PARADUTA SPARTA
Hukum Lingkungan
SATRIA PARAMARTHA
HUKUM LINGKUNGAN
SATRIA PARAMARTHA
Pengaturan KLHS
Definisi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
1. sejak tahun 1998 karena krisis dan bencana lingkungan hidup berlangsung tiada
henti dan pada saat itu AMDAL Regional tidak dapat mengatasi masalah
tersebut.
2. sejak dilaksanakan otonomi daerah kondisi lingkungan daerah terus menurun.
3. bencana tsunami di Aceh tahun 2004 memperkuat kebutuhan akan KLHS dan
berhasil mempersatukan Bappenas, Depdagri dan KLH dalam kesepakatan
untuk membuat Strategic Environment Assessment (SEA)
SATRIA PARAMARTHA
Mekanisme KLHS
Pelaksanaan KLHS
Elemen KLHS
Meliputi :
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
SATRIA PARAMARTHA
Manfaat KLHS
a. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;
b. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian secara
sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang tersedia;
c. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan
keputusan yang lebih tinggi;
d. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil keputusan akan adanya
peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan keputusan;
e. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan para pihak
(stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi;
f. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya
pembangunan berkelanjutan;
g. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan
SATRIA PARAMARTHA
Praktek KLHS
1. KLHS merupakan kegiatan yang sifatnya mandatory tetapi masih minim diketahui oleh para
pengambil kebijakan, perencana dan pelaksana program.
2. KLHS merupakan satu kebijakan yang diarahkan sebagai penapis kebijakan, rencana dan program
pembangunan yang diperkirakan akan memberikan dampak lingkungan yang besar.
3. Sebagai sebuah kewajiban, maka KLHS harus dilakukan untuk perencanaan pembangunan seperti
RPJp/M, RTRW/RDTR serta kebijakan lain yang memberikan dampak lingkungan yang besar.
4. Dalam prakteknya KLHS kemudian menjadi kebijakan yang belum mampu menjadi penapis kebijakan
yang berdampak lingkungan.
5. Dalam prakteknya KLHS dilakukan hanya sebagai pelengkap administratif, kemudian dilakukan oleh
pihak ketiga/konsultan sebagai produk yang ternyata tidak dapat diterjemahkan dalam menapis
kebijakan.
6. Praktek penerapan KLHS juga tidak dilakukan dengan melibatkan keseluruhan pihak, dimana
seharusnya kebijakan ini dilakukan dengan proses konsultasi publik yang baik, transparan dan
mampu merangkum semua persepsi dari multi pihak.
SATRIA PARAMARTHA
Kendala KLHS
1. Pemahaman KLHS pada tingkat pengambil kebijakan yang masih rendah.
2. Keterbatasan data dan informasi pendukung rekomendasi dalam KLHS.
3. Keterbatasan pendanaan; ini sebagian merupakan konsekwensi dari
keterbatasan pengetahuan,sehingga kegiatan KLHS tidak dimasukkan
dalam siklus pendanaan atau dimasukkan tetapi dengan dana yang sedikit.
4. Sulitnya membentuk tim KLHS/Pokja KLHS, karena sebagai tim Adhoc
maka kegiatan ini tidak menjadi fokus kegiatan.
5. Tidak selarasnya proses KLHS dengan siklus perencanaan seperti
pembuatan RPJM dan RTRW.
SATRIA PARAMARTHA
02.MASYARAKAT ADAT
KEARIFAN LOKAL
SATRIA PARAMARTHA
Eksistensi masyarakat hukum adat di Indonesia sampai saat ini telah diakui secara
konstitusional.
a. Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.
b. Pasal 28 I ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan jaman dan peradaban
SATRIA PARAMARTHA
● Semua masyarakat hukum adat merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat adat,
tetapi bukan sebaliknya tidak semua masyarakat adat merupakan masyarakat
hukum adat
● Karakteristik masyarakat adat:
1. Adanya kesatuan teritoris masyarakat tradisional tertentu;
2. Adanya wilayah & batas wilayah tersebut;
3. Adanya lembaga & perangkat pemerintahan tradisional pada masyarakat tersebut;
4. Adanya norma yang mengatur tata hidup masyarakat tertentu.
● Karakteristik masyarakat hukum adat:
1. Adanya hukum tradisional yang berlaku;
2. Adanya lembaga & perangkat hukum yang menegakkan peraturan hukum tersebut
● Masyarakat adat lebih luas dari masyarakat hukum adat
SATRIA PARAMARTHA
Kearifan Lokal/Tradisional
- Definisi Kearifan Lokal
merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta
adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis
- Menurut Pasal 1 angka 30 UUPPLH,
kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari
- Menurut Pasal 2 huruf l UUPPLH,
asas kearifan local merupakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan bermasyarakat.
SATRIA PARAMARTHA
Kearifan Lokal
a. Milik komunitas
b. Lebih bersifat praktis atau “pengetahuan bagaimana”
c. Bersifat holistik
d. Merupakan aktivitas moral
e. Bersifat lokal
Kearifan Lokal: Bentuk penyerapan nilai-nilai kebijakan yang ada di masyarakat yang
diserap sebagai bagian dari materi muatan dalam peraturan perundang-undangan.
KEARIFAN : kebijaksanaan, kecerdasan, kepandaian
LOKAL : ruang yang luas, bersikap secara terbatas, wilayah setempat
SATRIA PARAMARTHA
- Permohonan izin lingkungan, harus dilengkapi • Waktu tidak termasuk waktu untuk
dengan: melengkapi data, atau informasi yang
a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL; masih dianggap kurang
b. dokumen pendirian Usaha dan/atau oleh pejabat yang berwenang
Kegiatan
c. dan profil Usaha dan/atau Kegiatan.
SATRIA PARAMARTHA
Pasal 1 angka 35
Dalam UUCK, Pasal 29, 30, 31 UUPPLH dihapus (Komisi Penilai AMDAL)
SATRIA PARAMARTHA
Persetujuan Lingkungan
- Persetujuan Lingkungan wajib dimiliki oleh setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting
atau tidak penting terhadap lingkungan.
- Persetujuan Lingkungan diberikan kepada Pelaku Usaha atau Instansi Pemerintah.
- Persetujuan Lingkungan menjadi prasyarat penerbitan Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah.
- Persetujuan Lingkungan dilakukan melalui:
a. penyusunan Amdal dan uji kelayakan Amdal; atau
b. penyusunan Formulir UKL-UPL dan pemeriksaan Formulir UKL-UPL.
- Persetujuan Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah.
- Dalam hal Perizinan Berusaha berakhir dan tidak terjadi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan, perpanjangan
Perizinan Berusaha dapat menggunakan dasar Persetujuan Lingkungan yang eksisting.
- Bentuk pengakhiran Persetujuan Lingkungan dibuktikan oleh oleh penanggungjawab Usaha dan/atau
Kegiatan dengan telah melakukan pengelolaan Lingkungan Hidup pada tahap pasca operasi.
SATRIA PARAMARTHA
Persetujuan Lingkungan
- Formulir Kerangka Acuan adalah isian ruang lingkup kajian analisis Dampak Lingkungan Hidup yang
merupakan hasil pelingkupan.
- Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
Dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak teihadap Lingkungan
Hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Rinci (RKL Rinci) adalah upaya penanganan dampak terhadap
Lingkungan Hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada dalam
kawasan yang sudah memillki Amdal kawasan.
- Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen Lingkungan
Hidup yang terkena darnpak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
- Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci (RPL Rinci) adalah upaya pemantauan komponen
Lingkungan Hidup yang terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada
dalam Kawasan yang sudah memilki Amdal kawasan.
SATRIA PARAMARTHA
AMDAL
Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak terhadap Lingkungan Hidup wajib
memiliki:
a. Amdal;
b. UKL-UPL; atau
c. SPPL.
MASYARAKAT
- Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun AMDAL melibatkan masyarakat yang
terkena dampak langsung.
- Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukaN melalui:
a. pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
b. konsultasi publik.
- Masyarakat yang terkena dampak langsung berhak mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
pengumuman disampaikan secara tertulis kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan =
dicatat dalam berita acara konsultasi publik.
- Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung dilakukan sebelum penyusunan Formulir
Kerangka Acuan.
- Dalam. menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan terkair pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan, masyarakat wajib mencantumkan identitas pribadi yang jelas sesuai dengan dokumen
kependudukan.
SATRIA PARAMARTHA
MASYARAKAT
Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat dapat berupa:
a. informasi deskriptif tentang kondisi lingkungan vang berada di dalam dan di sekitar lokasi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
b. nilai-nilai lokal yang berpotensi akan terkena dampak rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
akan dilakukan;
c. aspirasimasyarakat, keinginan, dan harapan terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan
Pelibatan masyarakat yang terkena dampak langsung melalui konsultasi public mencakup :
a. kelompok masyarakat rentan (vulnerable group);
b. masyarakat adat (indigenous people): dan/etau
c. kelompok laki-laki dan kelompok perempuan dengan memperhatikan kesetaraan gender.
SATRIA PARAMARTHA
DOKUMEN AMDAL
Hasil pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan disusun dalam bentuk berita acara
kesepakatan formulir Kerangka Acuan yang memuat informasi paling sedikit:
a. dampak Penting
b. batas wilayah studi dan batas waktu kajian;
c. metode studi;
d. penetapan kategori AMDAL; dan
e. waktu penyusunan dokumen ANDAL dan RKL-RPL.
Dokumen Andal memuat:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan beserta alternatifnya;
c. deskripsi rinci rona Lingkungan Hidup;
d. hasil dan evaluasi pelibatan masyarakat;
e. penentuan dampak penting yang dikaji, batas wilayah studi, dan batas waktu kajian;
f. prakiraan dampak penting dan penentuan sifat penting dampak;
g. evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan hidup;
h. daftar pustaka; dan lampiran
SATRIA PARAMARTHA
DOKUMEN RKL-RPL
Dokumen RKL-RPL memuat:
a. pendahuiuan;
b. matrik RKL;
c. matrik RPL;
d. persyaratan dan kewajiban terkait dengan aspek Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang relevan terdiri atas pengolahan dan pembuanganAir Limbah, pemanfaatanAir Limbah untuk
aplikasi ke tanah, pembuanganEmisi, Pengelolaan Limbah 83, dan/atau pengelolaan dampak lalu
lintas;
e. pernyataan komitmen penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melaksanakan ketentuan
yang tercantum dalamRKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
SATRIA PARAMARTHA
AMDAL vs UKL-UPL
AMDAL:
UKL-UPL SPPL
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
kegiatan; berdampak penting terhadap lingkungan wajib
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau memenuhi standar UKL-UPL.
kegiatan; a. Pemenuhan standar UKL-UPL dinyatakan dalam
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena
pernyataan kesanggupan pengelolaan
lingkungan hidup.
dampak langsung yang relevan terhadap rencana usaha
b. Pemerintah Pusat menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL melalui
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting PP
dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan c. Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
tersebut dilaksanakan; dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang
untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
diintegrasikan kedalam Nomor Induk Berusaha.
lingkungan hidup; dan
d. Utk kegiatan yang termasuk dalam kategori
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup beresiko rendah = PP
SATRIA PARAMARTHA
PenguatanKonteks PersetujuanLingkungan
Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan Perizinan Berusaha mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data,
dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan
hidup; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan
oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
SATRIA PARAMARTHA
06. PEMELIHARAAN
LINGKUNGAN HIDUP
SATRIA PARAMARTHA
Konservasi sumber daya alam meliputi : Pengawetan sumber daya alam adalah:
1) Perlindungan sumber daya alam upaya untuk menjaga keutuhan dan keaslian
sumber daya alam beserta
2) Pengawetan sumber daya alam
ekosistemnya
3) Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan
Perlindungan sumber daya alam adalah: ditujukan
pelestarian alam dilakukan dengan
tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.
bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan dilakukan dengan memperhatikan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan kelangsungan potensi, daya dukung, dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
manusia liar.
SATRIA PARAMARTHA
Mitigasi Perubahan Iklim adalah: serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya
menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan
dampak perubahan iklim
07. P E N E G A K A N
HUKUMLINGKUNGAN
( E N V I R O N M E N TAL LAW
ENFORCEMENT)
SATRIA PARAMARTHA
08. PENEGAKAN
HUKUM ADMINISTRASI
LINGKUNGAN
SATRIA PARAMARTHA
- PAKSAAN PEMERINTAH:
a. penghentian sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah/emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang alat yang berpotensi menimbulkanpelanggaran;
f. penghentian sementara seluruh kegiatan;
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran & tindakan
memulihkan fungsi LH.
- Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila
pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia & LH
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakannya;
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya.
SATRIA PARAMARTHA
- Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintah.
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya.
- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.
- “pelanggaran yang serius” adalah: tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkan
keresahan masyarakat.
- “ancaman yang sangat serius” adalah: suatu keadaan yang berpotensi sangat
membahayakan keselamatan dan kesehatan banyak orang sehingga penanganannya
tidak dapat ditunda.
SATRIA PARAMARTHA
09.
1. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
2. Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
3. Analisis Resiko Lingkungan Hidup
4. Audit Lingkungan Hidup
SATRIA PARAMARTHA
- Pemerintah & DPR RI, Pemerintah Daerah & DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
a. kegiatan perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup
- Bidang yang saat ini telah menggunakan analisis resiko lingkungan hidup ini
adalah pelepasan & peredaran Produk Rekayasa Genetika. Hal ini menimbulkan
resiko terhadap keamanan lingkungan diatur dalam PP No. 21 Tahun 2005
SATRIA PARAMARTHA
10. PENEGAKAN
HUKUM LINGKUNGAN
(ENVIRONMENTAL LAW
ENFORCEMENT)
SATRIA PARAMARTHA
11.
1. CLASS ACTION
2. LEGAL STANDING
3. CITIZEN LAW SUIT
4. ACTIO POPULARIS
SATRIA PARAMARTHA
CLASS ACTION
- DEFINISI:
PERMA No. 1 Tahun 2002 merumuskan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class
Action) sebagai berikut:
suatu prosedur pengajuan gugatan, dimana satu orang atau lebih yang mewakili
kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili
sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
kesamaan dasar hukum antarawakil kelompok dan anggota kelompoknya.
- Organisasi LH tidak dapat meminta ganti rugi, tetapi hanya dapat mengajukan
“tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tutntutan ganti rugi,
kecuali biaya atau pengeluaran riil”.
- Pembatasan ini dibuat karena organisasi LH bukanlah korban, dalam arti pihak yang
secara langsung mengalami kerugian.
- Organisasi LH hanya dapat meminta putusan agar tergugat melakukan tindakan
tertentu atau tidak melakukan tindakan tertentu.
SATRIA PARAMARTHA Perbedaan CLASS ACTION
& LEGAL STANDING
CLASS ACTION
1. Seluruh anggota kelas (class representatives dan class members) sama-sama langsung
mengalami atau menderita suatu kerugian.
2. Tuntutannya dapat berupa ganti kerugian berupa uang (monetary damage) dan/atau
tuntutan pencegahan (remedy) atau tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (injunction) yang sifatnya deklaratif.
LEGAL STANDING
1. Organisasi tersebut tidak mengalami kerugian langsung, kerugian dalam konteks gugatan
organisasi (legal standing) lebih dilandasi suatu pengertian kerugian yang bersifat publik.
2. Tuntutan organisasi (legal standing) tidak dapat berupa ganti kerugian berupa uang, kecuali
ganti kerugian yang telah dikeluarkan organisasi untuk penanggulangannya objek yang
dipermasalahkannya dan tuntutannya hanya berupa permintaan pemulihan (remedy) atau
tuntutan berupa perintah pengadilan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
(injunction) yang bersifat deklaratif.
SATRIA PARAMARTHA
Citizen Law Suit
- Citizen Lawsuit atau Gugatan Warga Negara terhadap penyelenggara Negara sebenarnya
tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law sebagaimana yang diterapkan di Indonesia.
- Citizen Lawsuit sendiri lahir di negara-negara yang menganut sistem hukum Common
Law, dan dalam sejarahnya Citizen Lawsuit pertama kali diajukan terhadap permasalahan
lingkungan.
- Namun pada perkembangannya, Citizen Lawsuit tidak lagi hanya diajukan dalam perkara
lingkungan hidup, tetapi pada semua bidang dimana negara dianggap melakukan
kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya.
Praktek CLS di Indonesia
- Berdasar beberapa perkara di atas dapat dilihat bahwa di antara Hakim masih belum
ada kesesuaian pendapat mengenai bentuk gugatan Citizen Lawsuit.
- Beberapa Hakim yang cukup moderate sudah dapat menerima kehadiran bentuk
gugatan Citizen Lawsuit ini, namun beberapa Hakim masih tidak menerima bentuk CLS
ini karena hingga saat ini memang belum diatur dalam peraturan perundang-undangandi
Indonesia, lain halnya dengan BentukGugatan Class Action yang telah di akomodir dalam
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA).
SATRIA PARAMARTHA
Citizen Law Suit
- Gugatan Citizen Lawsuit pada intinya adalah mekanisme bagi Warga Negara
untuk menggugat tanggung jawab
- Penyelenggara Negara atas kelalaian dalam memenuhi hak- hak warga Negara.
- Kelalaian tersebut didalilkan sebagai Perbuatan Melawan Hukum, sehingga
Citizen Law Suit diajukan pada lingkup peradilan umum dalam hal ini perkara
Perdata.
12. PENYELESAIAN
SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN
SATRIA PARAMARTHA
Pasal 85 UUPPLH
- Penyelesaian sengketa LH di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan ttg :
1. bentuk & besarnya ganti rugi
2. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan
3. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan
4. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
- Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana
lingkungan hidup
Pasal 86 UUPPLH
Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang bersifat bebas & tidak berpihak Pemerintah & pemerintah
daerah dapat memfasilitasi pembentukan lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas & tidak berpihak
SATRIA PARAMARTHA
Pengertian Arbitrase
berdasar UU No 30 Tahun 1999
1. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa
2. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang
ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan
mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
3. Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal
belum timbul sengketa.
4. Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
SATRIA PARAMARTHA
- Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula abitrase yang tercantum dalam perjanjian
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang
dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
- Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah sengketa terjadi,
persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh
para pihak.
- Dua jenis perjanjian abitrase: 1) perjanjian arbitrase berupa klausula arbitrase dalam suatu perjanjian; 2)
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tersendiri dan terpisah dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak
sebelum terjadinya sengketa.
- Sahnya suatu perjanjian arbitrase harus memenuhi syarat, berupa telah disepakati oleh para pihak yang
membuat perjanjian atau para pihak yang terlibat dalam sengketa dan kesepakatan harus dilakukan
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
- Klausula arbitrase yang baik harus memenuhi enam unsur, meliputi: 1)tempat dilaksakannya arbitrase; 2)
hukum acara untuk pelaksanaan arbitrase, 3) tata cara penunjukan arbiter; 4) pihak yang berwenang
untuk menunjuk arbitrase (apabila perlu) jumlah dari arbiter; 5) hukum yang berlaku; 6) bahasa yang
digunakan dalam proses arbitrase
- Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dengan menggunakan jasa pihak ketiga harus memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) para pihak secara suka rela bersedia dan berkeinginan menyelesaikan
sengketa secara bermusyawarah; 2) pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator/mediator/arbiter
disetujui oleh para pihak dan harus netral; 3) masing-masing pihak tidak bertahan pada posisinya; 4) para
pihak tidak mempunyai kecurigaan yang berlebihan; 5) persyaratan atau bentuk tuntutan harus rasional.
SATRIA PARAMARTHA
Persyaratan Arbiter
Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter harus
memenuhi syarat:
a. cakap melakukan tindakan hukum;
b. berumur paling rendah 35 tahun;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa;
d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan
arbitrase; dan
e. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit
15 tahun.
Kelebihan Arbitrase
- Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
lembaga peradilan.
- Satu satunya kelebihan arbitrase terhadap pengadilan adalah sifat kerahasiaannya
karena keputusannya tidak dipublikasikan
- Kelebihan tersebut antara lain :
a. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak;
b. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif;
c. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah
yang disengketakan, jujur dan adil;
d. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya
serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan
e. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat
dilaksanakan.
SATRIA PARAMARTHA
Putusan Arbitrase
Putusan arbitrase harus memuat:
a. kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
b. nama lengkap dan alamat para pihak;
c. uraian singkat sengketa;
d. pendirian para pihak;
e. nama lengkap dan alamat arbiter;
f. pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan
sengketa;
g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis
arbitrase;
h. amar putusan
i. tempat dan tanggal putusan; dan
j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase.
SATRIA PARAMARTHA
MEDIASI ( penengah)
proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak
(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu
mereka memperoleh kesepakatan perjanjian
dengan memuaskan
Keuntungan MEDIASI meliputi :
1. Keputusan yang hemat, tidak berlarut-larut
2. Penyelesaian secara cepat
3. Hasil-hasil memuaskan para pihak
4. Kesepakatan bersifat komprehensif
5. Melestarikan hubungan yg sudah berjalan / akhiri hubungan dengan lebih ramah
6. Kesepakatan yg lebih baik daripada hanya menerima hasil kompromi yg
menang/kalah
7. Keputusan berlaku tanpa mengenal waktu
8. Praktek & belajar prosedur2 penyelesaianmasalah secara kreatif
SATRIA PARAMARTHA
Negosiasi/Perundingan
Negosiasi merupakan upaya penyelesaian
sengketa para pihak tanpa melalui proses peradilan dengan tujuan mencapai
kesepakatan bersama atas dasar kerjasama ygl ebih harmonis & kreatif
Prinsip-prinsip Negosiasi
1. Negosiasi melibatkan 2 pihak atau lebih
2. Pihak2 harus membutuhkan keterlibatan satu sama lain dalam capai hasil bersama
3. Pihak ybs menganggap negosiasi sbg cara yang terbaik utk selesaikan sengketa
4. Setiap pihak harus mempunyai harapan akan sebuah hasil akhir yang mereka
terima
5. Proses negosiasi merupakan salah satu interaksi dengan komunikasi lisan langsung
SATRIA PARAMARTHA
KONSILIASI
adalah usaha mempertemukan keinginan para pihak yang berselisih untuk mencapai
persetujuan & menyelesaikan perselisihan
Tahapan Konsiliasi
1. Proses pemeriksaan perkara dulu, majelis hakim bertindak sebagai conciliator /
majelis pendamai
2. Setelah gagal mendamaikan, terbuka kewenangan majelis hakim untuk periksa &
adili perkara dengan menjatuhkan putusan.
Keuntungan Konsiliasi:
1. Bebas biaya
2. Proses penyelesaian melalui konsiliasi lebih singkat dibandingkan proses
pengadilan
3. Tidak ada paparan media terhadap para pihak perorangan
4. Tidak seformal siding di pengadilan
SATRIA PARAMARTHA