Anda di halaman 1dari 31

RANGKUMAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Bekasi memiliki Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi 2011 – 2031 yang telah
memasuki tahun ke-7 (tujuh). Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15 Tahun
2009 tentang pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dapat ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Berdasarkan hasil kajian, penilaian, dan evaluasi serta berbagai
pertimbangan yang mempengaruhi dokumen RTRW Kabupaten Bekasi periode 2011-2031
tersebut maka Dokumen RTRW tersebut direkomendasikan perlu dilakukan peninjauan
kembali atas substansinya.

Bappeda Kabupaten Bekasi melakukan penyusunan Peninjauan Kembali Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi yang selanjutnya hasil Peninjauan Kembali atau
perubahan RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031 menghasilkan RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2018 dan akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Perda RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2018 – 2038. Sesuai dengan peraturan perundang – undangan, perubahan Perda
RTRW ini harus dilengkapi dengan rekomendasi hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah


rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau Program. Hasil rekomendasi KLHS
sangat penting dan akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan atau Program sehingga prinsi–prinsip pembangunan berkelanjutan telah dipertimbangkan
dan diintegrasikan dalam pengambilan keputusan pembangunan. Selanjutnya diharapkan
dampak negative suatu Kebijakan, Rencana, dan atau Program terhadap Lingkungan Hidup
dapat dihindari sehingga Potensi dampak dan atau risiko lingkungan hidup yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu Kebijakan, Rencana, dan atau Program, sebelum pengambilan
keputusan dilakukan, dapat diantisipasi melalui KLHS. Sehubungan dengan hal tersebut
maka Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi perlu menyusun Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) untuk Penyusunan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018.

1.2 Alasan Dilakukan Revisi RTRW Kabupaten Bekasi


Kajian, evaluasi, dan penilaian Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Bekasi Tahun
2011 – 2031 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan target pencapaian struktur ruang selama tahun 2010-2017 (Indikasi Program
RTRW 2011-2031), didapatkan hasil bahwa kegiatan yang telah dibangun sesuai dengan
program RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031 sebesar 57,14% dari total kegiatan,
sedangkan yang belum terwujud sesuai dengan program RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2011-2031 sebesar 41,56%, sedangkan yang sudah terwujud namun tidak sesuai
indikasi program sebesar 1,30% dari total kegiatan perwujudan struktur ruang.
2. Terdapat dinamika kebijakan pembangunan baik akibat adanya kebijakan internal
(Kabupaten Bekasi) maupun kebijakan ekternal (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
tetangga) terutama terkait dengan perwujudan struktur ruang berupa rencana
pembangunan dan pengembangan infrastruktur wilayah (infrastruktur transportasi,
infrastruktur sumber daya air, infrastruktur energi kelistrikan, dan infrastruktur kawasan
permukiman) maupun karena adanya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
RTRW Kabupaten Bekasi.
3. Berdasarkan kajian, evaluasi, dan penilaian terhadap perubahan materi muatan RTRW
Kabupaten Bekasi dengan menggunakan sistem penilaian dengan pembobotan dari
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 6 Tahun 2017 tentang Tata
cara Peninjauan kembali RTRW, diperoleh persentase perubahan materi RTRW
Kabupaten Bekasi 26,8%. Sesuai dengan ketentuan yang ada, maka revisi RTRW
Kabupaten Bekasi perlu dilakukan melalui pencabutan Perda Kabupaten Bekasi tentang
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031.
4. Terdapat beberapa rekomendasi hasil peninjauan kembali RTRW Kabupaten Bekasi
adalah sebagai berikut :
a) Percepatan perwujudan ruang (struktur, pola ruang, dan kawasan strategis) terutama
terkait dengan implementasi rencana yang telah diprogramkan pada tahun 2011-2016
tetapi belum terwujud terkait dengan (1) pembangunan jaringan jalan; (2)
Pengembangan sentra industri; (3) Pembangunaan jaringan kereta api; (4)
Pembangunan terminal tipe A; (5) Pembangunan transportasi laut; (6) Program -
program perwujudan kawasan hutan lindung; (7) Program - program perwujudan
kawasan budidaya.
b) Ke depannya jika melakukan revisi RTRW Kabupaten Bekasi perlu
mempertimbangkan beberapa catatan perubahan materi berikut ini, yakni :
1) Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Penataan Ruang
 Penyesuaian tujuan penataan ruang
 Penyesuaian kebijakan penataan ruang
 Penyesuaian strategi penataan ruang
2) Rencana Struktur Ruang Wilayah
 PKN ( PUSAT KEGIATAN NASIONAL) masih kontra dengan RTRW
Provinsi Jawa Barat 2009-2029, sehingga perlu memperhatikan hasil revisi
RTRW Provinsi Jabar dan RTR Kawasan jabodetabekpunjur;
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) belum ada. PKW hanya disebutkan dalam
RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029, sehingga perlu disinkronkan kembali
 Perlunya mengakomodir kebijakan nasional berikut ini:
- LRT Jabodebek
- High Speed Train Jakarta-Bandung
- KA Layang (elevated loopline) Jabodetabek
- Elektrifikasi Rel Ganda Cikarang-Cikampek
- Jalur KA Cepat Lintas Bandung-Jakarta-Semarang-Surabaya (Jalur,
Depo,Stasiun) / Jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung-Kertajati-Cirebon
- MRT East-West (Balaraja-Cikarang)
- Inland waterways/CBL Cikarang-Bekasi-Laut Jawa
 Editing redaksi di rencana struktur ruang transportasi udara
- Pertimbangkan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP)
di sekitar rencana bandara Muaragembong
3) Rencana Pola Ruang
 Sinkronisasi perbedaan zoning kawasan hutan lindung di pesisir utara
Kabupaten Bekasi dengan SK Kemenhubtan
 Perlu mengakomodasi kebutuhan dan potensi pengembangan hasil kajian
internal, diantaranya:
(a) Peningkatan kawasan konservasi satwa endemik dan satwa migrasi di
Desa Pantai Bahagia dan Pantai Sederhana
(b) 1. Rawan bencana geologi tanah longsor di Kecamatan Bojongmanggu,
Cibarusah, Setu, Serang Baru dan desa Sukadami, Cikarang Selatan
2. Rawan banjir terutama di Muaragembong
3. Rawan gelombang pasang di sepanjang wilayah pesisir
(c) 1. Potensi air tanah dangkal di seluruh kecamatan
2. Air tanah rawan – kritis terdapat di kawasan industri di Kecamatan
Cikarang Barat, Tambun Selatan, Cikarang Pusat, Cikarang Utara,
Cibitung dan Tambun Utara
3. Wilayah rentan amblesan pada lapisan lempung - lanau dengan
karakteristik belum terkonsolidasi hingga terkonsolidasi normal (nilai
Overconsolidation Ratio, OCR ≤1) seperti di Kecamatan Sukatani,
Babelan, Sukawangi, Sukakarya dan Cabangbungin
(d) Penetapan luas dan lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
(e) Untuk kawasan perkebunan perlu pertimbangkan kecenderungan
(f) Landuse eksisting
(g) 1. Sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan di
Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti, Desa Pantai Sederhana, Pantai Mekar
2. Pengembangan PPI di Desa Pantai Bahagia, Pantai Sederhana, Pantai
Bakti Segara makmur
3. Sentra perikanan budidaya yang didukung peningkatan fungsi industri
pengolahan hasil perikanan
4. Kawasan minapolitan berbasis masyarakat
5. Revitalisasi wilayah penangkapan ikan yang mengalami gejala tingkat
penangkapan yang berlebih (overfishing)
(h) Potensi tambang tanah liat, tanah urug, pasir sungai, dan sirtu (pasir dan
batu)
(i) Kawasan Wisata Industri di Kecamatan Cikarang sebagai pelayanan
primer bagi kepariwisataan KabupatenBekasi
(j) Pengembangan TPU dan penyediaan cadangan pengembangan TPU
(k) Memasukkan kebijakan-kebijakan nasional dan provinsi Jawa Barat yang
akan mempengaruhi pola ruang Kabupaten Bekasi, diantaranya:
(l) Proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)
Tahap A
(m)Rehabilitasi kerusakan pesisir, pengelolaan kawasan konservasi perairan,
penataan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di Kawasan
PANTURA Jawa
(n) Rehabilitasi pesisir pantai di Kecamatan Tarumajaya sepanjang 250 m
4) Penetapan Kawasan Strategis
 Kebijakan strategis nasional industri perlu diakomodir dengan
menetapkannya sebagai kawasan strategis ekonomi, yakni:
(a) Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang ditetapkan sebagai WPPI
(Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri) di Jawa Barat yang berperan
sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi dalam WPI (Wilayah
Pengembangan Industri di Pulau Jawa
(b) WPPI Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang ditetapkan sebagai
KSN Serta pertimbangkan kawasan lindung geologi hasil kajian internal
sebagai kawasan startegis kabupaten bidang fungsi dan daya dukung
lingkungan
 Serta pertimbangkan kawasan lindung geologi hasil kajian internal sebagai
kawasan startegsi kabupaten bidang fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup
5) Arahan Pemanfaatan Ruang Yang Berisi Indikasi Program Utama Jangka
Menengah Lima Tahunan, dengan memperhatikan konten indikasi program,
khususnya sektor infrastruktur selain transportasi dan sistem pusat, serta volume
indikasi program dan angka tahapan pelakasanaan kegiatan.
1.3 Kenapa Wajib Dilaksanakan KLHS
1) Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang
KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan
dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW,
atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas. Penerapan KLHS
dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau
instrumen pengelolaan lingkungan lainnya menciptakan tata pengaturan yang lebih
baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis
dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat
pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-
region” dan/atau “bio-geo- region”).
2) Dokumen Tata Ruang Wajib KLHS
Berdasarkan peraturan mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara PenyelenggaraanKajian
Lingkungan Hidup Strategis, pada pasal 3 ayat 2 yaitu KLHS wajib dilaksanakan
kedalam penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dan pasal 4 ayat 3 yaitu Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program tingkat Kabupaten/Kota yaitu pada point a bahwa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; diwajibkan dilaksanakannya
penyusunan KLHS.

1.4 Maksud dan Tujuan KLHS


 Maksud Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW Kabupaten
Bekasi Tahun 2018 adalah menyusun Dokumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis terhadap RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018 yang merupakan
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011 - 2031 sebagai
pelaksanaan amanat UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dokumen dimaksud merupakan salah satu instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup melalui suatu proses
kajian yang dapat menjamin dipertimbangkannya hal-hal yang prioritas dari aspek
pembangunan berkelanjutan dari sejak dini dalam proses pengambilan keputusan
mengenai kebijakan, rencana dan/atau program.
 Tujuan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2018 adalah sebagai data acuan dalam hal Kajian Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup dan rekomendasi perbaikan/penyempurnaan
kebijakan, rencana dan/atau program terhadap Penyusunan RTRW Kabupaten
Bekasi Tahun 2018 mengintegrasikan prinsip – prinsip pembangunan
berkelanjutan.

1.5 Ruang Lingkup


 Ruang Lingkup Wilayah kegiatan ini adalah Kabupaten Bekasi
 Ruang Lingkup Substansi Kegiatan Pekerjaan Penyusunan KLHS Revisi Perda
RTRW Kabupaten Bekasi No. 12 Tahun 2011 meliputi 23 Kecamatan berdasarkan
PP No. 46 Tahun 2016, sebagai berikut :
a. Pasal 6: Mekanisme pembuatan dan pelaksanaan KLHS
b. Pasal 7: Tahapan pelaksanaan pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi
Lingkungan Hidup (LH), yang terdiri dari:
 Identifikasi dan perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB)
 Identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi LH, dan
 Analisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan Isu PB dengan hasil
identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi LH.
c. Pasal 8: Identifikasi Isu PB Strategis;
d. Pasal 9: Identifikasi Isu PB Prioritas;
e. Pasal 10: Identifikasi materi muatan KRP
f. Pasal 11: Analisis pengaruh hasil identifikasi dan perumusan Isu PB dengan
hasil identifikasi materi muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi LH;
g. Pasal 12: Hasil analisis pengaruh untuk menentukan lingkup, metode, teknik,
dan kedalaman analisis.
h. Pasal 13: penentuan lingkup, metode, teknik dan kedalaman analisis memuat
hasil kajian tentang :
 Kapasitas DDDT-LH untuk pembangunan;
 Perkiraan mengenai dampak dan resiko LH;
 Kinerja layanan atau jasa ekosistem;
 Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam (SDA);
 Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi perubahan iklim; dan
 Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
i. Pasal 14: pelaksanaan pengkajian pengaruh, dilaksanakan oleh penyusun
KLHS yang memiliki standart kompetensi.
j. Pasal 15: perumusan alternatif penyempurnaan KRP.
k. Pasal 16: penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan
KRP.
l. Pasal 19: Penjaminan Kualitas.
BAB II

KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN

2.1 Batas dan Luas Wilayah Kajian


Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terletak
di sebelah Timur DKI Jakarta yang merupakan pintu gerbang Jawa Barat dari ibukota negara
dan sebagai salah satu penyangga (hinterland) ibukota negara. Luas wilayah Kabupaten
Bekasi 127.388 Ha. Secara geografis letak kabupaten Bekasi berada pada posisi 6 o10’53” -
6o30’6” Lintang Selatan dan 160o48’28” - 107o27’29” Bujur Timur, dengan batas-batas
administrasi sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Jawa


 Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
 Sebelah Barat : DKI Jakarta dan Kota Bekasi
 Sebelah Timur : Kabupaten Karawang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 26 Tahun 2001 tentang penataan,
pembentukan, dan pemekaran kecamatan, Kabupaten Bekasi semula 15 Kecamatan
dimekarkan menjadi 23 Kecamatan, dengan luas wilayah tetap. Selengkapnya nama – nama
kecamatan baru beserta ibukota kecamatannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bekasi


No Kecamatan Ibukota Luas(Ha)
1 Setu Ciledug 6.216
2 Serang Baru Sukasari 6.380
3 Cikarang Pusat Sukamahi 4.760
4 Cikarang Selatan Sukadami 5.174
5 Cibarusah CibarusahKota 5.039
6 Bojongmangu Bojongmangu 6.006
7 Cikarang Timur Jatibaru 5.131
8 Kedungwaringin Kedungwaringin 3.153
9 Cikarang Utara CikarangKota 4.330
10 Karang Bahagia Karangbahagia 4.610
11 Cibitung Wanasari 4.530
12 Cikarang Barat TelagaAsih 5.369
13 Tambun Selatan Tambun 4.310
14 Tambun Utara Sriamur 3.442
15 Babelan BabelanKota 6.360
16 Tarumajaya Pantai Makmur 5.463
17 Tambelang Sukarapih 3.791
18 Sukawangi Sukawangi 6.719
No Kecamatan Ibukota Luas(Ha)
19 Sukatani Sukamulya 3.752
20 Sukakarya Sukakarya 4.240
21 Pebayuran Kertasari 9.634
22 Cabangbungin Lenggahjaya 4.970
23 Muaragembong Pantai Mekar 14.009
TOTAL 127.388
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bekasi


2.2 Populasi / Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2017 mencapai 3.500.023 jiwa, dengan rata-rata
kepadatan penduduk sebesar 2.748 jiwa per km2. Wilayah yang paling padat penduduknya
adalah kecamatan Tambun Selatan (12.284 jiwa per km2), sedangkan yang paling rendah
kepadatannya adalah Kecamatan Muaragembong (240 jiwa per km2). Untuk rasio jenis
kelamin sebesar104, yang terdiri dari1.782.205 laki- laki dan 1.717.818 perempuan.
Penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15 - 64 tahun)
mencapai 2.422.579 orang atau 69,22%. Sedangkan penduduk yang belum produktif (<15
tahun) 983.091 orang atau 28,09% dan yang tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) 94.353
orang atau 2,70 %. Sehingga rasio bebanketergantungan sebesar 44,45 yang berarti bahwa
setiap satu orang penduduk usia produktif menanggung sebanyak 44 orang usia tidak
produktif.

Gambar 2. 2 Piramida Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2017

Gambar 2. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2017

Keberadaan penduduk menurut kecamatan tidak menyebar secara merata. Penduduk


paling banyak berdomisili di Kecamatan Tambun Selatan yaitu 15,13 % dari total penduduk
Kabupaten Bekasi, sedangkan paling sedikit di Kecamatan Bojongmangu 0,68 %.
Tabel 2. 2 Penduduk Menurut Kecamatan Taun 2013 - 2017

JumlahPenduduk(Jiwa)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
1 Setu 128.816 133.500 138.237 143.384 152.019
2 Serang Baru 127.747 140.912 155.985 168.038 190.657
3 Cikarang Pusat 67.630 72.911 92.591 99.446 86.982
4 Cikarang Selatan 185.228 199.591 252.864 275.781 246.457
5 Cibarusah 83.968 26.055 87.316 89.530 94.184
6 Bojongmangu 25.534 26.055 26.459 26.767 23.907
7 Cikarang Timur 100.598 102.56 101.097 102.579 109.390
8 Kedungwaringin 58.400 59.952 60.855 61.463 56.940
9 Cikarang Utara 262.608 268.694 261.811 263.368 297.018
10 Karang Bahagia 96.952 98.852 93.641 95.359 97.443
11 Cibitung 231.335 243.428 250.809 262.044 293.570
12 Cikarang Barat 243.264 251.493 254.171 262.044 283.557
13 Tambun Selatan 469.668 481.652 473.823 482.702 529.439
14 Tambun Utara 166.630 180.363 195.334 210.167 233.801
15 Babelan 248.270 258.381 267.920 283.551 298.635
16 Tarumajaya 128.866 132.858 146.052 153.494 148.453
17 Tambelang 35.523 36.338 36.710 36.961 33.085
18 Sukawangi 44.770 45.851 47.103 48.029 42.921
19 Sukatani 74.655 76.920 73.103 73.986 74.272
20 Sukakarya 43.106 43.976 44.812 45.284 40.097
21 Pebayuran 95.167 97.242 99.113 100.471 89.920
22 Cabangbungin 47.336 48.455 48.439 48.529 43.642
23 Muaragembong 36.041 36.824 37.738 38.155 33.634
TOTAL 3.002.112 3.122.698 3.246.013 3.371.691 3.500.023
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018

Tabel 2. 3 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan Tahun 2013 - 2017
Jumlah KepadatanPenduduk(Jiwa/km2)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
1 Setu 2.072 2.148 2.224 2.307 2.446
2 Serang Baru 2.002 2.209 2.445 2.634 2.988
3 Cikarang Pusat 1.421 1.532 1.945 2.089 1.827
4 Cikarang Selatan 3.580 3.858 4.887 5.330 4.763
5 Cibarusah 1.666 1.709 1.733 1.777 1.869
6 Bojongmangu 425 434 441 446 398
7 Cikarang Timur 1.961 1.995 1.970 1.999 2.132
8 Kedungwaringin 1.852 1.901 1.930 1.949 1.806
9 Cikarang Utara 6.065 6.205 6.046 6.088 6.860
10 Karang Bahagia 2.103 2.144 2.031 2.069 2.114
11 Cibitung 5.107 5.374 5.537 5.792 6.481
12 Cikarang Barat 4.531 4.684 4.734 4.881 5.281
13 Tambun Selatan 10.897 11.175 10.994 11.200 12.284
14 Tambun Utara 4.841 5.240 5.675 6.106 6.793
15 Babelan 3.904 4.063 4.213 4.458 4.696
16 Tarumajaya 2.359 2.432 2.673 2.810 2.717
17 Tambelang 937 959 968 975 873
18 Sukawangi 666 682 701 715 639
19 Sukatani 1.990 2.050 1.948 1.972 1.980
20 Sukakarya 1.017 1.037 1.057 1.068 946
21 Pebayuran 988 1.009 1.029 1.043 933
Jumlah KepadatanPenduduk(Jiwa/km2)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
22 Cabangbungin 952 975 975 976 878
23 Muaragembong 257 263 269 272 240
TOTAL 2.357 2.451 2.548 2.647 2.748
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018

Gambar 2. 4 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bekasi


2.3 Potensi Sumber Daya Alam
2.3.1 Potensi Sumber Daya Air
A. Potensi Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, termasuk
didalamnya adalah sungai dan situ/waduk. Potensi sumber daya air permukaan (sungai,
waduk dan danau/situ) memerlukan upaya pengelolaan yang baik dan terencana. .
Kabupaten Bekasi dihadapkan pada kondisi yang sangat kritis berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya air, khususnya dalam hal ketersediaan air. Sungai yang mengalir pada
setiap wilayah Kecamatan di Kabupaten Bekasi diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (irigasi, air, industri, maupun untuk
keperluan rumah tangga lainnya). Berdasarkan keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat No
68 tahun 1997 tentang Peruntukan Air Dan Baku Mutu Air sungai di Kabupaten Bekasi
yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan pertanian yaitu
:
 Sungai Bekasi;  Sungai Cilemahabang;
 Sungai Cikarang;  Sungai Citarum;
 Sungai Cibeet;  Saluran Tarum Barat / Kali Malang;
 Sungai Cipamingkis;

Tabel 2. 4 Peruntukan dan Mutu Air Baku Sungai - Sungai Utama di Kabupaten Bekasi
No NamaSungai GolonganMutu Pemanfaatan
1 SungaiCitarum C, D Perikanan,peternakandan pertanian
2 SungaiCibeet B,C, D Airbakuairminum, perikanan,peternakan
dan pertanian
3 SungaiBekasi B,C, D Airbakuairminum, perikanan, peternakan
dan pertanian
4 SungaiCikarang B,C, D Airbakuairminum, perikanan, peternakan
dan pertanian
Sumber:RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031

Kabupaten Bekasi memiliki 13 situ/rawa, yang tersebar pada beberapa


kecamatan.Namun, sebagian besar situ telah berubah fungsi menjadi sawah dan perumahan.
Hanya sebagian kecil yang masih mempunyai fungsi ekologis dalam konservasi sumber daya
air, yaitu Rawa Cibeureum, Rawa Burangkeng, Rawa Ceper, Rawa Leungsir. Sebaiknya
untuk masa mendatang keempat situ/rawa tersebut dilestarikan.
Gambar 2. 5 Peta DAS di Kabupaten Bekasi

B. Potensi Air Tanah


Sekitar 19.745 Ha (15,5%) wilayah Kabupaten Bekasi memiliki air tanah yang
terintrusi air laut, terutama pada Kecamatan Muaragembong. Sedangkan 25.605 Ha (20,1%)
memiliki air tanah dalam dan 82.038 Ha (64,4%) memiliki air tanah dangkal. Pada
permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan dibuat secara besar – besaran karena tanah
sangat memerlukan suplai air, sedangkan lahan yang muka airnya dangkal keberadaan sumur
resapan bersifat tidak efektif dan tidak berfungsi dengan baik, terlebih pada daerah rawa dan
pasang surut.
Pada beberapa daerah yang telah dilakukan pengamatan terhadap muka air tanah
didapatkan data tinggi MAT (Muka Air Tanah) sebagai berikut;
• Pada wilayah sampel Cikarang Pusat Muka Air Tanah pada Kedalaman > 2,50 meter
• Pada wilayah sampel Cikarang Selatan Muka Air Tanah pada Kedalaman > 1,90 meter
• Pada wilayah sampel Karang Bahagia Muka Ait Tanah pada Kedalaman 2,50 meter
Gambar 2. 6 Peta Cekungan Air Tanah di Kabupaten Bekasi

2.3.2 Potensi Pertambangan


Pertambangan di Kabupaten Bekasi dibagi Menjadi dua yaitu pertambangan minyak
dan gas dan pertambangan mineral (Galian). Pertambangan galian golongan galian
strategis yaitu pertambangan minyak dan gas bumi terletak di Kecamatan Babelan,
Kecamatan Cibitung, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan
Cikarang Timur, Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi,
Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Cikarang Utara, dan Kecamatan Karang Bahagia,
sedangkan Pertambangan galian yang termasuk golongan lainnya meliputi Kecamatan
Cikarang Selatan, Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cikarang
Timur, Kecamatan Bojongmangu dan Kecamatan Serang Baru.
Produksi minyak bumi di Kabupaten Bekasi pada tahun 2014 adalah 1.111,93 ribu
barrel. Produksi ini menurun cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang dipengaruhi
oleh harga minyak dunia yang sedang melemah, usia sumur yang sudah tua, dan belum ada
penemuan baru (ESDM, 2015). Kabupaten Bekasi memiliki 23% potensi cadangan minyak
bumi di Jawa Barat dengan memyumbangkan 12% dari total produksi minyak bumi di Jawa
Barat.
Tabel 2. 5 Tabel Potensi dan Produksi Minyak Bumi di Kabupaten Bekasi

Pengambilan Produksi
Daerah SisaCadangan
IOP* (ribubarrel) Maksimum(rib Kumulatif(rib
Penghasil (ribubarrel)
u barrel) u barrel)
Bekasi 507.520 101.504 23.248 78.256
Provinsi Jawa 1.589.988 1.008.400 924.078 84.322
*)IOP:InitialOilinPlace(CadanganMinyakAwal)
Sumber:ESDM,2002
Di Kabupaten Bekasi terdapat pula beberapa pertambangan rakyat berupa tambang galian C yaitu
pertambangan pasir di Kecamatan Serang Baru, tanah merah di Kecamatan Serang Baru dan
kecamatan Cibarusah, pertambangan batu di Kecamatan Cibarusah.
Gambar 2. 7 Peta Kawasan Pertambangan Kabupaten Bekasi

2.3.3 Potensi Sumber Daya Kehutanan


Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bekasi hutan di Kabupaten
Bekasi dibagi menjadi dua yairu hutan kawasan lindung dan hutan budidaya. Berdasarkan
analisis yang dilakukan terhadap kawasan lindung, maka luas kawasan lindung adalah
13.160 Ha (10,33%). Sedangkan Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bekasi yaitu berada
di Kecamatan Cabangbungin dengan luas 124,09 Ha, Kecamatan Babelan dengan luas
340,84 Ha, dan di Kecamatan Muaragembong sekitar 4705,17 Ha.
Gambar 2. 8 Peta Penunjukan Kawasan Hutan Kabupaten Bekasi

2.4 Luas Tutupan Lahan


Kabupaten Bekasi memiliki luas total wilayah yaitu ± 1,270 Km2. Pada luas total
wilayah tersebut terbagi kedalam beberapa kategori tutupan lahan, sekurang-kurangnya ada
16 tutupan lahan yang terdapat di Kabupaten Bekasi. Luas tutupan lahan terluas yaitu
ditempati oleh lahan sawah dengan luas ± 64251,71 Ha, sedangkan luas tutupan lahan
terkecil yaitu ditempati oleh kebun campuran dengan luas ± 33,22 Ha. Data ini bersumber
dari Peta RBI tahun 2016 dan Citra Spot 6 tahun 2017 yang diperoleh dari analisis Sistem
Informasi Geospasial. Berikut merupakan luasan eksisting tutupan lahan Kabupaten Bekasi :
Tabel 2. 6 Luas Tutupan Lahan Kabupaten Bekasi

No Keterangan Luas (Ha)


1 Perkebunan 2069,75
2 Permukiman 30529,81
3 Danau 197,98
4 Bangunan 2438,24
5 Kawasan Industri 5042,95
6 Ladang/Tegalan 3933,67
7 Lahan Terbuka 3401,35
8 Empang 11506,24
9 Hutan 422,97
10 Hutan Rawa 115,70
11 Kebun Campuran 33,22
12 Kolam 124,58
13 Rumput 1242,72
14 Sawah 64251,71
15 Semak Belukar 378,77
16 Sungai 1398,50
Luas Total 127088,17
Sumber : Peta RBI tahun 2016 dan Citra Spot 6 tahun 2017
Gambar 2. 9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi tahun 2017

2.5 Luas Tata Ruang Eksisting


2.5.1 Pola Ruang
A. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung di Kabupaten Bekasi seluas 27.040 Ha yang meliputi :
1. Kawasan Hutan Lindung  Hutan Mangrove dengan arahan pengembangan
luas kurang lebih 5.311 Ha terdapat di Kecamatan Muaragembong.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya  Kawasan
resapan air dengan arahan pengembangan luas kurang lebih 3.883 Ha pada 3
Kecamatan yaitu Kecamatan Setu, Cibarusah, dan Bojongmangu.
3. Kawasan Perlindungan Setempat
 Sempadan Sungai dengan luas kurang lebih 4.246 (empat ribu dua ratus
empat puluh enam) hektar.
- Di sebelah luar kaki tanggul di perkotaan  Kali Jambe, Sadang,
Cikedokan, Ulu, Siluman, Serengseng, Sepak, dan Jaeran.
- Tepi sungai kedalaman <3m  Kali Cilemahabang, Cikarang, Belencong
- Sungai kecil tidak bertanggul di perkotaan  Kali Citarum, Beasi,
Ciherang, Cibeet
- Sungai yang tidak terpengaruh pasang surut  Kali Citarum, Ciherang,
dan CCL
 Sempadan Pantai seluas kurang lebih 566 (lima ratus enam puluh enam)
hektar  Kecamatan Babelan, Tarumajaya, Muaragembong
 Sempadan Situ seluas kurang lebih 149 (seratus empat puluh sembilan)
hektar.
 Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dengan luas kurang lebih 12.885 (dua belas
ribu delapan ratus delapan puluh lima) hektar
- Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik berupa taman kota, tempat
pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan dan sungai
- Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat berupa kebun atau halaman rumah,
gedung milik masyarakat dan swasta yang ditanami tumbuhan
4. Kawasan Suaka Alam dan pelestarian alam
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
 Kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan Muaragembong
 Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Tambun Utara, Tambun
Selatan, Tarumajaa, Cibitung, Cikarang Timur, Cikarang Utara,
Cabangbungin, Kedungwaringin, Pebayuran, Sukakarya, Sukawangi,
Tambelang, Babelan.
 Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Bojomangu.
6. Kawasan Lindung Geologi
 Kawasan rawan bencana alam geologi abrasi di Kecamatan Muaragembong
seluas kurang lebih 33.000 m2 .
 Kawasan yang memberikan perlindungan air tanah
 Kawasan rawan geraan tanah kurang lebih 1.401 Ha.
7. Kawasan Lindung Lainnya  Kawasan perlindungan plasma nutfah berupa
Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong dan Kawasan pengungsian satwa
(burung, buaya, biawak, dan monyet) di Desa Pantai Bahagia, Pantai Bahkti, dan
Pantai Mekar Kecamatan Muaragembong.
B. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya di Kabupaten Bekasi seluas 100.348 Ha, yang meliputi :
1. Kawasan peruntukan hutan produksi  Hutan produksi tetap di Kecamatan
Muaragembong seluas lebih kurang 5.170 Ha diarahkan bagi pengembangan
wilayah pantai utara Kab. Bekasi dan hutan produksi terbatas pada Kecamatan
Cabangbungin dan Babelan;
2. Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
 Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi lahan basah seluas ± 35.244 Ha
dan lahan kering
 Kawasan Holtikulura seluas ± 2.417 Ha berupa pertanian lahan kering di
Kecamatan Cibarusah, Serang Baru, dan Bojongmangu.
 Kawasan perkebunan seluas ± 710 Ha berupa tanaman tahunan
 Kawasan peternakan
3. Kawasan peruntukan perikanan  seluas ± 128 Ha yang meliputi peruntukan
perikanan tangkap dan peruntukan budidaya perikanan. Selain itu juga terdapat
kawasan minapolitan berupa komoditas unggulan ikan lele, patin, gurame, mas,
dan bawal di Kecamatan Cikarang Timur, Kedung Waringin, Pebayuran, dan
Cabangbungin;
4. Kawasan peruntukan pertambangan  pertambangan minyak gas dan
pertambangan mineral;
5. Kawasan peruntukan industri  seluas ± 23.437 Ha meliputi industri besar,
menengah dan industri mikro dan rumah tangga. Serta adanya rencana
pengembangan kawasan industri;
6. Kawasan peruntukan pariwisata  seluas ± 1.104 Ha meliputi pengembangan
wisata alam, wisata budaya, dan wisaya buatan / binaan manusia.
7. Kawasan peruntukan permukiman
 Lokasi kawasan permukiman tersebar di seluruh kecamatan dengan luas ±
13.918 Ha
 Pengembangan kawasan permukiman perkotaan seuas ± 41.907 Ha pada 12
kecamatan yaitu Kecamatan Cibitung, Karang Bahagia, Tambun Utara,
Sukatani, Sukawangi, Cikarang Timur, Cikarang Pusat, Tambun Selatan,
Serang Baru, Setu, Cikarang Selatan, Cikarang Barat
 Pengembangan kawasan permukiman perdesaan seluas ± 3.515 Ha pada 6
kecamatan meliputi Kecamatan Babelan, Muaragembong, Cabangbungin,
Cibarusah, Bojongmangu, dan Serang Baru.
8. Kawasan peruntukan pesisir dan lautt meliputi Kecamatan Muaragembong,
Tarumajaya, dan Babelan.
9. Kawasan peruntukan lainnya.
 Kawasan pertahanan dan keamanan
 Kawasan bumi perkemahan
 Kawasan fasiliras sosial dan fasilitas umum
2.5.2 Struktur Ruang
A. Sistem Pusat
Tabel 2. 7 Sistem Pusat Perkotaan di Kabupaten Bekasi

NO SISTEM PUSAT LOKASI


SISTEM PUSAT PERKOTAAN
PKN • Setu
1
(Pusat kegiatan Nasional) • Tambun Selatan
• Cikarang Pusat
• Tarumajaya
PKL
2 • Cibarusah
(Pusat Kegiatan Lokal)
• Sukatani
• Cibitung
• Cikarang Selatan
PKLP • Cikarang Utara
3
(Pusat Kegiatan Lokal • Cikarang Barat
Promosi) • Cikarang Timur
NO SISTEM PUSAT LOKASI
• Serang Baru
• Bojongmangu
• Kedungwaringin
• Karang Bahagia
• Tambelang
PPK • Pebayuran
4
(Pusat Pelayanan Kawasan) • Babelan
• Tambun Utara
• Sukakarya
• Cabangbungin
• Muaragembong
• Sukawangi
SISTEM PUSAT PERDESAAN
• PPL Nagasari;
• PPL Hegarmukti;
• PPL Sukabungah;
• PPL Cibarusah kota;
• PPL Serang;
• PPL Sukaragam;
• PPL Cibening;
• PPL Tamansari;
• PPL Tanjungbaru;
PPL • PPL Karang Satria;
5
(Pusat Pelayanan • PPL Bahagia;
Lingkungan) • PPL Pusaka Rakyat;
• PPL Pantai Bahagia;
• PPL Sindang Jaya;
• PPL Sukamantri;
• PPL Karanghaur;
• PPL Karang Mukti;
• PPL Karang Mekar
• PPL Sukatenang; dan
• PPL Sukamulya.

B. Sistem Transportasi Darat


Rencana pengembangan sistem transportasi darat meliputi
 Jalan Bebas
 Jalan Nasional
 Jaringan Jalan Provinsi
 Jaringan Jalan Kabupaten
 Pengembangan Jalan Trans Yogi menghubungkan Kabupaten Bogor (Ds.
Weninggalih) – Kabupaten Bekasi (Ridogalih/SirnajatiRidomanah-Nagacipta-
Nagasari-Delta Mas)
 Rencana pengembangan terminal penumpang regional tipe A dan tipe C
 Rencana pembangunan terminal Agro Kecamatan Cikarang Utara
 Pembangunan Dry Port Cikarang Utara
 Rencana pengembangan sarana angkutan umum massa sebagai bagian dari sistem
angkutan umum massa Jabodetabek
C. Sistem Jaringan Perkeretaapian
Rencana pengembangan jaringan perkerataapian dengan peningkatan jaringan rel
kereta api 4 lajur(double-double track) Manggarai – Cikarang, pembangunan jaringan
rel kereta api lintas cabang menghubungkan Cikarang Timur – Cikarang Pusat –
Serang Baru – Cibarusah – Kabupaten Bogor, peningkatan stasiun Tambun Selatan –
Cibitung – Cikarang Utara – Cikarang Timur – Kedungwaringin menjadi stasiun
pengumpan, dan pembangunan stasiun baru/shelter di Kecamatan Cibitung.
D. Sistem Transportasi Laut  rencana pengembangan transportasi laut dengan
pembangunan Terminal Tarumanegara di Kecamatan Bab elan – Kecamatan
Tarumajaya – Kecamatan Muaragembong dengan luas kurang lebih 740 Ha.
E. Sistem Pengembangan Infrastruktur Energi dan Kelistrikan
 Peningkatan sarana pembangkita tenaga listrik
 Pengembangan jaringan prasarana energi yang meliputi pipa minyak dan gas
bumi, listrik, dan gardu induk, jaringan transmisi dan tenaga listrik
F. Sistem Pengembangan Telekomunikasi
 Jaringan kabel  peningkatan kapasitas sambungan telepon kabel dan
penyediaan sarana warung telepon dan telepon umum pada lokasi strategis
 Jaringan nirkabel  upaya pemanfaatan menara telekomunikasi secara bersama
dalam rangka efesiensi ruang pada tiap kecamatan
G. Sistem Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi Berbasis DAS
 Sistem wilayah sungai
 Prasarana jaringan irigasi
 Sistem pengandalian banjir
H. Sistem Pengembangan Infrastruktur Lingkungan Permukiman
 Perencanaan pengelolaan persampahan
 Prasarana pengelolaan limbah
 Rencana jalur evakuasi bencana dan ruang bencana
 Rencana pengembangan prasarana drainase
Gambar 2. 10 Peta RTRW Kabupaten Bekasi

2.5.3 Kawasan Strategis


Penetapan KSK memperhatikan KSN dan KSP.Kabupaten Bekasi masuk dalam KSN
Jabodetabekpunjur. Sementara itu Kabupaten Bekasi juka masuk dalam beberapa KSP, yaitu:
a. KSP Koridor Bekasi-Cikampek;
b. KSP pertanian lahan basah dan Beririgasi Teknis Pantura; dan
c. KSP Pesisir Pantura.
2.5.4 Luas Tiap Kelas Topografi dan Kelerengan
Kabupaten Bekasi terbagi atas dua bagian, yaitu dataran rendah yang meliputi sebagian
wilayah bagian utara dan dataran bergelombang di wilayah bagian selatan. Ketinggian lokasi
antara 6 – 115 meter dan kemiringan 0-25o. Kabupaten Bekasi yang terletak di sebelah Utara
Propinsi Jawa Barat dengan mayoritas daerah merupakan dataran rendah, 72% wilayah
Kabupaten Bekasi berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan air laut.
Secara umum tingkat kemiringan lahan (topografi) di Kabupaten Bekasi masih
memungkinkan untuk pembangunan berbagai jenis kegiatan.Keadaan topografi antara bagian
wilayah utara dan selatan Kabupaten Bekasi menciptakan peruntukan dan fungsi wilayah
sebagai pengembangan potensi industri, pertanian dan pendukungnya di wilayah utara,
sedangkan pengembangan industri manufaktur, perdagangan dan pariwisata di bagian selatan.

2.5.5 Jumlah dan Luas Sungai


Terdapat 16 aliran sungai besar yang mengalir melewati wilayah Kabupaten Bekasi
yaitu: Sungai Citarum, Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai Belencong,
Sungai jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai Cilemahabang, Sungai
Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai Siluman, Sungai Serengseng, Sungai Sepak dan Sungai
Jaeran?. Secara umum, sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun (perennial).
Pemanfaatan dari sungai tersebut antara lain sebagai sumber air masyarakat serta sebagai
irigasi pertanian.
Tabel 2. 8 DAS Kabupaten Bekasi

Morfologi
No Sungai Q Min Q Maks
Panjang Lebar
(m3 / detik) (m3 / detik)
1 Citarum 300 km Atas : 103 m 60 82
(dari hulu) Bawah : 42 m
2 Bekasi 40 km 4m–8m 2,65 391
3 Cikarang 71 km Atas : 14 m – 25 m 3,08 229
Bawah : 6 m – 15 m
4 Ciherang Atas : 42 m - -
Bawah : 30 m
5 Belencong 5 m – 30 m 6 120
6 Jambe 10 m – 40 m - 80
7 Sadang Atas : 9 m – 19 m - 210
Bawah : 6,5 m – 8 m
8 Cikedokan 10 m – 50 m 1,0 150
9 Ulu Atas : 7 m – 10 m 10 1100
Bawah : 4 m 8 m
10 Cilemahabang Atas : 13 m - 1100
Bawah : 5 m 11 m
11 Cipamingkis 20 km Atas : 103 m 6 200
Bawah : 43 m
Morfologi
No Sungai Q Min Q Maks
Panjang Lebar
(m3 / detik) (m3 / detik)
12 Sepak - -
13 Jaeran - -
14 Cibeet 60 km Atas : 60 m 1,8 502
Bawah : 34 m
Sumber : Perum Jasatirta II (2006) dalam Dinas Bina Marga dan Pengelolaan SDA (2011)dan
BBWS Citarum (2008)
2.5.6 Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bekasi meliputi :
 Kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan Muaragembong
 Kawasan rawan banjir di Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan,
Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan
Cikarang Utara, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Kedungwaringin, Kecamatan
Pebayuran, Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Sukatani, Kecamatan Sukawangi,
Kecamatan Tambelang dan Kecamatan Babelan. Klasifikasi dilakukan dalam 4 (empat)
karakteristik bencana banjir, yakni :
(i) bencana banjir klasifikasi berat disebabkan oleh luapan sungai;
(ii) bencana banjir klasifikasi ringan disebabkan luapan sungai;
(iii) bencana banjir klasifikasi ringan karena buruknya drainase dan intensitas hujan
yang tinggi dan
(iv) bencana banjir klasifikasi berat karena buruknya drainase dan intensitas hujan
yang tinggi.
 Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Bojongmangu.
Gambar 2. 11 Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Bekasi

Anda mungkin juga menyukai