Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

Penyusunan Laporan Rencana RDTR Kecamatan Ngargoyoso

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelaksanaan penataan ruang merupakan proses dinamis dalam rangka
mewujudkan tujuan rencana tata ruang. Dokumen rancana tata ruang menjadi panduan
dalam pembangunan daerah, disusun dengan persyaratan-persyaratan tertentu untuk
mengakomodir kebutuhan ruang. Pembangunan merupakan proses dinamis sehingga dalam
mewujudkan pembangunan sesuai tujuan rencana tata ruang akan berhadapan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rencana tata ruang. Hal ini dikarenakan tujuan
rencana tata ruang yang ditetapkan belum tentu sesuai atau dapat tercapai melalui kebijakan
dan strategi akibat adanya perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal.
Kondisi lingkungan strategis merupakan peristiwa atau kondisi yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian tujuan penataan ruang.
Sedangkan dinamika internal/dinamika pembangunan adalah segala hal yang
berkaitan dengan perkembangan paradigma pemikiran, kebijakan, perkembangan teknologi,
penemuan sumberdaya alam, perubahan perilaku sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
kinerja rencana tata ruang.Penataan ruang pada dasarnya adalah suatu proses, yang
meliputi proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu
bagian penting dari proses-menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang
dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan ditindaklanjuti dengan rencana yg lebih
rinci yaitu Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, maka
rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum
sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan
dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, maka antara
satu jenis rencana tata ruang dengan jenis rencana tata ruang lainnya mempunyai hubungan
yang saling terkait dan saling berurutan satu sama lainnya serta dijaga konsistensinya baik
dari segi substansi maupun operasionalisasinya.
Desentralisasi dan otonomi daerah telah menegaskan bahwa kewenangan
pelaksanaan pembangunan termasuk penyusunan rencana tata ruang daerah berada pada
pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan
yang harus dicermati dan disikapi oleh pemerintah kabupaten/kota, terutama dalam
merencanakan tata ruang daerah yang tidak lagi terbatas oleh cakupan administrasi atau
politis saja, tetapi harus pula mempertimbangkan keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis.
Penataan ruang yang diharapkan di masa depan harus sejalan dengan paradigma
pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia ke arah
peningkatan kesejahteraan ekosistem (ekosentris) sebagai dasar yang melahirkan konsep
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya
dukung (carrying capacity) dan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam, termasuk lahan

1
(ruang) dalam dimensi lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga menjadikan
proses pembangunan ekonomi.
Untuk menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan data/informasi
yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek keruangan seperti batas wilayah,
letak/lokasi kawasan perencanaan, penggunaan lahan, jaringan prasarana dan sarana
wilayah dan lain-lain adalah sangat penting dan menentukan. Dengan adanya dan
ketergantungan pada data yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan
lebih mendekati kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan.
RDTR dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan
kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah kecamatan. RDTR juga merupakan rencana
yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional, sebagai penjabaran
“kegiatan” ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
fungsional dalam kawasan, agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan
terpadu. RDTR adalah rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kabupaten secara
terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pengaturan zonasi,
perijinan, dan pembangunan kawasan.
Dengan adanya perubahan Undang-Undang Penataan Ruang no. 26 Tahun 2007
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2022, adanya Peraturan Menteri ATR/BPN No 11
Tahun 2021 dan Peraturan Menteri ATR/BPN No 14 Tahun 2021 serta dengan penyesuaian
RTRW Kabupaten Karanganyar, maka diperlukan adanya Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso yang harus menyesuaikan dengan
peraturan dan pedoman perencanaan tata ruang yang terbaru serta semua perencanaan
ruang memiliki jangka waktu perencanaan selama 20 tahun.

1.2. Permasalahan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso sangat penting
mengingat Kecamatan Ngargoyoso merupakan kawasan yang cukup berkembang karena
sebagai kawasan pariwisata namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungannya,
sehingga perlu disusun sesuai dengan perkembangan yang ada dan perlu mengakomodasi
fungsi kawasan. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini akan dapat dijadikan pedoman,
arahan, serta dasar dalam pengembangan wilayah selanjutnya.

1.3. Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso secara
umum mempunyai maksud untuk memberikan arahan bagi pembangunan wilayah
kawasan Kecamatan Ngargoyoso yang lebih tegas dalam rangka upaya
pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara terukur, baik
dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sehingga terjadi sinkronisasi pelaksanaan
pembangunan di wilayah Kabupaten Karanganyar.

1.3.2.Tujuan
Sedangkan, tujuan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan Ngargoyoso adalah:
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia ;

2
2. RDTR Kecamatan Ngargoyoso dirumuskan sebagai kesatuan tata ruang, sehingga
terpadu dan saling mengisi dengan arahan RTRW Kabupaten serta rencana tata
ruang lainnya yang terkait;
3. Tertatanya komponen fisik kawasan, baik yang berada dalam kawasan perkotaan
maupun kawasan pedesaan secara integratif;
4. Terpadunya program dan kegiatan berorientasikan pada bottom-up planning serta
mampu menyerap down planning, memadukan kepentingan dan aspirasi pemerintah
baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta
masyarakat;
5. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan

1.4. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso, yaitu :
1. Teridentifikasi potensi dan permasalahan sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan sumber daya manusia pada wilayah perencanaan
2. Merumuskan kebijakan, konsep, dan strategi dalam penataan ruang kawasan
3. Menyusun pedoman teknis yang merinci syarat-syarat, ketentuan, dan kriteria
pengaturan dan rencana kegiatan fungsional kawasan perkotaan maupun kawasan
pedesaan.
4. Merumuskan pengendalian kawasan yang diharapkan dapat menjadi panduan yang
berkekuatan hukum untuk mewujudkan arahan pembangunan yang lebih harmonis,
serasi, selaras, dan seimbang, serta terkoordinasi antar sektor, antar wilayah,
maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan

1.5. Ruang Lingkup


1.5.1. Lingkup Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Ngargoyoso, difokuskan pada wilayah administratif Kecamatan Ngargoyoso.
1.5.2. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pekerjaan ini berpedoman pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Permen ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021 dan . Permen ATR/BPN
Nomor 14 Tahun 2021. Lingkup kegiatan pekerjaan ini akan meliputi:
a. Perumusan dan ketentuan teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Ngargoyoso;
b. Kegiatan Diskusi;
c. Kegiatan Penyusunan Rencana;

1.5.3. Lingkup Materi


Lingkup bahasan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Ngargoyoso
adalah sebagai berikut :
1) Tujuan Penataan WP (Wilayah Perkotaan)
Tujuan penataan WP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan
merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat

3
dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan
direncanakan di BWP.
Tujuan penataan BWP berfungsi:
a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,
penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi;
dan
b. menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan
dengan RTRW.
Perumusan tujuan penataan BWP didasarkan pada:
a. arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
b. isu strategis WP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi
penanganan; dan
c. karakteristik WP.
Tujuan penataan WP dirumuskan dengan mempertimbangkan:
a. keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota;
b. fungsi dan peran WP;
c. potensi investasi;
d. kondisi sosial dan lingkungan BWP;
e. peran masyarakat dalam pembangunan; dan
f. prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

2) Rencana Pola Ruang yang mencakup :


 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

3) Rencana Jaringan Prasarana yang mencakup:


 Rencana Pengembangan jaringan Pergerakan
 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya (jalur evakuasi bencana, dll)

4) Ketentuan pemanfaatan Ruang


Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan
RDTR dalam bentuk program pengembangan WP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan. Program dalam ketentuan
pemanfaatan ruang meliputi:
 Program Pemanfaatan Ruang Prioritas, yang memuat:
 program perwujudan rencana pola ruang di WP, yang meliputi:
 perwujudan zona lindung pada WP termasuk didalam pemenuhan
kebutuhan RTH; dan
 perwujudan zona budi daya pada WP yang terdiri atas:
a. perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di WP;

4
b. perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola
ruang;
c. perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan/atau
d. perwujudan tata bangunan.
 program perwujudan rencana jaringan prasarana di WP, yang meliputi:
 perwujudan pusat pelayanan kegiatan di WP
 perwujudan sistem jaringan prasarana untuk WP, yang mencakup pula
sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di dalam BWP yang
terdiri atas:
a. perwujudan sistem jaringan pergerakan;
b. perwujudan sistem jaringan energi/kelistrikan;
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
d. perwujudan sistem jaringan air minum;
e. perwujudan sistem jaringan drainase;
f. perwujudan sistem jaringan air limbah; dan/atau
g. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
 program perwujudan penetapan Sub WP yang diprioritaskan penanganannya,
yang terdiri atas:
 perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
 pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
 pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan; dan/atau
 pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
 program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim
 Lokasi
 Besaran
 Sumber Pendanaan
 Instansi Pelaksana
 Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
5) Peraturan Zonasi
 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
 Ketentuan Tata Bangunan
 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
 Ketentuan Pelaksanaan
 Ketentuan Tambahan
 Ketentuan Khusus

1.6. Dasar Hukum


Landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso adalah:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
5. Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan

5
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
Menjadi Undang-Undang;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang;
11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya;
14. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
16. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-
Undang;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kajian Lingkungan Hidup
Strategis;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perizinan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan;
30. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan
Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota dan Rencana Detail Tata Ruang;

6
31. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
14 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, Serta Peta Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
32. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
15 Tahun 2021 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah;
33. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
21 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dan
Pengawasan Penataan Ruang;
34. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
5 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pengintegrasian Kajian Lingkungan Hidup Strategis
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
35. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
9 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2021 Tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
36. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau
37. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
38. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik;
39. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2017 tentang Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
40. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan;
41. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi
dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah;
42. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

1.7. Sumber Pendanaan


Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Ngargoyoso
ini dibiayai dari sumber pendanaan yaitu APBD Kabupaten Karanganyar.

7
BAB II
KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Diskusi
Diskusi dilakukan 3 kali dengan rincian sebagai berikut.
1. Paparan Pendahuluan
2. Konsultasi Publik
3. Paparan Akhir

2.2. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan


2.2.1. Tenaga Ahli
1. Team Leader (Tenaga Ahli Planologi)
Ketua tim adalah seorang Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, berpengalaman
dalam pelaksanaan di bidang perencanaan selama 6 (enam) tahun untuk S1.
Memiliki keahlian dan kemampuan dalam pengorganisasian dan melakukan analisis
serta berpengalaman dalam kegiatan studi perencanaan kota/wilayah. Ketua Tim
yang akan menjalankan tugasnya, di samping mempunyai keahlian dibidangnya juga
harus mempunyai kemampuan yang kuat dalam berkomunikasi dan manajerial,
mempunyai reputasi yang baik dan mampu berintegrasi dan berkoordinasi dengan
Pengguna Jasa, konsultan manajemen proyek, dan instansi terkait lainnya
2. Tenaga Ahli Arsitektur
Ahli Arsitektur adalah seorang Sarjana Teknik Arsitektur S1, berpengalaman minimal
3 (tiga) tahun di bidang perencanaan kawasan/ bangunan / permukiman pada suatu
wilayah.
3. Tenaga Ahli Planologi
Ahli Planologi adalah seorang Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota,
berpengalaman dalam pelaksanaan di bidang perencanaan selama 1 (satu) tahun.

2.2.2. Tenaga Pendukung


1. Surveyor
Surveyor minimal lulusan S1 Perencanaan Wilayah dan Kota.
2. Administrasi
Administrasi minimal lulusan SMU memiliki pengalaman dalam aplikasi komputer
dengan menguasai program microsoft office.

2.3. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Ngargoyoso adalah 120 (seratus dua puluh hari kerja) hari kerja sejak
ditetapkannya Surat Perintah Kerja oleh Pimpinan Pelaksana Kegiatan.

2.4. Keluaran
Sistem pelaporan yang akan dilakukan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail
Ruang Kecamatan Ngargoyoso adalah berupa :
a. Laporan Pendahuluan, dibuat dalam rangka persiapan pekerjaan survey berisikan
latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, lingkup pekerjaan, jadwal
pelaksanaan kegiatan maupun instrument-instrument survey yang akan digunakan

8
dilapangan pada saat survey lapangan. Adapun spesifikasi buku laporan
pendahuluan adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : LAPORAN PENDAHULUAN
 Jumlah Buku : 2 (dua) buku
 Ukuran Buku : A4
c. Draft Laporan Akhir, merupakan laporan akhir sementara yang merupakan
laporan Rencana Detail Tata Ruang yang diterapkan pada kawasan perencanaan
yang didalamnya memuat:
► Pengendalian dan arahan pembangunan fisik yang ditegaskan ke dalam
penetapan-penetapan tata ruang
► Penetapan program/indikasi program berupa matrik program yang akan
dilaksanakan dan di implementasikan di kawasan rencana.
Adapun spesifikasi buku Draft Laporan Rencana adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : DRAFT RENCANA
 Jumlah Buku : 2 (dua) buku
 Ukuran Buku : A4

d. Laporan Akhir, merupakan laporan akhir yang memuat penyempurnaan dari


laporan akhir sementara hasil rumusan forum seminar terbuka yang memuat input
atau outcome RDTR. Laporan ini ditulis secara sistematis dalam bentuk uraian
deskripsi, skema dan tabel-tabel yang dilengkapi dengan peta-peta dan gambar
ilustrasi.
Adapun spesifikasi buku Laporan Rencana adalah sebagai berikut:
 Judul Buku : RENCANA
 Jumlah Buku : 2 (dua) buku
 Ukuran Buku : A4

e. Laporan pendukung, yang berupa:


Album Peta Rencana (format A3) dengan ketentuan sebagai berikut:
 Judul Buku : ALBUM PETA
 Jumlah Buku : 1 (satu) buku
 Ukuran Buku : A3
 Skala Peta : 1 : 5.000

Anda mungkin juga menyukai