Anda di halaman 1dari 41

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN

DESA WISATA BROMONILAN

PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN

Disiapkan oleh :

Taufik Hidayat Rokhmad, ST. M Sc. M Eng

Lucky B Pangau, S Sos. MM. CHRA

Untuk :

KELOMPOK SADAR WISATA DESA WISATA BROMONILAN

TAHUN 2019

1
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN DESA WISATA

DESA BROMONILAN KELURAHAN PURWOMARTANI

KECAMATAN KALASAN

KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Bab 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai sebuah desa yang terletak di daerah bantaran sungai, tepatnya

sungai Kalikuning, desa Bromonilan memiliki keindahan eksotis dan lingkungan

tradisional yang khas yang berbeda dengan daerah lain. Masyarakatnya yang

masih mempertahankan tradisi gotong royong sebagai sebuah tradisi warisan

leluhur dan letak geografis di kaki gunung merapi merupakan faktor yang

membuat desa ini memiliki nilai lebih dibandingkan dengan daerah lain. Sungai

Kalikuning yang mengalir di sisi sebelah barat desa Bromonilan, membentuk

relief alam yang mempesona. Vegetasi tanaman di sekeliling sungai kuning

menambah keindahan yang khas. Pada Permulaan tahun 2015 mulai

bermunculan spot wisata di daerah sekitar bantaran sungai kalikuning. Desa

Bromonilan yang terletak di kawasan sungai kalikuning merupakan sebuah

kawasan pedesaan yang memiliki karakteristik khusus untuk menjadi daerah

destinasi wisata. Di kawasan ini penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya

2
yang masih asli. Pengembangan kawasan bantaran sungai kalikuning ini

sebaiknya diikuti dengan penataan yang sinergis dengan program pemerintah

daerah pada berbagai instansi , tim teknis kabupaten, stakeholder dan organisasi

masyarakat yang ada di sekitar daerah pengembangan kawasan. Beberapa factor

seperti peternakan yang tersusun baik, lahan pertanian yang luas, Budaya

kearifan local yang masih kental menambah nilai kawasan wisata ini.

Pembangunan tempat wisata di sekitar sungai kalikuning seharusnya

mempertimbangkan kelestarian dan konservasi sungai dan lingkungan. Sungai

Kalikuning yang ada di desa Bromonilan menjadi sebuah berkah tersendiri bagi

warga Bromonilan. Pada masanya sungai tersebut sebagai tempat aktifitas warga

dan memiliki sumbangsih yang sangat besar bagi kehidupan disekitarnya. Seiring

dinamika yang berkembang, sungai kalikuning yang dahulu cukup elok dan

menjadi sumber kehidupan, menjadi sebuah kawasan yang dieksploitasi secara

serampangan, baik sebagai daerah tempat pembuangan sampah illegal , maupun

sebagai tempat untuk penambangan illegal, Bahkan pembangunan restoran dan

tempat wisata masih menyisakan masalah dengan pengelolaan lingkungan yang

salah. Dari berbagai masalah yang timbul tersebut maka didirikanlah Kelompok

Sadar Wisata dan Lingkungan Desa Bromonilan atau POKDARWIS DEWA

BROMO. Berkat kemudahan yang diberikan Tuhan yang Maha Esa dan

perjuangan keras tanpa henti dari berbagai elemen masyarakat maka sedikit demi

sedikit kegiatan yang merusak lingkungan dapat diatasi. Bahkan seluruh warga

ikut aktif andil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan pokdarwis yang

mempunyai visi dan misi konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat

desa. Desa yang masih memiliki kultur dan tradisi yang khas merupakan factor

pendongkrak untuk dijadikan tempat yang diminati oleh wisatawan dan tidak

3
menutup kemungkinan memiliki pengembangan ke arah ekowisata , agrowisata

serta konservasi lingkungan. Dimana dengan adanya desa wisata yang berbasis

konservasi lingkungan maka kerusakan lingkungan yang terjadi akibat dari

kegiatan tambang illegal maupun masalah sampah dapat dihindari dengan cara

menghentikan aktifitas tambang illegal dan tempat pembuangan sampah yang

mana sekaligus memberikan suatu solusi bagi warga yang terdampak atas

dihentikannya kegiatan yang merusak lingkungan.Selain berbagai keunikan yang

dimiliki, desa wisata juga harus memiliki berbagai fasilitas yang menunjang

sebagai kawasan tujuan wisata. Seiring berjalannya waktu, desa wisata

Bromonilan ini secara fisik telah mengalami perkembangan yang relative

meningkat, ditengarai dengan adanya penataan daerah selatan joglo parisewu

dengan luasan hampir 5 Hektar. Berkembangnya penataan pada bagian tanah

wedi kengser yang mulai ditata dan dibenahi dan juga dengan semakin

banyaknya kunjungan wisatawan ke desa tersebut, dari semula yang hanya

memiliki satu destinasi wisata yakni Joglo Parisewu yang kemudian bertambah

dengan adanya Jiwangga Resto yang berarsitektur dan bernuansa abad ke

Sembilan, menjadikan desa bromonilan layak menjadi referensi desa wisata di

daerah yogyakarta. Keberadaan Joglo Parisewu dan Jiwangga Resto menjadi

pemicu dan perintis diadakannya desa wisata di desa bromonilan yang mana

memiliki konsekuensi terhadap perubahan social yang ada di desa

bromonilan,yang semula bersifat desa yang identik dengan persawahan dan

peternakan menjadi masyarakat yang urban dengan segala konsekuensi dan

kompleksitas kegiatan Pariwisata yang secara fisik menuntut adanya

pengembangan infrastuktur untuk memenuhi kebutuhan akan terjaminnya

kegiatan pariwisata yang baik dan lancar, sebagai konsekuensi dari adanya

4
destinasi wisata. Untuk mengarahkan perkembangan desa wisata ini, baik dari

segi non fisik maupun secara fisik yang selaras dan sinergis dengan kegiatan

konservasi sungai dan hutan di sepanjang sungai kalikuning, maka diperlukanlah

Master Plan Desa Wisata berbasis konservasi alam. Daerah wedi kengser bisa

dimanfaatkan sebagai daerah konservasi maupun wisata alam yang unik.

Keberadaan destinasi wisata yang berada di pinggiran sungai kalikuning yang

merupakan tanah wedi kengser , memerlukan legalitas untuk memanfaatkanya

sehingga menjadi sebuah aktifitas pengembangan desa wisata yang legal, dan

sinergis dengan program program yang diadakan pemerintah dalam rangka untuk

menjaga wilayah sungai. Pengembangan desa wisata yang berada di lingkungan

sungai memerlukan rekomendasi teknis dari lembaga yang berwenang. Sehingga

perkembangan fisik maupun nonfisik yang terjadi memiliki arah yang jelas dan

terukur. Seiring dengan berjalannya proses reformasi yang bersifat multi-

dimensi di Indonesia, telah pula terjadi perkembangan dalam hal pengelolaan

tempat wisata dan kebutuhan terhadap pelayanan masyarakat, tidak terkecuali di

desa wisata bromonilan. Sebagai Konsekuensi dari pengembangan desa

tradisional menjadi desa wisata , maka akan timbul beberapa konsekuensi

diantara nya ketersediaan lahan dan ruang untuk memenuhi kegiatan pariwisata

dengan segala sarana prasarana penunjang maupun aksesibiltas nya. Hal ini Juga

akan mengubah arsitektur landscape desa bromonilan yang ada dengan diadakan

penyesuaian seperlunya, Hal ini akan menjadi landasan didalam membangun

dan mengembangkan desa bromonilan menjadi Desa Wisata Bromonilan.

5
Gambar 1. Tumpukan sampah di pinggiran sungai Kali Kuning

6
Gambar 2. Tempat pembuangan sampah

Gambar 3. Pemberdayaan masyarakat desa

7
Untuk Mengantisipasi dari efek peralihan bentuk masyarakat yang

tradisional menjadi desa wisata berbasis konservasi alam maka harus ada

Rencana Strategis (Renstra), dengan visi dan misi pengembangan yang meliputi:

(a). Konservasi Alam.

(b). Pengembangan Obyek Desa Wisata.

(c). Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan , dan

(d). Konservasi Sosial Budaya Jawa dan Kearifan lokal.

Diharapkan bahwa segala bentuk program dan kegiatan di desa wisata ini

berdasar atas renstra tersebut.

Rencana Induk Pengembangan Desa Wisata (RIPDW) ini mempunyai fungsi:

(1). Sebagai acuan bagi pokdarwis untuk pengelolaan, pengembangan dan

pelaksanaan desa wisata dan segala sesuatu yang berkenaan dengan desa

wisata. Perlunya usaha meningkatkan kualitas lingkungan fisik yang efisien,

fungsional dan nyaman, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai

tujuan desa wisata yang berbasis konservasi alam, yang antara lain

mencakup tata guna lahan, integrasi yang serasi antara bangunan

dengan ruang terbuka, peralatan dan jaringan pelayanan yang memadai,

serta system transportasi dan sarana pejalan kaki yang aman dan aksestable;

(2). RIPDW disusun dalam suatu instrumen yang bersifat imperatif, dengan

tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat sadar wisata yang mandiri,

sadar konservasi alam dan lingkungan desa yang tertib;

8
(3). RIPDW ditetapkan oleh Pimpinan dan Pengurus Pokdarwis Bromonilan

yang berwenang berdasarkan usul para anggotanya yang meliputi seluruh

warga padukuhan Bromonilan.

(4) RIPDW ditinjau kembali setiap jangka waktu lima tahun untuk

memenuhi kebutuhan penyesuaian terhadap perkembangan yang

terjadi, dan penyusunannya berdasarkan atas hasil kajian ilmiah terbaik pada

saat itu.

Dengan demikian, sebagai salah satu upaya perencanaan dan pengendalian

perkembangan desa wisata , perlu adanya Rencana Induk Pengembangan Desa

Wisata. Diharapkan bahwa Rencana Induk Pengembangan ini dapat benar-

benar menjadi pedoman bagi setiap bentuk kegiatan pembangunan desa wisata,

khususnya secara fisik.

2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan diadakannya desa wisata bromonilan ini adalah konservasi alam,

pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi rakyat dengan tidak

meninggalkan budaya kearifan lokal. Sasaran kegiatan pengembangan desa

wisata ini berupa terbentuknya masyarakat yang mapan,sejahtera dan mengerti

tentang konservasi alam serta terbentuknya masyarakat yang mandiri dengan

tidak meninggalkan budaya yang khas dan sebagai desa wisata percontohan skala

nasional dan internasional.

3. Metode Kerja

Perencanaan pengembangan desa wisata ini akan dilakukan melalui

beberapa tahapan pokok, yaitu:

9
1. Persiapan, meliputi:

a. Penyusunan rencana kerja

b. Inventarisasi/kajian kebijakan pengembangan yang ada ( Renstra, dll.),


serta kemungkinan adanya usulan revisi;

c. Identifikasi isu-isu penting, melalui:

• Diskusi-diskusi oleh seluruh anggota tim

• Diskusi-diskusi dengan stakeholders (internal/Pokdarwis dan


eksternal/lembaga-lembaga/dinas-dinas terkait).

2. Pengumpulan data :

a. Data fisik sungai kalikuning dan lingkungan daerah sekitar kalikuning


yang berada di padukuhan Bromonilan

b. Data lain yang terkait sosial budaya masyarakat bromonilan

c. Data perihal legalisasi pengelolaan sungai dan lingkungannya berbasis


konservasi lingkungan sungai

3. Analisis, meliputi :

a. Kajian terhadap kondisi dan kecenderungan perkembangan yang ada saat


ini (analisa SWOT/Strength-Weakness-Opportunity-Threat);

b. Prediksi ke depan (5 tahun mendatang);

Untuk kedua langkah analisis tersebut dilakukan melalui:

• Penyiapan kajian oleh setiap bidang/spot wisata.

• Kajian banding terhadap beberapa destinasi wisata yang memiliki


kondisi/kualitas fisik yang lebih baik dan yang memiliki persamaan
geografis.

• Diskusi - diskusi oleh seluruh anggota tim

• Diskusi - diskusi dengan stakeholders

10
• Konsultasi dengan dinas Terkait

• Sosialisasi desa wisata

4. Pelaksanaan kegiatan

5. Pengecekan dan penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan

6. Action dari Penilaian.

11
Bab 2
RENCANA STRATEGIS
Dan
MASTER PLAN PENGEMBANGAN DESA WISATA

Tinjauan tentang Rencana Strategis dimaksudkan untuk

mengemukakan butir - butir pokok rencana Desa Wisata yang relevan

dengan kepentingan perencanaan fisik dan konservasi alam lingkungan sungai.

Sejumlah rumusan yang tertuang di dalam Rencana Strategis yang merupakan

kebijakan-kebijakan dasar perlu dikaji dan dijabarkan ke dalam matra fisik-

keruangan lokasi wisata, khususnya dalam bentuk arahan pemanfaatan lahan dan

pengembangan fisik bangunan dan infrastruktur yang ramah lingkungan.

1. Rencana strategis pokdarwis desa Bromonilan.

Di dalam dokumen rencana strategis ini dinyatakan dengan cukup jelas visi

dan misi desa wisata bromonilan dalam rumusan sebagai berikut:

Visi

Desa bromonilan menjadi sebuah desa yang memiliki kesadaran terhadap


konservasi alam, konservasi sungai dan potensi yang dimilikinya sehingga
menjadi sebuah desa yang mandiri yang bertaraf nasional maupun
internasional yang unggul dan terkemuka, berorientasi pada kepentingan
bangsa dan negara serta agama berdasarkan pancasila.

Misi

a. Menyelenggarakan kegiatan konservasi alam dan kegiatan kepariwisataan

yang berkualitas dalam rangka perbaikan lingkungan dan

memberdayakan kehidupan masyarakat, serta memelihara integrasi bangsa

12
b. Memberikan hiburan yang murah dan unggul berdasarkan jati diri bangsa

Destinasi wisata dengan sistem interaksi sosial khas masyarakat jawa


yogyakarta tersebut diharapkan mampu menjadi tempat pembelajaran dalam
menghadapi isu isu dan mencapai tujuan strategis dari sebuah desa wisata
yang berbasis konservasi alam.

2. Tinjauan Master Plan

• Pengembangan Tata guna lahan

Pengembangan tata guna lahan merujuk pada penataan zonasi yang ada

di desa Bromonilan antara lain adalah Zona daerah sungai sebagai kawasan

konservasi , Zona wisata budaya lokal , Zona Wisata kuliner , Zona Wisata

Olahraga dan Permainan Tradisional, Zona Outbond dan Camping Ground,

Zona Parking, Zona Wisata Agro, Zona Wisata Peternakan dan Zona

Homestay serta Zona wisata desa. Rencana tata guna lahan harus efektif

menampung segala aktifitas pariwisata.

Gambar 4. Zona Camping Ground dan outbond

13
Gambar 5. Zona sungai,susur sungai dan hutan mikro

Gambar 6.1. Zona Budaya

14
Gambar 6.2. Zona budaya

Gambar 6.3 Zona Budaya

15
Gambar 7.1. Zona sungai

Gambar 7.2. Zona sungai speed boat

16
Gambar 8. Zona Mainan Air, seperti perahu kayuh bentuk angsa

Gambar 9. Zona Hutan Mikro dengan gazebo besar diatas kolam ikan

endemik

17
Gambar 10. Zona Kolam renang dewasa anak

Gambar 11. Zona Hutan Mikro

18
Gambar 12. Hutan mikro tengah sungai

• Pengembangan Zona daerah Sungai

Pada rencana zonasi daerah sungai ini diarahkan pada beberapa prinsip

penataan. Prinsip tersebut adalah

(1). Restorasi sungai dan daerah sepadan sungai serta Penataan tata

bangunan yang tersusun.

Terdapat nya bendung sungai yang terdapat di desa bromonilan memiliki

berbagai manfaat, diantaranya adalah teralirinya sawah sebanyak 63

Hektar, penahan banjir dan usaha perikanan yang berada di daerah

aliran sungai tersebut. Bendung yang telah dibuat pada tahun 1986 ini

dahulunya memiliki kemanfaatan yang luar biasa dengan adanya aliran

air sepanjang tahun ke area persawahan seluas 63 Hektar. Di sungai

kalikuning inipun terdapat mata air yang cukup banyak sekitar 4 mata air

yang memberikan input air sepanjang tahun. Ketersediaan air di sungai

kalikuning di wilayah padukuhan Bromonilan cukup melimpah.

19
Bendung yang terdapat di sungai kalikuning juga memperkuat akan

ketersediaan air untuk irigasi di sungai kalikuning di desa tersebut.

Bendung adalah tembok yang dibangun melintasi sebuah sungai.

Bendung dapat dibuat dari susunan batu ataupun beton. Struktur ini

menghambat aliran sungai, sehingga menciptakan danau kecil buatan.

Air yang ditampung di bendung dapat digunakan untuk persediaan air,

irigasi dan untuk pengendalian banjir. Bendung yang berada di sungai

kalikuning di desa Bromonilan ini memiliki fungsi sebagai irigasi yang

mengairi lahan seluas 63 Hektar, menaikkan permukaan air , pengendali

banjir dan Pengendali lahar dingin ketika terjadi erupsi merapi. Adanya

pendangkalan yang disebabkan letusan merapi maupun akibat material

yang terbawa arus sungai , membuat bendung ini lumpuh fungsinya.

Bendung yang ada disungai ini mengalami pendangkalan yang luar

biasa. Jarak antara titik teratas bendung dengan dasar sungai hanya

terpaut 10 cm sampai 50 cm. Hal ini berakibat bendung tidak bisa

menyimpan air, dan kehilangan hampir 90 persen debit air yang

mengalir disungai tersebut. Pada musim penghujan air mengalir dan

terbuang begitu saja, bahkan sebagai salah satu factor penyumbang

banjir di wilayah bantul. Bangunan yang berada di pinggir sungai

haruslah berjarak minimal 30 meter dari pinggir sungai dalam kondisi

aliran sungai normal, hal ini untuk memberikan ruang gerak sungai.

Untuk itu perlu restorasi sungai dan lingkungannya. Agar fungsi adanya

bendung ini dapat dikembalikan lagi. Perlu adanya pengerukan daerah

penampung air sehingga bendung bisa berfungsi normal. Restorasi

sungai dan bendung ini juga mempunyai imbas positif terhadap warga

20
yang dalam hal ketersediaan air untuk mengairi sawah dan lahan

perikanan sekaligus sebagai daya dukung ketersediaan air.

(2). Penataan lansekap disekitar sungai

Di daerah tanah wedi kengser yang persis di pinggir sungai akan dibuat

hutan mikro sebagai konservasi alam dan lingkungan, juga sebagai

pemasok udara segar di lingkungan sekitarnya. Banyaknya fauna yang

berada di sungai tersebut maupun yang berada di pepohonan sekitar

sungai memerlukan perhatian lebih. Adanya penambangan alam yang

luar biasa yang dilakukan berpuluh tahun, telah membuat lingkungan

disekitar sungai rusak parah, ditambah dengan adanya tempat

pembuangan sampah illegal. Tidak adanya pergerakan dari instansi yang

berwenang dan kesadaran warga disekitar sungai membuat sungai

tersebut benar benar menjadi tempat pembuangan sampah yang praktis.

Adanya kesadaran masyarakat yang timbul dalam tahun tahun terakhir

telah membuat sungai kalikuning sedikit demi sedikit dapat direstorasi.

Masalah timbul ketika berkenaan dengan penggunaan alat berat dalam

mengatasi pendangkalan di bendung yang ada, karena diperlukan biaya

yang tidak sedikit yang mana akan cukup sulit ditanggung oleh warga

bromonilan. Untuk melengkapi penataan lansekap di zona ini akan

dibuat kolam ikan yang terisikan ikan endemic, kolam ikan hias dan

kolam ikan komersial di area sekitar timur hutan mikro. Penataan

tempat kolam renang , mainan air dan ruang terbuka hijau yang berada di

sebelah timur hutan mikro perlu fasilitas penunjang yang cukup

aksestable.

21
(3). Penataan Vegetasi di pinggiran sungai sisi sebelah timur dan barat

sungai

Di daerah wedi kengser di barat sungai akan dijadikan hutan mikro

dengan luasan sekitar satu hektar. Dan di daerah timur sungai juga akan

diadakan tanaman vegetasi hutan bamboo, dengan berbagai jenis

bamboo. Penanaman tanaman bamboo yang dilakukan sebanyak 200 an

pohon bamboo masih menyisakan ruang yang cukup luas. Masih

perlunya penanaman pohon bamboo berbagai jenis di lokasi tersebut.

Luasan hutan bamboo menjadi hampir 2 Hektar. Hal ini memungkinkan

diadakannya wisata hutan dan wisata air . Tanaman yang ada dua meter

dari bibir sungai adalah bamboo petung dan berbagai bamboo jenis besar

,hal ini mempunyai manfaat yang cukup baik bagi penahan banjir,

penyedia oksigen yang banyak, serta ketersediaan air. Akar bamboo

petung dapat mengurai pencemaran air yang ada, dan daun yang jatuh ke

sungai dapat digunakan bersarang beberapa jenis ikan sungai. Adanya

bamboo ori yang banyak berduri perlu penataan yang baik, agar tidak

melukai pengunjung saat berwisata air. Perlu ada penanaman rumput di

sela sela pepohonan dipinggir sungai untuk memperoleh kesan natural

tropis. Pohon pohon besar yang sudah ada tidak boleh ditebangi, karena

dapat menyediakan oksigen dan peneduh saat bamboo petung atau

bamboo yang lain belum besar .

22
Hal hal yang perlu diimplementasikan dalam penataan zonasi sungai ini adalah

a. Penataan penanaman pohon bamboo petung, bamboo ori,bamboo hitam,

bamboo kuning, bamboo ungu serta bamboo biru di pinggir sungai.

b. Pengembangan tata ruang luar dengan adanya gazebo bamboo didaerah

yang berjarak 30 meter dari sungai dan di sebelah timur hutan mikro.

c. Penataan Gazebo di spot spot wisata dengan desain arsitektur bamboo

yang mengintegrasikan dengan bangunan-bangunan di zona Kuliner

d. Wisata tubing river. ( Peralatan safety perlu disediakan seperti pelampung)

e. Perlu adanya instalasi pemanen air hujan dan penyediaan air minum dari

pengolahan air hujan yang perlu diadakan di dekat mushola dan foodcourt.

f. Penempatan Pompa Air Tenaga Hidro (PATH) sebagai supply air untuk

kolam yang ada.

g. Pembuatan IPAL yang terintegrasi dari seluruh spot yang ada disekitar

sungai,untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

• Pengembangan Zona Wisata Kuliner

(1) Penataan bangunan yang dibuat

Di bagian utara merupakan bangunan wisata kuliner dari Joglo Pari

Sewu dan bangunan jiwangga resto yang merupakan tanah SHM milik

kedua resto tersebut. Sedangkan di sisi selatan yang ada rumah lama

bekas kandang digunakan sebagai spot kuliner dari pokdarwis. Spot

kuliner ini merupakan resto bercorak tradisonal dengan tema yang khas

23
dan penyajian jajanan tempo dulu.Makanan yang disajikan adalah

makanan khas tempo dulu, seperti pecel pincuk,tiwul, ketan bubuk

serta aneka masakan ikan,dan lain lain. Spot kuliner juga diadakan di

daerah selatan , ditimur bendung. Dan menjadi satu spot homestay

dengan desain bamboo atau rumah tradisional papua. Dibuat gazebo di

setiap spot dengan bahan berbasis bamboo.

(2) Penataan ruang luar dan landscape

Disekitar bangunan resto atau warung akan ditanami pohon bamboo

yang berukuran lebih kecil, antara lain, bamboo nagin, bamboo kuning

dan varietas bamboo kecil. Juga diadakan alat permainan bamboo

sebagai penambah nilai eksotis tropis.

Keberadaan kolam kolam yang telah ada merupakan keuntungan

tersendiri, yakni dengan adanya pengadaan kolam renang, kolam ikan

aquaponik, kolam ikan permainan anak anak ( dangkal, berisi ikan

dengan warna menarik dan tidak berbahaya). Jalan jalan diantara

kolam kolam yang ada ditata dengan baik dengan culture pedesaan

yakni batu sungai kecil yang ditata diselingi tanaman hias berupa

bamboo mini serta tanaman hias lainnya dan tambulampot. Pohon

Bambu yang besar berada di sekeliling area tempat wisata. Pohon

beringin ditanam di dekat tebing sebagai penahan tanah longsor. Pohon

eksotis seperti pohon aren ditanam di dekat rumah rumah panggung

dari bamboo, dan disekitar tempat bangunan permanen.

24
(3) Vegetasi

Bamboo , rumput, tanaman tambulapot, tanaman hias serta tanaman

aquaponik yang terintegrasi dengan tanaman sayuran yang berada di

atas kolam yang telah ada.

• Pengembangan Zona Wisata Home Stay

Home stay dapat dilakukan pada rumah yang ada dengan memberikan

perubahan untuk mendukung fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan.

Pemberdayaan rumah milik warga desa Bromonilan yang diprioritaskan

yang bernuansa rumah khas jawa,serta yang memiliki ternak dan sawah

serta kebun. Yang mana didalam nya bisa dimasukkan wisata menginap

dirumah petani dan peternak. Para wisatawan dapat dilibatkan dalam

aktifitas persawahan dan peternakan khas desa. Hal ini menjadikan sebuah

kegiatan wisata yang mempunyai nilai edukasi yang bersifat kekeluargaan.

• Pengembangan Zona Wisata Olahraga dan Permainan Tradisional

Penataan Zona ini bisa ditempatkan di area sekitar joglo milik RW dan

lapangan Voli serta berada di kawasan sekitar sungai seperti adanya

camping ground

Permainan yang diadakan haruslah permainan tradisional seperti go bak so

dor, egrang dll.

Olahraga yang diadakan bisa berupa voli pantai, Jemparingan,dll di

tempatkan di selatan joglo rw.

• Pengembangan Zona Wisata Budaya Daerah

Penataan Zona ini bisa ditempatkan di dalam joglo rw dan di panggung

buatan di daerah timur sungai yang berjarak 50 meter dari sungai dengan

background hutan bamboo , yang mana disajikan budaya kearifan local

25
seperti tari daerah, mocopatan,atau wayang kulit. Pertunjukan tari maupun

kegiatan lainnya diadakan berdasar waktu hitungan jawa. Seperti misal

wayang kulit dilakukan setahun sekali dalam acara tasyakuran desa.

Mocopatan ataupun gendingan bisa dilakukan triwulan sekali dengan

mendatangkan pakar mocopatan atau ahli budaya lain. Sehingga

pengunjung akan bertambah banyak. Bahasa yang digunakan adalah

bahasa khas Yogyakarta yakni bahasa jawa dengan pengenalan tata krama

budaya jawa Yogyakarta beserta adat istiadat masyarakat yogya. Didalam

menyambut tamu haruslah menggunakan bahasa jawa yang khas, sehingga

mempunyai nilai lebih dibanding daerah lain. Perlu dibuat poster atau

semacamnya yang mengharuskan menggunakan bahasa jawa. Dan

dibeberapa tempat dikasih poster berkenaan dengan unggah ungguh jawa.

Dalam menerapkan hal ini tak terlalu eksklusif seperti di keraton, cukuplah

bahasa jawa sehari hari.

• Pengembangan Zona Wisata Agro

Penataan wisata ini ditempatkan di areal persawahan utara desa

bromonilan dengan transportasi gerobak sapi. Alur lintasan gerobak sapi

haruslah melewati sawah , jiwangga resto , Joglo Pari sewu dan kembali

ke daerah kandang sapi kelompok. Spot yang ada diareal persawahan

disesuaikan dengan kegiatan pertanian seperti mengolah sawah dengan

cara membajak sawah dengan sapi, dan menanam padi atau kegiatan

menanam sayuran atau palawija. Perlu juga diperkenalkan pertanian

modern atau pertanian hidroponik. Dalam Hal vegetasi yang ditanam

sebaiknya dilakukan pengaturan,sehingga menambah daya tarik desa

wisata.

26
• Pengembangan Zona Wisata Peternakan

Penataan nya ditempatkan di kandang sapi milik perkumpulan ternak sapi

Bromonilan ataupun menggandeng warga yang memiliki peternakan

lainnya seperti kambing etawa dan lain lain.. Perlu penataan kandang

sehingga rapi dan asri. Disekeliling kandang perlu ditanami pohon buah

buahan yang berbuah sepanjang tahun dan tidak terlalu besar,seperti

srikaya, jambu Kristal, papaya California dll. Juga perlu diadakan sapi

perah serta warung susu segar di areal dekat kandang sapi ataupun dekat

kandang kambing etawa. Pembuatan instalasi Biogas yang digunakan

sebagai penghasil listrik berbiaya rendah dan ekonomis serta penghasil

pupuk kandang yang berkualitas.

• Pengembangan Fasilitas Penunjang

1. Mushola

2. Kamar mandi/wc (disetiap spot diperlukan kamar mandi dan wc)

3. Stand kuliner sekelas angkringan tempo dulu

4. Tempat duduk ruang terbuka

5. Ruang Pertemuan

Ruang pertemuan dapat diletakkan di area barat stand kuliner,dengan

bangunan yang bernuansa bamboo diatas kolam ikan eksotis, dan

berada di sarana mainan air yang berupa sepeda air berbagai desain.

Ruang pertemuan berada di sebelah timur persis hutan bamboo.

6. Parking Area.

Untuk tempat parker bisa diadakan di beberapa titik, dengan

pengelolaan dari pokdarwis. Titik Parking bias ditempatkan di utara

27
makam, joglo pari sewu, Jiwangga resto dan tanah dekat lapangan voli,

tergantung dari banyaknya wisatawan yang berkunjung.

7. IPAL

8. Instalasi Pemanen Hujan

9. Tempat Sampah portable yang terkesan tradisional dari bambu

10. Penunjuk Jalan

11. Ruang menyusui

12. Smoking room

13. Poster atau Baleho

14. Marketing Internet

15. Promosi

Gazebo di sebelah utara kolam renang dan di sebelah timur wahana air

28
Gazebo di sisi bagian timur kolam renang

Jembatan perlintasan kolam kecil

29
Food Courd sebelah timur bendung

Gazebo di selatan kantor sekretariat pokdarwis

30
Gazebo di antara hutan mikro

Café di sebelah utara makam

31
Café di sebelah selatan kandang ternak sapi, utara jalan masuk

Wahana air di sebelah selatan kolam renang

32
Zona parking

Ruang menyusui dekat kolam renang dan dekat gazebo

33
Rumah tepi kolam di sebelah utara homestay selatan

Gazebo tepi sungai

34
Gazebo tepi wahana olahraga voli pantai

Aksesoris sebelah utara bekas kandang

35
Bab 3

KONDISI DESA WISATA BROMONILAN

DAN

ISU ISU STRATEGIS SEBAGAI PIJAKAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN

Isu-isu strategis yang dapat menjadi pijakan perencanaan

pengembangan sangat terkait dengan kondisi internal dan eksternal desa

bromonilan, diantaranya adalah destinasi wisata lain yang selain dapat menjadi

peluang kerjasama dapat juga menjadi pesaing dengan beberapa dampak

negative yang muncul. Juga Kondisi Internal dari masyarakat desa bromonilan

yang kompleks, diantaranya adalah kualitas Sumber daya manusia , Manajemen

Keuangan, Manajemen Integrasi, Manajemen komunikasi, input serta Ouput

masyarakat yang bisa terserap ke bidang pekerjaan yang sesuai dengan keahlian

yang dimiliki.

Peluang globalisasi harus diikuti dengan Internasionalisasi, dalam arti akan

semakin berkembangnya kegiatan wisata desa bromonilan yang bersifat multi-

nasional dan multi-etnik. Kondisi ini memerlukan berbagai bentuk integritas,

baik secara fisik maupun non-fisik.

Di sisi lain, lokasi Tempat wisata yang berada di pinggiran kota

yogyakarta ini mempunyai peluang untuk mendukung atmosfer Wisata

berskala internasional, dengan ketersediaan infrastruktur yang lebih baik

tentunya, jaringan market yang harus dibentuk dan layanan kegiatan wisata

sungai yang baik, dan memiliki suasana yang penuh rasa kebersamaan,

memiliki moralitas relatif tinggi, adanya rasa memiliki, saling menghormati dan

36
menghargai, serta lingkungan kerja yang baik merupakan nilai lebih yang tidak

dimiliki daerah lain.

A. Kondisi

a). Kapasitas manajemen

• Jumlah Personil

- Pengelola Pokdarwis

- Staf Pendukung Permanen

- Staf pendukung non permanen

• Organisasi yang Cukup

- jumlah Spot atau zonasi wisata

- jumlah fasilitas Pendukung

Kegiatan desa wisata Bromonilan saat ini masih belum memiliki program

yang sesuai untuk menuju desa sadar wisata.

b). Kualitas

• Input

- Nilai skor Pengunjung

- Prosentase Pengunjung yang kembali lagi

• Prosentase

37
- Prosentase Kegiatan wisata yang diakui dan diminati

Pengunjung

- Prosentase Tenaga Ahli Pariwisata yang aktif

- Prosentase Warga Masyarakat yang berperan dalam desa

wisata

POKDARWIS berkewajiban untuk mempercepat pengembangan

program - program inovasi, di antaranya melalui

Pemberdayaan masyarakat, Pelatihan kewirausahaan, Pelatihan

Pemandu Wisata dan pelatihan lain yang berhubungan dengan desa

wisata.

B. Isu-Isu Strategis

• Manajemen sumber daya manusia perlu diperbaiki dalam hal kualitas,

efisiensi, dan produktivitas

• Fasilitas dan teknologi informasi perlu diperbaiki dalam hal

kualitas, efisiensi, dan produktivitas

• Penerapan teknologi informasi yang maju untuk meningkatkan jaringan

Wisata

• Peningkatan pada transparansi

• Manajemen Integrasi , manajemen Keuangan , dan pengabdian

masyarakat perlu dilaksanakan dengan lebih optimal

• Pengabdian masyarakat dengan misi, visi dan tujuan yang jelas

38
• Kurangnya hubungan yang jelas antara object wisata yang telah

ada dengan pengelola pokdarwis desa bromonilan

• Fasilitas sumber bersama belum dikelola secara penuh

• Sistem jaminan kualitas (Quality Assurance System/QAS) belum

sepenuhnya digunakan, walaupun beberapa elemen QAS

telah diterapkan

• Pengelolaan tempat wisata

- kualitas

- atmosfir/iklim wisata

- efisiensi

- relevansi

• Riset

- kualitas

- prioritas

- networking

- reputasi

• Organisasi dan manajemen yang lebih ramping dan efisien

• Cepatnya perkembangan keinginan masyarakat dan tempat wisata

membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang

tinggi

39
• Sistem pertanggungjawaban dan kontrol keuangan membutuhkan

modifikasi dan inovasi ( Sebaiknya di bentuk koperasi pokdarwis )

C. Isu-Isu Strategis Yang Berkaitan Dengan Pengembangan Desa Wisata

Bromonilan.

Eksternal:

- Dalam skala global yang cenderung menekankan pada

orientasi ekonomi pasar yang pada gilirannya berdampak pada

orientasi penyelenggaraan kegiatan wisata dengan perlunya

menekankan pengembangan yang berorientasi nilai ekonomi dan sosial

(e-knowledge)

- Dalam skala nasional yang cenderung menekankan pada

penyelenggaraan Tempat wisata yang harus relevan dengan

kebutuhan masyarakat yang harus sinergi dengan proses

Perkembangan zaman dan pelayanan profesional pada masyarakat

untuk menghasilkan proses penyelenggaraan kepariwisataan yang

berkualitas;

- Daya saing

Internal:

- Kualitas Pengelolaan yang masih belum mencapai tingkat

relevansi yang dibutuhkan masyarakat, khususnya melalui

peningkatan kualitas spot yang ada agar mampu ikut

memberikan peran dalam meningkatkan daya saing

40
- Kualitas, produktivitas dan relevansi hasil penelitian dan

pelayanan profesional pada masyarakat yang belum mencapai

tingkat seperti diinginkan sebagai Desa wisata;

- Proses Kegiatan pariwisata yang belum bisa mendukung

sepenuhnya untuk mencapai kualitas hasil wisata seperti yang

diinginkan;

- Belum optimalnya sinergi proses kegiatan desa wisata, penelitian

dan pelayanan profesional pada masyarakat untuk menghasilkan

proses penyelenggaraan tempat wisata yang berkualitas;

- Struktur (komposisi) dan manajemen spot yang diadakan, baik

secara vertikal (level program ) dan horisontal yang belum 'match'

(mismatch) dengan pengembangan desa menuju desa wisata yang

mempunyai daya saing dan berbasis konservasi alam.

41

Anda mungkin juga menyukai