Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di

Provinsi Jambi. Pembangunan bidang pariwisata merupakan upaya pengelolaan

sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui potensi

wisata yang ada di Kabupaten Merangin. Potensi pengembangan bidang

pariwisata di Kabupaten Merangin memiliki 3 kategori yaitu, objek wisata alam,

objek wisata budaya dan objek wisata buatan. Wisata alam yang terdapat di

Kabupaten Merangin pada umumnya merupakan kawasan Geopark Merangin

Jambi.

Kawasan Geopark Merangin Jambi adalah suatu kawasan yang memiliki

konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan yang memiliki

tiga komponen yang dipadukan dalam keragaman yaitu keragaman alam Geologi,

keragaman hayati, dan keragaman budaya (Merangin. 2015:19). Geopark

memiliki pengertian suatu kawasan yang mengandung unsur keragaman Geologi

dan juga termasuk nilai Arkeologi, Ekologi dan budaya sehingga memanfaatkan

masyarakat untuk berperan penting dalam meningkatkan pengelolaan dari warisan

yang terkandung pada suatu kawasan Geopark (Badan Pengelola Geopark.

2015:19).

Keragaman geologi adalah suatu keunikan yang merupakan warisan yang

terdapat di suatu daerah yang memiliki kajian evolusi geologi, iklim dan tata guna

1
2

lahan. Keragaman Biologi adalah suatu keunikan yang terdapat pada sumber

daya biologi yaitu flora dan fauna yang terdapat pada daerah tersebut. Keragaman

Budaya merupakan keragaman yang terdapat pada kebudayaan dari masyarakat

sekitar yang merupakan hasil interaksi manusia dan lingkungannya. Secara

pemahaman keragaman Budaya dimaksud pemahaman masyarakat local sekitar

situs geologi dalam menyikapi kondisi alam yang menarik di sekitarnya (Badan

Pengelola Geopark. 2015:19). Oleh sebab itu, ketiga komponen ini merupakan

unsur penting dalam suatu konsep pengembangan kawasan Geopark menjadi

tempat pariwisata dengan memperhatikan ketiga komponen ini untuk dipadukan

dalam suatu pengelolaan yang berguna untuk melestarikan dan melindung warisan

tersebut secara maksimal.

Salah satu pengembangan Geopark Merangin Jambi yang merupakan

kawasan pariwisata merupakan Desa Air Batu. Desa Air Batu memiliki keunikan

pada warisan keragaman Geologi sebagai penunjang kegiatan Pariwisata dan juga

keragaman budaya yang merupakan tinggalan budaya materi dan kebudayaan

yang ada pada masyarakat Desa Air Batu. Di Desa Air Batu terdapat situs

geologi, situs budaya yaitu tinggalan budaya materi serta lingkungan yang masih

terdapat banyak Flora dan Fauna yang merupakan salah satu kawasan

Pengembangan Geopark Merangin Jambi.

Situs Geologi yang ada di Desa Air Batu adalah Batu Granitoid Air Batu

yang merupakan warisan Geologi. Batu ini dapat menunjukkan telah terjadinya

penerobosan terhadap batuan bersusun yang lebih tua sehingga patahan yang

terlihat merupakan terkikisnya batuan dengan serat dan juga sangat lapuk. Batu ini
3

memiliki usia sejak masa mesozoikum awal yaitu diawali dengan pembentukan

formasi granit. Batu ini terlihat lebih jelas dari jembatan gantung yang ada di Desa

Air Batu dan letaknya di pinggir sungai Batang Merangin yang merupakan tempat

awal dari permainan Arum Jeram yang melintasi Desa Air Batu hingga Desa

Biuku Tanjung. (Badan Pengelola Geopark. 2015:92).

Desa Air Batu juga memiliki tinggalan budaya materi yaitu bangunan yang

memiliki arsitektur tradisional yang disebut dengan Rumah Tuo. Rumah Tuo

yang ada pada Desa Air Batu ini memiliki arsitektur yang unik yaitu memiliki

arsitektur tradisional dengan bentuk dan motif yang mencirikan rumah tradisional

khas Kabupaten Merangin dengan motif lokal yang berbeda menghiasi pada setiap

rumahnya. Terdapat 4 bangunan rumah hunian yang memiliki arsitektur

tradisional di desa Air Batu yang masih digunakan sebagai tempat tinggal sampai

saat ini. Meskipun rumah ini telah mengalami perubahan namun tidak mengubah

bentuk asli dari arsitektur tradisionalnya.

Pada prinsipnya geopark merupakan pengembangan kawasan yang

mengupayakan prinsip-prinsip perlindungan, pendidikan dan penumbuhan

ekonomi lokal melalui Geowisata. Pada kawasan Geopark Merangin Jambi

memiliki keunikan pada keragaman Geologi dan juga Keragaman budayanya.

Kawasan Geopark Merangin Jambi memiliki flora fauna yang langka dan

dilindungi serta mengandung sejarah dari peradaban terdahulu. Kawasan geopark

Merangin Jambi telah dirancang dan diusullkan sebagai Unesco Global Geopark.

Untuk itu, perlu dilakukan rancangan pengembangan dan perlindungan kawasan


4

Geopark ini sebagai langkah yang tepat untuk pembangunan kawasan ini. (Badan

Pengelola Geopark. 2015:92).

Keberadaan Rumah Tuo di Desa ini memiliki potensi untuk dikelola lebih

lanjut dalam pengembangan kawasan Geosite Desa Air Batu. Apalagi Desa Air

Batu berada di dalam kawasan Geopark dan aspek budaya menjadi salah satu

komponen yang penting didalam pengelolaannya. Selain itu, prinsip

pengembangan geopark juga diupayakan untuk memperhatikan prinsip

perlindungan, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun

demikian, pengelolaan Rumah Tuo dalam ruang lingkup pengembangan geopark

juga harus mempertimbangkan regulasi dan kaidah di dalam pengelolaan sumber

daya budaya. Hal ini karena Rumah Tuo merupakan tinggalan budaya material

yang bernilai bagi masyarakat Merangin. Sejauh kajian pustaka yang dilakukan,

kajian Rumah Tuo ini hanya sebatas kajian pendataan arsitektural sebagaimana di

dalam laporan BPCB Jambi dan Dinas Kebudayaan. Sementara itu, aspek-aspek

dan strategi pengelolaannya belum dikaji. Padahal kajian ini sangat penting dalam

rangka memaksimalkan pemanfaatan Rumah Tuo dalam pengelolaan sumber daya

budaya sekaligus pengembangan kawasan Geopark. Oleh sebab itu, Rumah Tuo

Desa Air Batu dipilih menjadi objek kajian pada penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Pada uraian latar belakang di atas maka dirumuskan

permasalahan untuk menganalisis strategi pengelolaan Rumah Tuo Desa Air Batu

yaitu:
5

1. Bagaimana Nilai penting Arsitektur yang terkandung pada Rumah Tuo Desa

Air Batu bagi masyarakat?

2. Bagaimana strategi pengelolaan Rumah Tuo Desa Air Batu dalam

pengembangan kawasan wisata Geopark Merangin Jambi khususnya pada

Geosite Desa Air Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami nilai penting apa saja yang terkandung dalam arsitektur

Rumah Tuo Desa Air Batu bagi masyarakat.

2. Memberikan rekomendasi strategi pengelolaan Rumah Tuo Desa Air Batu

yang dapat bermanfaat dalam menunjang pengembangan kawasan wisata

Geopark Merangin Jambi khususnya pada Geosite Desa Air Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi sumber literature dan

strategi dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Geopark dalam komponen

keragaman Budaya di Desa Air Batu. Adapaun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat untuk penulis merupakan syarat pemenuhan tugas akhir untuk

Skripsi dengan melakukan penelitian tentang “Nilai Penting dan Strategi

Pengelolaan Rumah Tuo Desa Air Batu di kawasan wisata Geopark

Merangin Jambi”.

2. Manfaat untuk pemerintah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Merangin serta Badan Pengelola Geopark Merangin yaitu menjadi suatu


6

rekomendasi untuk pengelolaan Rumah Tuo sebagai karakteristik Rumah

Tradisional Kabupaten Merangin yang dapat dikembangkan dalam konsep

pengembangan kawasan Geopark Merangin Jambi menjadi tempat wisata

khususnya Pada Geosite Desa Air Batu.

3. Manfaat bagi masyarakat diharapkan dapat membantu pengembangan

Ekonomi dan Pengetahuan serta pemahaman terhadap warisan budaya

dalam konsep pengembangan Geopark untuk Pariwisata.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini secara administrative berada di Desa Air Batu, Kecamatan

Renah Pembarap Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dengan objek Rumah Tuo

berbahan kayu memiliki Arsitektur Tradisional yang ditemukan di Desa Air Batu.

Jarak antara Desa Air Batu dengan Geosite yang terdapat di Di Desa Air Batu

terletak tidak berjauhan, hanya saja Geosite terletak di aliran Sungai Batang

Merangin. Bahasan penelitian terfokus pada pemanfaatan sumber daya Arkeologi

yaitu Rumah Tuo yang memiliki Arsitektur Tradisional yang dapat digunakan

sebagai pengembangan komponen budaya dalam Geosite yang ada di Desa Air

Batu.

Ruang lingkup penelitian ini akan focus terhadap nilai penting arsitektur

yang dapat menggambarkan karakteristik arsitektur Rumah Tuo Kabupaten

Merangin sehingga dapat digunakan sebagai acuan strategi pengelolaan Rumah

Tuo yang ada di Desa Air Batu untuk pengembangan kawasan wisata Geopark

Merangin Jambi.
7

1.6 Alur Pemikiran

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah disampaikan, tulisan ini akan

mencoba mengolah data dari literature dan kualitatif yang akan dijabarkan dalam

bentuk deskripsi dengan beberapa data yang diambil saat dilapangan. Tidak hanya

kajian Arkeologis saja namun data Geologi dan sejarah dapat mendukung dalam

penulisan ini juga akan digunakan.


8

Rumah Tuo

Geosite Desa Air Batu

Keragaman Keragaman Keragaman


Geologi Budaya Biologi

Rumah Tuo

Identifikasi potensi nilai


Arsitektur penting

Strategi
pelestarian

pengembangan pemanfaatan Perlindungan

Geopark Merangin
Jambi

Bagan 1. 1 Alur Pemikiran.


9

1.7 Alur Penelitian

Pengumpulan Data

Observasi Studi Pustaka Wawancara

Pengolahan
Data

Deskripsi Klasifikasi
Arsitektur komponen
arsitektur

Analisis data

Identifikasi nilai
penting

Analisis S.W.O.T.

kesimpulan

Bagan 1. 2 Alur Penelitian.


10

1.8 Tinjauan Pustaka

1.8.1 Penelitian Terdahulu


Sigit dan tim (2013), laporan registrasi peninggalan sejarah dan purbakala di

Kabupaten Merangin. Penelitian ini merupakan pendataan peninggalan sejarah

yang merupakan data arkeologi di Desa Air Batu. Pada laporan penelitian terdapat

beberapa data mengenai Rumah Tradisional yang ada di Kabupaten Merangin.

Laporan ini memperlihatkan perbedaan yang terdapat rumah tradisional

Kabupaten Merangin yang terdapat pada satu wilayah yang sama. Di Desa Air

Batu terdapat 7 rumah tardisional yang memiliki bentuk serta motif yang berbeda.

Laporan penelitian belum dilakukan lanjutan mengenai arsitektur dan penetapan

sebagai Cagar Budaya (Sigit, 2013).

1.8.2 Penelitian Relevan


Gusti dkk, (2019) Pengembangan Eco-geotourism Geopark Merangin

Jambi. Penelitian ini merupakan upaya pengelolaan sumber daya Geologi yang

memiliki perencanaan yang dapat menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat.

Pengembangan eco-geotourism adalah salah satu upaya mengembangkan sumber

daya geologi berkelanjutan dengan menyeimbangkan aspek Ekonomi,

Lingkungan dan Social. Dalam hal ini penelitian ini memiliki kesamaan pada

penelitian yang akan dilakukan adalah memiliki permasalahan dalam upaya

pengembangan Geopark Merangin dalam konsep pelestarian pariwisata.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada objek penelitian yaitu

keragaman budaya pada objek Rumah Tuo (Gusti dkk, 2019).

Ahmadi, (2022) penelitian Arsitektur Rumah Tradisional H. Husein di Desa

Madras. Penelitian mengenai arsitektur Rumah H. Husein di Desa Madras


11

merupakan salah satu tinggalan arkeologi dalam bentuk bangunan rumah. Rumah

tradisional ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu bentuk atap rumah memiliki

bentuk seperti tanduk Kambing dan gaya arsitektur pada rumah ini mencerminkan

adanya pengaruh akulturasi budaya Minangkabau, yang memperlihatkan ukiran

“Itiak Pulang Patang” serta dapat menggambarkan pola pendirian Rumah Larik

yang juga terdapat pada daerah Kerinci. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

arsitektur Rumah H. Husein dan kearifan lokal arsitektur vernakular di Rumah

Tradisional H. Husein. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah memiliki kesamaan pada objek yaitu rumah Tradisional yang

terdapat di daerah Kabupaten Merangin(Ahmadi 2022).

Ashori, (2022) penelitian Rumah Tradisional Desa Peradun Temeras yang

merupakan Rumah Tuo yang ada di desa Peradun. Penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui bentuk arsitektur Rumah Tradisional Peradun Temeras dan juga

untuk mengetahui tradisi sebelum pembangunan rumah tersebut. Dari penelitian

ini dapat diketahui bahwa arsitektur Rumah Tradisional Peradun Temeras

memiliki gaya, karakteristik, bentuk dan fungsi bangunan berawal dimulai dari

sebuah kebutuhan primer yang memiliki keunikan dalam tradisi sebelum

pembangunan rumah tradisional di bangun yang masih berlangsung hingga saat

ini. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

memiliki kesamaan pada objeknya yaitu rumah Tradisional yang terdapat di

daerah Kabupaten Merangin(Ashori, 2022).

Ritonga dkk (2018). Pemetaan objek Geologi di sepanjang Sungai

Mengkarang: Guna pengembangan aset Geowisata di Geopark Mengkarang


12

Purba, Desa Bedeng Rejo, Kabupaten Merangin, Jambi. Penelitian ini merupakan

pemetaan fenomena Geologi di sekitar sungai Mengkarang dengan tujuan untuk

mengetahui jumlah objek fenomena Geologi serta bentukan topografi yang ada di

daerah tersebut guna pengembangan tempat tujuan wisata masyarakat (Magdalena

dkk, 2019).

Luthfi (2012), Potensi Arkeologi dan Pengembangan wisata kawasan

Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan identifikasi

Potensi Arkeologi di Kawasan Cisolok yaitu terdapat Tinggalan Tradisi Budaya

Megalitik yang dapat dikembangkan sebagai Objek Pariwisata. Sehingga sumber

daya Budaya tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Pada Penelitian

ini memiliki kesamaan pada potensi alam yang mendukung pengembangan wisata

di Kawasan Cisolok yang juga mengandung sumber daya budaya sehingga dapat

dikembangkan menjadi suatu objek wisata minat khusus di Kabupaten Sukabumi

(Luthfi, 2012).

Aldi (2022), “Keris Sigindo Kuning Pusaka Marga EX Peratin Tuo Dalam

Kajian Potensi Nilai-Nilai Penting, Merangin (kajian potensi Nilai-nilai

penting)”. Penelitian ini focus kepada menentukan potensi nilai penting yang

terkandung pada Keris Sigindo Kuning yang merupakan tinggalan leluhur

masyarakat Marga EX Peratin Tuo yang tersebar di wilayah Desa Dusun Tuo

Kabupaten Merangin. Penelitian ini memiliki relevan pada focus penelitian untuk

mendapatkan nilai penting yang terkandung pada suatu tinggalan budaya

masyarakat setempat (Aldi Saputra,2019).


13

Ayu dan Yusran, (2019), Penilaian Keaslian De Tjolomadoe Menggunakan

Instrumen Nara Grid. Penelitian ini merupakan evaluasi keaslian dari bangunan

bekas pabrik gula Tjolomadoe yang terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Pabrik

Gula ini merupakan Bangunan Cagar Budaya yang dibangun pada tahun 1861 atas

permintaan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV kepada

pemerintah Belanda. Bangunan ini tidak digunakan selama 20 tahun, sehingga

pada tahun 2017 direvitalisasi menjadi Cultural Centre dan Comercial Area yang

telah dipertimbangkan oleh pemerintah dan tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa

Tengah. Pada penelitian ini mendapat tujuan yaitu keaslian bangunan bekas pabrik

gula masih dipertahankan. Penggunaan bangunan ini juga beralih fungsi tetapi

tidak menghilangkan sejarah fungsi keaslian dari bangunan ini. Penelitian ini

memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah upaya

pengelolaan bangunan cagar budaya pada konteks pariwisata yang akan

mewujudkan pelestarian pada bangunan (Ayu & Yusran, 2019).

1.9 Kerangka Teori

1.9.1 Manajemen Sumberdaya Budaya


Dalam ilmu arkeologi terdapat pengelolaan Sumberdaya Budaya atau

Cultural Resource Management. Manajemen sumberdaya budaya merupakan

suatu pendekatan kontemporer dalam melaksanakan kegiatan merencanakan,

perlindungan, pelestarian, pengembangan serta pemanfaatan dengan tujuan

pelestarian warisan budaya kepada masyarakat luas. Menurut Scovill warisan

budaya adalah semua bukti-bukti fisik atau sisa-sisa budaya yang ditinggalkan

manusia masa lampau pada bentang alam tertentu yang berguna untuk
14

menggambarkan, menjelaskan, dan memahami tingkah laku manusia masa

lampau dan interaksi mereka sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

perubahan system budaya dan alamnya (Tanudirjo, n.d. ) .

Suatu proses pengelolaan cagar budaya di atur dalam Undang-undang

cagar budaya no 11 tahun 2010. Menurut Undang-undang no 11 tahun 2010 Cagar

budaya, Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda

Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar

Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar

Budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi dan adaptasi secara

berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian.

Suatu situs mendapatkan perlindungan hukum untuk dilestarikan dan

dimanfaatkan karena dapat dijadikan dasar bagi upaya kita memajukan

kebudayaan dengan cara memanfaatkan dengan memperhatikan fungsi ruang dan

perlindungannya. Yang dimaksud fungsi di sini adalah benda atau bangunan cagar

budaya yang memiliki status kepemilikan perseorangan tidak berfungsi untuk

kepentingan pribadi saja tetapi juga untuk kepentingan umum, misalnya untuk

kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, pariwisata, agama, sejarah

dan kebudayaan (Prasodjo, 2004)

1.9.2 Nilai Penting


Melestarikan Warisan Budaya tidak hanya di ukur dalam bentuk fisiknya

saja, tetapi juga di ukur dari Nilai Penting yang terkandung dalam Suatu objek
15

Warisan Budaya maupun Cagar Budaya. Pada penelitian ini Pendekatan

Identifikasi Nilai Penting yang terkandung dalam Objek Penelitian bertujuan

untuk mendeskripsikan kriteria Nilai penting, identifikasi objek mengenai Nilai

penting arsitektur yang terkandung pada Rumah Tuo.

Daud Aris Tanudirjo (2004) dalam makalahnya yang berjudul “ Penetapan

Nilai Penting Dalam Pengelolaan Benda Cagar Budaya” potensi Nilai Penting

terhadap Sumber daya Budaya maupun Benda Cagar Budaya tidak memiliki

kriteria khusus hal ini ditentukan pada kondisi Benda Cagar Budaya maupun

Sumber daya Budaya berdasarkan hasil Pengamatan. Nilai penting yang

terkandung dalam Objek Penelitian merupakan acuan untuk pelestarian Sumber

daya budaya dengan cara memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat luas.

Menurut Daud Aris Tanudirjo mengatakan bahwa nilai penting warisan

budaya tidak hanya ditentukan oleh kondisinya masing-masing tetapi juga

keterkaitannya satu dengan lainnya atau disebut juga dengan konteks. Menurut

Daud Aris Tanudirjo belum ada kriteria khusus dalam penentuan nilai penting

suatu warisan budaya (Tanudirjo, 2004).

Menurut Burra Charter yang merupakan piagam yang dikeluarkan oleh

ICOMOS 1981 dan direkomendasikan oleh UNESCO. Pelestarian memiliki

tujuan untuk mempertahankan dan memulihkan signifikansi budaya suatu tempat

yang harus menyertakan jaminan keamanan serta keselamatan objek,

pemeliharaannya, kelestariannya dan keutuhannya (Kebudayaan, 2015). Pada

prinsip pelestarian ini dapat menggambarkan karakter arsitektural pada pelestarian

bangunan dapat dilihat dari nilai penting yang ada pada bangunan yang memiliki
16

makna kultural, sejarah dan keindahan sehingga dapat dilestarikan dengan cara

pemanfaatan, penelitian dan pengembangan.

Merujuk prinsip pelestarian dalam Burra Chapter bahwa nilai penting

dapat dilihat dari dua sudut pandang. Nilai penting alam (natural significance)

yaitu jika sumber daya budaya menjadi penting karena bentang alam yang unik,

menunjukkan proses alam yang unik dan dianggap penting, mengandung

keberagaman hayati yang tinggi dan ekosistem yang khas. Nilai penting budaya

(siginicance cultural) yaitu lima nilai penting yang mengandung nilai sejarah,

ilmu pengetahuan, arsitektur dan social. ( Pearson & Sullivan, 1995:134-170

dalam Aldi 2022:113)

1.10 Metode Penelitian

Penelitian ini akan terfokus pada pembahasan upaya pelestarian Rumah

Tuo yang terdapat di Desa Air Batu yang merupakan kawasan pembangunan

Geosite dalam konteks pariwisata. Penelitian ini akan membahas aspek-aspek dan

unsur yang terdapat pada nilai penting pada Rumah Tuo yang merupakan sebagai

komponen keragaman budaya yang terdapat di geopark Merangin Jambi sebagai

upaya pengembangan pariwisata. Pada penelitian ini menggunakan data primer

dan sekunder yang didapat langsung pada proses pengumpulan data di lapangan

serta data kepustakaan mengenai objek penelitian.

1.10.1 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan pada penelitian yang akan dilakukan ialah data

primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan berupa data Arkeologi dan
17

hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Data primer merupakan deskripsi

dari arsitektur rumah tradisional yang terdapat di desa Air Batu dan potensi

keragaman Geologi yang terdapat di Geosite Air Batu. Data sekunder merupakan

data hasil studi pustaka mengenai objek penelitian berupa buku, artikel, jurnal dan

berita yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data primer merupakan data yang akan dilakukan melalui observasi

pengumpulannya saat di lapangan. Data tersebut berupa deskripsi dari arsitektur,

bentuk dan ukuran Rumah-rumah Tradisional di Desa Air Batu dalam bentuk

gambar dari potensi keragaman Geologi yang terdapat di Geosite Air Batu.

Wawancara yang dilakukan saat penelitian melibatkan kepala desa, pemilik

rumah, tetua adat dan perwakilan komunitas Air Batu River yang memiliki focus

pada pelestarian pariwsata dan sejarah Desa Air Batu.

Data sekunder berupa data pendukung dalam penelitian ini berupa tulisan-

tulisan yang berhubungan dengan kesamaan dari data primer yang ada pada

wilayah ini. Studi pustaka merupakan data tertulis mengenai objek dan tema

penelitian yang dapat menjadi informasi dalam menjawab permasalahan

penelitian.

1.10.2 Pengolahan data

Data yang dikumpulkan pada tahap pengumpulan data akan diolah dengan

cara dianalisis menggunakan pendekatan identifikasi nilai penting dan juga

analisis S.W.O.T. analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif interaktif proses ini diharapkan dapat menggambarkan upaya


18

pengelolaan Rumah Tuo sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan

wisata Geosite Desa Air Batu. Analisis data adalah suatu tahapan pada penelitian

ini untuk memilah data dan mengelompokkan data yang didapat agar dapat

memberikan informasi untuk menyusun penjelasan terhadap permasalahan yang

akan dijawab pada penelitian ini.

A. Identifikasi Nilai Penting

Pendekatan Nilai Penting yang terkandung dalam Warisan Budaya Berupa

Bangunan Rumah Tuo di Desa Air Batu bertujuan untuk mengidentifikasi objek

dan menjelaskan potensi yang terkandung seperti Nilai Sejarah, nilai Penting

Kebudayaan dan Nilai Penting Arsitektur. Sehingga dari Pendekatan ini dapat

menjadi landasan dalam pelestarian Rumah Tuo sebagai sarana masyarakat untuk

mengembangkan warisan budaya yang memiliki potensi nilai penting untuk

dilestarikan.

Penentuan nilai penting pada objek penelitian merujuk pada pendapat yang

disimpulkan oleh Daud Aris Tanudirjo dalam makalahnya pada rapat penyusunan

standarisasai kriteria yang berjudul “Melestarikan Warisan Budaya Kita”

disampaikan Penulis merujuk pada menyusun Beberapa rumusan dalam

menentukan nilai penting pada arsitektur rumah Tuo menggunakan pandangan

para ahli yang memiliki kriteria sebagai berikut:


19

Tabel 1. 1 kriteria Penetapan Nilai Penting

No. Nilai Penting Sejarah Nilai Penting Ilmu Pengetahuan Nilai Penting Arsitektur Nilai Penting Kebudayaan
1. Sumber daya budaya dapat menjadi Sumber daya budaya yang memiliki potensi Sumber daya budaya yang Sumber daya budaya memiliki potensi
bukti yang berbobot dari persitiwa untuk diteliti lebih lanjut dalam bidang memiliki potensi untuk diteliti sebagai wujud kebudayaan.
yang terjadi pada masa lalu. keilmuan tertentu. lebih lanjut dalam bidang
keilmuan tertentu.
2. Sumber daya budaya berkaitan erat Sumber daya budaya yang dapat diteliti lebih Sumber daya budaya yang Sumber daya budaya yang memiliki
dengan tokoh-tokoh lanjut dalam bidang ilmu arkeologi. memiliki arsitektur tradisional. potensi estetik yang mempunyai
sejarah/merupakan tinggalan tokoh kandungan unsur keindahan baik yang
dalam bidang tertentu terkait seni rupa, sehi hias dan seni
bangunan.
3. Sumber daya budaya berkaitan dengan Sumber daya budaya yang dapat diteliti lebih Sumber daya budaya yang Sumber daya budaya yang memiliki
tahap perkembangan ilmu lanjut dalam bidang arsitektur. memiliki bentuk estetika yang potensi public yang dapat
pengetahuan dan teknologi yang merupakan wujud kebudayaan dikembangkan sebagai sarana dalam
mewakili salah satu tahapan penting. dalam bentuk arsitektur. fasilitas khalayak ramai.
4. Sumber daya budaya berkaitan erat Sumber daya budaya yang memiliki potensi Sumber daya budaya yang Sumber daya budaya yang dapat
dengan tahap perkembangan suatu untuk diteliti lebih lanjut dalam bidang epigrafi. merupakan bangunan dengan berpotensi dalam memahami latar
tahapan kehidupan. arsitektur dengan kearifan lokal. belakang kehidupan social, sistem
kepercayaan, dan mitologi yang
merupakan jati diri suatu komunitas
tertentu.
20

B. Analisis S.W.O.T

Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT yang akan digunakan untuk

menganalisis data potensi keragaman budaya dan juga keragaman geologi yang bisa

dimanfaatkan dalam pembangunan geosite di Desa Air Batu. Analisis SWOT merupakan

singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan

threats (ancaman). Kegunaan analisis SWOT diharapkan dapat menentukan cara terbaik

dalam merencanakan strategi pengelolaan.

1.10.3 Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penelitian ini. Penarikan

kesimpulan didapat dari hasil analisis data dan dalam tahap metode penelitian untuk

mendapat strategi pelestarian Rumah Tuo Desa Air Batu secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai