Anda di halaman 1dari 9

Analisis Rasio Profitabilitas Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

1. Net Profit Margin (NPM)


Rasio NPM digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba
bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi pokok bank.

Keterangan:
Pendapatan Operasional: Pendapatan pengelolaan dana dari bank + Hak bagi hasil milik
bank + Pendapatan operasional lainnya

Sehingga dari rumus di atas, jumlah Net Profit Margin bank Syariah Mandiri tahun
2015-2017 sebagai berikut:
2017

2015-2016

Proses Perhitungan

Keterangan Periode
2017 2016 2015
Net Income (net
profit for the Rp365.166 Rp325.414 Rp289.576
period)
Operating
Rp4.457.067 Rp3.811.883 Rp3.246.476
Income
Rp421.804 Rp325.414 Rp289.576
Perhitungan =
Rp4.914.786 Rp3.811.883 Rp3.246.476
NPM 81,92% 85,36% 89,19%

NET PROFIT MARGIN


90.00%
89.19%
88.00%

86.00%
85.36%
84.00%

82.00% 81.92%

80.00%

78.00%
NPM 2015 NPM 2016 NPM 2017

NPM 2015 89,19%


NPM 2016 85,36%
NPM 2017 81,92%

Hasil Analisis
Berdasarkan grafik di atas dapat di lihat bahwa Net Profit Margin Bank Syariah Mandiri
terus mengalami penurunan. Dapat dilihat pada tahun 2015 ke 2016 mengalami
penurunan sebesar 3,83% dari tahun sebelumnya sebesar 89,19% menjadi 85,36% di
tahun 2016. Penurunan ini disebabkan laba bersih yang hanya mengalami sedikit
peningkatan di banding kenaikan penjualan bersihnya. Hal ini dapat diartikan sebagai
penurunan kemampuan Bank Syariah Mandiri dalam memperoleh laba dari kegiatan
operasi pokoknya. Pada tahun 2017 kembali mengalami penurunan sebesar 3,44%
dibanding tahun sebelumnya. Penurunan tersebut berasal karena adanya peningkatan
laba bersih sebesar 12,22% dibandingkan tahun 2016 namun peningkatan tersebut
masih tertinggal dengan peningkatan biaya operasional yang terjadi, yaitu sebesar
51,35%.

2. Return on Equity (ROE


Rasio ROE digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba
bersih dibandingkan dengan ekuitas yang dimilikinya. ROE biasa dimanfaatkan oleh
stockholder untuk menghitung pembayaran dividen yang akan diperoleh. Berikut
adalah analisis ROE Bank Syariah Mandiri tahun 2015-2017:

2017

2015-2016

Proses perhitungan:
Periode
Keterangan
2017 2016 2015
Net Income (net Rp365.166 Rp325.414 Rp289.576
profit for the
period)
Total Equity Rp7.314.241 Rp6.392.437 Rp5.613.739
Rp365.166 Rp325.414 Rp289.576
Perhitungan =
Rp7.314.241 Rp6.392.437 Rp5.613,739
ROE 4,99% 5,09% 5,15%

RETURN ON EQUITY
5.20%

5.15% 5.15%

5.10%
5.09%
5.05%

5.00%
4.99%
4.95%

4.90%
ROE 2015 ROE 2016 ROE 2017

ROE 2015 5,15%


ROE 2016 5,09%
ROE 2017 4,99%

Hasil Analisis
Dari data di atas dapat dilihat bahwa Return on Equity (ROE) Bank Syariah Mandiri
pada periode 2015-2017 terus mengalami penurunan setiap tahunnya walau tidak
signifikan, hal ini dapat diartikan sebagai penurunan kemampuan Bank Syariah
Mandiri dalam mengelola equitynya untuk memperoleh keuntungan. Pada tahun 2016
penurunan ROE yang terjadi berjumlah 0,06% dari 5,15% pada tahun 2015 menjadi
5,09% pada 2016. Hal tersebut disebabkan karena Penurunan tersebut berasal karena
adanya peningkatan laba bersih sebesar 12,38% dibandingkan tahun 2015 namun
peningkatan tersebut masih tertinggal dengan peningkatan biaya operasional yang
terjadi, yaitu sebesar 13,87%. Kemudian pada tahun 2017, penurunan ROE kembali
terjadi yaitu sebesar 0,1%. Pada hasil perhitungan ROE menandakan bahwa ada
penurunan kinerja manajemen Bank Syariah Mandiri terhadap pengelolaan ekuitas
yang dimiliki sehingga penurunan laba dan menghasilkan rasio ROE yang tidak
meningkat.

3. Return on Assets (ROA)


Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu perusahaan maka semakin besar
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dihasilkan dari nilai aset atau dapat
diartikan bahwa perusahaan tersebut produktif. Berikut adalah analisis ROA Bank
Syariah Mandiri tahun 2015-2017:

2017

2015-2016

Proses perhitungan:
Periode
Keterangan
2017 2016 2015
EBIT (net
profit for the Rp487.059 Rp434.704 Rp374.126
period)
Total Aset Rp87.939.774 Rp78.831.722 Rp70.369.709
Rp487.059 Rp434.704 Rp374.126
Perhitungan =
Rp87.939.774 Rp78.831.722 Rp70.369.709
ROA 0,55% 0,55% 0,53%
RETURN ON ASSET
0.56%
0.55% 0.55% 0.55%
0.55%
0.54%
0.54%
0.53% 0.53%
0.53%
0.52%
ROA 2015 ROA 2016 ROA 2017

ROA 2015 0,53%


ROA 2016 0,55%
ROA 2017 0,55%

Hasil Analisis
Dari grafik diatas jika dilihat pada presentase ROA pada tahun 2016 hingga 2017 terjadi
kenaikan sebesar 0,02%. Yang mana presentase ROA Bank Syariah Mandiri pada tahun
2015 sebelumnya sebesar 0,53%% pada tahun 2016 naik menjadi 0,55%. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan laba tahun 2016. Sedangkan
pada tahun 2017 terlihat pada grafik bahwa persentase ROA mengalami kestabilan, hal
ini menandakan bahwa kinerja manajemen Bank Mandiri terhadap pengelolaan aktiva
yang dimiliki stabil sehingga laba EBIT dan rasio ROA juga stabil tidak bertumbuh
maupun berkurang. Hal ini menandakan bahwa BSM mampu mempertahankaan kinerja
manajemen terhadap pengelolaan aktiva yang dimiliki sehingga meningkatkan laba
EBIT dan menghasilkan rasio ROA yang stabil.

4. Net Imbalan (NI)


Rasio NI menunjukan tingkat kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif
sehingga bisa menghasilkan laba bersih, yang juga merupakan selisih antara bunga
simpanan dengan bunga pinjaman. Semakin tinggi persentase atas hasil perhitungan
maka dapat diartikan bahwa perusahaan telah berhasil dalam menghasilkan pendapatan
bunga yang lebih besar dari pengelolaan aktiva produktif perusahaan dengan begitu
maka risiko defisit pendapatan dari bunga dapat dihindari dan manajemen
perusahaannya telah berhasil. Berikut adalah analisis NIM Bank Syariah Mandiri tahun
2015-2017:

NET IMABALAN
8.00%
7.35%
7.00%
6.00% 6.16%
5.75%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
NIM 2015 NIM 2016 NIM 2017

NIM 2015 5,75%


NIM 2016 6,16%
NIM 2017 7,35%

Hasil Analisis
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Net Imbalan pada Bank Syariah Mandiri
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2016, rasio Net Imbalan
mencapai 6,16%, naik terhadap rasio NI tahun 2015 sebesar 5,75%. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan pendapatan Bank dan membaiknya cost of fund. Sedangkat pada
tahun 2017 juga mengalami kenaikan sebesar 1,19% yang tadinya sebesar 6,16% pada
tahun 2016 menjadi 7,35% di tahun 2017. Kenaikan tersebut disebabkan karena bank
Bank Syariah Mandiri melakukan pengelolaan biaya operasional yang sehat serta
keberhasilan Bank Syariah Mandiri mengendalikan struktur pendanaan menjadi lebih
efisien.

5. Beban Opersional Pendapatan Operasional (BOPO)


Rasio BOPO menunjukkan efisiensi perbankan dalam melakukan kegiatannya. Belanja
operasional adalah biaya bunga yang dikeluarkan untuk membayar simpanan atau
investasi nasabah, sedangkan pendapatan operasional adalah bunga yang diperoleh dari
kredit yang diberikan kepada nasabah. Semakin kecil nilai BOPO dapat diartikan
bahwa perusahaan menjadi semakin efisien dalam mengoperasikan dananya. Berikut
adalah analisis BOPO Bank Syariah Mandiri tahun 2015-2017:

BOPO
95.00%

94.80% 94.78%

94.60%

94.40% 94.44%

94.20%
94.12%
94.00%

93.80%

93.60%
BOPO 2015 BOPO 2016 BOPO 2017

BOPO 2015 94,78%


BOPO 2016 94,12%
BOPO 2017 94,44%
Hasil Analisis
Jika di lihat pada grafik di atas, maka dapat di simpulkan bahwa BOPO Bank Syariah
Mandiri selama 3 tahun mengalami fluktuatif. Pada tahun 2016 mengalami penurunan
sebesar 0,66% yang pada awalnya sebesar 94,78% ditahun 2015 menjadi sebesar
94,12% pada tahun 2016. Terjadi penurunan presentase BOPO, menandakan bahwa
Bank Syariah Mandiri mampu memangkas biaya operasional dan mengefisiensikan
dana yang dimiliki. Sepanjang tahun 2016, Bank Mandiri secara aktif terus
melaksanakan program efisiensi biaya operasional dimana pertumbuhan biaya akan
lebih difokuskan untuk mendukung pengembangan jaringan pelayanan yang
mendukung pertumbuhan transaksi dan pengembangan infrastruktur pendukung
berbasis digitalisasi yang secara berkelanjutan akan lebih efisien menekan
pertumbuhan biaya. Sedangkan pada tahun 2017, BOPO Bank Syariah Mandiri
mengalami kenaikan sebesar 0,32 yang mana pada tahun 2016 sebesar 94,12% menjadi
94,44% pada tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh opex (operational expenses), juga
disebabkan oleh pencadangan yang terbentuk akibat pembiayaan bermasalah (non
performing financing/NPF), serta biaya investasi, terutama gaji pegawai, juga menjadi
penyebab tingginya BOPO.

Anda mungkin juga menyukai