1
melanjutkan analisis Kern, kemudian mengaitkan kemungkinan penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram
Kuno di Jawa Tengah tersebut dengan kejadian vulkanik.
Sebagai kawasan yang memiliki keunikan alam dan kejadian bencana alam yang luar biasa pada
dekade waktu yang lalu, maka Kawasan Gunung Merapi juga masuk dalam pengaturan di Pemerintah
Pusat melalui Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi yang juga menjadi kawasan strategis nasional Kepentingan Fungsi dan Daya
Dukung lingkungan hidup. Dalam peraturan tersebut telah diatur pemanfaatan dan pengendalian ruang di
kawasan sekitar Bencana Alam Geologi hingga 20 tahun mendatang.
Pada Tahun 2017, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengeluarkan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah Kasultanan dan
Tanah Kadipaten dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan
Tanah Kadipaten yang sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa Gunung Merapi
merupakan salah satu satuan ruang strategis tanah kasultanan keprabon, yang berarti bahwa SRS Gunung
Merapi merupakan Satuan Ruang Strategis Tanah Kasultanan yang memiiki kriteria aspek filosofis,
historis, adat, saujana dan/atau cagar budaya serta mempunyai pengaruh sangat penting terhadap
pelestarian budaya, kepentingan sosial, kesejahteraan masyarakat dan/atau kelestarian lingkungan.
Dengan keistimewaan ini, SRS Gunung Merapi juga menjadi salah satu kawasan yang masuk dalam
kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan sosial budaya sesuai dengan amanat dalam Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2019-2039 pasal 80.
Dengan berdasarkan peraturan tersebut dan sebagai pengejawantahan dari pasal 80 tersebut,
maka perlu disusun Materi Teknis Strategi Pengembangan Wilayah SRS Gunung Merapi. Hal ini
nantinya akan menjadi pedoman dalam pengaturan pemanfaatan dan pengendalian ruang di SRS Gunung
Merapi hingga 20 tahun mendatang. Pedoman yang dimaksud dalam hal ini adalah agar materi teknis ini
dapat diacu sebagai bahan pertimbangan bagi review ataupun penyusunan tata ruang yang berada di
wilayah SRS Gunung Merapi.
I.2.2. TUJUAN
Tujuan Penyusunan Materi Teknis Strategi Pengembangan Wilayah Satuan Ruang Strategis
Gunung Merapi adalah:
1. Merumuskan arahan operasional teknis Strategi Pengembangan Wilayah Satuan Ruang
Strategis Gunung Merapi meliputi:
2
a) Pengembangan dan pengaturan sarana dan prasarana pemanfaatan ruang Satuan Ruang Strategis
Gunung Merapi untuk menjamin nilai strategis keistimewaan warisan budaya, kepentingan
sosial, kesejahteraan masyarakat dan/atau kelestarian lingkungan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
b) Peningkatan kualitas dan keberlanjutan nilai-nilai filosofis, lingkungan historis, adat, saujana
dan/atau cagar budaya yang terkandung dalam Satuan Ruang Strategis Gunung Merapi dalam
konstelasinya sebagai salah satu bagian dari keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
c) Pengintegrasian keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan baik pada skala ruang
wilayah Kabupaten Sleman maupun Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Merumuskan arahan pemberian izin pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif,
pengenaan sanksi dan rujukan teknis dalam penataan, pengembangan atau pemanfaatan
lahan pada Satuan Ruang Strategis Gunung Merapi.
3
5. Adanya potensi adat dan budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dan menjadi
daya tarik wisata. Hal ini juga berkaitan dengan keberadaan Gunung Merapi sebagai bagian dari
mitologi Jawa yang dipercaya oleh masyarakat setempat
6. Gunung Merapi memiliki nilai penting yang tidak ada di wilayah lain yaitu sebagai bagian dari poros
sumbu imajiner pembentukan kota Yogyakarta
7. Memiliki warisan dan cagar budaya yang mengelompok di Kawasan Kaliurang yang keberadaannya
masih dipertahankan baik bentuk dan pola permukimannya
8. Sebaran tanah kas desa dan tanah Sultan Ground yang cukup besar yaitu seluas 189,27 ha (SG) dan
488,81 ha (Tanah Kas Desa) yang bermanfaat bagi pengembangan kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat sekitar.
9. Adanya kegiatan ekonomi berupa UMKM dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada berperan
penting dalam kemandirian perekonomian masyarakat.
10. Daya tarik budaya dan alam menjadikan SRS Gunung Merapi berpeluang dalam upaya
pengembangan kegiatan pariwisata. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya tumbuh destinasi
wisata baru di Kawasan Lereng Merapi.
11. Elemen pembentuk geologi di SRS Gunung Merapi yang berupa endapan vulkanik berdampak bagi
pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat sekitar (potensi perkebunan, pertanian, dan
pertambangan).
12. Pola Permukiman perdesaan dengan RTH privat yang cukup besar berdampak pada terjaganya
sistem hidrogeologi kawasan sebagai resapan air.
13. Sex Ratio sebesar 185 yang menandakan bahwa penduduk di SRS gunung Merapi memiliki peluang
tenaga kerja yang lebih banyak dan sesuai dengan karakteristik SRS Gunung Merapi apabila
dilakukan pembatasan kegiatan permukiman pada wilayah tersebut (meminimalisir angka kelahiran)
14. Memiliki sebaran mata air yang cukup banyak dan salah satunya merupakan sumber air baku bagi
wilayah Kabupaten Sleman (mata air Umbulwadon)
15. Kemampuan ketahanan sosial masyarakat yang baik menghadapi kondisi wilayah yang merupakan
kawasan rawan bencana vulkanik.
Adapun selain potensi, terdapat permasalahan di SRS Gunung Merapi akibat adanya aktifitas buatan
manusia ataupun kondisi alam. Berikut permasalahan di SRS Gunung Merapi
1. Pertambangan pasir yang merusak lingkungan (perubahan bentang lahan, pengurangan vegetasi,
tidak sesuai aturan yang berlaku, dan pergeseran sosial masyarakat)
2. Pertumbuhan ekonomi yang besar pada wilayah SRS Gunung Merapi (baik dari sektor wisata
ataupun pertambangan) memicu kegiatan alih fungsi lahan yang mengakibatkan penurunan kualitas
sistem resapan air di wilayah DIY
3. Terdapat kawasan yang memiliki resiko kekeringan terutama kawasan yang berada di Kecamatan
Cangkringan
4. Adanya resiko bencana alam vulkanik terutama pada kawasan permukiman
5. Adanya dampak Pandemi COVID-19 yang mengancam keberlangsungan sektor pariwisata di SRS
Gunung Merapi yang kemudian berdampak pada kesejahteraan masyarakat
6. Keterbatasan prasarana air limbah, drainase, dan persampahan yang rawan merusak kualitas
lingkungan
7. Masih banyaknya bangunan warisan budaya yang tidak terawat dan rawan terhadap alih fungsi.
8. Masih kurangnya kepedulian usia dini terhadap kebudayaan di SRS Gunung Merapi yang merupakan
bagian dari pembentukan Kota Yogyakarta dan bagian dari adat tradisi Jawa.
4
I.7. PESERTA
Peserta kegiatan Workshop Penyusunan Materi Teknis Strategi Pengembangan Wilayah Satuan
Ruang Strategis Gunung Merapi terdiri dari:
A. Daftar Undangan Luring
1. Kepala Bidang Pengaturan dan Pembinaan Tata Ruang DISPERTARU DIY
2. Kepala Bidang Pelaksanaan dan Pengawasan Tata Ruang DISPERTARU DIY
3. Kepala Seksi Pengaturan Tata Ruang DISPERTARU DIY
4. Kepala Seksi Pembinaan Tata Ruang DISPERTARU DIY
5. Kepala Seksi Pelaksanaan Tata Ruang DISPERTARU DIY
6. Kepala Seksi Pengawasan Tata Ruang DISPERTARU DIY
7. Kurniawan Sanjaya, S.Si, M.A.
8. Titik Kurniawati, S.T., M.URP.
9. Yhani Chrismawati, S.Si., M.URP.
10. Isabella Fitria Andjanie, S.T.
11. Retno Palupi, S.PWK.
12. Tim Penyusun Materi Teknis Pengembangan Wilayah SRS Gunung Merapi
5
I.9. JADWAL ACARA
Jadwal kegatan Workshop Penyusunan Materi Teknis Strategi Pengembangan Wilayah Satuan
Ruang Strategis Gunung Merapi adalah sebagai berikut: