Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

1.1.

1 - 1

LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

menjabarkan seluruh kegiatan yang termasuk dalam sistem proses perencanaan


tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
keterkaitan satu sama lainnya bersifat sekuensial. Pemahaman bahwa sistem ini
merupakan

siklus

menyebabkan

hasil-hasil

yang

diperoleh

dari

proses

perencanaan tata ruang ditempatkan sebagai acuan dari kegiatan-kegiatan


pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah wujud formal kebijakan,
rencana, dan program (KRP) acuan yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah
tertentu.
Oleh karena itu, setiap proses perumusan Kebijakan, Rencana dan Program
(KRP) pembangunan sampai dengan pelaksanaannya yang memerlukan alokasi
kegiatan di suatu lokasi atau kawasan tertentu akan senantiasa mengandung
kepentingan

pelestarian

lingkungan

hidup.

Dalam

konteks

mekanisme

implementasi strategi pembangunan, perhatian pada lingkungan hidup ini


seyogyanya ditempatkan sejak awal proses penetapan strategi sampai dengan
pelaksanaannya.
Akhir-akhir ini kerusakan dan pencemaran lingkungan di Indonesia boleh
dikatakan telah berlangsung dalam kecepatan yang melampaui kemampuan untuk
mencegah dan mengendalikan degradasi lingkungan hidup. Kebijakan, Rencana
dan Program (KRP) pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan yang
telah diluncurkan pemerintah sejak tiga dekade lalu, tampak tak berarti atau kalah
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 2

berpacu dengan kecepatan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Salah satu


faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah karena pertimbangan
lingkungan tidak diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap
formulasi kebijakan, rencana, atau program-program pembangunan.
Di Indonesia, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disingkat UU
PPLH), KLHS digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program yang akan atau sudah ditetapkan. Dalam penyusunan
kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan
alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan, sedangkan
dalam evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
mengidentifikasi dan memberikan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program yang menimbulkan dampak dan/atau risiko negatif terhadap
lingkungan.
Rencana Tata Ruang Wilayah adalah wujud formal kebijakan, rencana, dan
program (KRP) acuan yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah tertentu.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan cara penanganan dan karakteristik khusus
sebuah satuan wilayah membedakan jenis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
tersebut. Sebuah RTRW yang mengatur satuan wilayah yang luas memuat arahan
dan acuan yang lebih strategis dan umum daripada RTRW yang mengatur satuan
wilayah yang lebih kecil. Akibatnya, semakin luas wilayah yang diatur, semakin
panjang dimensi kerangka waktu (time-frame) yang bisa dicakup aturan tersebut.
Oleh sebab itu, hirarki RTRW yang disusun berdasarkan luasan wilayah sebenarnya
juga mencerminkan hirarki operasionalitas arahan yang dimuat. Sebuah RTRW
skala nasional, provinsi, kabupaten/kota sebenarnya memuat kebijakan-kebijakan,
sementara RTRW skala rinci/kawasan lebih banyak memuat kumpulan program
Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi pola pemahaman mengenai bagaimana
aspek-aspek lingkungan hidup diterapkan dalam muatan RTRW yang berbeda
jenjangnya.
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 3

dipertimbangkan dalam KRP tata ruang. Posisinya berada pada relung


pengambilan keputusan. Oleh karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan tata ruang tidak selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat
khusus bagi masing-masing RTRW. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa
memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan
sebagai instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan
(suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua
fungsi-fungsi diatas. Keberadaannya yang kontekstual menyebabkan pokok-pokok
pikiran dalam Dokumen KLHS tidak bisa dipahami sebagai sebuah aturan yang
baku, melainkan sebagai sebuah arahan untuk memilih alternatif-alternatif
pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Adapun nilai-nilai yang dianggap penting dalam aplikasi KLHS di Indonesia
adalah :
Keterkaitan (interdependency); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS
dengan maksud agar dalam penyelenggaraan KLHS mempertimbangkan
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur
dengan unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi,
atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar
daerah, dan seterusnya. Dengan membangun pertautan tersebut maka KLHS
dapat diselenggarakan secara komprehensif atau holistik.
Keseimbangan (equilibrium); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS
dengan maksud agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau dipandu
oleh nilai-nilai keseimbangan seperti keseimbangan antara kepentingan sosial
ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup, keseimbangan antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, keseimbangan kepentingan
pembangunan pusat dan daerah, dan lain sebagainya. Implikasinya, forumforum untuk identifikasi dan pemetaan kedalaman kepentingan para pihak
menjadi salah satu proses dan metode yang penting digunakan dalam KLHS.
Keadilan (justice); digunakan sebagai nilai penting dengan maksud agar
melalui KLHS dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak
mengakibatkan marginalisasi sekelompok atau golongan masyarakat tertentu
karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber- sumber alam
atau modal atau pengetahuan.
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 4

Kegiatan penyusunan KLHS di Indonesia mengacu pada UU No. 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2009 Pedoman
Pelaksanaan KLHS serta adanya Surat Edaran Bersama (SEB) Mendagri dan
MenLH No. 660/5113/SJ dan No.04/MENLH/12/2010, tanggal 29 Desember
2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Metode Cepat (Quick Appraisal) Untuk RTRW Kabupaten/Kota, yang dikeluarkan
dalam rangka memandu penyelenggaraan KLHS bagi RTRW yang berada pada
kondisi dimana Raperda RTRW Kabupaten/Kota sedang dalam proses penetapan.
Atas dasar tersebut sehingga Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Maros
pada Tahun Anggaran 2011 berinisiasi melakukan penyusunan KLHS untuk dapat
mengintegrasikan

pertimbangan

lingkungan

hidup

dan

prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam penyusunan KLHS untuk Raperda RTRW


Kabupaten Maros Tahun 2011-2031, dengan merujuk pada Surat Edaran Bersama
(SEB) Mendagri dan MenLH No. 660/5113/SJ dan No.04/MENLH/12/2010,
tanggal 29 Desember 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup

Strategis

(KLHS)

Metode

Cepat

(Quick

Appraisal)

Untuk

RTRW

Kabupaten/Kota.

1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan penyusunan KLHS untuk RTRW Kabupaten Maros

adalah diperolehnya hasil kajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program


dalam Raperda RTRW terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah Kabupaten
Maros. Selain menyusun rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program Raperda RTRW yang telah mengintegrasikan pertimbangan
pembangunan berkelanjutan di wilayah Kabupaten Maros.
Sedangkan tujuan yang diharapkan dari kegiatan penyusunan KLHS
Raperda RTRW Kabupaten Maros secara umum adalah menjamin terwujudnya
pembangunan yang produktif dan berwawasan lingkungan hidup dalam
mendukung pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup masyarakat
secara berkelanjutan, selain untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 5

berkelanjutan pada RTRW Kabupaten Maros telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan wilayah Kabupaten Maros melalui kebijakan, rencana,
dan/atau program.

1.3.

PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT


Pemangku kepentingan terkait dalam KLHS Raperda RTRW Kabupaten

Maros berdasarkan amanat dalam UU No. 32 Tahun 2009, antara lain adalah :
1. DPRD Kabupaten Maros
2. Sekretariat Daerah Kabupaten Maros;
3. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Maros;
4. Bappeda Kabupaten Maros;
5. Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Maros;
6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros;
7. Dinas Permukiman dan Kebersihan Kabupaten Maros;
8. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros;
9. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros;
10. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Maros;
11. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Maros;
12. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maros;
13. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Maros;
14. Akademisi dan Perencana Lingkungan;
15. CSR (Industri Semen dan Pertambangan Marmer);
16. Camat, Kades, Kadus dan Tokoh Masyarakat dimana lokasi pengembangan
berada;
17. LSM dan Pemerhati Lingkungan;

1.4.

DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN


Dasar hukum dan kebijakan yang mendasari penyusunan KLHS antara lain

adalah :
1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar pokok-Pokok Agraria
2. UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 6

3. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan


Ekosistemnya
4. UU No. 4 Tahun 1999 tentang Kehutanan
5. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
6. UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
7. UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan.
8. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan di Daerah
9. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
10. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil;
11. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik;
12. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
13. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
14. UU No. 10 Tahun 2009 tenteng Kepariwisataan;
15. UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan;
16. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH)
17. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
18. Kepres. No. 32 Tahun 1990 Tentang Pegelolaan Kawasan Lindung;
19. PP No. 68 Tahun 2010 Tentang Peranserta Masyarakat Dalam Penyusunan
Tata Ruang
20. PP No. 8 Tahun 2007 Tentang Peranserta Masyarakat Dalam Pembangunan
(Musrenbang)
21. PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Peranserta Masyarakat Dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan Hutan
22. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang;
23. Kepmenkimpraswil No. 327/2002 Tentang Pedoman Penyusunan Tata Ruang
Kawasan Perkotaan;
24. Edaran Mendagri No. 050/1240/II/BANGDA/2001, tanggal 21 Juni 2001,
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Propinsi,
Kabupaten dan Kota;
25. Permen No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah,
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 7

26. Surat Edaran Bersama (SEB) Mendagri dan MenLH No. 660/5113/SJ dan
No.04/MENLH/12/2010, tanggal 29 Desember 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metode Cepat Untuk
RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota
27. RTRW dan RPJMD Kabupaten Maros.
28. Raperda RTRW Kabupaten Maros.

1.5.

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1.5.1. Pendekatan dan Prinsip-Prinsip KLHS


Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam penataan ruang dibentuk oleh kerangka
bekerja dan metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini
ada 4 (empat) model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :
1) KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe)
KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL, baik dari segi langkah-langkah
prosedur bekerjanya, maupun metodologi berpikirnya, yaitu mendasarkan
telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTRW atau KRP tata ruang
terhadap lingkungan hidup.
2) KLHS

sebagai

Kajian

Penilaian

Keberlanjutan

Lingkungan

Hidup

(Environmental Appraisal)
KLHS yang memiliki pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai uji
kebijakan untuk menjamin keberlanjutan lingkungan hidup, sehingga bisa
diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang
aspek lingkungan hidup.
3) KLHS

sebagai

Kajian

Terpadu/Penilaian

Keberlanjutan

Assessment/ Sustainability Appraisal)

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

(Integrated

Pendahuluan

1 - 8

Pendekatan ini menempatkan posisinya sebagai bagian dari uji kebijakan


untuk menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya
merupakan paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup.
4) KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam
(Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan
Sumberdaya (Sustainable Resource Management)
KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a)
dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem
perencanaan penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian
dari strategi spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan
pertimbanganpertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari
substansi RTRW atau KRP tata ruang, sementara model b) menekankan
penegasan fungsi RTRW atau KRP tata ruang sebagai acuan aturan
pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan
masukan berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa
penyelenggaraan KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi
kebijakan, rencana dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas
proses dan produk kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari
perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS adalah strategi yang cenderung
bersifat persuasif dalam pengertian lebih mengutamakan proses pembelajaran
dan pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan
evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih memperhatikan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam kerangka pendekatan ini, 6 (enam)
prinsip KLHS seyogyanya dianut, sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Prinsip 1: Penilaian Diri (Self Assessment)
Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang diharapkan muncul
dari diri pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan
dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program agar lebih
memperhatikan

prinsip-prinsip

mempertimbangkan

pembangunan

prinsip-prinsip

tersebut

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

berkelanjutan
dalam

dan
setiap

Pendahuluan

1 - 9

keputusannya. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan


secara apriori mempunyai tingkat kesadaran dan kepedulian atas
lingkungan. KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran dan
kepedulian tersebut terefleksikan dalam proses dan terformulasikan
dalam produk pengambilan keputusan untuk setiap kebijakan, rencana
dan/atau program.
Prinsip 2 : Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau program (Improvement
of the Policy, Plan, and/or Program)
Prinsip

ini

menekankan

pada

upaya

untuk

penyempurnaan

pengambilan keputusan suatu kebijakan, rencana dan/atau program.


KLHS tidak menghambat proses perencanaan kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan menjadi media atau katalisator untuk
memperbaiki proses dan produk kebijakan, rencana dan/atau program.
Prinsip ini berasumsi bahwa perencanaan kebijakan, rencana dan/atau
program

di

Indonesia

selama

ini

belum

mempertimbangkan

pembangunan berkelanjutan secara optimal dan KLHS dapat memicu


perbaikan atau penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program
bersangkutan.
Prinsip 3 : Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial (Social Learning and
Capacity Building)
Prinsip ini menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perencanaan
kebijakan, rencana dan/atau program harus menjadi media untuk
belajar

bersama

khususnya

tentang

isu-isu

pembangunan

berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum dan khususnya bagi para


birokrat dan pengambil keputusan. KLHS harus memungkinkan seluruh
pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan kebijakan,
rencana

dan/atau

program

untuk

meningkatkan

kapasitasnya

mengapresiasi lingkungan hidup dalam keputusannya. Melalui KLHS,


dapat dicapai masyarakat, birokrat, dan pengambil keputusan yang
lebih cerdas dan kritis dalam menentukan keputusan pembangunan
agar berkelanjutan.

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 10

Prinsip 4 : Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan (Influencing Decision


Making)
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang
positif pada pengambilan keputusan. KLHS akan mempunyai makna
apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan,
khususnya untuk memilih atau menetapkan kebijakan, rencana
dan/atau

program

yang

lebih

menjamin

pembangunan

yang

berkelanjutan.
Prinsip 5 : Akuntabel (Accountable)
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara
terbuka

dan

bertanggungjawab,

sehingga

dapat

dipertanggung-

jawabkan pada publik secara luas. Azas akuntabilitas KLHS sejalan


dengan semangat akuntabilitas dari kebijakan, rencana dan/atau
program

itu

sendiri,

sebagai

bagian

dari

prinsip-prinsip

tata

pemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaan KLHS dapat


lebih menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan, rencana dan/atau
program bagi seluruh pihak. KLHS tidak ditujukan untuk menjawab
tuntutan para pihak, karena lingkup KLHS terbatas, sedangkan tuntutan
dapat berdimensi luas.
Prinsip 6 : Partisipatif
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka
dan melibatkan pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan,
rencana dan/atau program. Prinsip ini telah menjadi amanat dalam
Undnag-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan

Lingkungan

Hidup,

dan

harus

diwadahi

dalam

penyelenggaraan KLHS. Dengan prinsip ini diharapkan proses dan


produk kebijakan, rencana dan/atau program semakin mendapatkan
legitimasi atau kepercayaan publik.
KLHS dalam kategori ini memiliki dua model, yaitu :
1. Model a) menekankan pertimbangan-pertimbangan kondisi sumberdaya
alam sebagai dasar dari substansi RTRW;

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 11

2. Model b) menekankan penegasan fungsi RTRW sebagai acuan aturan


pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam.
Aplikasi-aplikasi pendekatan di atas dapat diterapkan dalam bentuk kombinasi,
sesuai dengan : hirarki dan jenis RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, lingkup isu
mengenai sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang menjadi fokus, konteks
kerangka hukum RTRW yang dihasilkan/ditelaah, kapasitas institusi dan
sumberdaya manusia aparatur pemerintah selaku pelaksana dan pengguna KLHS,
serta tingkat kemauan politis atas manfaat KLHS terhadap RTRW.
Tabel 1.1. Pengaruh KLHS dalam RTRW
Tipe RTRW

RTRW berskala luas, memuat


kebijakan dasar dan norma
acuan bagi daerah (mis: RTRW
Nasional atau Pulau)
RTRW yang memuat substansi
khusus wilayah tertentu, harus
memadukan kepentingan
antar wilayah dan
stakeholder, termasuk
masyarakat (mis: RTRW
Propinsi atau Kawasan
tertentu setingkat Nasional
atau Propinsi)
RTRW untuk cakupan luas
terkecil, berisi arahan
operasional atau programatik
yang sangat kental dengan
kekhasan daerah tertentu dan
dipengaruhi oleh aspirasi
masyarakat setempat. Misal
RDTR

Pengaruh
KLHS

Tujuan KLHS dalam Penataan Ruang

Instrumental

Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi


dari Rencana Tata Ruang Wilayah terhadap
lingkungan hidup sebagai upaya untuk
mendukung proses pengambilan keputusan
Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan
ke dalam substansi Rencana Tata Ruang
Wilayah.

Transformatif

(1) Memperbaiki mutu dan proses formulasi


substansi RTRW (2) Memfasilitasi proses
pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan agar dapat menyeimbangkan
tujuan lingkungan hidup, dengan tujuan
sosial dan ekonomi

Substantif

(1) Meminimasi potensi dampak penting


negatif akibat usulan RTRW - jika tingkat
keberlanjutan substansi RTRW rendah (2)
Melakukan langkah-langkah perlindungan
yang tangguh-jika tingkat keberlanjutan
substansi RTRW moderat (3)memelihara
potensi sumber daya alam dan daya dukung
air, udara, tanah dan ekosistem

1.5.2. Lingkup Wilayah dan Dimensi Waktu Rencana


Lingkup wilayah dari pekerjaan ini meliputi wilayah pengamatan dan wilayah
perencanaan secara substansi tertuang Dalam Dokumen Perencanaan Tata Ruang
RTRW, yang akan dikaji KRP-nya secara strategis berdasarkan Surat Edaran
Bersama

(SEB)

Mendagri

dan

MenLH

No.

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

660/5113/SJ

dan

Pendahuluan

1 - 12

No.04/MENLH/12/2010,

tanggal

29

Desember

2010

tentang

Pedoman

Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metode Cepat Untuk RTRW
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Sedangkan dimensi waktu Implementasi hasil Kegiatan Penyusunan KLHS
akan mengikuti dimensi waktu rencana tata ruang, atau dimungkinkan 20
(duapuluh) tahun dan dapat dievaluasi setiap 5 (lima) tahun sebagaimana yang
diamanahkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

1.6.

STRUKTUR LAPORAN AKHIR (Final Report)

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang yang membicarakan tentang diperlukannya


penyusunan suatu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); Tujuan dan Manfaat;
Ruang Lingkup Pekerjaan yang terdiri dari lingkup materi, lingkup wilayah dan
dimensi waktu rencana, serta Struktur Laporan Pendahuluan.
BAB 2 LANDASAN KONSEPSIONAL
Memberikan penjelasan berbagai pengertian dan definisi-definisi yang digunakan
dalam relung kegiatan KLHS, serta prosedur dan metode dalam pelaksanaan KLHS.
BAB 3 TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN MAROS
Pada bab ini menguraikan secara umum kondisi wilayah Kabupaten Maros yang
disajikan dalam bentuk narasi deskripsi dilengkapi tabulasi dan diagram serta
gambar, dan merupakan Rona Awal dalam mendeskripsikan wilayah perencanaan
KLHS.
BAB 4 RUANG LINGKUP KLHS KABUPATEN MAROS
Bab ini menguraikan lingkup kajian kegiatan penyusunan KLHS dengan Metode
Cepat (Quick Appraisal) melalui identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan
yang disepakati pada tahap penjaringan dengan stakeholder terkait, dan
mengidentifikasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang tertuang dalam
materi teknis dan Raperda RTRW Kabupaten Maros 2011-2031.
BAB 5 KAJIAN PENGARUH KRP TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Bab ini menjelaskan tentang pengkajian pengaruh kebijakan, Rencana, dan/atau
Program terhadap pembangunan berkelanjutan, yang diisi dengan deskripsi
Laporan Akhir (Final Report)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Pendahuluan

1 - 13

mengenai intensitas, persebaran, atau lama berlangsungnya pengaruh serta


akumulasi dampak yang timbul berdasarkan hasil kegiatan isu-isu pembangunan
berkelanjutan yang dituangkan dalam matriks identifikasi isu dan kajian pengaruh
serta alternatif mitigasi dan rekomendasi.
BAB 6 ALTERNATIF KEBIJAKAN, RENCANA, dan/atau PROGRAM
Bab ini menjelaskan tentang alternatif mitigasi hasil kajian pengaruh dampak positif
dan negatif terhadap KRP dalam Raperda RTRW Kabupaten Maros 2011-2030
berdasarkan hasil kegiatan isu-isu pembangunan berkelanjutan dalam upaya untuk
mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta upaya untuk mendorong
pembangunan berkelanjutan.
BAB 7 REKOMENDASI
Bab ini menguraikan rekomendasi tentang alternatif mitigasi dari hasil kajian
pengaruh dampak positif dan negatif terhadap KRP dalam Raperda RTRW
Kabupaten Maros 2011-2030 yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan selanjutnya dintegrasikan ke dalam materi teknis dan raperda
RTRW Kabupaten Maros.

Laporan Akhir (Final Report)


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RTRW Kabupaten Maros

Anda mungkin juga menyukai