Anda di halaman 1dari 18

PARIWISATA BUDAYA DI KABUPATEN LUMAJANG YANG

KURANG DIMINATI WISATAWAN

Annisa Nadhira M.1, Azka Zulfah S.2, Gabriel Pratama P.W.3, Ida Ayu C.P.4, Kintan Putri D.5,
Michael Rico J.6, Shalzabilla Arsintya7, Adipandang Yudono, S.Si, MURP,Ph.D.8
1
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.annisanadhiramaudina@gmail.com
2
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.azkazulfah@gmail.com
3
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.gabrielpratama@gmail.com
4
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.idaayucintya@gmail.com
5
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.kintanputri@gmail.com
6
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.michaelricojunior@gmail.com
7
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, s1pwkub17.shalzabillaarsintya@gmail.com
8
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, adipandang@ub.ac.id

ABSTRAK

Abstrak: Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi wisata alam,
buatan, dan budaya. Namun belum semua objek wisata dikembangkan, seperti wisata budaya yang
belum dikelola dengan maksimal bila dibandingkan dengan wisata alam atau buatan. Permasalahan
utama sektor pariwisata terdapat pada promosi dan kurangnya kesadaran masyarakat. Tujuan
penelitian ini adalah menyusun visi dan misi pengembangan, mengukur keberhasilan pencapaian,
mengetahui daya dukung sumber daya dan alokasinya, serta menyusun proses pengendalian
pengembangan. Metode yang digunakan adalah survei primer, survei sekunder, dan sampling.
Metode analisis berupa deskriptif, evaluatif, dan development. Dengan teknik analisis yaitu analisis
kebijakan, analisis potensi dan masalah, analisis IPA, analisis daya dukung lingkungan, analisis
PESTEL, analisis CSF, dan analisis SWOT. Obyek wisata yang diteliti adalah Kawasan Pendakian
Gunung Semeru, Pura Mandara Giri Semeru Agung, Situs Biting, Alun-alun Lumajang, Desa
Sumbersuko, dan Kawasan Pesisir Dampar. Dalam penelitian ini akan disusun strategi dan program
yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan pengembangan pariwisata. Potensi wisata di Kabupaten
Lumajang dapat dikembangkan dengan mengaitkan wisata alam dan budaya. Objek wisata gunung
dan laut tersebut dihubungkan oleh wisata budaya yang berada di tengah rute wisata, guna
menciptakan integrasi antar wisata.

Kata Kunci: Pariwisata; Kabupaten Lumajang; Kebijakan; Integrasi; Budaya

Abstract: Lumajang Regency is an area that has a variety of natural, artificial, and cultural
potentials tourism. However, not all attractions are developed, such as cultural tourism that has not
managed optimally than natural or artificial tourism. The main problems of tourism sector are
promotion and lack of public awareness. The purposes of this study are to create vision and mission
of development planning, measure achievement success, determine the carrying capacity of
resources and its allocation and create development control process. The methods are primary
survey, secondary survey, and sampling. Analytical methods used in this research are descriptive,
evaluative, and development. With analysis techniques are policy analysis, potential and problem
analysis, IPA, environmental carrying capacity, PESTEL, CSF, and SWOT. The tourism objects that
are researched are Mount Semeru Climbing Area, Mandara Giri Semeru Agung Temple, Biting Site,
Lumajang Square, Sumbersuko Village, and Dampar Coastal Area. In this research, strategies and
programs will be developed based on potential attraction and tourism development needs. Tourism
potential in Lumajang Regency can be developed by connecting nature and culture attractions. The
mountain and sea tourism objects are connected by cultural tourism in the middle of the tourist
route, in order to create integration between the tourisnm objects.

1
2 |

Keywords: Tourism; Lumajang Regency; Policy; Integration; Culture

A. LATAR BELAKANG
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi
sosial budaya, alam, dan ilmu [ CITATION HKo14 \l 1033 ].Pariwisata menjadi
daya tarik tersendiri dalam pengembangannya di Indonesia. Bahkan berbagai
daerah telah berupaya meningkatkan destinasi wisatanya untuk menarik calon
wisatawan. Tak terkecuali Kabupaten Lumajang yang merupakan salah satu
destinasi wisata di Provinsi Jawa Timur memiliki berbagai potensi wisata. Salah
satunya potensi wisata sejarah cagar budaya. Selain wisata budaya dan alam yang
eksotis telah dimilikinya. Dari fenomena ini , setelah kami mengikuti Studio
Perencanaan Wilayah kami tertarik pada potensi cagar budaya yang masih belum
diminati oleh wisatawan.
Kabupaten Lumajang sebagai pemilik wilayah terbesar dari kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru mendapat perhatian besar dari Kementerian
Pariwisata dalam upaya mengembangkan potensi daya tarik wisata. Terdapat
cukup banyak potensi wisata yang ada di Kabupaten Lumajang dan dibagi menjadi
beberapa klasifikasi, diantaranya adalah wisata alam, buatan, budaya, religi dan
minat khusus. Wisata alam unggulan diantaranya adalah Puncak B29, Air Terjun
Tumpak Sewu, dan Segitiga Ranu. Sedangkan wisata buatan terdiri dari waterpark
dan alun-alun. Wisata budaya terdiri dari sekitar 15 cagar budaya dan 17
monumen yang merupakan bagian dari sejarah keberadaan Kabupaten Lumajang.
Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan destinasi wisata religi yang diyakini
oleh Umat Hindu sebagai Pura tertua yang ada di Asia Tenggara. Terakhir adalah
wisata minat khusus diantaranya adalah pendakian Gunung Semeru, dan
Ranupane dan Ranu Kumbolo.Dari sekian banyak potensi wisata di Kabupaten
Lumajang yang menjadi primadona bagi wisatawan sampai dengan saat ini adalah
wisata alam, sedangkan wisata budaya tepatnya keberadaan situs atau
peninggalan Zaman Purbakala kurang diminati oleh wisatawan.
Padahal jika dilihat dari sejarahnya, Lumajang mempunyai potensi budaya
yang luar biasa dan sudah dikenal keberadaannya serta sudah banyak dikunjungi
3

oleh masyarakat dari luar daerah sejak masa Kerajaan Kediri (masa Pemerintahan
Raja Kameswara pada tahun 1182 M), dimana daerah Lumajang suda berkembang
menjadi sentra-sentra keagamaan karena kepentingan ritual para pejabat Kerajaan
Kediridalam rangka melakukan ritual Agama Hindu di Gunung Semeru (berkaitan
dengan hal tersebut banyak ditemukan peninggalan sejarah seperti Arca Pada,
Prasasti Ranu Kumbolo, Prasasti Tesirejo serta beberapa peninggalan bekas
tempat ritual Agama Hindu di daerah Lereng Semeru). Hal ini yang kemudian
menjadi rujukan mengapa Pura Mandhara Giri Semeru Agung sebagai Pura yang
diyakini sebagai Pura tertua se Asia Tenggara oleh Umat Hindu.
Belum lagi, tim Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lumajang terus mengumpulkan berbagai macam temuan- temuannya. Baik
temuan yang dilakukan sendiri maupun warga yang sukarela menyerahkan
berbagai temuan purbakala itu ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lumajang.Untuk melestarikan temuan dan keberadaan situs pubakala itu, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Lumajang telah mendirikan museum Daerah
Kabupaten Lumajang. Dalam museum itu, berbagai miniatur situs purbakala dan
hasil temuan diteliti dan dilestarikan.

Gambar 1 Museum Daerah Kabupaten Lumajang


Sumber: Hasil Survei Primer (2020)
Aspek budaya merupakan elemen yang sangat penting dalam membentuk
sebuah peradaban masyarakat, tak terkecuali di Lumajang. Maka, keberadaan situs
pubakaal ini juga sangat penting diketahui warga. Untuk dijadikan rujukan
maupun mengetahui sejarah Lumajang. Maka dalam konteks pariwisata, situs
purbakala tidak hanya mendatangkan efek ekonomi dari tingkat kunjungan
wisatawan. Tapi juga memberikan edukasi sejarah yang bagi para pengunjungnya.
Sehingga pengelolaan wisata cagar budaya memang harus memiliki cara berbeda
dibandingkan dengan wisata alam maupun buatan. Meski di Lumajang pengelolaan
destinasi wisata cagar budaya ini masih belum maksimal. Bila dibandingkan
4 |

dengan wisata buatan maupun wisata alam. Padahal dengan potensi yang sangat
besar itu— bila dibandingkan dengan daerah lain seperti probolinggo, Pasuruan,
Probolinggo, Bondowoso, jember dan Banyuwangi—Lumajang tak kalah
menariknya.

B. METODE PELAKSANAAN
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei primer dan
survei sekunder. Survei primer merupakan metode pencarian data dan informasi
yang dilakukan secara langsung melalui responden di lapangan. Sedangkan survei
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara atau pihak lain (Fauzi, 2009).
Survei primer dilakukan dengan beberapa teknik perolehan data berupa
observasi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner. Observasi lapangan
merupakan pengamatan secara langsung objek penelitian berupa objek daya tarik
wisata (ODTW), fasilitas di objek wisata, dan kondisi transportasi/aksesibilitas
menuju objek wisata. Wawancara merupakan cara memperoleh informasi lebih
luas dan detail kepada narasumber yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Lumajang dan pengelola masing-masing objek wisata terkait kondisi
pariwisata secara umum dan visi misi yang telah ditentukan. Sedangkan kuesioner
merupakan perolehan informasi secara acak dengan sasaran
wisatawan/pengunjung objek wisata untuk mengetahui tingkat kepuasan dan
kepentingan fasilitas dan aksesibilitas di objek wisata yang dikunjungi.
Survei sekunder dilakukan dengan studi literatur serta perolehan data dari
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Studi literatur merupakan
perolehan data yang berasal dari internet berupa kebijakan pariwisata di
Kabupaten Lumajang yang terdiri dari RTRW Kabupaten Lumajang, RPJMD
Kabupaten Lumajang, RIPPDA Kabupaten Lumajang, serta Renstra Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Sedangkan survei primer ke
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang dilakukan untuk
memperoleh data kunjungan wisatawan, potensi desa wisata, dan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Lumajang.
5

2. Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi sample objek wisata dan sample
wisatawan.
a. Sampel Objek Wisata
Indikator pemilihan objek wisata didasarkan pada visi misi yang telah
disusun yaitu wisata berbasis alam, budaya, dan olahraga serta terletak di
jalur integrasi Gunung-Laut. Sehingga objek wisata yang terpilih berupa
gunung, desa wisata berbasis budaya sebagai konektivitas, dan laut.
Tabel 1 Sampel Objek Wisata
Lokasi Wisata Jenis Keterangan
Kawasan PendakianWisata alam danWisata unggulan berskala
Gunung Semeru olahraga nasional
Pura tertua di nusantara
Pura Mandara Giri Wisata Budaya
(Indonesia).
Situs arkeologi peninggalan
Situs Biting Wisata Budaya ibukota pemerintahan
Lumajang
Wisata BudayaLokasi festival budaya tahunan
Alun-Alun Lumajang
dan olahraga “Jharan Kencak”
Terdapat event budaya
Desa Sumbersuko Wisata Budaya
“Sedekah Desa Sumbersuko”
Kawasan PesisirWisata alam danPantai yang memiliki sunset
Dampar olahraga terbaik

b. Sampel Wisatawan
Sampel wisatawan secara umum mengacu pada jumlah wisatawan di Kabupaten
Lumajang tahun 2018 yaitu 3.597.712 jiwa, yang akan ditentukan dengan
rumus Slovin (Umar, 2009):
N
n =
( 1+ Ne2 )
=
3.597 .712
(1)
(1+ ( 3.597 .712 x 0,102 ) )
Sampel responden yang didapatkan akan didistribusikan pada 6 (enam)
sample objek wisata menggunakan accidential sampling (Sugiyono, 2003)
sebagai berikut:

Tabel 2 Sampel Wisatawan


Jumlah Jumlah
Nama Objek Wisata Perbandingan
Wisatawan Sampel
Kawasan Pendakian 2
47.538 2 x 100 = 18
Gunung Semeru 11
6 |

2
Pura Mandara Giri 44.073 2 x 100 = 18
11
1
Situs Biting 555 1 x 100 = 9
11
3
Alun-Alun Lumajang 918.463 3 x 100 = 27
11
1
Desa Sumbersuko n/a 1 x 100 = 9
11
Kawasan Pesisir 2
44.843 2 x 100 = 18
Dampar 11
11 100
3. Metode Analisis
Metode analisis adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk
membandingkan data dengan standar yang ada, mencari tahu penyebab dan akar
masalah dari kondisi eksisting dan hasilnya akan digunakan sebagai arahan dan
rekomendasi dalam penyusunan rencana. Metode analisis dibagi atas tiga jenis
dalam penelitian ini, yaitu metode analisis deskriptif, metode analisis evaluatif, dan
metode analisis development.
4. Teknik Analisis
a. Analisis IPA
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan analisis yang
dipergunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian antara tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja. Berikut rumus yang digunakan pada IPA.
Xi
Tki= ×100 %
Yi
(2)
Keterangan:
Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor Penilaian Tingkat Kinerja
Yi = Skor Penilaian Tingkat Kepentingan
b. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi,
termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi
desain kebijakan publik [ CITATION Pan03 \l 1033 ]. Kegiatan utama
analisis kebijakan ialah pengumpulan informasi secara sistematis dan
penarikan kesimpulan logis dari informasi tersebut. Dengan demikian,
analisis kebijakan berdasarkan pada kaidah ilmiah.
c. Value Proposition
7

Value Proposition atau proporsi nilai menurut Osterwalder dan Pigneur


(2010) merupakan suatu nilai atau manfaat yang dapat menjadi suatu hal
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam penentuan pertambahan
nilai, dibutuhkan adanya value discipline strategy atau bisa disebut disiplin
nilai yang menekankan pada pentingnya identifikasi segmen pasar melalui
tiga jenis strategi, yaitu operational excellence, product leadership dan
customer intimacy [ CITATION Vin13 \l 1033 ].
d. Analisis PESTEL
Analisis PESTEL digunakan dalam scenario manajemen proyek sebagai alat
bantu dalam strategi untuk memahami lingkungan eksternal di mana
mereka akan beroperasi di masa depan. Pada langkah pertama yaitu
mengumpulkan informasi tentang perubahan pada faktor politik, ekonomi,
sosial, teknologi, lingkungan dan legal. Langkah kedua yaitu
mengidentifikasi faktor PESTEL yang merupakan peluang atau ancaman
[ CITATION Kur17 \l 1033 ].
e. Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri atas empat faktor yang masing-masing saling
mendukung dengan yang lain. Empat faktor tersebut adalah kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats). Keterkaitan antar keempat faktor tersebut akan
membantu dalam mengevaluasi potensi dan masalah dari suatu kegiatan
pembangunan. Empat faktor tersebut berasal dari internal maupun
eksternal. Kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang datang
dari internal, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari luar.
f. Analisis Daya Dukung
Analisis daya dukung merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
menghitung kapasitas suatu objek wisata untuk menampung jumlah
maksimum wisatawan. Adapun perhitungan daya dukung fisik pada
penelitian ini menggunakan rumus Fandeli (2002) sebagai berikut:
1
PCC= A x x Rf
B (3)
Keterangan:
PCC : Physical Carrying Capasity
8 |

A : Luas area yang digunakan untuk wisata


B : Luas area yang dibutuhkan untuk memperoleh kepuasan dan
kenyamanan wisatawan (menurut Douglas (1975) sebesar 65m2 = 0,0065
ha)
Rf : Faktor rotasi pergantian wisatawan, yaitu rata-rata lama waktu
berwisata wisatawan
Setelah menghitung daya dukung fisik, kemudian dilakukan perhitungan
kapasitas daya tampung di setiap objek wisata di Kabupaten Lumajang
dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah Wisatawan
PCC (4)
g. Analisis Critical Success Factor
Analisis Critical Success Factor merupakan analisis yang digunkan untuk
menginterpretasikan tujuan, taktik, dan aktifitas dalam suatu wilayah.
Dengan kata lain, CSF merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
implementasi strategi suatu organisasi untuk mencapai visi dan misinya
[ CITATION KVa06 \l 1057 ].

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2019 dari Bidang
Pemasaran Dinas Kabupaten Lumajang, masing-masing wisata gunung, laut dan
budaya (kawasan pendakian gunung semeru, pantai dampar dan Situs Biting),
wisata buaya situs bitung memiliki kunjungan yang sangat sedikit jika
dibandingkan dengan wisata gunung dan wisata laut 32.694 dan 1.339 yakni
masing-masing adalah 201.305, 32.694 dan 1.339. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kegiatan komunikasi pemasaran perlu ditingkatkan lagi intensitasnya,
kualitas pengemasan pesannya hingga pentingnya branding wisata cagar budaya
yang belum tercipta. Dapat dikatakan trend tiap tahunnya tidak menunjukkan
peningkatan yang siginifikan di setiap tahunnya. Juga perlu diterapkan dengan
elemen komunikasi pemasaran lainnya yang dalam beberapa tahun ini belum
dapat dilaksanakan, seperti periklanan di media Televisi, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Lumajang belum mampu membuat program khusus untuk
ditayangkan di saluran TV-E yang berskala nasional. Channel TV-E (Televisi
Education) ini mempunyai target pasar yang sesuai dengan target pasar destinasi
9

wisata cagar budaya, yakni para pelajar. Sehingga sangat potensial untuk
mengembangkan target pasar yang lebih luas lagi yakni nasional.
Cagar budaya terdiri dari lima kriteria, yaitu benda cagar budaya, struktur cagar
budaya, bangunan cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya.
Kriteria cagar budaya terdapatdidalam Undang - undang Nomor 11 Tahun 2010
Tentang cagar budaya dan Kabupaten Lumajang memiliki Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Cagar budaya. Cagar budaya dapat
dilakukan pelestarian yaitu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
Cagar budaya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.
Beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang memiliki cagar budaya yang menarik
dengan local wisdomnya (kebijaksanaan lokal) dan kemampuan lokalnya yang
tinggi. Masing-masing kecamatan memiliki ciri khas budaya yang dituangkan
dalam peninggalan cagar budayanya berdasarkan perkembangan masa, maka
berdasarkan kriteria cagar budaya dibagi menjadi Masa Prasejarah, Masa Klasik
(Masa sejarah), Masa Islam dan masa Kolonial. Dalam tulisan ini tidak semua yang
akan diungkapkan tetapi hanya cagar budaya yang dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh Pemerintah dan masyarakat, karena dengan mengenal cagar
budaya dapat memberikan guna edukasi, informasi dan rekreasi. Dan juga
terdapat nilai-nilai penting yaitu nilai kesejarahan, nilai pendidikan, nilai ilmu
pengetahuan, nilai kebudayaan, nilai agama dan nilai ekonomi.
Dalam kegiatan survei yang telah dilakukan kami menemukan data bahwa
Wisata Cagar Budaya mempunyai target segmentasi yang sangat terbatas, yakni
pelajar tingkat SD, SMP dan SMU dan Mahasiswa dan pihak-pihak yang melakukan
penelitian terkait cagar budaya. Hal ini nampak pada setiap strategi komunikasi
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan memberikan
sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang keberadaan cagar budaya yang di
Kabupaten Lumajang dan sejarah terkait dengan keberadaan cagar budaya
tersebut. Beberapa program pemasaran destinasi wisata yang diikuti Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, diantaranya melalui kegiatan
yang berbentuk exhibisi/pameran. Diantaranya adalah:
1. Majapahit Travel Fair (MTF) merupakan pameran produk wisata mulai dari
alam, buatan, seni dan budaya yang diselenggarakan oleh sebuah
kepanitiaan yang dibentuk khusus dalam mensukseskan acara ini.
10 |

Gambar 2. Majapahit Travel Fair


Sumber: www.wisatalumajang.com
2. Gebyar Wisata dan Budaya Nusantara Expo 2017, Kegiatan ini bertujuan
untuk mempromosikan destinasi, obyek wisata dan daya tarik yang ada,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan
nusantara ke destinasi pariwisata di seluruh nusantara, meningkatkan rasa
cinta tanah air, serta mempererat kesatuan dan persatuan bangsa.

Gambar 3 Gebyar Wisata dan Budaya Nusantara Expo 2017


Sumber: www.wisatalumajang.com
3. Ubud Royal Weekend 2017, Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan
destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lumajang dan Provinsi Bali,
pameran dikemas sedemikian rupa, guna menarik minat wisatawan untuk
datang berkunjung

Gambar 4 Ubud Royal Weekend 2017


Sumber: www.wisatalumajang.com
11

4. Bali & Beyond Travel Fair 2017 Salah satu target dari pelaksanaan kegiatan
ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada Tour Operator tentang
potensi wisata di Kabupaten Lumajang dan tentunya dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara maupun internasional ke
Indonesia.

Gambar 5 Bali & Beyond Travel Fair 2017


Sumber: www.wisatalumajang.com
Selain itu banner, baliho yang ada di lokasi objek wisata ataupun di sepanjang
jalan menuju objek wisataBentuk lain komunikasi pemasaran yang dilakukan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang adalah melalui media
cetak yaitu brosur, petawisata, majalah dan kalender.

Gambar 6 Brosur Pariwisata Kabupaten Lumajang


Sumber: Hasil Survei Primer (2020)
12 |

Gambar 7 Banner Event Kebudayaan Kabupaten Lumajang


Sumber: Hasil Survei Primer (2020)

Gambar 8 Cover Majalah Kabupaten Lumajang


Sumber: Hasil Survei Primer (2020)
Selain itu, Aktivitas Promosi Wisata Cagar Budaya dalam melakukan
komunikasi pemasaran, Bidang pemasaran Dinas Pariwisata Lumajang di tahun
2017, kebudayaan tidak menjadi urusan prioritas Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Lumajang, sehingga intensitas dalam memasarkannya bisa
dikatakan sangat terbatas. Berikut adalah beberapa program yang dilakukan:
1. Event Program, Dinas pariwisata dan kebudayaan, dalam mempromosikan
destinasi wisata cagar budayanya menggunakan event program atau exibisi.
Berbagai macam bentuk acara yang telah dilakukannya. Seperti Pameran
GWBN, Pameran MTF, Pameran Ubud Royal Weekend. Bahkan kegiatan
exibisi ini hampir dilakukan setiap tiga bulan dan empat bulan sekali. Acara
exibisi ini untuk memperkenalkan keunikan wisata cagar budaya di
13

Lumajang. Karena dengan situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit ini


memiliki eksotika yang sangat tinggi dan menarik.
2. Publisitas dan humas Selain menggunakan alat exibisi dalam aktifitas
markomnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang juga
melakukan publisitas terhadap citus cagar budaya Lumajang. Berbagai
media digunakan dalam melakukan publisitas tersebut. hal ini dilakukan,
agar proses komunikasi pemasaran situs cagar budaya Lumajang sampai
pada target pasar.
3. melalui Website www.wisatalumajang.com dan program Indonesia Tourism
Exchange (ITX) yakni program komunikasi pemasaran berbentuk platform
digital market place buyer to buyer yang menghubungkan demand dan
supply. Selain itu komunikasi pemasaran dilakukan melalui media sosial,
diantaranya adalah facebook, instagram, youtube dan twitter.

Gambar 9 Artikel yang dimuat di website Disparbud Kabupaten Lumajang


Sumber: www.wisatalumajang.com
14 |

Gambar 10 Postingan di Akun Facebook Disparbud Kabupaten Lumajang


Sumber: www.wisatalumajang.com
Berikutnya Dinas Pariwisata Lumajang menggunakan cara promosi dari mulut
ke mulut. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa dari tingkat SD hingga SMA yang telah
mengikuti kegiatan Jelajah Situs yang diselenggarakan oleh Dinas, setelah seharian
mengikuti kegiatan itu, dengan sendirinya mereka menceritakan pengalaman
mereka kepada teman sejawat para guru di sekolah mereka, maupun teman dari
sekolah yang lain.Jelajah situs merupakan bentuk komunikasi pemasaran wisata
cagar budaya yang menggunakan elemen pemasaran langsung, seperti
disampaikan oleh Informan B.Aris. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk
mengenalkan cagar budaya secara langsung kepada wisatawan, kegiatan ini rutin
dilakukan sedikitnya sekali dalam setahun. Diawali dengan pembukaan
pendaftaran yang dapat dilakukan di masing-masing sekolah, peserta
mendaftarkan diri kemudian diberikan jadwal kegiatan. Selama satu hari, peserta
diajak berkeliling di tiga cagar budaya yang ada di Lumajang, pertama Situs
Gedong Putri, di sini pemandu bercerita tentang sejarah, peradaban,
perkembangan cagar budaya, Presentasi dan Identifikasi Peninggalan Sejarah di
Situs Biting ( Desa Biting Kec. Sukodono), Presentasi dan Identifikasi Peninggalan
Sejarah di Candi Agung (Desa Randuagung Kec. Randuagung), Presentasi dan
Identifikasi Peninggalan Sejarah di Candi Gedong Putri (Desa Kloposawit Kec.
Candipuro). Kegiatan ini mempunyai latar belakang Potensi kekayaan budaya
15

daerah yang dimiliki Kabupaten Lumajang luar biasa termasuk didalamnya


kekayaan Cagar Budaya yang dilatarbelakangi oleh perjalanan sejarah Bumi
Lamajang pada masa lalu yang merupakan bagian dari Sejarah Nusantara terhadap
kebesaran Kerajaan Lamajang. Generasi muda sebagai penerus bangsa harusnya
mengenal dan memahami sejarah bangsanya khususnya di Kabupaten Lumajang,
sehingga para pemuda bisa mencintai dan melestarikan Warisan Budaya sebagai
Jati Diri Bangsa.

Gambar 11 Kegiatan Jelajah Situs di Ditus Biting Desa Kutorenon


Sumber: Hasil Survei Primer (2020)
Sedangkan untuk event lainnya adalah Lomba-lomba dalam rangka Perayaan
Hari Ulang tahun Museum, dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus untuk setiap
tahunnya Cagar budaya Lumajang merupakan peninggalan sejarah Lumajang,
mulai dari candi Agung, Situs Biting, dan Candi Gedong Putriatau masih banyak lagi
yang lainnya. Oleh karenanya, peninggalan sejarah perlu dilestarikan sebagai
warisan budaya Lumajang. Situs ini bisa menjadi media belajar dalam mempelajari
sejarah Lumajang. Akhirnya, masyarakat Lumajang tidak akan tercabut dari akar
sejarahnya. Cagar Budaya di Lumajang terhampar luas mulai dari Biting di Desa
Kuternon Kecamatan Sukodono Lumajang, Candi Gedong Putri di Desa Kelopo
Sawit Kecamatan Candipuro Lumajang, Candi Agung di Desa Randuagung
Lumajang dan Museum Di kawasan Wonorejo Terpadu (KWT). Situs-situs ini
sangat potensi dijadikan sebagai destinasi wisata Lumajang. Selain dalam rangka
melestarikan sejarah Lumajang, juga untuk memberikan edukasi terhadap
Lumajang akan sejarahnya. Maka wisata Cagar Budaya di Lumajang ini bisa
dikatakan dengan wisata edukasi. Karena para pengunjung bisa belajar dengan
dari sejarah situs-situs tersebut.
16 |

D. SIMPULAN DAN SARAN


Dalam pelaksanaannya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang
lebih intensif melakukan komunikasi pemasaran destinasi wisata cagar budaya
melalui Exsibisi, dengan alasan pertimbangan target, posisioning, dan strategi
anggarannya. Pertimbangan ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam melakukan komunikasi pemasaran. Dinas Pariwisata Lumajang
dalam mempromosikan situs cagar budaya Lumajang menggunakan bauran
koumunikasi pemasaran. Berbagai bauran komunikasi pemasaran telah dilakukan
dalam mempromosikan situs cagar budaya tersebut. Dalam kegiatan eksibisi,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menggunakan media
cetak berupa brosur, gambar-gambar atau lukisan cagar budaya yang dipersiapkan
untuk pengunjung pameran. Materi pesan-pesan yang disampaikan adalah berupa
gambar-gambar cagar budaya, artikel-artikel yang mendeskripsikan tentang
sejarah, lokasi keberadaan situs cagar budaya tersebut. Sasaran kegiatan ini adalah
pelajar, mahasiswa, pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dalam penelitian
sejarah purbakala dan masyarakat umum lainnya. Sedangkan dalam kegiatan
publisitas, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menggunakan
media online melalui website dan media sosial (Facebook dan Instagram). Materi
pesan-pesan yang disampaikan adalah berupa gambar-gambar cagar budaya,
artikel.
Pemerintah Pusat telah menetapkan 10 destinasi pariwisata yang akan menjadi
prioritas kunjungan wisatawan di tahun mendatang. Terbagi menjadi dua jenis,
yaitu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata, berikut kesepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas
tersebut, yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung,
Borobudur, Bromo Tengger Semeru (BTS), Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotal,
dan Labuan Bajo. Penetapan Bromo Tengger Semeru (BTS) sebagai bagian dari 10
besar destinasi wisata di Indonesia merupakan tantangan bagi 4 (empat)
kabupaten yang secara geografis melekat di wilayah BTS tersebut. Yakni Malang,
Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Kabupaten Lumajang sebagai pemilik
wilayah terbesar dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mendapat
perhatian besar dari Kementerian Pariwisata dalam upaya mengembangkan
potensi daya tarik wisata. Dengan adanya kawasan Taman Nasional Bromo
17

Tengger Semeru di Kabupaten Lumajang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan


jumlah wisatawan di objek wisata lainnya.
Kabupaten Lumajang memiliki beberapa potensi kelautan, namun yang paling
menonjol adalah potensi kelautan di bidang pariwisata. Ada beberapa kawasan
objek wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Lumajang antara lain: pantai
Bambang, pantai watu Pecak, pantai Tlepuk, pantai watu Godek, Dampar, Kampung
Buaya, dll. Semua pantai di kabupaten Lumajang termasuk kawasan pantai selatan
yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Secara geografis letak
Kabupaten Lumajang yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Timur ini
memberikan keuntungan tersendiri bagi kebupaten kecil tersebut. Dengan begitu
maka potensi dari bidang kelautan akan dapat lebih maksimal untuk
dikembangkan.Potensi wisata laut di Kabupaten Luajang memang sangat besar
apabila dikelola secara baik dan benar. Utamanya di kawasan pesisir kecamatan
Tempursari kurang lebih lerdapat 5 deretan pantai yang beragam dengan
keunikannya masing. Kawasan tersebut apabila dibangun dan dikelola menjadi
objek wisata bahari akan sangat menarik.Peluang lain yang dapat digunakan
sebagai penunjang pengembangan kawasan pantai wisata ini adalah keberadaan
rencana pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) yang merupakan jalur Provinsi
yang melewati kawasan selatan, Lumajang termasuk daerah yang dilewati jalan ini.
Dengan adanya jalan lintas selatan yang diperkirakan dapat dioperasikan pada
tahun 2020 ini akan menambah dampak positif terhadap akses dan kemudahan
menuju kawasan pantai wisata di Kabupaten Lumajang.Deretan pantai di kawasan
pesisir selatan Kabupaten Lumajang tepatnya di kecamatan Tempursari
merupakan objek yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Selain lokasinya yang menarik sebagai obyek wisata, kehidupan masyarakatnya
juga sangat memiliki potensi untuk menjadi objek pengembangan wisata
kebudayaan. Atau bahkan kawasan tersebut dapat pula diberdayakan menjadi
desa wisata.
Dengan potensi yang dimiliki oleh objek wisata di kawasan pegunungan dan
pantai, disini wisata budaya yang letaknya berada di tengah dapat menjadi
penghubung untuk mengaitkan keduanya. Ketimpangan jumlah wisatawan antara
objek wisata gunung, laut dan budaya memanglah sangat begitu signifikan.
Berbagai upaya juga yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
18 |

Pariwisata Kabupaten Lumajang, namun jumlah kunjungan wisatawan juga tidak


mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini peneliti menyarankan untuk
meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal. Sehingga event –event yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Lumajang
perlu dikomunikasikan lagi dengan masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan artikel
mengenai Pariwisata Budaya di Kabupaten Lumajang Yang Kurang Diminati telah
diselesaikan dengan baik, meskipun terdapat ketidaksempurnaan. Tim penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Adipandang Yudono, S.Si, MURP,Ph.D.
selaku dosen pembimbimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan
dan masukan kepada kami dalam menyelesaikan Tugas Studio Perencanaan
Wilayah Sektor Pariwisata Kabupaten Lumajang.

DAFTAR RUJUKAN
Fauziyah. (2017). Komunikasi Pemasaran Destinasi Cagar Budaya di Kabupaten Lumajang.
JURNAL KOMUNIKASI PROFESIONAL , 149 - 165.
Karunia, A. R. (2018). Analisis Pusat Pertumbuhan Pariwisata Di Kabupaten. MKG, 90 -
100.
Kohyat, H. (2014). Definisi Parwisata Menurut Beberapa Ahli. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2017). Peraturan Pemerintah Nomor 13


Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Bappeda Kabupaten Lumajang (2013). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang
Tahun 2012 – 2032
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupate Lumajang. (2018). Renstra Dinas Pariwisata
Kabupaten Lumajang Tahun 2018 – 2023
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2017). Undang - undang Nomor 11 Tahun
2010 Tentang cagar budaya
Bappeda Kabupaten Lumajang (2013). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Pelestarian Cagar budaya
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupate Lumajang. (2018). Data Kunjungan
Wisatawan Kabupaten Lumajang Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai