1.1 PENDAHULUAN
Industry perhotelan merupakan bagian dari industry pariwisata yang memiliki arti
penting, terutama pada aspek ekonomi. Disamping itu, dengan keberadaan suatu hotel maka
akan terjadi transaksi ekonomi antara hotel sebagai pihak yang memerlukan bahan makanan
dan minuman dan keperluan operasional lainnya dengan para rekanan. Dengan
meningkatnya, perkembangan industri pariwisata, perkembangan industri perhotelan pun
semakin pesat. Sebab lainnya, hotel merupakan salah satu sarana pokok yang memegang
peranan penting dalam perkembangan inustri pariwisata, karena hotel menyediakan sarana,
akomodasi dan pelayanan bagi para wisatawan, maka ini adalah suatu peluang pasar yang
harus dikelola lebih professional.
Menjadi sebuah usaha yang menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia. Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menjelaskan tentang usaha hotel :
“ Usaha hotel adalah usaha penyedia akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu
bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan
dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.”
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa hotel merupakan suatu tempat
yang menyediakan pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jas lainnya dimana
pelayanan dan fasilitas tersebut diperuntunkan bagi masyarakat umum dengan tujuan dan
dikelola secara kormesial.
1.2 Perkembangan Industri Perhotelan
. Usaha hotel dapat dikatan sebagai suatu kegiatan usaha komersial yang tertua di dunia, hal
tersebut terbukti bahwa penginapan yang pertama yaitu penginapan yang berbentuk Inn, yang
berdiri pada tahun 3000 Sebelum Masehi. Penginapan dengan bentuk Inn merupakan rumah-
rumah pribadi dengan beberapa kamar, disediakan bagi para pejalan kaki untuk beristirahat dan
juga tidur, satu ruangan ditempati oleh beberapa tamu, saat itu untuk tidur hanya di sediakan
sebuah tikar, kualitas kebersihan ruangan pada saat itu belum diperhatikan, makanan yang
disediakan juga sangat sederhana. Perlahan kualitas Inn yang berada di daratan Eropa semakin
lama semakin menjadi baik.
Pengelolaan akomodasi secara komersial di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan
Belanda, walaupun pada saat itu cara pengelolaannya masih menggunakan konsep pengelolaan
penginapan, dan belum menggunakan pengelolaan hotel seperti sekarang ini. Seperti contoh
hotel berikut. Hotel Savoy Homan di Bandung (1888), Hotel Preanger (1897), Hotel Mij De
Boer di Medan (1898) yang sekarang berubah nama menjadi Hotel Dharma Deli, serta Hotel
Gand Hotel de Djokya di Yogyakarta (1908) yang sekarang bernama Hotel Garuda.
Perkembangan hotel modern di Indonesia di awali dengan dibukanya Hotel Indonesia di Jakarta
pada tahun 1962.
Perkembangan industri perhotelan dapat dikatakan ada sejak tahun 1962 pada saat itu Hotel
Indonesia yang berada di Jakarta dipersiapkan utnuk menerima duta bangsa-bangsa mancanegara
dalam rangka kegiatan Pesta Olahraga bangsa-bangsa yang sedang berkembang (Games of the
New Emerging Forces atau Ganefo). Pada saat itu Hotel Indonesia dikelola oleh jaringan Hotel
Intercontinental, maka dari itu Hotel Indonesia merupakan hotel pertama di Indonesia yang
bertaraf internasional. Setelah itu, dibangun beberapa hotel lainnya seperti Hotel Samudra Beach
yang berada di Pelabuhan Ratu, Ambarukmo Palace Hotel di Yogyakarta, dan The Grand Bali
Beach di Bali.
1.3 KLASIFIKASI HOTEL
Tujuan adanya klasifikasi hotel yaitu untuk menciptakan persaingan bisnis yang sehat,
memberikan panduan bagi tamu tentang harga dan fasilitas serta layanan yang diberikan oleh
hotel pada klasifikasi tertentu, memberikan panduan bagi para pemilik modal jika hendak
memulai bisnis pada satu klasifikasi hotel, dan secara nasional memudahkan saat ingin
mengetahui kebutuhan akan hotel pada klasifikasi tertentu. Keputusan Menparpostel nomor KM
94/HK.103/MMPT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel, maka hotel dapat
diklasifikasikan menjadi 5 (lima) golongan kelas, yaitu satu bintang, dua bintang, tiga bintang,
empat bintang, dan lima bintang.
KLASIFIKASI HOTEL MENURUT BINTANG
Klasifikasi hotel menurut bintang sebagai berikut: bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4,
dan bintang 5. Peringkat bindang memberikan petunjuk untuk kelas layanan yang akan
diberikan. Semakin tinggi peringkat bintang pada suatu hotel maka semakin tinggi juga mutu
serta layanan dan fasilitas yang diberikan kepada tamunya. Saat ini terjadi perkembangan
mengenai klasifikasi hotel sehingga saat ini ada yang mendapatkan klasifikasi bintang 5 plus
diamond. Hal ini menandakan bahwa hotel tersebut dapat memberikan fasilitas yang melampaui
ketentuan pada bintang 5. Klasifikasi menurut bintang tidak statis, setiap periode tertentu
pemerintah dapat mengadakan klasifikasi ulang untuk hotel tertentu atas dasar permintaan
manajemen hotel yang bersangkutan. Apabila ada hotel baru maka akan dilakukan klasifikasi
baru, namun apabila telah diklasifikasi sebelumnya maka akan dikalukan klasifikasi ulang.
KLASIFIKASI MENURUT MELATI
Yang membedakan klasifikasi bintang dengan melati adalah tingkat layanan dan fasilitas
hotel dan administrasi. Ada tiga klasifikasi dalam melati, yaitu melati 1, melati 2, dan melati 3.
Hotel melati merupakan losmen yang telah beroperasi sebelum klasifikasi hotel bintang
diterapkan oleh pemerintah. Agar mutu layanan hotel melati meningkat. Fasilitas dan layanan
hotel melati lebih terbatas dibandingkan dengan hotel berbintang. Karena hal tersebut, harga
kamar yang ditawarkan sewajarnya lebih rendah daripada hotel berbintang. Secara fisik hotel
melati merupakan sebuah bangunan yang besar dengan jumlah kamar hunian yang cukup banyak
(50-100 kamar).
KLASIFIKASI LAIN
Selain klasifikasi bintang dan juga melati, klasifikasi hotel juga dapat dilihat dari beberapa
sisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah Kamar
Klasifikasi hotel berdasarkan jumlah kamar yang dimiliki, yaitu:
- Hotel kecil dengan jumlah 25 kamar atau kurang dari 5 kamar
- Hotel sedang dengan jumlah kamar 25 sampai dengan 100 kamar
- Hotel menengah dengan jumlah kamar 100 sampai dengan 300 kamar
- Hotel besar dengan jumlah kamar lebih dari 300 kamar
2. Lokasi Hotel
Klasifikasi hotel menurut sisi lokasi, yaitu:
- Hotel bandara (airport hotel) terletak dekat dengan bandara
- Hotel ditengah kota (city hotel) lokasi ditengah kota
- Hotel komersial (commercial hotel) lokasi hotel berada di pusat bisnis
- Hotel pantai (beach hotel) lokasi di tepi pantai
- Hotel stasiun (railway hotel) lokasi dekat dengan stasiun kereta api
- Hotel jalan raya (highway hotel) dekat dengan jalan bebas hambatan
- Hotel pelabuhan (harbour hotel) berdekatan dengan pelabuhan laut
- Hotel pegunungan (mountain hotel) lokasi berada di daerah pegunungan
3. Jenis Tamu
Dikaji dari tujuan kedatangan tamu, hotel dapat diklasifikasi menjadi:
- Untuk bisnis
- Untuk pemeliharaan kesehatan (penyembuhan)
- Liburan
- Kompetisi olahraga
- Tugas kedinasan
4. Lama Tinggal Tamu
Dikaji dari rerata lama tamu tinggal, hotel dapat diklasifikasikan menjadi:
- Transient hotel. Jika rerata lama tamu tinggal relatif singkat, sampai dengan 7 hari.
- Residental hotel. Jika rerata lama tamu tinggal untuk jangka waktu yang lama.
5. Masa Operasi Hotel
Dikaji dai sisi masa operasi hotel dapat diklasifikasi menjadi:
- Hotel musiman (seasonal hotel) di negara yang memiliki 4 (empat) musim, hotel hanya
beroperasi pada musim tertentu. Misalnya, hanya beroperasi pada musim dingin, yaitu
saat melayani tamu yang berolahraga ski.
- Beoperasi sepanjang tahun (all year round) di Indonesia lazimnya hotel beroperasi
sepanjang tahun karena cuaca memungkinkan untuk kegiatan operasional hotel.
6. Jenis Layanan Yang Diberikan
Dikaji dari jenis layanan yang diberikan, hotel dibagi menjadi:
- Deluxe hotel, memberikan layanan yang lengkap dan istimewa kepada tamunya. Layanan
yang luks hotel tercermin dari harga kamar, fasilitas yang diberikan, dan kemampuan
karyawan hotel memberikan pelayanan.
- Ekonomi hotel, memberikan layanan yang terbatas, misalnya hanya untuk layanan kamar,
maka dari itu harga kamar yang ditawarkan lebih murah serta fasilitas yang terbatas.
1.4 KARAKTERISTIK PRODUK HOTEL
Hotel sebagai jasa memiliki beberapa karakteristik produk dengan kekhasan sebagai berikut :
1. Tamu yang terlibat dalam proses produksi. Misalnya ketika tamu menikmati makanan
direstoran, makanan pesanan tamu diolah dihadapan tamu.
2. Tidak dapat dipakai sampel, produk harus dinikmati langsung oleh tamu.
3. Jasa yang tidak terjual pada hari tertentu tidak dapat disimpan dan dikompensasikan
dengan penjualan pada hari berikutnya. Jadi, kmar yang tidak terjual hari ini, tidak dapat
dikompensasikan dengan penjualan hari berikutnya; kesempatan penjualan hari ini
hilang.
4. Tamu sebagai konsumen harus datang langsung ke lokasi hotel untuk menikmati produk
hotel.
5. Mutu layanan yang tidak konsisten. Produk yang disiapkan oleh karyawan yang ebrbeda
akan menghasilkan mutu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi mutu,
selalu diadakan inspeksi mutu produk sebelum dijual kepada tamu.
6. Citra hotel tidak kasat mata. Oleh Karena itu, diperlukan tindakan untuk membuat citra
hotel yang menjadi kasat mata.
7. Mudah ditiru/dipublikasi oleh pesaing. Bila suatu hotel menawarkan kamar suite plus
plunge pool dan spa, maka hotel lain dengan memberikan produk yang sama. Produk
yang ditawarkan oleh satu hotel dengan mudah ditiru oleh pesaing karena tidak ada hak
paten untuk produk yang ditawrkan kepada pelanggannya.
1.5 STRUKTUR DEPARTEMEN AKUNTANSI HOTEL
Departemen Akuntansi sebagai salah satu bagian hotel memiliki struktur organisasi
tersendiri. Dari contoh struktur organisasi departemen akuntansi pada Gambar 1.2 dapat
dinyatakan bahwa pejabat tertinggi di departemen ini adalah chief accountant, dibantu oleh
seorang asisten, yaitu assistant to accountant. Pada struktur, departemen akuntansi hanya
memiliki tujuh bidang kerja yang harus diselesaikan yaitu pendapatan hotel (income),
pengendalian harga pokok dan biaya operasional (cost control), bagian kredit yang berfungsi
menyelesaikan oiutang hotel dengan pihak ketiga, bagian utang yang bertanggung jawab atas
utang-utang hotel dengan pihak ketiga, bagian gaji yang mengendalikan biaya gaji dan upah
yang dikeluarkan oleh hotel. Bagian kas yang bertanggung jawab atas seluruh kas hotel dan book
keeper yang berfungsi menyiapkan laporan keuangan hotel dari pencatatan (posting) ke buku
besar sampai dengan penyiapan laporan keuangan hotel.
Chief
Account
Asst Chief
Acc
Keteragan: Chief Account: Chief Accountant. Asst Chief Acc: Assistant to Chief Accountant. Book
Kper: Book keeper. Pelak: Pelaksana
BAB 2
SIKLUS AKUNTANSI
1.1 PENDAHULUAN
Sebagai suatu aktivitas dengan fungsi menghasilkan informasi ekonomis bagi
yang memerlukan, akuntansi dan memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam
satu siklus akuntansi, satu fungsi bisa melaksanakan beberapa tugas. Tugas dari
pengumpulan data, transaksi,analisis transaksi, hingga membukukan dalam buku jurnal
dapat dikerjakan satu fungsi misalnya fungsi kasir umum (General Cashier). Untuk
tujuan pengendalian internal, satu fungsi dalam siklus akuntansi hanya dibebankan satu
kewenangandalam menangani buku besar, misalnya hanya membukukan sisi debet. Sisi
kredit akan dibukukan oleh fungsi yang lain. Dengan demikian, dpat daapat dilakukan
yang sama.
1.2 AKUNTANSI DAN KOMPUTERISASI
Seiring dengan kemajuan teknologi, kebutuhan adanya computer atau komputerisasi
menjadi hal pokok dalam dunia bisnis termasuk dalam menyelesaikan tugas-tugas
akuntansi. Dengan kemajuan teknologi computer, data dapat disimpan, diperbaiki, dan
dipanggil kembali dalam waktu yang sangat cepat. Perlu di tekankan bahwa dalam
melaksanakan tugas-tugas akuntansi computer hanya merupakan alat bantu manajemen
untuk menghasilkan informasi ekonomis sehngga pengambilan keputusan menjadi tepat.
1.3 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA
ASUMSI DASAR
1. Dasar Akrual (Acrrual Basis)
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pemabayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan. Oleh karena
itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa laludan peristiwa
lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Kelangsungan Usaha (Going Concerm)
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
perusahaan dan usaha tersebuut akan tetap berlanjut dimasa depan. Olehh karena itu,
perusahaan dan usaha tersebut tidak berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya.
Jika dilihat dari sisi penjualan, departemen hotel dapat dikelompokan menjadi
dua,yaitu yang menghasilkan penjualan (revenue generating departements) dan
departemen makanan & minuman (food and beverage department). Di sisi lain ada
departemen hotel yang tidak mengahsilkan penjualan (nonrevenue gerating department).
Konsep dasar akuntansi ini menyatakan bahwa harus ada keseimbangan antara debet dan
kredit. Artinya bila transaksi dibukukan dengan benar maka selisih antara debet dan kredit
adalah nol. Pada konsep dasar akuntansi di atas, aktiva merupakan kekayaan perusahaan,
dicatat pada sis debet neraca terdiri dari aktiva tetap. Utang merupakan kewajiban
perusahaan kepada pihak ketiga yang terdiri dari utang lancar/jangka pendek dan klasifikasi
menjadi modal sendiri, laba yang ditahan, agio/disagio saha. Utang dan modal dicatat.
Dengan kata lain, dapat dinyatakan aturan debet dan kredit yaitu;
1) Debet digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening biaya dan
harga pokok.
2) Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh menurunkan rekening asset dan
rekening biaya dan harga pokok.
3) Debet digunakan bila suatu transkasi berpengaruh menurunkan rekening utang,
modal, dan rekening pendapatan.
4) Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening utang,
modal, dan rekening pendapatan.
Pada neraca terdapat rekening-rekening asset (aktiva), utang dan modal. Pada rekening
asset terbagi menjadi dua, yaitu aktiva lancer dan aktiva tetap. Rekening utang juga dapat
dirinci lagi menjadi utang lancer dan utang jangka Panjang. Utang jangka pendek
diantaranya utang gaji, utang dagang, utang pajak pembangunan I, utang jangka Panjang
yang jatuh tempo periode ini, dan utang jangka pendek lain-lain.
Pada lapora rugi-laba terdapat rekening-rekening pendapatan, biaya dan harga pokok.
Pada pendapatan mislanya pendapatan kamar, makanan dan minuman dan pendapatan
lain-lain. Pada rekening biaya misalnya biaya alat kantor, biaya gaji dan upah, biaya
pemeliharaan peralatan hotel dan lain-lain. Pada rekening harga pokok misalnya harga
pokok makanan dan minuman.
3.5 UJI KETETAPAN DEBET DAN KREDIT
Dalam system double entry accounting dinyatakan bahwa satu transaksi akan
berpengaruh pada sisi debet pada satu rekening dan sisi kredit pada rekening yang lain.
Kondisi ini mengarahkan pada ketetapan pencatatan transaksi keuangan uji berikut :
DEBET = KREDIT
Artinya, bila jumlah debet sama dengan kredit maka transaksi telah dilakukan dengan tepat
dan benar. Ini berarti, transaksi debet telah dicatat dengan benar pada sisi debet dan kredit pada
sisi kredit. Aturan debet dan kredit dengan persamaan dasar akuntansi dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :
+ PENDAPATAN -
BIAYA
BAB 4
DAFTAR REKENING
4.1 PENDAHULUAN
Daftar rekening merupakan salah satu alat bantu manajemen pada bidang akuntansi yang
sangat penting. Melalui daftar rekening, manajemen memberikan panduan bagi petugas bagian
akuntansi hotel (biasa disebut akuntan internal) dalam melakukan tugas secara profesional.
Transaksi akuntansi hanya boleh dibukukan pada rekening-rekening yang ada dalam daftar
rekening yang telah ditentukan oleh manajemen hotel. Dengan kata lain, petugas akuntansi tidak
boleh membukukan transaksi di luar daftar rekening yang diberikan. Rekening-rekening yang
dicantumkan pada daftar rekening disesuaikan dengan aktivitas hotel, yaitu yang tercantum
dalam rekening rugi-laba, dan sumber daya yang digunakan untuk melakukan aktivitas bisnis
seperti yang tercantum dalam neraca.
4.2 PENGERTIAN REKENING
Rekening merupakan salah satu dokumen transaksi yang dimiliki oleh hotel selain bukti
transaksi yang merupakan dokumen pendukung dalam membukukan suatu transaksi, dan buku
pencatatan awal menampung semua transaksi yang terjadi di hotel. Untuk memudahkan tugas-
tugas pada bidang akuntansi serta menyederhanakan transaksi yang terjadi, rekening kemudian
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu rekening riil dan rekening nominal.
Rekening riil yaitu rekening-rekening yang dilaporkan pada neraca, sedangkan rekening nominal
adalah rekening-rekening yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba.
BAB 5
PENJURNALAN TRANSAKSI
1.1 PENDAHULUAN
Salah satu dokumen pembukuan (accounting records) yang penting adalah jurnal
(journal). Jurnal merupakan buku untuk mencatat transaksi yang terjadi secara
kronologis. Artinya, uansaksi yang terjadi pada tanggal 1 dicatat paling awal diikuti
oleh tanggal 2, 3, dan selanjutnya. Jurnal disebut juga book of original entry karena
transaksi pertama kali dibukukan pada buku ini. Jumlah jurnal yang dimiliki oleh
hotel sangat tergantung pada kegiatan operasional hotel yang bersangkutan. Makin
banyak kegiatan yang dilakukan, makin banyak jurnal diperlukan. Jurnal sebagai
salah satu dokumen berfungsi mengendali- kan semua transaksi dan kegiatan
operasional hotel. Dikatakan demikian karena transaksi dibukukan secara kronologis
sehingga bila terjadi kesalahan dapat dilakukan penelusuran (tracing) melalui jurnal.
Di sisi lain, pada praktik akuntansi tidak ada transaksi vang langsung dibukukan pada
buku besar dan atau buku pembantu tanpa melalui pembukuan unan alam aftar yak
dan pada jurnal
1.2 JENIS-JENIS JURNAL
Agar pengendalian akuntansi (pembukuan transaksi pada jurnal) dapat dilakukan
dengan efektif, dilakukan pengklasifikasian jurnal. Klasifikasi jurnal ini sangat
tergantung pada ragam kegiatan atau jenis produk dan jasa yang ditawarkan serta
tingkat pengendalian yang diterapkan oleh manajemen. si. Secara umum jurnal
diklasifikasikan menjadi jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal khusus yang lazim
dalam industri perhotelan terdiri dari: 1. Jurnal penerimaan kas 2. Jurnal pengeluaran
kas 3. Jurnal penjualan 4. Jurnal penyesuaian 5. Jurnal biaya gaji 6. Jurnal harga
pokok makanan dan minuman 7. Jurnal pengendaļian piutang (penjualan kredit)
1.3 JURNAL UMUM
Jurnal umum merupakan salah satu jenis jurnal yang lazim diterapkan dalam industri
perhotelan. Jurnal ini membukukan semua transaksi yang tidak dibukukan pada jurnal
khusus seperti biaya depresiasi dan penyisihan aktiva operasi, serta transaksi lainnya.
Lazimnya jurnal umum terdiri dari dua kolom. Namun demikian, ada variasi bentuk
dari dua kolom, yaitu tiga kolom dengan menyertakan buku besar pada satu kolom
sebagai rekening kontrol. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada proses
penjurnalan adalah: 1. Transaksi harus dicatat secara kronologis sesuai dengan urutan
terjadinya transaksi; 2. Nomor rekening harus disertakan dengan lengkap pada setiap
transaksi; 3. Jumlah transaksi debet harus sama dengan kredit; 4. Penjelasan yang
ringkas harus diberikan untuk setiap transaksi; 5. Setiap transaksi yang dibukukan
pada jurnal harus didukung dengan bukti-bukti transaksi sah.
1.4 JURNAL PENERIMAAN KAS
Jurnal penerimaan kas merupakan salah satu jenis jurnal khusus. Jurnal ini digunakas
khusus untuk membukukan semua penerimaan kas hotel. Sumber-sumber penerimaan
k hotel terdiri dari penjualan tunai untuk jasa-jasa yang ditawarkan (kamar, makanan
minuman, cucian, dan komunikasi), pengutipan piutang atau pembayaran rekening
cin ledger, dan penerimaan tunai dari pendapatan lain-lain. Jurnal penerimaan kas
terdiri dar beberapa kolom (multiple columns) yang merupakan ciri jurnal khusus.
Hal penting yang harus dilakukan dalam membukukan transaksi pada jurnal khusus
adalah bahwa jumlsh transaksi debet sama dengan kredit. Kondisi ini merupakan
syarat ketepatan pembukuan transaksi. Dari informasi pada jurnal ini, manajemen
dapat menganalisis perbandingan antara penerimaan kas dari penjualan tunai dengan
pengutipan piutang. Selain itu. manajemen dapat pula menganalisis hasil penjualan
tunai antara penjualan kamar, makanan dan minuman. Jurnal merupakan salah satu
metode dalam mengendalikan operasional pada bidang tertentu, dalam konteks ini
penerimaan kas. Pengendalian yang harus dilakukan oleh manajemen atas penerimaan
kas melalui jurnal adalah bahwa semua kas yang diterima harus disetor ke rekening
bank hotel sesuai dengan ketentuan atau standard operating procedures (SOP) hotel.
Adapun sumber-sumber dokumen (supporting documents) untuk membukukan
penerimaan kas pada jurnal penerimaan kas adalah:
1. Kuitansi tamu (cash receipt)
2. Rekening tamu (guest bill)
3. Rekapitulasi penerimaan kas Front Office Cashier
4. Rekapitulasi penerimaan kas Outlet Cashier
5. Paid-out voucher
1.5 JURNAL PENGELUARAN KAS
Selain menerima kas dari kegiatan operasional, hotel juga mengeluarkan kas
untuk tujuan vang soma sepeni pembayatan utang dagang kepada rekanan, gaji
karyawan. rekening listrik, telepon dan fasilitas lainnya, serta transaksi-transaksi kas
lain yang berkaitan dengan anerasional hotel. Pengeluaran kas hotel dibukukan untuk
pertama kalinya pada jurnal pengeluaran kas. Jurnal ini merupakan salah satu metode
untuk mengendalikan semua pengeluaran kas hotel.
Seperti pada jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas merupakan alat
kendali manajemen untuk pengeluaran kas hotel. Pada jurnal pengeluaran kas ini,
prinsip dasar akuntansi harus berlaku, yaitu debet - kredit. Jurnal pengeluaran kas
mengendalikan pengeluaran kas hotel karena kas hanya dikeluarkan setelah
dibukukan pada jurnal ini yang didukung oleh bukti transaksi yang sah/andal. Bukti-
bukti transaksi dikatakan andal bila transaksi pada bukti tersebut telah disetujui atau
mendapatkan otorisasi dari pejabat hotel yang berkompeten, jumlah atau nilai
transaksi utuh/sesuai dengan jumlah sumber transaksi pertama. Sebagai ilustrasi,
bukti transaksi voucher jurnal pembayaran disebut andal bila telah mendapatkan
persetujuan membayar dari pejabat hotel yang berwenang dan jumlah yang
dicantumkan sama dengan nota dari rekanan. Untuk tujuan pengendalian,
pembayarao dalam jumlah yang relatif kecil dilakukan dengan tunai dari rekening kas
kecit hotel (pezry cash). Untuk pembayaran tunai dalam jumlah yang relatif besar,
pembayaran dilakukan dengan cek tunai. Dokumen-dokumen di atas yang merupakan
dokumen pendukung untuk mengeluarkan kas (dalam hal ini cek) disiapkan oleh
fungsi lain, yaitu bagian utang (account payables). Fungsi ini yang menyiapkan dan
memeriksa (verifikasi) kelengkapan dan keandalan dokumen untuk kemudiari
diteruskan kepada pemegang kas hotel (general cashier).
1.6 JURNAL PENJUALAN
Jurnal merupakan sumber pendapatan bagi hotel baik kas maupun kredit. Pada
bisnis hotel, jasa yang ditawarkan adalah jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa
lainnya. Jasa- jasa ini merupakan sumber penjualan bagi hotel. Perputaran penjualan
di hotel terjadi relatif cepat, walaupun dalam jumlah nominal yang relatif kecil. Oleh
karena itu, diperlukan sistem pengendalian penjualan yang memadai. Jurnal penjualan
merupakan salah satu dokumen akuntansi yang membantu untuk menelusuri transaksi
penjualan harian hotel. Jurnal penjualan di hotel ditangani khusus oleh fungsi yang
menangani penjualan, lazim disebut income auditor. Sumber data atau dokumen
pendukung untuk melengkapi jurnal penjualan ini berasal dari kantor depan seperti
rekapitulasi penjualan kamar (room sales recapitulation), tata graha seperti room
count sheet dan turn-down report, Restoran dan bar seperti rekapitulasi penjualan,
kasir kantor depan seperti laporan penerimaan kas (cash report), dan penjualan lain
seperti laporan penjualan (list of vouchers).
Pada jurnal penjualan, debet adalah piutang, sodangkan kredit adalah penjualat
jasa-jasa yang disebutkan di atas. Fungsi pengendalian internal dan internal cek oleh
fung income auditor dilakukan bila terjadi perbedaan laporan antara fungsi kantor
depan dengan tata graha, dan perbedaan laporan antara kas yang seharusnya disetor
dengan jumlah kat yang sebenarnya disetor oleh kasir (kasir kantor depan dan outlet
cashier)
1.7 JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal ini untuk mengendalikan penyesuaian yang terjadi di hotel. Dalam aktivitas
bisnis, terutama dalam transaksi penjualan untuk produk dan jasa, terbuka peluang
terjadi kesalahan pembebanan harga produk dan jasa. Kesalahan pembebanan terjadi
karena salah pengertian atau informasi antara pihak hotel dengan tamu. Sebagai
ilustrasi, ketika tamu check-in dan mendapatkan jenis kamar junior suite, harga yang
dibebankan per malam adalah Rp600.000 ditambah biaya layanan dan pajak
pembangunan I (tax and service charse). Ketika tamu tersebut check-out, manajer
kantor depan memberikan diskon sebesar 10% dari harga kamar karena tamu tersebut
berasál dari suatu perusahaan besar yang menjadi pelanggan hotel dan berhak untuk
mendapatkan diskon. Untuk kejadian seperti ini, rindakan yang harus dilakukan oleh
kasir kantor depan yaitu melakukan penyesuaian atas harga kamar yang telah
dibebankan sebelumnya. Tindakan memberikan diskon dengan teknis penyesuaian
(adjustment) akan mengurangi pendapatan kamar sehingga transaksi ini harus
mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang (manajer kantor depan) yang
dituangkan dalam voucher penyesuaian (adjustment voucher).
Jadi, voucher penyesuaian merupakan dokumen pendukung untuk
mengendalikan penyesuaian yang terjadi untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh
hotel. Transaksi penyesuaian harus dikendalikan dengan ketat karena berakibat pada
penurunan pendapatan hotel. Voucher penyesuaian yang telah diotorisasi oleh
manajer kantor depan (atau manajer lain yang berkompeten untuk itu) kemudian
dibukukan pada jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian dengan demikian dapat
digunakan untuk menelusuri semua penyesuaian yang terjadi. Pada jurnal
penyesuaian berlaku pula prinsip dasar akuntansi, yaitu debet penyesuaian ini yang
didebet adalah pendapatan (penjualan), sedangkan yang dikredit adalah piutang hotel.
1.8 JURNAL BIAYA GAJI
Jurnal biaya gaji- Jurnal ini merupakan dokumen untuk mengendalikan
pengeluaran untuk gají karyawan hotel. Lazimnya jurnal ini disiapkan oleh bagian
gaji hotel. Pada jurnal ini semua biaya gaji untuk seluruh departemen hotel
dibukukan. Untuk tujuan pengendalian, kas yang keluar untuk biaya gaji dapat
direalisasikan setelah dokumen pendukung dari bagian gaji di otorisasi oleh penjabat
yang berkompeten. Kas keluar dari general cashier. Jumlah biaya gaji yang
dibukukan pada jurnal ini harus sama dengan penjumlahan biaya gaji untuk seluruh
karyawan hotel. Pada jurnal ini persamaan dasar akuntansi juga harus diterapkan,
yaitu ngan rnal enal edit di al, debet kredit. Transaksi debet adalah biaya gaji,
sedangkan transaksi kredit adalah utang gaji. Biaya gaji di industri perhotelan
merupakan kewajiban yang diperhitungkan (accrued expenses). Dikatakan demikian
karena hotel berutang kepada karyawan yang telah memberikan jasanya yang dibayar
kemudian. Karyawan hotel yang telah bekerja pada Januari gajinya dibayar pada awal
Februari sehingga karenanya biaya gaji merupakan kewajiban yang diperhitungkan.
Secara teknis akuntansi biaya ini dibukukan melalui jurnal pengeluaran dan biaya
serta didukung oleh bukti transaksi yang andal.
1.9 JURNAL HARGA POKOK MAKANAN DAN MINUMAN
Pendapatan hotel dari makanan dan minuman merupakan pendapatan terbesar
setelah pendapatan kamar. Aktivitas makanan dan minuman harus dikendalikan dari
dua sisi, yaitu sisi pendapatan dan harga pokok. Sisi pendapatan dikendalikan dengan
jurnal penjualan, sedangkan sisi harga pokok dikendalikan dengan jurnal harga
pokok. Tujuan pengendalian harga pokok adalah agar realisasi harga pokok dapat
sesuai dengan target atau anggaran sehingga target laba dari makanan dan minuman
dapat tercapai. Fungsi yang melaksanakan jurnal harga pokok makanan dan minuman
adalah fungsi pengendalian harga pokok makanan dan minuman (food and beverage
Cost Control). Pada jurnal harga pokok makanan jumlah transaksi yang terjadi cukup
berarti, karenanya pembukuan secara kronologis dapat dilakuka setiap hari. Dokumen
pendukung untuk membukukan transaksi pada jurnal harga pokok makanan adalah
formulir rekuisisi permintaan barang gudang (storeroom requisition). Pada jurnal
harga pokok makanan yang dibukukan adalah harga pokok makanan harian
estimasian. Disebut harga pokok makanan harian estimasian karena kalkulasi harga
pokok didasarkan pada pembebanan makanan yang keluar dari gudang makanan yang
dicantumkan pada formulir rekuisisi gudang makanan.
Pada kenyataannya tidak semua bahan makanan yang keluar dari gudang yang
tercantum pada formulir rekuisisi diserap sebagai harga pokok makanan, karena ada
yang masih berupa persediaan mengingat masih diproses di dapur.
1.10 JURNAL PENGENDALIAN PIUTANG
Jurnal ini merupakan jurnal untuk mengendalikan piutang hotel. Piutang terjadi
karena penjualan kredit. Penjualan kredit merupakan kebijakan manajemen hotel
untuk meningkatkan volume penjualan di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Piutang hotel dapat dikelompokkan menjadi piutang rekening tamu (guest
transient) dan city ledger. Piutang rekening tamu merupakan piutang hotel pada tamu-
tamu yang sedang tinggal/bermalam di hotel. Setiap tamu yang tinggal di hotel
memiliki rekening yang merupakan piutang hotel. Piutang rekening tamu merupakan
jenis piutang yang sangat aktif karena frekuensi transaksi yang terjadi sangat tinggi.
Saldo piutang rekening tamu mengalami perubahan yang berarti dalam waktu yang
relatif singkat. Lazimnya, manajemen hotel mengendalikan piutang rekening tamu
dengan kebijakan kredit yang relatif ketat. Sebagai ilustrasi, bila tamu hotel tinggal di
hotel lebih daripada tiga hari maka tamu diminta oleh manajemẹn hotel untuk
melunasi rekeningnya untuk tiga malam tersebut. City ledger merupakan piutang
hotel kepada tamu atau pihak ketiga yang tidak lagi tinggal di hotel. Rekening city
ledger harus pula dikendalikan dengan ketat agar tidak terjadi penumpukan pada
rekening ini sehingga hotel mengalami masalah kas karena penagihan atas piutang ini
tidak dilakukan oleh fungsi terkait. Jurnal ini merupakan alat kendali atas pergerakan
piutang hotel, guest transient dan city ledger. Dari sisi pengendalian, jurnal ini
merupakan alat cek internal (internal check) antarfungsi yang menangani jurnal
penjualan dan jurnal penerimaan kas.
BAB 6
AKUNTANSI REKENING TAMU
6.1 PENDAHULUAN
Transaksi-transaksi yang dicatat pada rekening tamu merupakan piutang hotel kepada
tamu- tamu yang masih tinggal di hotel. Sifat tagihan ini sangat singkat sehingga piutang ini
dapat diklasifikasikan sebagai piutang tunai. Bila tamu telah meninggalkan hotel (check-out)
dan rekeningnya ditagihkan/dibebankan ke perusahaan/kantor dan atau diselesaikan dengan
kartu kredit maka piutang ini diklasifikasikan sebagai city ledger. Rekening tamu merupakan
dokumen hotel untuk mencatat transaksi yang terjadi. Artinya, semua jasa hotel yang
dinikmati oleh tamu akan dibukukan pada rekening tamu yang bersangkutan. Pencatatan
transaksi pada rekening tamu harus segera dilakukan begitu transaksi terjadi sehingga data
yang disajikan pada rekening tamu merupakan data termutahir. Pemutahiran rekening harus
selalu dilakukan mengingat bahwa tamu bisa sewaktu-waktu meninggalkan hotel (check-oui)
dan menyelesaikan rekeningnya.
6.2 KARTU REGISTRASI
Fungsi kartu registrasi bagi pihak hotel dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar dalam membebankan jasa kamar dan jasa-jasa lainnya yang telah
dinikmati oleh tamu ke dalam rekeningnya selama tinggal di hotel.
2. Petugas hotel dengan mudah membebankan biaya kamar ke rekening tamu sesuai
dengan harga kamar yang dicantumkan pada kartu registrasi
3. Dapat dijadikan alat informasi untuk mengetahui segmen tamu hotel dengan perilaku
serta tujuan berkunjung
4. Bila terjadi keraguan dalam mencatat suatu transaksi lain di luar jasa kamar maka
petugas hotel dapat membandingkan tanda tangan tamu yang tercantum di kartu registrasi
dengan tanda tangan pada voucher jasa yang dinikmati tersebut. Sebagi ilustrasi, misalnya
tamu kamar 201 menikmati makan malam di restoran, tetapi tamu menulis nomor kamar
pada voucher restoran nomor kamar 210. Ketidaksengajaan ini akan berakibat pada rekening
tamu kamar 210 meningkat sebesar jasa restoran yang dinikmati oleh kamar 201. Bila kamar
210 menolak voucher ini dibebankan ke rekeningnya karena bukan transaksinya, petugas
hotel harus mencari dan membandingkan tanda tangan yang tertera pada kartu registrasi
dengan yang tercantum pada voucher restoran untuk mendapatkan pembebanan yang benar.
6.3 REKENING TAMU
6.4 MEKANISME PENCATATAN TRANSAKSI PADA REKENING TAMU
Pada rekening tamu semua jasa-jasa hotel yang telah dinikmati oleh tamu dan dibebankan
rekening kamarnya merupakan transaksi debet. Penjelasannya adalah transaksi ini merupakan
beban yang harus diselesaikan oleh tamu pada saat check-out. Misalnya, tamu dari kamar
323 makan malam di restoran seharga Rp150.000. Tamu ini tidak membayar rekening makan
malamnya di restoran, melainkan dibebankan ke rekening kamarnya, yaitu kamar 323. Di
restoran tamu tersebut hanya menandatangani rekening restoran dan mencantumkan nomor
kamar 323. Atas dasar rekening restoran ini kemudian dicatat ke rekening tamu pada sisi
debet karena merupakan beban tagihan yang harus dibayar oleh tamu. Jasa-jasa hotel yang
dibebankan dan dicatat pada sisi debet pada rekening tamu di antaranya: 1. Kamar 2.
Restoran 3. Room service 4. Laundry and dry cleaning 5. Telepon 6. Diskotik 7. Spa dan jasa
lainnya
6.5 TRANSAKSI DEBET
6.6 TRANSAKSI KREDIT
6.7 HAL-HAL KHUSUS YANG MUNGKIN TERJADI
1) Tamu Meninggalkan Hotel Tanpa Menyelesaikan Rekening
Ada hahasa teknis tamu yang meninggalkan hotel tanpa membayar rekeningnya
disebut skipper. Bila kondisi ini dibiarkan berlanjut maka beban yang ditagih kepada
ramu yang bersangkutan akan membesar, sedangkan di sisi lain peluang unuk
ndanatkan penjualan dari kamar tersebut tertutup. Untuk menghindari hal ini,
sebaiknya petugas hotel yang berhubungan dengan kondisi tersebut (tata graba.
resepsionis, kasir kantor depan dan petugas hotel lainnya) mengamati setiap hari
pergerakan transaksi tamu hotel. Dengan pengamatan oleh setiap petugas hotel,
peluang kerngjan hotel akibat skipper bisa ditekan. Bila terjadi skipper maka
penanganan rekening tamu tersebut dapat dilaksanakan seperti di bawah ini. 90 UE a.
Koordinasikan dengan pejabat tata graha (house keeping) yang berkompeten
mengenai status kamar tamu tersebut. b. Hubungi pejabat kantor depan (front office)
yang berkompeten untuk memastikan bahwa tamu memang merupakan seorang
skipper. c. Dapatkan persetujuan dari pejabat hotel yang berkompeten untuk
mengeluarkan tamu skipper dimaksud dari kamar yang dihuni. d. Rekening skipper
ini dikeluarkan dari daftar rekening tamu dan dipindahkan ke rekening city ledger
untuk ditindaklanjuti oleh petugas hotel yang berkompeten di bagian akuntansi.
2) Salah Pembebanan untuk Jasa-jasa Hotel
Kekeliruan terjadi karena bersifat manusiawi. Tamu dari kamar 201 salah
menuliskan nomor kamar ketika makan malam di restoran, yaitu 210. Oleh petugas
hotel, beban restoran ini dibebankan ke rekening kamar 210. Tamu kamar 210 tentu
akan menolak beban restoran ini. Untuk mengoreksi kekeliruan pembebanan ini,
petugas hotel (kasir kantor depan) dapat melakukan langkah-langkah berikut: a.
Keluarkan beban restoran ini dari kamar 210. D. Telusuri tanda tangan tamu yang
tertera di rekening restoran dengan tanda tangan tamu yang tertera di kartu registrasi
untuk semua tamu yang tinggal di hotel.
3) Tamu Memberikan Tips Pada Saat Check-Out
Ada beberapa tamu yang memberikan tips (tips = to improve prompt service) tunai
pada saat check-out dengan uang rupiah. Untuk pemberian tips ini, tamu memerlukan
sejumlah uang rupiah dari kasir kantor depan dan dibebankan ke rekening kamarnya.
Untuk situasi ini, kasir kantor depan dapat mengeluarkan uang tunai (kas) dengan
beban paid-out. Jumlah paid-out ini dicantumkan pada formulir paid-out dan harus
ditandatangani oleh tamu yang bersangkutan dan diotorisasi oleh pejabat hotel yang
berkompeten (misalnya front office manager). Uang tunai (paid-out) ini kemudian
diberikan kepada tamu, sedangkan jumlah paid-out dibebankan pada rekening tamu
pada sisi debet.
6.8 LAPORAN PENERIMAAN KAS
Hotel memberikan jasa 24 jam untuk tamunya yang dibagi menjadi tiga waktu tugas
(shift). Setiap akhir waktu tugas, petugas kasir membuat laporan penerimaan kas (Cash
Receipt Report). Artinya, petugas kasir yang bertugas pada shift A, pagi hari, dari pukul
07.00-15.00 akan melaporkan jumlah kas yang diterima. Laporan penerimaan kas dibuat oleh
petugas kasir dengan sumber dokumen berikut: 1. Rekening tamu dan atau kuitansi untuk
penerimaan kas 2. Formulir (Voucher) paid-out untuk kas yang dikeluarkan 3. Formulir
penukaran uang asing untuk penerimaan uang asing. Informasi yang dicantumkan dalam
laporan penerimaan kas seperti di bawah ini :
1) Nomor kamar dan nama tamu
2) Jumlah dan jenis pembayaran yang diterima
3) Jumlah kas yang dikeluarkan (paid-out)
4) Jenis mata uang yang diterima
5) Nama petugas kanir kantor depan
6) Waknu tugas (ahift)
7) 7. Hari/tanggal laporan
Perlu dicatat agar laporan penerimaan kas dari tamu yang check-out dibuat secara kronologis
berdasarkan waktu check-our tamu tersebut. Jumlah uang kas yang harus disetorkan oleh kasir
kantor depan adalah jumlah penerimaan dikurangi jumlah pengeluaran (paid-out) untuk satu
waktu tugas pada tanggal tertentu
BAB 7
AKUNTANSI KAS
7.1 PENDAHULUAN
Kas merupakan "darah" suatu perusahaan. Kondisi ini juga berlaku bagi hotel yang
merupakan perusahaan jasa di bidang akomodasi, makanan, minuman dan jasa terkait lainnya.
Dikatakan demikian karena dengan kas yang mencukupi, kegiatan operasional hotel dapat
berjalan lancar. Melalui kas, hotel dapat membayar gaji dan segala aspek yang berhubungan
dengan pembayaran tunai sesuai jadwal yang ditentukan. Dengan lancarnya pembayaran ini,
tidak ada alasan bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan manajemen hotel seperti
karyawan dan rekanan untuk tidak mendukung program-program manajemen. Kondisi ini
Pada sisi pengeluaran, kas hotel digunakan untuk keperluan operasional hotel, pembayaran
gaji karyawan, dan pengeluaran kas yang lain. Pengeluaran kas hotel memerlukan perhatian
yang sungguh-sungguh dari manajemen hotel sehingga hotel tidak akan kekurangan atau
kelebihan kas.
7.2 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN KAS HOTEL
Penjualan tunai jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa terkait lainnya merupakan sumber
kas hotel dari kegiatan operasional hotel. Penjualan tunai jasa-jasa tersebut berlangsung di
kantor depan, restoran dan bar, dan outlet hotel yang lain. Penjualan tunai diterima, dicatat,
dan dilaporkan oleh kasir yang bertugas di kantor depan, restoran, dan bar. Laporan
penerimaan kas dilaporkan oleh setiap kasir pada setiap akhir tugasnya. Misalnya, Biro
Perjalanan A membayar sejumlah tertentu untuk tamu yang dikirim ke hotel yang telah
meninggalkan hotel (check-out) bulan lalu. Pembayaran dilakukan dengan mengirim sejumlah
kas, sebesar piutang hotel, ke rekening bank hotel. Pembayaran ini akan menambah kas hotel
di rekening pada satu sisi dan mengurangi piutang hotel pada pihak ketiga di sisi lain. Kondisi
yang sama berlaku untuk pembayaran piutang dari kartu kredit, beban ke instansi dan lainnya.
juga mendapatkan kas dari pembayaran di muka untuk pemesanan kamar (advance
reservation deposit), perjamuan (banquet), dan sewa/kontrak untuk ruangan toko/ perkantoran
yang ada di area dan atau di lobi hotel. Hotel Selain sumber penerimaan kas dari operasional
yang disebut di atas, hotel juga menerima kas dari sumber pendanaan dari pihak ketiga
(misalnya utang jangka panjang) dan dari aktivitas nvestasi (misalnya penjualan saham).
7.3 PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN JASA HOTEL
Penerimaan kas oleh kasir KANTOR DEPAN Kas yang diterima oleh kasir kantor
depan bersumber dari: 1. Tamu yang meninggalkan hotel (check-out); 2. Pembayaran di muka
untuk pemesanan kamar (advance reservation deposit); 3. Pembayaran di muka untuk pesta
perjamuan/andrawina (banquet). Semua kas yang diterima oleh kasir kantor depan dengan
sumber-sumber kas di atas dicatat pada laporan penerimaan kas yang dikerjakan harian dan
untuk setiap waktu tugas. Dasar pengisian laporan kas ini adalah rekening tamu dan kuitansi
penerimaan kas. Untuk tujuan pengendalian kas, semua rekening tamu dan kuitansi diberi
nomor urut.. Uang kas yang diterima oleh kasir kantor depan harus disetorkan ke manajemen
hotel melalui kasir umum (general cashier) sesuai dengan waktu tugas dan dilakukan harian.
Uang kas yang disetorkan dimasukkan ke dalam amplop yang khusus, Semua penjualan yang
terjadi di outlet dilaporkan harian untuk setjap waktu tugas, disertai dengan semua dokumen
pendukung. Sementara itu, uang kas yang diterima disetorkan pula setiap akhir tugas.
Uang kas yang dimasukkan ke dalam amplop dilaporkan secara rinci sesuai dengan
jumlah uang kas yang diterima. Bila uang kas yang diterima terdiri atas rupiah dan uang asing
maka dalam amplop harus dilaporkan jumlah setiap mata uang yang diterima. Demikian pula,
bila ada uang asing yang diterima dalam traveller's cheque maka traveller's cheque ini harus
dilaporkan pada amplop setoran kas. Laporan mengenai uang yang dimasukkan ke dalam
amplop sesuai dengan pecahan uang kas.
7.4 MEKANISME PENYETORAN KAS
Kas yang diterima oleh kasir, kantor depan dan outlet, harus disetorkan ke manajemen
melalui kasir umum. Agar kas yang diterima terkendali dan sampai kepada manajemen,
diperlukan mekanisme penyetoran kas dari kasir ke general cashier. Mekanisme ini sangat
penting mengingat kasir kantor depan dan outlet memiliki tiga waktu kerja yang disesuaikan
dengan operasional hotel yang beroperasi selama 24 jam sehari. Di sisi lain, waktu kerja
general cashier sesuai dengan jam kantor pada umumnya, yaitu dari jam 08.00 pagi sampai
17.00. Mekanisme yang ditentukan oleh manajemen dalam penyetoran kas yang diterima
dapat menentukan tempat tertentu sebagai pusat (pool) untuk semua setoran kas (dari kasir
kantor depan dan outlet). Pusat penyetoran kas ini dapat berlokasi di kantor depan atau di
mana saja di hotel dalam kotak kas yang memadai dari sisi ukuran dan keamanan. Harus
dicatat adalah bahwa pusat penyetoran kas ini dapat dijangkau oleh kasir selama 24 jam
7.5 REKAPITULASI PENERIMAAN KAS
Untuk tujuan pelaporan penerimaan kas kepada manajemen, semua amplop setoran kas
harus dilaporkan dalam bentuk rekapitulasi penerimaan kas. Di sisi lain rekapitulasi
penerimaan kas merupakan salah satu dokumen untuk melengkapi jurnal penerimaan kas.
Jurnal penerimaan kas ini merupakan tanggung jawab kasir umum, piutang, dari kolom
rekening tamu sampai dengan lainnya merupakan pengurangan piutang sehingga piutang
dikredit. Pada rekapitulasi penerimaan kas juga dilaporkan pergerakan dan atau perubahan
jumlah kas yang ada di bank. Dengan laporan harian saldo bank, manajemen hotel
mendapatkan informasi penting mengenai kondisi kas hotel dari hari ke hari.
7.6 JURNAL PENERIMAAN KAS
Pada jurnal ini dibukukan penerimaan kas secara kronologis. Artinya, sesuai dengan
urutan penerimaan kas. Pada jurnal ini dapat dikaji bahwa transaksi debet untuk kas atau
rekening bank hotel, sedangkan transaksi kredit untuk piutang tamu atau city ledger. Rekening
bank didebet karena jumlah kas meningkat. Sumber dan dokumen pendukung untuk
membukukan penerimaan kas adalah laporan kas dari Food and Beverage Outlet Cashier (kasir
bar, restoran, room service dan sebagainya) dan kasir kantor depan (front office cashier).
Masing-masing laporan kas dari kasir tersebut harus dilengkapi pula dengan dokumen
pendukung yang andal. Untuk laporan kas kasir kantor depan, dokumen pendukung yang andal
adalah rekening tamu yang check-out dan atau kuitansi untuk tamu yang membayar uang muka.
Untuk laporan kas kasir restoran, dokumen pendukung yang andal adalah rekening restoran.
7.7 VOUCHER JURNAL PENERIMAAN KAS
Pada akhir periode akuntansi, misalnya sebulan, jurnal penerimaan kas ditutup.
Penutupan jurnal penerimaan kas dilaporkan dan diringkas pada voucher, yaitu voucher jurnal
pene- rimaan kas. Untuk tujuan pengendalian internal, data pada jurnal penerimaan kas diringkas
pada voucher jurnal ini untuk kemudian ditindaklanjuti oleh fungsi atau jabatan yang lain.
Seperti halnya jurnal penerimaan kas, pada voucher jurnal penerimaan kas turut mencakup
transaksi debet dan kredit. Transaksi debet untuk rekening kas atau bank, sedangkan transaksi
kredit untuk piutang rekening tamu dan atau city ledger. Voucher jurnal yang diterapkan di hotel
bernomor urut untuk identifikasi dan pengendalian.
7.8 AKUNTANSI PENGELUARAN KAS
Pengeluaran kas di hotel dilakukan secara terpusat. Artinya, kas hanya keluar dari satu
pintu. yaitu dari departemen akuntansi dengan jabatan kasir umum (general cashier). Dengan
pengeluaran kas secara terpusat, pengendalian kas hotel dapat lebih mudah dilaksanakan serta
lebih berhasil guna. Pengeluaran kas dalam jumlah kecil dan bersifat mendesak dapat dilakukan
atau dibayar dengan kas kecil (petty cash) yang ada pada kasir umum. Adapun kas untuk
pengeluaran operasional rutin dan dalam jumlah yang relatif besar dikeluarkan melalui rekening
bank hotel. Pengeluaran kas melalui bank hotel harus sesuai dengan prosedur pengeluaran kas
yang telah distandardisasi/dibakukan oleh manajemen hotel. Dokumen-dokumen pendukung
harus lengkap dan benar sebagai dasar olelh kasir umum untuk mengeluarkan kas atau
melakukan pembayaran untuk utang-utang hotel. Dokumen-dokumen pendukung dimaksud
antara lain: 1. Permintaan pembelian barang dari gudang (storeroom requisition) 2. Order
pembelian (purchase order) 3. Laporan penerimaan barang (receiving report) 4. Nota dari
rekanan (Invoice). Prosedur pembelian untuk perishables dan groceries dibahas secara rinci pada
buku F& B Cost Control untuk Hotel dan Restoran oleh IBM Wiyasha terbitan Penerbit ANDI
Yogyakarta 2006.
7.9 PEMBUKUAN PENGELUARAN KAS
Pada jurnal pengeluaran kas, cek yang dibayarkan ke rekanan dibukukan pada sisi kredit
untuk rekening bank (sesuai dengan nomor rekening bank hotel). Pada sisi debet dibukukan
rekening utang dagang hotel. Jadi, pada saat cek dibayarkan rekening utang hotel didebet dan
rekening bank dikredit. Pada setiap akhir periode, jurnal pengeluaran kas diringkas dalam
voucher jurnal pengeluaran kas. Voucher jurnal pengeluaran kas selanjutnya disampaikan pada
fungsi lain untuk dibukukan pada buku besar (general ledger). Istilah teknis pembukuan pada
buku besar disebut posting. Fungsi yang membukukan voucher jurnal discbut book keeper,
tergantung jenjang pada organisasi hotel.
BAB 8
AKUNTANSI PENJUALAN HOTEL
8.1 Pendahuluan
Akuntansi penjualan hotel di departemen akuntansi hotel ditangani oleh fungsi khusus,
yaitu income auditor. Jadi, income auditor merupakan fungsi di departemen akuntansi yang
melaksanakan pembukuan penjualan hotel dan sekaligus melakukan fungsi audit
(attestation/kepatuhan) atas semua penjualan hotel yang terjadi setiap hari. Untuk dapat
membukukan transaksi pada jurnal penjualan, diperlukan dokumen-dokumen pendukung seperti
kuitansi, rekening tamu, laporan penjualan kamar (room count sheet), rekapitulasi penjualan
kamar (room sales recapitulation), rekapitulasi setoran kas, laporan tata graha (housekeeping
report), laporan penjualan makanan dan minuman, D card report, dan laporan pendukung
penjualan lainnya. Hasil pembukuan transaksi penjualan hotel pada jurnal penjualan dan
selanjutnya pada buku besar kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan bila kebenaran sumber
transaksinya tidak disangsikan lagi.
8.2 Saat Pengakuan Terjadinya Penjualan
Mengutip SAK 2002 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 74 halaman 18, penghasilan (income) didefinisikan sebagai pendapatan
maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen, royalti, dan sewa. Dari definisi ini dapat dinyatakan bahwa penghasilan yang
dimaksudkan adalah berasal dari operasional rutin perusahaan. Dalam kaitannya dengan hotel,
penghasilan yang dimaksudkan adalah yang berasal dari kegiatan operasional hotel seperti
penjualan jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa lain seperti cucian, dry cleaning. spa, taksi,
dan jasa lain yang ditawarkan oleh hotel. Selanjutnya, SAK 2002 juga memberikan standar untuk
pengakuan penghasilan. Pada paragraf 92 halaman 22 dinyatakan bahwa penghasilan diakui
dalam laporan rugi-laba kalau kenaikan manfaat ekonomis di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau
penurunan kewajiban (misalnya kenaikan bersih aktiva yang timbul dari penjualan barang atau
jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus
dibayar). Melanjutkan pertanyaan di atas, kapan suatu transaksi diakui sebagai penghasilan/
penjualan? Bila merujuk pada ilustrasi di atas untuk tamu yang check-in dan melengkapi kartu
registrasi, saat itu penjualan jasa kamar belum dapat diakui. Oleh karena belum diakui, jasa
kamar belum dapat dibukukan pada rekening tamu sebagai penjualan hotel.
Pada saat tamu check-in dan melengkapi kartu registrasi, yang terjadi adalah tamu baru
melengkapi identitas diri (sebagai syarat yang harus dipenuhi) dan mengadakan "kontrak" bahwa
akan bermalam hotel dengan kondisi atau syarat-syarat yang saling disepakati antara hotel
dengan tamu. Pengakuan penjualan kamar baru diakui dan karenanya dibebankan pada rekening
tamu setelah tamu menikmati jasa kamar. Jasa kamar baru dinikmati bila tamu telah bermalam di
hotel. Dengan kata lain, jasa kamar diakui sebagai pendapatan setelah lewat tengah malam.
Secara teknis, operasional jasa kamar baru dibebankan ke rekening tamu yang bersangkutan pada
pukul 11.00 malam. Untuk jasa-jasa hotel yang lain seperti makanan, diakui setelah tamu
menikmati produk makanan.
Laporan ini dikerjakan oleh setiap kasir restoran setiap waktu tugas (shift) dan untuk setiap
waktu makan seperti makan pagi, siang dan malam. Laporan penjualan restoran umumnya
melaporkan hasil penjualan makanan yang terjadi di restoran. Bila hotel memiliki tiga restoran
yang semuanya melayani ketiga waktu makan maka dalam satu hari terdapat sembilan laporan
penjualan untuk ketiga restoran. Namun, pada kondisi tertentu, restoran dapat sekaligus menjual
makanan dan minuman (minuman ringan, bir, minuman campuran, dan minuman keras). Untuk
tujuan pengendalian, pada laporan penjualan restoran dan bar, nomor urut bukti penjualan
(seperti restaurant check dan bar check) dicantumkan pada laporan penjualan. Melalui
pencantuman ini, manajemen menyampaikan pesan bahwa manajemen sangat berkepentingan
dengan penjualan hotel. Informasi yang dicantumkan pada laporan penjualan restoran dan bar
seperti di bawah ini: 1.. Hari/tanggal 2. Waktu tugas 3. Nomor restaurant/bar check (berurutan)
4. Penjualan makanan (dalam rupiah) 5. Jasa layanan (service charge) 6. Pajak Pembangunan 1
(PPb1) 7. Jumlah Penjualan 8. Pembayaran Tunai 9. Dibebankan ke rekening kamar, kartu
kredit, dan sebagainya 10. Nama dan tanda tangan petugas
5. Night Auditor. melaporkan semua penjualan atau piutang hotel yang terjadi pada hari
tertentu dan kas yang diterima pada hari dan tanggal tertentu. Laporan night auditor lazim
disebut D card report. Dalam D card report dapat diketahui jumlah penjualan kamar yang
terjadi dalam satu malam.
Dengan menganalisis laporan-laporan dari ketiga fungsi yang terlibat dengan
produk kamar, pengendalian atas penjulan kamar dapat dilakukan. Pengendalian menjadi
tidak berfungsi dan sia-sia bila terjadi kolusi pada seluruh fungsi yang terlibat dalam
penanganan produk kamar. Pengendalian penjualan kamar dilakukan pada lapis pertama
oleh night auditor yang bertugas pada malam hari dan sekaligus menentukan tagihan
hotel kepada tamu setiap malam. Dengan kata lain, Night Auditor berfungsi menentukan
besarnya piutang rekening tamu setiap malam. Pengendalian penjualan kamar selanjutnya
dilakukan oleh income auditor dengan mengkaji semua laporan yang berhubungan
dengan penjualan kamar, mulai laporan dari tata graha, kantor depan, kasir kantor depan,
dan night auditor. Bila semua laporan tidak saling bertentangan, dapat dinyatakan bahwa
telah terjadi kepatuhan terhadap kebijakan dan aturan yang telah ditentukan oleh
manajemen hotel. PENJUALAN MAKANAN DAN MINUMAN Penjualan makanan
dan minuman memberikan sumbangan yang berarti terhadap penjualan hotel secara
keseluruhan. Frekuensi penjualan makanan dan minuman yang terjadi dalam sehari tinggi
dengan unit penjualan tunai yang relatif kecil. Pengendalian penjualan makanan dan
minuman harus dilakukan untuk menghindari kebocoran yang terjadi dan menunjukkan
kepada karyawan bahwa manajemen sangat berkepentingan dengan segala sesuatu yang
terjadi di hotel. Pengendalian penjualan makanan dan minuman menggunakan
pendekatan pengendalian setiap fungsi. Sebagai ilustrasi, pesanan makanan baru bisa
diproduksi bila pesanan dari tamu dicatat pada slip order oleh pramusaji restoran. Slip
order juga berfungsi menyiapkan rekening restoran (restaurant check). Dengan kata lain,
slip order merupakan dasar dan dokumen pendukung untuk menyiapkan restaurant check.
Restaurant check ini disiapkan dan merupakan tanggung jawab kasir restoran. Seperti
yang telah dibahas pada halaman sebelumnya, setiap akhir tugas kasir restoran harus
menyiapkan laporan penjualan makanan di restoran. Laporan penjualan dari kasir
restoran harus disampaikan ke income auditor melalui night auditor. Night auditor
pertama kali akan memeriksa kebenaran laporan penjualan restoran yaitu jika slip order
berurutan, restaurant check juga berurutan pada laporan penjualan restoran. Hal lain yang
diuji kebenarannya adalah jumlah tagihan restoran yang ada pada laporan penjualan
restoran sesuai dengan ada pada rekening tamu yang bersangkutan.
BAB 9
AKUNTANSI PIUTANG
9.1 PENDAHULUAN
Piutang merupakan rekening yang sangat penting bagi hotel. Dikatakan demikian karena
piutang merupakan salah satu sumber kas potensial bagi hotel. Pengelolaan piutang yang baik
akan sangat membantu manajemen dalam menyediakan kas bagi operasional hotel. Piutang
timbul karena pelaksanaan kebijakan kredit hotel. Kebijakan kredit harus ditentukan dan
diterapkan untuk meningkatkan pendapatan hotel di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Kebijakan kredit diberikan kepada tamu hotel pada saat check-in yang tarcantum dalam
kartu registrasi. Dengan kata lain, kebijakan kredit diterapkan untuk niutang rekening tamu.
Secara teknis, pelaksanaan kebijakan kredit kepada tamu borel dilaksanakan dengan memberikan
pengingat/pemberitahuan jika hotel akan menaei pembayaran setiap tiga hari atau telah mencapai
jumlah tertentu yang merupakan batas tertinggi kredit yang diberikan bagi tamu hotel. Untuk
piutang city ledger, kebijakan kredit yang diterapkan adalah dengan menghubungi debitur serta
dengan menagih setelah mendekati 30 hari. Pertemuan antar-credit manager hotel secara berkala
untuk membahas perkembangan masing-masing piutang dan debitur akan sangat membantu
pihak hotel untuk menekan piutang yang tidak tertagih sebagai akibat pelaksanaan kebijakan
kredit.
Kelima C di atas merupakan pertimbangan dalam memberikan kredit kepada tamu. Di samping
kelima C tersebut, manajemen, teruta bagian kredit, harus selalu menganalisis kondisi piutang
dan mengaitkan dengan pengalaman yang lalu. Selain analisis internal tersebut, harus dilakukan
pula analisis eksternal dengan mengikuti pertemuan-pertemuan antarmanajer kredit (credit
meetings) yang dilakukan cecara berkala. Pada pertemuan ini segala hal yang berhubungan
dengan kredit hotel dikaji secara mendalam. Melalui analisis eksternal dan internal, diharapkan
agar kualitas penjualan kredit meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang
tertagihnya piutang hotel
Dari table diatas dapat diketahui bahwa biaya yang dibebankan sebagai piutang ragu-ragu
yaitu tidak tertagih, adalah sebesar Rp. 78.491 atau sebesar 2,70% dari total penjualan kredit.
Dari jumlah ini tidak dapat diketahui dengan pasti debitur yang mana yang akan tidak memenuhi
kewajibannya kepada hotel. Namun demikian, jumlah ini harus dikurungkan dari piutang dan
harus diungkapkan pada neraca.
Perlakuan akuntansi untuk menghapuskan piutang ragu-ragu dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
1. Metode langsung (direct write-off)
2. Metode tidak langsung (allowance method)
Metode langsung:
Dengan metode ini berarti piutang ragu-ragu langsung dihapuskan dari rekening piutang. Dengan
menerapkan data pada table diatas, jurnal untuk menghapuskan piutang ragu-ragu seperti
dibawah ini.
Piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Pada piutang Rp. 78.491
Untuk mencatat penghapusan piutang ragu-ragu
Metode tidak langsung
Dengan metode ini, piutang ragu-ragu awalnya ditempatkan dengan rekening lawan akumulasi
penyisihan piutang ragu-ragu sebelum pada akhirnya dihapuskan dari rekening piutang.
Perhatikan jurnal untuk membukukan piutang ragu-ragu dengan menerapkan data dari table di
atas.
Penyisihan piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Pada akumulasi penyisihan piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Untuk mencatat biaya piutang ragu-ragu
Ragu-ragu
21.300 21.300
Pada sisi kredit, kartu piutang di atas mengungkapkan jumlah pembayaran yang dilakukan oleh
debitur Biro Perjalanan OPQ. Jumlah pembayaran pada kolom kredit seluruh kartu piutang
harus sama dengan jumlah debet penerimaan kas dari pembayaran city ledger pada fungsi
general cashier. Bila jumlalh telah sama/cocok maka setiap fungsi telah melaksanakan tugas
dengan baik dan sesuai dengan asas kepatuhan akuntansi. Surat Penagihan Surat penagihan
umumnya dikirimkan dalam jangka waktu 30 hari setelah tamu check-out atau debitur telah
menikmati jasa dan produk hotel. Jangka waktu yang ditentukan dalam penagihan agar sesuai
dengan kebijakan kredit hotel kepada debitur. Dalam surat penagihan ini umumnya
dicantumkan jumlah yang harus diselesaikan oleh debitur, metode pembayaran/penyelesaian,
nomor rekening bank hotel, dan tanda tangan pejabat hotel (general manager atau financial
controller atau credit manager).
9.9. JURNAL PENGENDALIAN PIUTANG
Piutang merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya tinggi, setelah kas. Dengan
piutang, berarti tahapan produksi, konsumsi, dan penjualan telah dilalui. Aktiva lancar ini dan
seluruh aktiva hotel ha.us dikendalikan dengan ketat sebagai indikasi bahwa manajemen sangat
berkepentingan dengan aktiva hotel. Potensi likuiditas piutang harus secara cermat dikendalikan
karena merupakan sumber kas yang strategis. Melalui pengendalian piutang yang cermat,
diharapkan hotel dapat memiliki kas untuk memenuhi kewajiban kas operasional seperti
pembayaran gaji karyawan, utang dengan rekanan, jasa layanan kepada karyawan dan
pengeluaran kas operasional lainnya. Untuk uji kepatuhan akuntansi dan dicapainya cek internal
yang baik, saldo debet jurnal ini harus sama dengan fungsi lain (income), serta jumlah kredit
harus sama dengan penerimaan kas pada fungsi general cashier. Jurnal pengendalian piutang
telah disajikan pada halaman sebelumnya. Namun, demi kenyamanan pembaca, jurnal ini
disajikan kembali pada Gambar 9.4 di bawah ini.
BAB X
AKUNTANSI UTANG
10.1 PENDAHULUAN
Keperluan untuk operasional seperti bahan baku makanan, bahan dipakai habis, gaji
karyawan, listrik, air, telepon, dan keperluan operasional lain dapat dipenuhi dengan tunai dan
utang. Bila kondisi keuangan hotel memungkinkan semua keperluan tersebut dapat dipenuhi
dengan kas. Pada kenyataannya, tidak semua keperluan tersebut dapat dipenuhi dengan tunai
karena hotel juga tidak mendapatkan kas dari penjualan produk dan jasa kepada tamunya. Untuk
dapat memenuhi keperluan operasional, hotel dapat menangguhkan pembayaran tersebut dengan
sumber utang. Utang untuk keperluan jangka pendek, yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu setahun, memiliki istilah teknis utang jangka pendekatau utang dagang. Pengelolaan utang
dagang berhubungan dengan bagian back office karena terkait dengan rekanan. Rekanan hotel
sebagai kreditur hotel harus pula mendapatkan layanan yang baik agar tidak menjadi masalah
potensial untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh hotel. Manajemen hotel, yang diwakili
oleh bagian utang (payables) harus mengadakan komunikasi dan jadwal pembayaran yang baik
sehingga didapat hubungan dan jaringan kerja yang baik antara hotel dengan rekanan. Untuk
utang jangka panjang, porsi utang jangka panjang yang jatuh tempo periode akuntansi berjalan
merupakan utang jangka pendek dan bunga yang jatuh tempo harus pula mendapatkan perhatian
manajemen. Dengan pengelolaan utang dagang dan utang jangka panjang yang sungguh-sungguh
diharapkan hotel dapat menerapkan dan memiliki jejaring kerja yang baik sehingga tujuan dapat
dicapai dengan maksimal.
10.2 PENGERTIAN UTANG
Utang merupakan kewajiban hotel kepada pihak ketiga (kreditur). Dari sisi waktu jatuh
tempo, utang dapat diklasifikasikan menjadi utang jangka pendek, yang jatuh tempo dalam
waktu setahun, dan utang utang jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari setahun.
10.3 UTANG DAGANG
Utang dagang merupakan utang jangka pendek yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu satu tahun. Lazimnya, yang dikategorikan sebagai utang dagang terutama adalah untuk
kebutuhan operasional hotel seperti bahan makanan dan minuman, bahan dipakai habis untuk
tamu, pembersih, pemeliharaan dan lainnya,
10.4 UTANG JANGKA PANJANG
Utang jangka panjang merupakan salah satu sumber pendanaan untuk memenuhi
kebutuhan modal bagi hotel. Utang jangka panjang jatuh tempo lebih daripada satu tahun.
Namun demikian, dalam perjalanan pelunasan utang jangka panjang, ada porsi utang yang jatuh
tempo tahun akuntansi berjalan. Porsi utang jangka panjang yang jatuh tempo periode akuntansi
berjalan dan bunga yang harus dibayar diperlakukan sebagai utang jangka pendek. Untuk
pengelolaan utang jangka panjang, dibuatkan jadwal pelunasan utang jangka panjang yang lazim
disebut amortization schedule of long term debt.
10.5 PENGAKUAN UTANG
Utang terjadi karena hotel tidak segera menyelesaikan pembayaran untuk barang atau jasa
yang didapat dari kreditur atau, dengan lain perkataan, pembayaran. akan dilakukan beberapa
waktu kemudian. Utang dagang diselesaikan dalam waktu setahun, sedangkan utang jangka
panjang lebih daripada setahun. Utang dagang diakui setelah barang atau jasa pihak ketiga
diterima oleh hotel melalui bagian penerimaan. Bagian penerimaan akan membuat laporan
penerimaan barang yang sesuai dengan junglah barang yang diterima dan harga yang sama pada
order pembelian hotel. Dengan kata lain utang dagang diakui setelah barang diterima oleh hotel
melalui bagian penerimaan dengan dokumen pendukung yang lengkap dan andal sesuai dengan
prosedur pembelian/pengadaan barang yang diterapkan oleh hotel. Adapun utang jangka panjang
diakui setelah kontrak ditandatangani dan kedua belah pihak hotel dan kreditur, sepakat
mengenai tanggal pemberian dana yang diperlukan.
10.6 KARTU UTANG
Kartu utang merupakan kartu untuk membukukan utang atau tagihan setiap kreditur.
Dengan perkataan lain, setiap kreditur memiliki satu kartu. Bila saldo semua kartu utang
dijumlahkan maka akan didapatkan jumlah utang dagang hotel. Untuk pengendalian utang
dagang dan pelaksanaan periksa internal, jumlah utung dagang yang ada pada fungsi utang
(payables) harus sama dengan jumlah yang ada pada fungsi kasir umum, yaitu pada jumlah yang
dibayarkan. Contoh isian kartu utang seperti pada Gambar 10.1.
PENDAHULUAN
Pendapatan hotel dari produk makanan dan minuman cukup berarti, berkisar antara 30-40% dari
seluruh pendapatan hotel. Penjualan dari makanan dan minuman terjadi dengan perputaran yang
berarti sehingga diperlukan pembukuan yang dapat mengakomodasikan karakteristik penjualan
makanan dan minuman. Sistem pembukuan yang diterapkan untuk penjualan makanan bertujuan
agar dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat mengenai transaksi yang terjadi.
Informasi yang, dihasilkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang tepat dan sesuai
dengan sasaran yang telah direncanakan. Karakteristik penjualan dengan tingkat perputaran yang
tinggi mengarahkan pada laporanyang harus disiapkan setiap hari. Laporan harian yang
disiapkan, yang berhubungan dengan penjualan makanan dan minuman, antara lain harga pokok
makanan, pendapatan seluruh outlet hotel, dan keadaan kas hotel. Penjualan minuman di bar,
terutama untuk minuman keras yang tingkat perputarannya relatif lebih kecil daripada penjualan
makanan, mengarahkan bahwa laporan tidak diperlukan dengan frekuensi harian. Laporan yang
berhubungan dengan penjualan minuman di bar dilakukan dengan frekuensi antara 2 sampai 3
kali dalam sebulan
Sebelum membahas harga pokok makanan, akan dibahas terlebih dahulu mengenai persediaan
makanan mengingat persediaan mengawali harga pokok. Persediaan merupakan aktiva lancar
hotel, sedangkan harga pokok merupakan klasifikasi dalam harga pokok dan biaya. Pengertian
persediaan sesuai dengan SAK 2002 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.14 paragraf 03: persediaan adalah aktiva:
Mengacu pada pengertian di atas, dalam industri perhotelan, persediaan bahan makanan adalah
bahan makanan yang ada di gudang makanan untuk kegiatan normal hotel, bahan makanan yang
ada di dapur yang masih dalam proses produksi seperti thawing, marinating dan proses lainnya,
dan bahan makanan yang diimpor dari negara lain yang masih dalam perjalanan.
Dalam mengendalikan jumlah persediaan bahan makanan yang akan dibeli, ada dua model
pembelian yang dapat diterapkan. Model pembelian dengan segala sesuatunya sudah pasti model
deterministic dan model yang segala sesuatunya tidak pasti model probabilistik. Pada model
deterministik, yang pasti adalah biaya pengadaan bahan makanan jumlah yang diperlukan atau
penjualan dalam kurun waktu tertentu, biaya-biaya yang berhubungan dengan pengadaan
persediaan bahan makananan (disebut carrying cost atau holding cost), dan harga per unit bahan
makanan yang dibutuhkan. Adapun pada model probabilistik, segala sesuatu yang berhubungan
dengan pengadaan bahan makanan ditentukan dengan kemungkinan-kemungkinan. Artinya,
permintaan pelanggan (demand) akan makanan tertentu dan tingkat penggunaan bahan makanan
tidak pasti, ditentukan dengan pendekatan estimasi. Jumlah pembelian bahan makanan segar dan
groceries harus dikendalikan agar didapat jumlah persediaan yang paling ekonomis.
Model deterministik yang lazim diterapkan adalah Economic Order Quantity (EOQ) dan
Economic Production Lot Size (EPLZ). Pada buku ini hanya dibahas model EOQ yang
diterjemahkan dengan Jumlah Pesanan Ekonomis (JPE).Tujuan pengendalian jumlah pembelian
adalah agar hotel memiliki jumlah persediaan bahan makanan dengan biaya penyimpanan
terkendali dan mutu bahan makanan tetap baik selama disimpan di gudang bahan makanan
Untuk jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk groceries, diterapkan formula EOQ seperti
di bawah ini:
Dalam rumus EOQ di atas:
F: biaya tetap yang terjadi untuk memesan bahan makanan dimaksud
S: penjualan atau penggunaan dalam unit per tahun
C: Carrying cost, biaya yang terjadi untuk jangka waktu setahun seperti asuransi, biaya bunga,
biaya penyimpanan, dinyatakan dalam persentase atas nilai persediaan bahan makanan
P: harga pembelian per unit
Pada rumus EOQ di atas, biaya-biaya yang terjadi untuk memiliki persediaan bahan makanan
sebagai berikut:
1. Biaya tetap (F) yang terjadi untuk memesan bahan makanan. Biaya ini mencakup biaya
administrasi seperti melengkapi formulir yang digunakan, biaya komunikasi, biaya
pemeriksaan mutu bahan makanan, biaya pengiriman, dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan pemesanan bahan makanan. Biaya tetap pemesanan sangat
dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan. Artinya, makin tinggi frekuensi pemesanan bahan
makanan, makin tinggi pula biaya pemesanan yang terjadi (untuk biaya administrasi,
telepon, dan pengiriman). Misal biaya yang terjadi untuk setiap pemesanan daging ayam
segar untuk telepon, formulir, dan pengiriman Rp10.500.
2. Penjualan atau penggunaan dalam unit per tahun (S). Penggunaan dalam unit per tahun
merupakan jumlah bahan makanan yang diperlukan oleh hotel. Misalnya, hotel
memerlukan daging ayam segar setahun 5200 kg.
3. Carrying cost atau holding cost merupakan biaya yang terjadi karena memiliki
persediaan bahan makanan. Biaya yang terjadi yang merupakan carrying cost,
diantaranya biaya penyimpanan, biaya bunga untuk membeli bahan makanan, biaya
asuransi, biaya kerusakan, dan kehilangan bahan makanan. Biaya ini dinyatakan dalam
persentase atas nilai persediaan bahan makanan. Misalnya, carrying cost ditentukan 10%
dari nilai persediaan.
4. Harga pembelian per unit (P) merupakan harga yang dibayar oleh hotel untuk bahan
makanan yang dibeli dari rekanan. Misalnya, harga per kilogram daging ayam segar
Rp12.000.
Dengan ilustrasi di atas, jumlah pesanan ekonomis untuk daging ayam segar:
= 302 kg (dibulatkan)
Jumlah pesanan ekonomis untuk daging ayam segar dengan biaya-biaya yang terjadi, jumlah
yang diperlukan dalam setahun, dan harga pembelian per kilogram sebanyak 302 kilogram.
Dengan diketahuinya jumlah pesanan ekonomis maka dapat diketahui frekuensi pemesanan
dalam setahun:
Dengan diketahuinya frekuensi pemesanan, dapat pula ditentukan jangka waktu pemesanan
untuk daging ayam segar.
Dari ilustrasi di atas, didapat bahwa daging ayam segar dipesan atau dibeli setiap 21 hari dengan
jumlah pemesanan ekonomis setiap kali pesan 302 kilogram.
Pada teknik pengadaan bahan makanan dengan model probabilistik, yang harus dikaji dengan
cermat adalah faktor-faktor yang menentukan dalam pengelolaan persediaan bahan makanan
seperti:
JPBMA = Z x √LT x σD
Dari formula di atas, JPK dapat dinyatakan merupakan interaksi antara rerata permintaan dengan
lead time ditambah JPBMA.
METODE PERPETUAL
Bila manajemen menentukan metode perpetual untuk akuntansi persediaannya, maka diperlukan
pencatatan persediaan dari waktu ke waktu sehingga saldo persediaan yang dimiliki oleh hotel
dapat setiap saat ditentukan. Dengan metode perpetual, harga pokok makanan dapat ditentukan
pula secara harian walaupun harga pokok ini bersifat estimasian. Pada metode akuntansi
perpetual, setiap pengadaan/pembelian bahan makanan akan menambah/mendebet rekening
persediaan makanan. Jadi, bila ada pembelian bahan makanan dalam jumlah tertentu, pembelian
ini akan dijurnal seperti di bawah ini,
Pada metode berkala" pembelian bahan makanan dibebankan ke rekening pembelian. Dengan
metode ini, semua pembelian didebet pada rekening pembelian, untuk bahan makanan gudang
dan pengeluaran, langsung. Metode berkala tidak menentukan nilai persediaan, bahan makanan
dan harga pokok berkesinambungan secara harian atau dari waktu ke waktu, tetapi ditentukan
pada akhir periode akuntansi dengan penghitungan secara langsung. Pembelian bahan makanan
gudang dan pengeluaran langsung mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang
dagang. Jadi, penjurnalan untukpembelian bahan makanan seperti di bawah ini,
Metode penentuan harga pokok bahan makanan harus ditetapkan untuk mengetahui nilai
persediaan bahan makanan yang merupakan aktiva lancar hotel. Pada sisi lain, dengan penentuan
harga pokok bahan makanan, dapat ditentukan pula nilai yang diserap untuk memproduksi jenis
makanan tertentu. Harga-harga bahan makanan di pasar selalu mengalami pergerakan sehingga
diperlukan metode penentuan harga pokok bahan makanan bagi hotel. Metode ini akan
memberikan pengaruh terhadap laba dari penjualan makanan pada satu sisi dan nilai persediaan
bahan makanan pada sisi lain. Ada empat metode penentuan harga pokok bahan makanan yang
lazim diterapkan seperti masuk pertama keluar pertama, masuk terakhir keluar pertama, rerata
tertimbang dan identifikasi khusus.
Dalam bahasa Inggris metode ini disebut First In Fist Out (FIFO). Dengan metode ini, nilai
persediaan bahan makanan yang masih dimiliki oleh hotel terdiri dari harga bahan makanan yang
terakhir kali atau terakhir terjadi. Pada sisi harga pokok, harga yang dibebankan adalah harga
yang lebih awal terjadi dibebankan sebagai harga pokok makanan. Perlu dicatat bahwa metode
pembebanan harga pokok makanan ini sama dengan terminologi rotasi pengeluaran bahan
makanan. Rotasi pengeluaran bahan makanan selalu menerapkan masuk pertama keluar pertama.
Tujuan metode rotasi ini adalah untuk menghindari kerusakan bahan makanan yang disimpan
memiliki usia relatif pendek. Contoh penerapan metode pembebahan harga pokok makanan
MPKP seperti ilustrasi di bawah ini.
Tanggal 1 April 2005 diterima 50 kg kentang dengan harga Rp1000 per kg.
Tanggal 3 April 2005 dikeluarkan untuk dapur sebanyak 35 kg
Tanggal 4 April 2005 diterima 30 kg dengan harga Rp1100 per kg
Tanggal 6 April 2005 dikeluarkan untuk dapur 25 kg.
Harga pokok makanan yang diserap dengan metode MPKP sebesar Rp61.000 dengan
perhitungan sebagai berikut:
Berbeda dengan metode MPKP, dengan metode MTKP, harga pokok makanan yang terakhir
terjadi dibebankan lebih awal sebagai harga pokok makanan. Dalam bahasa Inggris, metode ini
disebut Last In First Out (LIFO). Penerapan metode MTKP berasumsi bahwa harga pokok
makanan yang terjadi segera dibebankan kepada produk makanan dan dikompensasikan dengan
penjualan. Pada sisi lain, dengan penerapan metode MTKP, nilai persediaan bahan makanan
yang masih berada di gudang merupakan nilai dengan harga pokok makanan yang lebih awal
pertama kali terjadi. Contoh penerapan metode MTKPdengan contoh harga pada ilustrasi di atas
untuk kentang, yaitu harga pokok makanan yang terjadi sampai dengan tanggal 6 April 2005
sebesar Rp62.500 dengan kalkulasi berikut:
Metode ini merupakan pembobotan harga pokok makanan yang direratakan dengan jumlah
bahan makanan yang diterima oleh hotel. Dalam bahasa Inggris, metode ini disebut Weighted
Average Cost Method (WACM). Untuk dapat menentukan harga pokok rerata tertimbang,
formula di bawah ini dapat diterapkan:
Struktur biaya pada industri perhotelan unik terhadap industri yang lain. Keunikan ini
diakibatkan karena produk yang dihasilkan memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga
tamu bisa mengamati dan bahkan terlibat dalam proses produksi. Keunikan lain adalah bahwa
akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya, setiap departemen hotel
menyiapkan laporan keuangannya. Sebagai ilustrasi, departemen kamar menyiapkan laporan
keuangan berupa penjualan dan biaya-biaya yang terjadi di departemen kamar serta laba
departemental yang dicapai pada periode tertentu. Demikian pula, departemen makanan dan
minuman dan departemen-departemen lain akan menyiapkan laporan keuangan departemennya
masing-masing. Konsekuensi akuntansi departemental ini adalah struktur biaya pada departemen
makanan dan minuman (food and beverage department) seperti yang dinyatakan pada Uniform
System of Accounts for Lodging Industry (USALI) seperti di bawah ini:
Harga pokok makanan dan minuman pada bisnis perhotelan merupakan struktur biaya tersendiri
yang terpisah dengan unsur biaya tenaga kerja, bahan yang dipakai habis dan overhead. Hal ini
terjadi karena produk makanan dan minuman dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
singkat. Oleh karenanya, menjadi hal yang sangat rumit bila biaya-biaya seperti tenaga kerja dan
overhead dibebankan untuk setiap unit makanan yang diproduksi. Kondisi ini merupakan
kekhasan bisnis (business peculiarities) perhotelan dan restoran. Biaya tenaga kerja dan
overhead yang terjadi untuk memproduksi satu unit produk makanan (misalnya nasi goreng
spesial) tidak dibebankan sebagai harga pokok makanan. Biaya tenaga kerja dibebankan ke
departemen hotel yang memproduksi makanan dan minuman, yaitu departemen makanan dan
minuman (Food and Beverage Department). Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai
habis dibebankan kepada departemen makanan dan minuman pada setiap akhir periode, misalnya
setiap bulan. Biaya overhead secara keseluruhan dibebankan kepada hotel, bukan kepada suatu
departemen hotel tertentu.
Pada bisnis hotel dan restoran, yang dimaksud dengan harga pokok makanan (minuman) adalah
semua bahan makanan (minuman) yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis makanan
(minuman). Harga pokok makanan (minuman) langsung dapat dikompensasikan dengan
penjualan makanan (minuman) yang terjadi. Seperti dijelaskan di atas, biaya-biaya lain seperti
biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis (operating supplies expense) tidak
dibebankan pada harga pokok makanan (minuman). Sebagai ilustrasi, harga pokok satu porsi
nasi goreng spesial adalah harga pokok semua bahan makanan untuk membuat nasi goreng
spesial seperti nasi, telor, hiasan (garnish), kerupuk, daging ayam, dan minyak goreng. Jadi,
harga pokok makanan adalah harga pokok semua bahan makanan yang digunakan untuk
memproduksi suatu jenis makanan, sedangkan harga pokok minuman adalah harga pokok semua
bahan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis minuman. Sebagai ilustrasi,
harga pokok satu porsi whiskey cola adalah harga pokok satu porsi whiskey ditambah harga
pokok cola, ice cubes, serta hiasannya. Jadi, harga pokok minuman adalah harga pokok semua
bahan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis minuman.
Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis (operating supplies expense) merupakan
biaya yang dibebankan kepada departemen/bagian hotel sampai dengan periode tertentu. Seperti
dinyatakan di atas bahwa akuntansi perhotelan pada dasarnya merupakan akuntansi
departemental karena setiap departemen hotel membuat laporan mengenai penjualan dan atau
biaya departemennya. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis departemen kantor
depan dibebankan kepada kantor depan. Demikian pula biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang
dipakai habis departemen makanan dan minuman dibebankan kepada departemen makanan dan
minuman. Biaya tenaga kerja, biaya bahan yang dipakai habis, dan biaya-biaya lain dibebankan
setiap periode (misalnya setiap bulan) kepada departemen masing-masing. Dengan demikian,
dalam industri perhotelan, harga pokok makanan dan minuman hanya terdiri dari harga pokok
bahan makanan dan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu makanan dan minuman
yang dapat dikompensasikan langsung dengan penjualan.
Harga pokok makanan di industri perhotelan dibebankan setiap hari. Waktu harian ditentukan
sebagai pembebanan karena tingkat perputaran penjualan yang tinggi. Dengan demikian, bila
terjadi penyimpangan atas ketentuan tersebut, dapat segera diketahui dan tindakan koreksi pun
dengan cepat dilakukan. Pengendalian atas harga pokok dilakukan oleh departemen cost control.
Harga pokok makanan dikendalikan oleh food cost controller, sedangkan harga pokok minuman
oleh beverage cost controller. (Titel ini bersifat luwes dan dapat disesuaikan dengan kondisi
hotel bersangkutan.) Pengendalian harga pokok makanan harian dilakukan dengan menganalisis
kebutuhan setiap restoran yang dimiliki oleh hotel. Kebutuhan akan bahan makanan untuk setiap
restoran dituangkan ke dalam permintaan barang gudang (storeroom requisition). Dokumen ini
yang menjadi dasar dalam pembebanan harga pokok makanan harian untuk satu restoran.
Secara sederhana, kalkulasi harga pokok makanan harian dapat dinyatakan dengan jumlah bahan
makanan yang diperlukan dikalikan dengan harga satuan bahan makanan tersebut. Dengan lain
perkataan, harga pokok makanan harian merupakan jumlah harga pokok makanan yang
tercantum pada formulir permintaan barang gudang pada hari tersebut. Jadi:
Pengeluaran langsung merupakan bahan makanan yang langsung dikirim ke dapur setelah
diterima oleh fungsi penerimaan. Bahan makanan tersebut tidak sempat disimpan di gudang,
langsung dikirim ke dapur.
Ada beberapa pengertian harga pakok yang lazim dalamn irtdụstri perhotelan seperti harga
pokok makanan yang dikonsumsi, harga pokok makanan yang dijual, harga pokok makanan
karyawan. Harga pokok makanan yang dikonsumsi merupaķan jumlah harga pokok makanan
yang terjadi. Dengan lain perkataan, harga pokok makanan yang dikonsumsi merupakan jumlah
seluruh harga pokok makanan yang tercantum pada formulir permintaan barang gudang
ditambah dengan pengeluaran langsung:
Jadi:
Bila periode kalkulasi dan laporan harga pokok makanan dilakukan harian maka harga pokok
makanan yang dikonsumsi merupakan harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk hari
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk mingguan,
bulanan, dan akhir tahun.
Harga pokok makanan yang dijual merupakan harga pokok makanan yang menghasilkan
penjualan. Cara menentukan harga pokok makanan yang dijual adalah dengan mengurangkan
semua penyesuaian yang terjadi dari harga pokok makanan yang dikonsumsi.
Jadi:
Harga pokok makanan yang dijual = harga pokok makanan yang
Penyesuaian-penyesuaian yang harus dikurangkan dari harga pokok makanan yang dikonsumsi
di antaranya:
Harga pokok makanan harian yang kalkulasinya berdasarkan jumlah semua permintaan barang
gudang pada hari tersebut dicatat pada buku harga pokok makanan dan dilaporkan setiap hari
kepada manajemen hotel seperti general manager, manajer makanan dan minuman (food and
beverage manager/ F&B manager), manajer restoran, manajer dapur (chef de cuisine), manajer
akuntansi (chief accountant), manajer pengendalian harga pokok makanan (cost controller), dan
pimpinan lain yang terkait sesuai dengan struktur organisasi hotel. Laporan harga pokok
makanan harian disampaikan setiap hari kepada pejabat yang berkompeten agar tindakan koreksi
cepat diambil bila terjadi penyimpangan yang berarti atas harga pokok makanan. Besaran
penyimpangan dianggap berarti bila melampaui batas toleransi yang. ditentukan oleh
manajenien hotel. Misalnya, ditentukan persentase harga pokok baku makanan sebesar 50%, dan
toleransi penyimpangan diberikan harga pokok makanan yang terjadi, sebesar 51% maka
penyimpangan, yang terjadi tidak sebesar 1%. Jika berarti karena tidak melampaui batas toleransi
yang diberikan. Sebaliknya, bila persentase harga pokok makanan yang terjadi sebesar 55%
maka terjadi penyimpangan yang berarti karena melampaui batas toleransi yang ditentukan. Pada
kondisi ini tindakan koreksi mutlak diperlukan agar persentase harga pokok makanan berada
pada besaran yang ditentukan oleh manajemen hotel.
Langkah-langkah kerja dalam inenentukan harga pokok makanan harian dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Laporan harga pokok makanan harian ditentukan berdasarkan hasil kalkulasi pengeluaran barang
gudang pada formulir permintaan barang gudang (rekuisisi).
Harga pokok makanan yang dilaporkan pada laporan harga pokok makanan harian bersifat
estimasi. Dikatakan demikian karena tidak semua bahan makanan yang dicantumkan pada
formulir permintaan barang gudang telah diserap sebagai harga pokok makanan harian. Ada
sebagian bahan makanan yang masih berada di dapur untuk proses lebih lanjut sebelum dijual
kepada pelanggan. Untuk mendapatkan harga pokok aktual makanan, diperlukan penghitungan
fisik secara langsung atas persediaan bahan makanan. Penghitungan fisik langsung bahan
makanan dilakukan di dapur dan gudang bahan makanan. Penghitungan fisik bahan makanan
dilakukan setiap akhir periode (bulanan dan tahunan). Dengan penghitungan fisik secara
langsung, akan didapat harga pokok aktual makanan. Hasil penghitungan fisik bahan makanan
secara langsung dicantumkan pada laporan rekonsiliasi harga pokok makanan.
Setiap akhir periode (sebulan atau setahun), jurnal harga pokok makanan ditutup dan diringkas
dalam voucher jurnal untuk proses akuntansi selanjutnya. Pembukuan harga pokok makanan dan
penyiapan voucher jurnal dilaksanakan oleh cost controller atau fungsi food cost controller. Data
yang disiapkan pada voucher jurnal bersumber dari laporan rekonsiliasi harga pokok makanan.
Ketepatan data pada laporan rekonsiliasi harga pokok makanan dapat dipertanggungjawabkan
karena didasarkan pada penghitungan fisik secara langsung.
Persediaan minuman yang ditawarkan di hotel dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Minuman ringan
2. Minuman keras
3. Bir
4. Anggur dan champagne (wine and champagne)
Karakteristik minuman adalah bahwa persediaan ini bisa langsung dikonsumsi. Misalnya bir,
bisa langsung dikonsumsi tanpa melalui proses produksi lebih lanjut. Oleh karena karakteristik
seperti ini, diperlukan pengendalian yang lebih ketat pada persediaan minuman, di samping
mahalnya harga per unit (botol), untuk minuman keras dan champagne. Minuman campuran
seperti whiskey cola merupakan campuran antara minuman keras whiskey dengan minuman
ringan cola. Oleh karena itu, persediaannya ada di minuman keras untuk whiskey dan ringan
untuk cola. Perlakuan yang sama berlaku untuk jenis minuman campuran yang lain yang
ditawarkan oleh hotel. Tingkat perputaran persediaan minuman relatif cepat sehingga diperlukan
pengendalian yang memadai agar nilai persediaan minuman sesuai dengan nilai yang seharusnya.
Di sisi lain dengan pengendalian persediaan didapat harga pokok minuman yang sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan oleh manajemen hotel. .
Penentuan harga pokok minuman untuk minuman ringan, bir, wine dan champagne relatif mudah
dilakukan. Harga pokok jenis minuman ini adalah harga yang dibayar oleh hotel kepada pihak
rekanan. Jadi, harga yang dibayar oleh hotel untuk satu unit minuman ringan, bir, wine dan
champagne adalah harga pokok minuman tersebut. Sebagai ilustrasi, jika untuk satu botol bir
ukuran kecil dibayar oleh hotel dengan harga Rp4000, maka harga pokok untuk satu botol bir
ukuran kecil adalah Rp4000. Perlu dicatat bahwa harga pokok yang dimaksud adalah harga
untuk isi bir saja. Adapun harga botol tidak diperhitungkan sebagai harga pokok. Sebagai
pengingat, perlu dikaji ulang pengertian persediaan dan harga pokok. Pengertian persediaan
seperti yang dinyatakan dalam PSAK No.14 paragraph 03: Persediaan minuman pada dasarnya
merupakan produk jadi yang siap konsumsi, tidak ada persediaan adalah aktiva lancar tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
Persediaan minuman pada dasarnya merupakan produk jadi yang siap dikonsumsi, tidak ada
proses produksi yang berarti yang dilakukan oleh hotel. Pada sisi harga pokok, dinyatakan
bahwa harga pokok diakui bila dapat dikompensasikan langsung dengan penjualan. Artinya,
harga pokok baru terjadi dan diakui bila telah terjadi penjualan. Bila belum terjadi penjualan
maka minuman diklasifikasikan sebagai persediaan yang merupakan aktiva lancar hotel. Ciri
persediaan minuman yang siap konsumsi memerlukan pengendalian yang lebih ketat
dibandingkan dengan persediaan makanan dan persediaan lainnya. Pengendalian minuman
dikendalikan dari dua sisi, yaitu sisi harga pokok dan penjualan. Pada sisi harga pokok,
ditentukan harga pokok baku dan harga pokok aktual untuk mengendalikan harga pokok
minuman. Sementara itu, pada sisi penjualan ditentukan penjualan baku (potential sales) dan:
penjualan aktual untuk mengendalikan penjualan minuman, Metode pengendalian harga pokok
dan penjualan minuman dibahas dengan lengkap pada buku F & B Cost Control untuk Hotel dan
Restoran oleh IBM Wiyasha terbitan Penerbit ANDI Yogyakarta 2006.
Harga pokok minuman ditentukan dengan mengadakan penghitungan langsung secara fisik di
bar dan di gudang makanan. Penghitungan dan laporan harga pokok minuman ditentukan untuk
periode tertentu, misalnya setiap mingguan, setiap sepuluh hari, setiap dua minggu atau setiap
bulan. Artinya, laporan harga pokok minuman dalam sebulan bisa dilakukan empat kali bila
dilaporkan setiap periode seminggu, atau dua kali bila menggunakan periode dua mingguan.
Untuk menentukan harga pokok antara dalam sebulan, penghitungan fisik hanya dilakukan untuk
persediaan minuman yang ada di bar hotel. Adapun untuk laporan akhir bulan dan akhir tahun,
penghitungan fisik dilakukan di gudang minuman dan seluruh bar untuk mendapatkan nilai
persediaan minuman akhir periode dan harga pokok minuman.
Persediaan minuman dicatat pada buku besar persediaan dengan buku pembantu (subsidiary
ledger) persediaan minuman. Buku pembantu persediaan minuman dapat dirinci lagi menjadi
buku pembantu untuk minuman ringan, minuman keras, bir dan anggur serta champagne. Contoh
buku persediaan dapat dikaji pada halaman sebelumnya.
Harga pokok minuman dibukukan pada buku harga pokok. Buku ini merupakan jurnal harga
pokok minuman. Dalam menentukan harga pokok minuman, penghitungan langsung secara fisik
persediaan harus dilakukan. Penghitungan secara fisik dilakukan di bar hotel untuk penentuan
harga pokok setiap paruh periode. Penghitungan langsung secara fisik dilakukan untuk
persediaan minuman di bar dan gudang minuman untuk menentukan harga pokok minuman akhir
periode (bulanan dan tahunan). Pada buku ini yang dicatat adalah harga pokok minuman yang
dikeluarkan dari gudang minuman ke bar bersangkutan. Minuman bisa keluar dari gudang
melalui media formulir permintaan barang gudang. Jadi,harga pokok minuman yang dicatat pada
buku harga pokok minuman sesuai dengan yang dicatat pada formulir permintaan barang
gudang.
Rekonsiliasi harga pokok minuman dikerjakan setiap akhir periode (bulan atau tahun) untuk
mendapatkan harga pokok aktual dan nilai persediaan akhir. Untuk mendapatkan harga pokok
aktual minuman, petugas dari pengendalian minuman mengadakan penghitungan langsung
persediaan minuman yang ada di gudang minuman dan di bar. Dengan rekonsiliasi harga pokok
minuman, manajemen hotel mendapatkan informasi yang akurat mengenai harga pokok
minuman yang terjadi pada periode tertentu.
Setiap akhir periode, jurnal harga pokok minuman ditutup dengan melengkapi voucher jurnal
harga pokok minuman. Voucher jurnal merupakan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya,
yaitu membukukan pada buku besar (posting). Pada voucher jurnal ini harga pokok minuman
masuk ke dalam debet, sedangkan pada sisi lain persediaan minuman dikolom kredit. Lazimnya,
dalam industri perhotelan terjadi transaksi-transaksi yang harus dibebankan ke rekening lain
seperti promosi, kesejahteraan karyawan, biaya administrasi dan umum, dan lain sebagainya.