Prodi : DPW B - 1
1. a) Kutipan Pendek
membangun pintu masuk utama ke daerah tujuan wisata atau biasa disebut dengan acces.
“Disisi lain acces ini diidentikkan dengan tranferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak
dari daerah yang satu ke daerah yang lain” (Suwena dan I Gst Ngr Widyatama, 2017: 130).
Maka dari itu, pemerintah bersama dengan stakeholder pariwisata perlu meningkatkan
kemampuan tranferabilitas guna ekonomi pariwisata yang maju kedepannya. Anggaran yang
dengan lancar.
c) Nama Kutipan : Kutipan Langsung Pendek nama pengarang disebut dalam tanda
kurung bersama tahun penerbitan.
2. a) Kutipan Panjang
Dalam sektor pariwisata tentu tidak luput dengan adanya wisatawan yang
berkunjung di suatu destinasi wisata. Kunci kesuksesan suatu destinasi wisata adalah adanya
akses, amenitas, peranan stakeholder, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, pengelola
pariwisata harus memiliki prinsip untuk kepuasan wisatawan. Prinsip yang dimaksud adalah
Prinsip utama kepuasan adalah perbandingan antara apa yang diharapkan dengan
tingkat kinerja yang dirasakan oleh wisatawan. Artinya, kepuasan itu merupakan
perbandingan antara kinerja dan harapan, jika kinerja produk yang dirasakan lebih
tinggi dari harapan maka wisatawan akan puas atau senang. Sebaliknya, jika
kinerja yang dirasakan lebih rendah dari harapan, wisatawan akan kecewa atau
harapan yang kurang, maka wisatwan akan semakin puas, sebaliknya mereka akan
Dengan adanya prinsip kepuasan, wisatawan akan dengan senang hati untuk berkunjung ke
suatu destinasi wisata tersebut guna menikmati atraksi wisata yang ada.
Masyarakat adalah salah satu unsur utama dalam pengembangan sebuah destinasi
pariwisata. Seperti contoh pada DTW Tanah Lot yang sekarang terkenal dan mendunia yang
tidak terlepas dari peran aktif masyarakat lokal. Putra dan Pitana (dalam Suasapha, dkk
2015:33) menjelaskan
Awalnya, sekitar tahun 1980-an, pengelolaan DTW Tanah Lot diserahkan dengan
sistem kontrak oleh pemerintah kepada swsata lokal. Dengan sistem kontrak,
masyarakat lokal yang menjadi ‘pemilik objek’ yang ada di wilayah desanya tidak
mendapatkan apa-apa. Tidak puas dengan keadaan demikian, masyarakat
mengajukan tuntutan kepada pemerintah agar diberikan hak untuk ikut mengelola.
Di era reformasi, pemerintah tidak mempunyai pilihan untuk tidak mengadopsi
tuntutan masyarakat. Tuntutan masyarakat pun dipenuhi. Daya tarik wisata yang
semula dikelola berdua, swasta dan Pemkab Tabanan, sejak tahun 2000 dikelola
bertiga, yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Oleh sebab itulah, masyarakat dengan keberanian tampil bangkit, menjadikan peningkatan
jumlah wisatawan berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan dalam semua pihak yang
terlibat dalam DTW Tanah Lot. Tidak hanya itu, masyarakat yang peka dengan situasi yang
ada, menjadikan pertumbuhan pendapatan DTW Tanah Lot terus meningkat setiap tahunnya,
setelah mengalami penurunan pada tahun 2006 akibat peristiwa serangan teroris di Bali.
c) Nama Kutipan : Kutipan yang telah dikutip disuatu sumber: langsung panjang,
nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu.
4. Daftar Pustaka
Suasapha, Anom Hery dkk. 2015. Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali. Denpasar:
Suwena, I Ketut dan I Gst Ngr Widyatmaja. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.