Anda di halaman 1dari 32

Identifikasi Muatan RTRW

Kabupaten Yang Relevan Dengan


Isu Strategis Lingkungan Hidup

BANDA ACEH, 18-20 SEPTEMBER 2012

Mekanisme/Tahapan Penyelenggaraan KLHS


Taha
p
1

Proses

Tujuan

Pengkajian Pengaruh
RTRW

1.1 Perancangan Proses


Penyelenggaraan KLHS

Merancang agar melalui KLHS prinsip


pembangunan berkelanjutan menjadi dasar
&terintegrasi dalam RTRW
Memahami konteks KLHS dalam penyusunan
RTRW dan peluang integrasinya

1.2 Identifikasi dan Pelibatan


Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Lainnya

Masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya


dapat menyampaikan masukan tentang isu
strategis LH, sehingga akuntabilitas RTRW
dapat dipertanggungjawabkan

1.3 Identifikasi Isu Strategis LH

Menetapkan isu LH yang bersifat strategis yang


perlu menjadi dasar dan dipertimbangkan
dalam penyusunan RTRW

1.4 Identifikasi Muatan RTRW


yang Relevan

Menetapkan muatan RTRW yang relevan


dengan isu strategis LH yang ditetapkan

1.5 Telaah Pengaruh KRP


terhadap Kondisi Lingkungan
Hidup di Wilayah
Perencanaan

Memprakirakan dampak dan risiko lingkungan


hidup oleh rancangan RTRW

Perumusan Alternatif
Penyempurnaan RTRW

Merumuskan alternatif penyempurnaan RTRW


dan mitigasinya

Identifikasi dan Menetapkan


Muatan dan Substansi
RTRW Kabupaten yang Relevan
Tidak seluruh muatan dan substansi rancangan RTRW
Kabupaten/Kota Relevan dengan isu strategis LH
Identifikasi dan penetapan :
o Pengenalan lingkup RTRW menurut hirarki, skala
perencanaan, dan muatan rancangan RTRW
o Identifikasi muatan dan substansi rancangan RTRW
yang relevan dan bersifat signifikan terhadap isu
strategis LH
o Penetapan muatan dan substansi rancangan RTRW yang
perlu ditelaah pengaruhnya terhadap isu strategis
lingkungan hidup dalam konteks mempertahankan
kondisi lingkungan hidup tidak menjadi lebih buruk

Rasional Perencanaan Tata Ruang


Mengapa Perlu Rencana Tata Ruang?

Pengaturan kekuatan pasar terhadap pemanfaatan


lahan dan sumber daya alam
Pengaturan infrastruktur dan utilitas untuk
kepentingan publik
Acuan Pemerintah dalam pengambilan keputusan
tentang alokasi lahan (land subdivision) dan sumber
daya alam bagi pembangunan, investasi, dan fasilitas
publik
Kepastian hukum dan keadilan bagi seluruh
pemangku kepentingan

Berdimensi spasial

KLHS dalam Penataan Ruang


Penataan Ruang
Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui penataan ruang

Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang

Perencanaan
Pemanfaatan
Tata Ruang
Ruang
KLHS
Proses untuk menentukan
Upaya mewujudkan tertib tata
struktur ruang dan pola ruang
ruang : peraturan zonasi,
meliputi penyusunan dan
perizinan, pemberian insentif dan
penetapan RTR
disinsentif, dan pengenaan sanksi
Upaya mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya
UU No. 26/2007, PP No. 15/2010

KLHS dalam Hirarki Rencana Tata Ruang dan


Pengambilan Keputusan
RTRW

Strategic Decision

Rencana Rinci TR

Tactical Decision

KLHS

Zoning Regulation :
Zoning Map dan Zoning
Text

Technical Decision

Implementasi
Konversi Penggunaan Lahan

Hirarki Rencana Tata Ruang


Statutory
Rencana Umum Tata Ruang :
- RTRW Nasional : PP Nomor 26 Tahun 2008
- RTRW Provinsi : PERDA Provinsi
- RTRW Kabupaten/Kota : Perda Kabupaten/Kota

Rencana Rinci Tata Ruang : Perangkat operasional


Rencana Umum Tata Ruang
-

Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan


Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten


Jangka waktu rencana 20 tahun
Ditetapkan melalui Perda Kabupaten
Substansi :
o
o
o
o
o

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten : sistem perkotaan


dan sistem jaringan prasarana wilayah
Rencana pola ruang wilayah : kawasan lindung dan budidaya
Kawasan strategis Kabupaten
Arahan pemanfaatan ruang : indikasi program utama jangka
menengah 5 tahunan
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang : ketentuan umum
peraturan zonasi, ketentuan perijinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, dan arahan sanksi

Peninjauan kembali RTRW Kabupaten 1 kali dalam 5 tahun


Skala informasi 1 : 50.000

Proses Penataan Ruang


Proses teknis penyusunan rencana
Proses birokratik
Proses publik
Proses legislasi
Proses penjabaran lanjut menjadi rencana rinci
Proses pemrograman dalam rangka implementasi
Proses pengendalian implementasi rencana
Proses pemantauan implementasi dan pengendalian
rencana
Proses evaluasi rencana

Korelasi Kebijakan (K), Rencana (R), Program (P)


dalam RencanaTata Ruang

Program A

Rencana 1

Program B

Program C

Tujuan,
Kebijakan,
dan Strategi

Program X

Rencana 2

Program Y

Program Z

Di Indonesia, suatu
rencana statutory
mengandung muatan
kebijakan (K), rencana
(R), dan program (P)
yang terkait sebagai
suatu konstruksi
kerangka logis (logical
framework)
Sebagai sebuah dokumen
pengambilan keputusan
kebijakan, maka
diterjemahkan ke dalam
rencana dan program
Program tidak berdiri
sendiri, selalu mengacu
pada tujuan, kebijakan,
strategi, dan rencana
Dalam penyelenggaraan
KLHS, perlu pengenalan
substansi RTRW secara
sistemik dan menyeluruh

Tahap Analisis dan Sintesis dan Perumusan


Rancangan RTRW Kabupaten
ANALISIS DAN SINTESIS

PERUMUSAN KONSEPSI TATA RUANG

Analisis penentuan daya dukung dan


daya tampung lingkungan hidup
melalui Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
Analisis keterkaitan wilayah
Kabupaten/Kota dengan
Kabupaten/Kota berdekatan
Analisis keterkaitan antar bagian
wilayah

PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA


TATA RUANG

PENYUSUNAN RANCANGAN PERDA


TENTANG RTRW
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PP No. 15/2010 dan Permen PU No. 16/2009

Tujuan, kebijakan, dan strategi


pengembangan wilayah
Kabupaten/Kota
Konsep penataan ruang wilayah
Kabupaten/Kota

Tujuan, kebijakan, dan strategi


pengembangan wilayah
Kabupaten/Kota
Rencana struktur ruang
Rencana pola ruang
Rencana kawasan strategis
Arahan pemanfaatan ruang : program
indikatif lima tahunan dan pembiayaan
Arahan pengendalian pemanfaatan
ruang : zonasi, izin,
insentif/disinsentif, dan sanksi

Tahap Analisis dan Sintesis dan Perumusan


Rancangan RTRW Kabupaten
ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis penentuan daya dukung dan


daya tampung lingkungan hidup
melalui Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
Analisis keterkaitan wilayah
Kabupaten/Kota dengan
Kabupaten/Kota berdekatan
Analisis keterkaitan antar bagian
wilayah

PERUMUSAN KONSEPSI TATA RUANG

PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA TATA


RUANG

NASKAH AKADEMIK
Rancangan Perda RTRW
PENYUSUNAN RANCANGAN PERDA
TENTANG RTRW
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PP No. 15/2010 dan Permen PU No. 16/2009

Tujuan, kebijakan, dan strategi


pengembangan wilayah
Kabupaten/Kota
Konsep penataan ruang wilayah
Kabupaten/Kota

Tujuan, kebijakan, dan strategi


pengembangan wilayah Kabupaten/Kota
Rencana struktur ruang
Rencana pola ruang
Rencana kawasan strategis
Arahan pemanfaatan ruang : : program
indikatif lima tahunan dan pembiayaan
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
: : zonasi, izin, insentif/disinsentif, dan
sanksi

Pelingkupan Muatan dan Substansi


RTRW Kabupaten

Berdasarkan isu strategis lingkungan hidup yang terpilih


Berdasarkan tingkat siginifikansi pengaruhnya terhadap isu
strategis lingkungan hidup
Oleh karena RTRW berbasis keruangan (spasial), identifikasi
muatan dan substansi diawali dari rancangan rencana struktur
ruang, pola ruang, dan/atau rencana kawasan strategis
Mempertimbangkan tujuan, kebijakan, dan strategi perencanaan
tata ruang dalam rangka konfirmasi tentang rasional rancangan
rencana TR
Menelaah tujuan, kebijakan, dan strategi perencanaan tata ruang
untuk konfirmasi korelasi dalam konstruksi kerangka logis muatan
dan substansi rancangan rencana TR ke arah hulu
Menelaah arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang untuk konfirmasi korelasi dalam konstruksi
kerangka logis muatan dan substansi rancangan rencana TR ke
arah hilir

Muatan dan Penentuan Muatan dan Substansi

Muatan RTRW Kabupaten

Masukan Bagi
Rencana Rinci TR
Kabupaten

RTRW Kabupaten yang Ditelaah

Mitigasi

Masukan Bagi
Rencana A-Spasial

Materi teknis RTRW, peta,


naskah akademik dan
rancangan Perda

Lokasi

Instrumen pengendali dan


pendorong

RPJM Kab/Ko

Kebijakan, Strategi, Rencana,


Arahan Pemanfaatan Ruang,
Pengendalian Pemanfaatan
Ruang

Zonasi dan kriteria

Kegiatan
RKPD
pembangunan tahunan

Materi teknis, peta, dan


Raperda

Kelengkapan
prasarana dan sarana

Tindakan teknis dan


kerekayasaan\

Alternatif
Skenario
Lokasi
Alokasi ruang
Alokasi prasarana
dan sarana
Prioritas
Tahapan dan periode

Hal-hal lebih teknis


untuk masukan zoning
regulation

Instrumen lainnya yang Rencana sektor


tidak terstruktur
lainnya

Renstra atau Master


Plan SKPD

Contoh Pelingkupan
Muatan dan Substansi Rancangan RTR

Rancangan RTR Kawasan Selat


Sunda

Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda


(PP No. 26/2008 tentang RTRW Nasional)

Isu Strategis Lingkungan Hidup Kawasan Selat Sunda


No.
A

Isu Strategis LH

Lokasi

Faktor

Dampak

Tersebar di seluruh
Kabupaten di Provinsi
Lampung : hutan
konservasi, hutan
lindung, dan hutan
produksi
Lahan kritis termasuk di
TN Way Kambas dan TN
Bukit Barisan Selatan
Terutama terjadi alih
fungsi pada lokasi eks
HPH (lahan kritis 86%)

Perambahan hutan,
pemanfaatan untuk
kegiatan nonkehutanan, seperti
permukiman,
perkebunan,
pariwisata, dan
lainnya

Banten bagian Utara,


Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, dan
kabupaten Pandeglang

Perambahan hutan,
pemanfaatan untuk
kegiatan nonkehutanan, seperti
permukiman,
perkebunan,
pariwisata, dan
lainnya

ALIH FUNGSI KAWASAN HUTAN


Alih fungsi kawasan hutan di Provinsi Lampung
menjadi lahan pertanian, permukiman, dan
budidaya lain :

Kawasan hutan 29,9% luas Provinsi


Lampung

Daratan berhutan tinggal 7% (interpretasi


citra landsat 2008)

Dibandingkan periode 1985-1998 lahan


kritis meningkat 10 kali lipat

Hutan primer tersisa 2.500 Ha (0,1%)

Luas lahan kritis diperkirakan 3,3 juta Ha

Indikasi kerusakan kawasan hutan di


provinsi Banten sebesar 25% - 36% yang
beralih fungsi menjadi kawasan jasa,
perdaganagan, industri, pembangkitan
listrik, dan lainnya
Provinsi Banten memiliki hutan hujan tropis
seluas 250.000 Ha, tetapi sekitar 36%
mengalami kerusakan
Kawasan hutan yang tertutup vegetasi hutan
di Gunung Halimun dan Gunung Kendeng di
Kabupaten Lebak tinggal 75%-80%
Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Serang, 60%-65% kawasan hutan telah
mengalami kerusakan
Kerusakan CA Rawa Danau menyebabkan
penurunan debit air hingga 90%

Potensi kejadian banjir,


longsor, lahan kritis,
penurunan fungsi ekologis
kawasan konservasi,
penurunan ketersediaan
sumber daya air
Wilayah berpotensi banjir
meliputi daratan di pantai
Timur, Selatan, dan Barat
atau hampir seluruh
kabupaten dan kota
Potensi kejadian banjir,
longsor, lahan kritis,
penurunan fungsi ekologis
kawasan konservasi,
penurunan ketersediaan
sumber daya air
Potensi banjitr meliputi 94
kecamatan
Kerusakan kawasan
lindung : TN Ujung Kulon
(bakau, api-api, kayu
hitam), TN Gunung
Halimun, CA Rawa Danau
(ienis burung, reptil,
amfibi, mamalia), CA
Pulau Dua (mangrove)

Isu Strategis Lingkungan Hidup KSS


No.
B

Isu Strategis LH

Lokasi

Faktor

Dampak

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR


Keterbatasan sumber daya air untuk mendukung
kegiatan perkotaan, industri, pertanian, dan
pariwisata
Sumberdaya air di Provinsi Lampung meliputi
sungai besar yang umumnya mengalir ke
arah Timur :
Kerusakan DAS pada sungai-sungai tersebut
Penyempitan badan sungai oleh permukiman
ilegal

Kerusakan sebagian
besar DAS Way Seputih,
Way Sekampung, Way
Mesuji, Way Terusan, Way
Tulangbawang

Kerusakan DAS
Penurunan
kualitas sumber
daya air
Peningkatan
kebutuhan air
oleh berbagai
kegiatan
budidaya
Okupasi badan
perairan oleh
permukiman

Pasokan air untuk kegiatan


perkotaan, industri,
pertanian, dan pariwisata
terbatas

Keterbatasan sumber daya air untuk mendukung


kegiatan perkotaan, industri, dan pariwisata :
Kerusakan DAS
Hilangnya situ-situ di wilayah hulu
Tata air di Provinsi Banten tergantung pada
CAT
Kerusakan CA Rawa Danau menyebabkan
penurunan debit air hingga 90%
Potensi airtanah dalam bentuk mata air di
SWS Ciujung-Ciliman : 329 mata air memiliki
debit total sebesar 2.771 lt/dt, dan 8 mata air
dengan debit antara 102-477 lt/dt. Di SWS
Cisadea-Cikuningan debit mata air total
sebesar 582 lt/dt yang tersebar di Kecamatan
Bayah, Panggarangan, Malingping, Cibaliung
dan Cimanggu belum termanfaatkan dengan
baik

DAS kritis : DAS


Cibeureum, Cisimeut,
Ciujung, Cibaliung,
Cibanten, Cibogor,
Cidurian, Cimanceuri dan
Cisadane
Kerusakan badan perairan
di CA Rawa Danau
Hilangnya situ-situ
CAT Serang-Cilegon, CAT
Rawadanau, CAT
Malingping,

Kerusakan DAS
Penurunan
kualitas sumber
daya air
Peningkatan
kebutuhan air
oleh berbagai
kegiatan
budidaya
Okupasi badan
perairan oleh
permukiman

Pasokan air untuk kegiatan


perkotaan, industri, dan
pariwisata terbatas

Isu Strategis Lingkungan Hidup KSS


No.
C

Isu Strategis LH

Lokasi

Faktor

Dampak

KERUSAKAN EKOSISTEM PESISIR

Kerusakan hutan mangrove di Provinsi


Lampung mencapai sekitar 40%
Di pesisir Kabupaten Lampung Selatan tidak
terdapat begetasi mangrove yang terkategori
baik

Pesisir pantai Timur dan


Selatan Lampung meliputi
Kabupaten Lampung
Selatan, Kabupaten
Lampung Timur, dan Kota
Bandar Lampung
Kabupaten Lampung
Barat dikonversi menjadi
permukiman dan
perkebunan
Sedimentasi di muara
Sungai Mesuji, Sungai
Tulangbawang, dan Way
SeputihSungai Mesuji,
Sungai Tulangbawang

Pemanfaatan
untuk kawasan
pertambakan,
industri, dan
permukiman
Kerusakan hutan
mangrove oleh
sedimentasi di
muara sungai

Kerusakan hutan mangrove di pesisir Barat


dan Utara Provinsi Banten : Panimbang,
Merak, Kasemen, dan Pulau Dua
Intensitas konversi hutan mangrove analogi
dengan kondisi di Kabupaten Tangerang : dari
400 Ha pada tahun 1997 tersisa seluas
sekitar 5,58 Ha pada tahun 2002 dan saat ini
tidak dapat dijumpai lagi

Banten bagian Utara,


Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, dan
kabupaten Pandeglang

Perambahan
hutan mangrove
untuk kegiatan
budidaya
perikanan,
permukiman, dan
perkotaan
Kerusakan oleh
sedimentasi dan
penurunan
kualitas perairan
pesisir

Hilangnya fungsi penahan


abrasi dan erosi
Hilangnya habitat biota
akuatik

Hilangnya fungsi penahan


abrasi dan erosi
Hilangnya habitat biota
akuatik

Isu Strategis Lingkungan Hidup KSS


No.
D

Isu Strategis LH

Lokasi

Faktor

Dampak

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran pesisir dan perairan laut di


Provinsi Lampung oleh kegiatan perkotaan,
industri, pariwisata, kepelabuhanan,
transportasi laut, dan pertambakan
Kualitas air laut di Teluk Lampung telah
tercemar limbah industri, domestik, kegiatan
perkotaan, dan pengolahan ikan, terutama di
sekitar Kota Bandar Lampung.
Konsentrasi BOD, COD, dan sulfida telah
melampaui baku mutu
Konsentrasi logam Pb yang melampaui baku
mutu tercatat di sekitar lahan reklamasi, di
sekitar Pelabuhan Peti Kemas Panjang, di
sekitar Pulau Kubur, dan pantai Puri Gading.
Konsentrasi Hg yang melampaui baku mutu
tercatat di sekitar lahan reklamasi
Di pantai Timur terjadi pencemaran oleh
limbah organik pertambakan udang

Pencemaran pesisir dan perairan laut di provinsi


Banten oleh kegiatan perkotaan, industri,
pariwisata, kepelabuhanan, transportasi laut,
pembangkitan listrik, dan permukiman

Pesisir pantai Timur, dan


Selatan Lampung meliputi
Kabupaten Lampung
Selatan, Kabupaten
Lampung Timur, dan Kota
Bandar Lampung

Limbah kegiatan
pertambakan,
industri, dan
permukiman

Kerusakan habitat biota


akuatik dan ekosistem pesisir
dan laut

Pesisir Banten bagian Utara


dan Barat dan segitiga
Merak-Cilegon-Bojonegara

Limbah kegiatan
pertambakan,
industri, pariwisata,
kepelabuhanan,
transportasi laut,
pembangkitan
listrik, dan
permukiman

Hilangnya fungsi penahan


abrasi dan erosi
Hilangnya habitat biota
akuatik

Isu Strategis Lingkungan Hidup KSS


No.
E

Isu Strategis LH

Lokasi

Faktor

Dampak

ADAPTASI TERHADAP KEBENCANAAN


Potensi bahaya gempa, letusan gunungapi,
tsunami, dan longsoran

Tersebar di seluruh
Provinsi Lampung
Potensi tsunami tersebar
di kawaan pantai
Kabupaten Lampung
Barat

Alamiah
dipengaruhi
patahan Semangko,
sesar Mentawai,
dan sesar minor,
subduksi paparan
benua, dan aktivitas
vulkanik gunungapi
Krakatau

Bahaya bagi kehidupan


penduduk, keberadaan
infrastruktur, serta kegiatan
penduduk di Provinsi Lampung

Potensi bahaya gempa, letusan gunungapi,


tsunami, dan longsoran

Tersebar di seluruh
Provinsi Lampung
Potensi tsunami tersebar
di kawaan pantai
Kabupaten Lampung
Barat

Alamiah
dipengaruhi
patahan Semangko,
sesar Mentawai,
dan sesar minor,
subduksi paparan
benua, dan aktivitas
vulkanik gunungapi
Krakatau

Bahaya bagi kehidupan


penduduk, keberadaan
infrastruktur, serta kegiatan
penduduk di Provinsi Banten

Konsep Pengembangan Kawasan Selat Sunda


CLUSTER
PERTANIAN,
INDUSTRI DAN
PARIWISATA
Perdagangan
Perdagangan
Pergudangan
&Pelabuhan Intl,
Pendidikan Tinggi
Agropolit
Agropolit
an
an
Agropolita
Agropolita
n
n
Minapolita
Minapolita
n
n

Pelabuhan
Terminal
Terminal Multimoda
Multimoda
Industri
Industri dan
dan
Pergudangan
Pergudangan
Pertanian
Perkebunan
Wisata
Wisata Bahari
Bahari

Pertanian,
Perkebunan,
Industri,
Industri, Pariwisata
Pariwisata
Alam
Alam

CLUSTER
INDUSTRI DAN
PARIWISATA
KEP
KEP Industri
Industri
Pergudangan
Pelabuhan,
Terminal
Multimoda
Multimoda
Untuk
menampung
Kawasan Industri
dari Bekasi,
Karawang yang
telah padat
KEP Industri
Pergudangan
Pelabuhan
Pelabuhan
Optimalisasi
Pelabuhan
Bojonegara untuk
Terminal Transit
Kapal Asing yang
Melintas ALKI 1
Kaki
Kaki
Jembata
Jembata
n
n
Pariwisat
Pariwisat
a
a

KEP
KEP Pariwisata
Pariwisata
Bahari
Infrastruktur
Bandara
Bandara
Pengembangan
wisata terpadu
bahari dan Taman
Nasional, wisata
budaya

CLUSTER
INDUSTRI DAN
PARIWISATA
Alokasi ruang kawasan industri saat ini di
Karawang dan Purwakarta 5000 8000 Ha.
Infrastruktur kurang memadai. Harga
lahan relatif mahal 700 rb 1 juta,
sementara harga lahan di Banten 300
500 rb

Konsep Rencana Struktur Ruang


Rencana Struktur Ruang Kawasan Selat Sunda : Rencana Sistem Pusat Kegiatan Ekonomi
Potensial (KEP) dan Rencana Sistem Jaringan Prasarana dan Sarana

Pusat KEP
(Internasional/
Nasional)
Pusat KEP
(Nasional)
Kaki Jembatan
SS

Konsep Rencana Pola Ruang


Rencana Pola Ruang Kawasan Selat Sunda : Rencana Pola Ruang Peruntukan Kawasan Lindung
Nasional dan Peruntukan Kawasan Budidaya (Kawasan Ekonomi Potensial)

Kebutuhan Lahan dan Investasi Pengembangan Kawasan Selat Sunda


No.

Pengembangan Kawasan Ekonomi


Potensial

1.

Kawasan Wisata Tanjung Lesung

2.

Kebutuhan
Lahan
(Ha)

Kebutuhan
Investasi
(Milyar)

1.500

387

Pengembangan Bandara Panimbang

358

2.150

3.

Kawasan industri, terminal peti kemas , dan


pelabuhan Bojonegara

110

7.400

4.

Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC)

625

540

5.

Kawasan Industri Lampung (KAIL) Tanjung Bintang


- Lampung Selatan

40

13.980

6.

Pengembangan Pelabuhan Panjang

105

282

7.

Pembangunan Kota Baru di kawasan Jati Agung,


Lampung Selatan

1.500

1.800

8.

Kawasan Terminal agribisnis - Penengahan,


Lampung Selatan

300

50

9.

Pengembangan KKJSS - Anyer

228

2.280

Pengembangan KKJSS - Bakauheni

161

1.610

19.777

83.939

10.

TOTAL

Rancangan RTR Kawasan Selat Sunda yang Ditelaah

Anda mungkin juga menyukai