keseluruhan tenaga ahli didalam
melaksanakan kegiatan ini, yaitu :
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-13

1. Ahli Perencana Wilayah dan Kota (Ketua Tim)

Ahli Penataan Ruang sebagai ketua tim disyaratkan memiliki latar belakang
pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Perencanaan Wilayah & Kota/Planologi
dan S2 Perencanaan Wilayah & Kota/Planologi atau S2 bidang lainnya dengan
pengalaman di bidang penataan ruang minimal 5 (tahun) tahun. Dalam kegiatan ini,
ketua tim bertanggungjawab memimpin kegiatan ini secara keseluruhan,
mengkoordinir tugas-tugas tenaga ahli lainnya, menerima laporan, perkembangan
dari aktifitas setiap anggota tim, dan menjaga soliditas/kekompakan tim, sehingga
dicapai tujuan, sasaran, keluaran, dan manfaat dari kegiatan ini.

2. Sistem Informasi Geografis (GIS)

Ahli GIS disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya jenjang


S1 Geografi/S1 Teknik Geodesi dengan pengalaman di bidang penataan ruang
minimal 3 (tiga) tahun. Tugas Ahli GIS adalah melakukan kajian teknis indikasi
pelanggaran di bidang penataan ruang dari aspek Sistem informasi Geografis.

3. Ahli Hukum

Ahli Hukum disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya


jenjang S1 Hukum dengan pengalaman di bidang penataan ruang minimal 3 (tiga)
tahun. Tugas Ahli Hukum adalah melakukan kajian teknis dan kajian yuridis indikasi
pelanggaran di bidang penataan ruang dari aspek hukum.

4. Ahli Lingkungan

Ahli Lingkungan disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-


kurangnya jenjang S1 Teknik Lingkungan dengan pengalaman di bidang penataan
ruang minimal 3 (tiga) tahun. Tugas Ahli Lingkungan adalah melakukan kajian
dampak akibat pemanfaatan ruang dari aspek lingkungan.

5. Ahli Geologi

Ahli Geologi disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya


jenjang S1 Teknik Geologi dengan pengalaman di bidang penataan ruang minimal 3
(tiga) tahun. Tugas Ahli Geologi adalah melakukan kajian dampak akibat
pemanfaatan ruang dari aspek geologi.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-14

D.6 TANGGAPAN TERHADAP PELAPORAN

Pekerjaan ini melalui beberapa tahapan kegiatan yang masing-masing tahapannya


menghasilkan produk laporan yang harus diserahkan sebagai berikut:

1. Rencana Mutu Kontrak

Rencana Mutu Kontrak (RMK) berisikan penjelasan tentang semua kegiatan yang


akan dilakukan berdasarkan antara lain: lingkup pekerjaan, jadual pelaksanaan
pekerjaan, metode pelaksanaan, dsb. yang bertujuan  untuk  mengevaluasi dan
memonitor pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan. RMK dibuat sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
diterbitkan SPMK.

2. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan laporan persiapan pelaksanaan kegiatan,


minimal memuat rencana kerja, metode pelaksanaan, dan keluaran yang
dihasilkan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan
diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterbitkan SPMK.

3. Laporan Antara

Laporan antara merupakan laporan hasil kegiatan survei dan analisis temuan
sementara penyimpangan pemanfaatan ruang yang berdasarkan perda RTRW di
Kota/Kabupaten yang terpilih. Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan setelah diterbitkan
SPMK.

4. Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan hasil seluruh pelaksanaan kegiatan, memuat


hasil spatial gap analysis, hasil identifikasi pelanggaran pemanfaatan ruang, dan
rekomendasi tindak lanjut. Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
dan diserahkan paling selambat-lambatnya 7 bulan setelah diterbitkan SPMK.

5. Laporan Prosiding
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

D-15

Laporan Prosiding merupakan laporan hasil rapat koordinasi/FGD dengan


pemangku kepentingan terkait. Laporan Prosiding dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan selambat-lambatnya 7 bulan setelah diterbitkan SPMK.

6. Laporan Hasil Audit/LHA

Laporan Hasil Audit/LHA merupakan laporan komprehensif yang dibuat secara


ringkas untuk kepentingan para pengambil kebijakan seperti:
Bupati/Walikota/Gubernur/ Menteri/pejabat lainnya dan/atau untuk kepentingan
publikasi kepada media massa terkait. Laporan Hasil Audit dibuat sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan diserahkan selambat-lambatnya selambat-lambatnya 7
bulan setelah diterbitkan SPMK.

7. Buku Eksekutif Summary

Laporan Buku Eksekutif Summary merupakan ringkasan laporan yang merangkum


keseluruhan kegiatan. Laporan ini disajikan dalam bentuk buku eksekutif dengan
menggunakan glossy paper sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan diserahkan
selambat-lambatnya 7 bulan setelah diterbitkan SPMK.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-1

BAB E PENDEKATAN DAN METODOLOGI

E.1 UMUM
Pada bab ini, konsultan akan memaparkan pendekatan, metodologi dan program kerja
yang dianggap mampu mewujudkan maksud, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
oleh kegiatan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari.
Metodologi ini lebih diarahkan terselenggaranya kegiatan audit tata ruang dan
tersusunnya Laporan Hasil Audit (LHA) pada 2 kawasan perkotaan di Kota Sorong dan
Manokwari yang mewakili wilayah kerja Direktorat Jenderal Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

E.1.1 Data yang Diperlukan

Data yang dibutuhkan dalam rangka Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan
Manokwari, meliputi :

1. Konsep dan dasar teoritis tentang Audit Tata Ruang yang dapat menjelaskan
tentang cara/metode dan tahapan dalam melakukan Audit Tata Ruang.

2. Peraturan Perundang-undangan, PP, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang,


Perda atau kebijakan yang terkait Audit Tata Ruang.

3. Pengumpulan dokumen RTRW kab/kota lengkap dengan Peta Rencana, khususnya


Rencana Pola Ruang (format SHP)

4. Pengumpulan/penyediaan peta penggunaan lahan aktual (Peta Citra BIG/LAPAN,


dll.), memuat informasi guna lahan eksisting

5. Data dan informasi tentang kebencanaan herupa potensi kebencanaan berdasarkan


sebaran kawasan rawan bencana dari data dan informasi yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang yang relevan dengan kebencanaan seperti BNPB, PVMBG,
dan BMKG.

6. Isu dan permasalahan terkait alih fungsi lahan atau pengaduan pelanggaran
penataan ruang baik dari masyarakat maupun dari PPNS daerah masing-masing.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-2

E.1.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan koordinasi dengan pihak kementerian


ATR, Kementerian PUPR dan literatur/kepustakaan, observasi, ground chek dan
kunjungan lapangan, serta pelaksanaan FGD.

a. Studi Literatur

Yaitu penelitian dan pengumpulan data yang dilaksanakan dengan mempelajari


literatur peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah terkait,
metodologi penelitian terkait dengan pelaksanaan kegiatan Audit Tata Ruang
berupa konsep-konsep dan teori-teori, metode yang relevan dengan objek kegiatan,
Pedoman Audit Tata Ruang (Lampiran, Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Audit Tata Ruang) serta mempelajari studi-studi dan laporan terdahulu
terkait dengan kegiatan tersebut.

b. Survei Lapangan

Pengumpulan data/informasi pelaksanaan kegiatan Audit Tata Ruang secara


langsung ke lokasi dengan meninjau lapangan menggunakan Global Positioning
System (GPS) Tracker dan Aerial Photo Capturing Drone. Konsultansi dengan pihak
provinsi dan masing-masing kabupaten terkait, yang telah ditentukan sesuai
dengan KAK atau ditunjuk oleh Satuan Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

c. Observasi

Observasi yang dilakukan, untuk memperoleh gambaran terkait dengan


pelaksanaan Audit kesesuai pemanfaatan ruang dengan melakukan pengamatan
langsung dan mengambil titik koordinat lokasi yang terpilih sebagai permasalahan
ketidaksesuaian dengan rencana pola ruang. Obyek amatan harus ditentukan lebih
dulu, untuk mendapatkan focus amatan baik hasil diskusi, FGD, atau hasil
pengaduan.

d. Pelaksanaan FGD

Pelaksanaan FGD yang konsultan harapkan untuk memperoleh gambaran dan


masukan dari seluruh stakeholders dalam rangka mendukung pelaksanaan Audit
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kota Sorong dan Manokwari.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-3

E.2 PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

E.2.1 Pendekatan

A. Definisi Audit dari segi Terminologi:

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Audit adalah:

 Pemeriksaan pembukuan tentang keuangan secara berkala;


 Pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan
yang dihasilkannya.

 Menurut SNI 19-19011-2005, Audit adalah proses yang terdokumentasi,


sistematik, dan mandiri untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya
secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi.

 Dalam Bidang Keuangan: Audit adalah suatu proses sistematik untuk


memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.

 Dalam Bidang Lingkungan Hidup: Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(Sumber: UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 49 s/d 51 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup Pasal 1 Poin 1),

B. Pengertian Audit Menurut Penataan Ruang

 Audit Tata Ruang adalah evaluasi terhadap pemanfaatan ruang suatu wilayah
yang bertujuan untuk melakukan verifikasi bahwa penggunaan ruang
dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang dan kaidah-kaidah penataan
ruang.

 Audit Tata Ruang merupakan proses inventarisasi dan integrasi data-data


AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-4

spasial yang ditujukan untuk mengetahui “potret” terkini tentang tingkat


kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap RTR dan berbagai penetapan
izin/status kawasan (misalnya : Kawasan Hutan, Wilayah Izin Usaha
Pertambangan, Izin Pemanfaatan Hutan, Izin/Status Tanah (HGU), Izin Lokasi
Perkebunan, Izin Lokasi Kawasan Industri, Izin Lokasi Permukiman Transmigrasi,
dan sebagainya).

 Audit pemanfaatan ruang didefinisikan sebagai kegiatan untuk memotret


kondisi pemanfaatan ruang eksisting dan kaitannya dengan izin yang dimiliki
atau status yang melekat padanya.

E.2.2 Metodologi Analisis

Metode analisis dalam pelaksanaan Audit Tata Ruang pada prinsifnya digunakan untuk
mengetahui kesesuaian (gap analysis) antara rencana tata ruang wilayah yang diwakili
oleh pola ruang dan struktur ruang dengan pemanfaatan (penggunaan) ruang
eksisting. Pada analisis ini digunakanlah citra satelit dan survei lapangan sebagai media
untuk memperoleh gambaran penggunaan lahan secara eksisting sedangkan
pembandingnya adalah pola ruang RTRW seperti yang termaktub dalam Perda RTRW
dan RDTR atau rencana yang lebih rinci lagi misal RTBL di 2 lokasi Kawasan perkotaan.
Adapun metode analisis secara teknis menggunakan analisis sebagai berikut:

A. Spatial Gap Analisis (Analisis Pentampalan dengan Sistem Informasi Geografis

Analisis dengan melakukan teknik pertampalan/overlay antara Peta pola ruang


RTRW/RDTR Kabupaten/Kota dengan Peta Tataguna lahan sehingga menghasilkan
ketidaksesuaian/gap ketika rencana pola ruang didalam RTRW/RDTR tidak sesuai
dengan pemanfaatan lahan didalam Peta Tata Guna Lahan dan dilakukan dengan
bantuan Geographic Information System (GIS), menghasilkan Peta Spatial Gap
Analisis yang menggambarkan sebaran dari lokasi indikasi ketidaksesuaian
pemanfaatan pola ruang dalam satu wilayah.

Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem yang meliputi mengambilan data,
verifikasi data, analisis dan output data yang berreferensi secara spasial dengan
bumi. Metode dalam menentukan imbuhan air dan lepasan air tanah adalah metode
yang berbasis spasial atau dengan menggunakan pendekatan keruangan. Metode
ini dipilih karena dapat menghasilkan informasi ruang secara lebih obyektif dan up
to date di dalam mendukung proses perencanaan desain dan strategi konservasi
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-5

imbuhan air dan lepasan air tanah.

Dalam penerapan pendekatan spasial dibantu dengan menggunakan Sistem


Informasi Geografis (SIG) dan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh seperti citra
satelit (untuk penutup lahan).

Analisis spasial yang digunakan berbasis pada kemampuan dan kapasitas ruang.
Pemanfaatan pendekatan spasial diimplementasikan dengan menggunakan metode
“Development Possibility Analysis (DPA)”.

Peta Sumber &


Data Spasial

Digitasi

Database Data
Spasial Tematik
dengan GIS

Distribusi Pemanfaatan Ruang


Kecenderungan Perwujudan
Struktur Ruang
Kecenderungan Perwujudan Pola
Ruang
Kesesuaian Struktur & Pola Ruang
dengan Pemanfaatan Ruang
Eksisting

Gambar E.2 Proses Analsisis GIS

Cara kerja sistem informasi geografis adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal seluruh data primer maupun sekunder dimasukkan dalam
sebuah format data GIS yang berisi peta dan atribut (tabel).
2. Keseluruhan data kemudian diverifikasi baik sistem koordinatnya maupun isi
substansinya.
3. Setelah itu data diolah sesuai kebutuhan dengan berbagai ekspresi baik ekspresi
matematis maupun logik.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-6

4. Apabila proses analisis sudah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah membuat
tampilan layout peta sebagai salah satu hasil akhir produk.

Berikut ini adalah contoh ilustrasi hasil analisis pentampalan (overlay) ketidaksesuaian
masing-masing lokasi dengan menggunakan kode-kode dari setiap lokasinya :

B. Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

Metode analisis kesesuaian pemanfaatan ruang yaitu pemantauan dan evaluasi


terhadap pola ruang dengan kondisi eksisting dan kronologi pemanfaatan sebelum
Peraturan Tata Ruang ditetapkan.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-7

Gambar E.3 Proses Pentampalan dan Hasil Verifikasi Lapangan

Berikut adalah ilustrasi dan contoh tabel hasil analisis pentampalan dan
ketidaksesuaian dan hasil verifikasi lapangan:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-8

Berikut adalah hasil analisis Kronologis Pemanfaatan Ruang berdasarkan


ketidaksesuaian dan hasil verifikasi lapangan:

C. Kajian Kebencanaan

Melakukan analisis potensi kebencanaan berdasarkan sebaran kawasan rawan


bencana dari data dan informasi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
yang relevan dengan kebencanaan seperti BNPB, PVMBG, BMKG dan sebagainya.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-9

Contoh Hasil Kajian terhadap Kebencanaan yang Dapat Menimbulkan Perubahan


Pemanfaatan Ruang

D. Penilaian Performa Ruang

Metoda penilaian perubahan fungsi yang diakibatkan oleh adanya suatu


pemanfaatan ruang/penggunaan lahan yang melanggar rencana tata ruang.

Berikut adalah contoh analisis performa tata ruang untuk Kawasan Lindung:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-10

E. Analisis dan Perhitungan Dampak Kerugian

Melakukan perhitungan kerugian ekonomis akibat dampak dari perubahan fungsi


pemanfaatan ruang dengan parameter parameter Nilai aset terdampak,
perubahan biaya input dan potensi pendapatan yang hilang. Berikut adalah model
analisis dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pemanfaatan ruang.

Analisis Dampak Model SWAT


AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-11

Berdasarkan permasalahan dan indikasi pelanggaran tata ruang dalam


menentukan kerugian secara ekonomis terhadap lahan dan ruang dapat dihitung
dengan valuasi nilai ekonomi kerusakan di kawasan sempadan khususnya dan
umunya pesisir dan laut. Walaupun banyak alternatif metode yang dapat
digunakan, namun analisa ini merupakan estimasi berdasarkan sejumlah asumsi
namun hasilnya dapat mendekati kerusakan yang sesungguhnya dan cukup untuk
menggambarkan betapa mahalnya nilai lingkungan tersebut.

Valuasi Ekonomi Lingkungan dengan metode Nilai Ekonomi Total (TEV) pesisir dan
laut merupakan upaya kuantifikasi sumberdaya yang terdapat di dalam pesisir dan
laut dan jika diukur dari terminaloginya merupakan kesediaan untuk membayar
atau willingness to pay untuk mendapatkan sumberdaya pada lingkungan
tersebut, dengan demikian sasaran dari valuasi ekonomi lingkungan pesisir dan
laut adalah ditujukan terhadap nilai ekonomipasir laut dan nilai ekonomi ekologi
yang ada di sekitarnya.

Identifikasi manfaat, nilai manfaat atau nilai kegunaan dari metode TEV dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu :

 Nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) artinya, output (barang dan jasa)
yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam yang secara langsung dapat
dimanfaatkan;
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-12

 Nilai manfaat tidak langsung Indirect use value (IUV) artinya, barang dan jasa
yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung
dapat di ambil dari sumberdaya alam tersebut.

Dengan mengikuti dasar identifikasi nilai manfaat di atas, maka penilaian manfaat
langsung lingkungan sempadan pantai, Kota Balipapan terdiri dari: nilai ekosisitem
mangrove, nilai ekosistem terumbu karang, dan nilai ekosisitem padang lamun
(sea grass). Sedangkan manfaat tidak langsung ditujukan pada nilai lingkungan
pesisir dan laut antara lain: pilihan (biodiversity), nilai keberadaan (existence
value), penelitian, nilai fisik (pelindung pantai) dan nilai pariwisata.

Biaya pada panduan perhitungan untuk kasus sempadan ini merupakan biaya yang
ditetapkan pada tahun 1999, sedangkan penelitian dilakukan pada tahun 2018
sehingga tetapan biaya yang digunakan untuk menilai kerusakan lingkungan
disesuaikan dengan konsep future value.
F = P (1 + i)n
Dimana:
F : biaya di tahun 2018
P : tetapan biaya di tahun 1999
i : suku bunga yang digunakan pada saat penelitian, yaitu 5,75%
n : lama waktu, yaitu 18 tahun

Nilai Ekonomi Total, Berdasarkan pengidentifikasian seluruh nilai manfaat (Use


Value) dari nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) dan nilai manfaat tidak
langsung Indirect use value (IUV) maka Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
dapat diilustrasikan pada tabel di bawah:

Ilustrasi terhadap Nilai Ekonomi Total (TEV) Pemanfaatan Lingkungan Pesisir dan
Laut

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2018


AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-13

Berdasarkan perhitungan terhadap nilai ekonomi total dari manfaat sempadan


pantai dan karakteristik pesisir pantai tersebut, maka dapat dinilai kerugian per
hektar akibat pemanfaatan sempadan pantai di lokasi missal dari total luas 1,80 Ha
adalah Rp. 31.132.391.120,00/tahun.

F. Analisis dan Penentuan Tipologi Pelanggaran Tata Ruang

Berikut adalah contoh ilustrasi penentuan tipologi Pelanggaran tata ruang

Berdasarkan uraian dan tahapan pelaksanaan Audit diatas berikut secara rinci
mengacu pada Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pedoman Audit Tata Ruang
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-14

E.2.3 Tahapan Penyusunan Rekomendasi Audit Pemanfaatan Ruang

Rekomendasi Tindak Lanjut Audit Penataan Ruang:

1. Aspek Tata Ruang berupa peninjauan kembali - revisi, UU No. 26/2007, Pasal 16 :
Kepentingan nasional, bencana, pemekaran, deviasi/ketidaksesuaian pemanfaatan
ruang terhadap pola ruang RTR, dll.
2. Aspek Hukum, UU No. 26/2007 Pasal 39 “...merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang TIDAK SESUAI dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi”.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-15

Gambar E.4 Proses Penyusunan Laporan Hasil Audit Penataan Ruang

E.3 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berdasarkan pendekatan, metode analisis dan metode audit tata ruang di atas kegiatan pemeriksaan

dan evaluasi terhadap data dan informasi spasial serta dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu

laporan atau temuan yang diduga sebagai indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang. Indikasi

pelanggaran yang dimaksud dibagi kedalam 5 tipologi yaitu:


a. Tipologi I : pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
b. Tipologi II : pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang
c. Tipologi III : pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang
d. Tipologi IV : menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang
e. Tipologi V : menutup atau tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

Terkait dengan rangkaian kegiatan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari dalam

prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah


AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

E-16

Gambar Metodologi
Pelaksanaan Kegiatan Audit Tata
Ruang Kawasan Perkotaan
Sorong dan Manokwari Provinsi
Papua Barat
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

F-1

BAB F JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Audit Penataan Ruang Kawasan Perkotaan


Sorong dan Manokwari Tahun 2019 disusun berdasarkan urutan logika dari pelaksanaan
pekerjaan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan yaitu 7 (tujuh) bulan kalender, dengan rincian kegiatan yang tercermin dalam
jadwal pelaksanaan berikut ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

F-2

Tabel F.1
Jadwal Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

G-1

BAB G KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

TENAGA AHLI

Sebagaimana tertulis di dalam Kerangka Acuan Kerja, disebutkan bahwa kegiatan Audit
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari ini dilaksanakan dalam waktu 7
(tujuh) bulan kalender, dimulai setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau Surat
perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SPPP) ditandatangani. Jadwal pelaksanaan dalam
Penyusunan Audit Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari yang selama
7 (tujuh) bulan sebenarnya tergolong pendek mengingat luasnya aspek kajian yang
harus dilaksanakan sebagai konsekuensi dari pendekatan perencanaan tata ruang yang
komprehensif.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja, waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah selama 210 (duaratus sepuluh) hari kerja. Dalam hal ini Konsultan
memandang bahwa waktu yang disediakan akan sangat bergantung dari progres
pekerjaan yang telah dilakukan. Mengingat waktu yang relatif singkat ini, konsultan
mengharapkan dukungan sepenuhnya dari pihak pemberi kerja dalam rangka lebih
mengefektifkan pelaksanaan pekerjaan serta dalam rangka mencapai target yang telah
ditetapkan dalam rencana kerja.
Untuk lebih jelas mengenai Komposisi Tim dan penugasaan tenaga ahli dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

G-2

Tabel G.1 Komposisi dan Penugasannya

TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
PT. Palindo Bangun Lokal  Penyelesaian Team Leader (Ahli  Bertanggungjawab 7
Konsultan permasalahan; Perencana Wilayah memimpin kegiatan ini
 Menyusun Laporan dan dan Kota) secara keseluruhan,
Rekomendasi Hasil Audit mengkoordinir tugas-
Penataan Ruang yang tugas tenaga ahli
menjelaskan hasil lainnya,
pengawasan terhadap  Menerima laporan,
penyelenggaraan perkembangan dari
penataan ruang Kawasan aktifitas setiap
Perkotaan Sorong dan anggota tim,
Manokwari  Menjaga
soliditas/kekompakan
tim, sehingga dicapai
tujuan, sasaran,
keluaran, dan manfaat
dari kegiatan ini
 Menyusun organisasi
kerja tim secara
keseluruhan;
 Mengkoordinasikan
pelaksanaan pekerjaan
terhadap semua hal
yang berhubungan
dengan kelancaran
pekerjaan;
 Mengkoordinasikan
hubungan kerja antar
organisasi kerja sesuai
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

G-3

TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
tugas masing-masing
dengan semua unsur
proyek dan instansi
terkait;
 Membuat laporan
mengenai data-data
yang didapat serta
menganalisa untuk
mendapatkan output,
guna penyusunan
buku laporan pada
setiap tahap kegiatan.
PT. Palindo Bangun Lokal  Pertampalan peta Ahli Sistem  Menginventarisasi 5
Konsultan Verifikasi lapangan Informasi data spasial digital
menggunakan Global Geografis/GIS dasar, GCP dan
Positioning System (GPS) interpretasi Aerial
Tracker dan Aerial Photo Photo Capturing
Capturing Drone. Drone Khusus Wilayah
Kalimantan
 Digitasi peta eksisting
lapangan pada peta
digital rencana shp
yang telah terverifikasi
khusus Wilayah
Kalimantan
 Analysis
superimphosed dalam
kesesuai dan penilaian
penggunaan lahan
eksisting dan peta
rencana menghasilkan
polygon dan area-area
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

G-4

TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
ketidak sesuain tata
ruang untuk seluruh
lokasi kajian
 Menentukan lokasi
atau titik koordinat,
luas area, dan lokasi
titik ketidaksesuaian
penggunaan lahan.
PT. Palindo Bangun Kajian teknis dan kajian Ahli Hukum  Membantu Team 5
Konsultan yuridis indikasi pelanggaran Leader dalam
di bidang penataan ruang memeriksa dan
dari aspek hukum khusus memastikan akibat
wilayah Kalimantan. pelanggaran
terindikasi tersebut
dikatogorikan tindakan
pelanggaran;
 Melakukan analisa
keterkaitan antara
actor penyebab
dengan tindakan
pelanggaran;
 Mengumpulkan
keterangan dan bahan
bukti (Pulbaket).
 Menyusun dan
membuat
rekomendasi Legal
Opinion (LO) terhadap
lokasi pelanggaraan
yang telah dianalisis
PT. Palindo Bangun Kajian dampak akibat Ahli Lingkungan  Membantu Team 4
Konsultan pemanfaatan ruang dari Leader dalam
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

G-5

TENAGA AHLI
POSISI YANG
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LOKAL LINGKUP KEAHLIAN URAIAN PEKERJAAN OB
DIUSULKAN
/ASING
aspek lingkungan memeriksa dan
memastikan
pelanggaran indikasi
dari aspek tata
lingkungan wilayah
kajian
 Mengkaji dan analisis
aspek tata lingkungan
pada kondisi eksisting
dengan rencana tata
ruang wilayah kajian
berdasarkan hasil
pulbaket
PT. Palindo Bangun Kajian dampak akibat Ahli Geologi  Membantu Team 3
Konsultan pemanfaatan ruang dari Leader dalam
aspek geologi memeriksa dan
memastikan
pelanggaran indikasi
dari aspek geologi
 Mengkaji dan analisis
aspek geologi dan tata
lingkungan pada
kondisi eksisting
dengan rencana tata
ruang wilayah kajian
berdasarkan hasil
pulbaket
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

H-1

BAB H JADWAL PENUGASAN TENAGA

AHLI

Kegiatan Audit Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari


diharapkan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan, dengan kebutuhan
tenaga ahli yang menguasai bidang keahlian tertentu yang berjumlah 5 (lima) orang
serta volume layanan jasa tenaga ahli sebanyak 24 (dua puluh empat) Orang-Bulan.
Adapun jadwal penugasan tenaga ahli dalam Audit Penataan Ruang Kawasan
Perkotaan Sorong dan Manokwari dapat dilihat pada tabel berikut ini.
AUDIT TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SORONG DAN MANOKWARI

H-2

Tabel H.1 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Audit Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari

Tabel H.1 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Audit Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sorong dan Manokwari

FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMB


No Nama Jabatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
I TENAGA AHLI PROFESIONAL

1 Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim)

2 Ahli GIS

3 Ahli Hukum

4 Ahli Lingkungan

5 Ahli Geologi

SUB TOTAL `

II TENAGA PENUNJANG `

Anda mungkin juga menyukai