Annisa Nadhira M.1, Azka Zulfah S.2, Gabriel Pratama P.W.3, Ida Ayu C.P.4, Kintan Putri D.5,
Michael Rico J.6, Shalzabilla Arsintya7, Adipandang Yudono, S.Si, MURP,Ph.D.8
1
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.annisanadhiramaudina@gmail.com
2
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.azkazulfah@gmail.com
3
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.gabrielpratama@gmail.com
4
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.idaayucintya@gmail.com
5
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.kintanputri@gmail.com
6
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.michaelricojunior@gmail.com
7
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.shalzabillaarsintya@gmail.com
8
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, adipandang@ub.ac.id
ABSTRAK
Abstrak: Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi wisata alam,
buatan, dan budaya. Namun belum semua objek wisata dikembangkan, seperti wisata budaya yang
belum dikelola dengan maksimal bila dibandingkan dengan wisata alam atau buatan. Permasalahan
utama sektor pariwisata terdapat pada promosi dan kurangnya kesadaran masyarakat. Tujuan
penelitian ini adalah menyusun visi dan misi pengembangan, mengukur keberhasilan pencapaian,
mengetahui daya dukung sumber daya dan alokasinya, serta menyusun proses pengendalian
pengembangan. Metode yang digunakan adalah survei primer, survei sekunder, dan sampling.
Metode analisis berupa deskriptif, evaluatif, dan development. Dengan teknik analisis yaitu analisis
kebijakan, analisis potensi dan masalah, analisis IPA, analisis daya dukung lingkungan, analisis
PESTEL, analisis CSF, dan analisis SWOT. Obyek wisata yang diteliti adalah Kawasan Pendakian
Gunung Semeru, Pura Mandara Giri Semeru Agung, Situs Biting, Alun-alun Lumajang, Desa
Sumbersuko, dan Kawasan Pesisir Dampar. Dalam penelitian ini akan disusun strategi dan program
yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan pengembangan pariwisata. Potensi wisata di Kabupaten
Lumajang dapat dikembangkan dengan mengaitkan wisata alam dan budaya. Objek wisata gunung
dan laut tersebut dihubungkan oleh wisata budaya yang berada di tengah rute wisata, guna
menciptakan integrasi antar wisata.
Abstract: Lumajang Regency is an area that has a variety of natural, artificial, and cultural
potentials tourism. However, not all attractions are developed, such as cultural tourism that has not
managed optimally than natural or artificial tourism. The main problems of tourism sector are
promotion and lack of public awareness. The purposes of this study are to create vision and mission
of development planning, measure achievement success, determine the carrying capacity of
resources and its allocation and create development control process. The methods are primary
survey, secondary survey, and sampling. Analytical methods used in this research are descriptive,
evaluative, and development. With analysis techniques are policy analysis, potential and problem
analysis, IPA, environmental carrying capacity, PESTEL, CSF, and SWOT. The tourism objects that
are researched are Mount Semeru Climbing Area, Mandara Giri Semeru Agung Temple, Biting Site,
Lumajang Square, Sumbersuko Village, and Dampar Coastal Area. In this research, strategies and
programs will be developed based on potential attraction and tourism development needs. Tourism
potential in Lumajang Regency can be developed by connecting nature and culture attractions. The
mountain and sea tourism objects are connected by cultural tourism in the middle of the tourist
route, in order to create integration between the tourisnm objects.
1
2 |
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi
sosial budaya, alam, dan ilmu [ CITATION HKo14 \l 1033 ].Pariwisata menjadi
daya tarik tersendiri dalam pengembangannya di Indonesia. Bahkan berbagai
daerah telah berupaya meningkatkan destinasi wisatanya untuk menarik calon
wisatawan. Tak terkecuali Kabupaten Lumajang yang merupakan salah satu
destinasi wisata di Provinsi Jawa Timur memiliki berbagai potensi wisata. Salah
satunya potensi wisata sejarah cagar budaya. Selain wisata budaya dan alam yang
eksotis telah dimilikinya. Dari fenomena ini , setelah kami mengikuti Studio
Perencanaan Wilayah kami tertarik pada potensi cagar budaya yang masih belum
diminati oleh wisatawan.
Kabupaten Lumajang sebagai pemilik wilayah terbesar dari kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru mendapat perhatian besar dari Kementerian
Pariwisata dalam upaya mengembangkan potensi daya tarik wisata. Terdapat
cukup banyak potensi wisata yang ada di Kabupaten Lumajang dan dibagi menjadi
beberapa klasifikasi, diantaranya adalah wisata alam, buatan, budaya, religi dan
minat khusus. Wisata alam unggulan diantaranya adalah Puncak B29, Air Terjun
Tumpak Sewu, dan Segitiga Ranu. Sedangkan wisata buatan terdiri dari waterpark
dan alun-alun. Wisata budaya terdiri dari sekitar 15 cagar budaya dan 17
monumen yang merupakan bagian dari sejarah keberadaan Kabupaten Lumajang.
Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan destinasi wisata religi yang diyakini
oleh Umat Hindu sebagai Pura tertua yang ada di Asia Tenggara. Terakhir adalah
wisata minat khusus diantaranya adalah pendakian Gunung Semeru, dan
Ranupane dan Ranu Kumbolo.Dari sekian banyak potensi wisata di Kabupaten
Lumajang yang menjadi primadona bagi wisatawan sampai dengan saat ini adalah
wisata alam, sedangkan wisata budaya tepatnya keberadaan situs atau
peninggalan Zaman Purbakala kurang diminati oleh wisatawan.
Padahal jika dilihat dari sejarahnya, Lumajang mempunyai potensi budaya
yang luar biasa dan sudah dikenal keberadaannya serta sudah banyak dikunjungi
3
oleh masyarakat dari luar daerah sejak masa Kerajaan Kediri (masa Pemerintahan
Raja Kameswara pada tahun 1182 M), dimana daerah Lumajang suda berkembang
menjadi sentra-sentra keagamaan karena kepentingan ritual para pejabat Kerajaan
Kediridalam rangka melakukan ritual Agama Hindu di Gunung Semeru (berkaitan
dengan hal tersebut banyak ditemukan peninggalan sejarah seperti Arca Pada,
Prasasti Ranu Kumbolo, Prasasti Tesirejo serta beberapa peninggalan bekas
tempat ritual Agama Hindu di daerah Lereng Semeru). Hal ini yang kemudian
menjadi rujukan mengapa Pura Mandhara Giri Semeru Agung sebagai Pura yang
diyakini sebagai Pura tertua se Asia Tenggara oleh Umat Hindu.
Belum lagi, tim Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lumajang terus mengumpulkan berbagai macam temuan- temuannya. Baik
temuan yang dilakukan sendiri maupun warga yang sukarela menyerahkan
berbagai temuan purbakala itu ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lumajang.Untuk melestarikan temuan dan keberadaan situs pubakala itu, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Lumajang telah mendirikan museum Daerah
Kabupaten Lumajang. Dalam museum itu, berbagai miniatur situs purbakala dan
hasil temuan diteliti dan dilestarikan.
dengan wisata buatan maupun wisata alam. Padahal dengan potensi yang sangat
besar itu— bila dibandingkan dengan daerah lain seperti probolinggo, Pasuruan,
Probolinggo, Bondowoso, jember dan Banyuwangi—Lumajang tak kalah
menariknya.
B. METODE PELAKSANAAN
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei primer dan
survei sekunder. Survei primer merupakan metode pencarian data dan informasi
yang dilakukan secara langsung melalui responden di lapangan. Sedangkan survei
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara atau pihak lain (Fauzi, 2009).
Survei primer dilakukan dengan beberapa teknik perolehan data berupa
observasi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner. Observasi lapangan
merupakan pengamatan secara langsung objek penelitian berupa objek daya tarik
wisata (ODTW), fasilitas di objek wisata, dan kondisi transportasi/aksesibilitas
menuju objek wisata. Wawancara merupakan cara memperoleh informasi lebih
luas dan detail kepada narasumber yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Lumajang dan pengelola masing-masing objek wisata terkait kondisi
pariwisata secara umum dan visi misi yang telah ditentukan. Sedangkan kuesioner
merupakan perolehan informasi secara acak dengan sasaran
wisatawan/pengunjung objek wisata untuk mengetahui tingkat kepuasan dan
kepentingan fasilitas dan aksesibilitas di objek wisata yang dikunjungi.
Survei sekunder dilakukan dengan studi literatur serta perolehan data dari
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Studi literatur merupakan
perolehan data yang berasal dari internet berupa kebijakan pariwisata di
Kabupaten Lumajang yang terdiri dari RTRW Kabupaten Lumajang, RPJMD
Kabupaten Lumajang, RIPPDA Kabupaten Lumajang, serta Renstra Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Sedangkan survei primer ke
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang dilakukan untuk
memperoleh data kunjungan wisatawan, potensi desa wisata, dan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Lumajang.
5
2. Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi sample objek wisata dan sample
wisatawan.
a. Sampel Objek Wisata
Indikator pemilihan objek wisata didasarkan pada visi misi yang telah
disusun yaitu wisata berbasis alam, budaya, dan olahraga serta terletak di
jalur integrasi Gunung-Laut. Sehingga objek wisata yang terpilih berupa
gunung, desa wisata berbasis budaya sebagai konektivitas, dan laut.
Tabel 1 Sampel Objek Wisata
Lokasi Wisata Jenis Keterangan
Kawasan PendakianWisata alam danWisata unggulan berskala
Gunung Semeru olahraga nasional
Pura tertua di nusantara
Pura Mandara Giri Wisata Budaya
(Indonesia).
Situs arkeologi peninggalan
Situs Biting Wisata Budaya ibukota pemerintahan
Lumajang
Wisata BudayaLokasi festival budaya tahunan
Alun-Alun Lumajang
dan olahraga “Jharan Kencak”
Terdapat event budaya
Desa Sumbersuko Wisata Budaya
“Sedekah Desa Sumbersuko”
Kawasan PesisirWisata alam danPantai yang memiliki sunset
Dampar olahraga terbaik
b. Sampel Wisatawan
Sampel wisatawan secara umum mengacu pada jumlah wisatawan di Kabupaten
Lumajang tahun 2018 yaitu 3.597.712 jiwa, yang akan ditentukan dengan
rumus Slovin (Umar, 2009):
N
n =
( 1+ Ne2 )
=
3.597 .712
(1)
(1+ ( 3.597 .712 x 0,102 ) )
Sampel responden yang didapatkan akan didistribusikan pada 6 (enam)
sample objek wisata menggunakan accidential sampling (Sugiyono, 2003)
sebagai berikut:
2
Pura Mandara Giri 44.073 2 x 100 = 18
11
1
Situs Biting 555 1 x 100 = 9
11
3
Alun-Alun Lumajang 918.463 3 x 100 = 27
11
1
Desa Sumbersuko n/a 1 x 100 = 9
11
Kawasan Pesisir 2
44.843 2 x 100 = 18
Dampar 11
11 100
3. Metode Analisis
Metode analisis adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk
membandingkan data dengan standar yang ada, mencari tahu penyebab dan akar
masalah dari kondisi eksisting dan hasilnya akan digunakan sebagai arahan dan
rekomendasi dalam penyusunan rencana. Metode analisis dibagi atas tiga jenis
dalam penelitian ini, yaitu metode analisis deskriptif, metode analisis evaluatif, dan
metode analisis development.
4. Teknik Analisis
a. Analisis IPA
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan analisis yang
dipergunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian antara tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja. Berikut rumus yang digunakan pada IPA.
Xi
Tki= ×100 %
Yi
(2)
Keterangan:
Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor Penilaian Tingkat Kinerja
Yi = Skor Penilaian Tingkat Kepentingan
b. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi,
termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi
desain kebijakan publik [ CITATION Pan03 \l 1033 ]. Kegiatan utama
analisis kebijakan ialah pengumpulan informasi secara sistematis dan
penarikan kesimpulan logis dari informasi tersebut. Dengan demikian,
analisis kebijakan berdasarkan pada kaidah ilmiah.
c. Value Proposition
7
wisata cagar budaya, yakni para pelajar. Sehingga sangat potensial untuk
mengembangkan target pasar yang lebih luas lagi yakni nasional.
Cagar budaya terdiri dari lima kriteria, yaitu benda cagar budaya, struktur cagar
budaya, bangunan cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya.
Kriteria cagar budaya terdapatdidalam Undang - undang Nomor 11 Tahun 2010
Tentang cagar budaya dan Kabupaten Lumajang memiliki Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Cagar budaya. Cagar budaya dapat
dilakukan pelestarian yaitu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
Cagar budaya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.
Beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang memiliki cagar budaya yang menarik
dengan local wisdomnya (kebijaksanaan lokal) dan kemampuan lokalnya yang
tinggi. Masing-masing kecamatan memiliki ciri khas budaya yang dituangkan
dalam peninggalan cagar budayanya berdasarkan perkembangan masa, maka
berdasarkan kriteria cagar budaya dibagi menjadi Masa Prasejarah, Masa Klasik
(Masa sejarah), Masa Islam dan masa Kolonial. Dalam tulisan ini tidak semua yang
akan diungkapkan tetapi hanya cagar budaya yang dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh Pemerintah dan masyarakat, karena dengan mengenal cagar
budaya dapat memberikan guna edukasi, informasi dan rekreasi. Dan juga
terdapat nilai-nilai penting yaitu nilai kesejarahan, nilai pendidikan, nilai ilmu
pengetahuan, nilai kebudayaan, nilai agama dan nilai ekonomi.
Dalam kegiatan survei yang telah dilakukan kami menemukan data bahwa
Wisata Cagar Budaya mempunyai target segmentasi yang sangat terbatas, yakni
pelajar tingkat SD, SMP dan SMU dan Mahasiswa dan pihak-pihak yang melakukan
penelitian terkait cagar budaya. Hal ini nampak pada setiap strategi komunikasi
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan memberikan
sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang keberadaan cagar budaya yang di
Kabupaten Lumajang dan sejarah terkait dengan keberadaan cagar budaya
tersebut. Beberapa program pemasaran destinasi wisata yang diikuti Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, diantaranya melalui kegiatan
yang berbentuk exhibisi/pameran. Diantaranya adalah:
1. Majapahit Travel Fair (MTF) merupakan pameran produk wisata mulai dari
alam, buatan, seni dan budaya yang diselenggarakan oleh sebuah
kepanitiaan yang dibentuk khusus dalam mensukseskan acara ini.
10 |
4. Bali & Beyond Travel Fair 2017 Salah satu target dari pelaksanaan kegiatan
ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada Tour Operator tentang
potensi wisata di Kabupaten Lumajang dan tentunya dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara maupun internasional ke
Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Fauziyah. (2017). Komunikasi Pemasaran Destinasi Cagar Budaya di Kabupaten Lumajang.
JURNAL KOMUNIKASI PROFESIONAL , 149 - 165.
Karunia, A. R. (2018). Analisis Pusat Pertumbuhan Pariwisata Di Kabupaten. MKG, 90 -
100.
Kohyat, H. (2014). Definisi Parwisata Menurut Beberapa Ahli. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.