Disusun oleh:
Peringatan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (RPPLHD) Kota Sukabumi Tahun 2020 –
2050 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada saat kajian ini disusun, yaitu dari bulan
Juni – xxx 2019. Perlu dipahami bahwa data dan informasi perlu disesuaikan dengan perkembangan yang
terjadi pada waktu mendatang, meskipun upaya optimal telah dilakukan untuk memberikan informasi yang
akurat dan sesuai dengan data terkini yang tersedia saat ini. Dokumen RPPLHD ini milik Dinas Lingkungan
Hidup Kota Sukabumi, untuk reproduksi atau penggunaan, pemanfaatan oleh pihak lain dipersilahkan
menghubungi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Sukabumi.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Ringkasan Eksekutif
i
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Prakata
ii
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Daftar Isi
iv
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Lampiran ............................................................................................... I
Lampiran A: Metodologi Penyusunan RPPLH ................................................. I
v
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Daftar Gambar
vi
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.31 Status DDLH untuk jasa ekosistem penyediaan air bersih di Kota Sukabumi
Tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5” ............................................................ 52
Gambar 2.32 Potensi beban pencemar zat BOD di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem
grid 5”x5” ............................................................................................ 54
Gambar 2.33 Potensi beban pencemar zat COD di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem
grid 5”x5” ............................................................................................ 54
Gambar 2.34 Potensi beban pencemar zat TSS di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem
grid 5”x5” ............................................................................................ 55
Gambar 2.35 Sebaran timbulan sampah di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid
5”x5” (Sumber: hasil analisis, 2019) ............................................................. 57
Gambar 2.36 Neraca massa pengelolaan sampah Kota Sukabumi (Sumber: Laporan GRK
Kota Sukabumi, 2017) .............................................................................. 58
Gambar 2.37 Potensi lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) di Kota Sukabumi ......... 61
Gambar 2.38 Potensi timbulan lumpur tinja di Kota Sukabumi Tahun 2016 dalam sistem
grid 5”x5” ............................................................................................ 62
Gambar 2.39 Hasil pengukuran konsentrasi sulfur dioksida (SO 2) ........................... 64
Gambar 2.40 Hasil pengukuran konsentrasi nitrogen monoksida (NO) ...................... 64
Gambar 2.41 Hasil pengukuran konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) ........................ 65
Gambar 2.42 Hasil pengukuran konsentrasi hidrogen sulfida (H 2S).......................... 66
Gambar 2.43 Hasil pengukuran konsentrasi karbon monoksida (CO) ........................ 66
Gambar 2.44 Hasil pengukuran konsentrasi TSP ............................................... 67
Gambar 2.45 Hasil pengukuran konsentrasi PM10............................................... 67
Gambar 2.46 Hasil pengukuran kebisingan ...................................................... 69
Gambar 2.47 Kerentanan bencana banjir di Kota Sukabumi ................................. 71
Gambar 2.48 Kerawanan bencana gerakan tanah di Kota Sukabumi ........................ 72
Gambar 2.49 Kerawanan bencana kekeringan di Kota Sukabumi ............................ 73
Gambar 2.50 Indeks jasa perlindungan bencana di Kota Sukabumi ......................... 74
Gambar 2.51 Indeks daya lenting Kota Sukabumi .............................................. 75
Gambar 2.52 Tekanan penduduk di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5” pada tahun:
(a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050 .......................... 76
Gambar 2.53 Proyeksi sebaran timbulan sampah di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5”
pada tahun: (a) 2020, (b) 2030, (c) 2040, dan (d) 2050 ....................................... 77
Gambar 2.54 Peningkatan jumlah timbulan sampah di Kota Sukabumi dalam sistem grid
5”x5” pada tahun: (a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050 ... 78
Gambar 2.55 Proyeksi potensi timbulan sampah total di Kota Sukabumi .................. 79
Gambar 2.56 Proyeksi timbulan lumpur tinja di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5”
pada tahun: (a) 2020, (b) 2030, (c) 2040, dan (d) 2050 ....................................... 80
Gambar 2.57 Peningkatan timbulan lumpur tinja di Kota Sukabumi dalam sistem grid
5”x5” pada tahun: (a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050 ... 81
Gambar 2.58 Proyeksi potensi timbulan lumpur tinja total di Kota Sukabumi ............ 81
Gambar 2.59 Peningkatan zat pencemar per hari dari tahun 2016 ke tahun 2050 di Kota
Sukabumi dalam sistem grid 5”x5” untuk zat: (a) BOD, (b) COD, (c) TSS ................. 83
Gambar 2.60 Proyeksi potensi beban pencemar total di Kota Sukabumi ................... 83
Gambar 2.61 Cluster daerah penyedia dan aliran materi bahan pangan untuk wilayah Kota
Sukabumi ............................................................................................. 88
vii
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.62 Cluster daerah penyedia dan aliran air untuk wilayah Kota Sukabumi ..... 90
viii
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Daftar Tabel
ix
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.31 Interaksi wilayah penyedia dan penerima aliran bahan pangan dalam cluster
penyedia pangan Kota Sukabumi ................................................................. 89
Tabel 2.32 Interaksi wilayah penyedia dan penerima aliran air dalam cluster penyedia air
Kota Sukabumi ...................................................................................... 91
Tabel 3.1 Matriks tantangan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan
hidup di Kota Sukabumi ............................................................................ 93
Tabel 3.2 Analisis DPSIR ekoregion perbukitan struktural di Kota Sukabumi .............. 98
Tabel 3.3 Analisis DPSIR ekoregion perbukitan vulkanik di Kota Sukabumi .............. 101
Tabel 4.1 Arahan program prioritas berdasarkan strategi umum RPPLHD Kota Sukabumi
tahun 2020-2050 .................................................................................. 116
Tabel 4.2 Arahan program prioritas berdasarkan strategi implementasi RPPLHD Kota
Sukabumi tahun 2020 - 2050 .................................................................... 134
x
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Bab 1 Pendahuluan
RPPLH disusun untuk menjadi dasar dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang dan Menengah (RPJPD/RPJMD), serta menjadi arahan pemanfaatan sumber daya
alam yang berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. RPPLH disusun
atas dasar:
Tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
Tujuan pembangunan berkelanjutan;
Tujuan pengendalian perubahan iklim;
Tujuan perlindungan dan pengelolaan keanekaragaman hayati.
POSISI RPPLH
DALAM SISTEM PERENCANAAN NASIONAL
RENSTRA
TR-PULAU Ekoregion K/L
Karakteristik
wilayah
administrasi
RENSTRA
TR-Prop RPPLHP RPJMP SKPD-P
Karakteristik
wilayah
administrasi
RENSTRA
TR-Kab/Kota RPPLHK RPJMK SKPD-K
Secara umum, muatan RPPLH yang menjadi dasar penyusunan RPJM, serta keterkaitannya
dengan KLHS dapat digambarkan pada Gambar 1.2. Penyusunan RPPLH untuk masing-
masing hierarki perencanaan didasarkan pada hal-hal berikut:
1
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
ditujukan untuk mendukung pencapaian visi Kota Sukabumi yaitu “Terwujudnya Kota
Sukabumi yang religius, nyaman, dan sejahtera”.
Pencapaian prioritas pembangunan Kota Sukabumi yang dituangkan dalam RPJMD Tahun
2018-2023 masing-masing memiliki fokus prioritas pembangunan yang berbeda, sebagai
berikut:
1. RPJMD Misi ke-1; diprioritaskan untuk mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia;
meningkatkan kualitas kesehatan; meningkatkan akses dan kualitas pendidikan,
olahraga, serta menumbuhkan masyarakat yang kreatif dan berbudaya; serta
mewujudkan masyarakat yang bahagia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. RPJMD Misi ke-2; diprioritaskan untuk mewujudkan layanan dasar kota layak huni yang
aman dan nyaman.
3. RPJMD Misi ke-3; diprioritaskan pada pengembangan ekonomi daerah yang
berkelanjutan.
4. RPJMD Misi ke-4; diprioritaskan pada peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik
melalui pelaksanaan reformasi birokrasi dan peningkatan inovasi daerah.
Berdasarkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan Kota Sukabumi yang tercantum
pada RPJMD dan RTRW, maka dapat dipahami jika sektor pembangunan prioritas di Kota
Sukabumi meliputi sektor berikut:
1. sektor pendidikan,
2. sektor kesehatan,
3. sektor pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
4. sektor pekerjaan umum, perumahan, dan penataan ruang,
5. sektor perhubungan,
6. sektor infrastruktur perkotaan,
7. sektor perdagangan dan UMKM,
8. sektor lingkungan hidup, serta
9. sektor pemerintahan dan pelayanan publik.
satu aset pembangunan yang menyimpan berbagai potensi dan ketersediaan sumber daya
alam untuk pembangunan, juga sekaligus berperan sebagai pembatas pembangunan,
khususnya wilayah-wilayah yang memiliki karakteristik ekoregion yang rentan dan/atau
rawan bencana.
1.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Bentang Alam dan Ekoregion di Kota Sukabumi
Secara umum, bentang alam Kota Sukabumi terbagi atas dua (2) jenis ekoregion darat,
yaitu: perbukitan struktural dan perbukitan vulkanik, yang masing-masing memiliki
karakteristik jasa ekosistem yang berbeda serta sumber daya alam yang khas (deskripsi
lengkap mengenai karakteristik jasa ekosistem dan sumber daya alam pada masing-masing
ekoregion di Kota Sukabumi disajikan pada Bab 2). Untuk mendukung keberlanjutan dan
kelestarian lingkungan hidup serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, maka
proses pembangunan di Kota Sukabumi perlu memperhatikan dan didasarkan pada kondisi
dan karakteristik bentang alam serta potensi, ketersediaan, dan keterbatasan dari jasa
ekosistem. Singkat kata, proses pembangunan perlu memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimandatkan oleh UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup guna menjamin ketersediaan
sumber daya alam bagi generasi mendatang.
Berdasarkan hal tersebut, penyusunan dokumen RPPLHD Kota Sukabumi ini ditujukan
untuk menyediakan arahan, acuan dan dasar bagi pembangunan di Kota Sukabumi
berdasarkan potensi, ketersediaan, keterbatasan jasa ekosistem serta sumber daya alam
di Kota Sukabumi yang terwujud dalam ambang batas dan status daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Berdasarkan status tersebut, intervensi kebijakan dan arahan
program untuk pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup dapat dirumuskan lebih
lanjut sebagai pengendali pembangunan di Kota Sukabumi.
4
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
5
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan posisi dan peran RPPLH terhadap RPJPD/RPJMD, yang
dikaitkan dengan arah pembangunan di Kota Sukabumi berdasarkan
RPJPD, RPJMD, dan RTRW Kota Sukabumi serta karakteristik bentang alam
di ekoregion Kota Sukabumi. Kemudian, dilanjutkan dengan tujuan dan
sasaran penyusunan Dokumen RPPLHD Kota Sukabumi. Selain itu, bab ini
juga memuat landasan hukum yang mendasari penyusunan RPPLH.
Bab 2 : Kondisi dan Indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah
6
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Bab 5 : Penutup
Bab ini berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi dalam
pelaksanaan RPPLHD Kota Sukabumi.
7
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Pada awalnya, pembentukan kecamatan di Kota Sukabumi diatur dalam PP No. 3 Tahun
1995 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi yang
menyebutkan bahwa wilayah Kota Sukabumi terbagi ke dalam 5 kecamatan. Selanjutnya,
menyesuaikan dengan Perda Kota Sukabumi No. 15 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Kecamatan dan Kelurahan, terjadi pemekaran untuk Kecamatan Baros menjadi 3
kecamatan yaitu Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Baros.
Oleh karena itu, sampai saat ini Kota Sukabumi terbagi menjadi 7 kecamatan yang terdiri
dari 33 kelurahan. Luas dataran masing-masing kecamatan, yaitu: Kecamatan Baros
(5,59158 km2), Kecamatan Lembursitu (10,76196 km 2), Kecamatan Cibeureum (9,14407
km2), Kecamatan Citamiang (4,00739 km 2), Kecamatan Warudoyong (7,57486 km 2),
Kecamatan Gunungpuyuh (5,14479 km 2), dan Kecamatan Cikole (6,24528 km 2). Peta batas
administrasi wilayah kecamatan ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambaran secara rinci
persentase luas tiap kecamatan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2.2. Batas
wilayah administratif Kota Sukabumi adalah sebagai berikut:
8
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.2 Persentase luas wilayah Kota Sukabumi menurut kecamatan tahun 2017
(Sumber: Dokumen Teknokratik RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2018-2023)
lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan di sektor jasa, perdagangan, dan
sektor lainnya. Namun, masuknya para migran juga harus diimbangi oleh penyediaan
sarana kesehatan, perumahan, penyediaan air bersih, dan infrastruktur pendukung
lainnya. Manusia menjadi instrumen yang sangat penting dalam pembangunan, selain
jumlah penduduk, kualitas penduduk menjadi sangat penting.
Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sukabumi, jumlah
penduduk Kota Sukabumi tahun 2016 tercatat sebanyak 330.974 jiwa. Rincian jumlah
penduduk di setiap kecamatan tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Tahun 2016
1 Baros 34.861
2 Lembursitu 38.124
3 Cibeureum 40.274
4 Citamiang 52.075
5 Warudoyong 56.825
6 Gunung Puyuh 46.855
7 Cikole 61.960
Jumlah 330.974
Sumber: Disdukcapil Kota Sukabumi (2019)
Jumlah penduduk Kota Sukabumi paling banyak mendiami Kecamatan Cikole dengan
18,72% dari total penduduk diikuti oleh Kecamatan Warudoyong dengan persentase
sebesar 17,17% dari total penduduk. Sementara itu, Kecamatan Baros menjadi kecamatan
yang paling sedikit didiami, yaitu hanya sebesar 10,53% dari total penduduk Kota
Sukabumi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (2017), jumlah
penduduk Kota Sukabumi paling banyak berada pada kelompok umur 20 – 24 tahun dan
secara jumlah penduduk usia produktif mendominasi penduduk Kota Sukabumi. Penduduk
usia produktif ini harus diberikan kompetensi yang memadai agar dapat bersaing dalam
persaingan global yang akan dihadapi. Gambar 2.3 menunjukkan piramida penduduk di
Kota Sukabumi tahun 2016.
10
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Umur
65 +
60 – 64
55 – 59
50 – 54
45 – 49
40 – 44
35 – 39
30 – 34
25 – 29
20 – 24
15 – 19
10 – 14
5–9
0–4
15000 10000 5000 0 0 5000 10000 15000
Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan
Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kota Sukabumi (Tabel 2.1) dapat didistribusikan
secara lebih detail untuk setiap wilayah seluas 5”x5” (±150 m x 150 m), yang hasilnya
ditunjukkan pada Gambar 2.4. Berdasarkan hasil pemodelan, dapat dilihat pada Gambar
2.4 bahwa wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi berada di bagian utara Kota
Sukabumi, yaitu memusat di wilayah perbatasan Kecamatan Cikole, Kecamatan
Citamiang, Kecamatan Warudoyong, dan Kecamatan Gunungpuyuh. Selain itu, kepadatan
penduduk yang tinggi menyebar di wilayah permukiman/perumahan di Kota Sukabumi,
yang ditunjukkan dengan warna merah pada Gambar 2.4.
11
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.4 Distribusi penduduk Kota Sukabumi tahun 2016 setiap grid 5”x5”
(Sumber: hasil pemodelan, 2019)
Ekoregion berperan sebagai penciri sifat dan faktor pembatas potensi lahan yang sesuai
dengan daya dukung dan daya tampungnya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013).
Indonesia telah menetapkan ekoregion sebagai acuan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Penetapan ekoregion menjadi dasar dan memiliki peran yang sangat penting dalam
melihat keterkaitan, interaksi, interdependensi, dan dinamika pemanfaatan berbagai
sumber daya alam antar ekosistem dalam satu wilayah ekoregion.
yaitu klimatologi, geologi, geomorfologi, hidrologi, tanah dan penggunaan lahan, serta
hayati.
14
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
15
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Setiap ekoregion terdiri dari beberapa tipe ekosistem, terdapat satu atau lebih jasa
ekosistem yang dihasilkan. Terdapat empat kelompok jasa ekosistem yaitu: jasa
ekosistem penyedia, pengaturan, pendukung, dan kultural; yang kemudian dibagi menjadi
beberapa sub-jenis/kelompok (Tabel 2.4).
16
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Setiap jenis jasa ekosistem dapat dinilai dengan pendekatan penilaian berdasarkan jenis
ekoregion (morfologi dan morfogenesis), jenis vegetasi, dan jenis penutup lahan. Dengan
pendekatan ini, dapat diketahui nilai indeks jasa ekosistem di suatu wilayah, yang
kemudian diklasifikasikan dari rendah hingga tinggi. Peta indeks jasa ekosistem di Kota
Sukabumi dapat dilihat pada Lampiran X. Berdasarkan peta indeks jasa ekosistem (IJE) Commented [JT1]: Lampiran peta IJE.
17
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
tersebut, dapat dianalisis kinerja jasa ekosistem di setiap kecamatan, dapat dilihat pada
Gambar 2.7. Kinerja jasa ekosistem di setiap kecamatan di Kota Sukabumi dihitung
dengan perkalian antara luas wilayah kecamatan dengan setiap nilai IJE dalam unit
wilayah kecamatan tersebut.
HASIL KALI LUAS EKOREGION DENGAN INDEKS JASA EKOSISTEM Tata air
PER KECAMTAN DI KOTA SUKABUMI Genetik
Air Bersih
1200000 Energi
Pangan
1000000 Iklim
Bencana
800000 Pemurnian
Serat
600000 Limbah
Kualitas Udara
400000 Penyerbukan
Hama
200000 Ruang Hidup
Ekoturisme
0 Estetika
Kesuburan
Hara
Produksi Primer
Biodiversitas
18
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
sesar perlu untuk direlokasi sepanjang sesar dan sempadan sesar. Luas permukiman
yang berada di sekitar sesar dan sempadan sesar sebesar 217,9 Ha. Penentuan
ruang evakuasi utama diarahkan di wilayah tengah sebelah timur, yaitu di
Kelurahan Limusnunggal karena tingkat risikonya relatif rendah. Di bagian tengah
sebelah barat, yaitu di Kelurahan Dayeuhluhur.
b. Rawan bencana gunung api.
Ancaman bahaya gunung api di Kota Sukabumi adalah aliran lahar dari Gunung Gede
dan Gunung Pangrango yang mengalir melalui tiga sungai, yaitu Sungai Cibeureum,
Sungai Cipelang, dan Sungai Cigunung.
c. Rawan bencana longsor.
Ancaman bencana longsor bersifat lokal di beberapa wilayah di bagian utara Kota
Sukabumi, yaitu Kelurahan Subangjaya, Cisarua, dan Kelurahan Karangtengah,
serta di bagian selatan Kota Sukabumi yaitu di Kelurahan Lembursitu dan sedikit di
Kelurahan Sitame, Cikundu, Kelurahan Jayamekar, dan Kelurahan Limusnunggal.
d. Rawan bencana banjir.
Wilayah yang tidak aman terhadap ancaman banjir meliputi wilayah bagian tengah
dari Sungai Tonjong dan Ciharempai.
a. Industri.
Pengembangan kegiatan industri yang diarahkan di wilayah Kota Sukabumi
meliputi:
- Kawasan peruntukan Industri, pengembangan kawasan peruntukan industri non
polutan di Kecamatan Warudoyong
- Industri kecil
b. Pergudangan
Kawasan Pergudangan dikembangkan di Kelurahan Babakan Kecamatan Cibeureum,
berlokasi dekat dengan rencana stasiun kereta api baru di Keluarahan Babakan.
Rencana pengembangan kawasan pergudangan seluas 11 ha yang dilengkapi dengan
fasilitas penunjang kegiatan pergudangan.
4. Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman terdiri dari:
a. Kawasan Perumahan.
Rencana pengembangan perumahan di wilayah Kota Sukabumi diklasifikasikan
sebagai berikut :
- Perumahan kepadatan tinggi
- Perumahan kepadatan sedang
- Perumahan kepadatan rendah
Rencana kebutuhan areal perumahan di Kota Sukabumi tahun 2039 adalah sebesar
2.693 Ha (Rendah 853,7 Ha; Sedang 514,7 Ha; Tinggi 1.324,8 Ha)
b. Perdagangan dan Jasa.
c. Rencana Pengembangan Kawasan Perkantoran.
Fasilitas perkantoran pemerintahan yang ada di Pusat Kota Sukabumi saat ini di
Kecamatan Cikole, direncanakan dikembangkan di Kecamatan Cibeeureum
Kelurahan Babakan dalam suatu kompleks perkantoran Pemerintah Daerah Kota
sukabumi yang dialokasikan luasannya sebesar 40,4 Ha.
d. Kawasan Pelayanan Kesehatan.
Arahan pengembangan sarana kesehatan di wilayah Kota Sukabumi adalah sebagai
berikut :
- Pengembangan Rumah Sakit Type A di kelurahan Cikole.
- Peningkatan status Rumah Sakit Al-Mulk menjadi Type A di Kecamatan
Lembursitu.
- Pengembangan Rumah Sakit dan Puskesmas rawat inap di setiap Sub Wilayah
Kota (SWK).
- Pengembangan Puskesmas Pembantu di setiap Pusat Lingkungan.
- Pengembangan fasilitas kesehatan di Kecamatan Cikole, Kecamatan
Warudoyong dan Kecamatan Gunungpuyuh.
- Sarana kesehatan yang telah ada tetap dipertahankan serta ditingkatkan mutu
pelayanannya.
e. Kawasan Pelayanan Pendidikan.
f. Sarana dan Prasarana Peribadatan.
g. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH).
RTNH meliputi; plasa, parkir, dan lapangan olahraga.
h. Kawasan Pariwisata.
21
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
22
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2.1.5 Potensi, Sebaran, dan Pemanfaatan SDA Prioritas di Ekoregion Kota Sukabumi
(a) Sumber Daya Pertanian
Sektor pertanian memberikan peranan penting dalam perekonomian diantaranya sebagai
sumber penghasil pangan dan sumber pendapatan serta kesempatan kerja bagi penduduk
(Syafa'at, 2005). Pertanian merupakan sektor penting dalam pencapaian ketahan pangan.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Bab I pasal (1)
point 4). Kebijakan pembangunan sektor pertanian di Kota Sukabumi ditujukan untuk
pengembangan sektor pertanian secara terpadu dan sinergis dengan sistem agribisnisnya
dari hulu ke hilir (Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, 2018).
Lahan pertanian merupakan bagian dari sumber daya alam nonhayati yang sangat penting
dalam kegiatan pertanian, termasuk pertanian tanaman pangan maupun perkebunan.
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi, lahan pertanian terdiri dari lahan sawah
dan lahan bukan sawah (tegal, ladang, hutan, perkebunan, kolam, dll.). Sumber daya
yang tergolong berada pada lahan pertanian, antara lain padi dan palawija, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan (Kementerian Pertanian, 2016).
Menurut data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi, luas
lahan pertanian Kota Sukabumi sebesar 4.800 ha, sekitar 1.404 ha (29,25) digunakan untuk
lahan sawah dan sisanya 3.396 ha (70,75%) merupakan tanah kering dan lain-lain (Badan
Pusat Statistik Kota Sukabumi, 2018). Lahan sawah tersebut menghasilkan komoditas
pertanian seperti padi sawah, palawija, hortilkultura, sayur-sayuran, tanaman hias serta
tanaman obat-obatan. Produksi padi sawah Kota Sukabumi pada tahun 2017 sebesar
22.617,00 ton dengan luas panen 3.584 ha. Dibandingkan tahun 2016, produksi mengalami
penurunan 16,65% dan luas panen menurun 6,69%. Produksi tanaman palawija juga
mengalami penurunan, yaitu 763 ton pada tahun 2016 menjadi 700 ton pada tahun 2017.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2017), produksi padi sawah dan palawija mengalami
penurunan cukup besar yaitu 363 ton (padi sawah) dan 220 ton (palawija). Statistik luas
panen, produksi, dan produktivitas lahan pertanian Kota Sukabumi untuk menghasilkan
padi dan palawija pada Tabel 2.5 berikut.
23
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
(2) Hortikultura
Tanaman hortikultura terbagi dalam empat jenis, yaitu tanaman sayuran, buah-buahan,
biofarmaka, dan tanaman hias (Kementerian Pertanian, 2016). Dalam kurun waktu 5
tahun (2012-2017), produksi tanaman buah-buahan dan sayuran mengalami penurunan
cukup besar yaitu 5.316 kw (buah-buahan) dan 4.944,2 ton (sayuran). Produksi tanaman
hortilkultura di Kota Sukabumi pada tahun 2017 ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.7 Produksi tanaman buah-buahan dan sayuran di Kota Sukabumi tahun 2017
Tabel 2.8 Produksi tanaman hias dan tanaman obat di Kota Sukabumi tahun 2017
Nama Tanaman
Produksi (tangkai) Nama Tanaman Obat Produksi (kg)
Hias
Sedap malam 18.000 Jahe 14.200
Krisan 33.600 Kunyit 3.300
- - Temulawak 800
24
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi (Badan Pusat Statistik Kota
Sukabumi, 2018)
(3) Peternakan
Data peternakan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi (2018),
meliputi populasi ternak dan populasi unggas. Populasi ternak yang mencakup sapi
potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, dan domba. Jumlah populasi ternak di Kota
Sukabumi mengalami penurunan yaitu sekitar 6.900 ekor pada tahun 2016 menjadi 5.357
ekor pada tahun 2017. Dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2017), jumlah populasi ternak
mengalami penurunan cukup besar yaitu sekitar 1.089 ekor. Statistik populasi ternak
unggas tiap kecamatan Kota Sukabumi tahun 2017 ditunjukkan pada tabel berikut.
Populasi unggas terdiri dari itik, ayam ras, ayam buras, dan puyuh. Jumlah populasi
unggas di Kota Sukabumi juga mengalami penurunan yaitu sekitar 937.958 ekor pada
tahun 2017 dan 1.093.456 ekor pada tahun 2016. Dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2017),
jumlah populasi unggas mengalami penurunan cukup besar yaitu sekitar 79.175 ekor.
Statistik populasi unggas tiap kecamatan Kota Sukabumi tahun 2017 ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel 2.10 Populasi unggas dan ikan di Kota Sukabumi tahun 2017
25
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi,
jumlah produksi ikan di Kota Sukabumi juga mengalami penurunan sekitar 293 ton, yaitu
1.652,02 ton pada tahun 2016 menjadi 1.359,46 ton pada tahun 2017 (Badan Pusat
Statistik Kota Sukabumi, 2018). Dalam kurun waktu lima tahun dari 2012 hingga 2017 juga
terjadi penurunan yang sangat besar yaitu sekitar 215 ton. Statistik produksi dan nilai ikan
tiap kecamatan di Kota Sukabumi pada tahun 2017 ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.11 Produksi dan nilai ikan di Kota Sukabumi tahun 2017
26
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
memiliki jumlah curah hujan tahunan sekitar 2533 mm pada Stasiun Cimandiri dan 2146
pada Stasiun Situmekar pada tahun 2017. Jumlah volume air bersih/minum di Kota
Sukabumi yang disalurkan oleh PDAM pada tahun 2017 sebanyak 3.713.851 m3 (Badan
Pusat Statistik Kota Sukabumi, 2018).
Untuk air permukaan, potensi Kota Sukabumi dapat dilihat berdasarkan Wilayah Aliran
Sungai (WAS) Cisadea – Cibareno yang juga mencakup beberapa wilayah administrasi
Kabupaten/Kota di Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan
Kabupaten Bandung. WAS Cisadea Cibareno terdapat beberapa daerah aliran sungai (DAS).
Kota Sukabumi termasuk dalam DAS Cimandiri. Potensi WAS Cisadea – Cibareno sebesar
5,8 Milyar m3 per tahun (PSDA, 2012). Dalam Dokumen Laporan Data dan Analisa
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi 2011 – 2031, disebutkan
bahwa terdapat 29 sungai di Kota Sukabumi dengan panjang total sungai 113,8 km (lihat
Tabel 2.12). Sungai tersebut terdiri dari 1 induk Sungai Cimandiri dan 5 anak sungai
(S.Cipelang, S.Cipanengah, S. Tonjong, S. Cisuda dan S.Ceger) dan 23 sungai-sungai kecil
yang bermuara ke-5 anak sungai tersebut. Sungai-sungai tersebut memiliki kapasitas
berkisar antara 17 m3/detik sampai 1.981 m3/detik. Sistem aliran sungai terdiri dari orde-
1 sampai orde 4 yang semua sungai bermuara ke sungai Sungai Cimandiri.
27
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Untuk air bawah permukaan tanah atau Cekungan Air Tanah (CAT), Kota Sukabumi
memiliki CAT Sukabumi yang mencakup beberapa wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat. Persebaran CAT di Jawa Barat dapat dilihat Gambar 2.9 dan potensi masing-
masing CAT ditunjukkan pada
Tabel 2.13.
28
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Berdasarkan Dokumen Laporan Data dan Analisa Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Sukabumi 2011 – 2031, kondisi air tanah di Kota Sukabumi dan sekitarnya
secara umum cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber air tanah
berasal dari air tanah, mata air dan air tanah tertekan. Akuifer dengan produktivitas tinggi
paling dominan tersebar mulai dari barat hingga timur. Wilayah bagian utara termasuk
dalam zona air tanah dengan akuifer berproduktifitas sedang dan berpenyebaran luas.
Sementara wilayah bagian selatan merupakan zona akuifer yang produktivitasnya rendah
hingga langka. Zonasi potensi air tanah di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 2.14.
29
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Kapasitas jenis sumur dapat mencapai 329,18 m3/hari, keterusan dapat mencapai >659
m3/hari. Muka air tanah statis (MAS) bervariasi dari mulai 40 m di bmt hingga 1,3 m
di atas muka tanah setempat (AMS)
Luas sumur kurang dari 5 l/det
Aquifer melalui ruang antar butir, setempat melalui rekahan dan saluran pelarutan,
terdiri dari berbagai akuifer batuan endapan volkanik muda, berupa batu pasir dan
breksi, setempat pada batuan tersier berupa batu gamping koral dan batu gamping
pasiran
Nir akuifer
Daerah air tanah langka atau tak berarti
Berdasarkan analisis spasial indeks jasa biodiversitas (Gambar 2.10), Kota Sukabumi
memiliki potensi jasa ekosistem pendukung keanekaragaman hayati cukup tinggi yang
tersebar terutama pada sisi utara, timur, dan selatan. Ketiga sisi tersebut berada pada
kawasan ekoregion Perbukitan Vulkanik yang terhubung dengan ekosistem alami
Kabupaten Sukabumi. Sehingga dibutuhkan interaksi/kerja sama antara Kota Sukabumi
dan Kabupaten Sukabumi dalam pengelolan wilayah yang berpotensi sebagai pendukung
keanekaragaman hayati tersebut.
30
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Analisis spasial tentang jasa ekosistem pendukung keanekaragaman hayati lebih lanjut
dilihat dari shape index. Shape index menunjukkan ukuran tentang bentuk dari suatu
petak (patch) ekosistem, yang menunjukkan seberapa efektif petak tersebut dalam
mendukung keanekaragaman hayati di dalamnya. Secara teoritis, ukuran petak yang sama
dapat memberikan efek yang berbeda bagi daya jelajah satwa di dalam suatu ekosistem,
tergantung dari bentuknya – bentuk lingkaran memberikan kondisi habitat yang paling
baik, sementara petak ekosistem yang memanjang memberikan ruang yang sempit bagi
satwa untuk menjelajah, karena rasio keliling: luas akan menjadi lebih tinggi dan
memberikan efek pada keterpaparan satwa dengan ekosistem luar (Csorba, Peter, &
Szabó, 2012). Sebagian besar kawasan hijau di Kota Sukabumi memiliki shape index yang
rendah (Gambar 2.11). Wilayah sisi utara dan selatan memiliki petak-petak berukuran
kecil, tersebar dan didominasi oleh shape index yang rendah-sedang. Hal ini akan
memberikan sedikit ancaman eksposur pada satwa di dalam petak ekosistem tersebut.
Adapun pada sisi timur Kota Sukabumi petak-petak tersebut berkelompok dengan ukuran
yang lebih besar dengan nilai shape index yang rendah serta bentuk yang mudah terpisah.
Oleh karena itu, diperlukannya upaya peningkatan keterhubungan antara petak-petak
tersebut agar dapat meningkatkan potensi terpeliharanya keanekaragaman hayati di Kota
Sukabumi.
31
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.11 Ketahanan (shape index) potensi keanekaragaman hayati di Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2018)
32
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.12 Persebaran RTH berdasarkan data penutup lahan di Kota Sukabumi
(Sumber data: peta penutup lahan Kota Sukabumi tahun 2016)
Fungsi penting ruang hijau perkotaan di wilayah kota adalah sebagai pengaturan tata air
dan pengaturan iklim mikro. Penetapan persebaran kawasan RTH dapat didasarkan pada
ketersediaan dan kebutuhan dari jasa pengaturan tata air serta pengaturan iklim mikro
yang terdapat pada ruang hijau perkotaan.
Persebaran IJE pengaturan tata air di Kota Sukabumi ditunjukkan pada Gambar 2.13. Sisi
utara (Kec. Warudoyong, Kec. Citamiang, Kec. Gunungpuyuh, dan Kec. Cikole) sebagian
besar memiliki IJE pengaturan tata air rendah, sementara pada sisi bagian selatan dan
barat (Kec.Lembursitu, Kec. Baros, dan Kec. Cibeureum) memiliki IJE pengaturan tata air
tinggi. Persebaran IJE pengaturan iklim di Kota Sukabumi ditunjukkan pada Gambar 2.14.
IJE pengaturan iklim tinggi hampir tersebar di seluruh kecamatan, kecuali bagian pusat
wilayah Kota Sukabumi yang memiliki IJE pengaturan iklim rendah. Persebaran IJE
pengaturan tata air dan IJE pengaturan iklim tersebut dapat dijadikan acuan untuk
penetapan RTH.
33
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.13 Indeks jasa ekosistem pengaturan tata air di Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2018)
34
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Salah satu ruang hijau perkotaan yang ada di Kota Sukabumi berupa hutan kota. Kawasan
yang telah ditetapkan menjadi Hutan Kota menurut Perda No. 11 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2011 - 2031 adalah seluas ± 213.48
Ha. Terdapat tiga hutan kota yaitu hutan kota Kibitay di Kelurahan Lembursitu, hutan
kota Kherkoff di Kelurahan Gedong Panjang, dan hutan kota bumi perkemahan Cikundul
di Kelurahan Cikundul.
Persebaran industri di Kota Sukabumi berdasarkan data tutupan lahan tahun 2016
ditunjukkan pada Gambar 2.16.
35
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Dalam kajian ini, IJE yang digunakan dalam menilai efisiensi meliputi penyedia pangan,
penyedia air, dan pengaturan tata aliran air dan banjir. Efisiensi pemanfaaatan SDA untuk
setiap jenis pola ruang di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 2.15, sedangkan
sebarannya secara spasial dapat dilihat pada Gambar 2.16, Gambar 2.18, dan Gambar
2.20. Pada Tabel 2.15, nilai efisiensi yang tinggi seperti pada pola ruang kesehatan,
pergudangan tidak berarti bahwa wilayah tersebut memiliki nilai IJE pangan, air, dan tata
air yang tinggi, melainkan menggambarkan bahwa pola ruang tersebut telah dimanfaatkan
sesuai fungsinya.
36
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.15 Efisiensi pemanfaatan SDA pada setiap pola ruang di Kota Sukabumi
Pola ruang yang perlu diperhatikan efisiensinya yaitu jenis pola ruang yang memiliki peran
penting dalam pemanfaatan masing-masing jasa ekosistem, antara lain pertanian untuk
penyedia pangan, sungai/badan air untuk penyedia air, dan taman/ruang terbuka hijau
(RTH) untuk tata air. Berikut merupakan uraian untuk masing-masing jenis jasa ekosistem.
Efisiensi pemanfaatan SDA berdasarkan jasa ekosistem penyedia pangan di Kota Sukabumi
bervariasi secara spasial, ditunjukkan pada Gambar 2.16. Nilai efisiensi yang tinggi
(direpresentasikan dengan warna hijau tua) mayoritas berada pada bagian selatan Kota
Sukabumi, dari Kec. Cibeureum, Kec. Baros, dan Kec. Lembursitu. Wilayah dengan
efisiensi tinggi tersebut didominasi oleh pola ruang pertanian, dengan efisiensi penyedia
pangan 80%. Kondisi ini baik karena pemanfaatan SDA dalam hal penyediaan pangan di
Kota Sukabumi dominan berada pada lokasi yang sesuai dengan rencana pola ruang
pertanian. Hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.17, yang menguraikan
proporsi tutupan lahan faktual pada pola ruang pertanian.
37
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
TEGALAN/LADANG KEBUN
4.41% KEBUN
17.47%
CAMPURAN
7.78%
PERMUKIMAN
2.93%
SAWAH
10.49%
KEBUN
KEBUN CAMPURAN
PERMUKIMAN
PERTANIAN
PERTERNAKAN PERTERNAKAN
2.78% SAWAH
PERTANIAN
50.57% TEGALAN/LADANG
Di Kota Sukabumi, lebih dari 90% wilayah yang direncanakan sebagai pola ruang pertanian
telah dimanfaatkan sebagai tutupan lahan penghasil pangan, yang terdiri dari tutupan
lahan pertanian, peternakan, sawah, tegalan/ladang, kebun, dan kebun campuran
(Gambar 2.17). Sisanya, terdapat beberapa jenis tutupan lahan lainnya namun dengan
luasan yang kecil, seperti permukiman seluas 2,9% dari pola ruang pertanian serta jenis
pola ruang lainnya dengan luasan yang lebih kecil lagi. Untuk mempertahankan efisiensi
38
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
penyediaan pangan di Kota Sukabumi, tutupan lahan penghasil pangan di pola ruang
pertanian ini harus dipertahankan, alih fungsi lahan menjadi lahan non-pertanian.
Efisiensi pemanfaatan SDA berdasarkan jasa ekosistem penyedia air di Kota Sukabumi
bervariasi secara spasial, ditunjukkan pada Gambar 2.18. Nilai efisiensi yang tinggi
(direpresentasikan dengan warna biru tua) berada di hampir semua wilayah Kota
Sukabumi. Wilayah dengan efisiensi penyedia air paling rendah berada di selatan Kota
Sukabumi, yaitu di sebagian wilayah Kec. Lembursitu. Meskipun demikian, efisiensi di
wilayah tersebut masih lebih tinggi dari 50%. Kondisi ini menggambarkan bahwa kondisi
penyediaan air di Kota Sukabumi masih baik, sejalan dengan kondisi daya dukung penyedia
air yang belum melampaui ambang batasnya di hampir seluruh wilayah Kota Sukabumi.
Dalam hal penyediaan air, pola ruang sungai/badan air perlu diperhatikan karena memiliki
peranan penting. Pola ruang sungai memiliki efisiensi penyedia air 71%. Efisiensi ini masih
dapat dioptimalkan dengan terlebih dahulu mengetahui kondisi tutupan lahan faktual
yang ada pada wilayah pola ruang sungai/badan air (Gambar 2.19).
39
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
TANAH KOSONG
1.39% KEBUN
SUNGAI 3.75% KEBUN
19.61% CAMPURAN
21.88%
KEBUN
SEMAK KEBUN CAMPURAN
2.95% PERMUKIMAN
PERTANIAN
SAWAH
12.11% PERUMAHAN
SAWAH
PERUMAHAN SEMAK
2.37% PERMUKIMAN SUNGAI
PERTANIAN 18.79%
6.89% TANAH KOSONG
Pola ruang sungai di Kota Sukabumi meliputi badan sungai dan sempadannya, maka dapat
dilihat pada Gambar 2.19, bahwa proporsi tutupan lahan selain sungai berada pada
sempadan sungai. Menurut Peraturan Daerah RTRW Kota Sukabumi No.11 Tahun 2012,
sempadan sungai termasuk dalam kawasan perlindungan setempat sehingga
pemanfaatannya harus dikendalikan. Kondisi faktual di Kota Sukabumi, di sempadan
sungai masih digunakan untuk pertanian (sawah, kebun, kebun campuran, pertanian),
tempat tinggal (permukiman dan perumahan) dengan luasan yang cukup besar, yang
merupakan lahan budidaya. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya
pemanfaatan SDA dalam hal penyediaan air di pola ruang sungai di Kota Sukabumi.
Efisiensi pemanfaatan SDA berdasarkan jasa ekosistem pengaturan tata air di Kota
Sukabumi bervariasi secara spasial, ditunjukkan pada Gambar 2.20. Nilai efisiensi yang
tinggi (direpresentasikan dengan warna hijau/biru tua) mayoritas berada pada bagian
selatan Kota Sukabumi, dari Kec. Cibeureum, Kec. Baros, dan Kec. Lembursitu. Wilayah
dengan efisiensi tinggi sebagian besar merupakan pola ruang pertanian, serta sebagian
pola ruang industri, pariwisata, pendidikan, pergudangan, TPA sampah, dan BBPBAT (Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar). Sementara itu, pola ruang RTH (ruang terbuka
hijau) yang memiliki peran penting dalam jasa ekosistem pengaturan tata air di wilayah
perkotaan memiliki efisiensi yang tidak terlalu tinggi, yaitu 58%. Kondisi ini disebabkan
oleh rencana pola ruang RTH yang masih digunakan untuk pemanfaatan lain, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.21.
40
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.20 Efisiensi pengaturan tata aliran air dan banjir di Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Wilayah yang direncanakan sebagai RTH dalam rencana pola ruang, faktualnya
dimanfaatkan untuk lahan lain seperti lahan pertanian (kebun, kebun campuran, ladang,
pertanian, sawah), tempat tinggal (perumahan dan permukiman), dan sebagainya, dengan
41
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
proporsi luasan dapat dilihat pada Gambar 2.21. Tutupan lahan RTH hanya seluas 0,71%
dari luasan yang sudah direncanakan. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab kurang
optimalnya pemanfaatan SDA dalam hal pengaturan tata air di wilayah Kota Sukabumi.
Desa-desa adat sudah tidak ada di Kota Sukabumi karena masyarakat adat sudah beranjak
modern. Namun Kota Sukabumi menjadi symbol dari entitas masyarakat sunda sehingga
banyak kearifan lokal yang diterapkan dalam penataan ruang, salah satunya konsep sunda
dalam pembangunan dan tata ruang terkait DAS dan hutan-lingkungan. Konsep sunda
mengenal tentang adanya leuweung titipan, leuweung tutupan, dan leuweung garapan.
Leuweung Titipan (leuweung kolot, leuweung larangan, leuweung sirah cai) merupakan
kawasan hutan yang sama sekali tidak boleh digunakan oleh manusia dan harus
dipertahankan dari segala usaha dan ancaman dari pihak-pihak luar. Leuweung titipan
biasanya berada di daerah atas atau puncak gunung. Leuweung Tutupan merupakan
kawasan hutan cadangan yang bisa digunakan pada saat tertentu jika memang diperlukan
(leuweung awian) dengan tujuan pengambilan hasil non kayu seperti: rotan, getah, madu,
buah-buahan, umbi-umbian, obat-obatan, dan lainnya. Leuweung Garapan (leuweung
baladaheun, leuweung sampalan, leuweung lembur) merupakan kawasan hutan yang
dapat digunakan untuk lahan budidaya huma atau ladang oleh masyarakat. Leuweung
garapan ini biasanya terletak di kawasan yang relatif lebih datar di kaki gunung. Kawasan
ini sebagai pusat produksi dan ekonomi masyarakat (pemukiman, perkebunan, pertanian,
perikanan, dan sebagainya. (Dokumen Laporan Data dan Analisa Penyusunan Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi 2011 – 2031, 2018)
2.2 Indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung di Wilayah Kota Sukabumi
Daya Dukung Lingkungan Hidup (DDLH) merupakan kemampuan Lingkungan Hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar
keduanya. Sementara Daya Tampung Lingkungan Hidup (DTLH) merupakan kemampuan
Lingkungan Hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya (UUPPLH No.32/2009). DDDTLH dikuantifikasi menggunakan
ambang batas jasa ekosistem penyedia. Dalam kajian ini, jasa ekosistem penyediaan
bahan pangan dan penyediaan air bersih dipilih sebagai variabel untuk memodelkan DDLH.
42
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Secara sederhana ambang batas didefinisikan sebagai suatu ukuran atau tingkatan yang
masih dapat diterima dan/atau ditoleransi. Sementara dalam konteks jasa ekosistem,
ambang batas adalah ukuran atau standar yang digunakan untuk menilai kondisi ekosistem
dan jasanya dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Ambang batas yang digunakan adalah
ambang batas penduduk, yaitu seberapa banyak penduduk yang dapat didukung suatu
wilayah dengan ketersediaan sumber daya yang ada atau tersedia. Persebaran populasi
menjadi parameter penting untuk analisis ambang batas dan status DDLH. Populasi
menentukan demand atau kebutuhan maupun konsumsi atas jasa ekosistem yang
diberikan oleh lingkungan. Persebaran populasi di Kota Sukabumi dapat dilihat pada
Gambar 2.4. Berdasarkan ambang batas tersebut dapat dimodelkan status DDLH dengan
melihat apakah jumlah penduduk suatu wilayah telah melewati ambang batasnya atau
belum (Norvyani, dkk., 2018).
Selain pembahasan dan analisis terkait ambang batas dan daya dukung penyediaan bahan
pangan dan pemyediaan air bersih, dalam subbab ini juga dibahas terkait kondisi
lingkungan hidup di Kota Sukabumi meliputi potensi beban pencemar, kualitas air sumur,
daya tampung sampah dan lumpur tinja, emisi udara, polusi kebisingan, pencemaran
tanah, dan kerentanan bencana alam.
2.2.1 Ambang Batas dan Status Daya Dukung Penyedia Bahan Pangan
Perhitungan dan analisis terhadap daya dukung lingkungan hidup dan ambang batas jasa
ekosistem penyedia pangan, didahului dengan menghitung ketersediaan dan kebutuhan
jasa ekosistem, hasil analisisnya menunjukkan tingkat kebutuhan (Gambar 2.22) dan
ketersediaan energi pangan (Gambar 2.23) di Kota Sukabumi. Pada Gambar 2.22, dapat
terlihat bahwa kebutuhan energi pangan di Kota Sukabumi mengikuti pola persebaran
penduduk. Wilayah yang memiliki kebutuhan energi pangan yang tinggi berada di bagian
utara Kota Sukabumi, yaitu di perbatasan Kec. Gunungpuyuh, Kec. Cikole, Kec. Citamiang,
dan Kec. Warudoyong, serta di bagian utara Kec. Baros.
43
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.22 Kebutuhan energi pangan di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Ketersediaan energi pangan di Kota Sukabumi memiliki pola distribusi yang berkebalikan
dengan pola kebutuhan energi pangan. Wilayah dengan ketersediaan energi pangan yang
tinggi berada di hampir seluruh wilayah Kota Sukabumi (direpresentasikan dengan warna
hijau tua pada peta) yang didominasi oleh lahan pertanian, kecuali di bagian utara Kota
Sukabumi (perbatasan Kec. Gunungpuyuh, Kec. Cikole, Kec. Citamiang, dan Kec.
Warudoyong), serta di bagian utara Kec. Baros. Wilayah dengan ketersediaan energi
pangan rendah tersebut didominasi oleh lahan terbangun. Peta ketersediaan energi
pangan di Kota Sukabumi ini dapat dilihat pada Gambar 2.23.
44
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.23 Ketersediaan energi pangan di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Analisis daya dukung lingkungan untuk bahan pangan dapat diperoleh dari perhitungan
selisih antara ketersediaan dan kebutuhan energi pangan, yang ditampilkan pada Gambar
2.24. Hasil perhitungan selisih menunjukkan bahwa beberapa wilayah memiliki nilai
selisih negatif yang berarti memiliki defisit bahan pangan, yaitu di wilayah dengan
kebutuhan energi pangan yang tinggi meliputi wilayah perbatasan Kec. Gunungpuyuh,
Kec. Cikole, Kec. Citamiang, dan Kec. Warudoyong (bagian utara Kota Sukabumi), serta
di bagian utara Kec. Baros.
45
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.24 Selisih ketersediaan energi pangan tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Tabel 2.16 Akumulasi ketersediaan, kebutuhan, dan selisih ketersediaan energi pangan di setiap
kecamatan di Kota Sukabumi tahun 2016
Gambar 2.25 Ambang batas penduduk untuk DDLH penyedia pangan di Kota Sukabumi tahun 2016
dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Berdasarkan hasil perhitungan ambang batas DDLH pangan untuk memenuhi kebutuhan
pangan penduduk, maka analisis selanjutnya adalah penentuan status daya dukung DDLH
penyedia pangan. Status daya dukung ini dianalisis berdasarkan hasil perhitungan selisih
antara ambang batas dengan jumlah penduduk yang tinggal di setiap grid. Nilai selisih
ambang batas yang negatif menunjukkan bahwa ambang batas pangan di grid tersebut
telah melampaui, artinya jumlah penduduk yang dapat dipenuhi kebutuhan pangannya
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal di grid tersebut, demikian
sebaliknya. Hasil analisis status DDLH penyedia pangan di Kota Sukabumi ditampilkan
berupa peta pada Gambar 2.26, serta informasi luas wilayah yang belum melampaui
ambang batas yang dapat dilihat pada Tabel 2.17.
47
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.26 Status DDLH penyedia pangan di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Tabel 2.17 Luas wilayah yang belum melampaui ambang batas DDLH penyedia pangan
di Kota Sukabumi tahun 2016
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kota Sukabumi
sudah melampaui ambang batas DDLH penyedia pangan, terutama di bagian utara Kota
Sukabumi. Wilayah yang belum melampaui ambang batas DDLH penyedia pangan berada
di batas barat dan timur, serta bagian selatan Kota Sukabumi seluas 39,26% luas Kota
Sukabumi. Wilayah yang telah melampaui ambang batas memiliki ketergantungan
terhadap wilayah lain dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Wilayah yang belum
melampaui ambang batas perlu dipelihara fungsinya sebagai lahan penyedia pangan
karena berperan penting sebagai sumber penyedia pangan untuk wilayah lain.
48
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2.2.2 Ambang Batas dan Status Daya Dukung Penyedia Air Bersih
Ambang batas dan status DDLH jasa ekosistem penyedia air bersih dihitung menggunakan
sumber daya air yang berasal dari air permukaan. Sementara itu, kebutuhan yang
diperhitungkan adalah kebutuhan air domestik, kebutuhan air untuk keperluan irigasi
lahan pertanian tertentu, dan kebutuhan air untuk industri. Kebutuhan air domestik
dihitung berdasarkan jumlah penduduk, kebutuhan air untuk keperluan irigasi lahan
pertanian dihitung luas lahan, intensitas penanaman, dan standar penggunaan air.
Sebaran spasial kebutuhan air total Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid
ditunjukkan pada Gambar 2.27. Kebutuhan paling besar tersebar di wilayah Kota
Sukabumi bagian utara terutama Kecamatan Citamiang, Kecamatan Warudoyong,
Kecamatan Gunungpuyuh, dan Kecamatan Cikole. Hal ini cukup sesuai karena pada
wilayah bagian utara didominasi dengan lahan terbangun sementara bagian selatan
didominasi oleh pertanian lahan kering. Sebaran ketersediaan air bersih Kota Sukabumi
ditunjukkan pada Gambar 2.28. Dalam peta tersebut terlihat bahwa ketersediaan air
bersih masih berlimpah di seluruh wilayah kecamatan dengan jumlah sebagian besar lebih
dari 50 ribu m3/tahun di setiap gridnya. Hal ini didukung oleh sebagian besar wilayah Kota
Sukabumi berada di kawasan perbukitan vulkanik yang berperan sebagai kantong resapan
air sehingga ketersediaan air berlimpah. Ketersediaan rendah sebagian besar tersebar di
ujung barat Kecamatan Lembursitu, yang termasuk dalam wilayah ekoregion perbukitan
struktural.
Gambar 2.27 Kebutuhan air bersih di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”×5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
49
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.28 Ketersediaan air bersih di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”×5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
DDLH air bersih dihitung berdasarkan selisih antara ketersediaan dengan kebutuhan air
bersih. Selisih ketersediaan air bernilai negatif menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih
suatu wilayah lebih besar dibandingkan ketersediaannya sehingga lingkungan hidup
wilayah tersebut tidak mampu lagi mendukung kebutuhan air bersih penduduk di atasnya.
Gambar 2.29 memperlihatkan sebaran spasial selisih ketersediaan air bersih di Kota
Sukabumi. Hanya sedikit wilayah yang mengalami defisit air bersih (direpresentasikan
oleh grid hijau paling muda) yaitu sekitar 27 grid (atau 61.76 ha) yang tersebar di seluruh
wilayah kecuali Kecamatan Cikole. Selisih ketersediaan kecil sebagian besar tersebar di
bagian tengah wilayah Kota Sukabumi dan ujung barat Kecamatan Lembursitu. Namun
secara akumulatif, selisih ketersediaan energi air setiap kecamatan di Kota Sukabumi
belum defisit, artinya kebutuhan lebih rendah dari ketersediaannya.
Tabel 2.18 Akumulasi ketersediaan, kebutuhan, dan selisih ketersediaan air di setiap kecamatan di
Kota Sukabumi tahun 2016
Air (m3/tahun)
Kecamatan
Ketersediaan Kebutuhan Selisih Ketersediaan
Kec. Baros 14.963.540,23 6.832.763,11 8.130.777,12
Kec. Cibeureum 24.231.047,65 10.322.884,51 13.908.163,15
Kec. Cikole 15.998.259,81 6.414.354,22 9.583.905,59
Kec. Citamiang 9.803.871,53 5.714.428,18 4.089.443,35
Kec. Gunungpuyuh 13.687.301,11 7.786.369,00 5.900.932,11
Kec. Lembursitu 28.610.790,41 26.121.178,42 2.489.612,00
Kec. Warudoyong 20.441.806,42 16.550.853,70 3.890.952,73
50
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Air (m3/tahun)
Kecamatan
Ketersediaan Kebutuhan Selisih Ketersediaan
KOTA SUKABUMI 127.736.617,17 79.742.831,13 47.993.786,04
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 2.29 Selisih ketersediaan air bersih di Kota Sukabumi Tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Untuk keperluan penentuan status daya dukung air diperlukan analisis ambang batas
penduduk. Pola spasial sebaran ambang batas daya dukung air Koa Sukabumi tahun 2016
ditunjukkan pada Gambar 2.30. Ambang batas tinggi sebagian besar tersebar di wilayah
Kota Sukabumi bagian utara dan sebaliknya ambang batas rendah sebagian besar terdapat
di wilayah bagian selatan. Daerah dengan ambang batas rendah rentan terhadap
kelangkaan air dimasa mendatang.
51
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.30 Ambang batas penduduk di Kota Sukabumi Tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Berdasarkan selisih nilai ambang batas dengan jumlah penduduk pada tiap gridnya makan
dapat diperoleh status daya dukung DDLH air bersih. Persebaran spasial status DDLH untuk
penyediaan air bersih di Kota Sukabumi ditunjukkan pada Gambar 2.31. Secara
keseluruhan status daya dukung air di Kota Sukabumi sebagian besar masih belum
melampui. Sekitar 97,07% luas wilayah yang belum melampaui ambang batas DDLH
penyedia air bersih. Sementara wilayah dengan daya dukung melampui relatif sedikit
yaitu sekitar 2,93% dan memiliki sebaran sama dengan selisih ketersediaan negatif atau
defisit. Daerah – daerah tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus karena status daya
dukung air sudah melampaui ambang batas daya dukung air.
Tabel 2.19 Luas wilayah yang belum melampaui ambang batas DDLH penyedia air bersih
di Kota Sukabumi tahun 2016
Gambar 2.31 Status DDLH untuk jasa ekosistem penyediaan air bersih di Kota Sukabumi Tahun 2016
dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Penilaian tingkat risiko untuk sanitasi air limbah domestik menunjukkan bahwa terdapat
17 kelurahan yang memiliki risiko sangat tinggi dan 14 kelurahan dengan risiko tinggi.
Kelurahan dengan tingkat risiko ini terlihat pada Tabel 2.20.
53
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Kualitas air sungai diindikasikan dengan besarnya beban pencemar yang terdapat pada
sungai di Kota Sukabumi. Pemodelan potensi beban pencemar yang dilakukan di Kota
Sukabumi meliputi zat BOD, COD, dan TSS. Perhitungan potensi beban pencemari ini
mempertimbangkan potensi beban pencemar domestik, pertanian, dan penggunaan
lahan.
54
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.32 Potensi beban pencemar zat BOD di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Gambar 2.33 Potensi beban pencemar zat COD di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
55
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.34 Potensi beban pencemar zat TSS di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Jika diakumulasikan untuk setiap kecamatan, potensi beban pencemar, baik untuk zat
BOD, COD, dan TSS, terbesar berada di Kecamatan Warudoyong. Besarnya nilai potensi
beban pencemar di Kecamatan Warudoyong didominasi oleh beban pencemar domestik.
Nilai potensi beban pencemar akumulatif untuk setiap kecamatan di Kota Sukabumi
terdapat pada Tabel 2.21.
Tabel 2.21 Nilai potensi beban pencemar akumulatif per kecamatan di Kota Sukabumi
56
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.22 Hasil uji kualitas air sumu per parameter di Kota Sukabumi
Nilai Tertinggi
Parameter Nilai rata-rata Keterangan
Nilai Terendah
27,9oC Air Sumur RPH Dinas Pertanian
Temperatur 26,4oC
24,6oC Air Sumur Pencucian Qibodas
268 mg/L Air Sungai Cimandiri Hilir
Residu Tersuspensi 45,7 mg/L
1 mg/L Air Sungai Ciwalung
7,8 Air Sumur RS Kartika
pH 6,8
5,4 Air Sumur RW 12 Nanggerang
8,4 mg/L Air Sumur PT. Supra Natami Utama
DO 7,0 mg/L
6,3 mg/L Air Sumur RS. Kartika
3,7 mg/L Air Sumur Gudang PT. Djarum
BOD 1,2 mg/L
0,2 mg/L Air Sumur Pencucian Qibodas
8,3 mg/L Air Sumur Gudang PT. Djarum
COD 3,4 mg/L
2,2 mg/L Air Sumur RSUD. R. Syamsudin, S.H.
47,6 mg/L Air Sumur RW 12 Nanggerang
NO3 11,0 mg/L
< 0,5 mg/L Air Sumur RPH Dinas Pertanian
Detergen < 500 µg/L
Sumber: Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Sukabumi (2015)
Tabel 2.23 Jumlah Timbulan Sampah Harian Berdasarkan Sumbernya tahun 2016
Gambar 2.35 Sebaran timbulan sampah di Kota Sukabumi tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Tabel 2.24 Timbulan sampah per kecamatan di Kota Sukabumi tahun 2016
Timbulan Sampah
Kecamatan
(juta liter/tahun)
Kec. Baros 29,28
Kec. Cibeureum 38,17
58
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Timbulan Sampah
Kecamatan
(juta liter/tahun)
Kec. Cikole 52,58
Kec. Citamiang 45,21
Kec. Gunungpuyuh 43,53
Kec. Lembursitu 33,59
Kec. Warudoyong 50,64
Total 293,01
Sumber: hasil analisis (2019)
Sukabumi memiliki beberapa sarana pengelolaan sampah, yaitu 11 unit TPS 3R dengan
kapasitas masing-masing sekitar 1-2 ton/hari, 1 Unit Stasiun Pengalihan Antara (SPA), dan
1 unit TPA skala kota dengan kapasitas 102 ton/hari. TPA Cikundul terletak di Kelurahan
Situmekar Kecamatan Lembursitu dengan luas sekitar 10,7 ha dan mulai dioperasikan dari
tahun 1995. TPA cikundul menggunakan sistem pengengelolaan sampah controlled
landfill, yaitu dengan penutupan sampah setiap 2 hari. Pada tahun 2016 timbulan sampah
rata-rata yang masuk di TPA Cikundul mencapai 87,48 ton, dengan jumlah sampah yang
tidak terkelola sekitar 3,57 ton (IKPLHD, 2016). Data timbulan sampah terolah harian Kota
Sukabumi ditunjukkan pada Tabel 2.25. Saat ini, sisa kapasitas TPA menjadi persoalan
yang utama di Kota Sukabumi. Luas lahan tersisa atau yang belum terpakai semakin
berkurang yaitu sekitar 2 ha. Diperkirakan luas tersebut hanya mampu menampung
sampah kurang lebih 1,5 tahun. Sementara sisa umur TPA juga semakin pendek yaitu
hanya sekitar 2 tahun lagi. Sehingga akan menjadi permasalahan serius mengingat jumlah
timbulan sampah terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk.
Besarnya peningkatan jumlah timbulan sampah yang tidak diiringi dengan pengelolaan
sampah yang baik akan menimbulkan masalah sanitasi yang dapat berpengaruh pada
kualitas lingkungan hidup. Tabel 2.26 menunjukkan wilayah prioritas dalam area berisiko
sanitasi pengelolaan persampahan di Kota Sukabumi. Terdapat 11 kelurahan yang masuk
dalam kategori area berisiko sangat tinggi dan 10 kelurahan masuk kategori risiko tinggi.
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan
1 Resiko 4 Baros Baros
Lembursitu Lembursitu
Lembursitu Cikundul
Cibeureum Sindangpalay
Cibeureum Limusnunggal
Cibeureum Babakan
Cibeureum Cibeureumhilir
Citaminag Nanggeleng
Warudoyong Dayeuhluhur
60
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan
Warudoyong Sukakarya
Gunungpuyuh Karangtengah
2 Resiko 3 Baros Sudajayahilir
Baros Jayamekar
Lembursitu Situmekar
Lembursitu Sindangsari
Citamiang Cikondang
Citamiang Gedongpanjang
Citamiang Citamiang
Warudoyong Benteng
Cikole Cisarua
Cikole Subangjaya
Sumber: IKPLHD, 2016
Peningkatan jumlah timbulan sampah akan terjadi seiring dengan pertumbuhan penduduk
(dibahas lebih lanjut pada sub-bab 2.3.1). Peningkatan jumlah timbulan sampah akan
menyebabkan tekanan terhadap lingkungan. Keterbatasan kapasitas lahan TPA dalam
mengimbangi jumlah timbulan sampah dapat memperparah tekanan dan menurunkan
kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan populasi didalamnya. Salah satu hal
yang dapat dilakukan guna mengatasi permasalahan timbulan sampah adalah dengan
menambah jumlah tempat pembuangan akhir (TPA) pada lokasi-lokasi yang berpotensi
untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Pemodelan potensi TPA melibatkan beberapa faktor, termasuk jenis tutupan lahan,
tingkat kelerengan, curha hujan, dan jenis batuan di suatu wilayah. Selain itu, terdapat
pula faktor pembatas yang merupakan batasan daerah yang tidak boleh dijadikan sebagai
lokasi TPA. Faktor pembatas yang digunakan adalah jarak suatu lokasi terhadap sungai.
Gambar 2.37 merupakan hasil dari pemodelan potensi lokasi TPA di Kota Sukabumi.
61
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.37 Potensi lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) di Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Potensi kesesuaian TPA di Kota Sukabumi didominasi oleh kelas yang cukup sesuai di
beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Baros, Kecamatan
Cibeureum, dan Kecamatan Cikole. Jenis tutupan lahan yang berada pada kelas cukup
sesuai untuk digunakan sebagai TPA didominasi oleh sawah dan tegalan/ladang.
Tabel 2.27 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Sukabumi
62
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.38 Potensi timbulan lumpur tinja di Kota Sukabumi Tahun 2016 dalam sistem grid 5”x5”
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)
Dari peta tersebut, terlihat bahwa daerah yang memiliki potensi timbulan lumpur tinja
tinggi terdapat di kawasan permukiman terutama di sebagian besar wilayah Kecamatan
Cikole, Kecamatan Warudoyong, Kecamatan Citamiang, dan Kecamatan Gunung Puyuh.
Untuk lebih lengkapnya, nilai potensi timbulan lumpur tinja setiap kecamatan ditunjukkan
pada Tabel 2.28 berikut.
Tabel 2.28 Timbulan lumpur tinja per kecamatan di Kota Sukabumi tahun 2016
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis pengujian kualitas udara ambien, secara umum
kualitas udara ambien di Kota Sukabumi masih dapat dikatakan cukup baik. Meskipun
demikian, terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, Kep-50/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan. Berikut hasil pengujian kualitas udara ambien untuk setiap
parameter yang diukur:
Konsentrasi gas Sulfur Dioksida (SO2) yang terkandung di udara Kota Sukabumi yang
terdekteksi dengan alat uji udara ambien berkisar antara < 0,01 - 609,6 µg/Nm³.
64
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Konsentrasi SO2 yang tinggi dapat disebabkan oleh kegiatan manusia (pembakaran arang,
minyak bakar, gas, kayu, proses-proses industri pemurnian petroleum, industri Asam
Sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya) serta sumber-sumber alam seperti
gunung berapi.
Konsentrasi SO2
700.0
600.0
500.0
400.0
300.0
200.0
100.0
0.0
Konsentrasi gas Nitrogen Monoksida (NO) Kota Sukabumi berasal dari kendaraan bermotor,
produksi energi, dan pembuangan sampah. Berdasarkan pengujian langsung di lapangan,
konsentrasi gas Nitrogen Monoksida (NO) rata-rata tertinggi di Halaman Depan Pemda,
sebesar 173,1 µg/Nm3. Sedangkan konsentrasi gas NO rata-rata terendah di Halaman
Kantor Lingkungan Hidup, sebesar 5,1 µg/Nm3.
65
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
3. Ozon (O3)
O3 (Ozon) adalah polutan sekunder yang merupakan hasil reaksi antara HC dan NO 2
(berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor) dengan bantuan sinar matahari. Nilai
konsentrasi O3 (Ozon) dalam udara ambien Kota Sukabumi menunjukkan bahwa
konsentrasi di lokasi sampling tidak terdeteksi oleh alat (lebih kecil dari 0,01 µg/Nm 3).
Konsentrasi gas Hidrogen Sulfida (H2S) pada udara ambien, berdasarkan pengujian
langsung di lapangan, rata-rata tertinggi di TPST KSM Bersih Madu dan Terminal
Lembursitu, sebesar 0,03 ppm. Sedangkan konsentrasi rata-rata yang tidak terdeteksi alat
atau di bawah 0,001 ppm di Terminal Sudirman, Perempatan Adipura, Perum BPR
Nanggeleng, Pasar Ramayana, dan Kantor Lingkungan Hidup.
66
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Konsentrasi H2S
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
Konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) pada udara ambien, berdasarkan pengujian
langsung di lapangan semuanya menunjukkan konsentrasi yang masih di bawah baku mutu
yang ditetapkan yaitu sebesar 30.000 µg/Nm3. Konsentrasi gas CO yang terkandung di Kota
Sukabumi yang terdeteksi dengan alat uji udara ambien berkisar antara 0,01 – 7.618
µg/Nm3 disebabkan oleh pembakaran hidrokarbon yang tidak sempurna (emisi gas buang
kendaraan bermotor). Nilai konsentrasi rata-rata tertinggi terukur di Halaman Depan
Pemda, sebesar 2.374 µg/Nm3. Sedangkan konsentrasi rata-rata terendah di Terminal
Sudirman, sebesar 13,8 µg/Nm 3.
67
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Hasil pengukuran konsentrasi TSP (Total Suspended Particulate), dan PM10 menunjukkan
konsentrasi yang bervariasi untuk setiap lokasi dan di beberapa lokasi telah melebihi baku
mutu udara ambien nasional. Berdasarkan pengujian langsung di lapangan, konsentrasi
TSP yang terukur pada rentang 2 – 834 µg/Nm3. Konsentrasi rata-rata TSP tertinggi terukur
di Terminal Lembursitu, sebesar 130 µg/Nm 3. Sedangkan konsentrasi rata-rata terendah
berada di Komp. Industri Didi Sukardi, TPST KSM Bersih Madu, Terminal Sudirman, dan
Kantor Lingkungan Hidup, sebesar 20 µg/Nm 3.
Konsentrasi PM10 yang terukur secara langsung di lapangan menunjukkan rentang 2 – 360
µg/Nm3. Konsentrasi rata-rata PM10 tertinggi terukur di Terminal Sudirman, sebesar 60
µg/Nm3. Sedangkan konsentrasi rata-rata terendah di Halaman Depan Pemda, sebesar 20
µg/Nm3.
68
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian pada tahun 2016 tersebut, secara umum
kualitas udara di Kota Sukabumi masih di bawah ambang batas sesuai dengan PP No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor oleh warga Kota Sukabumi, dan masih
banyaknya warga yang belum melakukan pengelolaan sampah secara baik akan
berdampak terhadap penurunan kualitas udara di Kota Sukabumi.
1. Sumber kebisingan
Sumber kebisingan dapat berasal dari berbagai kegiatan, seperti kegiatan industry,
perdagangan, alat pembangkit tenaga, pembangunan, alat pengankut, atau kegiatan
rumah tangga. Pada kegiatan industry, sumber kebisingan diklasifikasikan menjadi 3 jenis,
yaitu:
b. Vibrasi, yaitu kebisingan yang disebabkan oleh getaran akibat gesekan, benturan,
atau ketidakseimbangan gerakan mesin. Misal pada roda gigi, batang torsi, piston,
dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini disebabkan oleh pergerakan
udara, gas dan cairan dalam proses kerja industri. Misalnya pada pipa penyalur
cairan/gas, jet, flare boom, dan lain-lain.
69
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Pencemaran tanah yang dimaksud pada analisis ini adalah kerusakan lahan persawahan
yang disebabkan oleh produksi biomassa, yaitu tumbuhan atau bagian-bagiannya yang
dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman. Lokasi titik sampling
kerusakan tanah.
1. Kualitas tanah
Tingkat kerusakan tanah diamati berdasarkan sifat fisis dan kimia. Sifat fisis yang diukur
adalah berat isi, porositas, dan tekstur tanah. Sementara sifat kimia yang diukur adalah
pH, DHL, C, N, C/N, P, K, dan KTK. Hasil pengamatan dibandingkan dengan kriteria
penilaian sifat kimia (Hardjowigeno, 1995) dan PP 150 tahun 2000 yang ditunjukkan pada
Tabel X dan Tabel Y. Sementara hasil pengamatan di lapangan disajikan pada Tabel X dan
Tabel Y.
Tabel 2.29 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Sangat Sangat
Sifat Tanah Rendah Sedang Tinggi
Rendah tinggi
C - Organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00
Nitrogen (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75
C/N <5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10 – 15 16 - 25 26 - 35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 – 25 26 - 45 46 - 60 > 60
K2O HCl 25% < 10 10 – 20 21 - 40 41 - 60 > 60
(mg/100g)
KTK (me/100g) <5 5 – 16 17 - 24 25 - 40 > 40
Susunan Kation :
K (me/100g) < 0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100g) < 0,4 0,4-1,0 1,1-2 ,0 2,1-8,0 > 8,0
Ca (me/100g) < 0,2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20 – 35 36 - 50 51 - 70 > 70
70
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Sangat Sangat
Sifat Tanah Rendah Sedang Tinggi
Rendah tinggi
Aluminium (%) < 10 10 - 20 5,6- 6,5 31 - 60 > 60
Sangat Agak Agak
Masam Netral
masam Masam alkalis
pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5
Tabel 2.30 Kriteria Baku Kerusakan Tanah menurut PP 150 Tahun 2000
Metode
No Parameter Ambang Kritis Peralatan
Pengukuran
1 pH < 4,0 ; > 7,0 Potensiometrik pH meter
2 DHL >4,0 mS/cm Tahanan Listrik EC meter
3 Berat Isi >1,4 g/cm Gravimetri Ring sample
4 Porositas Total < 30% ; > 70 % Perh. BI dan BJ Piknometer
< 18% koloid
5 Fraksi War tanah Tabung ukur
>80% pasir kuarsitik
2. Status pencemaran tanah
Status pencemaran tanah berdasarkan hasil analisis
71
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
72
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
73
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
74
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Selain dari indeks jasa ekosistem perlindungan bencana, kapasitas Kota Sukabumi dalam
menghadapi bencana juga dapat diidentifikasi dengan menggunakan perhitungan daya
lenting atau ketahanan bencana. Daya lenting merupakan kemampuan adaptasi suatu
kondisi alam dalam proses pemulihan (jangka panjang) yang diukur dari awal terjadinya
bencana hingga ke kondisi normal. Daya lenting direpresentasikan oleh suatu indeks yang
menunjukkan ketahanan dalam tiga tingkatan, yaitu rendah, sedang dan tinggi (Nafishoh,
2016). Gambar 2.51 menunjukkan indeks daya lenting Kota Sukabumi. Dari gambar
tersebut, terlihat bahwa indeks daya lenting Kota Sukabumi bervariatif. Indeks daya
lenting yang tinggi hanya dimiliki oleh Kecamatan Cikole, sedangkan Kecamatan
Gunungpuyuh, Warudoyong, dan Citamiang memiliki indeks daya lenting pada tingkat
sedang. Kecamatan Cibeureum, Baros, dan Lembursitu memiliki indeks daya lenting yang
rendah.
75
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
76
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.52 Tekanan penduduk di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5” pada tahun:
(a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Tekanan penduduk di Kota Sukabumi ini memberikan dampak terhadap kondisi lingkungan
hidup di waktu mendatang. Berikut ini, diuraikan beberapa proyeksi dampak tekanan
penduduk terhadap kondisi lingkungan, dalam hal timbulan sampah, timbulan lumpur
tinja, dan potensi beban pencemar di Kota Sukabumi.
77
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
terkecil terdapat di Kecamatan Cikole. Sementara pada tahun 2040 ke 2050, kenaikan
terbesar tersebar di Kecamatan Cibeureum, dan kenaikan terkecil terdapat di Cikole,
Kecamatan Lembursitu, dan Kecamatan Baros. Jumlah timbulan sampah tiap kecamatan
pada tahun 2016, 2020, 2030, 2040, dan 2050 terdapat pada Tabel 2.31.
78
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.54 Peningkatan jumlah timbulan sampah di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5” pada
tahun: (a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Tabel 2.31 Jumlah timbulan sampah di Kota Sukabumi tahun 2016, 2020, 2030, 2040, dan 2050
79
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
330
(juta liter/tahun)
320
310
300
290
2010 2020 2030 2040 2050
Tahun
Tabel 2.32 Proyeksi lumpur tinja tahun 2016 – 2050 setiap kecamatan
80
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Nilai lumpur tinja yang selalu meningkat ini berkaitan dengan besarnya jumlah penduduk
yang juga selalu mengalami peningkatan. Dampak tekanan penduduk dapat
mempengaruhi jumlah potensi timbulan sampah dan lumpur tinja. Semakin besar jumlah
penduduk akan berdampak pada peningkatan jumlah timbulan lumpur tinja. Berdasarkan
Tabel 2.32, peningkatan lumpur tinja terbesar dari tahun 2016 ke tahun 2020 berada di
Kecamatan Lembursitu dengan angka kenaikan sebesar 132 m 3/tahun, sedangkan
kenaikan lumpur tinja terkecil berada di Kecamatan Cibeureum dengan angka kenaikan
hanya 68 m3/tahun. Dari tahun 2020 ke tahun 2030, kenaikan lumpur tinja paling tinggi
berada di Kecamatan Gunungpuyuh yaitu 360 m 3/tahun, sedangkan Kecamatan Cikole
mengalami kenaikan lumpur tinja terkecil sebesar 142 m 3/tahun. Kenaikan lumpur tinja
terbesar pada tahun 2030 ke tahun 2040 terdapat pada Kecamatan Cibeureum yaitu
sebesar 355 m3/tahun, sedangkan paling kecil di Kecamatan Cikole sebesar 101 m 3/tahun.
Dari tahun 2040 ke tahun 2050, Kecamatan Cibeureum mengalami kenaikan lumpur tinja
paling besar yaitu 276 m3/tahun, sedangkan kenaikan terkecil berada di Kecamatan Cikole
yang hanya mencapai 78 m 3/tahun. Sebaran peningkatan lumpur tinja terlihat di peta
pada Gambar 2.57 dengan statistik peningkatan jumlah lumpur tinja dari tahun 2016
sampai tahun 2050 ditunjukkan pada Gambar 2.58.
81
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.57 Peningkatan timbulan lumpur tinja di Kota Sukabumi dalam sistem grid 5”x5” pada
tahun: (a) 2016 – 2020, (b) 2020 – 2030, (c) 2030 – 2040, (d) 2040 – 2050
(Sumber: hasil analisis, 2019)
Gambar 2.58 Proyeksi potensi timbulan lumpur tinja total di Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2019)
82
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.33 Nilai potensi beban pencemar tahun 2016 dan tahun 2050 di Kota Sukabumi
2016 2050
Kecamatan
BOD COD TSS BOD COD TSS
Kec. Baros 1591.64 2240.05 1122.54 1765.61 2479.26 1287.80
Kec. Cibeureum 1898.66 2689.35 1210.10 2242.37 3163.39 1525.87
Kec. Cikole 1475.13 2051.19 1229.15 1559.80 2167.60 1309.58
Kec. Citamiang 1645.35 2295.90 1309.34 1818.24 2533.65 1473.40
Kec. Gunungpuyuh 1509.63 2102.43 1233.65 1724.38 2397.72 1437.56
Kec. Lembursitu 2090.73 2965.09 1309.54 2339.22 3307.58 1539.31
Kec. Warudoyong 2209.52 3102.90 1608.81 2432.22 3407.99 1828.80
Sumber: hasil analisis, 2019
Zat pencemar BOD, COD, dan TSS dari tahun 2016 ke tahun 2050 mengalami peningkatan
tertinggi di Kecamatan Cibeureum. Sedangkan untuk Kecamatan Cikole mengalami
peningkatan nilai potensi beban pencemar paling kecil untuk ketiga zat tersebut.
Persebaran peningkatan zat pencemar BOD, COD, dan TSS dari tahun 2016 ke tahun 2050
di Kota Sukabumi terlihat pada Gambar 2.59, sedangkan untuk statistik proyeksi potensi
beban pencemar total dari tahun 2016 hingga tahun 2050 pada masing-masing parameter
BOD, COD, dan TSS ditunjukkan pada Gambar 2.60.
(a) BOD tahun 2016 - 2050 (b) COD tahun 2016 – 2050
83
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
20000
15000
10000
5000
0
2016 2020 2030 2040 2050
84
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2.3.2 Indikasi Tumpang Tindih Pemanfaatan Lahan pada RTRW dengan Tutupan
Lahan
Dalam pengelolaan lingkungan hidup, konflik pemanfaatan menjadi permasalahan utama
karena dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan terutama apabila pemanfaatan yang
dilakukan tidak memperhatikan fungsi ekologi atau jasa ekosistem di suatu kawasan.
Tumpang tindih pemanfaatan lahan antara kawasan pola ruang wilayah dengan tutupan
lahan eksisting di Kota Sukabumi Tabel 2.34.
Tabel 2.34 Tumpang tindih pemanfaatan lahan antara kawasan lindung yang ditetapkan di RTRW
2012-2032 dengan tutupan lahan tahun 2016
Berdasarkan Tabel 2.34, pola ruang untuk peruntukkan wilayah taman/RTH serta
sempadan sungai bertumpang tindih cukup luas dengan tutupan lahan pertanian yang
masing-masing luasan tumpang tindihnya sebesar 127,32 Ha dan 40,48 Ha. Pola ruang
untuk peruntukkan wilayah industri juga bertumpang tindih dengan tutupan lahan
permukiman. Hal ini menjadi rambu bahaya dan sekaligus peringatan terkait limbah
industri dapat menurunkan kualitas air pada permukiman disekitar wilayah industri
tersebut. Perlu kajian dan tindakan lebih lanjut untuk menghindari penurunan kualitas air
pada wilayah tersebut.
hierarki III atau IV menjadi pusat pertumbuhan baru. Selain bertujuan untuk meratakan
pusat pelayanan dan pusat kegiatan, rencana kebijakan ini juga dilakukan untuk
mengurangi beban pada wilayah hierarki I atau pusat kota.
Nilai
No Kelurahan Frekuensi Nilai Indeks Sentralitas Indkes x Hierarki
Frekuensi
1 Baros 12 274 3288 IV
2 Cibereum 8 412 3296 IV
3 Cikole 16 1180 18880 I
4 Citamiang 18 490 8820 III
5 Gunung Puyuh 16 421 6736 III
6 Lembursitu 15 317 4755 IV
7 Warudoyong 19 715 13585 II
Sumber: Hasil analisis dalam Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi 2011-2031 (2018)
Rencana pengembangan pusat kota baru untuk Kota Sukabumi adalah di bagian tenggara.
Berdasarkan peta administrasi Kota Sukabumi (Gambar 2.1), wilayah bagian tenggara
memiliki nilai hirarki IV, yaitu meliputi Kecamatan Cibereum dan Kecamatan Baros. Jika
dilihat dari jumlah penduduknya, Kecamatan Cibereum dan Kecamatan Baros memiliki
jumlah penduduk yang tidak lebih padat jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
Sesuai dengan peta tekanan penduduk (Gambar 2.52), hasil analisis menunjukkan
pertumbuhan penduduk yang akan mengarah ke bagian tenggara Kota Sukabumi cukup
padat, yaitu pada bagian selatan Kecamatan Cibereum dan bagian bagian timur
Kecamatan Baros.
Dilihat dari status daya dukung, bagian tenggara dari Kota Sukabumi memiliki daya dukung
yang masih cukup bagus dan belum melampaui untuk penyediaan air, baik Kecamatan
Cibereum maupun Kecamatan Baros. Sementara untuk penyediaan pangan, sebagian besar
wilayah dari Kecamatan Cibereum masih dapat mendukung penyediaan pangan, namun
untuk bagian timur dari Kecamatan Baros, penyediaan pangan telah melampaui ambang
batas penduduk.
Selain pengembangan pusat kota, dalam dokumen Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Sukabumi 2011-2031 juga disebutkan beberapa potensi pengembangan
wilayah pada sektor lain seperti pembangunan jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi dan
pembangunan jalur ganda kereta api Sukabumi-Bogor sepanjang 57 kilometer. Selain itu,
86
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
sebagai kota yang strategis diantara dua kota besar Bogor dan Bandung, direncanakan
adanya pengembangan pariwisata yang akan berdampak pula pada pembangunan tempat
peristirahatan seperti hotel.
Kecamatan Baros dan Kecamatan Lembursitu berpotensi untuk diarahkan sebagai kawasan
wisata dan diusulkan sebagai Zona Pusat kota kuliner dan kreativitas, namun masih perlu
dilakukan integrasi terhadap sarana prasarana pendukungnya. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah adanya peningkatan pembangunan maupun perluasan tempat
peristirahatan dan penginapan, seperti hotel. Pembangunan dan perluasan ini akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan serta peningkatan kebutuhan air dan pangan.
Walaupun Kecamatan Baros dan Kecamatan Lembursitu memiliki ketersediaan air dan
pangan cukup tinggi dengan kebutuhan cenderung rendah, penggunaan air dan bahan
pangan harus tetap diperhatikan untuk menjaga ketersediaan air dan pangan pada wilayah
tersebut.
Dampak lingkungan lain yang dapat ditimbulkan dari pembangunan dan perluasan tempat
penginapan adalah limbah yang dihasilkan sebagai potensi beban pencemar. Berdasarkan
Tabel 2.20, Kecamatan Baros dan Kecamatan Lembursitu memiliki beberapa kelurahan
yang memiliki area sanitasi limbah domestik berisiko sangat tinggi dan tinggi, diantaranya
adalah Kelurahan Sudajayahilir, Kelurahan Jayamekar, Kelurahan Jayaraksa, dan
Kelurahan Baros untuk Kecamatan Baros; serta Kelurahan Cikundul, Kelurahan Situmekar,
Kelurahan Lembursitu, Kelurahan Cipanengah, dan Kelurahan Sindangsari untuk
Kecamatan Lembursitu.
Sementara untuk persampahan, dengan adanya pariwisata dan penginapan, jumlah orang
juga akan meningkat dan berpotensi meningkatkan jumlah timbulan sampah di Kecamatan
Baros dan Kecamatan Lembursitu. Berdasarkan Tabel 2.26, terdapat beberapa kelurahan
pada kedua kecamatan ini yang memiliki pengelolaan persampahan berisiko sangat tinggi
dan tinggi. Beberapa kelurahan ini adalah Kelurahan Baros, Kelurahan Sudajayahilir, dan
Kelurahan Jayamekar di Kecamatan Baros; serta Kelurahan Lembursitu, Kelurahan
Cikundul, Kelurahan Situmekar, dan Kelurahan Sindangsari di Kecamatan Lembursitu.
subsistem lainnya. Fenomena ini disebut dengan source-sink. Source adalah subsistem
yang merupakan pengekspor atau sumber suatu entitas atau sumber daya, sedangkan sink
adalah importir atau penerima dari entitas atau sumber daya tersebut. Dalam konteks
DDDTLH, yang dimaksud dengan sumber daya di sini adalah jasa ekosistem yang
pemanfaatannya dinamis, tidak hanya digunakan oleh suatu wilayah. Model source-sink
diperlukan untuk menganalisis DDDTLH, dalam rangka menentukan ekosistem yang
mungkin menjadi prioritas untuk dilindungi bagi kelangsungan makhluk hidup jangka
panjang. Hal ini akan membantu dalam pembuatan kebijakan khususnya yang terkait
dengan konservasi. Oleh karena itu, dibuatlah peta aliran energi sumber daya pangan dan
air sebagai model untuk dianalisis.
Dalam kaitannya dengan kondisi daya dukung lingkungan hidup di Kota Sukabumi, wilayah
yang telah melampaui ambang batas penyediaan pangan dan air (dapat dilihat pada
Gambar 2.26 dan Gambar 2.31) membutuhkan aliran bahan pangan dan air dari wilayah
lain yang memiliki selisih ketersediaan bahan pangan dan air yang lebih tinggi.
Ketergantungan ini tidak hanya terjadi di dalam wilayah Kota Sukabumi saja, namun
terdapat pula ketergantungan Kota Sukabumi terhadap kabupaten/kota lain di sekitarnya.
Gambar 2.61 dan Gambar 2.62 merupakan peta daerah penyedia dan aliran materi bahan
pangan dan air untuk wilayah Kota Sukabumi.
88
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.61 Cluster daerah penyedia dan aliran materi bahan pangan untuk wilayah Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2019)
89
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.36 Interaksi wilayah penyedia dan penerima aliran bahan pangan dalam cluster penyedia pangan Kota Sukabumi
PENERIMA
Kab. Purwakarta
Kab. Karawang
Kota Sukabumi
Kab. Bandung
Kab. Cianjur
Kota. Bekasi
Kab. Bekasi
ALIRAN PANGAN
Barat
PENYEDIA
Keterangan:
(1) Melewati Kota Sukabumi
(2) Melewati Kab. Cianjur
(3) Melewati Kab. Bandung Barat
(4) Melewati Kab. Purwakarta
(5) Melewati Kab. Karawang
(6) Melewati Kab. Bekasi
90
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Gambar 2.62 Cluster daerah penyedia dan aliran air untuk wilayah Kota Sukabumi
(Sumber: hasil analisis, 2019)
91
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 2.37 Interaksi wilayah penyedia dan penerima aliran air dalam cluster penyedia air
Kota Sukabumi
PENERIMA
Kota Sukabumi
Kab. Bogor
ALIRAN AIR
Kab. Sukabumi V V
PENYEDIA
Keterangan:
(1) Melewati Kab. Sukabumi
2.4.2 Kerjasama Antar Wilayah Commented [JT5]: Belum ada data/hasil kajian
terkait kerjasama yang sudah dijalankan antara Kota
Sukabumi dengan daerah lain, misal dalam
pengelolaan air minum, sampah.
92
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Isu strategis di Kota Sukabumi akan ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan hidup di
Kota Sukabumi (dapat dilihat pada Bab 2), yang dikaitkan dengan empat pilar
pembangunan berkelanjutan dan tantangan global/regional seperti yang telah diuraikan
di atas. Tantangan dan tren besar di tingkat global/regional dapat menjadi peluang
ataupun ancaman bagi kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi. Peluang dipandang
sebagai faktor eksternal yang memberi dampak positif bagi kondisi lingkungan hidup di
Kota Sukabumi. Sebaliknya, ancaman dipandang sebagai faktor eksternal yang memberi
dampak negatif bagi kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi. Keterkaitan antara
tantangan dan tren global/regional dengan kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi
dipetakan dalam sebuah matriks silang pada Tabel 3.1. Dengan analisis ini, dapat
ditentukan isu-isu yang menjadi peluang dan ancaman bagi kondisi lingkungan hidup di
Kota Sukabumi.
93
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 3.1 Matriks tantangan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi
Ketergantungan antar
Kerentanan terhadap
Sampah dan Lumpur
Kondisi lingkungan
Penyediaan Pangan
Tekanan Penduduk
Frekuensi Dampak
Frekuensi Dampak
Indikasi Tumpang
Keanekaragaman
Penyediaan Air
Jasa ekosistem
hidup Kota
Tindih Lahan
Kualitas Air
Perikanan
Pertanian
Sukabumi
Bencana
Pilar PB
Wilayah
Negatif
Hayati
Positif
Tinja
Tantangan dan tren
global/regional
Perubahan iklim - - - - - - - - 0 8
Penurunan ketersediaan dan
Lingkungan
- - - - - - - 0 7
kualitas air bersih
Penurunan ketersediaan pangan - - - 0 3
Degradasi ekosistem - - - - - - - - 0 8
Sampah dan limbah - - - - - 0 5
Demografi (pertumbuhan
- - - - - - - 0 7
penduduk)
Akses pendidikan + + + 3 0
Sosial
Kesetaraan gender 0 0
Keadilan dan perdamaian 0 0
Kesehatan + + + + 4 0
Inovasi dan teknologi + + + + + + + + + 9 0
Ekonomi global + + - + 3 1
Kemiskinan dan kesenjangan
Ekonomi
- - - - - - 0 6
sosial
Kota dan masyarakat
+ + + + + + + + + 9 0
berkelanjutan
Pertumbuhan ekonomi + + + + - + - - 5 3
Prioritas kebijakan + + + + + + 6 0
Kelem-
bagaan
94
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Pada Tabel 3.1, dapat dilihat bahwa setiap tantangan dan tren global/regional dapat
membawa dampak positif (+), dampak negatif (-), ataupun tidak memberi dampak bagi
kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi. Dampak positif dan dampak negatif untuk
setiap tantangan dan tren global/regional (setiap baris pada matriks) dapat
diakumulasikan, yang dapat merepresentasikan seberapa besar dampak yang diberikan
terhadap keseluruhan kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil
analisis, terdapat beberapa tantangan dan tren global/regional yang dapat menjadi
peluang bagi pengelolaan kondisi lingkungan hidup di Kota Sukabumi, yaitu inovasi dan
teknologi, kota dan masyarakat berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi, prioritas
kebijakan, dan kerja sama antar lembaga. Sementara itu, tantangan dan tren
global/regional yang dapat menjadi ancaman bagi pengelolaan kondisi lingkungan hidup
di Kota Sukabumi, yaitu perubahan iklim, penurunan ketersediaan dan kualitas air bersih,
degradasi ekosistem, pertumbuhan penduduk (demografi), serta kemiskinan dan
kesenjangan sosial.
Isu-isu yang menjadi ancaman menimbulkan beberapa masalah nyata seperti penurunan
produktivitas pertanian, kerusakan ekosistem (penurunan keanekaragaman hayati,
introduksi spesies invasif dan menurunnya jasa ekosistem), tekanan pertambahan
penduduk terhadap berbagai aspek dari daya dukung lingkungan, serta pertumbuhan
ekonomi yang tidak terarah dan tidak berpihak pada kelestarian lingkungan. Di sisi lain,
peluang-peluang juga dapat ditangkap dalam berbagai bentuk, seperti inovasi penyediaan
pangan yang intensif dan berkelanjutan (sustainable intensification), investasi untuk
industri ramah lingkungan, orientasi kebijakan lingkungan seperti Payment for Ecosystem
Services (PES), dan public-private partnership di dalam pengelolaan lingkungan hidup.
95
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
utara Kecamatan Baros. Adanya tekanan penduduk ini berpotensi memiliki dampak
terhadap kondisi lingkungan hidup, antara lain:
(a) Terjadi indikasi konflik tumpang tindih antara kawasan pola ruang dengan
kondisi eksisting tahun 2016. Pola ruang untuk peruntukkan wilayah taman/RTH
serta sempadan sungai bertumpang tindih cukup luas dengan tutupan lahan
pertanian. Pola ruang untuk peruntukkan wilayah industri juga bertumpang
tindih dengan tutupan lahan permukiman. Hal ini menjadi rambu bahaya dan
sekaligus peringatan terkait limbah industri dapat menurunkan kualitas air pada
permukiman disekitar wilayah industri tersebut.
(b) Meningkatnya potensi beban pencemar air sungai untuk parameter BOD, COD
dan TSS dari tahun 2016, 2020, 2030, 2040, hingga 2050. Peningkatan potensi
beban pencemar ini lebih dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk yang
meningkatkan potensi beban pencemar dari sumber domestik.
(c) Timbulan sampah Kota Sukabumi dominan pada kawasan permukiman di dataran
ekoregion perbukitan vulkanik. Berdasarkan neraca pengelolaan sampah di Kota
Sukabumi, sampah yang terkelola mencapai 76,94%, dan yang terangkut ke TPA
59,55%. Saat ini, sisa kapasitas TPA menjadi persoalan yang utama di Kota
Sukabumi. Luas lahan tersisa atau yang belum terpakai semakin berkurang yaitu
sekitar 2 ha. Diperkirakan luas tersebut hanya mampu menampung sampah
kurang lebih 1,5 tahun, sehingga akan menjadi permasalahan serius mengingat
jumlah timbulan sampah terus mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk.
(d) Timbulan lumpur tinja dengan jumlah yang tinggi berada di kawasan
permukiman, terutama di sebagian besar wilayah Kecamatan Cikole, Kecamatan
Warudoyong, Kecamatan Citamiang, dan Kecamatan Gunung Puyuh. Timbulan
lumpur tinja akan terus meningkat dengan adanya peningkatan jumlah
penduduk.
3) Nilai efisiensi pemanfaatan sumber daya alam bergantung kesesuaian kondisi
tutupan lahan eksisting terhadap rencenaan pola ruang.
(a) Efisiensi penyediaan pangan yang tinggi mayoritas berada pada bagian selatan
Kota Sukabumi, dari Kec. Cibeureum, Kec. Baros, dan Kec. Lembursitu. Wilayah
dengan efisiensi tinggi tersebut didominasi oleh pola ruang pertanian, dengan
efisiensi penyedia pangan 80%. Kondisi ini baik karena pemanfaatan SDA dalam
hal penyediaan pangan di Kota Sukabumi dominan berada pada lokasi yang sesuai
dengan rencana pola ruang pertanian.
(b) Efisiensi penyediaan air yang tinggi berada di hampir semua wilayah Kota
Sukabumi. Wilayah dengan efisiensi penyedia air paling rendah berada di selatan
Kota Sukabumi, yaitu di sebagian wilayah Kec. Lembursitu. Meskipun demikian,
efisiensi di wilayah tersebut masih lebih tinggi dari 50%. Kondisi ini
menggambarkan bahwa kondisi penyediaan air di Kota Sukabumi masih baik,
sejalan dengan kondisi daya dukung penyedia air yang belum melampaui ambang
batasnya di hampir seluruh wilayah Kota Sukabumi.
96
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
(c) Efisiensi pengaturan tata air yang tinggi mayoritas berada pada bagian selatan
Kota Sukabumi, dari Kec. Cibeureum, Kec. Baros, dan Kec. Lembursitu. Wilayah
dengan efisiensi tinggi sebagian besar merupakan pola ruang pertanian.
Sementara itu, pola ruang RTH (ruang terbuka hijau) yang memiliki peran
penting dalam jasa ekosistem pengaturan tata air di wilayah perkotaan memiliki
efisiensi yang tidak terlalu tinggi, yaitu 58%. Kondisi ini disebabkan oleh rencana
pola ruang RTH yang masih digunakan untuk pemanfaatan lain.
4) Potensi keanekaragaman hayati di Kota Sukabumi direpresentasikan dalam IJE dan
nilai shape index yang merepresentasikan ketahanan ruang secara geometrik dalam
hal pemeliharaan keanekaragaman hayati:
(a) Kota Sukabumi memiliki potensi jasa ekosistem pendukung keanekaragaman
hayati cukup tinggi yang tersebar terutama pada sisi utara, timur, dan selatan.
Ketiga sisi tersebut berada pada kawasan ekoregion Perbukitan Vulkanik yang
terhubung dengan ekosistem alami Kabupaten Sukabumi.
(b) Sebagian besar kawasan hijau di Kota Sukabumi memiliki shape index yang
rendah. Wilayah sisi utara dan selatan memiliki petak-petak berukuran kecil,
tersebar dan didominasi oleh shape index yang rendah-sedang. Hal ini akan
memberikan sedikit ancaman eksposur pada satwa di dalam petak ekosistem
tersebut. Adapun pada sisi timur Kota Sukabumi petak-petak tersebut
berkelompok dengan ukuran yang lebih besar dengan nilai shape index yang
rendah serta bentuk yang mudah terpisah.
5) Dalam hal kebencanaan, Kota Sukabumi rawan terhadap beberapa bencana yang
terkait perubahan iklim, yaitu bencana banjir, kekeringan, dan gerakan tanah.
(a) Hampir seluruh kecamatan di Kota Sukabumi memiliki nilai IJE perlindungan
terhadap bencana yang tinggi. Artinya, ekosistem di Kota Sukabumi mampu
melindungi wilayahnya dari suatu bencana atau dapat dikatakan bahwa Kota
Sukabumi memiliki kapasitas alami yang tinggi untuk menghadapi bencana.
(b) Kota Sukabumi memiliki indeks daya lenting yang bervariasi dari tinggi hingga
rendah, yang merepresentasikan kemampuan adaptasi suatu kondisi alam dalam
proses pemulihan (jangka panjang) yang diukur dari awal terjadinya bencana
hingga ke kondisi normal. Indeks daya lenting tinggi meliputi Kecamatan Cikole;
indeks daya lenting sedang terletak pada Kecamatan Gunungpuyuh, Kecamatan
Warudoyong, dan Kecamatan Citamiang; sedangkan indeks daya lenting rendah
terdapat pada wilayah Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Baros, dan
Kecamatan Cibeureum.
6) Dalam hal penyediaan pangan dan air, Kota Sukabumi memiliki ketergantungan
terhadap Kabupaten Sukabumi yang secara geografis berada di sekeliling Kota
Sukabumi. Kabupaten Sukabumi memiliki peran penting sebagai daerah
pemasok/sumber aliran pangan dan air ke Kota Sukabumi.
97
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Berdasarkan hasil analisis ancaman tren global/regional (Tabel 3.1) dan uraian kondisi
lingkungan hidup di Kota Sukabumi, dapat disintesiskan isu strategis di Kota Sukabumi
mengerucut pada enam (6) strategi pengelolaan, yaitu:
1) peningkatan penyediaan pangan;
2) pengelolaan sampah dan limbah, serta peningkatan kualitas air untuk meminimalisir
degradasi ekosistem akibat tekanan penduduk;
3) pengoptimalan RTH sesuai dengan rencana pola ruang untuk meningkatkan efisiensi
tata air, pengatur iklim mikro, dan sebagai ruang hijau bagi lestarinya
keanekaragaman hayati dan pemeliharaan kualitas udara perkotaan;
4) pemerataan akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak terutama untuk
kawasan permukiman padat penduduk;
5) peningkatan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap bencana, khususnya yang terkait
dengan perubahan iklim; serta
6) peningkatan kerjasama dengan Kabupaten Sukabumi.
3.1.2 Tantangan Utama dan Isu Strategis di setiap Ekoregion di Kota Sukabumi
Pada sub bab ini, fokus analisis terletak pada tantangan utama dan isu strategis di setiap
ekoregion di wilayah Kota Sukabumi, yang dikelompokkan berdasarkan dua (2) wilayah
ekoregion, yaitu perbukitan struktural dan perbukitan vulkanik. Analisis ditujukan pada
berjalannya fungsi kawasan ekoregion tersebut dalam menyediakan jasa ekosistem bagi
masyarakat Kota Sukabumi dalam satu kesatuan lansekap ekoregion, sehingga intervensi
yang dilakukan terhadap isu dapat dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Analisis
dilakukan menggunakan metode DPSIR untuk mengetahui pemicu, tekanan, kondisi
dampak serta indikasi respon yang dapat dilakukan agar terjaganya fungsi ekosistem dan
keberlanjutan pemanfaatan jasa ekosistem bagi masyarakat di Kota Sukabumi.
98
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Driving Forces
Pressures State
Underlying Causes Activities
Proyeksi pertumbuhan Perluasan pemukiman Alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan Penurunan produksi
penduduk di bagian ujung menjadi lahan permukiman. Berdasarkan tanaman pangan yang
barat daya Kabupaten overlay tutupan lahan dan pola ruang, menyebabkan penurunan
Lembursitu terdapat 8,5 ha lahan pertanian menjadi lahan daya dukung pangan
pertanian dan 71,2 ha lahan perkebunan
menjadi lahan permukiman.
Proyeksi pertumbuhan Peningkatan timbulan sampah mencapai 17% Penurunan kualitas air,
penduduk tahun 2020-2050 hingga tahun 2050 yaitu sekitar 1,1 juta tanah, dan udara
dalam kategori rendah liter/tahun
hingga sedang Pelepasan emisi dan gas rumah kaca, serta Penurunan kualitas udara
pelepasan pencemar ke udara
Pelepasan pencemar ke badan air Penurunan kualitas air
bersih
Pemanfaatan air domestik pada tahun 2016 Penurunan daya dukung air
sebesar 91,2 ribu m3/tahun
Aktivitas perkebunan dan Pemanfaatan air berlebih untuk aktivitas Penurunan daya dukung air
pertanian perkebunan dan pertanian
Pelepasan pupuk kimia berlebih dan pestisida Penurunan kualitas air
ke badan air bersih
Pelepasan gas methana ke udara Penurunan kualitas udara
Alih fungsi ruang terbuka hijau menjadi lahan Fragmentasi habitat dan
pertanian dan perkebunan penurunan keanekaragaman
hayati
Aktivitas peternakan Pelepasan nutrien pakan berlebih ke badan air Penurunan kualitas air
bersih
99
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Driving Forces
Pressures State
Underlying Causes Activities
Pelepasan gas methana kotoran hewan ke Penurunan kualitas udara
udara
Aktivitas ekonomi di Aktivitas Industri Pelepasan sedimen dan pencemar ke badan Penurunan kualitas air
wilayah ekoregion perairan
Peningkatan risiko bencana banjir, kekeringan, dan Penerapan tata kota yang tangguh bencana dan berkelanjutan
longsor
100
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tutupan lahan yang terdapat pada perbukitan vulkanik didominasi oleh lahan terbangun,
berupa permukiman, industri, serta fasilitas lainnya. Selain lahan terbuka, tutupan lahan
berupa tegalan dan sawah juga cukup memiliki luasan yang besar pada perbukitan
vulkanik Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, kawasan permukiman
yang mendominasi wilayah ini menyebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk dari
tahun 2016 hingga tahun 2050. Peningkatan jumlah penduduk ini akan berdampak pada
kebutuhan pangan dan air, timbulan sampah dan sebaran lumpur tinja, potensi beban
pencemar domestik, hingga potensi terjadinya perubahan tutupan lahan menjadi
permukiman. Hal yang sama juga akan terjadi untuk wilayah industri. Semakin
meningkatnya kegiatan industri pada wilayah ini akan menyebabkan terjadinya penurunan
kondisi lingkungan, seperti kualitas air, udara, dan daya dukung terhadap lingkungan.
Terkait kebencanaan, wilayah perbukitan vulkanik memiliki kerentanan yang cukup tinggi
terhadap banjir. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat untuk dapat
meminimalisir risiko dari kejadian banjir. Analisis DPSIR ekoregion Perbukitan Vulkanik di
Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3.3.
101
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Driving Forces
Pressures State
Underlying Causes Activities
Proyeksi pertumbuhan Perluasan permukiman Alih fungsi lahan sawah (405,72 Ha), pertanian Penurunan produksi
penduduk pada setiap lahan kering (560,35 Ha), pertanian lahan tanaman pangan yang
kecamatan di Kota kering campur (180,57 Ha), perkebunan (30,81 menyebabkan penurunan
Sukabumi Ha), dan lahan terbuka (98,76 Ha) menjadi daya dukung pangan
lahan permukiman.
Alih fungsi lahan tanah terbuka (2,5 Ha) dan Peningkatan potensi beban
padang rumput (5,8 Ha) menjadi kawasan pencemar dan pemanfaatan
pertanian air untuk aktifitas pertanian
102
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Aktivitas peternakan Pelepasan nutrien pakan berlebih ke badan air Penurunan kualitas air
bersih dan tanah
Pelepasan gas methana kotoran hewan ke Penurunan kualitas udara
udara
Pemanfaatan air untuk Pengembangan Balai Penurunan daya dukung air
Aktivitas Budidaya Air Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
Tawar (BBPBAT)
Aktivitas Industri Pemanfaatan air berlebih untuk aktivitas Penurunan daya dukung air
industri
Aktivitas ekonomi di
wilayah ekoregion Pelepasan limbah hasil produksi ke badan air Penurunan kualitas air dan
dan tanah tanah
Impacts Responses
Peningkatan potensi terjadinya kerawanan pangan di Penetapan lahan sawah berkelanjutan
Kota Sukabumi karena penurunan produksi pangan
Kebijakan tata ruang untuk mencegah alih fungsi lahan
Kerjasama Kota Sukabumi dengan Kabupaten/Kota lain dalam hal penyediaan
sumber pangan berkelanjutan
Peningkatan risiko kekeringan akibat penurunan daya Kebijakan izin pengambilan air tanah
dukung air Pembatasan aktivitas industri dan perikanan tambak
Risiko penurunan pasokan air bersih akibat dari Peningkatan air bersih melalui perluasan daerah resapan dan pemanenan air
penurunan kualitas air dan kurangnya akses air minum di kawasan perkotaan
Pemberlakuan dan pembatasan izin pemanfaatan air bersih
103
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Peningkatan potensi penurunan kualitas lingkungan Penetapan dan implementasi ambang batas lingkungan untuk polusi udara
sebagai akibat dari meningkatnya timbulan sampah dan
emisi gas, serta limbah produksi Penegakkan ijin lingkungan (KLHS dan AMDAL) untuk kegiatan industri
104
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Bab ini menjabarkan keempat rencana RPPLH tersebut dalam arahan Kebijakan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimuat dalam beberapa subbab,
yaitu tujuan dan sasaran RPPLH; strategi dan skenario RPPLH; dan arahan program
prioritas RPPLH berdasarkan strategi umum dan strategi implementasi.
105
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
1. Strategi Umum
Strategi ini mencakup penjabaran arahan program prioritas secara umum yang
disusun berdasarkan tantangan utama dan isu strategis perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Kota Sukabumi dan merujuk pada RPPLH Provinsi
Jawa Barat.
2. Strategi Implementasi
Strategi ini mencakup penjabaran arahan program prioritas secara khusus per
ekoregion dan dilengkapi dengan indikasi zonasi yang mengidentifikasi zona-zona
perlindungan, pencadangan, pemanfaatan, dan budidaya; serta indikasi skenario
106
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Arahan program prioritas RPPLH berdasarkan strategi umum disusun untuk mencapai
tujuan dan sasaran RPPLH yang mengacu pada upaya dan intervensi dalam mengatasi
tantangan utama dan isu strategis perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kota
Sukabumi. Secara lengkap arahan program berdasarkan strategi umum untuk keseluruhan
rencana ditampilkan pada Tabel 4.1 dengan penjabaran rincinya dijelaskan pada subbab
dibawah ini.
107
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
4. Menjamin pemanfaatan dan pencadangan sumber daya alam secara berkelanjutan dan
berkeadilan sosial.
Arahan kebijakan:
a. Pembatasan penggunaan air tanah sebagai pencadangan untuk pemanfaatan yang
berkelanjutan, dengan arahan program:
Perlindungan air tanah pada zona-zona konservasi.
Penegakan peraturan pembatasan pemanfaatan air pada zona pemanfaatan
terbatas.
108
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2. Mengurangi tekanan terhadap wilayah ekoregion dan ekosistem penghasil air dan
pengatur tata air.
Arahan kebijakan:
a. Perlindungan lahan pada ekoregion dan ekosistem penghasil air dan pengatur tata
air, dengan arahan program:
Kaji ulang penggunaan ruang pada lahan dengan jasa penyedia air tinggi.
Pembatasan pembangunan infrastruktur pada lahan dengan jasa penyedia air
tinggi.
Perencanaan sistem pengelolaan air terpadu melalui pengembangan,
pengelolaan, dan konservasi sungai, danau, dan sumber daya air lainnya.
Penataan kawasan mata air.
Penataan kawasan sempadan sungai.
Program kali bersih.
Pemantauan kualitas air sungai.
Pengembangan kawasan RTH.
109
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
4. Mempertahankan luas dan fungsi wilayah dengan jasa lingkungan sumberdaya genetik
dan habitat spesies tinggi.
Arahan kebijakan:
a. Perlindungan lahan yang memiliki jasa lingkungan sumberdaya genetik dan habitat
spesies tinggi, dengan arahan program:
Pengembangan pemanfaatan sumberdaya genetik melalui penlitian dan
penerapannya.
Penyebaran informasi potensi dan manfaat sumberdaya genetik kepada
masyarakat.
Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam.
110
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
111
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
112
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Salah satu acuan yang digunakan dalam perumusan rencana adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim adalah data dan informasi yang diperoleh dari BNPB dan BPBD terkait
kerentanan atau kerawanan bencana banjir, longsor dan kekeringan. Adapun sasaran
prioritas serta arahan kebijakan dan arahan program untuk mencapai tujuan ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengurangi tingkat kerentanan dan risiko bencana akibat dampak negatif perubahan
iklim.
Arahan kebijakan:
a. Pengembangan kajian perubahan iklim yang terkait dengan kerentanan dan risiko
bencana serta penerapannya dalam perencanaan pembangunan wilayah, dengan
arahan program:
Penyusunan kajian kerentanan iklim dan dokumen strategi Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) di Kota Sukabumi.
Integrasi kajian kerentanan iklim ke dalam RTRW dan RPJPD/RPJMD Kota
Sukabumi.
b. Pengalokasian ruang dengan memperhatikan kawasan rawan bencana, dengan
arahan program:
Pembatasan penggunaan lahan rawan bencana longsor dan banjir untuk
kawasan permukiman, infrastruktur, dan industri.
114
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
116
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 4.1 Arahan program prioritas berdasarkan strategi umum RPPLHD Kota Sukabumi tahun 2020-2050
2. Menjamin dukungan lingkungan Pemanfaatan sumber daya lahan 2.1 Intensifikasi pemanfataan sumber daya lahan
hidup bagi produksi pangan secara sesuai dengan daya dukung pertanian di Kota Sukabumi
berkelanjutan 2.2 Peningkatan produksi hasil pertanian organik
3. Menjamin ketersediaan air untuk Pembatasan penggunaan air tanah 3.1 Pengendalian pemanfaatan air tanah pada kawasan
kehidupan dan pembangunan pada sektor industri untuk industri dan tambak
secara berkelanjutan menjamin ketersediaan yang
berkelanjutan
Pengembangan teknologi atau 3.2 Konservasi air melalui teknologi water recycle dan
infrastruktur untuk menjamin rain water harvesting
pemanfaatan sumber daya air
117
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
118
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
120
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
121
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
122
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
3. Menjamin efisiensi pemanfaatan Pengembangan teknologi 3.1 Pengembangan reduce, reuse, recycle beserta
sumberdaya alam dan lingkungan pengelolaan limbah untuk intrumen dan teknologinya dalam efisiensi pemanfaatan
hidup untuk pemanfaatan jangka mengurangi dampak lingkungan air
panjang dan menjaga kelestarian
sumberdaya alam
3.2 Pengembangan reduce, reuse, recycle beserta
intrumen dan teknologinya dalam pengelolaan limbah
padat, cair dan B3
123
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
124
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2. Meningkatkan kapasitas dan Pengembangan kaijan mitigasi dan 2.1 Penyusunan rencana aksi mitigasi dan adaptasi
kesiapsiagaan masyarakat dalam adaptasi terhadap perubahan iklim perubahan iklim serta dokumen Rencana Kontijensi
menghadapi dampak negatif serta penerapannya dalam (Renkon) bencana di Kota Sukabumi
perubahan iklim perencanaan pembangunan
2.2 Integrasi rencana aksi mitigasi dan adaptasi
wilayah
perubahan iklim kedalam RTRW dan RPJMD Kota
Sukabumi
125
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
126
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Peningkatan dan penyediaan Ruang 3.2 Pembangunan sistem ruang hijau terbuka publik dan
Terbuka Hijau yang proporsional di privat yang terintegrasi dan terkoneksi untuk
seluruh Wilayah Kota mempertahankan fungsi ekosistem yang beragam
(multi-fungsi) dalam melayani kebutuhan masyarakat
perkotaan
127
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
128
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
129
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
6. Pengembangan sumber-sumber Pengembangan program energi 6.1 Pengembangan/energi alternatif berupa energi
energi baru dan terbarukan baru dan terbarukan angin dan solar sel
6.2 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
6.3 Pengembangan program waste to energy
6.4 Penerapan insentif untuk penghasil dan pengguna
energi baru dan terbaruka
130
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
131
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Pada zona perlindungan tidak diperkenankan untuk dilakukan pemanfaatan lahan dan
sumberdaya alam yang bersifat mengubah bentang alam dan/atau tutupan lahan agar
tetap terjaga kondisi dan kualitasnya. Zona perlindungan harus menjadi wilayah yang
diutamakan dalam pemulihan dan peningkatan kualitas ekosistemnya.
Dalam menjaga kestabilan kondisi dan kualitas zona pencadangan, segala kegiatan
penggunaan lahan harus dihentikan sehingga dapat memulihkan dari kondisi rentan dan
dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Pemulihan kawasan-kawasan rentan akan
berpengaruh besar pada pengurangan risiko bencana alam dan penyakit, serta
meningkatkan nilai jual komoditas sumberdaya alam yang terkandung didalamnya.
132
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
j. Perbaikan alur dan fisik sungai pada DAS dan WAS yang melalui dan bermuara di
perkotaan rawan banjir.
k. Perbaikan infrastruktur penampung air hujan dan/atau air permukaan.
l. Penerapan instrumen ekonomi.
m. Perlindungan kawasan yang memiliki kinerja jasa lingkungan tinggi.
134
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 4.2 Arahan program prioritas berdasarkan strategi implementasi RPPLHD Kota Sukabumi tahun 2020 - 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
RENCANA PEMANFAATAN DAN PENCADANGAN SUMBER DAYA ALAM
Menyeimbangkan laju 1. Sinkronisasi RTRW Pengaturan aspek 1.1 pengaturan Seluruh wilayah di Kota
pembangunan dengan dan RPPLH Kota lingkungan pada RTRW kemampuan daya Sukabumi.
kemampuan daya Sukabumi dukung dan daya
dukung dan daya tampung lingkungan
tampung lingkungan hidup
hidup 1.2 Pengendalian Seluruh wilayah Kota
pemanfaatan ruang Sukabumi, khususnya
pada zona-zona rentan wilayah dengan jumlah
penurunan kualitas penduduk tinggi seperti
lingkungan hidup Kec. Citamiang, Kec.
Cikole, Kec.
Gunungpuyuh, dan Kec.
Warudoyong.
2. Menjamin dukungan Pemanfaatan sumber daya 2.1 Intensifikasi Kec. Citamiang, Kec.
lingkungan hidup bagi lahan sesuai dengan daya pemanfataan sumber Cikole, Kec.
produksi pangan secara dukung daya lahan pertanian di Gunungpuyuh, dan Kec.
berkelanjutan Kota Sukabumi Warudoyong.
2.2 Peningkatan Pada daerah yang
produksi hasil pertanian memiliki lahan
organik pertanian luas, yaitu
Kec. Cibeureum, Kec.
Baros, Kec. Lembursitu,
dan Kec. Warudoyong
2.3 Peningkatan Dengan
produksi hasil mempertahankan
peternakan daerah yang memiliki
ketersediaan pangan
tinggi, yaitu Kec.
Cibeureum, Kec. Baros,
135
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
Kec. Lembursitu, dan
Kec. Warudoyong
136
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
mata air, dan penataan Kec. Citamiang, Kec.
sempadan sungai Gunungpuyuh, Kec.
Baros, dan Kec. Cikole.
137
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
4. Menjamin Pembatasan penggunaan 5.1 Perlindungan air Zona perlindungan
pemanfaatan dan air tanah sebagai tanah pada zona-zona (konservasi) dan zona
pencadangan pencadangan untuk konservasi pencadangan di Kota
sumberdaya alam secara pemanfaatan yang Sukabumi.
berkelanjutan dan berkelanjutan 5.2 Penegakkan Zona pemanfaatan
berkeadilan sosial peraturan pembatasan terbatas di Kota
pemanfaatan air pada Sukabumi.
zona pemanfaatan
terbatas
RENCANA PEMELIHARAAN DAN PERLINDUNGAN KUALITAS DAN/ATAU FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP
Meningkatkan kualitas 1. Mengurangi tekanan Perlindungan lahan 1.1 Penentuan kawasan Kec. Cibeureum, Kec.
lingkungan hidup dan terhadap wilayah penghasil pangan lahan pertanian Baros, Kec. Lembursitu,
melindungi fungsi ekoregion dan ekosistem keberlanjutan. dan Kec. Warudoyong
keberlanjutan penghasil pangan dengan ketersediaan
lingkungan hidup pangan tinggi dan
tersedianya lahan
pertanian yang luas.
1.2 Pengendalian alih Kec. Lembursitu, Kec.
fungsi lahan pertanian Baros, Kec. Cibeureum,
menjadi non-pertanian dan Kec. Warudoyong
yang mengalami
tumpang tindih besar
antara rencana pola
ruang permukiman
dengan tutupan lahan
pertanian
1.3 Peningkatan Wilayah penetapan LP2B
Perlindungan Lahan di Kota Sukabumi,
Pertanian Pangan dengan tambahan lahan
Berkelanjutan (PLP2B) di Kec. Lembursitu
138
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
berdasarkan penetapan
tahun 2019
139
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
Kec. Lembursitu, dan
Kec. Cibeureum.
140
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.2 Peningkatan kualitas Wilayah dengan penutup
(baku mutu) air sungai lahan atau rencana pola
melalui pengawasan ruang berupa industri
pengelolaan limbah atau pabrik, yaitu Kec.
industri dan ijin lokasi Warudoyong, Kec.
industri Lembursitu, Kec. Baros,
Kec. Citamiang, dan
Kec. Cibeureum
3.3 Pengurangan beban Wilayah dengan jumlah
pencemar air sungai penduduk yang tinggi
yang berasal dari limbah sebagai sumber
domestik melalui pencemar domestik,
perbaikan sanitasi meliputi Kec.
rumah tangga dan Citamiang, Kec. Cikole,
sistem pengelolaan Kec. Gunungpuyuh, Kec.
terpadu secara komunal Warudoyong, dan Kec.
Baros.
3.4 Peningkatan kualitas Seluruh wilayah di Kota
(baku mutu) udara Sukabumi.
melalui program uji
emisi
3.5 Pengembangan Kec. Citamiang, Kec.
program pengelolaan Warudoyong, Kec.
sampah terpadu, Gunungpuyuh, dan Kec.
termasuk program daur Cikole yang memiliki
ulang dan pembatasan jumlah timbulan sampah
penggunaan kantong yang tinggi.
plastik
141
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.6 Penyediaan sarana Seluruh wilayah di Kota
dan prasarana Sukabumi, khususnya
pengelolaan dan wilayah dengan
pengolahan sampah dan timbulan sampah
limbah terpadu yang dengan jumlah tinggi,
ramah lingkungan untuk yaitu di Kec. Citamiang,
skala individual, Kec. Warudoyong, Kec.
komunitas maupun skala Gunungpuyuh, dan Kec.
kota Cikole.
3.7 Penyusunan Seluruh wilayah Kota
kebijakan manajemen Sukabumi, khususnya
pengelolaan sampah wilayah dengan jumlah
serta pengendalian dan timbulan sampah dan
pengawasan air limbah potensi beban pencemar
domestik dan limbah B3 tinggi, yaitu Kec.
Citamiang, Kec.
Warudoyong, Kec.
Gunungpuyuh, dan Kec.
Cikole.
3.8 Pengembangan
instalasi pengolahan
limbah tinja TPA Cikundul
3.9 Pembatasan Seluruh wilayah Kota
penggunaan pupuk Sukabumi terutama
dan/atau pestisida yang wilayah dengan luas
dapat mencemari tanah lahan pertanian cukup
dan air besar yaitu Kec.
Lembursitu, Kec.
Warudoyong, Kec.
Baros, dan Kec.
Cibeureum.
142
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.10 Revitalisasi lahan
kawasan TPA eksisting
untuk mengoptimalkan
fungsi TPA dalam
pengelolaan sampah TPA Cikundul
3.11 Pengembangan Di setiap kelurahan di
Tempat Pengolahan Kota Sukabumi
Sampah Terpadu (TPST)
3.12 Pengembangan Kel. Cisarua, Kel.
transfer depo (dropping Banteng, dan Kel.
zone) Citamiang
3.13 Pengembangan dan
peningkatan kinerja
pengelolaan
persampahan Seluruh wilayah kota
3.14 Pembangunan IPAL TPA Cikundul atau RSUD
Medis dan instalasi R. Syamsudin, S.H
pengolahan sampah
medis untuk pengolahan
limbah dan sampah
medis dari rumah sakit
dan puskesmas
3.15 Revitalisasi IPLT
Kota Sukabumi Kec. Cipanengah
3.16 Pengelolaan RTH Seluruh wilayah kota
3.17 Peningkatan
teknologi pengolahan
sampah dengan sistem
pengolahan sanitary
landfill TPA Cikundul
143
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.18 Pengembangan Kawasan permukiman di
sistem pengelolaan air Kota Sukabumi
limbah domestik secara
komunal
3.19 Pembangunan Kawasan permukiman
septictank komunal kepadatan tinggi di Kota
pada kawasan Sukabumi
permukiman kepadatan
tinggi
3.20 Pembangunan Kel. Sukakarya
instalasi pengolahan air
limbah pada kawasan
peruntukan industri
144
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
4. Mempertahankan luas Perlindungan lahan yang 4.1 Pengembangan Seluruh wilayah Kota
dan fungsi wilayah memiliki jasa lingkungan manfaat sumberdaya Sukabumi terutama
dengan jasa lingkungan sumberdaya genetik dan genetik melalui wilayah dengan IJE
sumberdaya genetik dan habitat spesies tinggi penelitian dan sumber daya genetik
habitat spesies tinggi penerapannya tinggi, yaitu Kec.
Gunungpuyuh, Kec.
Cikole, Kec.
Warudoyong, Kec.
Lembursitu, Kec. Baros,
dan Kec. Cibeureum.
4.2 Penyebaran Seluruh wilayah di Kota
informasi potensi dan Sukabumi.
manfaat sumberdaya
genetik kepada
masyarakat
4.3 Program Seluruh wilayah di Kota
Perlindungan dan Sukabumi.
Konservasi Sumber Daya
Alam
5. Melestarikan kawasan Penegakan pengelolaan 5.1 Peningkatan kualitas
Zona perlindungan di
lindung untuk kawasan lindung di Kota pengelolaan kawasan
Kota Sukabumi,
keberlanjutan fungsi Sukabumi lindung terutama di wilayah
lingkungan utara Kota Sukabumi.
5.2 Penataan dan Kawasan sempadan
revitalisasi kawasan sungai di Kota
sempadan sungai Sukabumi.
RENCANA PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN SERTA PENDAYAGUNAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Memperkuat tata kelola 1. Membangun Perlindungan sumberdaya 1.1 Harmonisasi Kota Sukabumi.
dan kelembagaan mekanisme alam dan lingkungan hidup peraturan daerah
pemerintah dan pengendalian terkait sistem perijinan
masyarakat untuk pemanfataan lingkungan hidup
145
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
pengendalian, sumberdaya alam dan dengan peraturan sektor
pemantauan serta lingkungan hidup terkait yang berpotensi
pendayagunaan dan melalui berbagai saling melemahkan
pelestarian lingkungan instrumen
1.2 Pengembangan Kota Sukabumi.
hidup
instrument ekonomi
lingkungan hidup dan
seluruh ketentuan
aturannya
1.3 Peningkatan alokasi Kota Sukabumi.
dan distribusi
penganggaran
pengelolaan lingkungan
hidup secara bertahap
1.4 Penguatan kualitas Kota Sukabumi.
SDM pengawas lapangan
pencemaran lingkungan
hidup
1.5 Penyempurnaan Kota Sukabumi.
tatacara perijinan
penataan ruang sebagai
instrument
pengendalian melalui
Program Pengendalian &
Pemanfaatan Ruang
1.6 Program Seluruh wilayah di Kota
Perlindungan dan Sukabumi.
Konservasi Sumber Daya
Alam
2. Membangun sistem Pelestarian lingkungan 2.1 Pengembangan Kota Sukabumi.
dan instrumen hidup melalui sistem dan sistem dan infrastruktur
pemantauan dan instrumen pemantauan pemantauan indeks
146
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
pelestarian lingkungan kualitas lingkungan
hidup dengan indikator hidup
yang terukur 2.2 Tersedianya data Seluruh wilayah Kota
dan informasi yang up- Sukabumi, terutama
to-date mengenai wilayah dengan potensi
produksi, distribusi dan beban pencemar dengan
pemanfaatan bahan- jumlah yang tinggi yaitu
bahan pencemar Kec. Citamiang, Kec.
lingkungan hidup Warudoyong, Kec.
Gunungpuyuh, dan Kec.
Cikole.
2.3 Peningkatan Seluruh wilayah Kota
pengawasan, Sukabumi, terutama
pengendalian dan wilayah dengan potensi
penindakan kepatuhan beban pencemar dengan
penerapan sistem jumlah yang tinggi yaitu
pengamanan dan Kec. Citamiang, Kec.
penanganan bahan Warudoyong, Kec.
pencemar lingkungan Gunungpuyuh, dan Kec.
hidup Cikole.
3. Menjamin efisiensi Pengembangan teknologi 3.1 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
pemanfaatan pengelolaan limbah untuk reduce, reuse, recycle Sukabumi, terutama di
sumberdaya alam dan mengurangi dampak beserta intrumen dan wilayah dengan
lingkungan hidup untuk lingkungan dan menjaga teknologinya dalam kebutuhan air yang
pemanfaatan jangka kelestarian sumberdaya efisiensi pemanfaatan tinggi yaitu di Kec.
panjang alam air Citamiang, Kec.
Warudoyong, Kec.
Gunungpuyuh, dan Kec.
Cikole.
147
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.2 Pengembangan Seluruh wilayah Kota
reduce, reuse, recycle Sukabumi, terutama
beserta intrumen dan wilayah dengan potensi
teknologinya dalam timbulan sampah dan
pengelolaan limbah potensi beban pencemar
padat, cair dan B3 tinggi, yaitu Kec.
Citamiang, Kec.
Warudoyong, Kec.
Gunungpuyuh, dan Kec.
Cikole.
Perlindungan sumberdaya 3.3 Program Seluruh wilayah di Kota
alam Perlindungan dan Sukabumi.
Konservasi Sumberdaya
Alam
4. Meningkatkan Peningkatan kerjasama 4.1 Menjalin kerjasama Seluruh wilayah di Kota
kerjasama antar wilayah antar wilayah administrasi dengan kabupaten/kota Sukabumi.
administrasi dalam dalam menjamin lain yang memiliki
pengendalian, ketersediaan bahan pangan ketersediaan pangan
pemantauan serta berkelanjutan berlebih (surplus),
pendayagunaan dan sebagai pemasok bahan
pelestarian sumber daya pangan
alam dan lingkungan Peningkatan kerjasama 4.2 Menjalin kerjasama Seluruh wilayah Kota
hidup antar wilayah administrasi dengan kabupaten/kota Sukabumi terutama
dalam pengelolaan air lain yang berada dalam wilayah yang memiliki
tanah dan pelestarian atau cakupan cekungan air nilai IJE pengaturan tata
pemulihan ekosistem yang tahan (CAT) yang sama air dan banjir tinggi,
memiliki jasa tata air agar bersama-sama yaitu Kec. Lembursitu,
mengefisiensikan Kec. Warudoyong, Kec.
pemanfaatan air tanah. Baros, dan Kec.
Cibeureum.
148
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
4.3 Menjalin kerjasama
dengan kabupaten/kota
lain di sekitar Kota
Sukabumi yang memiliki
jasa ekosistem
pengaturan tata air
yang tinggi untuk
meminimalkan dampak
banjir, kekeringan, dan
lainnya.
Peningkatan kerjasama 4.4 Peningkatan Seluruh wilayah Kota
antar wilayah administrasi DAS/WAS secara Sukabumi terutama
dalam pengelolaan DAS terpadu dengan wilayah dengan tingkat
dan/atau WAS untuk memelihara daerah kerentanan banjir
pengendalian banjir aliran sungai dari hulu tinggi, yang meliputi
hingga hilir secara lintas hampir seluruh wilayah
batas administrasi. Kota Sukabumi.
Peningkatan kerjasama 4.5 Peningkatan Kota Sukabumi dan
antar wilayah dalam kerjasama antar wilayah kabupaten/kota di
penanganan dampak administrasi dalam sekitarnya
lingkungan pengelolaan sampah,
melalui pengembangan
TPA regional
Penerapan instrumen 4.6 Penerapan Seluruh wilayah Kota
ekonomi lingkungan hidup instrumen perencanaan Sukabumi
dalam proses kerjasama pembangunan dan
perlindungan dan kegiatan ekonomi,
pengelolaan lingkungan instrumen pendanaan
hidup antar wilayah lingkungan hidup, dan
administrasi instrumen
insentif/disinsentif
149
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
5. Meningkatkan peran Pengelolaan lingkungan 5.1 Penyediaan akses Seluruh wilayah Kota
serta masyarakat dan hidup secara partisipatif informasi dan Sukabumi
pihak swasta dalam dengan memanfaatkan mekanisme umpan balik
pemantauan, teknologi informasi dan bagi masyarakat
perlindungan dan komunikasi. mengenai
pengelolaan lingkungan penyelenggaraan
hidup perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup
5.2 Pengembangan pola Seluruh wilayah Kota
perlindungan dan Sukabumi
pengelolaan lingkungan
hidup berbasis kearifan
lokal
Penerapan instrumen 5.3 Pengembangan Seluruh wilayah Kota
ekonomi lingkungan hidup mekanisme insentif dan Sukabumi
dalam proses kerjasama dis-insentif bagi
perlindungan dan masyarakat dan sektor
pengelolaan lingkungan swasta dalam
hidup dengan pihak swasta perlindungan dan
dan masyarakat pengelolaan lingkungan
hidup
150
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
RENCANA ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Meningkatkan 1. Mengurangi tingkat Pengembangan kajian 1.1 Penyusunan kajian Seluruh wilayah Kota
ketangguhan dan kerentanan dan risiko perubahan iklim yang kerentanan iklim dan Sukabumi,
kesiapsiagaan dalam bencana akibat dampak terkait dengan kerentanan dokumen strategi diprioritaskan pada
menghadapi bencana negatif perubahan iklim dan risiko bencana dan Pengurangan Risiko kawasan rentan banjir
dan dampak perubahan penerapannya dalam Bencana (PRB) di Kota di hampir seluruh
iklim perencanaan pembangunan Sukabumi kecamatan di Kota
wilayah Sukabumi; kawasan
rawan gerakan tanah di
bagian utara Kec.
Gunung Puyuh dan Kec.
Cikole, bagian selatan
Kec. Lembursitu dan
Kec. Baros; serta
kawasan rawan
kekeringan di
Kecamatan Lembursitu.
1.2 Integrasi kajian Kota Sukabumi.
kerentanan iklim
kedalam RTRW dan
RPJMD Kota Sukabumi
Pengalokasian ruang 1.3 Pembatasan Di seluruh wilayah Kota
dengan memperhatikan penggunaan lahan Sukabumi, terutama di
kawasan rawan bencana rawan bencana longsor bagian utara Kec.
dan banjir untuk Gunung Puyuh dan Kec.
kawasan permukiman, Cikole, bagian selatan
infrastruktur dan Kec. Lembursitu dan
industri Kec. Baros.
2. Meningkatkan Pengembangan kaijan 2.1 Penyusunan rencana Kota Sukabumi.
kapasitas dan mitigasi dan adaptasi aksi mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap perubahan iklim adaptasi perubahan
151
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
masyarakat dalam serta penerapannya dalam iklim serta dokumen
menghadapi dampak perencanaan pembangunan Rencana Kontijensi
negatif perubahan iklim wilayah (Renkon) bencana di
Kota Sukabumi
2.2 Integrasi rencana Kota Sukabumi.
aksi mitigasi dan
adaptasi perubahan
iklim kedalam RTRW
dan RPJMD Kota
Sukabumi
Pembangunan sarana dan 2.3 Peningkatan layanan Seluruh wilayah Kota
prasarana yang menunjang kualitas Manajemen Sukabumi,
mitigasi dan adaptasi Penanganggulangan diprioritaskan pada
bencana. Bencana (Pra, Saat dan kawasan rentan banjir
Pascabencana) di hampir seluruh
kecamatan di Kota
Sukabumi; kawasan
rawan gerakan tanah di
bagian utara Kec.
Gunung Puyuh dan Kec.
Cikole, bagian selatan
Kec. Lembursitu dan
Kec. Baros; kawasan
rawan kekeringan di
Kecamatan Lembursitu;
serta pada wilayah yang
memiliki daya lenting
terhadap bencana yang
rendah meliputi Kec.
Cibeureum, Kec. Baros,
dan Kec. Lembursitu.
152
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
2.4 Pembangunan Pusat Kota Sukabumi.
Analisis Situasi Siaga
Bencana (Pastigana)
2.5 Pembangunan Kota Sukabumi.
sistem basis data dan
informasi iklim untuk
kegiatan adaptasi bagi
petani
Peningkatan pengetahuan 2.6 Pendidikan dan Seluruh wilayah di Kota
dan kesadaran masyarakat penyadaran publik Sukabumi.
akan bencana. mengenai adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim
melalui kampanye,
simulasi bencana,
kurikulum sekolah,
temu wicara publik baik
di ruang publik maupun
di sekolah-sekolah
Pengurangan 2.7 Diversifikasi pangan Seluruh wilayah Kota
ketergantungan terhadap untuk mengembangkan Sukabumi terutama
satu bahan makanan sumber pangan lokal wilayah dengan luas
tertentu sebagai upaya non-beras lahan pertanian cukup
adaptasi dalam besar yaitu Kec.
menghadapi dampak Lembursitu, Kec.
bencana. Warudoyong, Kec.
Baros, dan Kec.
Cibeureum.
Peningkatan kapasitas 2.8 Pengembangan jalur
evakuasi bencana dan tempat evakuasi
bencana Kota Sukabumi
153
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3. Pengembangan Pengembangan 3.1 Penataan Tata Seluruh wilayah di Kota
infrastruktur hijau untuk infrastruktur berbasiskan Ruang Berbasis Sukabumi.
meminimasi dampak pengurangan risiko Pengurangan Risiko
perubahan iklim bencana Bencana
Peningkatan dan 3.2 Pembangunan Zona perlindungan di
penyediaan Ruang Terbuka sistem ruang hijau Kota Sukabumi.
Hijau yang proporsional di terbuka publik dan
seluruh Wilayah Kota privat yang terintegrasi
dan terkoneksi untuk
mempertahankan fungsi
ekosistem yang beragam
(multi-fungsi) dalam
melayani kebutuhan
masyarakat perkotaan
154
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
3.5 Program Seluruh wilayah di Kota
Pengelolaan ruang Sukabumi.
terbuka hijau (RTH)
3.6 Intensifikasi RTH Seluruh wilayah di Kota
melalui penetapan KDH Sukabumi.
10-20% untuk tiap
kavling bangunan
3.7 Mempertahankan Seluruh wilayah di Kota
fungsi dan menata RTH Sukabumi.
melalui penataan taman
dan pemakaman
3.8 Penataan dan Seluruh wilayah di Kota
pengadaan RTH jalur Sukabumi.
hijau jalan, RTH jalur
hijau sempadan kereta
api, dan RTH jalur hijau
SUTT
3.9 Mempertahankan Seluruh wilayah di Kota
fungsi dan menata Sukabumi.
hutan kota
4. Pengembangan kota Pengembangan 4.1 Penyusunan Kota Sukabumi.
ramah lingkungan dan pembangunan yang dapat masterplan kota hijau
kota tangguh bencana mendukung kota ramah dan kota tangguh
lingkungan dan kota bencana
tangguh bencana 4.2 Peningkatan Seluruh wilayah di Kota
pembangunan indikator Sukabumi.
kota hijau dan kota
tangguh bencana
sebagai tolak ukur
ketangguhan kota dalam
155
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
menghadapi dampak
perubahan iklim
156
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
Pengembangan industri 4.7 Mempertahankan Seluruh wilayah di Kota
yang berteknologi tinggi, industri kecil dan Sukabumi.
ramah lingkungan menengah ramah
lingkungan yang ada di
lingkungan perumahan
Pengembangan tempat dan
jalur evakuasi bencana 4.9 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
taman taman lingkungan Sukabumi.
(taman RT atau taman
RW), lapangan olahraga,
atau ruang terbuka
publik lainnya menjadi
titik atau pos evakuasi
skala lingkungan di
kawasan perumahan
4.10 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
jalur evakuasi dengan Sukabumi.
pelebaran jalan yang
sudah ada pada interval
tertentu yang dapat
dilalui oleh orang dalam
jumlah banyak dan
kendaraan operasional
evakuasi, seperti
ambulance, dan mobil
pemadam kebakaran,
untuk kawasan
perumahan kepadatan
tinggi
157
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
4.11 Pemanfaatan ruang Seluruh wilayah di Kota
terbuka publik yang Sukabumi.
cukup besar seperti di
alun-alun kota, di
lapangan-lapangan
olahraga,
halaman/gedung
sekolah, dan lain-lain
sebagai ruang evakuasi
skala kota
4.12 Pengaturan dan Seluruh wilayah di Kota
pengendalian kegiatan Sukabumi.
dan bangunan di
kawasan yang
ditetapkan sebagai
kawasan evakuasi
bencana
Perwujudan kawasan 4.13 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
rawan bencana/ sistem proteksi Sukabumi.
Penanganan rawan kebakaran pada
bencana bangunan
4.14 Peningkatan Seluruh wilayah di Kota
cakupan pelayanan Sukabumi.
penangulangan bencana
kebakaran.
4.15 Relokasi bangunan Seluruh wilayah di Kota
di daerah rawan Sukabumi.
bencana
4.16 Pengendalian Seluruh wilayah di Kota
pembangunan di daerah Sukabumi.
rawan bencana
158
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
4.17 Rehabilitasi, Seluruh wilayah di Kota
penataan, dan Sukabumi.
peningkatan kapasitas
saluran drainase jalan
4.18 Pengendalian Seluruh wilayah di Kota
terhadap alih fungsi Sukabumi.
lahan di daerah rawan
bencana
5. Pengembangan sistem Penerapan manajemen 5.1 Pengujian emisi Seluruh wilayah di Kota
transportasi publik yang transportasi kendaraan bermotor Sukabumi.
rendah emisi 5.2 Peningkatan sistem Seluruh wilayah di Kota
kelembagaan sektor Sukabumi.
transportasi
5.3 Kajian Seluruh wilayah di Kota
pengembangan sarana Sukabumi.
angkutan umum
Pengembangan sistem 5.4 Peningkatan peran Seluruh wilayah di Kota
transportasi publik swasta dalam Sukabumi.
pengembangan
angkutan umum
5.5 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
alternatif moda yang Sukabumi.
mendorong pergerakan
ke pusat kota dengan
menggunakan angkutan
publik
Peningkatan pelaksanaan 5.6 Penegakkan aturan Seluruh wilayah di Kota
kebijakan transportasi standar emisi bagi Sukabumi.
publik terkait aturan sistem transportasi
standar emisi publik
159
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
5.7 Penerapan insentif Seluruh wilayah di Kota
pajak moda transportasi Sukabumi.
umum dan moda
transportasi rendah
emisi
Pengembangan 5.8 Percepatan Seluruh wilayah di Kota
penggunaan bahan bakar penggunaan bahan Sukabumi.
baru dan terbarukan bakar bersumber bio-
energi dan/atau energi
baru dan terbarukan
bagi moda transportasi
publik
6. Pengembangan Pengembangan program 6.1 Kecamatan Lembursitu
sumber-sumber energi energi baru dan Pengembangan/energi
baru dan terbarukan terbarukan alternatif berupa energi
angin dan solar sel
6.2 Program Seluruh wilayah di Kota
Peningkatan Kualitas Sukabumi.
dan Akses Informasi
Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
6.3 Pengembangan Seluruh wilayah di Kota
program waste to Sukabumi.
energy
6.4 Penerapan insentif Seluruh wilayah di Kota
untuk penghasil dan Sukabumi.
pengguna energi baru
dan terbaruka
6.5 Penggunaan energi Seluruh wilayah di Kota
alternatif menggunakan Sukabumi.
sistem pengolahan
160
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
FOKUS PERIODE
PELAKSANAAN
ARAHAN LOKASI
TUJUAN SASARAN ARAHAN KEBIJAKAN ARAHAN PROGRAM 2020 2030 2040
(KECAMATAN/ZONA)
- - -
2030 2040 2050
limbah peternakan
sebagai sumber energi
alternatif yang
terbaharukan (biogas)
161
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
162
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Tabel 4.3 Indikator dan Target Capaian RPLLHD Kota Sukabumi 2020-2050
169
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
170
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
173
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
175
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
177
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
178
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
2.2.3 Perencanaan
sistem pengelolaan
air terpadu melalui
pengembangan,
pengelolaan dan
180
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
181
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
182
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
183
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
184
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
188
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
194
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
195
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
198
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
199
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
200
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
201
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
202
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Bab 5 Penutup
203
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi. (2018). Kota Sukabumi dalam Angka 2018. Kota
Sukabumi: BPS Kota Sukabumi.
Bappenas. (2017). Draft Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas.
Csorba, Peter, & Szabó, S. (2012). The application of landscape indices in landscape
ecology. Perspectives on Nature Conservation-Patterns, Pressures and Prospects.
IntechOpen.
Diba, F. (2015). Pemetaan pola distribusi dan aliran materi (studi kasus: penyediaan air
di Kawasan Bandung Utara). Kota Bandung: Institut Teknologi Bandung.
EEA. (1999). Environmental indicators: typology and overview. Technical Report No 25.
Copenhagen: European Environment Agency.
Kementerian Pertanian. (2016). Statistik Pertanian 2016. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
Norvyani, D. A., Riqqi, A., Harto, A. B., & Safitri, S. (2018). The Mapping of Quantitative
Carrying Capacity Using Multi-Scale Grid System (Case Study: Water-Provisioning
Ecosystem Services in Greater Bandung, West Java, Indonesia). HAYATI Journal of
Biosciences, 25(1), 40–46. doi:https://doi.org/10.4308/hjb.25.1.%x
Pemerintah Kota Sukabumi. (2012). Peraturan Daerah Kota Sukabumi No. 11 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2011-2031, Lembaran
Daerah Kota Sukabumi Tahun 2012 Nomor 11. Kota Sukabumi: Sekretariat Daerah.
204
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
205
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
Adapun tahap penyusunan RPPLH dengan menggunakan kerangka analisis DPSIR adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dan literatur terkait, yang meliputi (namun tidak terbatas pada):
a. Peta Ekoregion skala 1:500.000 dan buku deskripsinya;
b. Dokumen hasil analisis jasa ekosistem pada setiap ekoregion guna mengetahui
potensi “goods” dan “services” suatu ekosistem dan menentukan jasa ekosistem
penting pada ekoregion tersebut;
c. Dokumen analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan;
d. Peta tutupan lahan;
e. Peta bencana terkait kerusakan ekologis;
f. Peta tematik lainnya yang diperlukan.
2. Situational analysis (analisis situasi) untuk perumusan tantangan utama dan isu
strategis lingkungan hidup di Kota Sukabumi. Tahap ini merupakan analisis
menyeluruh terhadap karakteristik wilayah, isu dan persoalan lingkungan hidup,
beserta masing-masing lokasinya. Berikut merupakan rincian tahapan ini:
a. Pengolahan dan analisis data (spasial dan non-spasial) untuk menganalisis
potensi dan fakta pada masing-masing ekoregion, serta mempertimbangkan isu
prioritas pembangunan di Kota Sukabumi. Analisis data spasial pada tahap ini
meliputi (metodologi rinci untuk analisis spasial berikut ini dapat dilihat pada
Lampiran B):
(1) Penyusunan peta indeks jasa ekosistem per ekoregion Kota Sukabumi;
(2) Penyusunan peta ambang batas dan status DDLH Kota Sukabumi, yang
terdiri atas penyusunan:
i. Peta ketersediaan bahan pangan dan air bersih;
ii. Peta kebutuhan bahan pangan dan air bersih;
I
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Kota Sukabumi Tahun 2020 – 2050
II