Anda di halaman 1dari 81

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK

WISATA PANTAI NIPAH DESA MALAKA KECAMATAN PEMENANG


KABUPATEN LOMBOK UTARA

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pariwisata

Disusun oleh :

DEWA PUTU RAKA PRATAMA


NIM: 18101238

PRODI S1 PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM


TAHUN
2021
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK
WISATA PANTAI NIPAH DESA MALAKA KECAMATAN PEMENANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA

Disusun Oleh:

Dewa Putu Raka Pratama


18101238

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen


Pembimbing:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Siluh Putu Damayanti, M.Pd Rizal Kurniansah, SST.Par., M.Par


NIP/NIK: 196012181987032001 NIP/NIK: 0811099001

Mengetahui,

Wakil Ketua I Ketua Program Studi .


Bidang Akademik, S1 Pariwisata.

Drs. I Putu Gede, M.Par I Wayan Suteja,M.Par


NIP/NIK: 1050792005 NIP/NIK: 1050717218

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : DEWA PUTU RAKA PRATAMA
NIM : 18101238
Program Studi : S1 Pariwisata

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat


Dalam Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Nipah Desa Malaka
Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara adalah benar merupakan karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan ditemukan
pelanggaran atas karya skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Mataram, Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

Matrai
6000

Dewa Putu Raka Pratama


NIM: 18101238

iii
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DAYA TARIK
WISATA PANTAI NIPAH DESA MALAKA KECAMATAN PEMENANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA

Penelitian ini membahas tentang menganalisis dan mendeskripsikan


partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Nipah Desa Malaka
Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Hasil penelitian diuraikan dalam
beberapa jawaban terhadap rumusan masalah yaitu partisipasi masyarakat dalam
pengembangan daya tarik wisata, bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat,
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan menggunakan teknik
analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat
terbilang aktif dalam partisipasi untuk mengembangkan daya tarik wisata Pantai
Nipah dalam bentuk keterlibatan masyarakat untuk mengatasi sebuah masalah yang
ada, keterlibatan masyarakat dalam pengadaan sarana dan prasarana sangatlah baik,
masyarakat juga telah melakukan kerjasama untuk menambah atraksi wisata, serta
masyarakat berperan penting dalam menjaga keamanan, kelestarian atau keindahan
daya tarik wisata Pantai Nipah. Masyarakat sangatlah peduli dengan lingkungan
mereka dikarenakan ada beberapa oknum yang melakukan perusakan di Pantai Nipah
sehingga masyarakat tergerak untuk berpartisipasi menjaga Pantai Nipah. Serta
ditemukan bahwa pengembangan daya tarik wisata Pantai Nipah masuk dalam fase
rejuvenation (peremajaan).

Kata Kunci: Partisipasi, Pengembangan, Daya Tarik Wisata, Pantai Nipah, Lombok
Utara

iv
ABSTRACT
COMMUNITY PARTICIPATION IN THE DEVELOPMENT OF NIPAH BEACH
TOURISM ATTRACTION, MALAKA VILLAGE, WINNER DISTRICT, NORTH
LOMBOK REGENCY

This study discusses analyzing and describing community participation in


tourism development in Nipah Beach, Malaka Village, Pemenang District, North
Lombok Regency. The results of the study are described in several answers to the
formulation of the problem, namely community participation in the development of
tourist attractions, forms of community participation, community participation in
community-based tourism development. By using the method of observation,
interviews, documentation and using qualitative descriptive data analysis techniques.
The results of the study indicate that the community is fairly active in participation in
developing the tourist attraction of Nipah Beach in the form of community
involvement to overcome an existing problem, community involvement in the
provision of facilities and infrastructure is very good, the community has also
collaborated to add tourist attractions, and the community plays a role important in
maintaining the security, sustainability or beauty of the tourist attraction of Nipah
Beach. The community really cares about their environment because there are some
people who do damage on Nipah Beach so that people are moved to participate in
protecting Nipah Beach. And it was found that the development of the tourist
attraction of Nipah Beach is in the rejuvenation phase.
Keywords: Participation, Development, Tourist Attraction, Nipah Beach, North
Lombok

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga peneliti mampu menyelesaikan
penyusunan proposal skripsi penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara “.
Penyusunan skripsi penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan kelulusan pada Sekolah Tinggi Pariwisata Jurusan S1 Pariwisata.
Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak
pihak.Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Halus Mandala, M.Hum selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata
Mataram.
2. Bapak I Wayan Suteja, M.Par selaku Ketua Program Studi S1 Pariwisata, Bapak
dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah di
Program Studi S1 Pariwisata, dan Bapak pegawai akademik Program Studi S1
Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram.
3. Ibu Dra. Siluh Putu Damayanti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Rizal Kurniansah, SST.Par., M.Par selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.
4. Kepada kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
5. Kepada Kekasihku yang selalu menemani dan selalu memberikan semangat.
Walaupun demikian, dalam laporan penelitian ini peneliti menyadari masih
belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal skripsi ini
dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi ilmu kepariwisataan.
Mataram, 18 April 2021

vi
Peneliti

DAFTAR IS

vii
I
PERNYATAAN..........................................................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis..............................................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................................................5
2.2 Kajian Teori.......................................................................................................................7
2.2.1 Teori Partisipasi..............................................................................................................7
2.2.2 Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)......................................13
2.3 Definisi Konsep................................................................................................................17
2.3.1. Partisipasi Masyarakat..................................................................................................17
2.3.2. Pengembangan Daya Tarik Wisata...............................................................................18
2.4. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................23
3.1 Lokasi Penelitian..............................................................................................................23
3.2 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................24
3.3 Teknik Penentuan Informan.............................................................................................25
3.4 Teknik Analisis Data........................................................................................................26
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................28
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian...................................................................................28
4.2 Sarana dan Prasarana........................................................................................................29
4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Daya Tarik Wisata di Pantai Nipah.........37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................51
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................51
5.2 Saran ...............................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................53
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Siklus Hidup Kawasan Pariwisata............................................20

Gambar 2. Rute perjalanan.....................................................................................24

Gambar 3. Pintu masuk Pantai Nipah....................................................................29

Gambar 4. Kondisi jalan menuju Pantai Nipah......................................................31

Gambar 5. Tempat parkir di Pantai Nipah............................................................33

Gambar 6. Toilet....................................................................................................34

Gambar 7. Mushola................................................................................................34

Gambar 8. Penyewaan alat snorkeling...................................................................35

Gambar 9. Proses pelepasan penyu oleh wisatawan..............................................36

Gambar 10. Lapak yang ada di Pantai Nipah.........................................................37

Gambar 11. Penangkaran penyu sebelum bekerjasama dengan pertamina............38

Gambar 12. Penangkaran penyu setelah bekerjasama dengan pertamina..............39

Gambar 13. Lapak yang didirikan oleh masyarakat...............................................41

Gambar 14. Akun sosial media TCC.....................................................................42

Gambar 15. Tempat cuci tangan yang di sediakan para pelapak...........................44

Gambar 16. Produk yang di tawarkan oleh masyarakat.........................................45

Gambar 17. Wisatawan yang bersiap untuk melakukan diving.............................45

Gambar 18. Mushola yang dibangun oleh masyarakat..........................................47

Gambar 19. Masyarakat yang sedang melakukan beach cleaning.........................49

Gambar 20. Penyu yang berada di penangkaran TCC...........................................50


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu destinasi wisata unggulan
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat bersama beberapa provinsi lainnya. Provinsi
ini terdiri dari dua pulau besar yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Provinsi ini
terdiri dari Sembilan kabupaten kota. Pulau Lombok terdiri dari 4 pemerintahan
kabupaten dan satu pemerintahan kota yaitu kabupaten Lombok barat, kabupaten
Lombok Tengah, kabupaten Lombok Timur, kabupaten Lombok Utara dan kota
Mataram sebagai ibu kota provinsi. Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki
banyak daerah wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik itu
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Beberapa daya tarik wisata yang terkenal
di setiap Kabupaten yang ada di Lombok yaitu seperti: Kabupaten Lombok Barat
terkenal dengan Kawasan Wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Tengah dengan
Pantai Kuta Mandalika, Kabupaten Lombok Timur dengan Pantai Pink, Kota
Mataram dengan Pantai Kota Tua Ampenan dan Salah satu daya Tarik wisata Pulau
Lombok di Kabupaten Lombok Utara yang sangat terkenal karena memiliki
keindahan pantai dan pulau kecilnya yaitu disebut dengan Gili Tramena.
Kecamatan yang memiliki angka kunjungan wisatawan terbanyak di KLU
adalah Kecamatan Pemenang yang terdiri dari 4 Desa antara lain Desa Malaka,
Pemenang Barat, Pemenang Timur dan Gili Indah. Adapun tingkat kunjungan
wisatawan yang menginap di Kabupaten Lombok Utara terus mengalami peningkatan
yang signifikan setiap tahunnya, terlihat pada tahun 2017 merupakan tingkat
kunjungan yang paling banyak yaitu 1.003.822 wisatawan dengan rincian 872.001
wisatawan mancanegara dan 131.821 wisatawan nusantara, sedangkan pada tahun
2018 mengalami penurunan yaitu 511.746 wisatawan mancanegara dan 87.697
wisatawan nusantara, hal ini terjadi karena adanya bencana alam gempa bumi pada
tahun 2018 yang menimpa Lombok, sedangkan data kunjungan wisatawan pada tahun

1
2019 merupakan data sementara sampai dengan bulan April. Kunjungan wisatawan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Wisatawan Wisatawan
No Tahun Total
Mancanegara Nusantara

1 2013 433.207 52.663 485.840

2 2014 447.797 55.544 503.341

3 2015 468.687 66.838 535.525

4 2016 554.224 93.944 648.168

5 2017 872.001 131.821 1.003.822

6 2018 511.746 87.697 599.443

7 2019 52.978 3.741 56.719

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Utara 2019


Desa Malaka adalah salah satu destinasi wisata yang strategis karena
berbatasan dengan Kawasan Wisata Senggigi dan 3 Gili. Desa Malaka berbatasan
dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Gili Trawangan berdasarkan
RIPPARDA NTB (2013-2028). Desa Malaka Memiliki Banyak Potensi Alam, buatan
maupun minat khusus, seperti : Kuliner ikan bakar, Pantai, Perbukitan, Penangkaran
penyu, pelabuhan penyebrangan 3 Gili, Camp area, jalur soft trekking, dan lain-lain.
Desa Malaka menjadi lokasi untuk melestarikan ekosistem laut seperti konservasi
penyu di pantai Nipah dan Budidaya mutiara di Dusun Teluk Nara. Selain itu
beberapa Dusun lainnya yang ada di Desa Malaka juga dijadikan tempat pariwisata
yang telah berkembang pesat sekarang ini. Salah satu daya tarik di Desa Malaka yang
banyak menarik wisatawan untuk berkunjung adalah Dusun Nipah.
Dusun Nipah merupakan salah satu dusun yang terletak di desa Malaka
kecamatan Pemenang kabupaten Lombok Utara. Pantai Nipah merupakan salah satu

2
destinasi wisata yang potensial untuk dikembangkan. Pantai ini dikelilingi
perbukitan, pasir putih, keindahan bawah laut. Pantai ini mulai ramai di kunjungi
wisatawan karena di tunjang oleh wisata kuliner dan konservasi penyu yang di kelola
secara swadaya oleh masyarakat. Pantai Nipah dapat di tempuh dengan perjalanan
sekitar 40 menit dari kota Mataram melewati kawasan wisata senggigi.
Memanfaatkan potensi desa yang ada di Dusun Nipah, mayoritas
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang.
Pengembangan desa wisata di Pantai Nipah menjadi salah satu alternatif dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat di desa tersebut. Berdasarkan observasi awal
yang telah dilakukan pengembangan di Pantai Nipah belum terlaksana secara optimal
hal tersebut dapat di lihat dengan adanya permasalahan yang di temukan berupa peran
masyarakat yang belum maksimal dalam mempromosikan Pantai Nipah. Keterlibatan
aktif masyarakat serta dukungan dari pemerintah sangatlah dibutuhkan untuk
mengembangkan destinasi tersebut. Banyaknya sarana dan prasarana yang di
perlukan guna meningkatkan kunjungan wisatawan seharusnya menjadi perhatian
masyarakat dan pemerintah daerah. Serta dibutuhkan peran bersama dari pemerintah,
masyarakat dan pengelola sangat penting untuk mengembangkan daya tarik wisata
Pantai Nipah. Berdasarkan latar belakang tersebut melatarbelakangi peneliti untuk
mengangkat judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Daya Tarik Wisata
Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pariwisata di Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang
Kabupaten Lombok Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Menganalisis dan mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan

3
pariwisata di Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
bagi penulis dan mampu menerapkan serta mengaplikasikan konsep pariwisata
berbasis masyarakat yang terkait dengan bidang kajian sosiologi pariwisata yang
diperoleh di bangku kuliah tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan
daya tarik wisata maupun, guna mengenali, menganalisis dan selanjutnya
memecahkan masalah yang ada di lapangan, khususnya di bidang pariwisata.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Manfaat bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi dan
menetapkan kebijakan lebih lanjut terhadap partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan
Pemenang Kabupaten Lombok Utara.
2. Manfaat bagi masyarakat, sebagai salah satu cara untuk memberikan sumbangan
pemikiran dalam partisipasi masyarakat untuk pengembangan Daya Tarik Wisata
Pantai Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu di uraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Beberapa penelitian relevan digunakn sebagai
komparasi mengenai partisipasi masyarakat di Pantai Nipah Desa Malaka
Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan penelusuran
peneliti terdapat beberapa penelitian relevan yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung tentang partisipasi masyarakat dalam
pengembangan objek wisata yaitu sebagai berikut:
Penelitian pertama yang dilakukan oleh I Putu Gede, Syech Idrus, dan
Lalu Yulendra (2019) dalam jurnal yang berjudul “Kajian Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengembangan Destinasi Wisata Di Kabupaten Lombok
Utara”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kolaborasi antara
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, penyajian hasil
analisis data dalam bentuk formal maupun informal. Hasil dari penelitian ini
adalah partisipasi masyarakat masa lalu dalam proses pembangunan desa
masih sangat tradisional dan sederhana dalam etika berkomunikasi. Partisipasi
masyarakat masa kini dalam proses pembangunan desa mengalami pergeseran
dari aspek sosial dan budaya dengan masuknya pengaruh teknologi Informasi
dan media sosial, akses yang memadai, pergeseran pekerjaan, pendidikan
masyarakat meningkat, logika dan pemahaman terhadap aturan dirasionalisasi
dengan kondisi kekinian, dari sisi ekonomi masyarakat sudah berpikir efesien
dan efektif. Partisipasi Masyarakat Masa depan dalam proses pembangunan
desa dengan mengalami pergeseran sangat tinggi masuknya pengaruh
teknologi Informasi digital tidak bisa lagi dibendung akses untuk menuju
destinasi wisata sangat mudah, masyarakat menjadi konsumtif mendorong

5
kecilnya partisipasi dalam pembanguan desa wisata. Sedangkan penelitian
yang di teliti saat ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Nipah Desa
Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Ratnaningsih dan I
Gst. Agung Oka Mahagangga (2015) dalam jurnal yang berjudul “Partisipasi
Masyarakat Lokal dalam Pariwisata (Studi Kasus di Desa Wisata
Belimbing,Tabanan,Bali)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif seperti
uraian lokasi Desa Belimbing dan data kuantitatif seperti jumlah kunjungan
wisatawan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data
Primer data yang diperoleh secara langsung dari responden seperti kepala
Desa Belimbingdan Data Sekunder data yang diperoleh dari kepustakaan.
Untuk teknik pengumpulan data yaitu menggunakan observasi, wawancara
mendalam, dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah Bentuk
partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam pengembangan desa wisata
seperti : a. Bentuk partisipasi yang mengawali aktifitas kepariwisataan yaitu
masyarakat membuka usaha seperti rumah makan, restaurant dan pemandu
wisata, b. Bentuk partisipasi proses awal kepariwisataan yaitu masyarakat
mulai melakukan musyawarah bersama untuk membicarakan mengenai
keinginan mereka tehadap aktivitas pariwisata di desa mereka. c. Bentuk
partisipasi dalam perencanaan yaitu pembentukan Pokdarwis ( kelompok
sadar wisata ) , pembuatan sarana dan prasarana yang menunjang
kepariwisataan dan perencanaan atraksi. d. Bentuk partisipasi dalam
pelaksanaan yaitu masyarakat terlibat secara langsung atas pelaksanaan semua
perencanaan yang telah direncanakan seperti sarana dan prasarana yang
menunjang kepariwisataan dan atraksi. e. Bentuk partisipasi dalam
pengembangan yaitu memelihara atraksi yang sudah ada maupun yang sedang
direncanakan, promosi melalui website, baliho ataupun brosur. f.Bentuk

6
partisipasi dalam evaluasi program yaitu masyarakat belum bisa menilai
sampai mana perencanaan yang diprogramkan membuahkan hasil karena
belum berjalannya badan pengelola secara maksimal. Sedangkan penelitian
yang di teliti saat ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Nipah Desa
Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Rina Munawaroh (2017) dalam
jurnal yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat Di Taman Nasionalgunung Merbabu
Suwanting,Magelang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian kualitatif dengan metode deskriftif jenis studi kasus dan peneliti
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah a.
Bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat berupa masyarakat
terlibat dalam pengembangan pariwisata untuk dalam mempertajam dan
memantapkan citra pariwisata dengan peningkatan pemasaran melalui media
sosial dan aksesbilitas. b. Partisipasimasyarakat dalam pengembangan
pariwisata berbentuk ide, dana, tenaga, keahlian. Tahapan partisipasi yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Partisipasi masyarakat bermanfaat
pada peningkatan taraf hidup masyarakat dari aspek pengetahuan, ekonomi,
sosial, lingkungan, dan politik. c. Faktor pendorong partisipasi masyarakat
adalah diberikannya kesempatan, tuntutan lingkungan, untuk kemajuan
daerah, sikap saling menghargai, manfaat yang dirasakan. Faktor penghambat
partisipasi adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,.Upaya
untuk mengatasinya masyarakat didorong ikut berpartisipasi, dan kerjasama
instansi untuk penyuluhan dan pelatihan. Sedangkan penelitian yang di teliti
saat ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pantai Nipah Desa Malaka
Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

7
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Teori Partisipasi
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partisipasi untuk
menjawab rumusan masalah di atas. Kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris
“participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Partisipasi berarti
peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik
dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan
pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil -hasil pembangunan (Sumaryadi, 2010).
Adisasmita (2006) dalam Wahyuddin (2018) menyebutkan partisipasi
diartikan sebagai prakarsa, peran serta dan keterlibatan seluruh anggota
masyarakat dalam pengambilan keputusan, perumusan rencana dan program
pembangunan yang dibutuhkan masyrakat setempat, implementasi dan
pemantauan serta pengawasannya. Hal ini untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Partsipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan meliputi kegiatan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat
lokal. Dalam hal ini adanya kesediaan masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi dalam pengembangan kawasan wisata di Dusun Nipah.
Partisipasi dapat dilaksanakan secara reliable, acceptable, implementable dan
workable. Reliable disini dimaksudkan memberikan kepercayaan kepada masyarakat
lokal atas keterlibatan mereka dalam program pembangunan oleh pihak-pihak
kepentingan yng merupakan stakeholder. Acceptable adalah dapat diterima oleh
masyarakat setempat atas program pembangunan yang akan diimplementasikan itu
disusun dan dirumuskan oleh, dari dan untuk anggota masyrakat secara bersama sama
melalui musyawarah. Implementable yaitu program pembangunan tersebut dapat
diimplementasikan masyarakat setempat dianggap paling mengetahui tentang
keadaan dan permasalahan sehingga diharapkan dapat direaisasikan sesuai dengan
kebutuhan masyrakat. Workable yaitu dapat dikerjakan masyarakat setempat dimana

8
apabila dihadapi suatu hambatan atau kekurangan dalam implementasinya maka hal
tersebut dapat diatasi oleh partisipasi masyarakat setempat, baik secara materi
maupun tenaga dan pemikiran.
Menurut Sundariningrum dalam (Sugiyah, 2010) mengklasifikasikan
partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

1. Partisipasi langsung
Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat ikut memberikan bantuan
tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi yang terjadi apabila individu
menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila
setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
2. Partisipasi tidak langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada
orang lain. partisipasi tidak langsung berwujud bantuan keuangan, pemikiran dan
material yang diperlukan.
Dusseldorp (1998) dalam Yuwono (2016) membedakan partisipasi
berdasarkan derajat kesukarelaannya, sebagai berikut:
1. Partisipasi spontan, yaitu partsipasi yang terbentuk secara spontan dan tumbuh
karena motivasi intrinsic berupa pemahaman, penghayatan, atau keyakinannya
sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan
yang dilakukan oleh pihak lain (baik individu maupun lembaga masyarakat).
2. Partisipasi terinduksi, yaitu partisipasi yang tumbuh karena terinduksi oleh
adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan, penyuluhan)
dari luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi. Motivasi ekstrinsik tersebut bisa berasal dari pemerintah, lembaga
masyarakat, maupun lembaga sosial setempat atau individu.

9
3. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu partisipasi yang tumbuh karena adanya
tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya.
4. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial ekonomi, yaitu partisipasi yang dilakukan
karena takutakan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak
memperoleh bagian manfaat dari kegiatanyang dilaksanakan.
5. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu partisipasi yang dilakukan karena takut
menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.
Masyarakat adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap
sesuai. Tidak melanggar norma-norma umum dan adat istiadat serta
terintegrasi langsung dengan tingkah laku umum dan dapat
mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batasan-batasan tertentu. Sehubungan dengan hal ini, maka ada
beberapa realitas sosial budaya yang terdapat dimasyarakat, yang perlu
dipahami sebagai berikut:
1. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan
membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma
sosial tertentu dalam waktu yang cukup lama.
2. Interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antar individu, antara
individu dari kelompok dan antar kelompok.
3. Status dan peran status adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang
merupakan aspek masyarakat yang kurang lebih bersifat statis. Peran merupakan
pola tindakan dari orang yang memiliki status tertentu dan merupakan aspek
masyarakat yang kurang lebih bersifat dinamis.
4. Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh anggota
masyarakat dan merupakan sesuatu yang didam-idamkan. Pergeseran nilai akan
mempengaruhi kebiasaan dan tata kelakuan.
5. Norma merupakan wujud konkret dari nilai sosial, dibuat untuk melaksanakan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar.

10
6. Menurut paul B. Horton dan Chester L Hunt, lembaga sosial adalah sistem
hubungan sosial yang terorganisir dan mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum
tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Lembaga merupakan satu
sistem norma untuk mencapai suatu tujuan oleh masyarakat dianggap penting.
7. Sosialisasi merupakan proses individu belajar berinteraksi ditengah masyarakat.
Melalui proses sosialisa seorang individu akan memperoleh pengetahuan, nilai-
nilai dan norma-norma yang akan membekalinya dalam proses pergaulan.
8. Perilaku menyimpang merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku.
9. Pengendalian sosial setiap masyarakat menginginkan adanya suatu ketertibaan
agar tata hubungan antar warga masyarakat membuat norma sebagai pedoman
yang pelaksanaanya memerlukan suatu bentuk pengawasan dan pengendalian.
10. Proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antara komponen
masyarakat dari waktu ke waktu hingga mewujudkan suatu perubahan. Dalam
suatu proses sosial terdapat komponen-komponen yang saling terkait satu sama
lain, yaitu:
a. Struktur sosial, yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang
menyangkut individu, tata nilai, dan struktur budayanya.
b. Interaksi sosial, yaitu keseluruhan jalinan antarwarga masyarakat.
c. Struktur alam lingkungan yang meliputi letak, bentang alam, iklim, flora
dan fauna. komponen isi merupakan salah satu komponen yang turut
mempengaruhi bagaimana jalannya proses sosial dalam suatu
masyarakat.
11. Perubahan sosial budaya adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat
adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu
corak sosial budaya baru yang dianggap ideal.
Dalam teori partisipasi Arnstein (1969) mengemukakan adanya 8 tingkatan
berdasarkan kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan dalam

11
pembangunan dan juga Hobley (1996) memaparkan beberapa karakteristik yang
terdapat pada tingkatan partisipasi, yaitu akan dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Tingkatan Partisipasi
Tingkat
Tingkatan
an
No Pembagian Karakteristik
Partisip
Kekuasaan
asi
Pengumuman sepihak
Manipu
tanpa memperhatikan
lasi
Tidak ada tanggapan masyarakat dan
(Manip
partisipasi informasi yang
ulation)
dipertukarkan terbatas
Meskipun terlibat dalam
kegiatan, tujuannya lebih
Terapi
mengubah pola pikir
(Therap
masyarakat daripada
y)
mendapat masukan dari
masyarakat itu sendiri
Masyarakat Pemegang kekuasaan
Pemberi hanya hanya memberikan
tahuan sebagai alat informasi kepada
(Inform legitimasi masyarakat dan masyarakat
ation) atau tidak diberi kesempatan
justifikasi untuk terlibat
Konsult dalam Masyarakat didengar akan
asi pembanguna tetapi tidak selalu dipakai
(Consul n sarannya dan tidak ada
tation) peluang untuk pembuatan

12
keputusan bersama
Penentr Saran masyarakat diterima
aman tetapi tidak selalu
(Placati dilaksanakan
on)
Masyarakat berunding
Kemitra
dengan pengambil
an
keputusan atau pemerintah
(Parther
dalam pengambilan
ship)
keputusan
Pendele Masyarakat memiliki
gasian kewenangan untuk
Masyarakat
Kekuas membuat rencana,
memegang
aan masyarakat diberi
kendali
(Delege kekuasaan sebagai atau
penuh atas
ted bahkan seluruh program
pembanguna
Power)
n
Masyarakat dapat
Kontrol
mengendalikan seluruh
Masyar
proses pengambilan
akat
keputusan. Masyarakat
(Citizen
memegang kendali atas
Control
pemanfaatan sumberdaya
)
yang ada.
Sumber : Arsntein (1989), Hobley (1996)
Dari tabel diatas Arnstein mengatakan bahwa tingkat manipulasi dan terapi
dianggap itu bukan partisipasi karena pemegang kekuasaan hanya sekedar mendidik
dan mengobati. Pada tingkat ketiga yaitu pemberitahuan, konsultasi, dan

13
penetraman dianggap sebagai kategori tokenisme yaitu dimana masyarakat didengar
akan pendapatnya akan tetapi masyarakat tidak memiliki jaminan bahwa pendapat
mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Apabila partisipasi
masyarakat hanya sampai pada tokenisme maka kecil kemungkinan ada upaya
perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
2.2.2 Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)
Pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism sebagai
sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat
sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigma) pariwisata
berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan
dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar.
Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti merupakan upaya kecil dan lokal semata,
tetapi perlu diletakkan dalam konteks kerjasama masyarakat secara global.
Community based tourism sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan
menempatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh
komunitas, untuk komunitas. Teori ini melihat community based tourism bukan dari
aspek ekonomi terlebih dahulu melainkan aspek pengembangan kapasitas komunitas
dan lingkungan, sementara aspek ekonomi menjadi induced impact dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan Janianton (2013).
Secara umum peran masyarakat lebih menitikberatkan kepada partisipasi.
Tinggi rendahnya partisipasi yang diberikan akan berdasarkan pada tingkat
keberdayaan yang dimiliki oleh masyarakat dan kemampuan pemahaman pada setiap
level dalam proses kebijakan publik. Pada dasarnya tidak semua masyarakat sudah
mampu memberikan saran, kritik, ide dan sebagainya. Peran lain dapat digali adalah
partisipasi dibidang pendanaan. Pengerahan dana masyarakat sering kali dilakukan
sebagai perbandingan kemampuan masyarakat terhadap pendanaan dalam satu
kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah maupun pihak
swasta, sumber pendanaan yang dihimpun masyarakat lebih populer disebut dengan

14
swadaya masyarakat. Peran masyarakat yang lain adalah memiliki fungsi pada
kontrol sosial dalam rangka pelestarian dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan
(Sastrayuda 2010).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
mengamanatkan bahwa salah satu tujuan kegiatan kepariwisataan adalah melestarikan
alam, lingkungan dan sumberdaya dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip
memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup, memberdayakan masyarakat
setempat dan menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan
daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam rangka otonomi daerah serta
keterpaduan antar pemangku kepentingan. Salah satu konsep yang menjelaskan
peranan komunitas dalam pembangunan pariwisata adalah community based tourism,
yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat
lokal, dimana masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian
suara berupa keputusan dalam pembangunannya.
Pentingnya pengertian partisipasi untuk diketahui karena pariwisata berbasis
masyarakat sangat memerlukan keterlibatan masyarakat (terutama masyarakat
sekitar). Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, pariwisata berbasis masyarakat
(community based tourism) tidak akan dapat mencapai tujuan atau sasaran.
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berwujud
partisipasi dapat dilihat dalam lima tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini adalah dengan mengikuti
sosialisasi yang diadakan untuk menyongsong kehadiran pengembangan objek
wisata di Pantai Nipah sebagai tempat wisata.
2. Tahap Perencanaan. Tahap ini terdiri atas identifikasi kebutuhan dan analisis
kemampuan. Pada tahap ini partisipasi masyarakat bersifat fungsional, artinya
masyarakat setempat berpartisipasi terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh
tenaga ahli yang berasal dari luar desa setempat yang diberi kepercayaan dalam
objek wisata di Pantai Nipah sebagai tempat wisata.

15
3. Tahap Operasional. Tahap ini terdiri atas partisipasi berbentuk fisik dan
partisipasi berbentuk nonfisik. Pada partisipasi berbentuk fisik (physical
participation), partisipasi masyarakat setempat dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, mobilitas sendiri, artinya masyarakat dengan penuh kesadaran
membangun fasilitas fisik untuk menunjang pengembangan pariwisata di desanya.
4. Tahap pengembangan. Pada tahap ini partisipasi masyarakat bersifat spontan,
antara lain dengan mendirikan dan mengelola usaha-usaha yang terkait dengan
kepariwisataan, seperti pengelolaan usaha penginapan, usaha warung makan dan
minuman, serta usaha yang menjual kebutuhan sehari-hari.
5. Tahap Pengawasan. Pada tahap ini, partisipasi masyarakat lebih kepada
pengawasan yang bersifat praktis dan preventif (Rohim 2013).
Keberhasilan pariwisata berbasis masyarakat akan mampu menciptakan
kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan membawa dampak positif bagi upaya
pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan
dapat menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari masyarakat yang tumbuh akibat
peningkatan kegiatan pariwisata. Hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam
hal pariwisata berbasis masyarakat adalah wisatawan nusantara karena potensinya
yang sangat besar dalam menumbuhkan dan mengembangkan destinasi pariwisata
(Prasiasa 2013).
Pengelolaan sumber daya pariwisata di destinasi pariwisata dengan
melibatkan masyarakat setempat memiliki jumlah alasan. Menurut Korten dalam
(Masriana 2019) alasan yang mendasarinya adalah:
1. Variasi antardaerah (local variety), yakni setiap daerah tidak dapat diberikan
perlakuan yang sama karena setiap daerah mempunyai karakteristik sendiri yang
membedakannya dengan daerah lain, sehingga sistem pengelolaannya akan
berbeda, selain masyarakat setempat sebagai pemilik daerah, mereka adalah pihak
yang paling mengenal dan paling mengetahui situasi daerahnya.
2. Adanya sumber daya lokal (local resources) yang secara tradisional dikuasai oleh
masyarakat setempat, merekalah yang lebih mengetahui bagaimana cara

16
mengelola sumber daya lokal tersebut yang bersumber dari pengalaman generasi
ke generasi.
3. Tanggung jawab lokal (local accountability), dalam hal ini pengelolaan yang
dilakukan oleh masyarakat lokal lebih bertanggung jawab karena kegiatan
tersebut secara langsung akan mempengaruhi hidup mereka.
Community Based Tourism yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata
melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat turut andil dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam
pembangunannya, Menurut Garrod dalam Wilopo (2016), terdapat dua pendekatan
berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata.
Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal
sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua,
cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern
dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunan dan
perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap
lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata.
Secara prinsipal, community based tourism berkaitan erat dengan adanya
kepastian partisipasi aktif masyarakat setempat dalam pembangunan kepariwisataan
yang ada. Oleh karena itu pada dasarnya terdapat tiga prinsip pokok dalam strategi
perencanaan pembangunan kepariwisataan yang berbasis pada masyarakat, seperti
yang diutarakan oleh Sunaryo (2013) yaitu:
1. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan.
2. Adanya kepastian masyarkat lokal menerima manfaat dari kegiatan
kepariwisataan.
3. Menjamin sustanbilitas lingkungan.
4. Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik.
Menurut Pinel dalam Rorah (2012) Community based tourism merupakan
model pengembangan pariwisata yang berasumsi bahwa pariwisata harus berangkat
dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun

17
pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, insiatif dan peluang masyarakat
lokal.
Sebagai kesimpulan dari beberapa pengertian diatas prinsip dasar
kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku
utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan,
sehingga kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi
masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
2.3 Definisi Konsep
2.3.1. Partisipasi Masyarakat
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
mengamanatkan bahwa salah satu tujuan kegiatan kepariwisataan adalah melestarikan
alam, lingkungan dan sumberdaya dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip
memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup, memberdayakan masyarakat
setempat dan menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan
daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam rangka otonomi daerah serta
keterpaduan antar pemangku kepentingan. Salah satu konsep yang menjelaskan
peranan komunitas dalam pembangunan pariwisata adalah community based tourism,
yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat
lokal, dimana masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian
suara berupa keputusan dalam pembangunannya.
Pentingnya pengertian partisipasi untuk diketahui karena pariwisata berbasis
masyarakat sangat memerlukan keterlibatan masyarakat (terutama masyarakat
sekitar). Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, pariwisata berbasis masyarakat
(community based tourism) tidak akan dapat mencapai tujuan atau sasaran.
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berwujud
partisipasi dapat dilihat dalam lima tahap sebagai berikut:

18
1. Tahap Persiapan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini adalah dengan
mengikuti sosialisasi yang diadakan untuk menyongsong kehadiran
pengembangan objek wisata di Pantai Nipah sebagai tempat wisata.
2. Tahap Perencanaan. Tahap ini terdiri atas identifikasi kebutuhan dan analisis
kemampuan. Pada tahap ini partisipasi masyarakat bersifat fungsional, artinya
masyarakat setempat berpartisipasi terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh
tenaga ahli yang berasal dari luar desa setempat yang diberi kepercayaan
dalam objek wisata di Pantai Nipah sebagai tempat wisata.
3. Tahap Operasional. Tahap ini terdiri atas partisipasi berbentuk fisik dan
partisipasi berbentuk nonfisik. Pada partisipasi berbentuk fisik (physical
participation), partisipasi masyarakat setempat dilakukan dengan beberapa
cara. Pertama, mobilitas sendiri, artinya masyarakat dengan penuh kesadaran
membangun fasilitas fisik untuk menunjang pengembangan pariwisata di
desanya.
4. Tahap pengembangan. Pada tahap ini partisipasi masyarakat bersifat spontan,
antara lain dengan mendirikan dan mengelola usaha-usaha yang terkait
dengan kepariwisataan, seperti pengelolaan usaha penginapan, usaha warung
makan dan minuman, serta usaha yang menjual kebutuhan sehari-hari.
5. Tahap Pengawasan. Pada tahap ini, partisipasi masyarakat lebih kepada
pengawasan yang bersifat praktis dan preventif (Rohim 2013).
2.3.2. Pengembangan Daya Tarik Wisata
Tahapan pengembangan merupakan tahapan siklus evolusi yang terjadi
dalam pengembangan pariwisata, sejak suatu daerah tujuan wisata baru ditemukan
(discovery), kemudian berkembang dan pada akhirnya terjadi penurunan (decline).
Menurut Butler (1980) ada tujuh fase pengembangan pariwisata atau siklus hidup
pariwisata (Tourism Area Life cycle) yang membawa implikasi serta dampak yang
berbeda, secara teoritis diantaranya:
1. Fase exploration (eksplorasi/penemuan). Daerah pariwisata baru mulai
ditemukan, dan dikunjungi secara terbatas dan sporadis, khususnya bagi

19
wisatawan petualang. Pada tahap ini terjadi kontak yang tinggi antara wisatawan
dengan masyarakat lokal, karena wisatawan menggunakan fasilitas lokal yang
tersedia. Karena jumlah yang terbatas dan frekuensi yang jarang, maka dampak
sosial budaya ekonomi pada tahap ini masih sangat kecil.
2. Fase involvement (keterlibatan). Dengan meningkatnya jumlah kunjungan, maka
sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang
khusus diperuntukan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan
masyarakat dengan masyarakat lokal masih tinggi, dan masyarakat mulai
mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang
terjadi. Disinilah mulainya suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata, yang
ditandai oleh mulai adanya promosi.
3. Fase development (pembangunan). Investasi dari luar mulai masuk, serta mulai
munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik,
dan promosi semakin intensif, fasilitas lokal sudah tesisih atau digantikan oleh
fasilitas yang benar-benar berstandar internasional, dan atraksi buatan sudah
mulai dikembangkan, menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan
jasa inpor termasuk tenaga kerja asing, untuk mendukung perkembangan
pariwisata yang pesat.
4. Fase consolidation (konsolidasi). Pariwisata sudah dominan dalam struktur
ekonomi daerah, dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional
atau major chains and franchises. Jumlah kunjungan wisatawan masih naik, tetapi
pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk
mengisi fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.
5. Fase stagnation (kestabilan). Kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui (diatas
daya dukung, carrying capacity), sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial
dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja keras untuk memenuhi
kapasitas dari fasilitas yang dimiliki, khususnya dengan mengharapkan repeater
guest dan wisata konvensi/bisnis. Pada fase ini, atraksi buatan sudah

20
mendominasi atraksi asli alami (baik budaya maupun alam), citra awal sudah
mulai luntur, dan destinasi sudah tidak lagi populer.
6. Fase decline (penurunan). Wisatawan sudah mulai beralih ke destinasi wisata
baru atau pesaing, dan yang tinggal hanya ‟sisa-sisa‟, khususnya wisatawan yang
hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah beralih atau dialihkan
fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak
menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi, terkait dengan
harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi bisa berkembang
menjadi destinasi kelas rendah atau secara total kehilangan jati diri sebagai
destinasi wisata.
7. Fase rejuvenation (Peremajaan). Perubahan secara dramatis bisa terjadi (sebagai
hasil dari berbagai usaha dari berbagai pihak), menuju perbaikan atau peremajaan.
Peremajaan ini bisa terjadi karena inovasi dan pengembangan produk baru, atau
menggali atau memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya.

21
Gambar 1. Model Siklus Hidup Kawasan Pariwisata (Sumber: Butler, 1980)
Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia
No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, juga mengemukakan
pengertian dari daya tarik wisata yaitu daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan. Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Sedangkan
Menurut Cooper pada Febrina (2015), daya tarik wisata harus mempunyai empat
komponen yaitu: Attraction (Atraksi), accessibilities (Aksesibilitas), amenities
(Amenitas atau fasilitas), dan ancillary service (jasa pendukung pariwisata)”.

22
a. Atraksi wisata / daya tarik
Adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan dapat membuat
wisatawan terkesan yang berupa rasa puas, rasa nyaman, dan rasa nikmat
pada wisatawan yang melihatnya atau melaksanakannya. Dalam hal ini dapat
berupa daya tarik alam, budaya, dan daya tarik buatan manusia.
b. Aksesibilitas (kemudahan)
Sarana yang memberikan kemudahan mencapai daerah tujuan wisata.
Tempat tersebut mudah dijangkau, sarana yang diperlukan wisatawan mudah
ditemukan, misalnya transportasi ke tempat tujuan, jalan yang akan dilewati
aman atau nyaman. Hal itu harus dipertimbangkan dengan mendalam karena
itu sangat membantu kemudahan wisata.
c. Amenitas
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti penginapan, restoran, tempat
hiburan, transportasi lokal, alat-alat transportasi, fasilitas perbankan, fasilitas
kesehatan dan lain-lain.
d. Ansilieri
Aktifitas adalah jasa pendukung yang ada di destinasi wisata. Jasa
pendukung ini dapat berupa guide lokal, pijat, penyewaan alat dan lain
sebagainya

2.4. Ruang Lingkup Penelitian


Lokasi penelitian ini di lakukan di Pantai Nipah yang berada di Desa
Malaka. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang partisipasi
masyarakat dalam pengembangan di Pantai Nipah dan berfokus pada
masyarakat yang berada di pesisir Pantai Nipah. Penelitian ini berkaitan untuk
mengetahui partisipasi apa saja yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengembangkan objek wisata di Pantai Nipah.

23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilakukan yaitu di Desa Malaka. Desa Malaka
berada di Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Desa Malaka merupakan
perbatasan antara Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Barat. Desa
Malaka adalah salah satu Desa yang berkembang karena memiliki lokasi yang
strategis yaitu berbatasan dengan kawasan wisata Senggigi dan Gili Trawangan,
Meno, Air dimana 2 kawasan ini memiliki jumlah kunjungan yang cukup banyak. Hal
ini sangat berdampak terhadap kunjungan wisatawan di Desa Malaka.
Desa Malaka memiliki 12 dusun yaitu terdiri dari : Klui, Lendang Luar,
Setangi, Badung, Malimbu, Nipah, Pandanan, Teluk Borok, Kecinan, Mentigi, Teluk
Nara, Teluk Kodek. Di antara 12 dusun di Desa Malaka penelitian akan terfokus pada
Dusun Nipah, karena Dusun Nipah adalah salah satu dusun yang sedang berkembang
dan memiliki banyak potensi wisata. Di dusun Nipah terdapat Pantai Nipah yang
menarik untuk diteliti berkaitan tentang partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat
yang berada di pesisir pantai nipah karena di Pantai Nipah memiliki potensi yang
lebih banyak dari dusun lainnya.
Dusun Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang Kabupatn Lombok Utara
berada di utara Lombok Barat 26 kilometer dari Mataram dengan waktu tempuh 40
menit. Sedangkan dari Bandara Lombok memakan waktu perjalanan sekitar 1 jam 22
menit dengan jarak tempuh 58,8 kilometer.

24
Gambar 2. Rute perjalanan dari Bandara Internasional Lombok sampai Pantai Nipah
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti dalam mengumpulkan data
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera lainya.
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat banyak
ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar, mencium, atau
mendengarkan suatu onjek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang
ia amati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian
(yusuf, 2014). Peneliti terjun langsung melakukan pengamatan serta melakukan
pencatatan hal-hal atau data yang terlihat baik fisik maupun non fisik.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interview)
melalui komunikasi langsung (yusuf 2014). Wawancara digunakan untuk
mendapatkan data tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

25
di Dusun Nipah Desa Malaka Kecamatan Pemenang. Dalam penelitian ini dilakukan
wawancara bebas terpimpin, yakni wawancara yang dilakukan secara bebas dalam
arti informan diberi kebebasan menjawab akan tetapi dalam batas-batas tertentu agar
tidak menyimpang dari panduan wawancara yang telah disusun. Wawancara akan
dilakukan kepada kepala dusun, ketua pokdarwis, dan para pedagang yang memiliki
lapak di pesisir Pantai Nipah.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti
barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang
orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang
sangat berguna dalam penelitian kualitatif (yusuf, 2014). Dalam penelitian ini peneliti
akan akan mengumpulkan dokumen yang dapat digunakan untuk menunjang
penelitian, dokumen tersebut seperti : foto-foto, data-data, dan dokumen.
3.3 Teknik Penentuan Informan
Menurut Sugiyono (2016), penentuan informan yang sering di gunakan dalam
penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Pada penelitian ini penentuan
informan di pilih secara purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu yang di
maksud adalah memilih sumber data atau orang yang di anggap paling tahu tentang
apa yang di harapkan. Dengan asumsi informan tersebut terlibat lanngsung atau tidak
langsung dengan kegiatan pariwisata di Pantai Nipah.

26
Dengan informan kunci yaitu masyarakat Dusun Nipah seperti ketua
Pokdarwis dan para pedagang yang memiliki lapak di pesisir pantai yang dapat di
jadikan sumber informasi dalam penelitian ini.
3.4 Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data deskriptif kualitatif. Menurut Sukmadinata (2011)
mengemukakan penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, dan
keterkaitan antar kegiatan.
Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan merencanakan seacar sistematis data yang telah diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara menyusun bagian data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam bagian terkecil, melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilah mana yang penting dan yang dapat dipelajari, dan membuat
simpulan sehingga bisa mudah untuk dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan reduksi,
penyajian data dengan teks, dan penarikan simpulan.
1. Reduksi Data
“Mereduksi data bisa diartikan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dicari pola dan temanya”. Dengan mereduksi
data akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakuakan pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi berlangsung terus selama
pelaksanaan penelitian bahkan peneliti memulai sebelum pengumpulan data
dilakukan dan selesai sampai penelitian berahir. Reduksi dimulai sewaktu peneliti
memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan
pendekatan pengumpulan data yang digunakan. Selama pengumpulan data
berlangsung, reduksi data dapat berupa membuat ringkasan, mengkode, memusatkan
tema, membuat batas permasalahan, dan menulis memo.

27
2. Penyajian Data
“Penelitian kualitatif penyajian data dilakuakn dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya”. Sajian ini merupakan
kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan bisa
mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat
sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.
Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai
pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai
kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis
matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai
pendukung narasinya. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan melihat apa
yang terjadi dan memungkinkan untuk mengajarkan suatu analisis ataupun tindakan
lain berdasarkan penelitian tersebut. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu
cara yang utama bagi analisi kualitatif yang valid.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan disini merupakan temuan baru dan belum pernah ada. Temuan
masi berupa remang-remang dan menjadi jelas setelah diteliti. Simpulan perlu
diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan,
penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang
timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali
sebentar pada catatan lapangan.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Desa Malaka adalah salah satu desa dari empat desa yang ada di wilayah
Kecamatan Pemenang. Desa Malaka terletak diujung barat Kabupaten Lombok Utara,
perbatasan antara Kabupaten Lombok Utara dengan Kabupaten Lombok Barat. Desa
Malaka merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa Pemenang Barat. Desa Malaka
terbentuk berawal dari adanya usulan pemekaran Kecamatan Tanjung menjadi dua
Kecamatan pada tanggal 19 Pebruari 1999. Desa Malaka pada awal berdirinya terdiri
dari Empat Dusun yaitu Dusun Mentigi, Dusun Pandanan, Dusun Nipah, dan Dusun
Setangi.
Nama Desa Malaka sendiri diambil dari nama sebuah Makam seorang Ulama,
yang terletak di atas bukit, antara bukit Teluk Nara dan Pandanan. Makam ini dikenal
orang banyak dengan nama makam Melka, yang konon katanya diambil dari nama
sebuah Pohon atau Buah yang bernama pohon Mlaka. Karena masyarakat kesulitan
dalam melafalkan kata Mlaka akhirnya disebutlah Melka atau Malaka.
Desa Malaka adalah salah satu dari 4 Desa yang berada di wilayah Kecamatan
Pemenang Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia yang
luas wilayahnya 12,41 km2 (1241 Ha). Secara geografis Desa Malaka berada di
wilayah pantai dan perbukitan dengan ketinggian 0-2000 mdpl terletak pada
8°25'09.6"S dan 116°03'17.5"E. Desa Malaka terletak di ujung barat Kabupaten
Lombok Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang
2. Sebelah Timur : Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang
3. Sebelah Selatan : Desa Lembah sari Kecamatan Batulayar
4. Sebelah Barat : Desa Senggigi, Kecamatan Batulayar

Sedangkan Kawasan Nipah sendiri berbatasan langsung dengan :


1. Sebelah Utara : Dusun Pandanan

29
2. Sebelah Timur : Bukit Nipah
3. Sebelah Selatan : Dusun Malimbu
4. Sebelah Barat : Selat Bali
Adapun orbitasi atau jarak tempuh dari pemerintahan Desa Malaka ke
Pemerintahan Kecamatan 9,5 Km dengan waktu tempuh 15 menit. Sedangkan ke
Pemerintahan Kabupaten Lombok Utara 17,9 Km dengan waktu tempuh 26 menit.
Sementara jarak dari Pemerintahan Desa Malaka ke ibu kota provinsi 29,6 Km
dengan waktu tempuh 46 menit. Pintu masuk menuju Pantai Nipah dapat dilihat pada
gambar 3 berikut ini :

Gambar 3. Pintu masuk Pantai Nipah,2021

4.2 Sarana dan Prasarana


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) sarana merupakan segala
sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan. Prasarana
merupakan segala sesuatu yang bisa menunjang untuk terselenggaranya segala proses
baik itu berupa usaha, pembangunan ataupun proyek.
Secara umum, tujuan sarana dan prasarana dibuat agar terselenggaranya suatu
kegiatan atau proses yang kondusif dan sesuai yang diharapkan. Tujuan dari
dibangunnya prasarana dan disediakannya sarana yaitu sebagai berikut;

30
1. Meningkatkan produktivitas masyarakat

2. Memungkinkan terlaksananya aktivitas-aktivitas tertentu


3. Memperbaiki kualitas hidup masyarakat
4. Memungkinkan terlaksananya aktivitas secara lebih efisien
5. Menimbulkan kenyamanan bagi pengguna dan pelaksana kegiatan
6. Menciptakan kepuasan bagi pengguna dan pelaksana kegiatan
Secara umum, dapat kita simpulkan bahwa sarana dan prasarana membantu kita
untuk menjalankan kehidupan sehari-hari kita, mulai dari kehidupan sosial hingga
kehidupan ekonomi kita.
Gambaran Sarana Prasarana pada daya tarik wisata pantai Nipah
Gambaran pengaruh sarana prasarana pada daya tarik wisata pantai Nipah
dalam kategori baik, sebagaimana data yang diperolah dari angket penelitian. Sarana
prasarana memiliki indikator sebagai berikut:
a) Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari
lokasi lainnya melalui sistem transportasi, yang terdiri dari beberapa sub indikator
yaitu, kondisi jalan, kualitas jalan, penunjuk jalan, waktu tempuh, biaya yang
dikeluarkan, transportasi yang digunakan, kemudahan akses.
Akses menuju pantai Nipah mempunyai kondisi jalan yang baik. Walaupun
pengunjung harus menempuh jarak sepanjang 26 kilometer dari Mataram dengan
waktu tempuh 40 menit menuju pantai Nipah. Pemandangan sepanjang perjalanan
pengunjung dapat menikmati hamparan pantai yang luas dan perbukitan. Kondisi
jalan menuju Pantai Nipah dapat di lihat pada gambar 4 berikut ini:

31
Gambar 4. Kondisi jalan menuju pantai Nipah,2021
Akses menuju pantai Nipah sudah dilengkapi dengan petunjuk jalan sepanjang
daya tarik wisata guna agar wisatawan luar yang berkunjumg dapat mengetahui
letak daya tarik wisata, seperti papan jalan, petunjuk arah, serta terdapat rambu-
rambu lalu lintas yang dapat memberikan informasi kepada pengunjun.
Karena jalur senggigi adalah salah satu jalur utama menuju pantai Nipah maka
waktu tempuh yang digunakan pengunjung dapat dikatakan efektif karena kondisi
dan kualitas jalan yang baik dan memungkinkan pengunjung menempuh perjaanan
26 kilometer dengan waktu yang efisien dan nyaman, tergantung pada kecepatan
dalam mengendarai kendaraan sehingga waktu tempuh tidak menjadi masalah
apabila wisatawan ingin mengunjungi daya tarik wisata.
Biaya yang dikeluarkan untuk menuju pantai Nipah, dilihat dari jenis
kendaraan yang digunakan menuju daya tarik wisata. Biaya yang dikeluarkan
apabila menggunakan transportasi umum, pengunjung harus mengeluarkan biaya
berkisar Rp 54.000 – Rp 123.000, sedangkan apabila pengunjung menggunakan
kendaraan pribadi jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan
transportasi umum.

32
Transportasi yang digunakan menuju pantai Nipah tergolong lancar, pada
hari-hari biasa kondisi lalu lintas sangat lancar namun pada hari-hari tertentu
seperti pada hari libur dan hari raya maka kondisi lalu limtas menuju daya tarik
wisata terbilang padat yang dikarenakan banyaknya jumlah wisatawan yang
masing-masing membawa keluarga, teman-teman maupun pasangan untuk berlibur
dan menghabiskan waktu di pantai Nipah.
Akses menuju pantai Nipah terbilang mudah untuk dijangkau oleh wisatawan,
dapat dilihat dari kondisi jalan yang lancar, kualitas jalan yang baik, petunjuk jalan
yang jelas, waktu tempuh yang efektif , biaya yang standart untuk mengakses daya
tarik wisata yang semakin mempermudah wisatawan untuk mengakses daya tarik
wisata tersebut.
b) Alat Transportasi
Alat transportasi yang biasa digunakan wisatawan menuju daya tarik wisata
ada dua jenis yaitu transportasi umum yang terdiri dari taxi dan ojek online, dan
transportasi pribadi seperti motor dan mobil pribadi (mobil sewa) menuju Pantai
Nipah transportasi umum terbilang banyak tetapi dengan harga yang cukup mahal
untuk menuju daya tarik wisata.
Pada umumnya, wisatawan menggunakan alat transportasi pribadi untuk
mengunjungi Pantai Nipah dikarenakan biaya yang relative murah, waktu tempuh
yang efektif, dan lebih lancar daripada menggunakan transportasi umum sehingga
membuat wisatawan lebih dominan menggunakan alat transportasi pribadi karena
dapat menekan biaya dan waktu tempuh.
c) Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang terdapat pada Pantai Nipah hampir sama dengan daya
tarik wisata lain pada umumnya yang terdiri dari tempat parkir, toilet umum dan
ruang ganti pakaian dan tempat ibadah yang dapat digunakan wisatawan ketika
berkunjung di Pantai Nipah.
Tempat parkir yang tersedia untuk wisatawan yang berkunjung di Pantai
Nipah sangat luas dan mudah dijangkau yang terdapat disekitar daya tarik wisata

33
sangat memadai untuk wisatawan yang datang terletak pada beberapa tempat, ada
yang berada didepan lapak yang ada di Pantai Nipah. Tempat parkir kendaraan
yang berada di Pantai Nipah dapat di lihat pada gambar 5 berikut ini:

Gambar 5. Tempat parkir di pantai Nipah,2021


Toilet umum dan ruang ganti pakaian yang tersedia pada Pantai Nipah
terbilang kurang baik dikarenakan kondisi toilet yang lumayan bersih dan
beberapa toilet terbilang kurang layak dikarenakan pintu yang rusak. Serta jumlah
toilet dan ruang ganti yang cukup terbatas, dimana wisatawan juga harus bayar
untuk menggunakan fasilitas umum tersebut. Salah satu toilet umum yang di
bangun oleh masyarakat dapat di lihat pada gambar 6 berikut ini:

34
Gambar 6. Toilet umum,2021

Tempat ibadah yang terdapat pada Pantai Nipah yaitu berupa mushola yang
terdapat di berbagai titik di Pantai Nipah. Masyarakat bergotong royong untuk
membangun tempat ibadah dan fasilitas lainnya. Tempat untuk beribadah seperti
mushola dapat di lihat pada gambar 7 berikut ini:

Gambar 7. Mushola, 2021

35
d) Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung yang tersedia di pantai Nipah seperti penyewaan alat
snorkeling, kano, diving, jetski, paralayang, konservasi penyu, serta penjual
makanan dan Keramahan penduduk sekitar.
Penyewaan untuk peralatan snorkeling dan kano sebagian besar adalah milik
masyarakat itu sendiri. Dan masyarakat memanfaatkan potensi yang ada untuk
menyediakan penyewaan alat tersebut. Sedangkan untuk penyewaan alat diving,
jetski, dan paralayang adalah milik orang lain yang telah bekerjasama dengan
masyarakat untuk menambah fasilitas yang ada. Fasilitas pendukung berupa
penyewaan alat snorkeling dapat di lihat pada gambar 8 berikut ini:

Gambar 8. penyewaan alat snorkeling,2021

Konservasi penyu yang di kelola oleh masyarakat yang untuk melestarikan


penyu yang ada di Pantai Nipah. Karena sebelum adanya konservasi penyu ini
didirikan banyak dari masyarakat yang menangkap penyu untuk di konsumsi dan
juga masyarakat mengambil telur penyu untuk di jual. Oleh karena itu beberapa
dari masyarakat tergerak untuk membuat komunitas untuk melestarikan penyu
yang ada di pantai nipah dan juga mengedukasi masyarakat agar tidak menangkap
penyu maupun mengambil telur penyu. Serta wisatawan juga dapat melepas penyu

36
ke laut dengan memberikan sumbangan seikhlasnya. Aktifitas wisatawan saat
melepas penyu di Pantai Nipah dapat di lihat pada gambar 9 berikut ini:

Gambar 9. Proses pelepasan penyu oleh wisatawan,2021

Penjual atau pelapak yang berada di Pantai Nipah adalah masyarakat setempat
yang memanfaatkan objek wisata sebagai mata pencaharian untuk menambah
penghasilan disamping mata pencaharian utamanya sebagai nelayan. Karena
adanya peluang untuk berjualan dan secara tidak langsung mereka ikut
berpartisipasi untuk menjaga Pantai Nipah dari oknum yang ingin merusak Pantai
Nipah. Lapak masyarakat yang terdapat di Pantai Nipah dapat di lihat pada gambar
10 berikut ini:

37
Gambar 10. lapak yang ada di Pantai Nipah,2021
Keramahan penduduk sekitar Pantai Nipah sudah terbilang baik karena dilihat
dari cara mereka berinteraksi dengan wisatawan sehingga wisatawan yang sering
bertanya akan hal-hal yang wisatawan belum ketahui dengan penduduk sekitar
memberikan respon yang cukup santun sehingga selain puas akan daya tarik wisata,
wisatawan juga akan senang dengan keramahan penduduk sekitar.
4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Daya Tarik Wisata di Pantai
Nipah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukaan, ditemukan bahwa
pengembangan daya tarik wisata Pantai Nipah masuk dalam fase rejuvenation
(Peremajaan) yaitu Perubahan secara dramatis bisa terjadi (sebagai hasil dari berbagai
usaha dari berbagai pihak), menuju perbaikan atau peremajaan. Peremajaan ini bisa
terjadi karena inovasi dan pengembangan produk baru, atau menggali atau
memanfaatkan sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan dan dari hasil teori yang dikembangkan oleh Butler
bahwa Pantai Nipah masuk dalam fase rejuvenation (peremajaan). Karena dari hasil
observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa pantai nipah melakukan peremajaan
dengan cara memanfaatkan potensi bahari yang ada di Pantai Nipah untuk
membentuk suatu organisasi TCC (Turtle Concervation Community), karena di pantai

38
Nipah sendiri sejatinya tempat penyu untuk bertelur sehingga dengan cara ini
masyarakat membentuk dayatarik wisata yang baru. Penangkaran penyu sebelum
bekerjasama dengan pihak Pertamina yang dibangun oleh TCC secara swadaya dapat
dilihat pada gambar 11 berikut ini:

Gambar 11. penangkaran penyu sebelum bekerjasama dengan pertamina,2021

Seperti hasil observasi yang telah dilakukan, Masyarakat bergotong royong


untuk mendirikan penangkaran penyu tersebut. berawal dari mendirikan penangkaran
penyu secara swadaya. Sehingga sekarang pihak Pertamina melirik TCC dan
memberikan bantuan untuk pembangunan penangkaran yang lebih besar dan bisa
menampung lebih banyak penyu. Penangkaran penyu setelah bekerjasama dengan
pihak Pertamina dapat di lihat pada gambar 12 berikut ini:

39
Gambar 12. penangkaran penyu setelah bekerjasama dengan pertamina,2021

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Arnstein tingkat partisipasi


masyarakat dapat dilihat dari tabel Arnstein mengatakan bahwa tingkat manipulasi
dan terapi dianggap itu bukan partisipasi karena pemegang kekuasaan hanya
sekedar mendidik dan mengobati. Pada tingkat ketiga yaitu pemberitahuan,
konsultasi, dan penetraman dianggap sebagai kategori tokenisme yaitu dimana
masyarakat didengar akan pendapatnya akan tetapi masyarakat tidak memiliki
jaminan bahwa pendapat mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan.
Apabila partisipasi masyarakat hanya sampai pada tokenisme maka kecil
kemungkinan ada upaya perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik.

Tabel 2. Aktivitas masyarakat dalam pengembangan pantai Nipah dan tingkat


partisipasinya berdasarkan teori Arnstein

Tingkat
Indikator Keterangan
Partisipasi
Keterlibatan dalam Masyarakat aktif dalam upaya Kemitraan
pengembangan mengembangkan pantai Nipah
Keterlibatan dalam Hanya beberapa pemilik lapak dan Pendelegasian

40
promosi TCC yang mempromosikan pantai Kekuasaan
Nipah
Mengatasi masalah Masyarakat selalu mendiskusikan Kemitraan
dengan kepala desa untuk
menemukan jalan keluar
Produk dan atraksi wisata Masyarakat mengolah hasil laut Kontrol
yang ditawarkan menjadi produk kuliner dan juga Masyarakat
masyarakat bekerjasama untuk
menambah atraksi wisata di pantai
Nipah
Sarana dan prasarana Masyarakat bergotongroyong Kemitraan
yang ada untuk menyediakan sarana
prasarana yang ada
Kesadaran partisipasi Masyarakat berpartisipasi dalam Kemitraan
menjaga Pantai Nipah dari oknum
yang ingin merusak ekosistem
bawah laut
Partisipasi untuk menjaga Masyarakat saling mendukung Kemitraan
kelestarian/keindahan untuk mejaga kelestarian di pantai
Nipah
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Untuk tingkat partisipasi masyarakat dapat di lihat pada tabel 2. Dari tabel
tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata sejauh ini masyarakat
telah berperan aktif dalam upaya pengembangan pariwisata.
Dari hasil wawancara dengan Iwan Suyadi selaku ketua pokdarwis
menyatakan:

41
“Saya sebagai Kelompok Sadar Wisata tentunya keterlibatan
saya sangat aktif dalam artian untuk pengembangan objek
wisata di pantai nipah dan juga tidak terlepas dari kerjasama
antar Kelompok Sadar Wisata dan masyarakat.” (Nipah, 28
mei 2021)
Hal yang sama juga diutarakan oleh Zainur selaku masyarakat yang
turut serta berpartisipasi dalam mengembangkan kawasan tersebut
menyatakan:
“Kami sangat terlibat apalagi para pemuda disini sangatlah
aktif untuk mengembangkan potensi yang ada di Pantai
Nipah ini.” (Nipah, 28 mei 2021)
Sejauh ini keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Pantai Nipah
terbilang aktif dan dapat dilihat dari terbentuknya TCC untuk menambah daya
tarik wisata yang baru. Dan juga masyarakat mendirikan lapak di area Pantai
Nipah. Lapak yang didirikan oleh masyarakat dapat dilihat pada gambar 13
berikut ini:

Gambar 13. Lapak yang didirikan oleh masyarakat,2021


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
masyarakat dalam hal berpartisipasi untuk pengembangan Pantai Nipah dalam
poin keterlibatan sudah berjalan dengan baik.

42
2. Keterlibatan masyarakat dalam promosi belum maksimal dikarenakan hanya
beberapa dari masyarakat yang melakukan promosi. Tetapi dari pihak TCC yang
di kelola oleh Pokdarwis Pantai Nipah telah melakukan promosi melalui media
sosial.
Dari hasil wawancara dengan Iwan Suyadi selaku ketua pokdarwis
menyatakan:
“Untuk mempromosikan objek wisata disini kami sudah
menggunakan media social untuk mempromosikannya dan
juga secara tidak langsung para tamu mempromosikan tempat
ini dengan cara mengupload di media sosial mereka.” (Nipah,
28 mei 2021)
Dan di perkuat oleh pernyataan dari Zulkarnain selaku kepala Dusun
Nipah yang menyatakan:
“Kami mempromosikannya secara terpisah para pedagang
mempromosikan wisata kuliner dan TCC (turtle concervation
community) mempromosikan kegiatan mereka dan juga
secara tidak langsung para wisatawan mempromosikan
melalui media sosial mereka sendiri dengan mengupload foto
saat berwisata di Pantai Nipah.” (Nipah, 12 juni 2021)
Tetapi hasil observasi yang telah dilakukan peneliti menemukan
bahwa tidak seluruh masyarakat melakukan promosi dikarenakan beberapa
masyarakat masih belum mengerti cara untuk menggunakan media sosial. Oleh
karena itu peran dari TCC dan masyarakat dalam promosi sangatlah penting.
Promosi yang dilakukan oleh TCC dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini:

Gambar 14. Akun sosial media TCC

43
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam melakukan promosi untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan dalam poin promosi belum terlaksana maksimal dikarenakan ada
beberapa masyarakat yang tidak melakukan promosi dikarenakan belum
mengerti cara menggunakan media sosial.
3. Keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah yang ada di Pantai Nipah
sejauh ini masyarakat selalu melakukannya dengan musyawarah dengan Kepala
Desa Malaka dan Kepala Dusun Nipah untuk menemukan jalan tengah dari
permasalahan yang ada.
Dari hasil wawancara dengan Zulkarnain selaku Kepala Dusun Nipah
menyatakan:
“Kami dan masyarakat meminta saran ke kepala desa agar
pariwisata di Pantai Nipah tetap berjalan dan kepala desa dan
pemerintah menyarankan kami agar menerapkan 4M dan
menjaga protocol kesehatan.” (Nipah, 12 juni 2021)
Hal yang sama juga diutarakan oleh Zainur selaku masyarakat yang
turut serta berpartisipasi dalam mengembangkan kawasan tersebut menyatakan:
“Iya kami merasakan menurunnya jumlah kunjungan dan
terlebih saat lebaran kemarin pemerintah menutup akses para
wisatawan jadi kami mendiskusikannya dengan kepala dusun
dan kepala desa agar mendapatkan solusi sehingga kepala
desa menghimbau agar kami menerapkan protocol
kesehatan.” (Nipah, 28 mei 2021)
Sejauh ini masyarakat terbilang aktif dan terbuka atas saran yang
diberikan oleh Kepala Desa Malaka dan Kepala Dusun Nipah untuk menemukan
jalan tengah dari permasalahan yang ditemukan. Dikarenakan adanya pandemic
yang melanda dan kunjungan wisatawan menjadi menurun oleh karena itu
masyarakat tidak hanya melakukan promosi tetapi juga menerapkan protokol
kesehatan yang telah di himbau dari pemerintah yaitu dengan menyiapkan tempat
cuci tangan di setiap lapak yang ada. Seperti gambar 15 berikut ini:

44
Gambar 15. Tempat cuci tangan yang di sediakan para pelapak, 2021
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat masyarakat yang selalu
mendiskusikan permasalahan yang ada untuk menemukan jalan keluarnya.
Dalam poin ini sudah berjalan dengan baik.
4. Keterlibatan masyarakat dalam menawarkan produk dan atraksi wisata di Pantai
Nipah sejauh ini masyarakat menjual olahan laut sebagai produk unggulan di
Pantai Nipah dan atraksi yang di tawarkan ada berbagai macam seperti pelepasan
penyu, berkeliling menggunakan boat, dan juga wisatawan dapat melakukan
diving, bermain paralayang, dan juga bermain jetski. Karena masyarakat telah
bekerjasama dengan pihak luar pemilik alat diving, paralayang, dan jetski.
Adapun hasil wawancara dengan Zulkarnain selaku Kepala Dusun
Nipah menyatakan:
“Masyarakat ada yang menjual olahan laut, ada yang
menyewakan boat, kano, alat snorkeling dan kami ada
kerjasama dari pihak luar seandainya para tamu ingin diving
atau bermain jetski dan paralayang.” (Nipah, 12 juni 2021)
Hal serupa di utarakan oleh Sudi Hadni selaku masyarakat yang
berada di pantai Nipah menyatakan:
“Disini kami menyediakan spot untuk snorkeling, diving,
bermain kano, dan menyediakan boat untuk tamu yang ingin

45
berkeliling dan berfoto di batu bolong. Kami pun menjalin
kerjasama dengan pemilik jetski dan paralayang jika ada
tamu yang ingin menyewanya.” (Nipah, 12 juni 2021)
Sejauh ini keterlibatan masyarakat sangatlah aktif dalam mencari
peluang untuk menambah atraksi wisata. Sebagian besar masyarakat yang
berjualan di Pantai Nipah menjual ikan bakar, pelecing kangkung, ikan kuah
kuning, pelecing terong, beberok, dan cumi bakar. Seperti gambar 16 berikut ini:

Gambar 16. Produk yang di tawarkan oleh masyarakat, 2021


Dan untuk atraksi wisata diving dapat dilihat pada gambar 17 berikut ini:

Gambar 17. Wisatawan yang bersiap untuk melakukan diving, 2021

46
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya
masyarakat mengembangkan atraksi wisata yang ada sangat baik. Tetapi untuk
produk yang ditawarkan terbilang monoton. Dikarenakan produk yang di
tawarkan terbilang monoton, diharapkan masyarakat dapat menambah farian
olahan laut yang lain sebagai tambahan menu agar wisatawan tidak merasa
bosan.
5. Keterlibatan masyarakat dalam pengadaan sarana dan prasarana yang ada di
Pantai Nipah sejauh ini masih secara swadaya untuk menyediakan sarana dan
prasarana yang ada yang dapat mendukung daya tarik wisata Pantai Nipah.
Dari hasil wawancara dengan Sudi Hadni selaku masyarakat yang turut
berpartisipasi di Pantai Nipah menyatakan:
“Untuk sarana dan prasarana yang masih terjangkau kami
masih menyediakannya sendiri seperti boat, alat snorkeling,
kano, dan toilet.” (Nipah, 12 juni 2021)
Hal serupa juga di utarakan oleh udin selaku masyarakat yang memiliki lapak
di Pantai Nipah menyatakan:
“Iya kami yang menyediakannya sendiri. Seperti toilet,
mushola dan lain-lain.” (Nipah, 12 juni 2021)
Sejauh ini masyarakat tergolong aktif dalam menyediakan sarana dan
prasarana di Pantai Nipah secara swadaya. Masyarakat juga membangun
mushola, toilet, dan sumur dengan cara bergotong royong. Mushola dan sumur
yang di bangun oleh masyarakat dapat dilihat pada gambar 18 berikut ini:

47
Gambar 18. Mushola dan sumur yang dibangun oleh masyarakat, 2021
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
masyarakat dalam hal berpartisipasi untuk pengadaan sarana dan prasarana dalam
pengembangan Pantai Nipah sangatlah baik.
6. Keterlibatan masyarakat dalam kesadaran untuk berpartisipasi sejauh ini peran
masyarakat sangatlah penting karena sebelum masyarakat berjualan di area
Pantai Nipah ada oknum yang merusak Pantai Nipah dengan cara menangkap
ikan menggunakan bahan peledak dan merusak terumbu karang. Sehingga
masyarakat berinisiatif untuk menjaga Pantai Nipah dengan cara berjualan di
area Pantai Nipah.
Dari hasil wawancara dengan Iwan Suyadi selaku ketua Pokdarwis
menyatakan:
“Ada yang berpartisipasi dengan terpaksa karna tuntutan
ekonomi dan ada juga yang benar peduli akan pantai nipah
ini karena sebelum dibukanya tempat wisata ini banyak dari
warga sekitar yang melakukan penangkapan ikan
menggunakan bahan peledak dan merusak terumbu karang.
Semenjak tempat wisata ini di buka masyarakat mulai sadar
akan pentingnya ekosistem laut dan bisa dijadikan lahan
usaha.” (Nipah, 28 mei 2021)
Adapun pernyataan dari Sudi Hadni selaku masyarakat yang berada di
pantai Nipah menyatakan:

48
“Saya sebagai masyarakat asli Nipah, saya ingin melestarikan
objek wisata disini karena orang tua dulu mencari ikannya
dengan menggunakan bahan peledak dan juga mereka
mengambil karang di laut untuk dijual. Karna itu saya ikut
berpartisipasi langsung untuk menjaga agar Pantai Nipah ini
tetap aman dan indah.” (Nipah, 12 juni 2021)
Sejauh ini peran masyarakat sangatlah berperan penting terhadap
keamanan Pantai Nipah karena sekarang sudah tidak ada lagi kejadian seperti
penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan juga perusakan terumbu
karang terlebih lagi masyarakat melakukan penanaman terumbu karang untuk
menjaga ekosistem laut seperti yang di ungkapkan oleh Sudi Hadni sebagai
berikut:
“Cara saya dan masyarakat lainnya menjaga kelestarian di
Pantai Nipah ini dengan cara membersihkan area pantai dan
laut. Kami juga ikut serta dalam melakukan penanaman
terumbu karang untuk menjaga ekosistem laut. Kami juga
menjaga keamanan agar wisatawan merasa aman dan nyaman
berkunjung ke Pantai Nipah.” (Nipah, 12 juni 2021)
Berdasarkan uraian dan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa masyarakat sangatlah peduli dengan lingkungan mereka dan tidak sedikit
dari masyarakat juga terdorong untuk terjun berpartisipasi karena faktor ekonomi
sehingga secara tidak langsung mereka berpartisipasi dalam menjaga Pantai
Nipah dari oknum tersebut.
7. Keterlibatan masyarakat dalam menjaga kelestarian/ keindahan Pantai Nipah
dengan cara saling mendukung dengan cara tetap membersihkan area Pantai
Nipah.
Dari hasil wawancara dengan Zulkarnain selaku kepala Dusun Nipah
menyatakan:
“Untuk menjaganya saya selaku kepala dusun, kita
menghimbau kepada masyarakat untuk berkolaborasi agar
bisa menjaga kelestarian di Pantai Nipah. Untuk menjaga laut
dan kebersihannya disana ada Pokmaswas dan TCC dan
untuk bagian kuliner para pedagang menjaga kebersihan

49
lapak mereka masing-masing. Kita juga menghimbau agar
masyarakat saling melengkapi dan membantu satu sama
lain.” (Nipah, 12 juni 2021)
Hal senada di utarakan oleh Husnain selaku masyarakat yang berda di
Pantai Nipah menyatakan:
“Saya dan masyarakat lainnya ikut serta dalam menjaga
kebersihan di Pantai Nipah agar tetap bersih dan pengunjung
merasa nyaman.” (Nipah, 28 mei 2021)
Sejauh ini masyarakat sangatlah berperan penting dalam menjaga
kelestarian lingkungan Pantai Nipah. Masyarakat melakukan beach cleaning
setiap minggu hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 19 berikut ini:

Gambar 19. Masyarakat yang sedang melakukan beach cleaning,2021


Masyarakat juga melakukan konservasi penyu hal tersebut dapat di
lihat pada gambar 20 berikut ini:

50
Gambar 20. Penyu yang berada di penangkaran TCC, 2021

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat


sangatlah berperan penting dalam menjaga kelestarian ataupun keindahan daya
tarik wisata Pantai Nipah. Dalam partisipasi masyarakat untuk menjaga
kelestarian ataupun keindahan Pantai Nipah sudah berjalan baik.
Dari uraian pemaparan keterlibatan partisipasi masyarakat dalam
pengembaangan Pantai Nipah terdapat beberapa poin dari bentuk partisipasi
masyarakat berikut belum berjalan secara maksimal seperti partisipasi masyarakat
dalam segi promosi daya tarik wisata Pantai Nipah dan partisipasi maasyarakat dalam
pengembangan produk yang ditawarkan. Dari kekurangan tersebut penulis dapat
memberikan masukan agar masyarakat dapat meningkatkan partisipasi dalam
mengembangkan daya tarik wisata Pantai Nipah. Penulis mengharapkan pengelola
daya tarik wisata Pantai Nipah dapat menjalin kerjasama dengan pengelola lainnya,
masyarakat diharapkan dapat mengembangkan fariasi produk kuliner, dan
menyediakan souvenir sebagai buah tangan untuk wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Nipah. Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi secara maksimal dalam
mengembangkan daya tarik wisata Pantai Nipah untuk kedepannya.

51
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat untuk pengembangan daya tarik
wisata Pantai Nipah antara lain:
a. Masyarakat aktif dalam upaya mengembangkan pantai Nipah.
b. Keterlibatan masyarakat dalam promosi belum maksimal dikarenakan hanya
beberapa dari masyarakat yang melakukan promosi.
c. Keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah yang ada di Pantai Nipah
sejauh ini masyarakat selalu melakukannya dengan musyawarah dengan
Kepala Desa Malaka dan Kepala Dusun Nipah.
d. Masyarakat mengolah hasil laut menjadi produk kuliner dan juga masyarakat
bekerjasama untuk menambah atraksi wisata di pantai Nipah.
e. Keterlibatan masyarakat dalam pengadaan sarana dan prasarana yang ada di
Pantai Nipah sangatlah baik.
f. Masyarakat berpartisipasi dalam menjaga Pantai Nipah dari oknum yang
ingin merusak ekosistem bawah laut.
g. Masyarakat sangatlah aktif dalam menjaga kelestarian ataupun keindahan
Pantai Nipah.
Sehingga dapat disimpulkan masyarakat sangat aktif dalam partisipasi untuk
mengembangkan Pantai Nipah agar tidak ada lagi terjadi perusakan yang di lakukan
oleh oknum yang tidak bertangung jawab.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang disampaikan penulis antara lain
yaitu:
1. Pengelola diharapkan dapat melakukan promosi tidak hanya melalui media
sosial. Alangkah baiknya jika pengelola melakukan kerjasama dengan pihak

52
travel agent agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang berkunjung
ke Pantai Nipah.
2. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya untuk
mengembangkan fariasi produk kuliner yang ditawarkan.
3. Masyarakat diharapkan dapat membuat sebuah souvenir untuk buah tangan
para wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Pantai Nipah.
4. Pihak pengelola diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan pengelola
lainnya seperti Desa dan masyarakat untuk berkomitmen dalam
mengembangkan daya tarik wisata Pantai Nipah.

53
DAFTAR PUSTAKA
Arnstein SR. 1969. A Leadder of Citizen Participation. Journal of the American
Planning Association, Volume 35 (4).

Butler, R.W. 1980. The Concept of a Tourism Area Cycle of Evolution: Implications
for Management Resources. The Canadian Geographer, 24(1), 5-16.

Damanik, Janianton 2013. Pariwisata Indonesia (Antara Peluang Dan Tantangan),


Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Febrina, Nini. (2015). Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik Wisata Tirta Alami
Kabupaten Padang Pariaman. Padang: Universitas Negeri Padang.

Gede, I. P., Idrus, S., & Yulendra, L. (2018). Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan Destinasi Wisata Di Kabupaten Lombok Utara. Undhira Bali,
November, 657–662.

KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Masriana. (2019). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (community based


tourism) di Pantai Ide Sorowako, kecamatan Nuha, kabupaten Luwu Timur.
Universitas Muhammadiyah Makassar, 1–125.

Munawaroh, R. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata


Berbasis Masyarakat Di Taman Nasional Gunung Merbabu Suwanting,
Magelang. Jurnal Elektronik Mahasiswa Pend. Luar Sekolah - S1, Volume
06(4), 374–389.

Prasiasa, Dewa P. O. 2013. Destinasi Pariwisata Berbasis Masyarakat. Jakarta:


Salemba Humanika.

Ratnaningsih. (2014). Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pariwisata (Studi Kasus


Di Desa Wisata Belimbing, Tabanan, Bali). Jurnal Destinasi Pariwisata, 3(1),
45–51.

54
Rohim. A. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata
(Studi di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten
Gunungkidul, DIY) (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga).

Rorah, D. N. P. 2012. Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community


Based Tourism) di Desa Kebun Agung Kecamatan Imogiri. Jurusan Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Sastrayuda, Gumelar. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata.


Yogyakarta.

Sugiyah. 2010. Partisipasi Komite Sekolah dalam penyelenggaraan Rintisan Sekolah


Bertaraf Internasional di Sekolah Dasar Negeri IV Wates,. Tesis. PPs UNY.
Kabupaten Kulon Progo.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed


Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosadakarya.

Sumaryadi, I Nyoman. (2010). Efektifitas Implementasi Otonimi Daerah. Jakarta:


Citra Utama.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep


Dan Aplikasinya Di Indonesia. Gava Media. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Wahyuddin. (2018). Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di


Desa Tanah Karaeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. 1–102.

55
Wilopo, Ahmad. Mawardi, Kholid. 2016. Pengelolaan Kawasan Wisata Sebagai
Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Berbasis CBT (Community Based
Tourism) (Studi Pada Kawasan Wisata Pantai Clungkung Kabupaten
Malang). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 39 (2).

Yusuf, A. M. (2014). Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta:


Kencana.

Yuwono. 2016. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial.


Badan Penerbit Unversitas diponegoro. Semarang.

56
LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di Pantai


Nipah?
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri sendiri?
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu m enjaga kelestarian/keindahaan di Pantai Nipah?

57
Hasil wawancara
Tanggal wawancara : 28 mei 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Iwan Suyadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Ketua Pokdarwis
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Saya sebagai Kelompok Sadar Wisata tentunya keterlibatan saya sangat aktif
dalam artian untuk pengembangan objek wisata di pantai nipah dan juga tidak
terlepas dari kerjasama antar Kelompok Sadar Wisata dan masyarakat.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Untuk mempromosikan objek wisata disini kami sudah menggunakan media
social untuk mempromosikannya dan juga secara tidak langsung para tamu
mempromosikan tempat ini dengan cara mengupload di media sosial mereka.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Iya dengan kondisi sekarang ini pendapatan masyarakat tentunya menurun
jadi ini tidak terlepas dari bagaimana masyarakat mempromosikan dan
menerapkan protokol kesehatan seperti anjuran dari pemerintah.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Disini kami menyediakan tempat penyewaan alat snorkeling, kano, dan boat
untuk berkeliling pantai nipah dan berfoto di batu bolong. Kami juga
bekerjasama dengan orang luar untuk penyewaan jetski dan alat diving.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?

58
Untuk sarana prasarana kami menyediakannya sendiri seperti toilet, lapak, alat
snorkeling, kano dan boat tetapi untuk jetski dan alat diving itu kami
menelfon mereka jika ada tamu yang ingin menyewanya.
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?
Ada yang berpartisipasi dengan terpaksa karna tuntutan ekonomi dan ada juga
yang benar peduli akan pantai nipah ini karena sebelum dibukanya tempat
wisata ini banyak dari warga sekitar yang melakukan penangkapan ikan
menggunakan bahan peledak dan merusak terumbu karang. Semenjak tempat
wisata ini di buka masyarakat mulai sadar akan pentingnya ekosistem laut dan
bisa dijadikan lahan usaha.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu menjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Peran masyarakat untuk menjaga kelestarian di pantai nipah sangatlah aktif.
Masyarakat dan Kelompok Sadar Wisata saling melengkapi untuk menjaga
kelestarian Pantai Nipah. Untuk setiap harinya para pemilik lapak
membersihkan area lapak mereka dan setiap minggu kami bersama-sama
membersihkan pantai.

59
Tanggal wawancara : 28 mei 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Husnain
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Pemilik Lapak
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Untuk saat ini masyarakatpun ikut terlibat dalam pengelolaan Pantai Nipah
contohnya seperti berdagang dan ikut menjaga keamanan dan kebersihan
Pantai Nipah
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Untuk promosinya masih minim tetpi kami sudah memulai dengan
mempromosikannya melalui media sosial seperti facebook.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Kami menerapkan protocol kesehatan agar para wisatawan merasa aman
untuk berkunjung ke Pantai Nipah.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Disini kami menjual olahan laut seperti ikan bakar, ikan bumbu kuning dan
banyak yang lain dan ada juga penyewaan kano, alat snorkeling dan boat.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
Iya untuk sarana dan prasarana disini kami masih menyediakannya sendiri.
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?

60
Iya kami sebagai masyarakat di Dusun Nipah sendiri terdorong untuk menjaga
potensi yang ada disini agar masyarakat yang melakukan perusakan terumbu
karang tidak melakukan hal itu lagi.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu menjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Saya dan masyarakat lainnya ikut serta dalam menjaga kebersihan di Pantai
Nipah agar tetap bersih dan pengunjung merasa nyaman.

61
Tanggal wawancara : 28 mei 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Zainur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Pemilik Lapak
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Kami sangat terlibat apalagi para pemuda disini sangatlah aktif untuk
mengembangkan potensi yang ada di Pantai Nipah ini.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Kami mempromosikannya melalui media sosial. Kami juga secara tidak
langsung melakukan promosi dengan pelayanan yang membuat tamu merasa
aman dan nyaman. Jika tamu itu merasa nyaman secara tidak langsung pasti
mereka akan balik kesini lagi.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Iya kami merasakan menurunnya jumlah kunjungan dan terlebih saat lebaran
kemarin pemerintah menutup akses para wisatawan jadi kami
mendiskusikannya dengan kepala dusun dan kepala desa agar mendapatkan
solusi sehingga kepala desa menghimbau agar kami menerapkan protocol
kesehatan.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Untuk itu ada yang menyediakan alat untuk snorkeling, boat, dan kano.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
Iya untuk toilet, sumur dan yang lain masih masyarakat sendiri yang
membuatnya.

62
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?
Iya masyarakat sekarang sudah berinisiatif sendiri untuk ikut berperan
ngembangin Pantai Nipah.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu menjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Kami saling kerjasama untuk menjaga kebersihan di Pantai Nipah detiap
harinya. Untuk membersihkan pantai kami melakukannya setiap hari minggu.

63
Tanggal wawancara : 12 Juni 2021
Tempat : Rumah Kepala Dusun
Identitas narasumber
Nama : Zulkarnain
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Kepala Dusun Nipah
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Pada tahun 2004 kami membuka tempat itu berawal dari kelompok nelayan
tetapi karena kelompok nelayan tidak berjalan sesuai keinginan maka kami
berinisiatif untuk membuka warung kecil-kecilan dan mulai berkembang di
tahun 2008 hingga sekarang.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Kami mempromosikannya secara terpisah para pedagang mempromosikan
wisata kuliner dan TCC (turtle concervation community) mempromosikan
kegiatan mereka dan juga secara tidak langsung para wisatawan
mempromosikan melalui media sosial mereka sendiri dengan mengupload
foto saat berwisata di Pantai Nipah.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Kami dan masyarakat meminta saran ke kepala desa agar pariwisata di Pantai
Nipah tetap berjalan dan kepala desa dan pemerintah menyarankan kami agar
menerapkan 4M dan menjaga protocol kesehatan.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Masyarakat ada yang menjual olahan laut, ada yang menyewakan boat, kano,
alat snorkeling dan kami ada kerjasama dari pihak luar seandainya para tamu
ingin diving atau bermain jetski dan paralayang.

64
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
Iya masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana yang ada
seperti lapak, sumur, dan toilet.
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjaga kebersihan di Pantai Nipah
dan juga menghindari masyarakat yang ingin menangkap ikan dengan bahan
peledak karna ada beberapa masyarakat dahulunya menggunakan bahan
peledak untuk menangkap ikan sehingga masyarakat berinisiatif untuk
menjaga Pantai Nipah.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu menjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Untuk menjaganya saya selaku kepala dusun, kita menghimbau kepada
masyarakat untuk berkolaborasi agar bisa menjaga kelestarian di Pantai
Nipah. Untuk menjaga laut dan kebersihannya disana ada Pokmaswas dan
TCC dan untuk bagian kuliner para pedagang menjaga kebersihan lapak
mereka masing-masing. Kita juga menghimbau agar masyarakat saling
melengkapi dan membantu satu sama lain.

65
Tanggal wawancara : 12 Juni 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Udin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Pemilik Lapak
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Kami berpartisipasi dengan cara menjaga kebersihan disini dan seperti yang
kita tau disini ada penangkaran penyu jadi jika kami menemukan telurnya
kami memberikan ke tempat penangkaran penyu itu.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Saya mempromosikannya dengan cara mendaftarkan lapak saya di google
map dan juga memberikan kesan yang baik ke para tamu agar mereka tetap
ingin berkunjung kemari.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Kami sudah mendapat himbauan dari pemerintah agar menerapkan protokol
kesehatan agar para wisatawan merasa aman untuk datang kesini.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Kami disini menjual berbagai olahan laut dan saya juga menyediakan boat
misalkan tamu ingin berkeliling pantai atau ingin berfoto di batu bolong.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
Iya kami yang menyediakannya sendiri. Seperti toilet, mushola dan lain-lain
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?

66
Awal mulanya kami berjualan disini karna untuk menghindari terjadinya
penangkapan ikan menggunakan bahan peledak oleh masyarakat. Jadi kami
berinisiatif untuk berjualan sekaligus menjaga kemanan di Pantai Nipah.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu m enjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Cara kami menjaga keindahannya dengan cara tetap menjaga kebersihan di
Pantai Nipah. Seperti yang kami lakukan setiap harinya.

67
Tanggal wawancara : 12 Juni 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Masjidin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : Pemilik Lapak
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Kami sebagai masyarakat sangatlah berpartisipasi untuk pengembangan
disini. Masyarakat dan Pokdarwis disini bekerjasama untuk mengembangkan
objek wisata disini.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Untuk promosinya kami menggunakan media sosial dan juga wisatawan yang
pernah berkunjung kesini menceritakan pengalamannya ke teman atau saudara
mereka. Jadi secara tidak langsung wisatawan juga mempromosikan dari
mulut ke mulut.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Setiap pedagang disini menyiapkan tempat cuci tangan dan menerapkan
protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan pemerintah.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Disini macam-macam olahan laut kami jual dan ada juga yang menyewakan
alat-alat snorkeling, kano, dan boat.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?
Iya kami masih menyediakannya sendiri. Sesuai kemampuan kami.
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?

68
Karna factor ekonomi kami tergerak untuk membuka lapak disini dan secara
tidak langsung kami juga ikut berperan menjaga kawasan ini.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu menjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Setiap harinya kami membersihkan pesisir pantai dan setiap minggunya kami
ikut membersihkan pantai bersama TCC.

69
Tanggal wawancara : 12 Juni 2021
Tempat : Pantai Nipah
Identitas narasumber
Nama : Sudi Hadni
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Masyarakat
1. Bagaimana keterlibatan bapak/ibu dalam pengembangan objek wisata di
Pantai Nipah?
Masalah keterlibatan ini kembali ke diri kita sendiri karena kita membutuhkan
pariwisata sebagai mata pencaharian.
2. Apakah bapak/ibu ikut serta dalam mempromosikan objek wisata di Pantai
Nipah?
Untuk promosi yang kita lakukan yaitu dengan cara memposting foto objek
wisata yang ada di Pantai Nipah dan juga dari wisatawan yang telah
berkunjung kesini mereka secara tidak langsung mempromosikannya melalui
media sosial mereka juga.
3. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi permasalahan yang terjadi? Seperti
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Cara kita menanganinya yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan dan
menyediakan tempat cuci tangan dan juga bagaimana kebijakan dari
pemerintah agar pariwisata disini agar tetap berjalan.
4. Produk dan atraksi wisata apa saja yang ditawarkan di Pantai Nipah?
Disini kami menyediakan spot untuk snorkeling, diving, bermain kano, dan
menyediakan boat untuk tamu yang ingin berkeliling dan berfoto di batu
bolong. Kami pun menjalin kerjasama dengan pemilik jetski dan paralayang
jika ada tamu yang ingin menyewanya.
5. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana?

70
Untuk sarana dan prasarana yang masih terjangkau kami masih
menyediakannya sendiri seperti boat, alat snorkeling, kano, dan toilet.
6. Apakah masyarakat berpartisipasi karena terpaksa atau inisiatif dari diri
sendiri?
Saya sebagai masyarakat asli Nipah, saya ingin melestarikan objek wisata
disini karena orang tua dulu mencari ikannya dengan menggunakan bahan
peledak dan juga mereka mengambil karang di laut untuk dijual. Karna itu
saya ikut berpartisipasi langsung untuk menjaga agar Pantai Nipah ini tetap
aman dan indah.
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu m enjaga kelestarian/keindahaan di Pantai
Nipah?
Cara saya dan masyarakat lainnya menjaga kelestarian di Pantai Nipah ini
dengan cara membersihkan area pantai dan laut. Kami juga ikut serta dalam
melakukan penanaman terumbu karang untuk menjaga ekosistem laut. Kami
juga menjaga keamanan agar wisatawan merasa aman dan nyaman
berkunjung ke Pantai Nipah.

71

Anda mungkin juga menyukai