Anda di halaman 1dari 52

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan kuliah kerja adminisistrasi (KKA) merupakan salah satu mata kuliah
wajib dengan bobot 4 SKS bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Administrasi Negara yang ada di Universitas Ratu Samban Arga
Makmur Bengkulu Utara. Alasan diadakan Kuliah Kerja Administrasi (KKA) adalah
cara mererapkan untuk memberikan pengalaman bagi para mahasiswa untuk
menerapkan dan memperluas pengetahuan serta wawasan pada kegiatan nyata di bidang
stdi masing-masing dan bentuk peningkatan juga pengembangan yang terangkum dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
pengabdian Masyarakat.
Wisata alam, atau berbasis alam, mencakup setiap jenis wisata-wisata
massal, wisata pertualangan, ekowisata yang memanfaatkan sumber daya alam
dalam bentuk yang masih lain dan alami, termasuk spesies, habitat, bentangan alam,
pemandangan dan kehidupan air laut dan air tawar. Wisata alam adalah perjalanan
wisata yang bertujuan untuk menikmati kehidupan liar atau daerah alami yang
belum dikembangkan. Wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan
menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif, sampai kegiatan
fisik seperti wisata petualangan yang sering mengandung resiko.
Berbagai konsep dan definisi yang berkembang secara generik, ekowisata
merupakan konsep tentang perjalanan wisata yang berbasiskan pada alam yang
mengandung dimensi learning dan mengandung pesan pembangunan berkelanjutan
(Weaver ,2001). Suatu konsep yang sangat ideal, dalam perspektif ranah manajemen
wisata pada umumnya termasuk ekowisata akan meliputi tiga komponen yaitu place
sebagai lanskap wilayah dengan eco-lodge-nya dan produk (destinasi) ekowisata,
pengunjung dan masyarakat lokal (host community) (Mason, 2003).
Ekowisata menuntut persyaratan tambahan bagi pelestarian alam. Dengan
demikian ekowisata adalah “Wisata alam berdampak ringan yang menyebabkan
terpeliharanya spesies dan habitatnya secara langsung dengan peranannya dalam
pelestarian dan atau secara tidak langsung dengan memberikan pandangan kepada
masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat setempat dapat menaruh nilai, dan

1
melindungi wisata alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan
(Goodwin, 1997:124)”.
Berdasarkan observasi beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Bengkulu
Utara khususnya yang memiliki konsep ekowisata masih terdapat banyak sekali
kekurangan, salah satunya adalah terkait dengan pengelolaan atau manajemennya yang
masih dilakukan secara sederhana sehingga menyebabkan minimnya jumlah kunjungan
wisatawan, hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan studi terkait dengan
pengelolaan ekowisata di daerah lain.
Pengelolaan atau manajemen ekowisata yang kami pilih yaitu wilayah ekowisata
desa Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Selo terletak di
area kaki gunung Merapi Mebabu sebelah timur.
Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi)
yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung
ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten
Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di lereng sebelah
utara, Provinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam


sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat
pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15.
Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu"
(abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda. Gunung ini pernah meletus
pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan

2
tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu
berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Kecamatan ini rentan terhadap bahaya letusan gunung. Di Selo terdapat banyak
jenis sayuran, terutama kobis atau kol. Ada sayuran khas, yaitu adas. Adas adalah
jenis tanaman musiman yang lezat untuk dibuat pecel. Daun adas mirip daun cemara.
Di Selo juga banyak tanaman tembakau dan peternakan sapi perah.

Kawasan ini merupakan kawasan wisata alam dengan pemandangan gunung di


utara dan selatannya. Objek wisata yang ditawarkan antara lain pendakian
gunung, outbound, dan New Selo (Pos Pengamatan Gunung Berapi). Di Selo juga
terdapat kesenian tradisional antara lain Topeng Ireng, Jatilan, Reog
Ponorogo, Ketoprak dan masih banyak kesenian lainnya.

Di Desa Selo juga terdapat sumber mata air yang sering disebut oleh masyarakat
dengan sebutan "Tuk Babon". "Tuk Babon" adalah sumber mata air yang menghidupi
sebagian besar penduduk di Kecamatan Selo dan sebagian penduduk di
Kecamatan tetangga yaitu Kecamatan Cepogo.

3
Di salah satu dusun di Desa Selo, tepatnya di Dusun Sepandan Wetan terdapat
wisata alam yang sampai saat ini tidak terawat yaitu "Goa Lowo dan Goa Song" yang
konon pada zaman pemberontakan MMC (Merapi Merbabu Complex). Tempat ini
dijadikan tempat penyimpanan Kitab Suci Al Qur'an dan juga sebagai persembunyian
warga dari serangan pemberontakan MMC. Dan konon pada zaman dahulu tepat di
depan pelataran "Goa Song" tersebut terdapat seonggok batu yang sebenarnya adalah
seonggok emas. Tetapi seonggok batu tersebut sekarang sudah tidak bisa dijumpai.
Menurut cerita, seonggok batu itu sudah diambil oleh Raja Kasunanan Surakarta Sri
Susuhunan Pakubuwono VIII untuk diboyong ke Kraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat.

Di Dusun itu terdapat Makam "Ki Ageng Sekar Alas" yang masih merupakan
saudara seperguruan "Ki Kebo Kanigoro". Sampai saat ini, makam tersebut masih
banyak dikunjungi oleh para peziarah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengupas dan membuat
senuah penelitian dalam bentuk proposal yang berjudul ”Pengelolaan Ekowisata dilihat
dari sudut manjemennya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permaslahan yang diangkat oleh penulis


adalah:
1. Bagaimana sistem manajemen pengelolaan ekowisata di Desa Selo
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
2. Bagaimana peningkatan taraf ekonomi masyarakat sekitar ekowisata di Desa
Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
3. Apa saja jenis bantuan pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia
dan sarana prasarana daerah ekowisata.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tata kelola objek ekowisata didesa Selo Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali.

4
2. Mendidik wisatawan; Meningkatkan kesadaran dan penghargaan akan
lingkungan dan budaya; bermanfaat secara ekologi, sosial, ekonomi;
memudahkan penentu kebijakan dalam menyusun kebijakan.
3. Mengimplementasikan pengelolaan ekowisata Desa Selo untuk di adopsi
oleh pengelola ekowisata di Kabupaten Bengkulu Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Teoritis
Hasil dari penelitian ini adalah dapat member manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi Desa-desa yang ada objek ekowisata di Kabupaten Bengkulu
Utara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan dan
pengalaman serta pemahaman suatu fakta dilapangan dengan ilmu yang
didapat dalam banku kuliah.
b. Bagi Desa Selo Kecamatan Selo
Hasil Penelitian dapat digunakan untuk sumbangan pemikiran penilaian
tentang tata kelola menejerial bagi pengelola ekowisata Desa Selo.
c. Bagi Universitas Ratu Samban
Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitaian ini
diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan Universitas
Ratu Samban tentang pengeloalaan ekowisata di Desa Selo Kecamatan
Selo Kabupaten Bengkulu Utara.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar memperjelasan masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka penulis membatasi ruang
lingkup penelitian ini tentang:
a. Objek/ sasaran penelitian adalah tatakelola manajemen ekowisata di
Desa Selo Kabupaten Boyolali.
b. Lokasi/ tempat penelitian di Desa Selo Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali.
c. Waktu Penelitian adalah mulai tanggal 29 November sampai dengan
4 Desember 2019.

5
Bab II.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori


Ekowisata berbasis lingkungan atau berkelanjutan memiliki berbagai definisi
dan yang dirumuskan oleh para ahli. Beberapa konsep pariwisata berkelajutan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan wisata yang mempertemukan kepentingan pengunjung dan penerima
dengan menjaga kesempatan bagi generasi mendatang untuk dapat pula
ikutmenikmati wisata ini.Untuk itu diperlukan adanya sebuah pengelolaan tertentu
atas lingkungan dan sumber daya yang tersedia agar dapat memenuhi kepentingan
ekonomi, social dan estetika, dan tetap menjaga integritas budaya, proses ekologis
yang penting, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO,
2002).
b. Pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah
pembangunan yang harus di dukung ecara ekologis dalam jangka panjang, dan
sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan social terhadap masyarakat
(Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula, 1995)
c. Semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang
memelihara integritas lingkungan, social, ekonomi, dan kesejahteraan dari sumber
daya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama (Federation of
Nature and National Parks, 1993)
d. Pariwisata yang memperhatikan kemampuan alam untuk regenerasi dan
produktivitas masa datang. Selain itu juga mengenali kontribusi dari masyarakat
dan komunitas, adat, gaya hidup yang berpengaruh pada pengalaman wisatawan
serta mengakui bahwa penduduk lokal juga harus menerima hak yang sama dari
keuntungan ekonomi yang timbul dari kegiatan wisata. (Tourism Concern &
WWF, 1992)
Selanjutnya berdasarkan definisi tersebut, [ CITATION Hid03 \l 2057 ] dalam
bukunya yang berjudul “Ekowisata: Pembelajaran dari Kalimantan Timur”
menyimpulkan bahwa kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

6
a. Secara Ekologis Berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan
efek negatif bagi ekosistem setempat. Selai itu, konservasi merupakan kebutuhan
yang harus diupayakan untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan dari
efek negatif kegiatan wisata.
b. Secara sosial dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk lokal
untuk menyerap usaha pariwisata (industri dan wisatawan) tanpa menimbulkan
konflik sosial.
c. Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi
dengan budaya wisatawan yang berbeda dengan budaya lokal.
d. Secara ekonomi menguntungkan, yaitu keuntungan yang di dapat dari kegiatan
pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada dasarnya, ide utama dari patiwisata berkelanjutan adalah kelestarian sumber
daya alam dan budaya. Sumber daya baik itu alam maupun budaya menjadi kebutuhan
setiap mahluk hidup guna memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan demikian sumber
daya ini harus dipelihara dan dilestarikan agar tetap dapat digunakan di masa yang akan
datang. Kemudian, dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, sumberdaya
dimanfaatkan untuk memberikan keuntungan yang optimal bagi pemangku kepentingan
termasuk keterlibatan/partisipasi masyarakat lokal dan nilai kepuasan yang optimal bagi
wisatawan dalam jangka panjang [ CITATION Dam061 \l 2057 ].

2.2 Ekowisata

Ekowisata merupakan aktivitas kepariwisataan yang menjadikan sumberdaya


alam sebagai sebagai pusat perhatiannya, hal ini yang membedakannya dengan wisata
konvensional (pariwisata missal). Ekowisata merupakan salah satu implementasi dari
pariwisata berkelanjutan. Masyarakat Ekowisata Internasinal mendefinisikan sebagai
perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas
that conserves the environment and improves the well-being of local people)
(TIES,2000). Panos dalam [ CITATION Dam061 \l 2057 ] mendefinisikan ekowisata adalah
bentuk industry pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi
kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan
serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri.

7
TIES, 2000 mengidentifikasikan beberapa prinsip ekowisata, yakni sebagai berikut:
a. Mengurangi dampak negative berupa kerusakan atau pencemaran lingkungn dan
budaya lokal akibat kegiatan wisata.
b. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi
wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.
c. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat
lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam
pemeliharaan atau konservasi ODTW.
d. Memberikan keuntungn finasial secara langsung bagi keperluan konservasi
melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal
dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
f. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi social, lingkungan dan politik di daerah
tujuan wisata.
g. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan
kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi
wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan
disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.
Berbeda halnya dengan prinsip di atas, Fennell (1999; 39-41) menyebutkan bahwa
terdapat 6 prinsip dasar ekowisata, yaitu:
a. Meminimalisir dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat lokal
b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pada pengunjung maupun
penduduk lokal.
c. Berfungsi sebagai sarana edukasi dan penelitian bagi para akademisi maupun
peneliti.
d. Memberikan dampak positif berupa kontribusi langsung untuk kegiatan
konservasi yang melibatkan berbagai stakeholders.
e. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan
ekowisata.
f. Memberi manfaat ekonomi bagi penduduk lokal di kawasan ekowisata.

8
Melengkapi prinsip kelima dari Fennel, Steck dan kawan-kawan (1999) dalam
[ CITATION Dam06 \l 1057 ] mengelompokkan partisipasi masyarakat kedalam tiga bagian
yaitu partisipasi langsung, partisipasi tidak langsung, dan tidak berpartisipasi. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui derajat keterlibatan mereka dalam pengelolaan usaha
pariwisata, seperti disederhakan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Partisipasi Masyarakat
Sifat
Parameter
Partisipasi
Langsung 1. Masyarakat bekerja di dalam proyek (pemandu wisata,
karyawan akomodasi/restoran)
2. Masyarakat sebagai pengusaha atau pengelola jasa
akomodasi atau restoran, atraksi, dan transportasi di
dalam kawasan proyek (ekowisata)
3. Masyarakat menikmati peluang untuk memperoleh
pendidikan dan pelatihan pengelolaan proyek
(ekowisata)
Tidak Langsung 1. Masyarakat sebagai suplier bahan
kebutuhan proyek ekowisata dalam bentuk
a. Bahan pangan (sayur-mayur, buah-buahan, daging,
bunga, dsb)
b. Bahan bangunan (ijuk, bambu, kayu, anyaman)
c. Kerajinan tangan (anyaman)
Tidak 1. Masyarakat mendanai sendiri
Berpartisipasi infrastruktur di sekitar lokasi proyek
2. Masyarakat membayar sendiri biaya
pemanfaatan kawasan proyek, (karcis masuk, lisensi
fotografi, dll)

Terkait partisipasi masyarakat, Damanik & Weber [ CITATION Dam06 \p 106 \n \t


\l 1057 ] juga menyebutkan bahwa partisipasi harus memberdayakan masyarakat untuk
menjadi salah satu penentu tahapan-tahapan proyek ekowisata, namun sekaligus juga
membelajarkan mereka untuk memiliki tanggung jawab maupun komitmen dan
berorientasi pada hasil. Dengan demikian proyek ekowisata dapat bersinergi dengan
masyarakat melalui partisipasi aktif.

2.3 Hipotesis

Pengembangan pariwisata dipandang sebagai bentuk sebuah pembangunan.


Dalam pengembangannya, maka perlu dilandasi dengan konsep dan prinsip-prinsip
berkelanjutan. Ekowisata Desa yang merupakan salah satu implementasi dari pariwisata

9
berkelanjutan di Indonesia. Dimana ekowisata ini telah menenuhi konsep keberlanjutan
yang mencakup pelibatan partisipasi masyarakat Br.Desa dalam pengelolaan dan
pengembangannya, manfaat ekonomi yang didominasi dengan kesempatan berusaha
bagi masyarakat Br.Desa, serta tetap menjaga lingkungan alam melalui pengoptimalan
fungsi lahan pertanian sehingga wisatawan dapat menikmati alam di ekowisata ini
dengan petualangan trekking di tengah perkebunan. Melalui upaya tersebut, masyarakat
di Ekowisata Desa ini telah mampu mensinergikan sektor pertanian dengan sektor
pariwisata.

Terkait hal tersebut, penulis berharap Ekowisata Desa dapat lebih dikembangkan
melalui potensi-potensi yang dimilikinya. Serta kesadaran masyarakat dalam menjaga
dan melestarikan sumberdaya yang ada dapat dipertahankan. Dengan demikian,
Ekowisata Desa tetap menjadi ekowisata yang berkelanjutan dengan manfaat yang dapat
dinikmati oleh masyarakat sekarang dan generasi yang akan datang.

10
BAB III.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan elaborasi konsep mengenai pariwisata berkelanjutan dan ekowisata,
penulis selanjutnya merumuskan kerangka metode penelitian sebagai berikut. Dengan
demikian pemaparan dalam tulisan ini lebih sistematis.
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

Manajemen Ekowisata

Ekonomi Lingkungan Sosial Budaya

Ekowisata Pedesaan

Manajemen Ekowisata: Taraf Kehidupan Partisipasi/ Dukungan:


1. Struktur Organisasi Masyarakat 1. Partisipasi Masyarakat
Pengelolaan. 2. Partisipasi Pemerintah
2. Sistem Informasi. 3. Partisipasi Investor
3. Sistem Transfortasi
4. Sistem Keuangan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis di Ekowisata Pedesaan.


Penulis sempat melakukan penelitian secara langsung mengenai dampak partisipasi
masyarakat terhadap keberlanjutan Ekowisata Suatu Desa pada tahun 2017 yang lalu.
Lebih lanjut, untuk memperkuat daya identifikasi pada tulisan ini, penulis menggunakan
beberapa data dari hasil penelitian tersebut serta dilengkapi oleh hasil penelitian empiris
yang dilakukan oleh para penstudi dan pakar-pakar yang telah mengkaji topik penelitian
ini.

11
Selain itu, penulis melakukan penelusuran dokumen yang relevan terkait dengan
implementasi pariwisata berkelanjutan, ekowisata, partisipasi masyarakat, konservasi
lingkungan, dan manfaat ekonomi. Dokumen tersebut diperoleh dari beberapa buku,
dan dilengkapi dengan dokumen yang diunduh melalui google browser, google scholar,
pangkalan data perguruan negeri atau swasata di Indonesia, media online dan website
resmi (bukan Wikipedia, blogspot, ataupun wordpress).
Pembangunan kepariwisataan Indonesia, dilaksanakan secara bekelanjutan untuk
mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan masyarakat Indonesia dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memerhatikan tantangan
perkembangan global.
Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan tersebut, dimaksudkan agar
daya tarik wisata yang sedemikian banyak dimiliki Bangsa Indonesia dapat dikenal,
baik oleh masyarakat Indonesia sendiri maupun masyarakat dunia serta dapat
didayagunakan secara optimal, dengan tetap menjaga keutuhan dan keasliannya, dan
terhindar dari kerusakan.
Telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keragaman hayati baik itu flora maupun fauna. Keanekaragaman tersebut merupakan
asset penting yang Indonesia miliki guna menunjang pariwisata yang berkelanjutan di
Indosesia.
AA. Gede Raka Dalem, dalam tulisannya yang berjudul “Ecotourism in
Indonesia” menyebutkan bahwa ekowisata merupakan sebuah implementasi dari
pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Beliau juga menegaskan bahwa ekowisata dan
wisata alam sangat kondusif untuk meningkatkan pembangunan sebuah kawasan wisata.
Namun, hal tersebut harus memiliki dasar bahwa bentuk-bentuk pariwisata yang
didirikan, mampu menjaga warisan alam dan budaya lokal dengan memperhatikan daya
dukung situs ekowisata.

12
BAB IV

ORGANISASI DAN JADWAL

4.1 Organisasi

NO NAMA JABATAN TUGAS


1 Asnendi Ketua Memimpin dan Bertanggung Jawab
2 Diismi Sekretaris Membantu Pekerjaan Ketua
3 Sri Rahayu Bendahara Membantu Ketua Bidang Keuangan
4 Kusinda Harianto Anggota
5 Lia Damayanti Anggota
6 Novita Sari Anggota
7 Marsudi Anggota
8 Penzi Yunardo Anggota
9 Pelia Agustina Anggota
10 Meices Anugrah Anggota
11 Riri Gusnaini Anggota
12 Rahmanda Anggota
wijaksono

4.2 Jadwal

 Tanggal:
29 November 2019 – 04 Desember 2019
 Lokasi:
Desa Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

13
BAB V
DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Gambaran Umum Desa Samiran


4.1.1 Letak Geografis
Desa Samiran terletak di antara dua gunung yaitu Gunung Merapi
dan Gunung Merbabu. Desa Samiran berada di wilayah Kecamatan Selo,
Kabupaten Boyolali, dengan kondisi daerah berada di dataran tinggi. Desa
Samiran mempunyai luas wilayah 463.1376 Ha. Desa Samiran berada pada
ketinggian 1500 meter diatas permukaan air laut dan merupakan daerah
dataran tinggi (lereng Gunung Merapi), dan juga berada di posisi koordinat
7°30'0"S 110°27'46"E. adapun banyaknya curah hujan adalah 2950 mm/tahun
serta suhu udara rata-rata adalah 18° - 25°.
Desa Samiran mempunyai batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara
berbatasan dengan Desa Selo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Suroteleng, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lencoh, dan sebelah
timur berbatasan dengan Desa Genting yang masuk pada Kecamatan Cepogo.
Desa Samiran merupakan daerah penghubung antara Desa Lencoh dan Desa
Genting, jarak antara Balai Desa Samiran ke Kecamatan Selo hanya
berjarak 0,5 km. Untuk mencapai Kecamatan Selo hanya ditempuh dengan waktu
5 menit karena Kecamatan Selo berada di wilayah Desa Samiran, Dari
Desa Semiran ke Kota Boyolali berjarak 20 km, dapat ditempuh dengan
menggunakan angkutan umum (bis pedesaan) juga kendaraan pribadi dengan
lama tempuh ± 1jam.
Desa Samiran mempunyai bentuk topografi perbukitan dan pegunugan,
hal ini terbentuk karena letaknya di antara dua gunung yakni Gunung Merapi dan
Gunung Merbabu, elevasi topografi berkisar EL ± 1500 mdpl. Desa
Samiran dibagi menjadi 4 Dusun, 12 Dukuh, 9 RW dan 35 RT. Dukuh Tegal
Sruni (RW5) merupakan daerah yang paling tinggi dan berada kurang lebih 6
km dari puncak Gunung Merapi, sedangkan yang paling rendah berada di RW 9
Dukuh Gebyog dan Dukuh Tretes.
Tabel 1. Pembagian Desa Samiran.

14
Sumber: Monografi Desa 2016.
Di bidang pariwisata, Desa Samiran sangat beruntung, karena mempunyai
keadaan alam yang sangat menarik dan meemiliki suhu yang sangat sejuk
yang dimana memberikan nilai lebih untuk menjadikan daerah ini sebagai
tempat wisata. Daerah wisata ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga tersedia
peluang pengembangan usaha pariwisata yang cukup baik.
Desa Samiran memiliki kondisi geografis yang mendukung berdirinya
suatu kesenian, hal ini disebabkan karena Desa Samiran merupakan salah satu
desa maju yang terletak di kawasan sentral pariwisata Kabupaten Boyolali.
Banyak potensi wisata yang dikembangkan di Desa Samiran, salah satunya
wisata Kesenian Turonggoseto. Di samping itu Desa Samiran juga menyajikan
wisata budaya, wisata alam pegunungan yang didukung oleh kondisi
geografis wilayah desa tersebut. Sehingga dapat diketahui bahwa salah satu
sektor riil yang dikembangkan di Desa Samiran adalah sektor pariwisata.
4.1.2 Keadaan Demografis Desa Samiran
Data kependudukan merupakan data pokok yang diperlukan sebagai bahan
perencanaan dan evaluasi perkembangan suatu desa. Jumlah penduduk Desa
Samiran pada tahun 2019 tercatat berjumlah 3611 jiwa dengan rincian komposisi
penduduk berjenis kelamin laki-laki 1856 jiwa dan perempuan 1755 jiwa dan
mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani. Dengan rincian tabel
sebagai berikut :

15
Tabel 2. Jumlah komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin.
Tahun 2010 (jiwa) Taahun 2019 (jiwa)
Laki-laki Perempuan L+P Laki-laki Perempuan L+P
1814 1798 3612 1856 1755 3611
Sumber: BPS Kabupaten Boyolali 2019.
Masyarakat Desa Samiran sebagian besar memiliki pola kehidupan
pedesaan (rural) yaitu penduduk yang segala sesuatunya masih dalam
tingkatan sederhana. Aktifitas penduduk yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani atau buruh tani. Berdasarkan data yang diolah
mengenai Desa Samiran, mata pencaharian desa ini dikelompokkan dalam
beberapa jenis yang dapat dilihat pada table berikut ini.

Gambar. Mata pencaharian utama masyarakat adalah pertanian


Berdasarkan tabel 3 mengenai jumlah penduduk Desa Samiran yang
dilihat dari sudut pandang mata pencaharian masyarakat, mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Pada berbagai mata pencaharian penduduk Desa
samiran mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dari beberapa profesi
di ketahui bahwa yang mengalami perubahan menurun ada pada mata
pencaharian Pegawai Negeri Sipil, pensiunan, dan peternak. Pada profesi
pegawai negeri sipil pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat drastis,
hal ini disebabkan karena banyaknya angka pegawai negeri sipil yang
berpindah tugas karena mutasi, di samping itu banyak pula pegawai negeri
sipil yang pensiun pada tahun 2010.

16
Tabel 3. Pendataan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Sumber: BPS Boyolali 2011


Demikian juga angka penduduk yang pensiun juga mengalami
penurunan pada tahun 2010. Hal ini disebabkan adanya pensiunan yang
meninggal dunia, serta pindah rumah karena ikut pindah tinggal bersama anak di
daerah lain. Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah peternak, hal ini
dikarenakan adanya bencana alam, banyak ternak yang mati karena pengaruh
erupsi Gunung Merapi. Mata pencaharian masyarakat Desa Samiran dari tahun
ke tahun mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena adanya berbagai
faktor, di antaranya adalah faktor migrasi, serta perubahan kondisi mata
pencaharian penduduk yang disebabkan oleh adanya orientasi masyarakat
terhadap perkembangan globalisasi yang mendorong masyarakat untuk beralih
ke profesi yang dilihat dapat menjadikan bidang ekonomi mereka menjadi
lebih baik. Dalam periode 4 tahun jumlah penduduk yang memiliki mata
pencaharian mengalami peningkatan.
Penduduk mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani. Faktor
terindikasi karena hampir 3/4 tanah Desa Samiran yang digunakan untuk
bercocok tanam berbagai jenis sayuran. Pada urutan kedua penduduk bermata
pencaharian sebagai peternak. Umumnya para penduduk mengembangkan

17
peternakan sapi perah, sapi biasa, kambing, dan ayam. Selain mata
pencaharian penduduk yang telah disebutkan, penduduk Desa Samiran juga
mempunyai profesi kecintaan terhadap kesenian tradisional.
Di samping melakukan rutinitas profesi utama yang ditekuni, penduduk
Desa Samiran secara mayoritas juga berkecimpung di bidang kesenian.
Mereka berprofesi sebagai pelaku seni sebagai profesi sampingan.umumnya
penduduk Desa Samiran melakukan profesi sebagai pelaku seni setelah
menyelesaikan profesi utamanya. Hal ini dilakukan untuk menambah penghasilan
serta mengisi waktu luang penduduk Desa Samiran. Dengan kekentalan jiwa
seni dan budaya yang dimiliki masyarakat Desa Samiran, Desa Samiran menjadi
salah satu desa berpotensi di bidang pariwisata khususnya di bidang seni
yang terdapat di Kabupaten Boyolali.
Inisiatif masyarakat yang memiliki kesadaran untuk mengembangkan
Kesenian Turonggoseto cukup tinggi, karena masyarakat Desa Samiran
beranggapan bahwa kesenian Turonggoseto memiliki potensi yang bagus
untuk menunjang komoditas pariwisata khususnya di Desa Samiran. Masyarakat
Desa Samiran berusaha mengembangkan kesenian Turonggoseto di sela sela
profesi utamanya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peterrnak
sapi.
4.1.3 Kondisi Sosial Budaya Desa Samiran
4.1.3.1 Agama
Di kawasan Desa Samiran terdapat peninggalan sejarah yaitu petilasan Kyai
Ageng Kebo Kanigoro yang menurut sejarahnya merupakan salah satu tokoh
penyebar Agama Islam yang tersebar di Jawa Tengah. Kyai Ageng Kebo
Kanigoro adalah murid dari Kyai Ageng Pengging dan Kyai Ageng
Pengging adalah murid dari Syeh Siti Jenar (wawancara dengan Suharmin
pada 23 Agustus 2012). Sehingga Desa Samiran sebagian besar menganut
Agama Islam. Di Desa Samiran terdapat 2 masjid yang letaknya saling
berjauhan. Umumnya penduduk tersebar karena ltak tempat peribadatan yang
cukup jauh. Demikian halnya dengan penduduk yang beragama Protestan.
Penduduk yang beragama Protestan beribadah di Gereja yang terletak di
Desa seberang yang berada di dekat kecamatan. Hal ini diakibatkan karena jumlah

18
penduduk yang beragama Protestan sangat sedikit, sehingga hanya terdapat
beberapa gereja saja di Kecamatan Selo. Penduduk dari berbagai Desa di
Kecamatan Selo berkumpul pada 1 gereja pusat yang berada dalam lingkup
kecamatan. Berikut ini adalah tabel data tentang penduduk menurut agama/
kepercayaan Desa Samiran.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut.
NO Agama Jumlah
1 Islam 3609
2 Katolik -
3 Protestan 2
4 Hindu -
5 Budha -
JUMLAH 3611

4.1.3.2 Adat Budaya


Mayoritas masyarakat penduduk Desa Samiran merupakan pemeluk
agama Islam, sehingga kebudayaan yang lahir dan berkembang merupakan
cerminan aktualisasi yang dipengaruhi oleh budaya Islami. Kegiatan
penduduk yang berhubungan dengan adat dan budaya masyarakat dapat
diketahui dari segi keagamaan, adat desa, olah raga, dan kesenian. Dalam
kegiatan keagamaan diwujudkan dalam kegiatan kelompok pengajian, takmir
masjid, majelis taklim, ceramah-ceramah agama dan sebagainya. Dalam
kegiatan adat desa diwujudkan dengan banyak acara adat seperti ada acara
suronan, peringatan 1 Rajab, sadranan, bersih desa, bersih kubur (besik)
sedekah bumi, ngalap berkah, kenduren, serta peringatan hari-hari bersejarah
misalnya syukuran menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik
Indonesia dan lain sebagainya. Dalam kegiatan olah raga diwujudkan dalam
kegiatan sepak bola, bola voli, tenis meja, dan lain-lain. Kegiatan olah raga ini
tampak ramai terutama dalam rangka menyambut peringatan 17 Agustus dan
diadakannya Pekan Olah Raga tingkat Kecamatan yang di adakan setiap
tahunnya.(Sumber: Bambang Ari Setiawan)
Dalam kegiatan kesenian kegiatan tampak mendominasi, kerena banyak
kesenian yang ada di desa Samiran. Hal ini di wujudkan dengan kegiatan
pertunjukan: kosidah, band,karawitan, orkes melayu (dangdut), dan kesenian

19
tradisional seperti: jatilan, kuda lumping dan lain-lain. Kesenian yang paling
menonjol di Desa Samiran sendiri adalah Kesenian Tradisional Turonggoseto.
Kesenian Turonggoseto merupakan salah satu kesenian yang lahir di tengah-
tengah masyarakat Desa Samiran. Masyarakat Desa Samiran yang memiliki
karakter yang kuat tentang kesenian budaya. Mereka mengelola kesenian
tradisional Turonggoseto sebagai salah satu aset kesenian yang berpotensi di Desa
Samiran. Umumnya kesenian ini di pentaskan dalam acara ritual di makam Kyai
Kebokanigoro dan sedekah Gunung Merapi, selain itu biasanya dipentaskan
pada acara ulang tahun, pernikahan, sunatan masyarakat setempat.

4.1.4 Sistem Sosial Masyarakat


Organisasi sosial masyarakat merupakan suatu keseluruhan sistem yang
mengatur semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari,
organisasi sosial ini diwujudkan dalam berbagai kolektif manusia seperti
organisasi atau perkumpulan yang sifatnya resmi atau tidak resmi.
Di lingkungan masyarakat Desa Samiran, organisasi sosial yang di
maksudkan diwujudkan dalam berbagai bentuk perkumpulan atau organisasi
baik formal atau non formal. Organisasi yang bersifat formal yaitu organisasi
yang dibentuk oleh pemerintah Kecamatan atau Desa beserta dengan
masyarakat, seperti Badan Perwakilan Desa, Lembaga Permusyawarahan
Desa, LKMD, Kader Pembangunan Desa, Yayasan, Organisasi Politik, dan
Organisasi Profesi. Adapun perkumpulan atau organisasi yang bersifat tidak
resmi (non formal) dikelompokan menurut bidangnya, yaitu bidang olahraga,
kesenian, sosial dan agama (Bapak ………………….Sekdes Desa Samiran).

4.1.5 Kebudayaan
Daya tarik budaya juga merupakan salah satu hal yang menjadikan
wisatawan memiliki keinginan untuk mengunjungi sebuah destinasi wisata.
Adapun daya tarik budaya di Desa Wisata Samiran adalah:
a. Minat khusus budaya

20
Adanya dua makam serta satu gua di desa Samiran menjadikan salah satu
inat khusus dalam hal budaya. Adapun ketiga tempat tersebut adalah:
1. Makam Kebo Kanigoro
Merupakan makam keturunan Majapahit yang menjadi salah satu
pemuka agama pada saaat itu. Kebo Kanigoro merupakan paman dari
Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang merupakan raja Demak
keempat dan memindahkan kerajaannya di Pajang.
2. Makam Ki Hajar Saloka
Ki Hajar Saloka merupakan ulama tertua di Jawa yang hidup sebelum
masa Wali Songo. Beliau melakukan pertapa di sekitar 3km dari arah
Unit Gunung Api (UGA) tepatnya di Desa Samiran. Tempat pertapaan
tersebut berupa batu yang membentuk lekukan seperti tempat duduk.
Keunikan dari makam ini adalah berupa gundukan pasir dengan seratus
anak tangga menuju gerbangnya.
3. Gua Raja
Gua Raja terletak di Desa Samiran. Saat ini objek memang dalam
keadaan kurang terawat. Tipikal gua ini hanya berupa ceruk dan tidak
dapat dilalui. Gua ini merupakan tempat bersejarah Keraton Solo yang
mengisahkan Sinuwun Pakubuwono VI untuk mendapatkan seorang anak
lelaki.
4. Joglo Mandala / New Selo
Tempat ini menyerupai visitor centre namun fasilitas yang dimilki
belumlah memadai. Tempat ini merupakan tempat dicanangkannya
Tahun Ekowisata dan Pegunungan 2002 dengan ditandai oleh adanya
Tugu Ekowisata. Tempat ini sangat strategis sehingga sering digunakan
sebagai tempatsinggah serta untuk menerima tamu untuk mempelajari
kesenian setempat.
4.2 Gamabaran Umum Pemerintahan Desa Samiran
Adapun visi dan misi di Desa Samiran adalah sebagai berikut:
 VISI:
Mendorong terwujudnya masyarakat dan Pemerintahan Desa Samiran yang
aman, maju, sehat dan sejahtera

21
 MISI
o Untuk mewujudkan rasa aman harus diawali menumbuh suburkan
pengamalan keagamaan, sehingga agama menjadi pedoman hidup dan sarana
pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa
o Memajukan pendidikan sebagai asset besar yang bisa menghantarkan
masyarakat Desa Samiran menjadi berilmu sehingga menjadi maju
o  Menggali potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam desa untuk
dimanfaatkembangkan dengan prinsip kelestarian dan keberlanjutan generasi
mendatang.
Sesuai dengan namanya, desa wisata yang menjadi penggeraknya adalah
masyarakat. Masyarakat menjadi pokok, masyarakat yang mandiri, masyarakat
yang jauh dari belenggu rendah diri. Masyarakat dalam hal ini lebih cenderung
kepada masyarakat yang selama ini hidup dan berkembang di wilayah sekitarnya.
Tamu- tamu mereka yang biasa disebut wisatawan bisa menikmati kehidupan
sehari- hari masyarakat setempat, bisa bergaul dengan masyarakat, merasakan
sajian makanan dan minuman khas, menikmati alam sekitar dan jenis wisata yang
disuguhkan.
Potensi alam, budaya dipedesaan yang begitu unik dan hebat tidak akan
pernah ada artinya apabila hanya dinikmati oleh masyarakat setempat saja.
Keindahan, keunikan dan keanehan yang dimiliki akan tenggelam begitu saja, dan
tidak akan berkembang menjadi sebuah potensi ekonomi yang sangat berarti bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jadi, seluruh potensi yang ada di Desa
Wisata Samiran dikelola oleh seluruh lapisan masyarakat Boyolali, mulai dari
Pemerintahan Kabupaten, Kecamatan, Desa hingga Lapisan terdalam masyarakat
Agar berdaya guna dan memiliki kemanfaatan yang berguna bagi masyarakat
sekitar maupun orang lain.
Suatu hal yang harus kita pahami bersama, bahwa pembangunan pariwisata
tidak harus selalu yang fisik seperti halnya membangun tempat hiburan, hotel dan
lain- lain. Namun sebuah desa dan masyarakat penghuninya merupakan aset
industri pariwisata yang perlu dijual didalam dan diluar negeri, dengan seluruh
keunikan dan keanehan yang mungkin setiap daerah tidak sama.

22
Kesenian rakyat, upacara adat, tata cara kehidupan sehari – hari, berladang
dan lain- lainnya adalah juga potensi pariwisata. Desa Samiran sungguh memiliki
semua potensi tersebut. Keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian
pedesaan baik dari segi kehidupan sosial budaya, adat istiadat, arsitektur
bangunan dan struktur ruang desa sangat potensial untuk dikembangkan.
Wisatawan yang akan masuk ke desa tersebut, akan dapat menikmati alam
pedesaan yang masih bersih, dan merasakan hidup di alam desa dengan sejumlah
adat dan istiadatnya. Wisatawan tinggal bersama penduduk ( homestay penduduk)
dan tidur di kamar sederhana tapi bersih dan sehat.
Jadi membangun desa wisata sesungguhnya adalah membangun
perekonomian berbasis masyarakat. Pembangunan desa wisata harus
memaksimalkan masyarakat sebagai pemilik desa dan sekaligus pemilik industri
pariwisata. Sebuah desa wisata akan berkembang dengan baik apabila didukung
oleh masyarakat sekitar dan pemerintah dalam hal ini sebagai motivator dan
fasilitator, sehingga manfaat pembangunan kepariwisataan akan sangat dirasakan
oleh rakyat karena Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) didaerah yang paling besar
dan bermanfaat adalah apa yang langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar.

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Manajemen Desa Wisata


Pada mulanya tidak banyak orang mendengar nama Desa Wisata Samiran,
tetapi sebagian besar orang mengenal Selo, Boyolali sebagai ikon wisata

23
kota. Kecamatan Selo khususnya Desa Wisata Samiran merupakan sebuah desa
yang ternyata mempunyai hamparan pemandangan yang enak dinikmati. Apalagi
sebaran adat istiadat, budaya dan kesenian rakyat menunjukkan kondisi
masyarakat yang mentradisi sekali sehingga menambah keunikan yang bisa
ditawarkan kepada wisatawan. Dengan latar belakang itulah maka Mulai tahun
2008 Desa Samiran dikemas menjadi Desa Wisata.

Gambar. Gunung Merbabu sebagai spot wisata utama Kecamatan Selo.


Masyarakat local Desa Wisata Samiran berhasil bersinergi dangan aktor
ekstenal dalam mengembangakan potensi yang memiliki. Penghargan tingkat
provinsi maupun nasional berhasil digondo, sebagai contoh juara 3 tingkat
Nasional lomba Desa Wisata yang diselenggarakan oleh Kementerian
pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2013.
Dari awal pembentukkannya Desa Wisata Samiran berusaha
penerapkan konsep Community Based Tourism (CBT) yang
mengedepankan masyarakat lokal sebagai tuan rumah. Masyarakat lokal
mendapatkan benefit secara langsung dengan adanya kegiatan pariwisata.
Keberhasilan Desa Wisata Samiran tidak semata-mata karenapartisipasi
masyarkat lokal yang cukup tinggi, namun ada konseptor dibalik
kesuksesan yang diperoleh saat ini. Yayasan Damandiri adalah managerial
eksternal yang memanajemen dasar-dasar pengelolaan wisata desa. Konsep
Pengembangan Desa Wisata Samiran antara lain:

24
a. Terbentuk tim pengelola Desa Wisata Samiran yang dahulunya
dipegang oleh Pokdarwis, saat ini dikelola oleh Pengelola Desa
Wisata Samiran. Terbentuk kelompok-kelompok wanita tani,
kelompok homestay hingga kelompok kesenian. Tujuan dari
pembentukkan kelompok ini bertujuan untuk memudahkan
dalam kontrol, evaluasi, sertamendapatkan bantuan dari pemerintah.
Hal ini juga sesuai dengan konsep pariwisata berbasis
masyarakat yang diterapkan di Desa Wisata Samiran.
b. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
masyarakat lokal Desa Wisata Samiran, yaitu dengan cara
mengikutsertakan ibu-ibu pengurus homestay dalam
pelatihan yang diakan oleh pengelola Desa Wisata Samiran dan
pemerintah kabupaten Boyolali. Selain itu, ada pembinaan
terhadap kelompok-kelopok tani dan ternak melalui penyuluhan.
c. Promosi pariwisata, Promosi pariwisata dilakukan dengan
berbagai cara, kemajuan teknologi saat ini memudahkan
masyarakat dan pengelola Desa Wisata Samiran dalam
mempromosikan dan memasarkan produk. Menjalin hubungan yang
baik dengan pemerintah dan industri (ASITA Jogja
dan Jateng) membuat pemasaran produk Desa Wisata
Samiran cukup mudah.Jika dahulu, Desa Samiran hanya
menjadi Desa Transit sebelum melakukan pendakian
menuju Gunung Merapi maupun Merbabu, kini
menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Forum Komunikasi Desa
Wisata se-Jateng (FK Deswita Jateng) sebagai
ajang promosi yang sangat ampuh. Promosi juga
dilakukan memalui beberapa akun sosial media, Facebook,
Instagram dan website.
d. Pengembangkan produk wisata, mengemas produk
pariwisata Desa Wisata Samiran dengan baik menjadi sangat
penting. Karena produk merupakan sesuatu yang
dijual kepada wisatawan. Pengembangan produk pariwisata,

25
adanya pilihan paket wisata diantaranya,agrowisata,
wisata perah susu sapi, live in, outbond, soft trekking,
dan mendaki gunung. Produk wisata nyatanya tidak melului
dengan hal yang terlihat namun hospitality, kearifan lokal
masyarakt lokal juga merupakan suatu produk pariwisata yang
mterus dikembangkan.
e. Kampanye sadar wisata. Sadar wisata tentu sangat mutlak diperlukan
dalam pengembangan suatu daya tarik wisata, sama
halnya dengan Desa Wisata Samiran. Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) “Guyup Rukun” telah terbentuk pada
tahun 2002, diprakarsai oleh beberapa tokoh di Desa
Samiran diantaranya, Pak Tris dan Pak Sarjono.
Pokdarwis Guyup Rukun terbentuk oleh kesadaran masyarakat
lokal dengan adanya potensi yang dimiliki oleh
Desa Wisata Samiran.

5.2 Manajemen Wisata Desa


Desa Samiran memiliki wadah pengelolaan wisata dalam bentuk Koperasi
SAHABAT DAMANDIRI SAMIRAN, berikut struktur organisasinya:
1. Manager : Tiyono, S.Sos
2. Manager Umum : Bayu Pramana
3. Manager Usaha : Taufiq Syah Umar
4. Manager Keuangan : Rina Agustina
Melalui program pemberdayaan desa cerdas Mandiri Lestari yang dicanangkan
Yayasan Damandiri sejak beberapa tahun lalu, mereka berhasil mengubah wajah
desa menjadi lebih maju dan sejahtera. Sektor pariwisata benar-benar digali
dengan maksimal oleh pengurus Koperasi Sahabat Damandiri. Secara bertahap,
mereka (pengelola) melakukan pemberdayaan ekonomi dengan mengubah wajah
desa Samiran yang sebelumnya berorientasi pada pertanian menjadi Desa Wisata.

26
Gambar. Konsep Modern Wisata Desa

Gambar. Konsep Modern Pengelolaan Wisata Desa


Setidaknya, ada tiga unit usaha dibawah naungan koperasi yang didirikan
untuk menggerakkan perekonomian Desa, yakni kampung penginapan
“homestay”, warung café khas anak anak muda dengan konsep kekinian serta
dengan harga yang murah dan objek wisata keluarga seperti taman bunga dengan
spot-spot menarik untuk berswafoto. Sehingga menyebabkan para wisatawan
yang dating betah berlama-lama berkunjung ke Desa Samiran.
5.2.1 Homestay,
Manager Umum Koperasi Sahabat Damandiri Sejahtera Samiran,
Tiyono, S.Sos mengatakan bahwa brbagai program pemberdayaan ekonomi
mulai dijalan koperasi sejak tahun 2017 lau. Suruh pendanaan program berasal
dari bantuan Yayasan Damandiri.

27
Keberadaan kampong Homestay Samiran ini jelas memberikan pengaruh
besar secara ekonomi, mayoritas warga yang sebelumnya hanya menjadi petani
sayur, tembakau dan peternak sapi kini bias mendapatkan penghasilan tambahan
dengan menyewakan homstay.

Gambar. Konsep Homestay yang nyaman


Seperti yang dirasakan bapak Suyadi pemilik Homestay Olivia, kini
beliau mengaku mendapatkan tambahan penghasilan yang cukup lumayan setiap
bulannya dari menyewakan pemnginapan. Pendapatan diperoleh dari
menyewakan tiga kamar di rumahnya. Saat libur lebaran tiba beliau mengahu
kewalahan memenuhi booking hingga sampai menolak tamu yang dating karena
semua kamar penuh.
Koperasilah yang menjadi jembatan penghubung dalam hal pemasaran,
antara warga pelaku usaha dengan wisatawan yang berkunjung dan menginap
kekawasan wisata kecamatan Selo. Selain memasarkan Homestay secara online
di website milik koperasi, mereka juga melakukan inovasi promosi dengan cara
memanfaatkan aplikasi berbasis platform android.

28
Gambar. Koperasi Damandiri Sejahtera Samiran
Pemanfaatan teknologi digital terbaru tersebut menjadi kunci sukses
keberhasilan kampong homestay Samiran. Tiyono mengaku mulai
memanfaatkan teknologi digital ini dengan cara bekerjasama dengan jasa
layanan pemesanan hotel online seperti Traveloka, Mister Aladin, Reddoorz, dan
Pegi-pegi, sehingga menjadi lebih mudah dalam proses booking kamar.

5.2.2 Kafé Modern


Sejak diresmikan di tahun 2017 lau, warung café samiran terus
mengalami perkembangan luar biasa pesat. Warung café yang didirikan
Koperasi Sahabat Damandiri Samiran tersebut telah menjadi salah satu icon baru
di Desa Wisata Samiran. Selain menjadi tujuan aforit wisatawan, warung
tersebut juga menjadi pendngkrak perekonomian masyarakat desa sekitar.
Terletak diketinggian 1.700 meter lebih di lereng gunung Merbabu, warung café
Samiran tidak hanya menyajikan menu makanan favorit bagi pengunjung.
Lebih dari itu, warung café tersebut juga menyjikan suasana khas
pengunungan yang sejuk dan masih sangat alami. Panorama yang menakjubkan,
berupa lanskap Gunung Merbabusebagai view-nya menjadi suasana yang
ditawarkan kepada wisatawan.

29
Gambar. Konsep Café Modern Gambar. Live Music Warung Cafe

Gambar. Suguhan menu yang lezat dan sangat murah

Dari sisi penghasilan, warug Café Samiran mampu meraup omset hingga
Rp 2 Juta perhari saat memasuki akhir pecan atau masa liburan omset warung
bias meningkat hingga dua kali lipat disbanding hari biasa.
Pemilihan varian menu makanan yang kekinian, konsep penataan warung
yang modern, hingga penyediaan fasilitas pendukung seperti wifi gratis, harga
murah, sukses mendongkrak pengunjung. Dengan hasil yang diperoleh para

30
pengurus berencana ,menambah fasilitas seperti panggung “live music”, hingga
menyediakan semacam meja bartender untuk menyajikan kopi bagi pengunjung.
Sebagai tempat yang selalu yang ramai dikunjungi wisataawan setiap hari,
warung ini juga di manfaatkan pengelola koperasi sebagai pusat informasi
wisata sekaligus promosi unit-unit ekonomi warga di bidang kuliner maupun
kerajinan.

5.2.3 Kebun Bunga Merapi Garden


Koperasi Damandiri juga mengelola kebun bunga dan taman yang di tata
sedemikian rupa sehingga dapat menarik wisatawan berkunjung untuk
berswafoto hanya dengan membayar biaya perawatan sebesar Rp 5000.

Pintu Masuk Merapi Garden

Tanaman Bunga Merapi Garden

31
5.2.4 UMKM Kelompok Wanita Kreatif (SAMIRAN ASRI)
Kelompok wanita Tani Samiran Asri yang telah bertransformasi menjadi
UMKM Samiran Asri adalh salah satu dari KWT yang sukses di Kecamatan
Selo. KWT Samiran Asri mngembangkan inovasi makanan ringan menggunakan
bahan sayur mayor yang notabennya melimpah di Desa Samiran.

Dengan dasar bahwa harga jual sayur mayor yang relative rendah sehingga
mematik inovasi bagi KWT Samiran Asri meningkatkan nilai ekonomi produk
hasil buminya menjadi lebih tinggi dalam bentuk aneka makanan ringan. Berikut
adalah beberapa produk unggulan KWT Samiran Asri yaitu:
1. Kripik Bayam Merah

2. Kripik Wortel

32
3. Keripik Brokoli

4. Jus Wortel

33
5.3 Pihak-pihak yang berperan
Dalam pengembangan Desa Wisata Samiran
Pengembangan suatu daya tarik wisata
tidak terlepas dari peran pihak-pihak yang
terkait. Berkembang atau tidaknya suatu daya
tarik wisata tergantung pada sinergi antara
masyarakat lokal, industri pariwisata dan
pemerintah. Masyarakat lokal sebagai tuan
rumah atau pemilik sumber daya, menjadi
penting dalam hal ini. Masyarakat lokal Desa
Wisata Samiran sebagian besar berprofesi
sebagai petani, memiliki kekurangan dalam
mengelola potensi yang ada. Peran masyarakat
lokal sangat tinggi dalam pengembangan Desa
Wisata Samiran, masyarakat lokal berperan
sebagai perencana, pengelola, evalusi dan
memperoleh benefit secara langsung. Dengan
dukungan dari pemerintah Kabupaten Boyolali,
kepariwisataan di Desa Wisata Samiran
semakin populer. Dengan turunnya SK
pembentukan Desa Wisata oleh Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali
552/881/17/TAHUN 2009, sehingga
keberadaan Desa Wisata Samiran diakui secara
hukum. Peran industri pariwisata juga cukup
besar dalam mempromosikan Desa Wisata
Samiran. Namun, selain dari peran dari
stakeholder, terselip kontribusi seorang aktor
eksternal yang sangat besar. Aktor eksternal
disini berfungsi sebagai sutradara atau
konseptor dalam pengembangan pariwisata di

34
Desa Wisata Samiran. Ibu Dayang, aktor
eksternal yang setia dalam perintisan Desa
Samiran menjadi Desa Wisata Samiran.
3. Peran Aktor Eksternal dalam
Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata
Samiran
Partisipasi masyarakat lokal Desa Wisata
Samiran sangat besar, namun kontribusi aktor
eksternal juga sama besarnya. Sinergi yang baik
antara masyarakat lokal Desa Wisata Samiran
dengan aktor ekstenal, membuat Desa Wisata
Samiran memperoleh penghargaan sebagai
Desa Wisata terbaik ketiga pada lomba Desa
Wisata tingkat Nasional pada tahun 2013 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Partisipasi masyarakat
lokal Desa Wisata Samiran berada pada tingkat
terdorong (induced participation), Nurkhayani
(2016). Pada awal terbentuknya Desa Wisata
Samiran, aktor eksternal menjabat sebagai
wakil ketua tim pengelola Desa Wisata Samiran.
Saat ini, aktor eksternal menjabat sebagai ketua

tim pengelola Desa Wisata Samiran. Berikut

adalah kontribusi yang diberikan oleh aktor


eksternal:
a. Aktor eksternal sebagai konseptor atau
sutradara, latar belakang pendidikan
yang dikantongi aktor eksternal
dibidang pariwisata membuat Ibu
Dayang mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh diterapkan di Desa Wisata

35
Samiran, yang notabenenya sebagai
Desa binaannya.
b. Sebagai pioneer penerapan konsep
pembangunan pariwisata berbasis
masyarakat lokal (Community Based
Tourism Development. Masyarakat lokal
diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan dan sharing benefit. Segala
sesuatu dari masyarakat lokal dan
untuk masyarakat lokal.
c. Aktor Eksternal berperan sebagai
penyambung lidah, letak geografis Desa
Wisata Samiran yang berada di lereng
gunung membuat akses informasi yang
diperoleh tidak maksimal, aktor
eksternal memiliki relasi yang yang
cukup luas membuat informasi yang
diperoleh begitu cepat.
d. Aktor eksternal mampu menjembatani
antara masyarakat lokal dengan pelaku
pariwisata.
e. Aktor eksternal juga berperan sebagai
duta wisata Desa Samiran secara tidak langsung,
karena kemana-manapun
beliau pergi selalu membawa nama
Desa Wisata Samiran, secara langsung
maupun tidak langsung
mempromosikan Desa Wisata Samiran.
Peran aktor eksternal tidak semata-mata
berkonotasi yang negatif. Namun, dalam
perkembangannya, nyatanya masyarakat lokal
khususnya dipedesaan membutuhkan peran

36
dari seorang aktor eksternal.

5.4 Partisipasi Instansi Terkait.

Partisipasi dan dukungan berbagai instansi Pemerintah dalam keterwujutan

Wisata Kecamatan Selo dan Desa Samiran Pada khususnya yang maju adalah sangat

penting. Berikut adalah beberapa instansi tersebut:

1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Boyolali

Pelaku Wisata adalah kelompok orang yang menjadi pelaksana dan penerima

manfaat akan suatu destinasi wisata. Pelaku wisata Desa Samiran Adalah

Pemerintahan Desa, Lembaga Wisata Desa, Masyarakat/ kelompok masyarakat

yang semua elemen tersebut membutuhakan pemberdayaan dari aspek

manajemen infrastruktur, manajement keuangan dan manajemen pelestarian.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat memliki peran tersebut dan juga berperan

sebagai perantara pembangunan oleh Desa melalui anggaran Dana Desa.

2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Boyolali

Kemajuan wisata tidak akan terwujud tanpa adanya akses jalan yang baik

menuju destinasi wisata. Maka dari itu setiap tahun Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Boyolali selalu menganggarkan anggaran Pembangunan dan

perbaikan infrastruktur karena pembangunan infrastruktur jalan wisata

merupakan perioritas utama pembangunan Kabupaten Boyolali (Sumber:

Bambang Ari Setiawan)

37
Gambar. Wawancara Dengan Pak Bambang Ari Setiawan

Gambar. Jembatan Gantung Penghubung Desa

3. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali

Taraf ukur kemajuan destinasi wisata adalah jumlah kunjungan wisatawan yang

banyak dan menglami grafik yang cenderung naik. Untuk mewujudka hal

tersebut maka Dinas Kebudayaan dan pariwiasta melaksanakan:

- Pelatihan-pelatihan terhadap berbagai lapisan pelaku wisata agar lebih

dapat mengembangkan inovasi terbaru agar semakin maju.

- Melakukan promosi wisata ke forum-forum daerah maupun nasional

sehingga semakin banyak calon wisatawan yang kenal.

38
- Membuat program kerja agar pengembangan Wisata Desa akan lebih

terarah mengikuti permintaan pasar yang semakin berkembang di tiap

tahunnya.

- Melakukan pemasaran secara online melalui website resmi kabupaten

Boyolali.

5.5 Manajemen pengelolaan Wisata

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan pelayanan
prima di Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman , dapat dijelaskan bahwa:
1. Pelaksanaan pelayanan prima di Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten
Sleman Pemenuhan standar kualitas pelayanan di Kantor Kecamatan Pakem
dijabarkan melalui 6 indikator yang meliputi:
a. Prosedur Pelayanan

39
Masyarakat masih menganggap prosedur/tatacara pelayanannya masih ribet
dan susah untuk dilaksanakan sehingga masih belum sederhana.
Masyarakat juga masih ada yang belum jelas dengan informasi
mengenai prosedur/tatacara pelayanan, alur prosedur pelayanan,
persyaratan pelayanan, dan unit kerja atau pejabat yang bertanggung
jawab.
b. Waktu Penyelesaian Pelayanan
Waktu penyelesaian pelayanan belum diinformasikan secara jelas oleh
petugas pelayanan sehingga masyarakat tidak tahu apakah waktu
penyelesaian pelayanan tersebut sudah tepat dan sesuai dengan SOP.
Masyarakat harus menunggu sampai dengan produk pelayanan yang
diminta telah selesai.
c. Biaya Pelayanan
Kantor Kecamatan Pakem tidak memungut biaya penyelesaian pelayanan
dari masyarakat yang mengurus berkas permohonannya. Semua biaya
pelayanan gratis hanya yang mengurus masalah IMB penyelesaian
pelayanan yang ditetapkan sesuai dengan Perda yang berlaku di kantor
Kecamatan Pakem.
e. Produk Pelayanan
Produk pelayanan yang dikeluarkan pun legalitasnya sudah sah dan
dapat dijadikan jaminan di mata hukum karena ada peraturan yang
mendasarinya.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang masih belum lengkap, masih
perlu ditambahkan. Pihak Kecamatan Pakem juga telah berusaha
memberikan kenyamanan dan keamanan selama proses pelayanan
berlangsung. Masyarakat sudah merasa aman dan nyaman dengan
ruang pelyanan yang bersih ketika mengurus berkas permohonan di
Kantor Kecamatan Pakem.
f. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan
Petugas pelayanan melayani masyarakat dengan baik dan ramah
sesuai dengan berkas permohonannya. Masyarakat yang datang pun

40
dilayani dengan adil tanpa memandang status, golongan, suku,
maupun ras. Bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan dilayani
secara khusus oleh petugas pelayanan. Petugas pelayanan berkerja
sesuai bidang keahliannya masing-masing.
Berdasarkan 6 indikator kriteria standar pelayanan masyarakat, dapat
disimpulkan bahwa Kantor Kecamatan Pakem belum semuanya melaksanakan
seluruh indikator kriteria standar pelayanan. Masyarakat masih menganggap
prosedurnya rumit, waktu penyelesaian belum disampaikan secara pasti, serta sarana
dan prasarana penunjang masih belum lengkap. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa pelaksanaan pelayanan prima di Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten sleman
belum sepenuhnya optimal dan belum sesuai harapan masyarakat namun mereka
sedang berusaha untuk menjadi optimal dan memberikan yang terbaik untuk
masyarakat.
52. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka ada beberapa saran yang
perlu disampaikan untuk peningkatan pelaksanaan pelayanan prima agar lebih optimal
dan sesuai dengan harapan masyarakat, sebagai berikut:
1. Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten Seleman perlu menambahkan
informasi mengenai alur prosedur pelayanan di ruang pelayanan agar
masyarakat lebih memahami dan jelas mengenai prosedur yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Seksi Kemasyarakatan perlu
mengadakan sosialisasi minimal 1x dalam sebulan mengenai program
pelayanan baik lama maupun baru seperti mengadakan pertemuan dengan
menunjuk Lurah masing-masing desa guna memberikan
informasi selengkap-lengkapnya yang nantinya akan disampaikan kepada
masyarakat secara luas sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan jelas,
pasti, dan terbuka mengenai prosedur pelayanan di Kantor Kecamatan Kretek
serta prinsip efisiensi dan ketepatan waktu dapat terlaksana dengan baik.
3. Kantor Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman perlu menambahkan sarana
dan prasarana yang di perlukan guna menunjang semua kegiatan dalam
melaksanakan pelayanan yang baik bagi masyarakat yang menerima layanan.

41
42
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, J. & Weber, H.F., 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Damanik, J. & Weber, F.H., 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI).

Hidayati, D., Mujiyani, Rachmawati, L. & Zaelani, A., 2003. Ekowisata :


Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Jakarta: CV Muliasari.

Manutami, N.P.T., 2015. Model Struktural Untuk Mengkaji Pengaruh Partisipasi


Masyarakat Terhadap Keberlanjutan Ekowisata. Skripsi. 2015: Universitas
Udayana.

Marhaeni, K.E., 2013. Dampak Pariwisata Terhadap Aktivitas Ekonomi MAsyarakat


Yogyakarta (Perspektif: Ketimpangan Ditribusi Hasil Pariwisata). Jurnal Bisnis
dan Kewirausahaan, 9.

Mason, P. 2003. Tourism Impacts. Planning and Management. Elsevier. Amsterdam.

43
Rai, I.N. & Adnyana, G.M., 2011. Persaingan Pemanfaatan Lahan dan Air: Perspektif
Keberlanjutan Pertanian dan Kelestarian Lingkungan. Denpasar: Udayana
University Press.

Weaver, D. 2001. Ecotourism. Milton, Qld; Wiley & Sons.

Lampiran 1. Kuisioner Manajemen Ekowisata

1. Nama : ...................
2. Usia : ................... tahun
3. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Apa Jabatan Anda di Kawasan Ekowisata Desa Selo?
Jawaban : ...............................................
5. Mulai dari kapan anda menjabat posisi ini?
Jawaban : ...............................................
6. Alamat tempat tinggal ?
Jawaban : ..............................................
7. Berapa Jumlah Pengunjung rata-rata setiap harinya?
Jawaban : ..............................................
8. Pada Hari apa tingkat pengujung paling tinggi?
Jawaban : ..............................................
9. System transfortasi apa yang disediakan pengelola bagi wisatawan?
Jawaban : ..............................................

44
10. System informasi apa yang digunakan untuk memperkenalkan ekowisata Desa
Selo?
Jawaban : ..............................................
11. Bagaiamana system pengelolaan keuangan ekowisata Desa Selo?
Jawaban : ..............................................
12. Ada atau tidak bantuan pemerintah dalam pengelolaan ekowisata Desa Selo dan
bila ada, jelaskan dalam bentuk apa?
Jawaban : ..............................................

Lampiran 2. Kuisioner Masyarakat Desa Selo

1. Nama : ...................
2. Usia : ................... tahun
3. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Apa Pekerjaan Anda di Kawasan Ekowisata Desa Selo?
Jawaban : ...............................................
5. Kenapa anda memilih memilih usaha pada point 4 ?
Jawaban : ............................................
6. Alamat tempat tinggal ?
Jawaban : ..............................................
7. Berapa penghasilan setiap harinya sebelum di bukanya kawasan ekowisata Desa
Selo?
Jawaban : ..............................................
8. Berapa penghasilan setiap harinya setelah di bukanya kawasan ekowisata Desa
Selo?
Jawaban:…………………………………

45
9. Pada Hari apa tingkat pengujung paling tinggi?
Jawaban : ..............................................
10. Bagaiamana system kerja sama anda dengan pihak pengelola keuangan ekowisata
Desa Selo?
Jawaban : ..............................................
11. Ada atau tidak bantuan pemerintah dalam pengelolaan ekowisata Desa Selo dan
bila ada, jelaskan dalam bentuk apa?
Jawaban : ..............................................

Lampiran 3. Kuisioner Pengunjung Ekowisata

Isi dan lingkarilah jawaban yang sesuai dengan identitas Anda.


1. Nama : ...................
2. Usia : ................... tahun
3. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Apa pekerjaan Anda ?
a. Pegawai Negeri
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Ibu Rumah Tangga
e. Pelajar
f. Mahasiswa/i
Fakultas/Universitas: .......................................
g. Lainnya.
Sebutkan : ...............................................
5. Alamat tempat tinggal: ……………………………

46
6. Berapa tingkat pendapatan Anda perbulan (bila Anda sudah bekerja) ?
a. ≤ Rp1.000.000,00
b. Antara Rp 1.000.000,00 s.d Rp3.000.000,00
c. Antara Rp 3.000.000,00 s.d Rp5.000.000,00
d. ≥ Rp5.000.000,00
7. Kapan Anda terakhir kali datang ke kawasan wisata Selo?
a. Belum pernah, Kenapa?.........................................
b. ≤ 6 bulan yang lalu
c. Setahun yang lalu
d. Lebih dari setahun yang lalu, yaitu kira-kira tahun:.....................................
8. Jika anda tidak menjawab a pada no.8, berapa kali anda pernah datang ke kawasan
wisata Desa Selo?
a. 1-2kali
b. 3-4kali
c. >5kali
9. Apa alasan anda mengunjungi kawasan wisata Desa Selo?
Jawaban:……………………………………………
10. Berapa kali anda mengunjungi kawasan wisata Desa Selo?
a. Setiap hari d. Beberapa kali dalam setahun
b. Beberapa kali dalam seminggu e. Tidak pernah
c. Beberapa kali dalam sebulan

1 2 3 4 5
N Sangat Tida Cukup Baik Sangat
Pertanyaan
O Tidak k Baik Baik
Baik Baik
1 Keindahan Alam
2 Keadaan Keaneka ragaman Hayati
3 KenyamananKeterlibatan Masyarakat
4 Keterlibatan Pmerintahan
5 Jumlah Pengunjung Lokal
6 Jumlah Pengunjung Asing
7 Biaya
8 Pelayanan
9 Kebersihan
10 Sarana Transfortasi
11 Penginapan

47
PROPOSAL

LAPORAN

KULIAH KERJA ADMINISTRASI (KKA)

“MANAJEMEN EKOWISATA”

Disusun oleh:

48
Kelompok 3

No NAMA NPM
1 Asnendi 170210131
2 Kusinda Harianto 170210130
3 Diismi 170210047
4 Lia Damayanti 170210015
5 Novita Sari 170210035
6 Sri Rahayu 170210066
7 Marsudi 170210025
8 Penzi Yunardo 170210002
9 Pelia Agustina 170210001
10 Meices Anugrah 170210076
11 Riri Gusnaini 170210127
12 Rahmanda wijaksono 170210028

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS RATU SAMBAN

2019

HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN EKOWISATA

Disusun Guna memenuhi syarat menyelesaikan kuliah kerja administrasi (KKA)

Oleh:

No NAMA NPM
1 Asnendi 170210131
2 Kusinda Harianto 170210130
3 Diismi 170210047
4 Lia Damayanti 170210015
5 Novita Sari 170210035
6 Sri Rahayu 170210066
7 Marsudi 170210025
8 Penzi Yunardo 170210002

49
9 Pelia Agustina 170210001
10 Meices Anugrah 170210076
11 Riri Gusnaini 170210028
12 Rahmanda wijaksono 170210028
Telah di setujui dan di sahkan oleh:

Kepala Program Studi Dosen Pembimbing


Administrasi Negara

Akhmad Bastari, M. Ap Bakat Seno Pratomo, S.Ip, M.Si


NIDN. 0229097002 NIDN. 0205048504
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial an Politik
Universitas Ratu Samban

Yuni Indah S, M.Si


NIDN. 0213067801

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang maha pengasih lagi mahai
penyayang yang telah memberikan kanikmatan tiada terkira sehingga kami dapat
menyusun laporan kuliah kerja administrasi (KKA) mahasiswa Fakultas Ilmu Sosia dan
Politik(FISIPOL) program studi Administrasi Negara, Universitas Ratu Samban Tahun
2019 dengan tepat pada waktunya dan semaksimal mungkin.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, maka kami mengucapkan
terima kasih kepada:

50
1. Bapak Dr. H. M. Imron Rosadi, MM, M.Si selaku rector Universitas Ratu
Samban.
2. Ibu Yuni Indah S, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Ratu Samban.
3. Ibu Dra Nely Rohati, M.Ap wakil rector II Universitas Ratu Samban Selaku
pembimbing.
4. Bapak Ahmad Batari, M.Ap Ketua Program Studi Administrasi Negara
Universitas Ratu Samban.
5. Bapak Bakat Seno Pratomo, S.Ip, M.Si selaku dosen pembimbing.
6. Pemerintah Desa Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa kuliah kerja administrasi (KKA)
Universitas Ratu Samban.
8. Semua pihak yang ikut berpasrtisipasi dan mendukung dalam semua
kegiatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan proposal selanjutnya.
Arga Makmur, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
ii
Halaman Pengesahan.................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB I . PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................5

51
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS.................................................6

2.1 Landasan Teori.....................................................................................................6

2.2 Hipotesis...............................................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................11

BAB IV ORGANISASI DAN JADWAL................................................................12

4.1 Organisasi.............................................................................................................12

4.2 Jadwal...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13

iii

52

Anda mungkin juga menyukai