ONALSTANDAR(
POS)
KEGI
ATANI
NFRASTRUKTURBPM PPMK
T
AHUN2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah sehingga penyusunan buku Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan
Infrastruktur Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) Peningkatan Penghidupan Masyarakat
Berbasis Komunitas (PPMK) dapat diselesaikan. Buku POS ini merupakan acuan bagi pelaku,
organisasi dan lembaga di setiap level dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur BPM
PPMK.
Sebagai bagian dari kolaborasi dan perwujudan tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) mengalokasikan dana bantuan pemerintah dalam upaya
Pengembangan kegiatan penghidupan masyarakat berkelanjutan untuk mendukung upaya
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh melalui kegiatan Penyelenggaraan
Infrastruktur BPM PPMK. Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas
penghidupan dan perikehidupan masyarakat dan secara khusus dapat membangkitkan
perekonomian masyarakat.
Agar pelaksanaan kegiatan Penyelenggaraan BPM PPMK ini dapat berjalan secara efektif dan
efisien maka perlu diatur mekanisme pelaksanaan kegiatan yang dituangkan dalam Prosedur
Operasional Standar (POS).
Melalui buku POS ini, diharapkan pelaksanaan Penyelenggaraan Infrastruktur BPM PPMK ini dapat
dilaksanakan oleh seluruh pelaku program secara efektif dan optimal.
Tabel 1.1 Pelaksanaan PPMK melalui Program PNPM (2012, 2014, 2017)………………………………….. 2
Tabel 1.2 5 (lima) Aset Penghidupan Manusia/Masyarakat………………………………………………………… 4
Tabel 1.3 Jenis Kegiatan Infrastruktur BPM PPMK ……………………………………………………………………… 8
Tabel 2.1 Tahapan Seleksi …………………………..……………………..……………………………………………………… 12
Tabel 2.2 Matrik langkah Kegiatan Persiapan ……………………..……………………………………………………… 15
Tabel 2.3 Matrik Langkah Kegiatan Perencanaan ……………………..………………………………………….……. 17
Tabel 2.4 Matrik Langkah Kegiatan Pelaksanaan ……………………………………………………….………………. 21
Tabel 2.4 Matrik Langkah Kegiatan Keberlanjutan.…………..………………………………………………………… 22
Tabel 3.1 Peran Pelaku ………………………………………………………………………………………………………………. 27
Tabel 5.1 Indikator Hasil ……………………………………………………………………………………………………………. 35
Tabel Lampiran 2.1 Matrik Langkah Kegiatan Penajaman Visi dan RPK ……………………………………… 40
Tabel Lampiran 2.2 Contoh Analisa Visi RPLP Kelurahan Lamdingin VS Visi Kota Banda Aceh…….. 41
Tabel Lampiran 2.3 Pemetaan Awal Kondisi Pentagonal Aset ……………………………………………………. 42
Tabel Lampiran 2.4 Daftar Periksa Aspek Penghidupan Masyarakat RPLP…………………………………… 45
Tabel Lampiran 2.5 Contoh Tabel Mata Pencaharian Masyarakat, MBR dan Usaha di Kelurahan
Lamdingin Kota Banda Aceh …………………………………………………………………………………………….. 48
Tabel Lampiran 2.6 Contoh Pengelompokan Usaha Dominan …………………………..……………………….. 48
Tabel Lampiran 2.7 Contoh Jenis Usaha Dominan …………………………..…………………………………………. 48
Tabel Lampiran 2.8 Contoh Deskripsi Rantai Produksi Usaha Lele …………………………………………….. 51
Tabel Lampiran 2.9 Contoh Analisa Pentagonal Aset Usaha Lele ………………………………………………. 52
Tabel Lampiran 2.10 Contoh Deskripsi Rantai Produksi Usaha Makanan Olahan ………………………. 53
Tabel Lampiran 2.11 Contoh Analisa Pentagonal Asset Usaha Makanan Olahan ……………………….. 54
Tabel Lampiran 2.12 Pengamatan dan Verifikasi Lapangan ……………………………………………………..… 55
Tabel Lampiran 2.13 Kajian Hasil Pemetaan Swadaya ………………………………………………………………… 57
Tabel Lampiran 2.14 Matrik Analisa Kebutuhan Program/Kegiatan …………………………………………… 58
Tabel Lampiran 2.15 Penajaman RPLP 1 …………………………………………………………………………………….. 59
Tabel Lampiran 2.16 Contoh konsep Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh …………………………………………………………………………………………………………………………….., 61
Tabel Lampiran 2.17 Penajaman RPLP 2 …………………………………………………………………………………….. 62
Tabel Lampiran 2.18 Contoh Kebutuhan Penanganan Permukiman ……………………….…………………. 65
Tabel Lampiran 2.19 Penajaman RPLP 3 …………………………………………………………………………………….. 67
Tabel Lampiran 2.20 Contoh Skenario Pentahapan Penanganan Kawasan Permukiman
Kumuh ……………………………………………………………………………………………………………………………… 69
Tabel Lampiran 2.21 Penajaman RPLP 4 …………………………………………………………………………………….. 71
Tabel Lampiran 2.22 Penajaman RPLP 5 …………………………………………………………………………………….. 73
Tabel Lampiran 2.23 Penajaman RPLP 6 …………………………………………………………………………………….. 62
Tabel Lampiran 2.24 Contoh Investasi Kegiatan RPLP ………………………………………………………………… 78
Tabel Lampiran 4.1 Rekapitulasi Kondisi Produksi Lele di Dusun Gano ..…………………………………….. 102
Tabel Lampiran 4.2. Contoh Analisis Situasi ……………………………………………………………………………….. 104
Tabel Lampiran 4.3. Contoh Kapasitas Produksi …………………………………………………………………………. 106
Tabel Lampiran 4.4. Contoh Pentagonal Aset (Masalah dan Indikasi Kebutuhan)……………………….. 107
Tabel Lampiran 4.5. Contoh Rencana Kegiatan ………………………………………………………………………….. 108
Tabel Lampiran 4.6. Contoh Keuangan (Proyeksi Arus Kas dan Analisis Nilai Tambah) ………………. 109
Tabel Lampiran 4.7. Contoh Analisis Ekonomi Dampak Pembangunan Infrastruktur Pengairan … 110
Tabel Lampiran 4.8. Proyeksi Cash Flow Budidaya Ikan Lele ……………………………………………………… 112
iii | POS Penyel enggaraan BPM PPMK | Progra m KOTAKU
Tabel Lampiran 4.9. Contoh Analisis Dampak Ekonomi Pompa Air dan Instalasi Air ………………….. 113
Tabel Lampiran 5.1 Strategi Penghidupan Masyarakat Usaha …………….…………………………………….. 119
Tabel Lampiran 5.2 Contoh Format Kondisi Kegiatan Usaha Penghidupan Masyarakat……………… 120
Kegiatan PPMK adalah penguatan kepada KSM, seperti halnya tercantum di dalam Pedoman Teknis
PPMK tahun 2014 pada halaman 4, disebutkan bahwa:
PPMK merupakan salah satu komponen PNPM Perkotaan, yang difokuskan pada
penguatan KSM dalam rangka peningkatan penghidupan masyarakat;
Prinsip dasar pengembangan penghidupan masyarakat adalah penguatan akses
masyarakat miskin (KSM) kepada 5 asset sumber penghidupan manusia, yakni
modal SDM (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam
(natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan
(financial capital).
Dalam pengelolaan sumber penghidupan tersebut, PPMK terkait dengan
meningkatkan kemampuan KSM dalam mengakses berbagai sumber modal
penghidupan.
Fokus pendampingan penguatan KSM, selain terkait dengan kelancaran modal
keuangan, terutama juga berorientasi pada efektivitas kegiatan produktif yang
dikembangkan KSM, sehingga dapat berkontribusi positif bagi peningkatan
penghidupan anggotanya.
Pada tahun 2017, fokus kegiatan program KOTAKU adalah pada upaya peningkatan kualitas dan
pencegahan permukiman kumuh. Kegiatan sustainable livelihood dilakukan dalam rangka mendukung
upaya peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh tersebut (Sustainable Livelihood to
Support Slum Alleviation and Prevention: PAD NSUP-IDB, paragraph 47).
Hal ini ditegaskan juga di dalam SE Ditjen Ciptakarya No. 40 Tahun 2016 Tentang Pedoman Umum
Program Kota Tanpa Kumuh bahwa tujuan KOTAKU adalah meningkatkan akses terhadap infrastruktur
dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman
perkotaan yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan.
Merujuk pada Undang–Undang No 1 Tahun 2011 Pasal 56: Penyelenggaraan kawasan permukiman
dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan kata lain permukiman pada dasarnya adalah
ruang bagi masyarakat untuk melaksanakan aktivitas kehidupan dan penghidupannya (livelihood).
Peningkatan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood), tidak hanya mencakup aktivitas
ekonomi, tetapi juga mencakup hunian, sarana dan prasarana, serta sosial kemasyarakatan. KOTAKU
fokus kepada peningkatan akses terhadap infrastruktur permukiman dasar dan infrastruktur
permukiman untuk menunjang aktivitas penghidupan masyarakat.
Agar pelaksanaan kegiatan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) melalui pembangunan
infrastruktur yang mendukung penghidupan masyarakat terlaksana dengan baik, maka perlu disusun
POS Penyelenggaraan Infrastruktur Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) Peningkatan
Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK).
POS ini disusun sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan infrastruktur Bantuan Pemerintah untuk
Masyarakat (BPM) Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK).
Tujuan disusun POS ini sebagai panduan bagi seluruh pelaku dalam penyelenggaraan infrastruktur
BPM PPMK.
1.3 Sasaran
1.4.1 Pengertian
1. Penghidupan (Livelihood)1 : adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan
(capabilities), kepemilikan sumber daya (sumber daya sosial dan material), dan kegiatan yang
dibutuhkan seseorang/masyarakat untuk menjalani kehidupannya.
2. Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihood)2 . Penghidupan yang berkelanjutan akan
terjadi bila:
a. Memampukan orang/masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari tekanan dan guncangan;
b. Memampukan orang/masyarakat untuk mengelola dan menguatkan kemampuan
(capabilities) dan kepemilikan sumber daya (assets) untuk kesejahteraannya/masyarakat saat
ini (sekarang) maupun masyarakat/kehidupan dimasa mendatang;
c. Serta tidak menurunkan kualitas sumber daya alam yang ada.
3. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihood Framework3) yaitu:
a. Kerangka berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan
dalam tujuan untuk mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan.
b. Sebagai sebuah pendekatan, PSL (Pendekatan Sustainable Livelihood) didukung oleh
seperangkat prinsip-prinsip dan alat-alat yang menggambarkan cara mengorganisir,
memahami, dan bekerja menangani isu-isu kemiskinan yang kompleks dan beragam,
dimodifikasi dan diadaptasi menyesuaikan diri terhadap prioritas dan situasi lokal
4. Pentagonal Asset: 5 aset penghidupan manusia atau masyarakat untuk menjalani aktivitas
penghidupan dan perikehidupannya, sebagaimana dijelaskan pada tabel 1.2
5. Infrastruktur Permukiman: Standar Nasional Indonesia4 menyebutnya sarana dan prasarana
lingkungan dan utilitas, yaitu:
a. Prasarana Lingkungan: kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
b. Sarana lingkungan: fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya;
c. Utilitas: pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada umumnya
diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman;
d. Utilitas umum: fasilitas umum seperti PUSKESMAS, taman kanak-kanak, tempat bermain, pos
polisi, yang umumnya diperlukan sebagai sarana penunjang pelayanan lingkungan.
1 Aset Sumberdaya Modal alam adalah istilah yang digunakan untuk Modal alam yang dapat
Alam (Natural cadangan sumber daya alam dari mana sumber dipergunakan untuk aktivitas
Capital) daya mengalir dan layanan (mis al siklus hara, penghidupan; antara lain:
perlindungan erosi) yang berguna untuk mata 1. Mata air, sumber air bersih;
pencaharian berasal. Ada variasi luas dalam 2. Laut, sungai, danau;
sumber daya yang membentuk modal alam, dari 3. Tambang;
barang publik yang tidak berwujud seperti 4. Hutan;
atmosfer dan keanekaragaman hayati hingga 5. Lahan pertanian,
aset yang dapat dibagi yang digunakan langsung perkebunan, perikanan,
untuk produksi (pohon, tanah, dll.). peternakan;
6. Tanah desa (bengkok).
2 Sumber Daya Modal manusia mewakili keterampilan, Modal manusia yang dapat
Manusia (Human pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan ditunjukan dengan:
Capital Aset) kesehatan yang baik yang secara bersama -sama 1. Tingkat pendidikan;
memungkinkan orang untuk mengejar strategi 2. Usia;
penghidupan yang berbeda untuk mencapai 3. Jumlah dan kualitas orang
tujuan penghidupan masing-masing. yang melakukan kegiatan
usaha tertentu.
3 Aset Fisik/ Modal fisik terdiri dari infrastruktur dasar dan Modal fisik yang dapat
Infrastruktur barang-barang produsen yang dibutuhkan untuk dipergunakan untuk
Lingkungan mendukung penghidupan. penghidupan:
(Physical Capital) 1. Infrastruktur terdiri dari perubahan 1. Sarana prasarana dasar
lingkungan fisik yang membantu orang permukiman;
memenuhi kebutuhan dasar mereka dan 2. Sarana dan prasarana
menjadi lebih produktif. pendukung usaha terkait
2. Barang produsen adalah alat dan peralatan produksi maupun
yang digunakan orang untuk berfungsi lebih pemasaran.
produktif. Komponen infrastruktur berikut
biasanya penting untuk penghidupan
berkelanjutan:
a. Transportasi yang terjangkau;
b. Tempat berlindung dan bangunan yang
aman;
c. Pasokan air dan sanitasi yang memadai;
d. Energi bersih, terjangkau; dan
e. Akses ke informasi (komunikasi).
4 Aset Sosial (Social Dalam konteks kerangka penghidupan 1. Hubungan sosial dan
Capital) berkelanjutan, berarti sumber daya sosial yang organisasi sosial: Jaringan
digunakan orang untuk mengejar tujuan (kekerabatan,
penghidupan mereka. Ini dikembangkan melalui: pertemanan/minat, ikatan
1. Jaringan dan keterhubungan, baik vertikal pemilik sumberdaya)
(patron/client) atau horizontal (antara 2. Aturan main: ketersediaan
individu dengan kepentingan bersama) yang dan penerapan
meningkatkan kepercayaan dan kemampuan 3. Partisipasi masyarakat,
orang untuk bekerja bersama dan gotong royong
memperluas akses mereka ke lembaga yang
lebih luas, seperti badan politik atau sipil;
2. Keanggotaan kelompok-kelompok yang lebih
formal yang seringkali menuntut kepatuhan
terhadap aturan, norma, dan sanksi yang
disepakati bersama; dan
3. Hubungan kepercayaan, hubungan timbal
balik dan pertukaran yang memfasilitasi kerja
sama, mengurangi biaya transaksi dan dapat
memberikan dasar untuk jaring pengaman
informal diantara kaum miskin.
5 Aset Finansial Modal keuangan menunjukkan sumber daya 1. Pinjaman dari lembaga
(Financial Capital) keuangan yang digunakan orang untuk mencapai keuangan yang ada;
tujuan mata pencaharian mereka. Definisi yang 2. Tabungan, saham;
digunakan adalah tidak kuat secara ekonomi 3. Dana masyarakat yang
karena mencakup aliran serta stok dan dapat dimobilisasi;
berkontribusi pada konsumsi serta produksi. 4. Dana bantuan;
Namun, telah diadopsi untuk mencoba 5. Sumberdaya keuangan lain.
menangkap aspek penghidupan penting, yaitu
ketersediaan uang tunai atau yang setara, yang
memungkinkan orang untuk mengadopsi strategi
penghidupan yang berbeda.
Sumber: Sustainable Livelihood Guidance Sheets, DFID, 2001
Agar kegiatan penyelenggaraan infrastruktur permukiman BPM PPMK terlaksana dengan baik, maka
perlu diatur sebagai berikut:
1. Mengingat kegiatan pembangunan dengan pendekatan penghidupan masyarakat berkelanjutan
sangatlah luas, maka kegiatan di dalam KOTAKU dibatasi pada ”infrastruktur permukiman yang
mendukung (perbaikan dan keberlanjutan) kegiatan ekonomi masyarakat dengan kerangka
penghidupan berkelanjutan”
2. Untuk bisa menyelenggarakan kegiatan infrastruktur permukiman BPM PPMK secara efektif, maka
perlu ditemukan terlebih dahulu maksimum 2 (dua) kegiatan ekonomi masyarakat yang paling
dominan atau unggulan di desa/kelurahan yang disepakati oleh masyarakat.
3. Perencanaan kegiatannya harus tetap mengacu kepada dokumen RPLP/ perencaaan pembangunan
tingkat desa/kelurahan yang sudah ada serta mengacu kepada dokumen rencana pembangunan di
atasnya (kecamatan, kota/kabupaten, provinsi dan nasional).
4. Bila dalam RPLP kajian tentang aspek penghidupan masyarakat belum cukup memadai maka
dipertajam dengan memanfaatkan data yang ada atau dengan pendalaman melalui FGD dan
transek di tingkat masyarakat, dengan mengacu kepada POS ini dan POS Penyusunan RPLP yang
sudah ada.
5. Pengelola kegiatan adalah BKM yang sudah ada di masyarakat dibantu oleh Tim Inti Perencanaan
Partisipatif (TIPP) dalam proses perencanaan dan KSM dalam pelaksanaan kegiatannya.
6. Pelaksana kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman BPM PPMK adalah KSM infrastruktur
yang terdiri dari setidaknya unsur pelaku usaha/KSM ekonomi/penerima manfaat, tukang, tokoh
masyarakat/pengurus RT/RW.
7. Ketentuan umum, tatacara pelaksanaan dan pertanggungjawaban kegiatan infrastruktur BPM
PPMK mengacu kepada POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan, POS Pengadaan
Barang dan Jasa, POS Operasional dan Pemeliharaan (OP) Program KOTAKU dan peraturan lain
yang berlaku.
A. Kriteria Umum;
a. Desa/kelurahan yang masuk SK kumuh kabupaten/kota sebagai lokasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh;
b. Lokasi yang pernah mendapatkan PPMK, kecuali di Provinsi Aceh dan Provinsi Kalimantan
Utara;
c. Desa/kelurahan yang berada di lokasi skala kawasan;
d. Selain kriteria sebagaimana poin a,b dan c, pemilihan lokasi juga memprioritaskan
desa/kelurahan di kabupaten/kota yang belum pernah mendapatkan kegiatan
infrastruktur skala lingkungan maupun skala kawasan.
B. Kriteria Longlist;
a. Desa/kelurahan yang memiliki kinerja kelembagaan BKM minimal Mandiri dari hasil
penilaian kinerja terakhir;
b. Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
tahun sebelumnya;
c. Tidak ada penyimpangan dana yang belum diselesaikan;
d. Kinerja Sekretariat BKM Sangat Baik berturut-turut tiga bulan sebelumnya.
C. Kriteria Shorlist;
a. Memiliki usulan kegiatan infrastruktur permukiman BPM PPMK yang tercantum dalam
RPLP;
b. Memenuhi aspek safeguard sosial dan lingkungan;
c. Banyaknya jumlah KK penerima manfaat.
9. Kriteria prioritas kegiatan infrastruktur permukiman BPM PPMK adalah sebagai berikut:
a. Memberikan dampak langsung terhadap peningkatan/pengembangan produk usaha ekonomi
potensial (KSM ekonomi yang memiliki potensi untuk dikembangkan di lokasi dalam wilayah
kelurahan/desa sasaran);
b. Mendukung penghidupan masyarakat khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR);
c. Kegiatan yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan yang ada di kawasan tersebut;
d. Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan secara swakelola masyarakat setempat;
e. Usulan infrastruktur berada dalam kewenangan dan pengelolaan oleh masyarakat atau
pemerintah kabupaten/kota setempat.
10. Usulan kegiatan infrastruktur permukiman BPM PPMK harus menyertakan rencana pengelolaan,
antara lain mengatur:
a. Kepemilikan;
b. Penerima manfaat;
c. Pengelola/lembaga pengelola;
d. Mekanisme pemeliharaan bangunan;
e. Mekanisme pengelolaan keuangan.
11. Jumlah paket kegiatan infrastruktur BPM PPMK per kelurahan/desa mengacu pada POS
Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan.
1. Kegiatan yang dilarang dalam program KOTAKU, karena dalam kegiatan tersebut tidak memenuhi
standar safeguard sebagaimana tertuang di dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
dan Dampak Sosial;
2. Kegiatan infrastruktur di luar lingkup bidang Cipta Karya, kecuali infrastruktur pendukung usaha
yang berdampak langsung terhadap penghidupan masyarakat;
3. Kegiatan infrastruktur berupa bangunan hunian/gedung yang menjadi aset pribadi.
Tahapan penyelenggaraan infrastruktur kegiatan ekonomi berbasis komunitas ini secara umum dibagi
menjadi empat tahapan kegiatan yaitu:
a. Tahapan seleksi;
b. Tahapan persiapan;
c. Tahapan perencanaan;
d. Tahapan pelaksanaan;
e. Tahapan keberlanjutan.
10
Review RPLP
11
TIPP & UPL Pra-Design &
Bussiness Plan
12
Perencanaan
Teknis
16
Pelaksanaan
Kegiatan
KSM 17 19
Kriteria Longlist:
a. Desa/kelurahan yang memiliki kinerja
kelembagaan BKM minimal Mandiri dari hasil
penilaian kinerja terakhir;
b. Desa/kelurahan yang berada di lokasi skala
kawasan
c. Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan status
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tahun
sebelumnya;
No. Kegiatan Tujuan Langkah-langkah Pelaku Media Bantu/Instrumen Output
d. Tidak ada penyimpangan dana yang belum
diselesaikan;
e. Kinerja Sekretariat BKM Sangat Baik berturut-
turut tiga bulan sebelumnya;
Kriteria Shortlist:
a. Memiliki usulan kegiatan infrastruktur
permukiman BPM PPMK yang tercantum dalam
RPLP;
b. Memenuhi aspek safeguard sosial dan
lingkungan;
c. Banyaknya jumlah KK penerima manfaat
6 Penetapan Mendapatkan a. Berdasarkan dari data shortlist dari seleksi Pelaksana: Format penetapan lokasi Daftar Lokasi dan
Lokasi dan Lokasi dan alokasi tahap 2 memberikan rekomendasi kepada KMP Alokasi definitif
ALokasi yang definitif sesuai PMU untuk menentukan desa/kelurahan
dengan data,
terpilih
informasi dan
konsultasi dengan b. PMU menetapkan lokasi dan alokasi terpilih
Pemda
Media
No. Kegiatan Tujuan Langkah-langkah Pelaku Output
Bantu/Instrumen
7 Penyiapan a. Agar diperoleh a. Diskusi / konsultasi Pelaksana: POS a. Print A0 peta dasar desa/kel skala 1:10.000
Data data-data penting dengan Pemkot BKM Penyelenggaraan atau 1:5000;
yang dibutuhkan b. Mempersiapkan Infrastruktur BPM b. Peta tematik: Peta sebaran MBR, KSM
untuk proses dokumen tingkat kota/ Fasilitator: PPMK. ekonomi;
selanjutnya; kabupaten diantaranya: Tim Fasilitator c. Dokumen tingkat desa/ kelurahan: RPJM
b. Dapat mengetahui RTRW, RDTR, RPJMD Desa, RKP, Renstra Kecamatan/ Kelurahan,
kondisi eksisting Kecamatan dalam angka Renja Kecamatan/Kelurahan, RPLP/NUAP,
kelurahan/desa; dan dokumen spasial rencana sektoral terkait tingkat kelurahan/
c. Dapat memahami yang lainnya; desa, profile permukiman dan data
dokumen yang c. Mempersiapkan peta baseline tingkat kelurahan;
harus ada jika dasar desa/ kelurahan d. Dokumen tingkat kota/ kabupaten: RTRW,
akan menyusun pada skala 1:10.000 dan RDTR, RPJMD, kecamatan dalam angka,
Media
No. Kegiatan Tujuan Langkah-langkah Pelaku Output
Bantu/Instrumen
10 Penajaman RPLP 1. Mempertajam aspek a. Tahapan lebih lengkap proses Pelaksana: a. POS a. Tabel mata pencaharian
penghidupan penajaman RPLP ada di lampiran TIPP Penyelenggaraan masyarakat;
masyarakat di RPLP 2; Infrastruktur BPM b. Peta dan tabel sebaran
desa/kelurahan; b. Penajaman visi dan RPK; Peserta: PPMK lokasi MBR;
2. Memperoleh c. Pemeriksaan aspek livelihood KSM dan masyarakat b. Lampiran 2 c. Peta dan tabel deskripsi
kegiatan dalam RPLP; c. Juklak Pengelolaan usaha ekonomi
11 Pre-design 1. Menyepakati ide a. Penyepakatan kembali lokasi Pelaksana: a. POS Dokumen Pre-desain yang
(Rancangan dan gagasan kegiatan infrastruktur livelihood; TIPP, UPL Penyelenggaraan mencakup (Lihat contoh
awal) tentang desain b. melakukan analisa terhadap Infrastruktur BPM lampiran 3):
infrastruktur yang tapak lokasi, land use, sirkulasi, Peserta: PPMK; a. Lokasi prioritas
akan dibangun; arah angin matahari dan lain-lain; Warga masyarakat b. POS Penyelenggraan pelaksanaan kegiatan
2. Merumuskan desain c. Mengumpulkan ide/gagasan Infrastruktur Skala b. Konsep perencanaan
Segala tatacara dan aturan main penyelenggaraan kegiatan infrastruktur pembangunan permukiman BPM PPMK sudah diatur sedemikian rupa di dalam POS
ini. Hal-hal yang tidak di atur di dalam POS ini, diatur di POS lain dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari POS ini, POS tersebut adalah sebagai
berikut:
Media
No. Kegiatan Tujuan Langkah-langkah Pelaku Output
Bantu/Instrumen
14 Pemberkasan dan 1. Mendapatkan a. Menyusun dokumen kontrak Pelaksana: SE Bantah a. Dokumen kontrak
pencairan dokumen kontrak antara BKM dengan PPK; BKM, UPL dan antara BKM dengan
antara BKM dan PPK; b. Menyusun berkas pencairan KSM PPK;
2. Menyiapkan dokumen sesuai tahap nya. b. Dokumen
pemberkasan Fasilitator: pemberkasan.
pencairan Tim Fasilitator
15 Penyaluran ke KSM. Mendapatkan legalitas a. Verifikasi proposal rencana Pelaksana: Pos a. Kontrak SPPDL antara
16 Pelaksanaan 1. Melaksanakan a. Menyiapkan bahan untuk Pelaksana: POS Penyelenggaran a. Terlaksana kegiatan
pembangunan kegiatan MP2K dan pelaksanaan MP2K; UPL, KSM Infrastruktur Skala MP2K;
permukiman BPM OJT; b. Melaksanakan kegiatan MP2K ; Lingkungan; b. Terlaksana kegiatan
PPMK 2. Membangun c. Menyiapkan bahan dan lokasi Juklak Pengelolaan OJT;
infrastruktur untuk untuk kegiatan OJT; Fasilitator: Dampak Sosial Dan c. Terbangunnya
mendukung ekonomi d. Melaksanakan kegiatan OJT; Tim Fasilitator Lingkungan. infrastruktur sesuai
dan sosial e. Melaksanakan kegiatan kebutuhan dan
masyarakat. infrastruktur sesuai tahapan memenuhi standard
dan item kegiatan yang teknis;
terdapat dalam kontrak SPPDL; d. Terlaksananya
pengelolaan dampak
Media
No. Kegiatan Tujuan Langkah-langkah Pelaku Output
Bantu/Instrumen
f. Melaksanakan pengelolaan lingkunan dan sosial
dan pemantauan dampak sesuai ketentua n
lingkungan dan sosial. peraturan perundang-
undangan yang
berlaku.
17 Penyusunan laporan 3. Menyusun laporan a. KSM menyusun laporan Pelaksana: POS Penyelenggaran e. Laporan
pertanggungjawaban. pertanggungjawaban kegiatan; KSM Infrastruktur Skala pertanggungjawaban
untuk terbangun g. KSM menyusun laporan Lingkungan kegiatan dan keuangan
transparansi dan keuangan.
akuntabilitas. Fasilitator:
Tim fasilitator
Mekanisme proses pencairan dan pemanfaatan dana BPM PPMK ini secara lebih rinci dijelaskan di
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Nomor 13/SE/DC/2019 tentang
Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah di Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman.
Agar proses penyelenggaraan kegiatan pembangunan infrastruktur BPM PPMK berlangsung dengan
baik, maka perlu pembagian peran pelaku yang terlibat. Berikut adalah penjelasan peran pelaku dalam
kegiatan tersebut.
Mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor: 13/SE/DC/2019 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta
Karya Nomor: 08/SE/DC/2018 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah di Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman bahwa pelaksanakan pengelolaan dana bantuan pemerintah
harus dilakukan secara transparan dan dan akuntabel.
Transparansi adalah pemberian akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mengetahui
konsep, kebijakan, perkembangan kegiatan dan keuangan serta informasi lainnya atas kegiatan
pembangunan infrastruktur skala lingkungan yang berdampak pada pengembangan sosial ekonomi
masyarakat, telah digunakan sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan yang berlaku di
Indonesia. Pihak-pihak yang dianggap berkepentingan dalam hal ini adalah:
Setiap penggunaan dana bantuan pemerintah perlu disusun laporan pertanggungjawaban. Laporan
pertangungjawaban tersebut terkait kegiatan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur
infrastruktur BPM PPMK. Adapun bentuk laporan pertanggungjawaban adalah laporan kegiatan
terkait pelaksanaan kegiatan pembangunan dan laporan pemanfaatan dana pembangunan
infrastruktur permukiman BPM PPMK.
Laporan keuangan kegiatan penyelenggaraan infrastruktur BPM PPMK yang dimaksud antara lain:
a. Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) antara BKM dan
KSM;
b. Pembukuan dan laporan keuangan KSM terkait pelaksanaan pembangunan infrastruktur
(buku kas, buku bank, buku dana kegiatan infrastruktur dan swadaya dan serta buku daftar
rincian swadaya);
c. Laporan pemasukan dan pengeluaran uang KSM;
d. Laporan rencana dan realisasi anggaran biaya KSM;
e. Laporan keuangan BKM;
f. Laporan pemasukan dan pengeluaran uang BKM;
g. Semua laporan keuangan, baik BKM, KSM harus disertai dengan:
i. Bukti kas masuk, keluar dan/atau pemindah bukuan (non kas);
ii. Bukti pendukung transaksi, seperti; kuitansi, nota, bon, daftar penerima upah dan tanda
bukti pendukung lainnya;
iii. Fotokopi rekening bank BKM;
iv. Fotokopi rekening bank KSM;
h. Surat pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan dan diarsipkan, laporan
keuangan BKM dan KSM disampaikan kepada Satker PKP Provinsi serta ditempel di beberapa
tempat strategis.
Semua dana bantuan pemerintah yang diberikan kepada lembaga masyarakat akan diaudit oleh pihak
independen Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) serta Kantor Akuntan Publik (KAP), termasuk audit internal yang dapat dilakukan oleh
pelaksana program di tingkat pusat.
Ruang lingkup audit terkait dana kegiatan pembangunan infrastruktur skala lingkungan yang
berdampak pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat akan diatur tersendiri melalui petunjuk
pelaksanaan audit dan/atau instrumen yang akan dikembangkan oleh Program KOTAKU. Oleh karena
itu penerima dan pengelola program dana bantuan pemerintah harus senantiasa siap untuk dilakukan
pemeriksaan oleh pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pemerintah Indonesia
dan Program KOTAKU.
Capaian kegiatan kegiatan pembangunan infrastruktur skala lingkungan yang berdampak pada
pengembangan ekonomi masyarakat dapat diketahui melalui beberapa parameter atau indikator yang
harus diukur. Adapun indikator keberhasilan kegiatan pembangunan infrastruktur terurai sebagai
berikut:
TARGET PAD
NO INDIKATOR NASIONAL SUMBER BUKTI TARGET WAKTU
PPMK
OUTCOMES
Sekurang-kurangnya 50%
kelurahan di lokasi sasaran
melaksanakan kegiatan PPMK
(penambahan 90 kelurahan
dengan 1.400 kelurahan yang
50% kelurahan
saat ini telah melaksanakan Data SIM PPMK
dari 1.400
3a PPMK (At least 50% of Data SIM/Hasil Pada akhir proyek
kelurahan
kelurahans/villages in the Survey
PPMK
project location (additional 90
kelurahans/villages with
existing 1.400
kelurahans/villages) carry out
livelihood activities).
OUTPUT
Tahapan review/penajaman RPLP adalah tahapan yang penting agar kegiatan penyelenggaraan
infrastruktur BPM PPMK dapat terlaksana dengan baik. Kegiatannya sebagaimana dijelaskan dalam
alur sebagai berikut:
kegiatan ekonomi Format tabel usaha pentagonal aset Untuk 2 jenis usaha
masyarakat yg dominan/ dominan/unggulan
ekonomi masyarakat
unggulan dominan/unggulan
Pemetaan rantai produksi Diagram rantai produksi
dan pentagonal aset
Analisis gap pentagonal Instrumen analisis gap Tabel dan peta indikasi pengembangan
PS
Analisis hasil PS
aset didukung oleh peta pentagonal aset pentagonal aset
Alternatif 2
Alternatif 3
Mewujudkan Permukiman yang Asri Mendukung terhadap Kota Jasa yang Islami
CEKLIST KETERANGAN
NO URAIAN
ADA TIDAK
I Visi & RPK
Mempertimbangkan aspek
b
penghidupan masyarakat
II PEMETAAN SWADAYA
Perdagangan/
Pertanian, jasa (guru,
Perikanan/ne Konstruksi / Pegawai
perkebunan, tenaga
layan (Unit bangunan pemerintah
NO DUSUN kehutanan, kesehatan,
rumah (unit rumah (Unit rumah
peternakan (Unit hotel, dll).
tangga) tangga) tangga)
rumah tangga) (Unit rumah
tangga)
1 GANO 21 111 3 90 14
2 LAMPOHPAK 0 0 0 90 46
3 LAMKRUIT 0 0 0 81 35
4 TGK DIBLANG 0 0 0 57 25
SOSIAL - Pertemuan rutin - Belum ada PIRT/BPOM - Biaya Pengusurusan mahal - DIRT
- Usaha dilakukan/orang belum - Belum memahami sistem usaha
- Sosialisasi usaha bersama
berkelompok berkelompok
- Tersedia tenga terampil via - Kapasitas pengembangan - Belum mendapat pelatihan - Pelatihan produksi
SDM
pengalaman produksi ketrampilan secara menyeluruh pemasaran
- Belum mendapatkan pelatihan
- Kemasan belum ada
packing
SOSIAL - Pertemuan rutin - Belum ada PIRT/BPOM - Biaya Pengusurusan mahal - DIRT
- Usaha dilakukan/orang belum - Belum memahami sistem usaha
- Sosialisasi usaha bersama
berkelompok berkelompok
1. Minim pasokan
1. Tergantung
pada saat bukan Budidaya ikan Polusi
dengan musim
musim tangkap
3. Penyimpanan 3. Ruang
kadang membuat penyimpanan
ikan krg berkualitas masih tradisional
Minim upaya
peningkatan Perlu peningkatan
Minim upaya Perlu peningkatan Ketrampilan
Industri Ikan Kayu / Asin Penataan kawasan Pemberdayaan Peningkatan infrastruktur Pengembangan usaha Peningkatan /
ekonomi ekonomi masyarakat permukiman pendukung ekonomi masyarakat Pembangunan sarana
2 KSM Usaha Ikan kegiatan ekonomi infrastruktur
Kayu
Industri Olahan Makanan Penataan kawasan Pemberdayaan Peningkatan infrastruktur Pengembangan usaha Peningkatan /
ekonomi ekonomi masyarakat permukiman pendukung ekonomi masyarakat Pembangunan
13 KSM Usaha kegiatan ekonomi permukiman
Olahan Makanan masyarakat pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat
Tabel Lampiran 2.17: Penajaman RPLP (2. Kebutuhan Penanganan)
Media
No. Tahapan Tujuan Kegiatan Langkah-langkah Output
Bantu/Instrumen
64
Tabel Lampiran 2.18: Contoh Kebutuhan Penanganan Permukiman
Media
No. Tahapan Tujuan Kegiatan Langkah-langkah Output
Bantu/Instrumen
Tahun Pelaksanaan
Peningkatan Kualitas
Dusun Gano (Dusun 1) Pengembangan Pengolahan Limbah Tambak (IPAL) DS001-00000 1 Unit
Budidaya Lele
Dusun Gano (Dusun 1) Industri Ikan Kayu / Tempat Penjemuran Ikan Kayu dan Asin DS001-00000 2 Unit
Asin
Dusun Lampohpak Industri Makanan Legalisasi Usaha (PIRT+ Halal) DS002-00000 1 Unit
(Dusun 2) Olahan
Dusun Gano, Dusun Usaha Unggulan Inisiasi / Pembentukan Lembaga Pemasaran Gampong Lamdingin LS
Lampohpak
Pencegahan
Dusun Gano (Dusun 1) Budidaya Lele Pelatihan Pengembangan Teknologi Budidaya Lele DS001-00000 20 Orang
(Kolam Bioflok)
Dusun Lampohpak Industri Olahan Pelatihan Wira Usaha Olahan Makanan DS002-00000 13 Orang
(Dusun 2) Makanan
72
5. Rencana 1. Siap peta lokasi permukiman Site Plan (skala 1. Rencana prioritas
Teknis kumuh/delineasi skala 1 : 1000 1:1.000 atau 1:500) penanganan
infrastruktur
permukiman pendukung
kegiatan ekonomi
masyarakat
2. Tuangkan rencana penanganan dan 2. Desain teknis
kegiatan hasil kajian kebutuhan ke penanganan
dalam peta. Seluruh aspek atau infrastruktur
kebutuhan dituangkan dalam satu permukiman pendukung
peta kegiatan ekonomi
masyarakat
3. Diskusi gagasan tematik Kawasan :
a. Lihat kembali hasil pembahasan
Before
Peta
Gampong Lamdingn
Gambar Lampiran 2.8: Contoh Rencana Teknis Penanganan Kawasan Kumuh Gampong Lamdingin
Rencana Teknis Penanganan Infrastruktur Permukiman Pendukung Livelihood
Media
No. Tahapan Tujuan Kegiatan Langkah-langkah Output
Bantu/Instrumen
Peningkatan
Kualitas dan
Kuantitas
Budidaya
Lele
1 Ringkasan Situasi
Komoditi ikan lele di Lamdingin merupakan sumber penghidupan sebagaian besar penduduk Dusun Gano.
Saat ini kemampuan potensi usaha petani sangat terbatas, akses dan aset petani terhadap hampir seluruh
sumberdaya yang dibutuhkan lemah, baik aset sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya
keuangan, maupun sumberdaya fisik. Aset yang cukup kuat adal ah sumberdaya sosial, yaitu adanya
perkumpulan informal antar petani sebagai media berbagi pengalaman dan pengetahuan serta saling bantu
dalam memenuhi kebutuhan keuangan. Semua keterbatasan tersebut berujung pada rendahnya pendapatan
dari hasil usaha budidaya lele.
Peluang usaha budidaya lele cukup terbuka. Permintaan di Banda Aceh diperkirakan 1 ton per hari, ada
kemungkinan lebih besar bergantung akurasi informasi pasar. Petani dusun Gano pun telah memenuhi pasar
lokal sekurang-kurangnya 50% dari angka permintaan yang ada. Secara nasional, produksi lima tahun terakhir
tumbuh 21%. Bahkan di tingkat nasional telah ada asosiasi pengusaha budidaya ikan lele. Pemerintah Pusat
melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan pun serius mengembangkan budidaya ikan lel e agar petani
mampu meningkatkan kualitas ikan, volume produksi dan efisiensi biaya. Peluang paling menarik adalah
pasar ekspor ke Timur Tengah dan Uni Eropa yang sudah dimasuki petani dari daerah lain namun belum
diketahui petani lele dusun Gano.
Tantangan bagi petani lele Dusun Gano untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor secara
berkeberlanjutan di masa yang akan datang sangat besar. Pertama, bagaimana mengatasi kerentanan dan
resiko terkait ketersediaan dan akses terhadap lahan. Kebanyakan petani masih menyewa lahan, bahkan
menggunakan lahan tanpa izin. Lebih jauh dari itu, harga tanah diperkirakan akan merangkak naik apabila
rencana pemeritah kota mengembangkan tata kota dan ekonomi di wilayah Lamdingin terlaksana. Kenaikan
harga tanah biasanya diikuti alih fungsi lahan ke kegiatan yang lebih cocok dengan tata kota dan atau
memiliki nilai ekonomi yang lebih besar. Kedua, bagaimana petani memastikan keseriusan pemerintah
kota/kabupaten dalam melaksanakan rencana kebijakan tata ruang dan ekonomi, khususnya terkait
budidaya lele. Di luar itu semua, petani memerlukan informasi pasar lokal maupun ekspor yang lebih akurat
dari pemerintah dibanding informasi yang tersedia saat ini.
Strategi pengembangan usaha yang dituangkan dalam dokumen ini lebih diarahkan pada upaya mengatasi
kelemahan petani dalam budidaya dan berusaha melalui kegiatan penguatan kemampuan serta perbaikan
sarana produksi dalam rentang waktu dua-tiga tahun ke depan, yaitu mencakup; (i) perbaikan teknis dan
penerapan teknologi budidaya yang baru, (ii) merintis usaha pembenihan dan pakan, serta (iii) mengikuti
berbagai pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola budidaya dan
berusaha, sejauh mungkin yang tersertifikasi.
- Usaha budidaya lele untuk pembibitan (pembenihan). Pembenihan lele bertujuan untuk dijual ke
petani lainnya. Pembenihan lele memerlukan waktu 1 bulan untuk mencapai ukuran 2-3 cm., dan 2
bulan 5-7 cm.
- Usaha budidaya lele untuk konsumsi (pembesaran). Pembesaran lele dilakukan sampai ukuran lele
sesuai permintaan pasar. Benih yang digunakan berukurannya sedang, yaitu antara 6-7 cm, karena
mudah dan cepat dikembangbiakkan, dipanen dalam waktu 3-4 bulan.
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi
(Jawa Tengah) dan di (Sumatra) dikenal lele sangkuryang. Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali
(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), catretrang (Jepang). Dalam
Bahasa Inggris disebut pulacatfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan
di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah
yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada
siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada
musim penghujan.
2.2.1 Produksi
Fungsi dan kegiatan produksi ini mencakup perencanaan budidaya, pengendalian dan pengawasan budidaya,
sampai kegiatan panen. Fungsi produksi termasuk pula kegiatan penyiapan sarana dan p eralatan yang
dibutuhkan dalam kegiatan budidaya, instalasi dan penempatan semua sarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan budidaya. Fungsi produksi bekerja dengan berbagai sarana, untuk budidaya lele sarana produksi
yang minimal mencakup; (i) Bahan, yaitu; benih, pakan, pupuk, air, kapur, dan obat-obatan. (ii) Alat, yaitu
mencakup; penggaris, serokan dan lambit, alat sortir, timbangan, anco, pompa, pipa air. (iii) Bangunan,
mencakup; kolam, gudang pakan.
2.2.2 Pemasaran
Fungsi pemasaran dalam pengelolaan lele terdiri dari kegiatan perencanaan dan penetapan harga,
penentuan sasaran pembeli, kegiatan promosi, pengiriman barang, kemasan, dan pelayanan. Perencanaan
dan penetapan harga jual bergantung dari besarnya ongkos produksi per unit dan besarnya keuntungan yang
2.2.4 Keuangan.
Fungsi keuangan mencakup perencanaan keuangan, perhitungan Laba Rugi, pengendalian aliran kas,
rencana investasi, pembayaran hutang, dan penggunaan keuntungan.
Siklus budidaya lele adalah satu rangkaian kegiatan dari mulai persiapan kolam sampai kegiatan panen yang
kurang lebih memakan waktu antara 3 – 3,5 bulan. Secara rinci rangkaian kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:
- Persiapan Kolam. Kolam lele dapat terbuat dari kolam alam (tanah) dan kolam buatan (terpal). Pada
saat persiapan ini langkah yang diperhatikan adalah mempertimbangkan sinar matahari. Kolam
tempat budidaya lele jangan sampai terkena sinar matahari langsung, jika perlu dilengkapi atap di
atas kolam. Alternatif lain menghidari matahari adalah menanam enceng gondok.
- Penyiapan dan Pengendalian Air. Ketersesiaan dan kualitas air bagi lele sangat penting oleh karena
itu perlu dipersiapkan dan dikendalikan. Pastikan air dalam kolam tidak terlalu kotor dan sesuai
dengan kadar yang telah ditentukan. Tingkat PH dan keasaman air harus dijaga agar lele dapat
tumbuh secara sempurna. Lele tidak membutuhkan air yang bening atau bersih untuk hidup. Ikan
lele membutuhkan PH air yang sesuai dengan kebutuhan dirinya. Salah satu cara untuk mendapatkan
PH yang tepat adalah dengan menaburkan kotoran kambing untuk menumbuhkan mikro organisme.
Pengawasan dan pengendalian air harus dilakukan secara rutin untuk memeriksa volume dan
kualitasnya.
- Pemilihan Bibit Lele. Pemilihan bibit lele untuk pembesaran sangat penting. Benih yang digunakan
berukuran sedang, yaitu antara 6-7 cm. Lele ukuran sedang mudah dan cepat dikembangbiakkan,
dipanen dalam waktu 3-4 bulan.
- Pemberian Pakan Lele. Pemberian pakan pada lele sebaiknya 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, 4 sore,
dan 10 malam, pakan lele dapat berupa kotoran burung atau pelet ikan. Selain itu ada banyak lagi
1. Wadah
2. Ember
3. Serok
4. Timbangan
5. Drum plastik Pompa air
6. Jerigen
7. Pralon
8. Selang
Saluran
Lahan
pembuangan
Tempat
Kolam dan atap
penyimpanan
kolam
pakan
Rak peyimpanan
Jaringan pipa
pupuk dan obat
100 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
2.5 Organisasi Kelompok Tani
Petani ikan lele di Dusun Gano masih berupa usaha rumah tangga yang belum memiliki kelompok secara
formal, meskipun demikian sudah terjalin komunikasi dan pertemuan sesama petani. Untuk menjadi
kelompok yang lebih formal, petani akan merujuk pada ketentuan yang ada. Berdasarkan SK Menteri
Pertanian RI Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007 ada beberapa jenis kelompok tani, berikut ini jenis dan
pengertiannya;
- Kelompok Tani. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban
untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani pada dasarnya adalah
organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan “ dari, oleh dan untuk pe tani
“dengan ciri–ciri sebagai berikut: (i) saling kenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota;
(ii) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; (iii) memiliki
kesaamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi
maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi; (iv) ada pembagian tugas dan tanggungjawab
sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Selain memiliki ciri tersebut, juga memiliki
beberapa unsur pengikat yaitu : (i) adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; (ii)
adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggungjawab bersama diantara para anggota; (iii)
adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya
diterima oleh sesama petani lainnya; (iv) adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya; (v) adanya dorongan atau motivasi dari tokoh
masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
- Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang
bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas,
kontiunitas dan harga). Fungsi Gapokatan antara lain (i) Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi,
benih bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya; (ii) Penyediaan modal usaha dan menyalurkannya secara kredit/pinjaman kepada
para petani yang membutuhkannya; (iii) Melakukan proses pengolahan produk para anggota
(penggilingan, pengolahan, pengepakan dll) yang dapat meningkatkan nilai tambah; (iv)
Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri
hilir.
- Asosiasi Tani. Asosiasi tani adalah kumpulan petani yang sudah mengusahakan satu atau kombinasi
beberapa komoditas pertanian secara komersial.
1) Kerentanan/resiko usaha. Kerentanan usaha ini disebabkan oleh (i) kurang pastinya ketersediaan
dan akses lahan dalam jangka waktu lama (menjamin keberlanjutan), dan (ii) kepastian rencana
kebijakan pemerintah terkait pengembangan ekonomi dan tata ruang.
2) Pendapatan dari budidaya lele rendah. Rendahnya pendapatan disebabkan oleh:
101 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
a. Produksi rendah. Produksi rendah diakibatkan dua hal, yaitu (i) pemanfaatan luas kolam
belum optimum dan belum sesuai standar (tebar padat), dan (ii) presentase kematian benih
yang mencapai 38% (persentase kematian ideal sebesar 10 – 5%). Secara garis besar, belum
optimum tebar padat dan tingginya persentase kematian lele disebabkan oleh:
i. Pengelolaan budidaya lele yang belum sesuai standar akibat dari terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan teknis petani (SDM), seperti pengelolaan tumbuh
kembang ikan, manejemen pakan dan jenis pakan yang digunakan, dan manajemen
air.
ii. Kondisi alam kurang mendukung terutama terkait jarak sumber air dengan kolam,
dan kualitas air (perbedaan tingkat keasaman kolam benih dan kolam pembesaran)
(SDA).
iii. Keterbatasan penerapan teknologi, terutama dalam hal penyediaan air, pengelolaan
sirkulasi, dan pengawasan kualitas air (Fisik/Infrastruktur).
iv. Belum diaksesnya lembaga-lembaga keuangan yang tersedia untuk menyokong
permodalan dan investasi usaha yang dibutuhkan (Keuangan).
b. Biaya usaha per unit produksi relatif tinggi. Biaya satuan perunit produksi tinggi ditimbulkan
oleh biaya benih, biaya pakan, dan biaya sewa lahan, sehingga biaya persatuan unit
produksinya tinggi, dan tenaga serta waktu yang digunakan pemilik dibanding hasil.
102 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
3.1 Target Pengembangan Usaha
Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani maka target pengembangan usaha budidaya ikan
lele di Dusun Gano, Lamdingin ini adalah;
1) Mengurangi resiko atau kerentanan yang dihadapi petani, dan
2) Meningkatkan pendapatan dari hasil budidaya lele.
RU/RPU ini hanya berfokus pada target kedua, yaitu meningkatkan pendapatan dari hasil budidaya lele.
Sementara upaya mengurangi resiko dan kerentanan merupakan bagian dari rencana lain. Program yang
diusulkan untuk meningkatkan pendapatan petani ini ada tiga sesuai alur peta masalah yang teridentifikasi,
yaitu:
(1) Perbaikan teknis sarana fisik dan penerapan teknologi baru
(2) Penganekaragaman usaha (usaha pembenihan dan pembuatan pakan)
(3) Peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan budidaya lele
103 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
melakukan iuran bergantung jumlah pemakaian listrik setiap pompa, dan bergiliran mengawasi jaringan pipa
sejauh 500 m. Aturan kelompok yang lebih rinci tentang hak dan kewajiban pengurus dan anggota serta tata
cara pengambilan keputusan bersama dapat dilihat di lampiran.
Sampai tahun 2020, semua petani di Dusun Gano akan diikat oleh satu jaringan kelompok agar suatu saat
dapat berhimpun menjadi Gabungan Kelompok Tani yang lebih formal. Belum ada rencana untuk melegalkan
jaringan kelompok sebagai suatu kelembagaan usaha, terkecuali dibutuhkan di masa yang akan datang
(misalnya Usaha Bersama atau Koperasi).
4 Lampiran
4.1 Proses
1. Tahap Satu: Analisis Situasi
a. Survei kapasitas produksi (Data pengusaha dan kapasitas produksi) dan Rekapitulasi Kondisi
Eksisting
b. Pentagonal Aset – Rantai Produksi (Tabel Pentagonal)
c. Akar masalah dan pemecahannya (Tabel Masalah dan Indikasi Kebutuhan, Rantai Masalah)
2. Tahap Dua: Rumusan Rencana Usaha
a. Target dan kegiatan pengembangan usaha (Logframe sesuai Pohon Masalah)
b. Rencana kegiatan (Infrastruktur dan Non-Infrastuktur)
c. Analisis keuangan (Proyeksi Rugilaba, Investasi dan Pertambahan Nilai )
3. Tahap Tiga: Rencana Pengorganisasian
a. Pembentukan kelompok
b. Struktur Organisasi dan Aturan Bersama Kelompok
Peluang Tantangan
- Di tingkat nasional sudah ada Asosiasi Pengusaha - Permintaan pasar lokal Banda Aceh tidak tumbuh
Catfish Indonesia (APCI) sejak tahun 2013 (informasi pasar kurang update)
- Produksi nasional tumbuh 21% - Kapasitas produksi rendah, tingkat kematian ikan lele
secara keseluruhan mencapai 40%
104 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
- Permintaan Pasar Ekspor ke Uni Eropa dan Timur - Dinas perikanan Banda Aceh belum maksimal
Tengah terus meningkat memberikan penyuluhan (terkecuali penyuluhan
- Ada rencana kebijakan pemerintah kota Banda Aceh mengenai penjagaan bibit selama 7 hari),
membuat sentra budidaya lele pemerintah daerah pesimis terhadap perkembangan
- Permintaan pasar Banda Aceh saat ini sebesar 1 ton / usaha budidaya lele di Lamdingin
hari - Potensi peningkatan harga tanah akibat rencana
- Tambak lele menjadi sumber penghidupan mayoritas perkembangan kota, lahan tidak disewakan lagi
penduduk Dusun Gano, ada 23 orang pengusaha - Tidak ada izin tertulis dalam penggunaan lahan
tambak lele, terdapat 41 kolam dengan total luas 3.203 tambak ikan lele antara pemilik tanah dengan petani
m2, kapasitas produksi 66,5 ton dengan masa panen tambak
2,5 s.d 3,5 bulan
- Tersedia berbagai lembaga kuangan (Bank, BMT, UPK)
Potensi (Kekuatan) Kelemahan
- Garansi penggantian bibit ikan dari suplier selama 7 - Lahan milik orang luar Lamdingin. resiko sewaktu-
hari waktu tidak disewakan lagi
- Sumber air selokan - Jarak dari sumber air untuk kolam 500 m
- Saat ini dapat menyewa lahan milik orang lain - Sirkulasi air menggunakan pompa dan selang, debit
sementara tidak terpakai dan kualitas air kolam tidak memadai
Akses dan Aset Jaringan (sosial) - PH air kolam asal bibit (berasal dari Medan)
dengan PH air di Lamdingin berbeda
- Ada langganan pembeli (agen / tengkulak / - Pakan yang digunakan bersumber dari sisa ikan
pengepul) dengan sistem panjar 3 hari (indent) laut, kualitas rendah harga lebih rendah dari
- Sudah ada kegiatan pertemuan informal sebagai pakan pabrik
sarana tukar pengalaman dan belajar - Lahan untuk kolam terbatas
Akses dan Aset Keuangan Akses dan aset SDM
105 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
- Belum ada kelompok formal
Akses dan aset keuangan
1 Amri Gano 1 6 x 10 60 35.000 2,50 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
2 Amri Gano 2 6 x 10 60 35.000 2,50 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
3 Fauzan Gano 3 4 x 10 40 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
4 Manda Gano 4 5x6 30 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
5 Manda Gano 5 5x6 30 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
6 Zakir Gano 6 5 x 12 60 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
7 Iqbal Gano 7 5 x 12 60 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
8 M. Nasir Gano 8 8 x 17 136 25.000 2,10 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
9 Ryan Gano 9 5 x 12 60 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
10 M.Nasir Gano 10 8 x 12 96 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
11 M. Nasir Gano 11 8 x 12 96 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
12 Mulyadi Gano 12 8 x 22 176 35.000 2,50 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
13 Iqbal Gano 13 5x8 40 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
14 Ryan Gano 14 5x8 40 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
15 Said Gano 15 5 x8 40 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
16 Said Gano 16 5 x 12 60 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
17 Tgk. Nasrul Gano 17 5 x 15 75 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
18 Tgk. Nasrul Gano 18 5 x 15 75 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
19 Ibrahim Gano 19 5 x 15 75 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
20 Rusli Gano 20 4x 8 32 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
21 Ishak Gano 21 6 x 15 90 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
22 Said Gano 22 6 x 15 90 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
23 Sofyan Abdullah Gano 23 6 x 20 120 40.000 3,00 2,5 s/d 3,5 bln 600,00 1.800,00
24 Mulyadi Gano 24 6 x 15 90 15.000 1,20 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
25 Iqbal Gano 25 6 x 20 120 40.000 3,00 2,5 s/d 3,5 bln 600,00 1.800,00
26 Rasidi Gano 26 6 x 20 120 40.000 3,00 2,5 s/d 3,5 bln 600,00 1.800,00
27 Sofyan Abdullah Gano 27 6x8 48 17.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
28 Sofyan Abdullah Gano 28 6x8 48 17.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
29 Iqbal Gano 29 7 x 20 140 25.000 2,10 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
30 Azhari Gano 30 6 x 17 102 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
31 Rasidi Gano 31 6 x 17 102 20.000 1,50 2,5 s/d 3,5 bln 300,00 900,00
32 Azhari Gano 32 8 x 20 96 30.000 2,30 2,5 s/d 3,5 bln 480,00 1.440,00
33 Faisal Gano 33 8 x 20 96 30.000 2,30 2,5 s/d 3,5 bln 480,00 1.440,00
34 Faisal Gano 34 8 x 20 96 30.000 2,30 2,5 s/d 3,5 bln 480,00 1.440,00
35 M. Lian Gano 35 6 x 20 96 25.000 2,10 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
36 M. Lian Gano 36 6 x 20 96 25.000 2,10 2,5 s/d 3,5 bln 450,00 1.350,00
37 Tgk. Rayeuk Gano 37 4x6 24 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
38 Tgk. Rayeuk Gano 38 4x6 24 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
39 Mulyadi Gano 39 4x8 32 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
40 Mulyadi Gano 40 4x 8 32 12.000 0,90 2,5 s/d 3,5 bln 240,00 720,00
41 Mulyadi Gano 41 10 x 20 200 30.000 2,30 2,5 s/d 3,5 bln 480,00 1.440,00
106 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.3 Contoh Pentagonal Aset (Masalah dan Indikasi Kebutuhan)
Tabel Lampiran 4.4. Contoh Pentagonal Aset (Masalah dan Indikasi Kebutuhan)
- Penyuluhan dan Pelatihan
SDM - Sementara ini masih tradisional - Belum ada latihan dan penyuluhan dari : intensif, Pembinaan dari Dinas
- Banyak pekerja laki-laki terkait
- Banyak pengusaha 1. Kualitas air - Sertifikasi petani tambak lele
2. Kualitas bibit - Pelatihan pembibitan
3. Hasil produksi
4. Produk lain seperti kripik lele
5. Pembuatan pakan lele
- Ada acara kumpul
SOSIAL - Belum ada nama untuk kelompok lele - Belum ada pendampingan intensif - Pendamping intensif
bersama setiap hari
- Meningkatkan tabungan dengan
KEUANGAN - Permodalan - Tabungan minim - Tabungan minim
cara
- ½ bulan pertama sebelum panen butuh
- Bank - Belum ada kemitraan
biaya besar 1. Tabungan pribadi
- BMT - Akses minim ke lembaga keuangan 2. Tabungan Kelompok
- UPK -
107 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.4 Contoh Pohon/Rantai Masalah
Penghijauan
Pelatihan Paket Budidaya Pelatihan Teknologi dan
Kegiatan Non - Infrastruktur
Lele (Manajemen Usaha, Manajemen Bioflok
Produksi, Teknologi Baru)
Pemasangan pompa air Pengembangan kolam
bioflok
Membangun gudang dan Pengembangan sarana
Kegiatan Infrastruktur rumah pakan pengairan (Pipanisasi) ke
kolam bioflok
Membangun kolam Pengembangan Sarana
pembibitan pengolahan pakan
108 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.6 Contoh Keuangaan (Proyeksi Arus Kas dan Analisis Nilai Tambah)
Tabel Lampiran 4.6. Contoh Keuangan (Proyeksi Arus Kas dan Analisis Nilai Tambah)
PROYEKSI CASH FLOW BUDIDAYA IKAN LELE DI KELURAHAN LAMDINGIN UNTUK JANGKA WAKTU 5 TAHUN
Tahun ke
KETERANGAN 1 2 3 4 5
A. PEMASUKAN
SALDO AWAL
Kas Rp - Rp 2,256,929,179 Rp 3,474,354,474 Rp 4,923,236,385 Rp 6,615,481,912
Bank Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
TOTAL SALDO AWAL Rp - Rp 2,256,929,179 Rp 3,474,354,474 Rp 4,923,236,385 Rp 6,615,481,912
B. PEMASUKAN
Proyeksi volume penjualan (ton) 252 265 278 292 306
Penjualan Ikan Lele @18.000,-/kg Rp 4,536,000,000 Rp 4,762,800,000 Rp 5,000,940,000 Rp 5,250,987,000 Rp 5,513,536,350
2 Biaya Variabel
Benih Lele ukuran 1,5 cm (3863 M X 350 ekor/M X 3 X Rp.240,-) Rp 973,476,000 Rp 978,343,380 Rp 983,210,760 Rp 988,078,140 Rp 992,945,520
Pakan Lele Kecil (52 kolam x Rp.50.000 X 3 musim) Rp 7,800,000 Rp 7,839,000 Rp 7,878,000 Rp 7,917,000 Rp 7,956,000
Pakan Sedang (52 kolam x Rp.50.000 X 3 musim) Rp 7,800,000 Rp 7,839,000 Rp 7,878,000 Rp 7,917,000 Rp 7,956,000
Pakan Besar (52 kolam x Rp.60.000 X 3 musim) Rp 9,360,000 Rp 9,406,800 Rp 9,453,600 Rp 9,500,400 Rp 9,547,200
Pakan Besar Siap Panen (52 kolam x Rp.110.000 X 3 musim) Rp 17,160,000 Rp 17,245,800 Rp 17,331,600 Rp 17,417,400 Rp 17,503,200
Usus Ayam (52 kolam x Rp.125.000 X 3 musim) Rp 19,500,000 Rp 19,597,500 Rp 19,695,000 Rp 19,792,500 Rp 19,890,000
Ikan Busuk (52 kolam x Rp.75.000 X 3 musim) Rp 11,700,000 Rp 11,758,500 Rp 11,817,000 Rp 11,875,500 Rp 11,934,000
Vitamin (52 kolam x Rp.12.500 X 3 musim) Rp 1,950,000 Rp 1,959,750 Rp 1,969,500 Rp 1,979,250 Rp 1,989,000
Biaya pemasaran (kemasan, transportasi dan pelayanan) / tahun Rp 5,000,000 Rp 5,025,000 Rp 5,050,000 Rp 5,075,000 Rp 5,100,000
Total Biaya Variabel Rp 1,053,746,000 Rp 1,059,014,730 Rp 1,064,283,460 Rp 1,069,552,190 Rp 1,074,820,920
TOTAL BIAYA (Biaya Tetap + Biaya Variabel + Biaya lain-lain) Rp 1,931,415,950 Rp 3,004,554,835 Rp 3,010,218,720 Rp 3,015,882,604 Rp 3,021,546,489
Biaya modal (18% dari biaya variabel) Rp 347,654,871 Rp 540,819,870 Rp 541,839,370 Rp 542,858,869 Rp 543,878,368
TOTAL PENGELUARAN Rp 2,279,070,821 Rp 3,545,374,705 Rp 3,552,058,089 Rp 3,558,741,473 Rp 3,565,424,857
D KEUNTUNGAN Rp 2,256,929,179 Rp 1,217,425,295 Rp 1,448,881,911 Rp 1,692,245,527 Rp 1,948,111,493
E SALDO AKHIR
KAS Rp 2,256,929,179 Rp 3,474,354,474 Rp 4,923,236,385 Rp 6,615,481,912 Rp 8,563,593,405
BANK Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
TOTAL SALDIO AKHIR Rp 2,256,929,179 Rp 3,474,354,474 Rp 4,923,236,385 Rp 6,615,481,912 Rp 8,563,593,405
109 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.7 Contoh Analisis Ekonomi Dampak Pembangunan Infrastruktur Pengairan
Tabel Lampiran 4.7. Contoh Analisis Ekonomi Dampak Pembangunan Infrastruktur Pengairan
(41 unit kolam budidaya lele)
PARAMETER SEBELUM SESUDAH
KETERANGAN PERUBAHAN
PRODUKSI PIPANISASI PIPANISASI
HASIL
260.644 Kg
Total Volume Panen 315.295/3.198.300
Rasio Hasil /3.198.300 0.017
/Total Volume Bibit ekor = 0.0985
ekor = 0.0814
Perhitungan masing-
masing kolam (dan 0.0020 0.0241 0.0221
atau pengusaha)
KEUANGAN
Penjualan Nilai Penjualan 4,691,594,250 5,675,315,625 983,721,375
Biaya Tetap Nilai Biaya Tetap 579,920,000 583,920,000 4,000,000
Biaya Variabel Nilai Biaya Variabel 870,503,500 871,503,500 1,000,000
Total Biaya Nilai Total Biaya 1,839,862,210 1,803,269,717 (36,592,493)
LAVARAGE
Biaya Tetap/Total
Operating Lavarage 0.32 0.32 0.01
Biaya
Total Biaya
Kontribusi Penyusutan 3.500.000 / 7.500.000 /
pipanisasi terhadap Tahunan/Selisih 983.721.375 = 983.721.375 = 0.004
penjualan Penjualan Sebelum 0.0036 0.0076
dan Sesudah
EFISIENSI
Total Biaya/Total
0.392161409 0.317739107 -0.074422302
Penjualan
Total Biaya
0.123608302 0.10288767 -0.020720632
Efisiensi Tetap/Total Penjualan
Total Biaya
Variabel/Total 0.185545351 0.153560358 -0.031984992
Penjualan
Keterangan:
*) Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau penurunan jumlah barang
ataupun jasa yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan terlepas
dari aktivitas bisnis. Biaya tetap adalah salah satu dari dua komponen dari biaya total barang atau
jasa.
110 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
**) Biaya variabel adalah biayayang berubah secara proporsional dengan kuantitas produksi atau
penjualan. Jika kuantitas produksi naik/bertambah, maka biaya variabel akan akan bertambah
sebesar perubahan kuantitas dikalikan biaya variabel per satuan
***) Biaya kontingensi (Contingency Cost) didefinisikan sebagai cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya
atau anggaran untuk di alokasikan pada item pekerjaan berdasarkan pengalaman dan pelaksanaan
proyek-proyek masa lalu dan merupakan salah satu bagian yang integral dari total estimasi bi aya
proyek.
Catatan :
111 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.8 Proyeksi Cash Flow Budidaya Ikan Lele
Tahun ke
KETERANGAN 1 2 3 4 5
A. PEMASUKAN
SALDO AWAL
Kas Rp - Rp 998,894,304 Rp 2,217,905,224 Rp 3,668,372,760 Rp 5,362,203,912
Bank Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
TOTAL SALDO AWAL Rp - Rp 998,894,304 Rp 2,217,905,224 Rp 3,668,372,760 Rp 5,362,203,912
B. PEMASUKAN
Proyeksi volume penjualan (ton) 252 265 278 292 306
Penjualan Ikan Lele @18.000,-/kg Rp 4,536,000,000 Rp 4,762,800,000 Rp 5,000,940,000 Rp 5,250,987,000 Rp 5,513,536,350
2 Biaya Variabel
Benih Lele ukuran 1,5 cm (3863 M X 350 ekor/M X 3 X Rp.240,-) Rp 973,476,000 Rp 978,343,380 Rp 983,210,760 Rp 988,078,140 Rp 992,945,520
Pakan Lele Kecil (52 kolam x Rp.50.000 X 3 musim) Rp 7,800,000 Rp 7,839,000 Rp 7,878,000 Rp 7,917,000 Rp 7,956,000
Pakan Sedang (52 kolam x Rp.50.000 X 3 musim) Rp 7,800,000 Rp 7,839,000 Rp 7,878,000 Rp 7,917,000 Rp 7,956,000
Pakan Besar (52 kolam x Rp.60.000 X 3 musim) Rp 9,360,000 Rp 9,406,800 Rp 9,453,600 Rp 9,500,400 Rp 9,547,200
Pakan Besar Siap Panen (52 kolam x Rp.110.000 X 3 musim) Rp 17,160,000 Rp 17,245,800 Rp 17,331,600 Rp 17,417,400 Rp 17,503,200
Usus Ayam (52 kolam x Rp.125.000 X 3 musim) Rp 19,500,000 Rp 19,597,500 Rp 19,695,000 Rp 19,792,500 Rp 19,890,000
Ikan Busuk (52 kolam x Rp.75.000 X 3 musim) Rp 11,700,000 Rp 11,758,500 Rp 11,817,000 Rp 11,875,500 Rp 11,934,000
Vitamin (52 kolam x Rp.12.500 X 3 musim) Rp 1,950,000 Rp 1,959,750 Rp 1,969,500 Rp 1,979,250 Rp 1,989,000
Biaya pemasaran (kemasan, transportasi dan pelayanan) / tahun Rp 5,000,000 Rp 5,025,000 Rp 5,050,000 Rp 5,075,000 Rp 5,100,000
Total Biaya Variabel Rp 1,053,746,000 Rp 1,059,014,730 Rp 1,064,283,460 Rp 1,069,552,190 Rp 1,074,820,920
TOTAL BIAYA (Biaya Tetap + Biaya Variabel + Biaya lain-lain) Rp 2,997,547,200 Rp 3,003,211,085 Rp 3,008,874,970 Rp 3,014,538,854 Rp 3,020,202,739
Biaya modal (18% dari biaya variabel) Rp 539,558,496 Rp 540,577,995 Rp 541,597,495 Rp 542,616,994 Rp 543,636,493
TOTAL PENGELUARAN Rp 3,537,105,696 Rp 3,543,789,080 Rp 3,550,472,464 Rp 3,557,155,848 Rp 3,563,839,232
D KEUNTUNGAN Rp 998,894,304 Rp 1,219,010,920 Rp 1,450,467,536 Rp 1,693,831,152 Rp 1,949,697,118
E SALDO AKHIR
KAS Rp 998,894,304 Rp 2,217,905,224 Rp 3,668,372,760 Rp 5,362,203,912 Rp 7,311,901,030
BANK Rp - Rp - Rp - Rp - Rp -
TOTAL SALDIO AKHIR Rp 998,894,304 Rp 2,217,905,224 Rp 3,668,372,760 Rp 5,362,203,912 Rp 7,311,901,030
112 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.9 Contoh Analisis Dampak Ekonomi Pompa Air dan Instalasi Air
Tabel Lampiran 4.9. Contoh Analisis Dampak Ekonomi Pompa Air dan Instalasi Air
ANALISIS DAMPAK EKONOMI
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR POMPA AIR DAN INSTALASI AIR
UNTUK UNTUK 52 KOLAM LELE ( 3863 M2 )
SEBELUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SESUDAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETERANGAN
KETERANGAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp) VOLUME HARGA SATUAN (Rp) JUMLAH (Kenaikan/Penuru
A. PENDAPATAN
1 Penjualan Ikan Lele 220 ton 18,000 3,960,000,000 252 Ton 18,000 Rp 4,536,000,000
2 Pendapatan lain
2 Biaya Variabel**)
Benih Lele ukuran 1,5 cm Ekor/M2/musim 240 Rp 973,476,000 Ekor/M2/musim 240 Rp 973,476,000
Pakan Lele Kecil Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000 Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000
Pakan Sedang Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000 Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000
Pakan Besar Zak/kolam/ per musim 60,000 Rp 11,160,000 Zak/kolam/ per musim 60,000 Rp 11,160,000
Pakan Besar Siap Panen Zak/kolam/ per musim 110,000 Rp 17,160,000 Zak/kolam/ per musim 110,000 Rp 17,160,000
Usus Ayam Kwital/kolam/ per musim 125,000 Rp 19,500,000 Kwital/kolam/ per musim 125,000 Rp 19,500,000
Ikan Busuk Kwital/kolam/ per musim 75,000 Rp 11,700,000 Kwital/kolam/ per musim 75,000 Rp 11,700,000
Vitamin Botol/olam/ per musim 12,500 Rp 1,950,000 Botol/olam/ per musim 12,500 Rp 1,950,000
Kapur Kolam Zak/kolam/ per musim 75,000 Rp 11,700,000 Zak/kolam/ per musim 75,000 Rp 11,700,000
Pupuk Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000 Zak/kolam/ per musim 50,000 Rp 7,800,000
Biaya pemasaran Pertahun Pertahun
Total Biaya Variabel 607,740 Rp 1,070,046,000 607,740 Rp 1,070,046,000
TOTAL BIAYA (Biaya Tetap + Biaya Variabel + Biaya lain-lain) Rp 3,015,069,700 Rp 2,944,951,800 Turun
4 Biaya modal ****) (18% dar itotal biaya tetap dan variabel ) Rp 542,712,546 (18% dar itotal biaya tetap dan variabel ) Rp 530,091,324
TOTAL BIAYA Rp 3,557,782,246 Rp 3,475,043,124
C KEUNTUNGAN 402,217,754 1,060,956,876 Naik
Keterangan:
*) Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau penurunan jumlah barang ataupun jasa yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan terlepas dari aktivitas bisnis. Biaya tetap adalah salah satu dari dua
komponen dari biaya total barang atau jasa.
**)Biaya variabel adalah biayayang berubah secara proporsional dengan kuantitas produksi atau penjualan. Jika kuantitas produksi naik/bertambah, maka biaya variabel akan akan bertambah sebesar perubahan kuantitas dikalikan biaya variabel per satuan
***) Biaya kontingensi (Contingency Cost) didefinisikan sebagai cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk di alokasikan pada item pekerjaan berdasarkan pengalaman dan pelaksanaan proyek-proyek masa lalu dan merupakan salah satu
bagian yang integral dari total estimasi biaya proyek.
113 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
4.2.10 Contoh Langkah-Langkah Perbaikan Teknis
114 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Gambar Lampiran 4.3. Contoh Organisasi Gabungan Kelompok Tani
115 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Lampiran 5
Tata produksi dan tata niaga usaha ekonomi unggulan, usaha ekonomi MBR, dan KSM dampingan KOTAKU
serta infrastruktur yang mendukungnya di tingkat kelurahan dan permukiman dalam rangka penajaman
RPLP
A. Tujuan
Pemetaan (remapping) profil kelurahan dan rantai produksi . Kegiatan pemetaan (remapping) dalam POS
pengembangan infrastruktur BPM PPMK ini adalah metode klarifikasi, verifikasi, dan atau penggalian data
lapangan (dan data lapangan tambahan) yang bertujuan untuk melengkapi gambaran kegiatan penghidupan
di tingkat kelurahan dan permukiman lokasi dampingan KOTAKU, khususnya tentang rantai produksi ( tata
produksi dan tata niaga) usaha ekonomi unggulan, usaha ekonomi MBR, dan usaha KSM dampingan KOTAKU,
beserta infrastruktur yang mendukungnya.
B. Cakupan pemetaan
2. Rantai produksi (tata produksi dan tata niaga) usaha/komoditi unggulan, mencakup:
a. Skema alur barang dan/jasa dari bahan mentah, produk jadi, sampai ke pasar
b. Peta alur pergerakan spasial barang/jasa, infrastruktur pendukung, dan moda angkutan
c. Lokasi spasial pembuangan residu (jika ada)
3. Rantai produksi ( tata produksi dan tata niaga) usaha ekonomi MBR dan KSM dampingan KOTAKU:
a. Sebaran lokasi unit-unit usaha MBR anggota KSM dan KSM dampingan program KOTAKU
b. Sebaran infrastruktur pendukung kegiatan usaha ekonomi mereka di tingkat kelurahan dan
permukiman, dan memperoleh informasi tentang kelompok pemanfaat dan jenis
pemanfaatan infratruktur pendukung kegiatan usaha ekonomi.
C. Teknik pemetaan
Teknik pemetaan atau pengumpulan informasi yang digunakan adalah Diskusi Kelompok Terfokus
D. Tahapan pemetaan
Tahapan-tahapan pemetaan adalah:
1. Tahap persiapan. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap bedah RPLP, yaitu menyiapkan peta
spasial kelurahan dan permukiman yang informasinya akan diklarifikasi, diverifikasi, dan atau
dilengkapi. Peta yang akan digunakan setidaknya telah memuat informasi:
a) Pastikan seluruh data dan peta yang dibutuhkan seluruhnya ada sebagai alat dan media bantu
untuk kajian selanjutnya
116 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
b) Pastikan pula bahwa seluruh peserta FGD mewakili seluruh unsur yang terkait langsung dengan
proses pemetaan antara lain unsur pemerintah desa/kelurahan, BKM,UP,TIPP, KSM, pengurut
RT/RW, tokoh masyarakat terkait.
c) Batas administasi (RW/Dusun, RT), mata pencaharian warga yang dominan di dalam ruang
lingkup RW/Dusun.
d) Jenis-jenis infrastruktur permukiman (jenis-jenis infrastruktur yang dimaksud bisa mengacu ke
POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan)
e) Jenis-jenis infrastruktur permukiman (poin b) dan infrastruktur yang diduga menunjang kegiatan
ekonomi (tata produksi dan tata niaga) warga
2. Tahap Pemetaan Awal (FGD). Tahapan ini dilakukan setelah peta spasial kelurahan dan permukiman
yang sudah dipersiapkan sebelumnya telah lengkap memuat informasi awal. Pemetaan awal kondisi
kelurahan. Lakukan pemetaan kondisi kelurahan diatas peta dan juga dideskripsikan di dalam tabel,
untuk melengkapi profil kelurahan, dilakukan secara terencana untuk mengklarifikasi, verifikasi, dan
melengkapi data setidaknya mencakup (bergantung kebutuhan):
a) Deskripsi Kebijakan ekonomi kota
b) Tabel mata pencaharian masyarakat
c) Peta dan tabel sebaran lokasi MBR
d) Peta dan data legalitas kepemilikan bangunan/lahan
e) Peta dan tabel Deskripsi Usaha ekonomi Masyarakat yang dominan/unggulan
3. Tahap Penyepakatan kegiatan ekonomi yang dominan dan analisis awal;
a) Diskusikan dan sepakati Bersama warga maksimum 2 kegiatan ekonomi yang dianggap dominan
atau diunggulkan berdasarkan data-data dan informasi yang sudah diidentifikasi sebelumnya.
Dan kemudian sepakati Bersama (informasi ini perlu diklarifikasi secara detil, bilamana perlu
lakukan verifikasi di lapangan)
b) Bila sudah maka lakukan analisis awal entai produksi dan dikaitkan dengan kondisi pentagonal
asset kedua jenis usaha tersebut
c) Identifikasi kebutuhan kegiatan untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi tersebut
termasuk di dalamnya kegiatan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan
5. Media bantu:
a) Daftar pertanyaan
b) Peta kelurahan dan permukiman
c) Informasi kegiatan PPMK (tematik, pentagonal)
d) Tabel jenis usaha, lokasi (dusun/RW) dan besaran (jumlah yang berusaha)
e) Tabel daftar infra pendukung, lokasi, kondisi, dan pemanfaat
f) Matrik rantai produksi
117 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
g) Matrik pemanfaatan infrastruktur oleh jenis usaha
h) Matrik kebutuhan dan prioritas infrastruktur
118 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Kerangka dan Aspek.
Siapa
Bagaimana
Kapan
Dimana
119 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Tabel Lampiran 5.2 Contoh Format Kondisi Kegiatan Usaha Penghidupan Masyarakat
Sumberdaya
Alam
Sumberdaya
Manusia
Sosial
Fisik
A. Tujuan
Pengamatan lapangan dan verifikasi lapangan adalah metode klarifikasi, verifikasi, dan atau penggalian data
lapangan (dan data lapangan tambahan) yang bertujuan untuk melengkapi gambaran kegiatan penghidupan
di tingkat kelurahan dan permukiman lokasi dampingan KOTAKU, khususnya tentang rantai produksi (tata
produksi dan tata niaga) usaha ekonomi unggulan, usaha ekonomi MBR, dan usaha KSM dampingan KOTAKU,
beserta persoalan pentagonal assetnya termasuk di dalamnya kebutuhan infrastruktur untuk mendukung
penghidupan masyarakat tersebut.
B. Cakupan pemetaan
Cakupan pemetaan sama seperti pada pemetaan awal meliputi informasi mengenai :
2. Rantai produksi (tata produksi dan tata niaga) usaha/komoditi unggulan, mencakup:
a. Skema alur barang dan/jasa dari bahan mentah, produk jadi, sampai ke pasar
b. Peta alur pergerakan spasial barang/jasa, infrastruktur pendukung, dan moda angkutan
c. Lokasi spasial pembuangan residu (jika ada)
d. Sebaran lokasi unit-unit usaha MBR anggota KSM dan KSM dampingan program KOTAKU
e. Sebaran infrastruktur pendukung kegiatan usaha ekonomi mereka di tingkat kelurahan dan
permukiman, dan memperoleh informasi tentang kelompok pemanfaat dan jenis
pemanfaatan infratruktur pendukung kegiatan usaha ekonomi.
C. Teknik Pemetaan
Pelaksanaan pengamatan dan verifikasi lapangan dilakukan setelah tahapan bedah RPLP yang dilakukan oleh
TIPP dan Warga. Teknik pengumpulan informasi yang digunakan mencakup;
D. Tahapan Pemetaan
Tahapan-tahapan pemetaan adalah:
1. Persiapan: Sebelum ke lapangan, maka seluruh data hasil pemetaan awal baik berupa peta, deskripsi
maupun tabel dibawa untuk mendukunng proses pengamatan lapangan. Kemudian tentukan rute
yang akan ditempuh, secara umum:
a. Orientasi lokasi secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran umum desa/kelurahan
b. Kemudian langsung masuk ke titik 2 jenis usaha yang mewakili usaha ekonomi masyarakat yang
dominan, dengan sasaran yang paling rentan atau MBR
121 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
2. Tahap pengamatan di kelurahan dan permukiman (transect walk). Tahapan ini dilakukan setelah
peta spasial kelurahan dan permukiman yang sudah dipersiapkan sebelumnya telah lengkap memuat
informasi awal.
b. Pengamatan terfokus kegiatan ekonomi warga dan infrastruktur. Selama di perjalanan (dan
sambil memetakan serta mengecek peta kelurahan dan permukiman), lakukan pengamatan
mengenai;
i. Lokasi jenis-jenis kegiatan usaha ekonomi di sektor unggulan dan usaha ekonomi
lainya yang ditemui di perjalanan; seperti dagang warungan, pedagang keliling,
minimarket, pasar tradisional, pencucian mobil, salon, menjahit, pembuatan
makanan, dll
ii. Infrastruktur permukiman dan ‘non-permukiman’ yang digunakan oleh usaha
ekonomi unggalan dan berbagai macam kegiatan ekonomi tersebut.
c. Wawancara indvidual dan kelompok (tematik usaha unggulan). Temui satu dua orang
pelaku usaha ekonomi unggulan, usaha MBR anggota KSM, serta KSM dampingan KOTAKU
(yang mewakili jenis usaha dan lokasi) untuk berdiskusi mengenai tata produksi dan tata
niaga, yang mencakup informasi mengenai:
i. Rantai produksi, yaitu tata produksi dan tata niaga terkait infoemasi mengenai lokasi
dan cara memperoleh bahan baku, memproduksi dan memasarkan.
ii. Peta alur pergerakan spasial barang/jasa, infrastruktur pendukung, dan moda
angkutan
iii. Lokasi dan cara pembuangan limbah (jika ada)
d. Jalan-jalan terpandu dilakukan sampai informasi yang dibutuhkan dianggap lengkap catat
seluruh kegiatan baik ke dalam peta maupun tabel yang sudah ada dan catatan lain yang
diperlukan
3. Output:
a. Peta (tambahan) profil kelurahan
b. Peta spasial Sebaran Usaha Ekonomi (unggulan/dominan, MBR, dan KSM)
c. Profil Rantai Produksi (usaha unggulan, MBR, dan KSM)
d. Peta spasial infrastruktur pendukung
e. Daftar kebutuhan dan prioritas infrastruktur untuk disediakan dan atau ditingkatkan
kualitasnya
4. Media Bantu:
a. Daftar pertanyaan
b. Peta kelurahan dan permukiman
c. Informasi kegiatan PPMK (tematik, pentagonal)
d. Tabel jenis usaha, lokasi (dusun/RW) dan besaran (jumlah yang berusaha)
e. Tabel daftar infra pendukung, lokasi, kondisi, dan pemanfaat
122 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
f. Matrik rantai produksi
g. Matrik pemanfaatan infrastruktur oleh jenis usaha
h. Matrik kebutuhan dan prioritas infrastruktur
D. Profil Kelurahan
1. Apa saja jenis-jenis mata pencaharian masyarakat yang ada di kelurahan dan permukiman? Dimana
lokasinya? Apa jenis mata pencaharian yang dominan?
2. Apa jenis usaha/komiditi unggulan? Dimana lokasinya? Siapa saja pelaku usahanya (MBR, Non-MBR)
3. Berapa jumlah penduduk MBR di kelurahan? Dimana lokasi domisili MBR? Apa usaha dan atau mata
pencajarian mereka?
4. Berapa KSM yang didampingi oleh KOTAKU? Apa jenis usahanya? Dimana lokasinya?
5. Apa saja sumberdaya alam yang tersedia di kelurahan dan permukiman yang digunakan digunakan
untuk usaha ekonomi (unggulan, MBR, dan KSM)
6. Apa saja jenis lembaga keuangan (formal dan informal) yang ada di kelurahan dan permukiman?
Dimana lokasinya?
7. Apa saja benda-benda cagar budaya dan kegiatan sosial budaya yang ada di kelurahan dan
permukiman? Apa saja yang berpotensi menjadi objek wisata? Dimana lokasinya? (jika ada)
123 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Lampiran 7
Berita Acara Penetapan Kegiatan Ekonomi Unggulan
Desa/Kelurahan : _____________________
BKM : _____________________
Provinsi : _____________________
Kota/Kabupaten : _____________________
Pada hari ini ..................... tanggal ..................... bulan ..................... tahun ……………….…… telah
dilaksanakan kegiatan ………………………………………………..bertempat di ………………………,
A. Menimbang:
1. Berdasarkan hasil kajian data dan informasi dari kebijakan Pemda Kabupaten / Kota (RTRW /
RDTR / dll) dengan rincian sebagai berikut:
a. ………………………………………..
b. ………………………………………..
c. ………………………………………..
d. ………………………………………..
2. Berdasarkan hasil kajian data dan informasi dari RPLP dengan rincian sebagai berikut:
a. ………………………………………..
b. ………………………………………..
c. ………………………………………..
d. ………………………………………..
3. Berdasarkan hasil kajian data dan informasi dari warga masyarakat yang hadir dengan rincian
sebagai berikut :
a. ………………………………………..
b. ………………………………………..
c. ………………………………………..
d. ………………………………………..
4. Berdasarkan hasil kajian data dan informasi dari TIPP dan Aparat Kelurahan/Desa dengan rincian
sebagai berikut:
a. ………………………………………..
b. ………………………………………..
c. ………………………………………..
d. ………………………………………..
124 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
B. Menetapkan
2.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
2. Anggota BKM 2.
3. Anggota TIPP 3.
4. Anggota KSM 4.
5. Wakil MBR 5.
6. Wakil MBR 6.
Format ini hanya contoh, dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat
125 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Lampiran 8
Berita Acara Penetapan Potensi Usaha Unggulan dan Infrastruktur BPM PPMK
BERITA ACARA
Desa/Kelurahan : _____________________
PENETAPAN POTENSI USAHA UNGGULAN dan INFRASTRUKTUR BPM PPMK
Provinsi : _____________________
Kota/Kabupaten : _____________________
Kelurahan / Desa : _____________________
Pada hari ini ..................... tanggal ..................... bulan ..................... tahun ……………….…… telah
dilaksanakan kegiatan ………………………………………………..bertempat di ………………………,
Menetapkan
2.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
1. Bappeda 1.
2.
2. Aparat Pemda (OPD Terkait)
3. Satker PIP 3.
Format ini hanya contoh, dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat
126 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Lampiran 9
Berita Acara Rembug Penyusunan Konsep Pengembangan Ekonomi
BERITA ACARA
REMBUG PENYUSUNAN KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BPM PPMK TA. 2019
Pada hari ini ...................................... tanggal ....................... bulan…… ............. tahun ............. telah
dilaksanakan Rembug Penyusunan Konsep Pengembangan Ekonomi untuk menyusunan Konsep Pengembangan
Ekonomi dan Konsep Pra Desain serta menyepakati Daftar Infrastruktur Prioritas Penyelenggaraan Infrastruktur
BPM PPMK Tahun 2019 untuk Kelurahan ……………………………., Kecamatan …………………………, Kab/Kota
…………………………………, Provinsi ……………………………………
Berdasarkan hasil rembug, maka dinyatakan bahwa Dokumen Konsep Pengembangan Ekonomi telah disepakati
dengan isi lampiran sebagai berikut:
No Isi Dokumen
A. Konsep Pengembangan Ekonomi
1. a. Profil Kawasan dan Kelurahan
b. Visi dan Misi
c. Tata Guna Lahan
d. Mata pencaharian masyarakat;
e. Sebaran lokasi MBR;
Usaha ekonomi masyarakat yang dominan/unggulan;
2. Posisi Kelurahan Dalam Kebijakan Kota
3. Deskripsi Rantai Produksi dan Pentagonal Aset Produk Unggulan
4. Visi Misi Pengembangan Usaha
5. Konsep Perencanaan
6. Permasalahan
7. Rencana Pengelolaan Kegiatan dan Rencana Usaha (Bisnis Plan)
8. Matrik Program Penanganan
9. Master Plan Pembangunan Infrastruktur BPM PPMK
B. Pre Desain
10. Site Plan Lokasi Terpilih
11. Daftar Infrastruktur Prioritas (kegiatan terpilih sudah memenuhi Daftar Negative Kegiatan)
12. Analisa Pemilihan Konstruksi dan Material
13. Gambar Sebelum dan Sesudah (Before – After)
14. Gambar Sketsa Tampak dan Potongan
15. Pemaketan Pekerjaan
16. Daftar Objek / Warga Terdampak*
127 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
Identifikasi Dampak Lingkungan dan Sosial (Daftar Uji Dampak Lingkungan dan Identifikasiasi
17.
Ketersediaan Lahan & Metode Pengadaan)
C. Lampiran :
18. Berita Acara (BA) Rembug Konsep Pengembangan Ekonomi
19. Berita Acara (BA) Pembentukan KSM
20. Berita Acara (BA) Pembentukan Kelompok Pengelolaan Usaha (Fisik + Usaha)
Ket : * Jika ada (lampirkan)
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang menyepakati :
Mengetahui :
128 | POS Penyel enggaraan Infrastruktur Kegiatan Ekonomi Berbasis Komunitas | Program KOTAKU
PROSEDUROPERASI
ONALSTANDAR(
POS)
KEGI
ATANI
NFRASTRUKTURBPM PPMK
T
AHUN2019