3.1 Persiapan
3.1.1 Identifikasi Para Pemangku Kepentingan
Penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Bekasi akan ditempuh melalui proses komunikasi
yang intensif untuk mencapai kesepakatan bersama yang melibatkan berbagai pemangku
kepentigan agar KLHS yang tersusun dapat memenuhi aspek legalitas dan legitimasi.
Berdasarkan PP No 46 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS (Pasal 32)
Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dalam membuat KLHS melibatkan masyarakat
dan pemangku kepentingan.
Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayai
(1) meliputi:
a. Pemberian pendapat, saran, dan usul;
b. Pendampingan tenaga ahli;
c. Bantuan teknis; dan
d. Penyampaian informasi dan/atau pelaporan.
Teknik komunikasi yang akan digunakan dalam penyusunan KLHS RTRW Kabupaten
Bekasi adalah pemanfaatan dokumen atau kajian yang ada, melaksanakan konsultasi publik
(FGD), pelaksanaan lokakarya serta pembentukan tim ahli dan wakil-wakil komunitas yang ada,
diantaranya.
a. Pembuatan keputusan dan/atau penyusun KRP adalah Pejabat Perangkat Daerah tertentu.
Pejabat Perangkat Daerah tertentu:
DPRD Provonsi/Kabupaten/Kota
Instansi yang membidangi LH
Instansi yang membidangi kehutanan, pertanian, perikanan, pertambangan
Perangkat Daerah terkait lainnya
b. Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok)’
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
Asosiasi profesi
Forum-forum PB dan LH (DAS, air)
LSM
Perorangan/tokoh/kelompok yang mempunyai data dan informasi berkaitan
dengan SDA
Pemerhati LH
c. Masyarakat yang terkena dampak
Lembaga adat
Asosiasi pengusaha
Tokoh masyarakat
Organisasi masyarakat
Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani, dll)
Hasil telaahan dapat diketahui bahwa isu PB Strategis apakah juga menjadi isu PB
Strategis pada KRP lainnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
D. Identifikasi Materi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (dari dokmen RTRW
Kabupaten Bekasi)
Kegiatan identifikasi materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi dilaksanakan
dengan cara penapisan materi muatan yang terdapat pada Bab VII Dokumen Rancangan
RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2016 – 2036, dengan kriteria yang menimbulkan
dampak dan/atau resiko LH sebagaimana yang dijelaskan pada Pasal 3 ayat (2) PP No. 46
Tahun 2016, meliputi:
a. Perubahan iklim;
b. Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
c. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan
dan/atau kebakaran hutan dan lahan;
d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;
e. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat, dan/atau
f. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia;
Materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi yang menimbulkan dampak dan/atau
resiko LH ditentukan berdasarkan kesepakatan pada saat pelaksanaan KP yang dihadiri
oleh para pemangku kepentingan. Hasil kesepakatan para pemangku kepentingan
terhadap materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi yang menimbulkan dampak dan/atau
resiko LH, dirumuskan dalam BA yang ditetapkan oleh Ketua Kelompok Kerja. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.5 Analisis Pengaruh Hasil Identifikasi Materi Muatan Dokumen RTRW
Kabupaten Bekasi dengan Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Prioritas
Pasal 53 PP No. 13 Tahun 2017 menjelaskan lebih rinci bahwa kawasan cagar
alam geologi terdiri atas:
a. kawasan keunikan batuan dan fosil,
b. kawasan keunikan bentang alam, dan
c. kawasan keunikan proses geologi.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah terdiri atas: kawasan
imbuhan air tanah dan sempadan mata air Demikian juga pada Pasal 55 PP No. 13 Tahun
2017 menjelaskan lebih rinci bahwa kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima)
atau lebih;
b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat
puluh persen);
c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) m.dpl;
atau
d. kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan
kelerengan diatas atau lebih dari 15% (lima belas persen).
Kawasan gambut ditetapkan dengan kriteria:
a. berupa kubah gambut; dan
b. ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa.
Taman wisata alam dan taman wisata alam laut ditetapkan dengan kriteria:
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala
alam, serta formasi geologi yang unik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik
alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; dan
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata
alam.
Kawasan taman pesisir atau taman pulau kecil, ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan wilayah pesisir atau pulau kecil yang mempunyai daya tarik SDA
hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk
kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan
dan peningkatan kesadaran konservasi SDA hayati, wisata bahari, serta rekreasi;
b. mempunyai luas wilayah pesisir atau pulau kecil yang cukup untuk menjamin
kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pesisir yang berkelanjutan; dan
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari
dan rekreasi.
d. Kawasan daerah perlindungan adat maritim, ditetapkan dengan kriteria:
e. wilayah pesisir dan/atau pulau kecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum
adat dan/atau kearifan lokal, hak tradisional, dan lembaga adat yang masih berlaku;
f. mempunyai aturan lokal/ kesepakatan adat masyarakat yang diberlakukan untuk
menjaga kelestarian lingkungan; dan
g. tidak bertentangan dengan hukum nasional.
B. Perkiraan mengenai dampak dan risiko Linkungan Hidup (hasil KRP No. 5 di overlay
dengan Peta Topografi, Tutupan Lahan, Kawasan Hutan, Kawasan Lindung, Kawasan
Rawan Bencana,Visi Misi Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi);
Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusunkan dengan Peta Rawan
Bencana. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi muatan RTRW
Kabupaten Bekasi, berada pada areal yang rawan bencana atau tidak? Dan apakah materi
muatan RTRW Kabupaten Bekasi dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat
dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?
C. Kinerja layanan atau jasa ekosistem (overlay dengan peta jasa Ekosistem pangan, dan air
P3E (minimal air dan pangan);
Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta DDDT Jasa
Ekosistem Pengatur Air dan Penyediaan Pangan. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan
diketahui apakah materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi, berada pada wilayah yang
memiliki ketersediaan air tinggi dan/atau memiliki ketersediaan pangan yang tinggi atau
tidak? Apakah materi RTRW Kabupaten Bekasi sudah berada pada wilayah yang
memiliki Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Pangan yang rendah? Dan apakah materi
muatan RTRW Kabupaten Bekasi dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat
dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?
D. Efisiensi pemanfaatan Sumber Daya Alam (jenis sumber daya alam dan sebaran jenis
sumber alam)—( overlay dengan peta ijin tambang, ijin kebun, ijin perindustrian, ijin
hutan dan ijin pemanfaatan sumber daya alam lainnya);
Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta SDA (Peta
potensi tambang, atau peta SDA lainnya). Berdasarkan hasil tumpangsusun akan
diketahui apakah materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi, berada pada wilayah yang
memiliki potensi SDA yang tinggi atau tidak. Apakah materi muatan RTRW Kabupaten
Bekasi berada pada areal yang kritis atau tidak. Apakah materi muatan RTRW Kabupaten
Bekasi berada pada areal yang memiliki Izin Tambang, Ijin Kebun, Ijin Perindustrian,
Ijin Hutan, dan Ijin pemanfaatan SDA lainnya. Dan apakah materi muatan RTRW
Kabupaten Bekasi dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja
rumusan alternatif yang dapat disepakati?
a. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim (overlay
dengan peta iklim atau atau data iklim);
Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusunkan dengan Peta
Penutupan Lahan terkini. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah
materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi berada pada areal yang bervegetasi atau
pada lahan terbuka? Jika berada pada areal yang masih memiliki tutupan lahan
bervegetasi, bagaimanakah dampaknya pada perubahan iklim? Apakah akan
semakin panas atau akan semakin sejuk iklim di Kabupaten Bekasi? Dan apakah
materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak
dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat disepakati?
b. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati (Hasil overlay dengan peta
keanekaragaman hayati (Peta Kawasan Hutan, Peta Tutupan Lahan dan/atau peta
lainnya yang memiliki vegetasi).
Pada tahap ini, hasil pada tahap 5, ditumpangsusun dengan Peta Kawasan
Hutan terkini. Berdasarkan hasil tumpangsusun akan diketahui apakah materi
muatan RTRW Kabupaten Bekasi berada pada kawasan hutan dengan fungsi yang
bagaimana? Apakah masih bervegetasi tinggi atau tidak?Jika berada pada areal
yang masih memiliki tutupan lahan bervegetasi, bagaimanakah dampaknya pada
potensi keanekaragaman hayati? Apakah keanekaragaman hayati-nya akan
terancam menuju kepunahan? Dan apakah materi muatan RTRW Kabupaten
Bekasi dapat dilanjutkan atau tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan
alternatif yang dapat disepakati?
3.2.3 Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Tahap perumusan alternatif penyempurnaan Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi,
dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok yang melibatkan tenaga ahli/narasumber sesuai
dengan isu PB prioritas serta mempertimbangkan kebutuhan PB, perbaikan lokasi, proses,
metode dan teknologi. Bahan diskusi adalah rekapitulasi hasil dari kajian muatan KLHS
sebagaimana pada tahap sebelumnya. Rekapitulasi alternatif hasil kajian muatan KLHS
dilakukan dengan menggunakan analisis sistem dengan mengintegrasikan analisis PB. Hasil
analisis sistem yang mengintegrasikan prinsip PB didiskusikan pada forum konsultasi publik.
Hasil dari rumusan alternatif yang telah mengintegrasikan prinsip PB menjadi rekomendasi
perbaikan untuk dokumen rancangan RTRW Kabupaten Bekasi
3.2.4 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang mengintergasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
Tahap rekomendasi perbaikan dokumen RTRW Kabupaten Bekasi yang
mengintegrasikan prinsip PB, dilakukan dengan melaksanakan perubahan pada dokumen
rancangan RTRW Kabupaten Bekasi. Hal ini dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Penyusun
KLHS. Rekomendasi penyempurnaan dokumen Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi, memuat
materi perbaikan serta informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui DDDT-LH
dan tidak diperbolehkan lagi.
3.2.5 Pengintegrasian
Hasil KLHS diintegrasikan kedalam materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi.
3.2.6 Penjaminan Kualitas
Penjaminan kualitas KLHS dilakukan melalui penilaian mandiri oleh penyusun dokumen
RTRW Kabupaten Bekasi untuk memastikan bahwa kualitas dan proses pembuatan dan
pelaksanaan KLHS dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.