Anda di halaman 1dari 132

SATRIA PARAMARTHA

PARADUTA SPARTA

Hukum Lingkungan
SATRIA PARAMARTHA

HUKUM LINGKUNGAN
SATRIA PARAMARTHA

01. Kajian Lingkungan


Hidup Strategis
(KLHS)
SATRIA PARAMARTHA

Pengaturan KLHS

1. UU No. 32 Th 2009 –UUPPLH


2. PP No. 46 Th 2016 –Tata Cara Penyelenggaraan KLHS
3. PerMenLHKNo.P/69/MENLHK/SETJEN/KUM.I/12/2017 – Pelaksanaan PP
No.46 Th 2016 TentangTata CaraPenyelenggaraan KLHS
4. PerMendagriNo. 7 Th 2018 –PembuatanDan PelaksanaanKLHS
SATRIA PARAMARTHA

Definisi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

= Pasal 1 butir 10 UUPPLH


= Pasal 1 butir 1 PP No 46 Th 2016

adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipasi


untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
SATRIA PARAMARTHA

Latar Belakang KLHS

1. sejak tahun 1998 karena krisis dan bencana lingkungan hidup berlangsung tiada
henti dan pada saat itu AMDAL Regional tidak dapat mengatasi masalah
tersebut.
2. sejak dilaksanakan otonomi daerah kondisi lingkungan daerah terus menurun.
3. bencana tsunami di Aceh tahun 2004 memperkuat kebutuhan akan KLHS dan
berhasil mempersatukan Bappenas, Depdagri dan KLH dalam kesepakatan
untuk membuat Strategic Environment Assessment (SEA)
SATRIA PARAMARTHA

Mengapa perlu KLHS?


1. Untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program (Pasal 15 ayat 1 UUPPLH)
2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan
atau evaluasi:
a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana
pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan
b. kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup
SATRIA PARAMARTHA

Mekanisme KLHS

a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program


terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program; dan
c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan
kebijakan, rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
SATRIA PARAMARTHA

Pelaksanaan KLHS

- Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau


program pembangunan dalam suatu wilayah.
- KLHS dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan
KLHS diatur dalam Peraturan Pemerintah.
SATRIA PARAMARTHA

Elemen KLHS
Meliputi :
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
SATRIA PARAMARTHA

Manfaat KLHS
a. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;
b. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian secara
sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang tersedia;
c. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan
keputusan yang lebih tinggi;
d. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil keputusan akan adanya
peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan keputusan;
e. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan para pihak
(stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi;
f. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya
pembangunan berkelanjutan;
g. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan
SATRIA PARAMARTHA

Indikator Penyusunan KLHS Penyusunan

Pendekatan dalam pengkajian Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program antara lain Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup,
baku mutu Lingkungan Hidup, kriteria baku
kerusakan Lingkungan Hidup, instrumen ekonomi
Lingkungan Hidup, dan analisis risiko Lingkungan
Hidup.
SATRIA PARAMARTHA

Kelompok Kerja KLHS


Dalam membuat dan melaksanakan KLHS,
penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
membentuk Kelompok kerja KLHS yang terdiri atas
unsur: perwakilan kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terkait, untuk
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat
nasional; dan perwakilan Perangkat Daerah terkait,
untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
tingkat daerah.
SATRIA PARAMARTHA

Pembuatan & pelaksanaan KLHS


Pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui
mekanisme:
a. pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
terhadap kondisi Lingkungan Hidup dan Pembangunan
Berkelanjutan;
b. perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program
c. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
SATRIA PARAMARTHA

Praktek KLHS
1. KLHS merupakan kegiatan yang sifatnya mandatory tetapi masih minim diketahui oleh para
pengambil kebijakan, perencana dan pelaksana program.
2. KLHS merupakan satu kebijakan yang diarahkan sebagai penapis kebijakan, rencana dan program
pembangunan yang diperkirakan akan memberikan dampak lingkungan yang besar.
3. Sebagai sebuah kewajiban, maka KLHS harus dilakukan untuk perencanaan pembangunan seperti
RPJp/M, RTRW/RDTR serta kebijakan lain yang memberikan dampak lingkungan yang besar.
4. Dalam prakteknya KLHS kemudian menjadi kebijakan yang belum mampu menjadi penapis kebijakan
yang berdampak lingkungan.
5. Dalam prakteknya KLHS dilakukan hanya sebagai pelengkap administratif, kemudian dilakukan oleh
pihak ketiga/konsultan sebagai produk yang ternyata tidak dapat diterjemahkan dalam menapis
kebijakan.
6. Praktek penerapan KLHS juga tidak dilakukan dengan melibatkan keseluruhan pihak, dimana
seharusnya kebijakan ini dilakukan dengan proses konsultasi publik yang baik, transparan dan
mampu merangkum semua persepsi dari multi pihak.
SATRIA PARAMARTHA

Kendala KLHS
1. Pemahaman KLHS pada tingkat pengambil kebijakan yang masih rendah.
2. Keterbatasan data dan informasi pendukung rekomendasi dalam KLHS.
3. Keterbatasan pendanaan; ini sebagian merupakan konsekwensi dari
keterbatasan pengetahuan,sehingga kegiatan KLHS tidak dimasukkan
dalam siklus pendanaan atau dimasukkan tetapi dengan dana yang sedikit.
4. Sulitnya membentuk tim KLHS/Pokja KLHS, karena sebagai tim Adhoc
maka kegiatan ini tidak menjadi fokus kegiatan.
5. Tidak selarasnya proses KLHS dengan siklus perencanaan seperti
pembuatan RPJM dan RTRW.
SATRIA PARAMARTHA

02.MASYARAKAT ADAT
KEARIFAN LOKAL
SATRIA PARAMARTHA

Eksistensi masyarakat hukum adat di Indonesia sampai saat ini telah diakui secara
konstitusional.
a. Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.
b. Pasal 28 I ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan jaman dan peradaban
SATRIA PARAMARTHA

Masyarakat Hukum Adat


> kelompok masyarakat yang secara turun-temurun bermukim di wilayah geografis
tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat
dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum yang mendapatkan pengakuan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
SATRIA PARAMARTHA

Menurut UUPPLH (pasal 1 angka 31)


> masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun
bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur,
adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
Menurut RUU Masyarakat Adat
> masyarakat hukum adat yang selanjutnya disebut masyarakat adat adalah
sekelompok orang yang hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu,
memiliki asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal, identitas budaya, hukum
adat, hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta system nilai yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial budaya, dan hukum
SATRIA PARAMARTHA

● Semua masyarakat hukum adat merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat adat,
tetapi bukan sebaliknya tidak semua masyarakat adat merupakan masyarakat
hukum adat
● Karakteristik masyarakat adat:
1. Adanya kesatuan teritoris masyarakat tradisional tertentu;
2. Adanya wilayah & batas wilayah tersebut;
3. Adanya lembaga & perangkat pemerintahan tradisional pada masyarakat tersebut;
4. Adanya norma yang mengatur tata hidup masyarakat tertentu.
● Karakteristik masyarakat hukum adat:
1. Adanya hukum tradisional yang berlaku;
2. Adanya lembaga & perangkat hukum yang menegakkan peraturan hukum tersebut
● Masyarakat adat lebih luas dari masyarakat hukum adat
SATRIA PARAMARTHA

Pengakuan Masyarakat Adat


- Negara mengakui masyarakat adat yang masih hidup dan berkembang di masyarakat dengan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia
- Pendataan terhadap masyarakat adat harus memenuhi persyaratan:
a. Memiliki komunitas tertentu yang hidup berkelompok dalam suatu bentuk paguyuban, memiliki keterikatan
karena kesamaan keturunan dan/atau territorial;
b. Mendiami suatu wilayah adat dengan batas tertentu secara turun temurun;
c. Mempunyai kearifan local dan identitas budaya yang sama;
d. Memiliki pranata atau perangkat hukum dan ditaatinya kelompoknya sebagai pedman dalam kehidupan
masyarakat adat;
e. Mempunyai kelembagaan adat yang diakui dan berfungsi
- Pengakuan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat adat berasaskan: partsipasi; keadilan; kesetaraan gender;
transparansi; kemanusiaan; kepentingan nasional; keselarasan; kelestarian dan keberlanjutan fungsi lingkungan
hidup.
SATRIA PARAMARTHA

Perlindungan Masyarakat Adat


● Masyarakat adat berhak atas perlindungan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
● Perlindungan tersebut merupakan jaminan terhadap pelaksanaan hak masyarakat adat
● Perlindungan masyarakat adat meliputi:
a. Perlindungan terhadap wilayah adat;
b. Perlindungan sebagai subyek hukum;
c. Pengembalian wilayahadat untuk dikelola, dimanfaatkan, dilestarikan sesuai adat istiadatnya;
d. Pemberian kompensasi atas hilangnya hak masyarakat adat untuk mengelola wilayah adat atas izin
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya;
e. Pengembangan & menjaga budaya & kearifan lokaldalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
f. Peningkatan taraf kehidupan masyarakat adat;
g. Pelestarian kearifan local & pengetahuan tradisional;
h. Pelestarian harta kekayaan dan/atau benda adat
SATRIA PARAMARTHA

Ciri-Ciri Masyarakat Hukum Adat


Menurut UUKH, masyarakat hukum adat adalah masyarakat yang
memiliki unsur-unsur:
1. paguyuban
2. ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya
3. ada wilayah hukum adat
4. ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat
yang ditaati
5. melakukan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan
sekitarnya
SATRIA PARAMARTHA

Kewajiban Masyarakat Adat


1. Menjaga keutuhan wilayah adat dalam kerangka NKRI;
2. Mengembangkan & melestarikan budayanya sebagai bagian
budaya Indonesia;
3. Bertoleransi antar masyarakat adat & masyarakat lainnya;
4. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup di wilayah adat;
5. Mengelola & memanfaatkan SDA di wilayah adat secara
berkelanjutan;
6. Menjaga keberlanjutan program & hasil pembangunan nasional;
7. Mematuhi ketentuan peraturan perundangan.
SATRIA PARAMARTHA

Hak Masyarakat Adat


1. Hak Atas Wilayah Adat; Hak Atas Lingkungan Hidup
2. Hak berpartisipasi dalam tentukan perencanaan, 1. Masyarakat adat berhak atas HLHBS
2. Perwujudan meliputi
pengembangan, pemanfaatan secara
a. pengajuan usul rencana
berkelanjutan atas wilayah adatnya; usaha/kegiatan yang dapat
3. Hak atas SDA timbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup
4. Hak atas pembangunan b. pengaduan thadap dugaan
5. Hak atas spiritualitas & kebudayaan pencemaran/ perusakan
6. Hak atas lingkungan hidup lingkungan hidup
c. penerima keuntungan dari
7. Hak menjaga, mengembangkan, mengajarkan adat pemanfaatan pengetahuan
istiadat, budaya, tradisi, kesenian kepada generasi tradisional terkait pengelolaan
pewarisnya lingkungan hidup yang bernilai
ekonomis
SATRIA PARAMARTHA

Hubungan Masyarakat Adat Dengan Alam

Masyarakat adat memandang dirinya, alam, dan


hubungan di antara keduanya dalam perspektif
religius, perspektif spiritual. Apa maksudnya?
• Manunggaling Kawula Gusti
• Hamemayu Hayuning Bawana
• Tri Hita Karana
SATRIA PARAMARTHA

Pengaturan Kearifan Lokal


● UU No. 41 Tahun 1999 Kehutanan
● UU No. 31 Tahun 2004 Perikanan
● UU No. 32 Tahun 2009 PPLH
● UU No. 1 Tahun 2014 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
● UU No 32 Tahun 2014 Kelautan
● PerMenLHK RI No. P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017
Pengakuan Dan Perlindungan Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam Dan Lingkungan Hidup
SATRIA PARAMARTHA

Kearifan Lokal/Tradisional
- Definisi Kearifan Lokal
merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta
adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis
- Menurut Pasal 1 angka 30 UUPPLH,
kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari
- Menurut Pasal 2 huruf l UUPPLH,
asas kearifan local merupakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan bermasyarakat.
SATRIA PARAMARTHA

Kearifan Lokal
a. Milik komunitas
b. Lebih bersifat praktis atau “pengetahuan bagaimana”
c. Bersifat holistik
d. Merupakan aktivitas moral
e. Bersifat lokal

Kearifan Lokal: Bentuk penyerapan nilai-nilai kebijakan yang ada di masyarakat yang
diserap sebagai bagian dari materi muatan dalam peraturan perundang-undangan.
KEARIFAN : kebijaksanaan, kecerdasan, kepandaian
LOKAL : ruang yang luas, bersikap secara terbatas, wilayah setempat
SATRIA PARAMARTHA

PerMenLHK RI No. P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017


Pasal 1 butir 9
Pengakuan Kearifan Lokal adalah:
pernyataan Negara sebagai penerimaan dan penghormatan atas kearifan lokal yang diampu masyarakat
hukum adat dan/atau masyarakat setempat
Pasal 1 butir 10
Perlindungan Kearifan Lokal adalah suatu bentuk pelayanan Negara kepada Masyarakat Hukum Adat atau
masyarakat setempat dalam rangka menjamin kelangsungan Kearifan Lokal dan keberadaan masyarakat
pengampunya, serta terpenuhinya hak dan kewajiban dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang sebagai satu kelompok masyarakat yang madani, berpartisipasi
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Pasal 1 butir 11
Wilayah Kearifan Lokal adalah suatu wilayah tertentu berupa daratan dan/atau perairan beserta sumber daya
alam yang ada di atasnya, dengan batas-batas tertentu di mana pemanfaatan kearifan lokal dan pengetahuan
tradisional dilaksanakan secara turun termurun dan berkelanjutan.
SATRIA PARAMARTHA

Lingkup Kearifan Lokal


a. pengetahuan tradisional di bidang Sumber Daya Genetik, air, tanah, dan energi;
b. pengetahuan tradisional termasuk namun tidak terbatas pada mata pencaharian
berkelanjutan, kesehatan, dan lainnya, di bidang wilayah Kearifan Lokal yang dijaga
kelestariannya;
c. peralatan dan teknologi tradisional di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dan sumber daya alam;
d. ekspresi budaya tradisional, tradisi dan upacara tradisional di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam termasuk folklor terkait Sumber Daya
Genetik;
e. pembelajaran tradisional di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
sumber daya alam; dan/atau
f. warisan budaya benda dan tak benda.
SATRIA PARAMARTHA

03. IZIN LINGKUNGAN


(sebelum berlakunya
UNdang-Undang No. 11
Tahun 2020)
SATRIA PARAMARTHA

Pengertian: Tahapan memperoleh izin:


izin yang diberikan kepada setiap orang yang Izin Lingkungan diperoleh melalui
melakukan Usaha dan/atau kegiatan yang wajib tahapan kegiatan yang
Amdal atau UKL-UPL dalam rangka meliputi:
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup - penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha - penilaian Amdal dan pemeriksaan
dan/atau Kegiatan UKL-UPL; dan
- permohonan dan penerbitan Izin
Lingkungan.
SATRIA PARAMARTHA

PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN JANGKA WAKTU PENERBITAN


- Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara Sejak persyaratan permohonan izin
tertulis kepada Menteri, gubernur, atau
dinyatakan lengkap :
bupati/walikota.
• izin lingkungan: paling lama 100 hari
- Permohonan Izin Lingkungan disampaikan
(penilaian 75, pengumuman 15 hari,
bersamaan dengan pengajuan penilaian Amdal
dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL- UPL.
SKKL 10 hari)

- Permohonan izin lingkungan, harus dilengkapi • Waktu tidak termasuk waktu untuk
dengan: melengkapi data, atau informasi yang
a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL; masih dianggap kurang
b. dokumen pendirian Usaha dan/atau oleh pejabat yang berwenang
Kegiatan
c. dan profil Usaha dan/atau Kegiatan.
SATRIA PARAMARTHA

PENGUMUMAN IZIN Kewajiban Miliki Izin Lingkungan


- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki
dengan kewenangannya wajib mengumumkan Izin Lingkungan.
kepada masyarakat terhadap permohonan dan Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan
keputusan izin lingkungan. kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
- Pengumuman kepada masyarakat disampaikan b. penilaian Amdal dan pemeriksaan
melalui: UKL-UPL;
c. permohonan dan penerbitan Izin
a. Multimedia
Lingkungan.
b. Papan pengumuman di lokasi usaha
dan/atau kegiatan Dokumen AMDAL
Penyusunan Amdal dituangkan ke dalam
Masa Berlaku Surat Izin
dokumen Amdal yang terdiri atas:
Izin lingkungan kelayakan: a. Kerangka Acuan;
mengikuti masa berlaku izin b. Andal; dan
c. RKL-RPL.
usaha
SATRIA PARAMARTHA

Pengertian AMDAL: Perspektif Hukum

(Ps 1 butir 21 UUPLH)


AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

(Ps 22 ayat 1 UUPPLH)


Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki amdal

(Ps 1 butir 2 PP No. 27 Tahun 2012)


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah
kajian dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
SATRIA PARAMARTHA

Kriteria usaha yang berdampak penting wajib dilengkapi dengan AMDAL


a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.
SATRIA PARAMARTHA

Dalam menyusun dokumen Amdal, Persyaratan Penyusun AMDAL


Dijelaskan dalam UUPPLH:
Pemrakarsa wajib menggunakan
- Penyusunan dokumen Amdal wajib dilakukan
pendekatan studi: oleh penyusun Amdal yang memiliki
a. tunggal; sertifikat kompetensi penyusun Amdal
b. terpadu; atau - Sertifikat kompetensi penyusun Amdal
diperoleh melalui uji kompetensi.
c. kawasan.
- Untuk mengikuti uji kompetensi setiap orang
harus mengikuti pendidikan dan pelatihan
Pemrakarsa dalam menyusun dokumen penyusunan Amdal dan dinyatakan lulus.
- Pendidikan dan pelatihan penyusunan Amdal
Amdal mengikutsertakan masyarakat:
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
a. yang terkena dampak; kompetensi di bidang Amdal.
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau - Uji kompetensi penerbitan sertifikat
c. yang terpengaruh atas segala bentuk kompetensi dilaksanakan oleh lembaga
sertifikasi kompetensi penyusun Amdal yang
keputusan dalam proses Amdal
ditunjuk oleh Menteri.
SATRIA PARAMARTHA

Pengecualian Penyusunan AMDAL

Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
apabila:

a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada di kawasan


yang telah memiliki Amdal kawasan;
b. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada
kabupaten/kota yang telah memiliki rencana detil tata ruang
kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota; atau
c. Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap
darurat bencana.
SATRIA PARAMARTHA

Penyusunan UKL-UPL Pengisian UKL-UPL


- Penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui
- UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa pada
pengisian formulir UKL-UPL dengan
tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau
format yang ditentukan oleh Menteri.
Kegiatan. - Format paling sedikit memuat:
- Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan a. identitas pemrakarsa;
wajib sesuai dengan rencana tata ruang. b. rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
- Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau c. dampak lingkungan yang akan terjadi;
dan
kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
d. program pengelolaan dan pemantauan
ruang, UKL-UPL tidak dapat diperiksa dan lingkungan hidup.
wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.
SATRIA PARAMARTHA

Izin Lingkungan vs Persetujuan Lingkungan

Pasal 1 angka 35

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang


yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal
atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.

Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan Kelayakan


Lingkungan Hidup atau pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan
persetujuan dari pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
SATRIA PARAMARTHA

Pasal 1 angka 11 Pasal 1 angka 12


Analisis mengenai dampak lingkunganhidup - UKL-UPL adalah pengelolaan dan
AMDAL, adalah kajian mengenai dampak pemantauan terhadap usaha dan/atau
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
kegiatan yang tidak berdampak penting
direncanakan pada lingkunganhidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan
terhadap lingkungan hidup yang
keputusan tentang penyelenggaraanusaha diperlukan bagi proses pengambilan
dan/atau kegiatan. keputusan tentang penyelenggaraan usaha
Analisis mengenai dampak lingkunganhidup– dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak
UKL-UPL adalah rangkaian proses
penting pada lingkunganhidup dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan,
pengelolaan dan pemantauan lingkungan
untuk digunakan sebagai prasyarat hidup yang dituangkan dalam bentuk
pengambilan keputusan tentang standar untuk digunakan sebagai
penyelenggaraanusaha danf atau kegiatan prasyarat pengambilan keputusan serta
serta termuat dalam Pertzinan Berusaha, atau
termuat dalam Pertzinan Berusaha, atau
persetujuanPemerintahPusat atau
Pemerintah Daerah.
persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
SATRIA PARAMARTHA

Pasal 25 UUPPLH Perubahan Pasal 25 UUPPLH (DokumenAMDAL)


Dokumen amdal memuat: -UUCK
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha a. pengkajian mengenai dampak rencana
kegiatan usaha-kegiatan
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha- b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana
kegiatan usaha-kegiatan
c. saran, masukan, tanggapan masyarakat terhadap c. saran, masukan, tanggapan masyarakat terkena
rencana usaha-kegiatan dampak langsung yang relevan terhadap
d. prakiraan terhadap besaran dampak & sifat rencana usaha-kegiatan
penting d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
e. dampak yang terjadi jika rencana usaha-kegiatan penting
tersebut dilaksanakan; e. dampak yang terjadi jika rencana
f. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang usaha-kegiatan dilaksanakan
terjadi untuk menentukan f. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
kelayakan/ketidaklayakan LH rencana pengelolaan terjadi untuk menentukan kelayakan atau
dan pemantauan LH ketidaklayakan lingkungan hidup rencana
pengelolaan dan hidup.
SATRIA PARAMARTHA

Pasal 26, 27, 28, 32 UUPPLH


- Dokumen amdal disusun pemrakarsa dgn melibatkan masyarakat.
- Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan, lengkap & diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.
- Masyarakat meliputi: yang terkena dampak; pemerhati lingkungan hidup; yang terpengaruh
atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.
- Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal
- Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa dapat meminta bantuan kepada pihak lain.
- Penyusun amdal wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
- Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal meliputi:penguasaan
metodologi penyusunan amdal; kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, evaluasi
dampak, pengambilan keputusan; & kemampuan susun rencana pengelolaan pemantauan LH
- Sertifikat kompetensi penyusun amdal diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi
penyusun amdal yang ditetapkan oleh Menteri
- Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi usaha-kegiatan
golongan ekonomi lemah yang berdampak penting terhadap LH
SATRIA PARAMARTHA

Perubahan Pasal 26, 27 , 28, 32 UUPPLH -UUCK


- Dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
- Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang terkena
dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
- Dalam menyusun dokumen Amdal, pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain.
- Penyusun Amdal wajib memiliki sertifikat kompetensi peny'usun Amdal.
- Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah membantu penyusunan Amdal bagi usaha
dan/atau kegiatan Usaha Mikro dan Kecil yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup.

Dalam UUCK, Pasal 29, 30, 31 UUPPLH dihapus (Komisi Penilai AMDAL)
SATRIA PARAMARTHA

04. PERSETUJUAN LINGKUNGAN


(Pasca Berlakunya UU No. 11 Tahun
2020)
- Merujuk Pada PP No. 22 Tahun 2021)
SATRIA PARAMARTHA

Ketentuan Persetujuan Lingkungan (PP No. 22 Tahun 2021)


- Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah.
- Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya.
- Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian dampak penting pada Lingkungan Hidup
dari suatu usaha dan/atau kegiatan yailg direncanakan untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan Berusaha atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
- UKL-UPL adalah rangkaian proses pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam
bentuk standar untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta termuat dalam perizinan
Berusaha atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
- Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan Lingkungan Hidup dari
suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.
SATRIA PARAMARTHA

Persetujuan Lingkungan
- Persetujuan Lingkungan wajib dimiliki oleh setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting
atau tidak penting terhadap lingkungan.
- Persetujuan Lingkungan diberikan kepada Pelaku Usaha atau Instansi Pemerintah.
- Persetujuan Lingkungan menjadi prasyarat penerbitan Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah.
- Persetujuan Lingkungan dilakukan melalui:
a. penyusunan Amdal dan uji kelayakan Amdal; atau
b. penyusunan Formulir UKL-UPL dan pemeriksaan Formulir UKL-UPL.
- Persetujuan Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah.
- Dalam hal Perizinan Berusaha berakhir dan tidak terjadi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan, perpanjangan
Perizinan Berusaha dapat menggunakan dasar Persetujuan Lingkungan yang eksisting.
- Bentuk pengakhiran Persetujuan Lingkungan dibuktikan oleh oleh penanggungjawab Usaha dan/atau
Kegiatan dengan telah melakukan pengelolaan Lingkungan Hidup pada tahap pasca operasi.
SATRIA PARAMARTHA

Persetujuan Lingkungan
- Formulir Kerangka Acuan adalah isian ruang lingkup kajian analisis Dampak Lingkungan Hidup yang
merupakan hasil pelingkupan.
- Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
Dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak teihadap Lingkungan
Hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Rinci (RKL Rinci) adalah upaya penanganan dampak terhadap
Lingkungan Hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada dalam
kawasan yang sudah memillki Amdal kawasan.
- Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen Lingkungan
Hidup yang terkena darnpak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci (RPL Rinci) adalah upaya pemantauan komponen
Lingkungan Hidup yang terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada
dalam Kawasan yang sudah memilki Amdal kawasan.
SATRIA PARAMARTHA

AMDAL
Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak terhadap Lingkungan Hidup wajib
memiliki:
a. Amdal;
b. UKL-UPL; atau
c. SPPL.

Penyusunan AMDAL dilakukan melalui tahapan:


a. pelaksanaan pelibatan masyarakat terhadap rencana Usaha dan/ atau Kegiatan;
b. pengisian, pengajuan, pemeriksaan, dan penerbitan berita acara kesepakatan formulir Kerangka
Acuan
c. penyusunan serta pengajuan AMDAL dan RKL--RPL
d. penilaian AMDAL dan RKL-RPL.
SATRIA PARAMARTHA

MASYARAKAT
- Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun AMDAL melibatkan masyarakat yang
terkena dampak langsung.
- Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukaN melalui:
a. pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
b. konsultasi publik.
- Masyarakat yang terkena dampak langsung berhak mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
pengumuman disampaikan secara tertulis kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan =
dicatat dalam berita acara konsultasi publik.
- Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukan sebelum penyusunan Formulir
Kerangka Acuan.
- Dalam. menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terkair pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan, masyarakat wajib mencantumkan identitas pribadi yang jelas sesuai dengan dokumen
kependudukan.
SATRIA PARAMARTHA

MASYARAKAT
Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat dapat berupa:
a. informasi deskriptif tentang kondisi lingkungan vang berada di dalam dan di sekitar lokasi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
b. nilai-nilai lokal yang berpotensi akan terkena dampak rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
akan dilakukan;
c. aspirasimasyarakat, keinginan, dan harapan terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan

Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung melalui konsultasi public mencakup :
a. kelompok masyarakat rentan (vulnerable group);
b. masyarakat adat (indigenous people): dan/etau
c. kelompok laki-laki dan kelompok perempuan dengan memperhatikan kesetaraan gender.
SATRIA PARAMARTHA

DOKUMEN AMDAL
Hasil pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan disusun dalam bentuk berita acara
kesepakatan formulir Kerangka Acuan yang memuat informasi paling sedikit:
a. dampak Penting
b. batas wilayah studi dan batas waktu kajian;
c. metode studi;
d. penetapan kategori AMDAL; dan
e. waktu penyusunan dokumen ANDAL dan RKL-RPL.
Dokumen Andal memuat:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan beserta alternatifnya;
c. deskripsi rinci rona Lingkungan Hidup;
d. hasil dan evaluasi pelibatan masyarakat;
e. penentuan dampak penting yang dikaji, batas wilayah studi, dan batas waktu kajian;
f. prakiraan dampak penting dan penentuan sifat penting dampak;
g. evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan hidup;
h. daftar pustaka; dan lampiran
SATRIA PARAMARTHA

DOKUMEN RKL-RPL
Dokumen RKL-RPL memuat:
a. pendahuiuan;
b. matrik RKL;
c. matrik RPL;
d. persyaratan dan kewajiban terkait dengan aspek Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang relevan terdiri atas pengolahan dan pembuanganAir Limbah, pemanfaatanAir Limbah untuk
aplikasi ke tanah, pembuanganEmisi, Pengelolaan Limbah 83, dan/atau pengelolaan dampak lalu
lintas;
e. pernyataan komitmen penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melaksanakan ketentuan
yang tercantum dalamRKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
SATRIA PARAMARTHA

PENGHAPUSAN IZIN LINGKUNGAN


- Penghapusan Izin Lingkungan = pelemahan secara sistematis dan terstruktur
- PERSETUJUAN = istilah yg rancu (setara dg komitmen)
- PERSETUJUAN (KBBI) = pernyataan setuju/menyetujui, pembenaran, pengesahan
- Idenya integrasi masuk ke dalam proses perizinan berusaha set back, mundur ke zaman
UUPLH?
- AMDAL tetap, tapi UKL-UKL didimaknai menjadi SPPL --
- ambiguitas antara risiko menengah dan rendah!
SATRIA PARAMARTHA

PENGHAPUSAN IZIN LINGKUNGAN


- Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup untuk rencana usaha
dan/atau kegiatan.
- Uji Kelayakan lingkungan hidup dilakukan oleh tim uji kelayakan yang dibentuk oleh Lembaga
Uji Kelayakan Pemerintah Pusat.
- Tim Uji Kelayakan terdiri atas unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan ahli
bersertifikat
- Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan Keputusan kelayakan lingkungan
hidup berdasarkan hasil kelayakan lingkungan hidup.
- Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagai persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha
atau Persetujuan pemerintah.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana uji kelayakan diatur dengan Peraturan
Pemerintah
SATRIA PARAMARTHA

AMDAL vs UKL-UPL
AMDAL:
UKL-UPL SPPL
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
kegiatan; berdampak penting terhadap lingkungan wajib
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau memenuhi standar UKL-UPL.
kegiatan; a. Pemenuhan standar UKL-UPL dinyatakan dalam
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena
pernyataan kesanggupan pengelolaan
lingkungan hidup.
dampak langsung yang relevan terhadap rencana usaha
b. Pemerintah Pusat menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL melalui
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting PP
dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan c. Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
tersebut dilaksanakan; dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang
untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
diintegrasikan kedalam Nomor Induk Berusaha.
lingkungan hidup; dan
d. Utk kegiatan yang termasuk dalam kategori
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup beresiko rendah = PP
SATRIA PARAMARTHA

Perubahan Persetujuan Lingkungan


Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib melakukan perubahan Persetujuan Lingkungan apabila Usaha dan/atau Kegiatannya yang telah
memperoleh surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau persetujuan Penyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup direncanakan
untuk dilakukan perubahan, meliputi:
a. perubahan spesifikasi teknik, alat produksi, bahan baku, bahan penolong, dan/atau sarana usaha dan/atau kegiatan yarig berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
b. penarnbahan kapasitas produksi
c. perluasan lahan usaha dan/atau kegiatan;
d. perubahan waktu atau durasi operasi usaha dan/atau kegiatan;
e. terjaclinya perubahan kebijakarr pemerintah yang ditujukan untuk peningkatan. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
f. terjadi perubahan Lingkungan Hidup yang sangat rnendasar akihat peristiwa aiam atau karena akibat Iain, sebelum dan pada waktuusaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan;
g. tidak dilaksanakannva rencana Usaha dan/atau kegiatan dalam jangkawaktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau persetujuan penyataan Kesanggupan PengelolaanLingkungan Hioup;
h. perubahan identitas penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan;
i. perubahan wilayah administrasi pemerintahan;
j. perubahan pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup;
k. SLO (Sertifikat LaikOperasi) Usaha dan/atau Kegiatan yang lebih ketat dari Persetujuan l,ingkungarl yang dimiliki;
l. penciutan/pengurangan dan/atau luas areal Usaha dan/atauKegiatan
m. terdapat perubahan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup berdasarkan hasil kajian analisis risiko Lingkungan Hidup dan/atau audit
Lingkungan Hidup yang diwajibkan
SATRIA PARAMARTHA

PenguatanKonteks PersetujuanLingkungan
Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan Perizinan Berusaha mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data,
dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan
hidup; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan
oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
SATRIA PARAMARTHA

05. HAK ATAS


LINGKUNGAN HIDUP
YANG BAIK DAN SEHAT
SATRIA PARAMARTHA

REGULASI KESEHATAN LINGKUNGAN


- Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 25 ayat (1)
“Setiap orang mempunyai standar hidup yang layak untuk menikmati kesehatan bagi dirinya
dan keluarganya, termasuk ketercukupan pangan, pakaian, perumahan, pelayanan medis dan
pelayanan-pelayanan sosial lainnya yang dibutuhkan.”
- Pasal 28 H UUD 1945 ayat (1)
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
- Ketetapan MPR RI NomorXVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
- Pasal 65 UU No. 32 Tahun 2009
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak
asasi manusia
SATRIA PARAMARTHA

REGULASI KESEHATAN LINGKUNGAN


- Pasal 6 UU No 36 Tahun 2009 :
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan
- Pasal 162 UU No 36 tahun 2009
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
- PP No. 66 Tahun 2014
Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
SATRIA PARAMARTHA

REGULASI KESEHATAN LINGKUNGAN


Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Peran serta masyarakat dapat dilaksanakan melalui:


a. perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian, dan pengawasan;
b. pemberian bantuan sarana, tenaga ahli, dan finansial;
c. dukungan kegiatan penelitian dan pengembangan Kesehatan Lingkungan;
d. pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi; dan
e. sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijakan
dan/atau penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan.
SATRIA PARAMARTHA

RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN berdasar WHO


- Penyediaan air minum - Perumahan & permukiman
- Pengelolaan air buangan & pengendalian - Aspek kesehatan lingkungan dan
transportasi udara
pencemaran
- Perencanaan daerah & perkotaan
- Pembuangan sampah padat - Pencegahan kecelakaan
- Pengendalian vektor - Rekreasi umum dan pariwisata
- Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah
- Tindakan sanitasi terkait epidemi/wabah,
bencana alam, perpindahan penduduk
oleh perbuatan manusia - Tindakan pencegahan yang diperlukan
- Higiene makanan untuk menjamin lingkungan
- Pengendalian pencemaran udara
- Pengendalian radiasi
- Kesehatan Kerja
- Pengendalian kebisingan
SATRIA PARAMARTHA

06. PEMELIHARAAN
LINGKUNGAN HIDUP
SATRIA PARAMARTHA

Pemeliharaan Lingkungan Hidup Konservasi sumber daya alam meliputi,


(Pasal 57 UUPPLH) adalah : Upaya yang dilakukan = konservasi sumber daya air, ekosistem
hutan, ekosistem pesisir dan
untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup
laut, energi, ekosistem lahan gambut, dan
& mencegah terjadinya penurunan atau kerusakan ekosistem karst.
lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan Konservasi sumber daya alam hayati adalah:
manusia.
Pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan dengan untuk menjamin kesinambungan
1) Konservasi sumber daya alam persediaannya dengan tetap memelihara dan
2) Pencadangan sumber daya alam meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya
3) Pelestarian fungsi atmosfer
SATRIA PARAMARTHA

Konservasi sumber daya alam meliputi : Pengawetan sumber daya alam adalah:
1) Perlindungan sumber daya alam upaya untuk menjaga keutuhan dan keaslian
sumber daya alam beserta
2) Pengawetan sumber daya alam
ekosistemnya
3) Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan
Perlindungan sumber daya alam adalah: ditujukan
pelestarian alam dilakukan dengan
tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.
bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan dilakukan dengan memperhatikan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
manusia liar.
SATRIA PARAMARTHA

Pencadangan sumber daya alam meliputi sumber daya alam


yang dapat dikelola dalam jangka panjang dan waktu tertentu
sesuai dengan kebutuhan.

Untuk melaksanakan pencadangan sumber daya alam,


Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah
kabupaten/kota dan perseorangan dapat membangun:
a. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan;
b. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari luasan
pulau /kepulauan; dan/atau
c. menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan,
khususnya tanaman langka.
SATRIA PARAMARTHA

Pelestarian fungsi atmosfer meliputi :


1) Upaya mitigasi & adaptasi perubahan iklim
2) Upaya perlindungan lapisan ozon
3) Upaya perlindungan terhadap hujan asam

Mitigasi Perubahan Iklim adalah: serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya
menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan
dampak perubahan iklim

Adaptasi Perubahan Iklim adalah: upaya yang dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman
iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim
berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan
konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi
SATRIA PARAMARTHA

SEJARAH KONVENSI PERUBAHAN IKLIM


- PBB menyelenggarakan konvensi tentang lingkungan dan pembangunan, yaitu UN Framework Convention on Climate
Change (UNFCCC) di Rio de Jeneiro, Brazil. Pada tahun 1992. 2)
- COP (Conference of the Parties) pertama diselenggarakan pada tahun 1995 di Berlin, Jerman. Konvensi ini
menyepakatiBerlin Mandate.
- COP 2 diselenggarakan di Jenewa, Swiss pada tahun 1996. Disepakati 10 butir deklarasi Jenewa (GeneveDeclaration)
- COP 3 diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada tahun 1997. Dalam COP 3 ini dihasilkanlah protokol kyoto (kyoto protocol)
- COP 4 diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina pada tahun 1998. Dalam COP 4 dihasilkan Rancangan aksi Buenos Aires
(Buenos Aires Plan OF Action (BAPA))
- COP 5 diselenggarakan di Bonn, Jerman pada tahun 1999.
- COP 6 diselenggarakan di Den Haag, Belanda pada tahun 2000.
- COP 6 bagian dua yang bertempat di Bonn, Jerman pada tahun 2001 yang menghasilkan perjanjian Bonn (Bonn Agreement)
dalam rangka implemnetasi BAPA.
- COP 7 diselenggrakan di Marrakesh, Maroko pada tahun 2001. COP 7 menghasilkan persetujuan Marrakesh (Marrakesh
Accord).
- COP 8 diselenggarakan di New Delhi, India pada tahun 2002. COP 8 menghasilkan deklarasi New Delhi (New Delhi
Declaration).
- COP 9 diselenggarakan di Milan, Italia pada tahun 2003.
SATRIA PARAMARTHA

SEJARAH KONVENSI PERUBAHAN IKLIM


- COP 10 diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina pada tahun 2004. COP 10 membahas adaptasi perubahan iklim dan
menghasilkan Buenos Aires Programme of Work on Adaptation and Response Measures
- COP 11 diselenggarakan di Montreal, Kanada pada tahun 2005. COP 11 menghasilkan rancangan aksi Montreal ( Montreal Action
Plan)
- COP 12 diselenggarakan di Nairobi, Kenya pada tahun 2006. Ditetapkan Five Year Programme of Work on Impacts, Vulnerability
and Adaptation toClimate Change
- COP 13 diselenggarakan di Bali, Indonesia. COP 13 dilaksanakan pada tanggal 3-14 Desember 2007, menghasilkan Bali Action Plan
- COP 14 diselenggarakan di Poznan, Polandia pada tahun 2008.
- COP 15 diselenggarakan di Copenhagen, Denmark pada tahun 2009. COP 15 menghasilkan Copenhagen Accord
- COP 16 diselenggarakan di Cancun, mexico pada tahun 2010, menghasilkan perjanjian cancun (Cancun Agreement pengaturan
emisi gas rumah kaca
- COP 17 diselenggarakan di Durban, Afrika Selatan pada tahun 2011, menghasilkan Durban Platform
- COP 18 diselenggarakan di Doha, Qatar pada tahun 2012, menghasilkan Doha Climate Gateway (DCG).
- COP 19 diselenggarakan di Warsawa, Polandia tahun 2013, menghasilkan Warsawa Framework for REDD+ (“Reducing Emission from
Deforestation and forest degradation (REDD) plus)
- COP 20 diselenggarakan di Lima, Peru pada tahun 2014, menghasilkan kesepakatan yang diberi nama Lima Call for Climate Action
- COP (Conference of the Parties) ke 21 diselenggarakan di Paris pada tahun 2015.
SATRIA PARAMARTHA

PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT PERUBAHAN PERLINDUNGAN LAPISAN OZON


Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 16
IKLIM (INDONESIA) September sebagai Hari Ozon Dunia setiap tahunnya,
1. Undang Undang RI No. 16 tahun 2016 tentang setelah sejumlah negara melakukan
penandatanganan Protokol Montreal pada 16
Pengesahan Paris Agreement to The Nations September 1987 tentang pengurangan penggunaan
Framework Convention on Climate Change bahan kimia perusak ozon yang ada di lemari es, AC,
dan banyak produk lainnya. Langkah-langkah yang
(Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja dapat dilakukan:
Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan - Hindari kegiatan atau penggunaan peralatan yang
menghasilkan gas berbahaya bagi lapisan ozon
Iklim - Minimalkan penggunaan mobil
2. Undang Undang RI No. 6 tahun 1994 tentang - Jangan gunakan produk pembersih yang
berbahaya bagi lingkungan
Pengesahan United Nations Framework - Beli produk lokal. Semakin jauh jarak yang
Convention on Climate Change (Konvensi ditempuh, semakin banyak nitrooksida yang
dihasilkan oleh media transportasi yang digunakan
Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengangkut produk tersebut.
Mengenai Perubahan Iklim) - Rawat pendingin udara (AC)
SATRIA PARAMARTHA

UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP HUJAN ASAM


Hujan Asam = hujan yang mengandung sejumlah besar bahan kimia
berbahaya sebagai hasil dari pembakaran bahan -bahan seperti batu bara
dan minyak.
Penyebab Hujan Asam =Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan
minyak) oleh perusahaan-perusahaan produksi dan industri melepaskan
belerang ke udara yang bergabung dengan oksigen untuk membentuk
belerang dioksida (SO2) & nitrogen oksida (NO2)
Dampak Hujan Asam = dapat mengubah komposisi tanah dan air,
menjadikannya tidak layak huni bagi hewan dan tumbuhan setempat
Pencegahan Hujan Asam membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan
berfokus pada sumber energi yang lebih berkelanjutan seperti tenaga
SATRIA PARAMARTHA

07. P E N E G A K A N
HUKUMLINGKUNGAN
( E N V I R O N M E N TAL LAW
ENFORCEMENT)
SATRIA PARAMARTHA

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN?


Adalah upaya untuk mencapai ketaatan (compliance) terhadap peraturan dan
persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual,
melalui pengawasan dan penerapan atau ancaman sanksi administrasi, perdata, dan
pidana

TUJUAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


- Agar sasaran program penegakan hukum (regulated community) menaati
persyaratan dan kewajiban perlindungan lingkungan yang biasanya dicantumkan
dalam izin (lisence), baku mutu lingkungan, dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
- Jadi,tujuan enforcement adalah compliance
SATRIA PARAMARTHA

FAKTOR PENYEBAB HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


1. Ketidaksederhanaan perangkat hukum
2. Kurang memadai perangkat hukum sangat terbatas peraturan perundang-undangan
3. Ketrampilan teknis penegak hukum sangat terbatas
4. Tekanan publik masih terbatas
5. Belum ada budaya keterbukaan
6. Belum ada persamaan persepsi di kalangan pejabat pemerintahan
7. Moral, keberanian & integritas penegak hukum

STRATEGI PENATAAN [COMPLIANCE STRATEGY]


1. Pendekatan Penjeraan (deterrent approach)
2. Pendekatan Ekonomi (economic approach)
3. Pendekatan Perilaku (behaviour approach)
4. Pendekatan Tekanan Publik (public pressure approach)
SATRIA PARAMARTHA

3 JENIS PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


1. administratif
2. pidana
3. perdata

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN [versi UU 32/2009]


“Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu
dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan
perizinan. dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu
dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan
konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi.” ”
SATRIA PARAMARTHA

Penegakan Hukum- UUPPLH sanksi Administrasi UUPPLH


1. Teguran tertulis
1. SanksiAdministratif (Pasal 71-83) 2. Paksaan Pemerintah
2. SanksiKeperdataan (Pasal 84-93) 3. Pembekuan izin lingkungan
a. Litigasi 4. Pencabutan izin lingkungan
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
- Proses acara perdata
pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan
- Class Action mengenai :
- Legal Standing 1. Bentuk dan besarnya ganti rugi
- Citizen Law Suit – ActioPopularis 2. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau
perusakan
b. Non Litigasi 3. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan
- ADR (UU No 30 Tahun 1999) terulangnya pencemaran dan/atau perusakan
- Konsultasi 4. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
- Negosiasi terhadap lingkungan hidup
- Mediasi Pengecualian :
- Konsiliasi Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
3. Sanksi Pidana (Pasal 94-120) berlaku terhadap tindak pidana lingkungan
hidup
SATRIA PARAMARTHA

PERBEDAAN FUNGSI PENEGAKAN HUKUM PERDATA, PIDANA, DAN ADMINISTRATIF

ADMINISTRATIF - Fungsi pencegahan dan penanggulangan


- melakukan pengawasan penataan terhadap persyaratan dalam izin dan
kewajiban per-uuan (prevention/before the fact)
PERDATA - fungsi ganti rugi dan pemulihan
- memulihkan hak-hak seseorang yang dilanggar sehingga mengakibatkan
kerugian melalui pemberian ganti kerugian (kompensasi), mengembalikan
keadaan seperti semula seperti sebelum terjadinya kerugian, atau
meminta agar peraturan dipatuhi dan dilaksanakan.
PIDANA - fungsi efek jera dan efek derita
- memberikan pesan efek penjeraan (general atau specific deterrent)
melalui hukuman badan atau denda (orang dan korporasi)
SATRIA PARAMARTHA

08. PENEGAKAN
HUKUM ADMINISTRASI
LINGKUNGAN
SATRIA PARAMARTHA

DASAR HUKUM PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI


- UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Ps
71-75)
- PermenLH 2/2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang
Perlindungan dan Pengelolaan LH
- UU 41/1999 tentang Kehutanan Ps 59-64
- UU 18/2004 tentang Perkebunan Ps. 44
- UU 4/2009 tentang Pertambangan Minerba Ps. 140
- UU 26/2007 tentang Penataan Ruang Ps. 55-59
- UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air Ps. 75
SATRIA PARAMARTHA

TUJUAN SANKSI ADMINISTRATIF [Permen 2/2023]]


- melindungi LH dari pencemaran dan perusakan LH
- menaggulangi pencemaran dan/atau perusakan LH
- memulihkan kualitas LH akibat pencemaran dan/atau perusakan LH
- memberi efek jera (deterrent) bagi penanggung jawab usaha

JENIS SANKSI ADMINISTRASI


- teguran tertulis
- paksaan pemerintah
- pembekuan izin lingkungan
- pencabutan izin lingkungan
SATRIA PARAMARTHA

- Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung jawab usaha


dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja
tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
- Sanksi administratif tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.
- Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
paksaan pemerintah.
SATRIA PARAMARTHA

- PAKSAAN PEMERINTAH:
a. penghentian sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah/emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang alat yang berpotensi menimbulkanpelanggaran;
f. penghentian sementara seluruh kegiatan;
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran & tindakan
memulihkan fungsi LH.
- Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia & LH
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakannya;
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya.
SATRIA PARAMARTHA

- Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya.
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.
- “pelanggaran yang serius” adalah: tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkan
keresahan masyarakat.
- “ancaman yang sangat serius” adalah: suatu keadaan yang berpotensi sangat
membahayakan keselamatan dan kesehatan banyak orang sehingga penanganannya
tidak dapat ditunda.
SATRIA PARAMARTHA

09.
1. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
2. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
3. Analisis Resiko Lingkungan Hidup
4. Audit Lingkungan Hidup
SATRIA PARAMARTHA

Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup


- Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah & Pemerintah Daerah wajib
mengembangkan & menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup
- Instrumen ekonomi lingkungan hidup terdiridari:
a. perencanaan,pembangunan &kegiatan ekonomi;
b. pendanaan lingkunganhidup;
c. insentif dan/atau disinsentif

- Instrumen perencanaan pembangunan &kegiatan ekonomi,meliputi:


a. neraca sumber daya alam & lingkungan hidup;
b. penyusunan produk domestik bruto & produk domestik regional bruto & produk domestik regional
bruto yang mencakup penyusunan sumber daya alam & kerusakan lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkunganhidup antar daerah;
d. internalisasi biaya lingkungan hidup

- Instrumen pendanaan lingkungan hidupmeliputi:


a. dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;
b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan pemulihan LH;
c. dana amanah / bantuan untuk konservasi
SATRIA PARAMARTHA

• Insentif dan/atau disinsentif diterapkan dalam bentuk:


a. pengadaan barang & jasa yang ramah lingkungan hidup;
b. penerapan pajak, retribusi, & subsidi lingkunganhidup;
c. pengembangan sistem lembaga keuangan & pasar modal yang ramah lingkungan hidup;
d. pengembangan sistemperdagangan izin pembuanganlimbah dan/atau emisi;
e. pengembangan sistempembayaran jasa lingkunganhidup;
f. pengembanganasuransi lingkunganhidup;
g. pengembangan sistemlabel ramah lingkungan hidup;
h. sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan &pengelolaan lingkungan hidup

Peraturan pelasana mengenai instrumen ekonomi lingkungan hidup diatur dalam


Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017 mengatur tentang (garis besar):
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan eknomi lingkunganhidup;
b. pendanaan Lingkungan Hidup; serta insentif dan
c. disinsentif yang akan diperoleh.
SATRIA PARAMARTHA

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017, secara rinci mengatur tentang:


1. Neraca sumber daya alam;
2. PDB / PDRB
3. Kompensasi / Imbal Jasa Lingkungan Hidup
4. Internalisasi Lingkungan Hidup
5. Dana Jaminan Pemulihan
6. Dana Penanggulangan
7. Dana Amanah
8. Pengadaan Barang & Jasa Ramah Lingkungan Hidup
9. Label Ramah Lingkungan Hidup
10. Penghargaan Kinerja Di Bidang PPLH
11. Asuransi Lingkungan Hidup
12. Lembaga Jasa Keuangan
13. Perdagangan Izin Pembuangan Limbah dan/atau Emisi
14. Pembayaran Jasa Lingkungan
15. Pajak Lingkungan
16. Retribusi Lingkungan Hidup
17. Subsisdi lingkungan hidup
SATRIA PARAMARTHA

Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup

- Pemerintah & DPR RI, Pemerintah Daerah & DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
a. kegiatan perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup

- Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus


lingkungan hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah
yangmemiliki kinerja perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup yang
baik
SATRIA PARAMARTHA

Analisis Resiko LingkunganHidup

- Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting


terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem & kehidupan,
dan/atau kesehatan & keselamatan manusia wajib melakukan analisis resiko
lingkungan hidup

- Analisis resiko lingkungan hidup meliputi:


a. pengkajian resiko
b. pengelolaan resiko
c. komunikasi resiko

- Bidang yang saat ini telah menggunakan analisis resiko lingkungan hidup ini
adalah pelepasan & peredaran Produk Rekayasa Genetika. Hal ini menimbulkan
resiko terhadap keamanan lingkungan diatur dalam PP No. 21 Tahun 2005
SATRIA PARAMARTHA

Audit Lingkungan Hidup

- Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk


melakukan audit LH dalam rangka meningkatkan kinerja audit LH
- Menteri mewajibkan audit LH ini kepada :
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang beresiko tinggi terhadap lingkungan
hidup
b. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan
terhadap peraturan perundang-undangan

- Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakan audit LH


- Pelaksanaan audit LH terhadap kegiatan tertentu yang beresiko tinggi dilakukan
secara berkala
SATRIA PARAMARTHA

Audit Lingkungan Hidup

Persyaratan audit lingkungan hidup sebagai piranti manajemen lingkungan


internal pada sebuah badan usaha dapat berfungsi secara efektif:
1. Dukungan dari unsur pimpinan badan usaha bagi pelaksanaan audit LH
2. Kemandirian dan keobjektifan para auditor
3. Kecakapan auditor lingkungan (memiliki pengetahuan & ketrampilan)
4. Sasaran & ruang lingkup dari audit lingkungan harus jelas
5. Metode dan proses pengumulan, penyusunan laporan yang lugas & jelas
tentang temuan-temuan audit , tindakan korektif & jadwal
implementasinya

Peraturan Pelaksana dariAudit Lingkungan Hidup:


Peraturan Menteri LH No. 17 Tahun 2010 tentang Audit Lingkungan Hidup
SATRIA PARAMARTHA

Audit Lingkungan Hidup


- definisi : adalah alat pengelolaan yang digunakan untuk menilai keragaan
lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan atas dasar baku mutu lingkungan
yang berlaku.
- definisi lain : suatu proses penilaian dan pelaporan yang terorganisir dengan cara
wawancara stakeholder, pemeriksaan fasilitas dan proses di lapangan secara
langsung dan menelaan data/informasi sekunder untuk menyusun analisis keragaan
lingkungan secara akurat dari kegiatan pembangunan.
- lingkup audit lingkungan :
1. identifikasi dan analisis karakteristik dan kuantitas limbah kegiatan
pembangunan
2. membandingkan dengan baku mutu limbah buangan yang berlaku
3. analisis efisiensi penggunaan bahan baku dan kualitas produk
4. analisis degradasi dan kerusakan lingkungan
- tujuan Audit Lingkungan : membantu pemeliharaan dan peningkatan daya
dukung/kualitas lingkungan di sekitar lokasi proyek sehingga fungsinya lestari
SATRIA PARAMARTHA

Kegunaan Audit Lingkungan Hidup


- upaya untuk meningkatkan penataan perusahaan/organisasi terhadap
peraturan perundangan di bidang lingkugan, misalnya standar emisi udara,
limbah.
- dokumensuatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar
prosedur operasi, prosedur pengelolaan lingkungan termasuk rencana
tanggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan
pada proses produksi.
- jaminan untuk menghindari terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan
- upaya perbaikan dalam penggunaan sumber daya melalui efisiensi
penggunaan bahan baku, bahan penolong, identifikasi melalui proses daur
ulang atau penerapan produksi bersih dan efisiensi energi.
SATRIA PARAMARTHA

KEPMEN LH RI NO. 42/MENLH/11/94


- pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan
- setiap bidang usaha atau kegiatan wajib memelihara kelestarian
kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.
- audit lingkungan merupakan alat yang efektif dan bermanfaat bagi suatu
usaha untuk mengelola LH
- audit lingkungan merupakan proses kajian sistematis, terdokumentasi,
berkala, dan objektif terhadap prosedur dan praktek pengelolaan LH
- audit lingkungan dapat membantu menemukan upaya penyelesaian
yang efektif tentang masalah LH
SATRIA PARAMARTHA

AUDIT LINGKUNGAN vs AMDAL


AUDIT LINGKUNGAN AMDAL
lebih memfokuskan pada dampak aktual dari lebih memfokuskan pada dampak potensial dari
kegiatan yang dilaksanakan rencana kegiatan pembangunan suatu proyek
sebagai alat manajemen lingkungan oleh AMDAL hanya digunakan dalam proses
penanggungjawab usaha untuk mengevaluasi identifikasi/rona lingkungan awal lokasi
penampilan lingkungan
dibuat untuk rencana kegiatan pembangunan dibuat untuk kegiatan pembangunan yang sedang
berlangsung
untuk perkiraan potensi dampak lingkungan secara untuk telaah masalah yang sedang dihadapi
total (cakupan luas dan jangka panjang) (cakupan terbatas pada masalah yang dihadapi)
dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku (PP dilaksanakan sesuai pedoman umum audit
51/1993 dan Peraturan Pelaksanaannya) lingkungan dan formt teknis sesuai audit lingkungan

persamaan : sebagai alat pengelolaan lingkungan yang bermanfaat bagi


pemrakarsa/pengelola asal melaksanakan rekomendasi dari hasil kajian keduanya
SATRIA PARAMARTHA

10. PENEGAKAN
HUKUM LINGKUNGAN
(ENVIRONMENTAL LAW
ENFORCEMENT)
SATRIA PARAMARTHA

Penyelesaian sengketa Lingkungan hidup - Sanksi Perdata -

- Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui


pengadilan atau di luar pengadilan
- Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara
sukarela oleh para pihak yang bersengketa
- Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
SATRIA PARAMARTHA

- Pasal 87 UUPPLH – Fault Based Liability


setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan PMH
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
membayar ganti rugi dan atau melakukan tindakan tertentu

- Pertanggungjawaban yang mensyaratkan adanya unsur kesalahan (fault


based liability) bentuk pertanggungjawaban yang biasa dikenal di
Indonesia dalam doktrin Perbuatan melawan Hukum (Pasal 1365 KUH
Perdata) perbuatan tergugat melawan hukum; pelaku harus bersalah;
ada kerugian; hubungan sebab akibat perbuatan & kerugian
SATRIA PARAMARTHA

- Polluter Pays Principle - Sanksi yang diberikan :


1. membayar ganti rugi
2. pencemar/perusak LH dapat dibebani hakim melakukan tindakan hukum
tertentu :
a. memasang/memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai
dengan BML LH yang ditentukan
b. memulihkan fungsi lingkungan hidup
c. menghilangkan/memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran -
perusakan LH
- Pengertian = si pencemar (pengusaha) diharuskan mengeluarkan biaya-biaya
atas pencemaran yang timbul dari aktivitas produksi
- Konsekuensi pengusaha akan memperhitungkan biaya-biaya untuk mengatasi
pencemaran menjadi bagian dari biaya produksi (production cost)
- Diharapkan para industriawan berikhtiar untuk meminimalkan standar kualitas
lingkungan yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
betul-betul diperhatikan sebagaimana mestinya
SATRIA PARAMARTHA

- STRICHT LIABILITY - Pasal 88 UUPPLH


Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan
B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas
kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan (dengan
kewajibanmembayar ganti rugi)

- Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban


membayar ganti rugi, jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa
pencemaran dan/atau perusakan LH disebabkan karena :
1. Adanya bencana alam atau peperangan
2. Adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia
3. Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran
dan/atau perusakan L
SATRIA PARAMARTHA

11.
1. CLASS ACTION
2. LEGAL STANDING
3. CITIZEN LAW SUIT
4. ACTIO POPULARIS
SATRIA PARAMARTHA
CLASS ACTION
- DEFINISI:
PERMA No. 1 Tahun 2002 merumuskan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class
Action) sebagai berikut:
suatu prosedur pengajuan gugatan, dimana satu orang atau lebih yang mewakili
kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili
sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
kesamaan dasar hukum antarawakil kelompok dan anggota kelompoknya.

- Unsur-unsur Class Action:


1. Gugatan secara perdata
2. Wakil kelompok (class representative)
3. Anggota Kelompok (class members)
4. Adanya Kerugian class representative & class member benar2 mengalami
kerugian
5. Kesamaan peristiwa/fakta dan dasar hukum
SATRIA PARAMARTHA
CLASS ACTION
- Manfaat - Kelebihan Class Action:
1. Ekonomis (judicial economy)
2. Akses pada keadilan (acces to justice)
3. Perubahan sikap pelaku pelanggaran (behavior modification)

- Kelemahan Class Action:


1. Kesulitan dalam mengelola banyaknya jumlah anggota kelompok
2. Dapat menyebabkan ketidakadilan
3. Dapat menyebabkan kebangkrutan pada tergugat
4. Publikasi gugatan class action dapat menyudutkan pihak tergugat
SATRIA PARAMARTHA
CLASS ACTION
- Class Action dalam UUPPLH [Hak gugat masyarakat]
Pasal 91 UUPPLH = Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami
kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
Syarat-syarat gugatan dapat diajukan apabila :
1. Terdapat kesamaan fakta atau peristiwa
2. Kesamaan dasar hukum
3. Kesamaan jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya

- Kewajiban Hakim Dalam Class Action


Hakim berkewajiban mendorong para pihak untuk menyelesaikan perkara dimaksud
melalui perdamaian, baik pada awal persidangan maupun selama berlangsungnya
pemeriksaan perkara.
Dalam hal gugatan ganti rugi dikabulkan, hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi
secara rinci, penentuan kelompok danlatau subkelompok yang berhak, mekanisme
pendistribusian ganti rugi dan langkah-langkh yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok
dalam proses penetapan dan pendistribusian seperti halnya kewajiban melakukan
pemberitahuan atau notifikasi.
SATRIA PARAMARTHA
CLASS ACTION
- Kasus
1. Kasus Korban Tanah Longsor Gunung Mandalawangi Kec. Kadungora, Kab.
Garut Putusan Majelis Hakim PN Bandung No. 49/Pdt.G/2003/PN.BDG
(dikabulkan)
2. Pembangunan Banjarmasin Park tidak dapat mengendalikan dampak
lingkungan (ditolak)
3. Pencemaran lingkungan oleh PT Megatex Solo buang limbah B3, tidak ada
IPAL, mencemari lingkungan dan merusak tambak warga menggugat berdasar
PMH
4. Putusan Class Action No. 26/PDT.G/2009/PN.TPI pencemaran laut dan
matinya ikan di pantai Senggarang Tanjung Pinang, tercemar limbah B3 akibat
pertambangan bauksit tidak menjalankan fungsi LH-PMH (dikabulkan)
SATRIA PARAMARTHA
LEGAL STANDING
- standing/personae standi in judicio/standing to sure adalah =
hak atau kedudukan hukum untuk mengajukan gugatan atau permohonan di depan
pengadilan.
- legal standing mencakup 2 syarat :
1. syarat formal : UU MK Pasal 51(1)
2. syarat materiil : berupa kerugian hak/kewenangan konstitusional
- Legal Standing dalam UUPPLH [Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup]
Pasal 92 “Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup
- Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi
persyaratan :
1. Berbentuk badan hukum
2. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup
3. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat
2 tahun
SATRIA PARAMARTHA
LEGAL STANDING
- Berdasar Lampiran Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No.36/KMA/SK/II/2013
Menjelaskan bahwa: Bukti organisasi lingkungan hidup telah melaksanakan kegiatan
nyata dapat ditunjukkan antara lain bahwa :“organisasi telah melakukan kegiatan
seminar atau advokasi lingkungan yang dibuktikan dengan misalnya laporan kegiatan,
laporan tahunan, foto, kliping koran.”

- Organisasi LH tidak dapat meminta ganti rugi, tetapi hanya dapat mengajukan
“tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tutntutan ganti rugi,
kecuali biaya atau pengeluaran riil”.
- Pembatasan ini dibuat karena organisasi LH bukanlah korban, dalam arti pihak yang
secara langsung mengalami kerugian.
- Organisasi LH hanya dapat meminta putusan agar tergugat melakukan tindakan
tertentu atau tidak melakukan tindakan tertentu.
SATRIA PARAMARTHA Perbedaan CLASS ACTION
& LEGAL STANDING
CLASS ACTION
1. Seluruh anggota kelas (class representatives dan class members) sama-sama langsung
mengalami atau menderita suatu kerugian.
2. Tuntutannya dapat berupa ganti kerugian berupa uang (monetary damage) dan/atau
tuntutan pencegahan (remedy) atau tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (injunction) yang sifatnya deklaratif.

LEGAL STANDING

1. Organisasi tersebut tidak mengalami kerugian langsung, kerugian dalam konteks gugatan
organisasi (legal standing) lebih dilandasi suatu pengertian kerugian yang bersifat publik.
2. Tuntutan organisasi (legal standing) tidak dapat berupa ganti kerugian berupa uang, kecuali
ganti kerugian yang telah dikeluarkan organisasi untuk penanggulangannya objek yang
dipermasalahkannya dan tuntutannya hanya berupa permintaan pemulihan (remedy) atau
tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
(injunction) yang bersifat deklaratif.
SATRIA PARAMARTHA
Citizen Law Suit
- Citizen Lawsuit atau Gugatan Warga Negara terhadap penyelenggara Negara sebenarnya
tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law sebagaimana yang diterapkan di Indonesia.
- Citizen Lawsuit sendiri lahir di negara-negara yang menganut sistem hukum Common
Law, dan dalam sejarahnya Citizen Lawsuit pertama kali diajukan terhadap permasalahan
lingkungan.
- Namun pada perkembangannya, Citizen Lawsuit tidak lagi hanya diajukan dalam perkara
lingkungan hidup, tetapi pada semua bidang dimana negara dianggap melakukan
kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya.
Praktek CLS di Indonesia
- Berdasar beberapa perkara di atas dapat dilihat bahwa di antara Hakim masih belum
ada kesesuaian pendapat mengenai bentuk gugatan Citizen Lawsuit.
- Beberapa Hakim yang cukup moderate sudah dapat menerima kehadiran bentuk
gugatan Citizen Lawsuit ini, namun beberapa Hakim masih tidak menerima bentuk CLS
ini karena hingga saat ini memang belum diatur dalam peraturan perundang-undangandi
Indonesia, lain halnya dengan BentukGugatan Class Action yang telah di akomodir dalam
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA).
SATRIA PARAMARTHA
Citizen Law Suit
- Gugatan Citizen Lawsuit pada intinya adalah mekanisme bagi Warga Negara
untuk menggugat tanggung jawab
- Penyelenggara Negara atas kelalaian dalam memenuhi hak- hak warga Negara.
- Kelalaian tersebut didalilkan sebagai Perbuatan Melawan Hukum, sehingga
Citizen Law Suit diajukan pada lingkup peradilan umum dalam hal ini perkara
Perdata.

- Syarat pengajuan gugatan Citizen Law Suit:


1. Setiap warga negara;
2. Mengenai kepentingan umum;
3. Perbuatan melawan hukum;
4. Tidak mengajukan tuntutan ganti rugi berupa uang
SATRIA PARAMARTHA
ACTIO POPULARIS
- Definisi Actio Popularis adalah:
prosedur pengajuan gugatan yang melibatkan kepentingan umum secara
perwakilan. Gugatan dapat ditempuh dengan acuan bahwa setiap warga negara
tanpa kecuali mempunyai hak membela kepentingan umum.

- Tujuan Actio Popularis:


a. setiap anggota WN atas nama kepentingan umum dapat menggugat negara
atau pemerintah atau siapa saja yang melakukan PMH, yang nyata merugikan
kepentingan umum & kesejahteraan masyarakat luas
b. hak mengajukan gugatan bagi warga negara atas nama kepentingan
umum adalah tanpa syarat, sehingga orang yang mengalami sendiri
kerugian secara langsung, serta tidak memerlukan surat kuasa khusus dari
anggota masyarakat yang diwakilinya.
SATRIA PARAMARTHA

12. PENYELESAIAN
SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN
SATRIA PARAMARTHA

Kebijakan Yang Mengatur


Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan

- UU No 4 Tahun 1982 ttg UULH


- UU No 23 Tahun 1997 ttg UUPLH
- UU No 32 Tahun 2009 ttg UUPPLH (ps 85-86)
- UU No 30 Tahun 1999 ttg Arbitrase & alternative Penyelesaian Sengketa
- UU No 8 Tahun 1999 ttg Perlindungan Konsumen
- UU No 41 Tahun 1999 ttg Kehutanan
- UU No 39 Tahun 1999 ttg HAM
- PP No 54 Tahun 2000 ttg Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian
Sengketa LingkunganHidup Di Luar Pengadilan
SATRIA PARAMARTHA

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar


pengadilan merupakan pilihan para pihak dan bersifat
sukarela.

Para pihak yang telah memilih upaya penyelesaian


sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, maka
gugatan yang disampaikan melalui pengadilan hanya
dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil secara tertulis oleh salah satu atau para pihak
yang bersengketa atau salah satu atau para pihak yang
bersengketa menarik diri dari perundingan.
SATRIA PARAMARTHA

Pasal 85 UUPPLH
- Penyelesaian sengketa LH di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan ttg :
1. bentuk & besarnya ganti rugi
2. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan
3. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan
4. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
- Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana
lingkungan hidup

Pasal 86 UUPPLH
Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang bersifat bebas & tidak berpihak Pemerintah & pemerintah
daerah dapat memfasilitasi pembentukan lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas & tidak berpihak
SATRIA PARAMARTHA

Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa

- Untuk lembaga penyedia jasa dapat dibentuk oleh Pemerintah dan/atau


masyarakat.
- Lembaga penyedia jasa yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat ditetapkan oleh
Menteri dan berkedudukan di instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan.
- Sedangkan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah ditetapkan
Gubernur/Bupati/Walikota dan berkedudukan di instansi yang bertanggung jawab
di bidang pengendalian dampak lingkungan di daerahnya.
- Pendirian penyedia jasa yang dibentuk oleh masyarakat dibuat dengan Akta
Notaris.
SATRIA PARAMARTHA

Definisi Penyedia Jasa


Berdasar Pasal 1 butir 1 PP no. 54 Tahun 2000
Lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut lembaga penyedia jasa. adalah lembaga yang bersifat bebas dan tidak
berpihak yang tugasnya memberikan pelayanan kepada para pihak yang bersengketa untuk
mendayagunakan pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan menyediakan
pihak ketiga netral dalam rangka penyelesaian sengketa baik melalui arbiter maupun
mediator atau pihak ketiga lainnya;
Anggota Lembaga Penyedia Jasa
Pasal 15 PP No.54 Tahun 2000 yaitu: Anggota lembaga penyedia jasa yang dapat ditunjuk
sebagai mediator atau pihak ketiga lainnya oleh para pihak harus memenuhi syarat :
a. disetujui oleh para pihak yang bersengketa;
b. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat
kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa;
c. tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa;
d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain terhadap kesepakatan para
pihak;
e. tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun hasilnya
SATRIA PARAMARTHA

Tujuan ADR (berdasar Gollberg)


1. Mengurangi kemacetan di pengadilan
2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa
3. Memperlancarjalur menuju keadilan
4. Memberikan kesempatan bagiterciptanya penyelesaian sengketa yang menghasilkan
keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak
Arbiter/Mediator/PihakKe-3
- Orang-orang yang menjalankan fungsi sebagai arbiter atau mediator atau pihak ketiga
lainnya terikat pada kode etik profesi yang penilaian dan pengembangannya dilakukan oleh
asosiasi profesi yang bersangkutan.
- Kesepakatan yang dicapai melalui proses penyelesaian sengketa dengan menggunakan
mediator atau pihak ketiga lainnya wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis di atas
kertas bermaterai.
SATRIA PARAMARTHA

Pengertian Arbitrase
berdasar UU No 30 Tahun 1999
1. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa
2. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang
ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
3. Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal
belum timbul sengketa.
4. Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
SATRIA PARAMARTHA

- Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula abitrase yang tercantum dalam perjanjian
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
- Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah sengketa terjadi,
persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh
para pihak.
- Dua jenis perjanjian abitrase: 1) perjanjian arbitrase berupa klausula arbitrase dalam suatu perjanjian; 2)
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tersendiri dan terpisah dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak
sebelum terjadinya sengketa.
- Sahnya suatu perjanjian arbitrase harus memenuhi syarat, berupa telah disepakati oleh para pihak yang
membuat perjanjian atau para pihak yang terlibat dalam sengketa dan kesepakatan harus dilakukan
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
- Klausula arbitrase yang baik harus memenuhi enam unsur, meliputi: 1)tempat dilaksakannya arbitrase; 2)
hukum acara untuk pelaksanaan arbitrase, 3) tata cara penunjukan arbiter; 4) pihak yang berwenang
untuk menunjuk arbitrase (apabila perlu) jumlah dari arbiter; 5) hukum yang berlaku; 6) bahasa yang
digunakan dalam proses arbitrase
- Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan menggunakan jasa pihak ketiga harus memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) para pihak secara suka rela bersedia dan berkeinginan menyelesaikan
sengketa secara bermusyawarah; 2) pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator/mediator/arbiter
disetujui oleh para pihak dan harus netral; 3) masing-masing pihak tidak bertahan pada posisinya; 4) para
pihak tidak mempunyai kecurigaan yang berlebihan; 5) persyaratan atau bentuk tuntutan harus rasional.
SATRIA PARAMARTHA

Penyelesaian Dengan Arbitase


- Para pihak dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang akan
terjadi antara mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase.
- Surat pemberitahuan untuk mengadakan arbitrase) memuat dengan jelas:
a. nama dan alamat para pihak;
b. penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
c. perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa;
d. dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada;
e. cara penyelesaian yang dikehendaki;dan
f. perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau
apabila tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat
mengajukan usul tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah
ganjil.
SATRIA PARAMARTHA

Penyelesaian Dengan Arbitase


- Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah
sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tsb harus dibuat dalam suatu
perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak.
- Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tertulis,
perjanjian tertulis tsb harus dibuat dalam bentuk akta notaris.
- Perjanjian tertulis harus memuat:
masalah yang dipersengketakan; nama lengkap dan tempat tinggal para
pihak; nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase; tempat
arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan; nama lengkap
sekretaris; jangka waktu penyelesaian sengketa; pernyataan kesediaan dari
arbiter; dan pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk
menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian
sengketamelalui arbitrase.
SATRIA PARAMARTHA

Persyaratan Arbiter
Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus
memenuhi syarat:
a. cakap melakukan tindakan hukum;
b. berumur paling rendah 35 tahun;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa;
d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan
arbitrase; dan
e. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit
15 tahun.

* Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak


dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter
SATRIA PARAMARTHA

Kelebihan Arbitrase
- Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
lembaga peradilan.
- Satu satunya kelebihan arbitrase terhadap pengadilan adalah sifat kerahasiaannya
karena keputusannya tidak dipublikasikan
- Kelebihan tersebut antara lain :
a. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak;
b. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif;
c. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah
yang disengketakan, jujur dan adil;
d. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan
e. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat
dilaksanakan.
SATRIA PARAMARTHA

Putusan Arbitrase
Putusan arbitrase harus memuat:
a. kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
b. nama lengkap dan alamat para pihak;
c. uraian singkat sengketa;
d. pendirian para pihak;
e. nama lengkap dan alamat arbiter;
f. pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan
sengketa;
g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis
arbitrase;
h. amar putusan
i. tempat dan tanggal putusan; dan
j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase.
SATRIA PARAMARTHA

MEDIASI ( penengah)
proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak
(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu
mereka memperoleh kesepakatan perjanjian
dengan memuaskan
Keuntungan MEDIASI meliputi :
1. Keputusan yang hemat, tidak berlarut-larut
2. Penyelesaian secara cepat
3. Hasil-hasil memuaskan para pihak
4. Kesepakatan bersifat komprehensif
5. Melestarikan hubungan yg sudah berjalan / akhiri hubungan dengan lebih ramah
6. Kesepakatan yg lebih baik daripada hanya menerima hasil kompromi yg
menang/kalah
7. Keputusan berlaku tanpa mengenal waktu
8. Praktek & belajar prosedur2 penyelesaianmasalah secara kreatif
SATRIA PARAMARTHA

Negosiasi/Perundingan
Negosiasi merupakan upaya penyelesaian
sengketa para pihak tanpa melalui proses peradilan dengan tujuan mencapai
kesepakatan bersama atas dasar kerjasama ygl ebih harmonis & kreatif

Prinsip-prinsip Negosiasi
1. Negosiasi melibatkan 2 pihak atau lebih
2. Pihak2 harus membutuhkan keterlibatan satu sama lain dalam capai hasil bersama
3. Pihak ybs menganggap negosiasi sbg cara yang terbaik utk selesaikan sengketa
4. Setiap pihak harus mempunyai harapan akan sebuah hasil akhir yang mereka
terima
5. Proses negosiasi merupakan salah satu interaksi dengan komunikasi lisan langsung
SATRIA PARAMARTHA

KONSILIASI
adalah usaha mempertemukan keinginan para pihak yang berselisih untuk mencapai
persetujuan & menyelesaikan perselisihan

Tahapan Konsiliasi
1. Proses pemeriksaan perkara dulu, majelis hakim bertindak sebagai conciliator /
majelis pendamai
2. Setelah gagal mendamaikan, terbuka kewenangan majelis hakim untuk periksa &
adili perkara dengan menjatuhkan putusan.

Keuntungan Konsiliasi:
1. Bebas biaya
2. Proses penyelesaian melalui konsiliasi lebih singkat dibandingkan proses
pengadilan
3. Tidak ada paparan media terhadap para pihak perorangan
4. Tidak seformal siding di pengadilan
SATRIA PARAMARTHA

SELAMAT BELAJAR DAN


SEMANGAT UTSNYA! :D

Anda mungkin juga menyukai