Anda di halaman 1dari 99

Bab 1

1.1 PENDAHULUAN
Industry perhotelan merupakan bagian dari industry pariwisata yang memiliki arti
penting, terutama pada aspek ekonomi. Disamping itu, dengan keberadaan suatu hotel maka
akan terjadi transaksi ekonomi antara hotel sebagai pihak yang memerlukan bahan makanan
dan minuman dan keperluan operasional lainnya dengan para rekanan. Dengan
meningkatnya, perkembangan industri pariwisata, perkembangan industri perhotelan pun
semakin pesat. Sebab lainnya, hotel merupakan salah satu sarana pokok yang memegang
peranan penting dalam perkembangan inustri pariwisata, karena hotel menyediakan sarana,
akomodasi dan pelayanan bagi para wisatawan, maka ini adalah suatu peluang pasar yang
harus dikelola lebih professional.
Menjadi sebuah usaha yang menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia. Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menjelaskan tentang usaha hotel :
“ Usaha hotel adalah usaha penyedia akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu
bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan
dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.”
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa hotel merupakan suatu tempat
yang menyediakan pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jas lainnya dimana
pelayanan dan fasilitas tersebut diperuntunkan bagi masyarakat umum dengan tujuan dan
dikelola secara kormesial.
1.2 Perkembangan Industri Perhotelan
. Usaha hotel dapat dikatan sebagai suatu kegiatan usaha komersial yang tertua di dunia, hal
tersebut terbukti bahwa penginapan yang pertama yaitu penginapan yang berbentuk Inn, yang
berdiri pada tahun 3000 Sebelum Masehi. Penginapan dengan bentuk Inn merupakan rumah-
rumah pribadi dengan beberapa kamar, disediakan bagi para pejalan kaki untuk beristirahat dan
juga tidur, satu ruangan ditempati oleh beberapa tamu, saat itu untuk tidur hanya di sediakan
sebuah tikar, kualitas kebersihan ruangan pada saat itu belum diperhatikan, makanan yang
disediakan juga sangat sederhana. Perlahan kualitas Inn yang berada di daratan Eropa semakin
lama semakin menjadi baik.
Pengelolaan akomodasi secara komersial di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan
Belanda, walaupun pada saat itu cara pengelolaannya masih menggunakan konsep pengelolaan
penginapan, dan belum menggunakan pengelolaan hotel seperti sekarang ini. Seperti contoh
hotel berikut. Hotel Savoy Homan di Bandung (1888), Hotel Preanger (1897), Hotel Mij De
Boer di Medan (1898) yang sekarang berubah nama menjadi Hotel Dharma Deli, serta Hotel
Gand Hotel de Djokya di Yogyakarta (1908) yang sekarang bernama Hotel Garuda.
Perkembangan hotel modern di Indonesia di awali dengan dibukanya Hotel Indonesia di Jakarta
pada tahun 1962.
Perkembangan industri perhotelan dapat dikatakan ada sejak tahun 1962 pada saat itu Hotel
Indonesia yang berada di Jakarta dipersiapkan utnuk menerima duta bangsa-bangsa mancanegara
dalam rangka kegiatan Pesta Olahraga bangsa-bangsa yang sedang berkembang (Games of the
New Emerging Forces atau Ganefo). Pada saat itu Hotel Indonesia dikelola oleh jaringan Hotel
Intercontinental, maka dari itu Hotel Indonesia merupakan hotel pertama di Indonesia yang
bertaraf internasional. Setelah itu, dibangun beberapa hotel lainnya seperti Hotel Samudra Beach
yang berada di Pelabuhan Ratu, Ambarukmo Palace Hotel di Yogyakarta, dan The Grand Bali
Beach di Bali.
1.3 KLASIFIKASI HOTEL
Tujuan adanya klasifikasi hotel yaitu untuk menciptakan persaingan bisnis yang sehat,
memberikan panduan bagi tamu tentang harga dan fasilitas serta layanan yang diberikan oleh
hotel pada klasifikasi tertentu, memberikan panduan bagi para pemilik modal jika hendak
memulai bisnis pada satu klasifikasi hotel, dan secara nasional memudahkan saat ingin
mengetahui kebutuhan akan hotel pada klasifikasi tertentu. Keputusan Menparpostel nomor KM
94/HK.103/MMPT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel, maka hotel dapat
diklasifikasikan menjadi 5 (lima) golongan kelas, yaitu satu bintang, dua bintang, tiga bintang,
empat bintang, dan lima bintang.
KLASIFIKASI HOTEL MENURUT BINTANG
Klasifikasi hotel menurut bintang sebagai berikut: bintang 1, bintang 2, bintang 3, bintang 4,
dan bintang 5. Peringkat bindang memberikan petunjuk untuk kelas layanan yang akan
diberikan. Semakin tinggi peringkat bintang pada suatu hotel maka semakin tinggi juga mutu
serta layanan dan fasilitas yang diberikan kepada tamunya. Saat ini terjadi perkembangan
mengenai klasifikasi hotel sehingga saat ini ada yang mendapatkan klasifikasi bintang 5 plus
diamond. Hal ini menandakan bahwa hotel tersebut dapat memberikan fasilitas yang melampaui
ketentuan pada bintang 5. Klasifikasi menurut bintang tidak statis, setiap periode tertentu
pemerintah dapat mengadakan klasifikasi ulang untuk hotel tertentu atas dasar permintaan
manajemen hotel yang bersangkutan. Apabila ada hotel baru maka akan dilakukan klasifikasi
baru, namun apabila telah diklasifikasi sebelumnya maka akan dikalukan klasifikasi ulang.
KLASIFIKASI MENURUT MELATI
Yang membedakan klasifikasi bintang dengan melati adalah tingkat layanan dan fasilitas
hotel dan administrasi. Ada tiga klasifikasi dalam melati, yaitu melati 1, melati 2, dan melati 3.
Hotel melati merupakan losmen yang telah beroperasi sebelum klasifikasi hotel bintang
diterapkan oleh pemerintah. Agar mutu layanan hotel melati meningkat. Fasilitas dan layanan
hotel melati lebih terbatas dibandingkan dengan hotel berbintang. Karena hal tersebut, harga
kamar yang ditawarkan sewajarnya lebih rendah daripada hotel berbintang. Secara fisik hotel
melati merupakan sebuah bangunan yang besar dengan jumlah kamar hunian yang cukup banyak
(50-100 kamar).
KLASIFIKASI LAIN
Selain klasifikasi bintang dan juga melati, klasifikasi hotel juga dapat dilihat dari beberapa
sisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah Kamar
Klasifikasi hotel berdasarkan jumlah kamar yang dimiliki, yaitu:
- Hotel kecil dengan jumlah 25 kamar atau kurang dari 5 kamar
- Hotel sedang dengan jumlah kamar 25 sampai dengan 100 kamar
- Hotel menengah dengan jumlah kamar 100 sampai dengan 300 kamar
- Hotel besar dengan jumlah kamar lebih dari 300 kamar
2. Lokasi Hotel
Klasifikasi hotel menurut sisi lokasi, yaitu:
- Hotel bandara (airport hotel) terletak dekat dengan bandara
- Hotel ditengah kota (city hotel) lokasi ditengah kota
- Hotel komersial (commercial hotel) lokasi hotel berada di pusat bisnis
- Hotel pantai (beach hotel) lokasi di tepi pantai
- Hotel stasiun (railway hotel) lokasi dekat dengan stasiun kereta api
- Hotel jalan raya (highway hotel) dekat dengan jalan bebas hambatan
- Hotel pelabuhan (harbour hotel) berdekatan dengan pelabuhan laut
- Hotel pegunungan (mountain hotel) lokasi berada di daerah pegunungan
3. Jenis Tamu
Dikaji dari tujuan kedatangan tamu, hotel dapat diklasifikasi menjadi:
- Untuk bisnis
- Untuk pemeliharaan kesehatan (penyembuhan)
- Liburan
- Kompetisi olahraga
- Tugas kedinasan
4. Lama Tinggal Tamu
Dikaji dari rerata lama tamu tinggal, hotel dapat diklasifikasikan menjadi:
- Transient hotel. Jika rerata lama tamu tinggal relatif singkat, sampai dengan 7 hari.
- Residental hotel. Jika rerata lama tamu tinggal untuk jangka waktu yang lama.
5. Masa Operasi Hotel
Dikaji dai sisi masa operasi hotel dapat diklasifikasi menjadi:
- Hotel musiman (seasonal hotel) di negara yang memiliki 4 (empat) musim, hotel hanya
beroperasi pada musim tertentu. Misalnya, hanya beroperasi pada musim dingin, yaitu
saat melayani tamu yang berolahraga ski.
- Beoperasi sepanjang tahun (all year round) di Indonesia lazimnya hotel beroperasi
sepanjang tahun karena cuaca memungkinkan untuk kegiatan operasional hotel.
6. Jenis Layanan Yang Diberikan
Dikaji dari jenis layanan yang diberikan, hotel dibagi menjadi:
- Deluxe hotel, memberikan layanan yang lengkap dan istimewa kepada tamunya. Layanan
yang luks hotel tercermin dari harga kamar, fasilitas yang diberikan, dan kemampuan
karyawan hotel memberikan pelayanan.
- Ekonomi hotel, memberikan layanan yang terbatas, misalnya hanya untuk layanan kamar,
maka dari itu harga kamar yang ditawarkan lebih murah serta fasilitas yang terbatas.
1.4 KARAKTERISTIK PRODUK HOTEL
Hotel sebagai jasa memiliki beberapa karakteristik produk dengan kekhasan sebagai berikut :
1. Tamu yang terlibat dalam proses produksi. Misalnya ketika tamu menikmati makanan
direstoran, makanan pesanan tamu diolah dihadapan tamu.
2. Tidak dapat dipakai sampel, produk harus dinikmati langsung oleh tamu.
3. Jasa yang tidak terjual pada hari tertentu tidak dapat disimpan dan dikompensasikan
dengan penjualan pada hari berikutnya. Jadi, kmar yang tidak terjual hari ini, tidak dapat
dikompensasikan dengan penjualan hari berikutnya; kesempatan penjualan hari ini
hilang.
4. Tamu sebagai konsumen harus datang langsung ke lokasi hotel untuk menikmati produk
hotel.
5. Mutu layanan yang tidak konsisten. Produk yang disiapkan oleh karyawan yang ebrbeda
akan menghasilkan mutu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi mutu,
selalu diadakan inspeksi mutu produk sebelum dijual kepada tamu.
6. Citra hotel tidak kasat mata. Oleh Karena itu, diperlukan tindakan untuk membuat citra
hotel yang menjadi kasat mata.
7. Mudah ditiru/dipublikasi oleh pesaing. Bila suatu hotel menawarkan kamar suite plus
plunge pool dan spa, maka hotel lain dengan memberikan produk yang sama. Produk
yang ditawarkan oleh satu hotel dengan mudah ditiru oleh pesaing karena tidak ada hak
paten untuk produk yang ditawrkan kepada pelanggannya.
1.5 STRUKTUR DEPARTEMEN AKUNTANSI HOTEL
Departemen Akuntansi sebagai salah satu bagian hotel memiliki struktur organisasi
tersendiri. Dari contoh struktur organisasi departemen akuntansi pada Gambar 1.2 dapat
dinyatakan bahwa pejabat tertinggi di departemen ini adalah chief accountant, dibantu oleh
seorang asisten, yaitu assistant to accountant. Pada struktur, departemen akuntansi hanya
memiliki tujuh bidang kerja yang harus diselesaikan yaitu pendapatan hotel (income),
pengendalian harga pokok dan biaya operasional (cost control), bagian kredit yang berfungsi
menyelesaikan oiutang hotel dengan pihak ketiga, bagian utang yang bertanggung jawab atas
utang-utang hotel dengan pihak ketiga, bagian gaji yang mengendalikan biaya gaji dan upah
yang dikeluarkan oleh hotel. Bagian kas yang bertanggung jawab atas seluruh kas hotel dan book
keeper yang berfungsi menyiapkan laporan keuangan hotel dari pencatatan (posting) ke buku
besar sampai dengan penyiapan laporan keuangan hotel.
Chief
Account

Asst Chief
Acc

Income Cost Bagian Bagian Bagian Bagian Book


Auditor Control Kredit Utang Gaji Kas Kper

Pelak Pelak Pelak Pelak Pelak Pelak Pelak

Keteragan: Chief Account: Chief Accountant. Asst Chief Acc: Assistant to Chief Accountant. Book
Kper: Book keeper. Pelak: Pelaksana

GAMBAR 1.2 Contoh struktur organisasi departemen akuntansi


1.6 HOTEL SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM
Sebagai satu kesatuan, sistem hotel mencangkup beberapa aktivitas yang dijalankan oleh
departemen-departemen yang dimiliki:
- Kantor Depan: Fungsi ini paling dahulu dilihat dengan mengadakan kontak dengan tamu.
Fungsi ini dibagi lagi menjadi pemesanan kamar, pendaftaran tamu, informasi, operator,
telepon, penanganan barang tamu. Fungsi kantor depan yaitu memberikan oelayanan
sebelum tamu tiba melalui pemesanan kamar, ketika tamu tiba dengan layanan barang
dan pendaftaran sebagai tamu hotel, memberikan layanan informasi dan pesan yang
ditujukan kepada tamu. Kantor deapan juga memberikan layanan komunikasi melalui
operator telepon serta mengatasi keluhan yang disampaikan oleh tamu. Fungsi ini
bertanggung jawab akan penjualan jasa kamar hotel. Artinya, kantor depan selalu
memberikan usaha dan layanan terbaik sehingga target penjualan kamar dilihat dari
tingkat hunian kamar dan rerata harga kamar dapat dicapai.
- Tata Hidangan: Fungsi inibertanggung jawab dalam mengkoordinasikan keperluan
makanan dan minuman bagi tamu yang tinggal di hotel (hotel guest) maupun yang tidak
(non-hotel guest). Jika dilihat dari sisi penjualan hotel, fungsi ini memberikan kontribusi
yang besar setelah penjualan kamar. Fungsi ini memberikan layanan di restoran, bar,
layanan kamar, dan perjamuan (banquet) bagi tamu hotel. Fungsi yang terlibat dalam tata
hidangan adalah penyiapan peralatan makanan dan minuman agar siap dan layak untuk
digunakan untuk melayani kebutuhan tamu. Tata hidangan bertanggung jawab atas harga
pokok makanan dan minuman serta biaya-biaya operasional agar sesuai dengan bagian
tata boga yang berfungsi memproduksi makanan sesuai dengan pesanan tamu. Tata
hidangan juga bertanggung jawab akan kepatuhannya terhadap ukuran-ukuran baku pada
produksi minuman seperti takaran baku (standard portion size), gelas baku (standard
glassware), resep baku (standard recipe), dan penjualan baku (potential sale).
- Tata Graha: Fungsi ini bertanggung jawab terhadap kebersihan area umum dan kamar
tamu dengan segala kebutuhannya. Area umum hotel yang menjadi tanggung jawab tata
graha adalah area lobby hotel, public toilet, ruang untuk karyawan (locker), dan
pertanaman hotel. Tata graha berfungsi menyiapkan kamar tamu agar siap dijual serta
bertanggung jawab akan semua lena hotel, baik yang digunakan oleh tamu seperti
handuk, sprei, selimut, maupun yang digunakan oleh karyawan hotel seperti pakaian
seragam. Tata graha berfungsi untuk “memproduksi” kamar yang siap dijual. Artinya,
tata graha menyiapkan kamar sedemikian rupa dari tidak layak jual menjadi layak huni
oleh tamu hotel. Dalam memproduksi kamar, tata graha menyerap semua biaya yang
diperlukan sehingga harus dikendalikan sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan.
Tata graha menjalin hubungan kerja dengan kantor depan dan mengadakan koordinasi
yang intensif dengan kantor depan hotel, terutama untuk kamar yang sedang “on change”
maupun yang disiapkan untuk tamu penting.
- Tata Boga: Fungsi ini merupakan coordinator kegiatan produksi makanan yang disiapkan
untuk tamu hotel. Fungsi ini berkoordinasi dengan fungsi hotel yang terkait dalam
penentan mutu baku produk makanan yang ditawarkan serta mutu bahan makanan.
Fungsi ini melaksanakan persiapan makanan (pre preparation) di dapur utama untuk
kemudian dikirim ke dapur depan restoran. Dengan demikian, dapur restoran hanya
tinggal mengolah makanan yang telah disiapkan dapur utama. Agar tata boga dapat
mencapai taget harga pokok yang telah ditentukan oleh manajemen hotel, diperlukan
ukuran-ukuran baku yang harus dicapai, seperti takaran baku (standard portion size),
gelas baku (standard glassware), resep baku (standard recipe), dan penjualan baku
(potential sale) untuk mencapai target harga pokok yang ditentukan.
- Pemasaran: Fungsi ini melaksanakan fungsi pemasaran untuk semua produk hotel, seperti
kamar, restoran, ruangan untuk konferensi serta produk lain yang dapat ditawarkan.
Dalam memasarkan produk hotel, hotel akan melakukan sleksi dan menentukan target
pasarnya, yaitu tamu yang sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan tersebut.
Dalam pemasaran produk, media yang digunakan untuk mengkomunikasikan produk
dengan calon tamu harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan hotel. Bagian
pemasaran juga harus selalu mengadakan hubungan masyarakat (public relation) yang
aktif terutama untuk membentuk cintra positif keberadaan hotel. Lokasi hotel yang
merupakan bagian produk hotel merupakan salah satu bauran pemasaran yang sangat
penting, dengan memiliki lokasi yang tepat dan strategis akan dapat mengembangkan
sasaran pasarnya.
- Personalia: Fungsi ini bertanggung jawab atas masalah sumber daya manusia dari proses
perekrutan, seleksi, pelatihan, orientasi, penempatan, pemindahan serta penyelesaian
kontak kerja dengan karyawan. Fungsi lain seperti penyelesaian konflik karyawan dengan
manajemen juga merupakan bagian tugas personalia. Dalam melaksanakan tugasnya,
fungsi personalia hotel dituntut selalu menyesuaikan kualitas personalia yang dimiliki
dengan tuntutan pasar. Dalam melaksanakan fungsi perekrutan karyawan, bagian ini
harus selalu bersandar pada etika bisnis yaitu tidak “membajak” karyawan hotel pesaing
yang telah memiliki kualifikasi tertentu. Bagaimanapun, “bajak-membajak” karyawan
akan mengakibatkan pasar tenaga kerja menjadi terganggu dan mengarah kepada pesaing
bisnis yang tidak sehat.
- Keuangan (Akuntansi): Fungsi keuangan hotel dilaksanakan oleh departemen akuntansi.
Dalam melaksanakan fungsi keuangan, hotel menerapkan fungsi dari perencanaan sampai
fungsi pengendalian keangan. Hotel juga harus mengelola kas dengan baik sehingga
terjadi keseimbangan antara kas masuk dengan kas yang keluar. Dengan melakukan
pengelolaan piutang hotel, dapat diketahui piutang-piutang yang harus segera ditagih dan
yang memiliki kemungkinan sulit ditagih. Hotel harus menjaga citra yang baik dimata
rekannya dengan melunasi utang-utangnya sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati. Dengan demikian, akan terjadi sinkronisasi antara pemasukan dengan
pengeluaran kas hotel.
- Pengendalian Biaya (Cost Control): Fungsi ini menjalankan fungsi pengendalian harga
pokok makanan yang ditawarkan dan juga pengendalian biaya operasional hotel.
Pengendalian harga pokok makanan dilakukan dengan penentuan patokan yang bersifat
baku. Dengan kata lain, setiap jenis makanan ditentukan oleh manajemen harga pokok
baku (standard food cost). Fungsi cost control mengendalikan harga pokok makanan
dengan cara menganalisis harga pokok aktual dengan harga pokok baku makanan dan
minuman yang ditawarkan outlet yang dimiliki. Hal yang sama diterapkan dalam
mengendalikan biaya bahan yang dipakai habis untuk tamu (guest supplies), dengan cara
menganalisis realisasi dengan jumlah yang dianggarkan. Bila terjadi penyimpangan
antara harga pokok aktual makanan dengan harga pokok baku misalnya, maka tindakan
koreksi yang dilakukan adalah dengan menganalisis dari awal terjadinya harga pokok
yaitu dari pembelian sampai dengan penjualan makanan di outlet hotel.
- Teknik dan Pemeliharaan: Fungsi ini mengerjakan pemeliharaan fasilitas hotel. Fungsi ini
bertugas merawat dan melakukan perbaikan yang dapat dilakukan dengan sumber daya
manusia yang dimiliki, misalnya perbaikan saluran toilet, mebel, menjaga air kolam
renang tetap sehat untuk berenang, memeriksa secara berkala alat pemadam kebakaran
hotel, dan lain sebagainya. Agar semua fasilitas hotel berfungsi baik maka perencanaan
pemeliharaan yang berlanjut merupakan tanggung jawab fungsi teknik dan pemeliharaan.
Tidak semua peralatan hotel dirawat dan direparasi oleh fungsi ini. Oleh karena itu,
fungsi ini juga bertanggungjawab untuk mengoordinasikan dengan tenaga ahli diluar
organisasi hotel. Disamping melaksanakan fungsi-fungsi di atas, fungsi ini juga harus
mengendalikan dengan ketat biaya operasionalnya agar sesuai dengan anggaran.
- Keamanan: Peran fungsi ini sangat penting karena menjaga keamanan bagi tamu,
karyawan, dan fasilitas hotel. Fungsi ini lazim juga disebut SATPAM, akronim dari
Satuan Pengamanan, dan merupakan sistem keamanan internal hotel. Di samping
berfungsi menjaga keamanan karena berada di daerah kerja yang paling depan, fungsi ini
secara tidak langsung juga berperan dalam memasarkan produk hotel. Sebagai ilustrasi
ketika seorang karyawan dari fungsi ini membantu memarkirkan kendaraan tamu,
karyawan ini dapat memberikan informasi mengenai produk hotel yang dimiliki. Fungsi
ini juga berperan penting dalam menjaga citra hotel di mata publik (hubungan
masyarakat). Dalam pengamanan fasilitas hotel, secara berkala SATPAM dalam satu hari
memeriksa dengan berkeliling ke seluruh area hotel. Koordinasi yang baik dengan
seluruh fungsi hotel dapat meningkatkan kinerja fungsi ini secara optimal.
Di samping melaksanakan fungsi-fungsi di atas, hotel sebagai suatu sistem juga berperan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi di bawah ini:
1. Proteksi bagi tamu: selain memberikan layanan yang dibutuhkan oleh tamu, hotel
jugawajib memberikan “perlindungan” kepada tamu dari orang-orang yang akan
mengganggu privasi mereka. “Perlindungan” yang dimaksud misalnya tidak
menghubungkan telepon luar untuk tamu jika tamu tidak menghendakinya dan meminta
identitas bagi yang ingin bertemu dengan tamu.
2. Etika bisnis: dalam melaksanakan kegiatan bisnis, hotel berpegang pada etika bisnis yang
sehat. Walaupun persaingan bisnis hotel semakin ketat, tidak etis bagi karyawan hotel
dengan sengaja mencela/menjelekkan hotel pesaing di hadapan calon tamu. Hal ini akan
memberikan citra negatif bagi hotel yang bersangkutan karena mengabaikan etika bisnis
yang ada. Demikian pula, meminta tamu yang akan check-in dengan pasangannya untuk
menunjukkan surat nikah akan berpengaruh negatif karena surat nikah sangat jarang
dibawa ketika bepergian.
3. Melestarikan lingkungan fisik: hotel juga berperan melestarikan lingkungan fisik, yaitu
dengan mengurangi tekanan yang diberikan oleh hotel melalui limbah cair dan padat
sebagai akibat operasional hotel. Misalnya, untuk mengurangi tekanan limbah cair dari
kegiatan pencucian yang mengunakan bahan kimia, hotel dapat mengatur aktivitas
limbah dapat ditekan seminimal mungkin.
Sebagai satu kesatuan sistem, bagian-bagian hotel tersebut harus bergerak sesuai dengan
fungsi masing-masing dan melakukan koordinasi dengan bagian lainnya. Sebagai suatu sistem,
bila satu bagian tidak berfungsi seperti seharusnya maka akan memengaruhi bagian lainnya,
yang pada akhirnya memberikan pengaruh operasional secara keseluruhan.
1.7 KLASIFIKASI DEPARTEMEN HOTEL
Departemen atau bagian hotel dapat diklasifikasikan dengan pendekatan berikut:
1. Menghasilkan pendapatan (revenue generating)
Departemen hotel yang menghasilkan pendapatan di antaranya kantor depan, departemen
makanan dan minuman serta departemen lain yang lazim disebut minor operated
departement, seperti binatu, dry cleaning, spa, dan lainnya. Departemen yang
menghasilkan pendapatan juga biasa disebut operated department. Departemen-
departemen ini secara langsung melayani tamu (guest direct contact) atau mengadakan
kontak langsung dengan tamu ketika memberikan layanan.
2. Tidak menghasilkan pendapatan (non-revenue generating)
Beberapa departemen hotel tidak menghasilkan pendapatan langsung bagi hotel,
antaralain pemasaran, personalia, pemeliharaan, keamanan, teknologi informasi,
administrasi dan umum, akuntansi dan cost control, dan lainnya. Departemen-departemen
tersebut tidak secara langsung melayani tamu hotel (guest non-direct contact), tetapi
mendukung layanan yang diberikan oleh departemen yang menghasilkan pendapatan.
Departemen-departemen ini juga lazim disebut non-operated department. Meskipun
mengadakan kontak tidak secara langsung dengan tamu hotel, departemen ini melayani
departemen yang mengadakan kontak langsung dengan tamu. Tamu akan menyampaikan
keluhannya untuk fasilitas kamar yang tidak berfungsi dengan baik kepada kantor depan
hotel, selanjutnya oleh käntor depan disampaikan ke bagian pemeliharaan. Kemudian,
bagian pemeliharaan akan memberikan layanan perbaikan fasilitas yang dikeluhkan oleh
tamu agar berfungsi dengan baik kembali.
1.8 STRUKTUR PENDAPATAN DAN BIAYA HOTEL
Pendapatan hotel bersumber dari penjualan kamar, makanan, minuman, dan pendapatan lain
(biasa disebut minor operated department sales seperti telepon, cucian, dry cleaning, kolam
renang dan sebagainya). Adapun biaya-biaya dan harga pokok terjadi untuk biaya bahan dipakai
habis di setiap bagian hotel, harga pokok makanan dan minuman, biaya administrasi dan umum,
biaya pemasaran, biaya bunga, biaya depresiasi dan amortisasi, biaya sumberdaya manusia,
biaya pemeliharaan sarana fisik hotel, biaya energi dan laba/rugi yang dihasilkan.

BAB 2

SIKLUS AKUNTANSI
1.1 PENDAHULUAN
Sebagai suatu aktivitas dengan fungsi menghasilkan informasi ekonomis bagi
yang memerlukan, akuntansi dan memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Dalam
satu siklus akuntansi, satu fungsi bisa melaksanakan beberapa tugas. Tugas dari
pengumpulan data, transaksi,analisis transaksi, hingga membukukan dalam buku jurnal
dapat dikerjakan satu fungsi misalnya fungsi kasir umum (General Cashier). Untuk
tujuan pengendalian internal, satu fungsi dalam siklus akuntansi hanya dibebankan satu
kewenangandalam menangani buku besar, misalnya hanya membukukan sisi debet. Sisi
kredit akan dibukukan oleh fungsi yang lain. Dengan demikian, dpat daapat dilakukan
yang sama.
1.2 AKUNTANSI DAN KOMPUTERISASI
Seiring dengan kemajuan teknologi, kebutuhan adanya computer atau komputerisasi
menjadi hal pokok dalam dunia bisnis termasuk dalam menyelesaikan tugas-tugas
akuntansi. Dengan kemajuan teknologi computer, data dapat disimpan, diperbaiki, dan
dipanggil kembali dalam waktu yang sangat cepat. Perlu di tekankan bahwa dalam
melaksanakan tugas-tugas akuntansi computer hanya merupakan alat bantu manajemen
untuk menghasilkan informasi ekonomis sehngga pengambilan keputusan menjadi tepat.
1.3 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA
ASUMSI DASAR
1. Dasar Akrual (Acrrual Basis)
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pemabayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan. Oleh karena
itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa laludan peristiwa
lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Kelangsungan Usaha (Going Concerm)
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
perusahaan dan usaha tersebuut akan tetap berlanjut dimasa depan. Olehh karena itu,
perusahaan dan usaha tersebut tidak berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN\


1. DAPAT DIPAHAMI
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk emmpelajari informasi dengan
ketekunaan yang wajar. Namun, informasi komplek yang seharusnya dimaksukkan
dlam proses keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.
2. RELEVAN
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kni, masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain
yang langsung menarim perhatian pemakai, seperti pembayaran deviden dan upah,
pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo.
Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak harus dalam bentuk ramalan eksplisit.
Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat
ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa
lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan jika pos-pos
penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal, dan jarang terjadi diungkapkan
secara terpisah.
3. MATERIALITAS
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat inforasi masi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
beasarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian
dalam mencantumkan (omission) atau keslahan dalam mencatat (mis-statement). Oleh
karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah
daripada suatu karakteristik kulitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi
dipandang berguna.
4. KEANDALAN
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalhan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagi penyajian yang jujur (faithful respresentation) dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajr diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan , tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebutsecara potensial dapat menyesatkan.
a. Penyajian Jujur
Agar dapat dikatkan andal, informasi harus menggambarkan dengan jujur tranaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan. Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari
resiko yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan oleh kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih
karena kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa
lainnya yang dilaporkan dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik
penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
b. Substansi Melampui Bentuk
Jika suatu informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan makaperistiwa tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realistas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan
apa yang tampak pada bentuk hukum.
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara di sisi lain merugikan
pihk yang mempunyai kepentingan berlawanan.
d. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatannya, dan
menggunakan pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
penghasilan dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan
terlalu rendah.
e. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
(omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan
karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relavansi.
5. DAPAT DIBANDINGKAN
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode
untuk mengidentifikasi kecendrungan atau tren posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relative. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perubahan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan
yang berbeda.
Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan
kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta perisitiwa lain yang
sama dalam sebuah perusahaan dari suatu periode ke periode dan dalam
perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, membantu
pencapaian daya banding.
6. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL
a. Tepat Waktu
Untuk menyediakan informasi tepat waktu , seringkali pelaporan perlu dilakukan
sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui sehingga
mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai
seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal, tetapi
kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai
keseimbangan antara relavansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan
merupakan pertimbangan yang menentukan.
b. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasive
dari karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh
pemakai informasi yang menikmati manfaat, manfaat mungkin juga dinikmati
oleh pemakai lain yang juga menjadi tujuan informasi; misalnya, penyedia an
informasi lanjutan kepada kreditur mungkin mengurangi biaya pinjaman yang
dipikul perusahaan.
c. Keseimbangan Di Antara Karakteristik Kualitatif
Pada umumnya tujuanya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat
diantara berbagi karakterisktik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.
Kepentingan relative dari berbagi karakteristik dalam berbagai kasus yang
berbeda merupakan masalah pertimbangan professional.
7. PENYAJIAN WAJAR
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau
menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan. Penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi
keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang mengambarkan
apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajr dari, atau
menyajikan informasi semacam itu.
2.4 SIKLUS AKUNTANSI
Akuntansi memiliki siklus yang harus dipenuhi. Artinya, satu tahapan dalam siklus
merupakan prasyarat untuk tahapan siklus selanjutnya. Tahapan dimulai dari awal
demikian selanjutnya dan aktivitas tersebut merupakan suatu yang berulang hingga
menjadi suatu siklus. Siklus akuntansi merupakan tahapan-tahapan dalam akuntansi
yang terdiri dari :

Pengumpulan Data Transaksi Keuangan


Pada tahap ini semua data transaksi keuangan hotel dikumpulkan dibagian akuntansi.
Data transaksi yang dikumpulkan dihotel bersifat harian. Transaksi dihotel dengan
pihak ketiga umumnya didukung dengan bukti transaksi yang bentuk menyerupai
voucher , yang berarti bahwa setiap transaksi yang terjadi di hotel (outlet hotel),
seperti restoran, didukung oleh bukti transaksi seperti rekening restoran. Demikian
pula halnya dengan transaksi penjualan kamar yang didukung dengan bukti transaksi
rekening tamu (guest Bill) untuk tamu yang bersangkutan.
Analisis Transaksi
Analisis transaksi bertujuan untuk mengkaji dampak ekonomis setiap transaksi yang
terjadi. Artinya, setiap transaksi yang terjadi akan mempengaruhi aset, kewajiban, dan
modal. Setiap transaksi yang terjadi disisi lain akan memengaruhi sisi debet dan
kredit untuk rekening-rekening pada neraca, rugi laba, dan modal.
Membukukan Transaksi Pada Buku Jurnal
Jurnal merupakan buku pertama untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi. Dalam
Bahasa asing disebut book of original entery karena setiap transaksi pertama kali
dibukukan pada jurnal. Adapun proses pembukuan setiap transaksi pada jurnal
disebut penjurnalan. Dalam membukukan transaksi pada jurnal, rekening yang
didebet dibukukan lebih awal diikuti dengan rekening yang dikredit dengan
mencantumkan kata pada di depan rekening yang dikredit tersebut. Dengan
penjurnalan berarti bahwa tahap analisis transaksi telah dilaksanakan. Setelah itu,
dilaksankan siklus akuntansi selanjutnya yaitu pencatatan transaksi pada buku besar.
Dengan penjurnalan, proses penelusuran kesalahan lebih mudah dilaksanakan karena
jurnal merupakan book of original entry
Membukukan Transaksi Pada Buku Besar
Setelah penjurnalan selesai dilakukan, proses penjurnalan selanjutnya adalah
mencatat semua transaksi pada buku besar. Buku besar merupakan kumpulan dari
beberapa rekening yang disebut sebagi ledger. Buku besar memiliki identitas, yaitu
nomor dan nama untuk rekening-rekening neraca, rugi-laba, dan modal.

Menyiapkan Neraca Percobaan


Pada siklus ini semua saldo buku besar dipindahkan pada neraca percobaan untuk
mendapatkan total saldo debet = total saldo kredit. Bila total debet = total kredit untuk
semua rekening (neraca, rugi-laba, dan modal) maka dapat dinyatakan bahwa
pencatatan semua transaksi pada tahun berjalan sudah benar. Neraca percobaan ini
biasanya disiapkan diakhir periode akuntansi. Penyiapan neraca percobaan ini akan
sangat membantu dalam penyiapan laporan keuangan karena neraca percobaan
membantu menguji ketepatan pembukuan dengan menguji total debet = total kredit.
Menyiapkan Jurnal Penyesuaian
Pada saat penyiapan laporan keuangan harus disesuaikan sehingga saldo akhir periode
akuntansi untuk rekening yang bersangkutan tepat. Proses penyesesuaian rekening
dilakukan setelah penyiapan neraca percobaan dilakukan.
Menutup Buku
Pada proses menutup buku aktivitas yang dilakukan adalah mengembalikan saldo tiap
rekening pada saldo normal masing-masing untuk periode akuntansi yang akan
dating. Adapun untuk rekening utang dan modal, saldo normalnya adalah rekening-
rekening normal (rekening-rekening rugi-laba), semua saldo dipindah bukukan pada
laba yang ditahan. Pada saat menutup buku , saldo dari semua rekening nominal
adalah nol. Untuk semua rekening nominal, saldo untuk periode akuntansi yang akan
dating mulai lagi dari awal.
Menyiapkan Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hotel disiapkan pada akhir periode akuntansi. Ketepatan
laporan keuangan yang disiapkan sangat tergantung dari siklus akuntansi sebelumnya.
Neraca percobaan merupakan sumber penyiapan laporan keuangan. Laporan
keuangan yang lazim disiapkan pada akhir periode akuntansi adalah neraca, laporan
laba-rugi, dan laporan arus kas (Standar Akuntansi Keuangan,2002).
2.5 LAPORAN KEUANGAN HOTEL
Pada hakikatnya akuntansi bertujuan memberikan informasi mengenai operasional
hotel. Dengan informasi keuangan ini, manajemen akan mengambil keputusan yang
lebih tepat. Manajemen memerlukan informasi keuangan dengan tujuan perencanaan,
analisis, dan pengendalian. Dengan informasi keuangan yang sekarang, manajemen
dapat merencanakan kegiatan di periode yang akan datatang. Informasi keuangan
untuk keputusan ekonomis hotel bersumber dari :
1. Laporan rugi-laba (income statement);
2. Neraca (balance sheet);
3. Laporan arus kas (kas flow statement);
4. Catatatn atas laporan keuangan (notes to financial statement)

Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departmental. Artinya, setiap


departemen hotel melaporkan hasil operasinya pada periode tertentu. Misalnya, kantor
depan hotel yang melaporkan aktivitasnya setiap bulan. Penjualan kamar dilaporkan
dengan biaya-biaya yang diserap untuk menghasilkan penjualan kamar seperti biaya gaji
dan upah , baiaya alat tulis akntor, biaya yang diapaki habis dikamar tamu, dan lain
sebagainya. Kantor depan juga melaporkan laba departemen yang dicapai pada bulan atau
periode tahun tertentu.

Jika dilihat dari sisi penjualan, departemen hotel dapat dikelompokan menjadi
dua,yaitu yang menghasilkan penjualan (revenue generating departements) dan
departemen makanan & minuman (food and beverage department). Di sisi lain ada
departemen hotel yang tidak mengahsilkan penjualan (nonrevenue gerating department).

2.6 LAPORAN RUGI-LABA


Salah satu laporan keuangan hotel yang penting adalah laporan rugi-laba. Dalam
laporan rugi laba, yang dilaporkan adalah penjualan, harga pokok penjualan, biaya-
biaya yang terjadi pada departemen yang bersangkutan, biaya-biaya operasional hotel
yang tidak didistribusikan ke masing-masing departemen hotel (undidtributed
operating expenses), biaya-biaya tetap seperti depresiasi, pajak penghasilan, dan laba
bersih. Jadi laporan rugi-laba merupakan laporan yang sistematis mengenai
penjualan, harga pokok, dan biaya serta laba (rugi) untuk periode tertentu. Periode
tertentu yang dimaksudkan dapat dalam satu bulan, tiga bulan, atau 1 tahun. Laporan
rugi laba yang disiapkan setiap bulan memberikan gambaran kepada manajemen hotel
pencapaian sasaran yang dicapai setiap bulan sehingga tindakan koreksi dapat
dilaksanakan dengan lebih cepat. Format dan bentuk laporan rugi laba hotel yang
mencakup seluruh penjualan dan laporan keuangan setiap departemen akan dibahas
berikut.
ELEMEN-ELEMEN LAPORAN RUGI LABA
1. Penjualan
Pada rekening penjualan dicantumkan semua jasa dana tau produk yang
ditawarkan oleh hotel. Pada laporan rugi-laba diasumsikan bahwa hotel
menawarkan jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa lainnya seperti
komunikasi, cucian ( jasa komunikasi dan cucian sering disebut minor operated
department). Penjualan jasa kamar dapat dirinci lagi menjadi tamu yang menginap
untuk jangka pendek (transient guests) dan jangka panjang (permanet guests).
Penjualan makanan dilaksanakan dibagian makanan (food outlet). Penjualan
makanan dapat dirinci lagi menjadi penjualan makanan pagi, siang, dan malam.
Penjualan minuman dilaksankan dibagian minuman (beverage outlet).
2. Harga Pokok Biaya dan Operasional Departemen
Pada rekening ini dilaporkan harga pokok makanan dan minuman yang telah
diserap untuk menghasilkan penjualan makanan dan minuman. Selain itu,
rekening ini juga melaporkan biaya-biaya operasional untuk departemen yang
menghasilkan pendapatan seperti bahan dipakai habis, biaya gaji dan upah
departemen yang bersangkutan.
3. Laba Departemental
Laba departemental adalah selisih seluruh penjualan departemen hotel dengan
harga pokok dan biaya-biaya yang terjadi. Departemen kamar (room department)
misalnya akan menghasilkan laba departemen kamar setelah penjualan kamar
dikurangi dengan seluruh biaya yang terjadi di departemen kamar. Demikian pula
dengan departemen makanan dan minuman (food and beverage department)
menghasilkan labba departemental setelah seluruh penjualan departemen yang
bersangkutan dikurangi dengan harga pokok penjualan makanan dan minuman
dan semua biaya yang diserap oleh departemen makanan dan minuman.
4. Biaya-biaya Operasional Yang Tidak Terdistribusikan
Biaya-biaya ini dalam USAH ataupun USALI disebut undistributed operating
expenses disebut demikian karena biaya operasional ini tidak didistribusikan ke
departemen yang menghasilkan penjualan, melainkan diserap untuk departemen
yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan
5. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas atau volume
bisnis hotel. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya manajemen, sewa,
asuransi, bunga, depresiasi dan amortisasi.
6. Pajak Penghasilan
Tarif pajak penghasilan diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penerapannya dilakukan setelah penjualan dikurangi semua biaya yang terjadi
(pos ini merupakan laba sebelum pajak penghasilan).
7. Laba Bersih
Laba bersih merupakan laba bersih operasional hotel selama periode setahun laba
bersih ditentukan dengan mengurangi penjualan dengan semua biaya dan pajak
penghasilan.
2.7 HUBUNGAN LAPORAN RUGI-LABA DENGAN NERACA
Laporan rugi-laba merupakan laporan yang mencakup aktivitas hoteluntuk jangka waktu
setahun. Bila dalam jangka waktu operasi setahun tersebut hotel menghasilkan laba
(penjualan lebih besar daripada seluruh biaya terjadi) maka laba yang dihasilkan ini akan
menambah modal hotel. Dengan kata lain, laba yang dihasilkan pada periode tertentu,
misalnya pada 2001, akan dilaporkan pada neraca 2001, per 31 Desember 2001 dibawah
judul rekening modal, pada rekening laba ditahan.
2.8 ELEMEN-ELEMEN LAPORAN KEUANGAN
Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Ini dikarenakan setiap
departemen hotel melaporkan aktivitasnya selama periode tertentu. Departemen kamar akan
melaporkan aktivitasnya setiap periode, demikian pula halnya dengan departemen makanan
dan minuman, dan departemen-departemen hotel lainnya. Laporan aktivitas setiap
departemen ini (penjualan dan biaya -biaya departemental yang diserap untuk periode
tertentu) pada lapran keuangan hotel.

1) LAPORAN RUGI-LABA DEPARTEMEN KAMAR


a. Penjualan Jasa Kamar
Pada laporan rugi-laba departemen kamar dicantumkan semua sumber penjualan
jasa kamar untuk periode tertentu. Sumber-sumber penjualan kamar dari transient
regular, tresient group, permanent dan penjualan jasa kamar tamabahan (extra
revenues). Transient regular adala tamu yang menginap untuk jangka pendek
sampai dengan satu minggu atau bias disebut 7 room nights. Transient grup
adalah tamu yang dating di dalam rombongan. Permanent guest merupakan tamu
yang tinggal untuk jangka panjag sampai dengan 3 bulan.
b. Allowance
Merupakan penyesuaian harga kamar untuk harga kamar yang melampui
perjanjian sebelumnya. Kesalahan pembebanan harga kamar yang terjadi pada
saat tamu chek-in dan dapat diperbaiki beberapa hari kemudian, atau pada saat
checkout. Jadi allowance istilahnya yaitu teknis untuk memperbaiki kesalahan
pembebanan harga kamar yang terjadi pada waktu yang lampau.
c. Biaya-biaya operasional langsung
Biaya-biaya yang terjadi pada departemen kamar dibebankan langsung ke
departemen kamar seperti gaji dan upah, employee benefits, biaya tembikar,
bahan dipakai habis, komisi,seragam,pelatihan, dan biaya reservasi.
d. Laba(rugi) departemen kamar
Laba departemen kamar didapat dengan mengurangkan penjualan dengan seluruh
biaya yang diserap oleh departemen kamar.
2) LAPORAN RUGI-LABA DEPARTEMEN MAKANAN DAN MINUMAN
a) Penjualan
Pada penjualan dicantumkan sumber-sumber penjualan makanan dan
minuman yaitu dari restoran, coffee shop, room service dan bar.
b) Allowance
Allowance merupakan istilah tekniis untuk memperbaiki kesalahan
pembebanan harga makanan dan minuman yang terjadi kemarin atau beberapa
hari lalu.

c) Harga pokok makanan dan minuman


Harga pokok merupakan harga pokok makanan yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan. Harga pokok makanan industry perhotelah dihitung
hanya untuk bahan makanan yang digunakan untuk memproduksi makanan.
Adapun penyusutan peralatan dibebankan ke rekening penyusutan. Harga
pokok dibedakan menjadi harga pokok makanan dan minuman yang
dikonsumsi dan harga pokok makanan yang akan dijual. Harga pokok
makanan yang dikonsumsi adalah harga pokok makanan yang digunakan
untuk produksi makanan yang ditawarkan. Harga pokok makanan yang
dikonsumsi merupakan harga pokok makanan yang dibebankan yang keluar
dari Gudang makanan. Adapun harga pokok makanan yang dijual didapat dari
harga pokok makanan dikonsumsi minus harga pokok makanan untuk
karyawan dan harga pokok untuk tujuan promosi dan tujuan lain seprti
pertemuan dengan dewan/koreksi.
d) Biaya-biaya
Biaya-biaya yang terjadi di departemen makanan dan minuman dibebankan
kepada departemen ini. Biaya-biaya yang dimaksud adalah gaji dan upah,
employee,benefits, biaya tembikar, bahan dipakai habis, komisi, seragam, dan
biaya music dan artis .
e) Laba (rugi) departemen makanan dan minuman
Laba departemen makanan dan minuman didapat dengan mengurangkan
penjualan dengan harga pokok dan seluruh biaya yang diserap oleh
departemen makanan dan minuman.
3. LAPORAN RUGI-LABA MINOR OPERATED DEPARTEMENTS
Departemen lain yang menghasilkan penjualan seperti telepon, laundry, dan dry
cleaning (lazim dikelompokan ke dalam minor operated departemen kamar dan
departemen makanan dan minuman.
4. UNDISTRIBUTED OPERATING EXPENSES
Departemen yang hanya menyerap biaya dan tidak menghasilkan penjualan dan
hanya melaporkan semua biaya yang terjadi di departemen tersebut untuk periode
tertentu. Dengan laporan ini, aktivitas setiap departemen hotel dapat diketahui dan
dikendalikan.
2.9 Neraca
Neraca merupakan salah satu laporan keuangan hotel yang sangat penting. Dalam neraca
dilaporkan posisi kekayaan hotel seperti kas, piutang, persediaan, aktiva lancar lain-lain,
Gedung, dan perlengkapan Gedung. Disamping kekayaan hotel, neraca juga melaporkan
kewajiban hotel yang terdiri dari utang dagang, utang pajak, utang gaji, utang jangka pendek
lain-lain, utang jangka panjang serta modal. Dengan demikian neraca merupakan laporan
yang sistematis mengenai aktiva, pasiva dan modal hotel pada saat itu.
2.10 KONSEP DASAR AKUNTANSI
Konsep dasar akuntansi seperti dalam persamaan :
Debet = Kredit
Aktiva = Utang + modal

Konsep dasar akuntansi ini menyatakan bahwa harus ada keseimbangan antara debet dan
kredit. Artinya bila transaksi dibukukan dengan benar maka selisih antara debet dan kredit
adalah nol. Pada konsep dasar akuntansi di atas, aktiva merupakan kekayaan perusahaan,
dicatat pada sis debet neraca terdiri dari aktiva tetap. Utang merupakan kewajiban
perusahaan kepada pihak ketiga yang terdiri dari utang lancar/jangka pendek dan klasifikasi
menjadi modal sendiri, laba yang ditahan, agio/disagio saha. Utang dan modal dicatat.

2.11 AKTIVA LANCAR


Pada neraca aktiva dilaporkan sesuai dengan tingkat likuiditas aktiva yang bersangkutan.
Aktiva yang paling likuid , seperti kas atau setara kas akan dilaporkan paling awal, aktiva
lancar dicatat paa kolom debet pada neraca. Aktiva ini dari sisi keuangan didanai dari utang
lancar dan atau modal sendiri. Pada industri perhotelan, tergolong aktiva lancar adalah kas
dan setara kas, persediaan yang terdiri dari bahan makanan, minuman, dan bahan yang dipaki
habis. Surat berharga jangka pendek merupakan aktiva lancar hotel untuk investasi jangka
pendek yang bersifat sementara, yang dapat dikonversikan menjadi kas dalam setahun.
Piutang hotel terdiri dari piutang dagang yang merupakan tagihan hotel kepada tamu dan
phak ketiga seperti biro perjalanan.
Pada neraca jumlah piutang yang dicantumkan adalah jumlah yang menajdi hak hotel,
sedangkan jumlah yang kemungkinannya tidak tertagih dibebankan sebagai penyisihan
piutang ragu-ragu dan dibebankan sebagai baiaya bad debt. Pembayaran dimuka merupakan
aktiva lancar hotel untuk biaya-biaya yang telah dibayar oleh hotel, tetapi jasanya belum
semua dinikmati oleh hotel sat neraca dilaporkan.
2.12 AKTIVA TETAP (AKTIVA JANGKA PANJANG)
Aktiva tetap merupakan aktiva yang dapat dikonversikan menjadi kas lebih lama daripada
setahun dan digunakan untuk aktivitas produksi hotel. Seperti aktiva lancar, aktiva tetap juga
dicatat pada sisi debet neraca . aktiva tetap didanai dari utang jangka panjang dan atau modal
sendiri. Pada industry perhotelan, aktiva tetap terdiri dari Gedung dan Gedung yang sedang
dibangun, perlengkapan Gedung , system pendingin, kendaraan, furniture, fixture and
equipment (FFE). Aktiva tetap berwujud , milik hotel ini pada neraca dicantumkan at cost
dan seacara sistemmatis nilai histoisnya (at cost) dibebankan sebagai biaya depresiasidengan
metode depresiasi dengan metode depresiasi tertentu untuk jangka waktu taksiran usia
ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan. Biaya prapembukuan yang jumlahnya cukup besar
didistribusikan sebagai biaya dengan jumlah yang sama untuk beberapa periode akuntansi
sehingga tidak berpengaruh signifikan atas rugi-laba hotel. Biaya yang ditangguhkan juga
diperlakukan sama seperti biaya prapembukaan hotel.
2.13 UTANG LANCAR
Utang lancar merupakan kewajiban hotel pada pihak ketiga yang jatuh tempo dalam setahun.
Utang lancar merupakan sumber pendanaan untuk aktiva lancar hotel. Pada neraca, utang
lancar dicatat pada sisi kredit. Utang hotel yang jatuh tempo paling cepat dicatat paling
awal/paling atas pada sisi kredit neraca. Peringkat pencatatan utang lancar ditentukan oleh
jangka waktu jatuh tempo /dibayar lunas.
2.14 UTANG JANGKA PANJANG
Utang jangka panjang merupakan kewajiban hotel pada pihak ketiga yang jatuh tempo lebih
daripada setahun. Pada neraca, emakin panjang jangka waktu utang maka akan dicatat paling
akhir/bawah pada klasifikasi utang. Utang jangka panjang lazimnya diperuntunkan untuk
mendanai aktiva tetap. Pada industry perhotelan, termasuk utang jangka panjang diantaranya
utang hipotek, yaitu utang dengan jaminan aktiva tetap yang bersangkutan. Utang obligasi
yang jatuh tempo lebih dari setahun merupakan klasifikasi utang jangka panjang. Obligasi g-
merupakan surat pengakuan utang yang dikeluarkan berdasarkan undang-undang yang
berlalu di Indonesia.
2.15 MODAL
Modal merupakan penyertaan pemilik pada perusahaan hotel yang dimiliki. Modal dicatat
pada sisi kredit neraca setelah utang jangka panjang. Modal terdiri dari modal sendiri, laba
ditahan, dan agio/disagio saham. Modal sendiri disebut dengan ekuitas (equity) merupakan
penyertaan pemilik pada perusahaan /hotel. Bila modal dionversikan dalam saham makasahm
yang lazim adalah saham biasa (common stock).saham jenis lain memiliki ciri yang berbeda
dengan saham biasa preferensi (preferred stock). Saham preferensi diperuntukan untuk
pemilik dengan kualifikasi tertentu. Laba yang ditahan merupakan salah satu klasifikasi
modal. Laba yang ditahan merupakan laba operasional hotel periode akuntansi yang lalu
yang tida didistribusikan kepada pemilik tetapi diperuntunkan sebagai modal perusahaan
dengan tujuan pengembangan hotel dimasa yang akan dating. Agio/Disagio saham
merupakan kelebihan/kekuarangan harga saham bila saham ditawarkan kepada investor
public.
2.16 LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas atau statement of cash flow merupakan laporan yang mengungkapkan
sumber-sumber kas hotel. Laporan ini merupakan laporan merupakan satu kesatuan dengan
rugi laba dan neraca. Pada laporan arus kas dilaporkan arus kas (penerimaan dan
pengeluaran) hotel dari aktiva operasional ( operating activity), aktivitas investasi ( investing
activity), dan aktivitas pendanaan ( financing activity). Arus kas masuk dari aktivitas
investasi sedangkan pengeluaran kas untuk aktivitas investasi bila hotel membeli suart-surat
berharga jangka pendek. Arus kas dari aktivitas pendanaan bersumber dari pihak ketiga,
misalnya utang jangka Panjang dari bank. Sumber kas masuk dari utang jangka Panjang
2.17 CATATAN ATAS LAPORAN KEUAGAN
Catatn atas laporan keuangan (notew on financial statement) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan hotel . jadi, sesuai dengan ketentuan satu set laporan
keuangan terdiri atas neraca, laporan rugi-laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Pada catatan laporan atas keuangan informasi yang diungkapkan antara lain
kebijakan akuntansi yang ditetapkan sperti penentuan nilai persediaan, metode epresiasi yang
diterapkan, kebijakan kapitalisasi untuk misalnya biaya pembukaan hotel, penentuan nilai pe
lembar saham. Selain kebijakan akuntansi yang diterapkan, catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan pula pengaruh inflasi pada laporan keuangan.
BAB 3
PEMAHAMAN DEBET DAN KREDIT
3.1 PENDAHULUAN
3.2 PEMAHAMAN DEBET DAN KREDIT
Kata debet (dr) mengandung arti bahwa suatu transaksi harus dicatat pada sebelah kiri
dari suatu rekening. Dengan kata lain, bila mendengar kata mendebet berarti bahwa harus
mencatat transaksi tersebut pada sebelah kiri dari suatu rekening. Kata kredit (kr)
mengandung arti bahwa suatu transaksi harus dicatat pada sisi sebelah kanan dari suatu
rekening. Perlu dicatat bahwa setiap rekening terdiri dari sisi kiri yaitu sisi debet dan sisi
kanan yaitu sisi kredit. Selisih antara sisi debet dan sisi kredit merupakan saldo rekening
yang bersangkutan. Debet dan kredit merupakan Teknik akuntansi untuk mencatat efek suatu
transaksi terhadap rekening-rekening yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut. Sebagai
contoh, bilat amu menyelesaikan rekening kamar dengan tunai makan rekening-rekening
yang akan dipengaruhi oleh transaksi inin adalah rekening kas dan pendapatan kamar.
3.3 ATURAN DEBET DAN KREDIT
Aturan debet dan kredit ini berlaku umum pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan
double entry accounting system. Aturan debet dan kredit berlaku umum pada perusahaan-
perusahaan yang menerapkan double entry accounting system. Dalam double entry accounting
system satu transaksi akanberpengaruh debet pada satu rekening dan kredit pada rekening yang
lain. Aturan debet dan kredit yang lazim diterapkan sebagai berikut:

Rekening Saldo normal Bertambah Berkurang


Aset Debet Transaksi debet Transaksi kredit
Utang Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Modal Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Pendapatan Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Biaya dan harga Debet Transaksi debet Transaksi kredit
pokok

Dengan kata lain, dapat dinyatakan aturan debet dan kredit yaitu;
1) Debet digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening biaya dan
harga pokok.
2) Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh menurunkan rekening asset dan
rekening biaya dan harga pokok.
3) Debet digunakan bila suatu transkasi berpengaruh menurunkan rekening utang,
modal, dan rekening pendapatan.
4) Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening utang,
modal, dan rekening pendapatan.

3.4 SALDO NORMAL REKENING NERACA DAN RUGI LABA


Pemahaman akan saldo normal rekening-rekening yang dimaksudkan akan sanagt
membantu dalam penerapan transaksi debet dan kredit. Saldo normal rekening-rekening
neraca dan laba rugin adalah;
1. Saldo normal rekening-rekening neraca :
a. Rekening-rekning asset; saldo normaldebet
b. Reking-rekening utang; saldo normal kredit
c. Rekning-rekening modal; saldo normal kredit.
2. Saldo normal reking-reking rugi-laba :
a. Rekening-rekening pendapatan; saldo normal kredit
b. Rekening-rekening biaya; saldo normal debet
c. Rekening-rekening harga pokok; saldo normal debet

Pada neraca terdapat rekening-rekening asset (aktiva), utang dan modal. Pada rekening
asset terbagi menjadi dua, yaitu aktiva lancer dan aktiva tetap. Rekening utang juga dapat
dirinci lagi menjadi utang lancer dan utang jangka Panjang. Utang jangka pendek
diantaranya utang gaji, utang dagang, utang pajak pembangunan I, utang jangka Panjang
yang jatuh tempo periode ini, dan utang jangka pendek lain-lain.

Pada lapora rugi-laba terdapat rekening-rekening pendapatan, biaya dan harga pokok.
Pada pendapatan mislanya pendapatan kamar, makanan dan minuman dan pendapatan
lain-lain. Pada rekening biaya misalnya biaya alat kantor, biaya gaji dan upah, biaya
pemeliharaan peralatan hotel dan lain-lain. Pada rekening harga pokok misalnya harga
pokok makanan dan minuman.
3.5 UJI KETETAPAN DEBET DAN KREDIT
Dalam system double entry accounting dinyatakan bahwa satu transaksi akan
berpengaruh pada sisi debet pada satu rekening dan sisi kredit pada rekening yang lain.
Kondisi ini mengarahkan pada ketetapan pencatatan transaksi keuangan uji berikut :

DEBET = KREDIT
Artinya, bila jumlah debet sama dengan kredit maka transaksi telah dilakukan dengan tepat
dan benar. Ini berarti, transaksi debet telah dicatat dengan benar pada sisi debet dan kredit pada
sisi kredit. Aturan debet dan kredit dengan persamaan dasar akuntansi dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :

AKTIVA = UTANG + MODAL

Debet: Kredit: Debet: Kredit: Debet: Kredit:


bertambah berkurang bertambah berkurang bertambah berkurang

+ PENDAPATAN -
BIAYA

Debet: Kredit: Debet: Kredit:


bertambah berkurang bertambah berkurang

3.6 KETERBATASAN UJI DEBET DAN KREDIT


Dengan transaksi yang lebih rinci, satu rekening didebet dan dikredit. Bila diuji
maka jumlah debet = kredit. Ilustrasi tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa bila
jumlah debet = kredit berarti bahwa, transaksi telah dibukukan dengan benar. Ada hal
penting yang harus disadari tentang keterbatasan uji debet dan kredit. Keterbatasan uji
debet dan kredit adalah bahwa uji ini tidak dapat menemukan kesalahan pembebanan
pada rekening neraca atau rugi-laba. Dengan kata lain, uj debet dan kredit ini tidak dapat
digunakan untuk keahlian dalam proses penjurnalan dan atau pembukuan pada buku
besar. Uji debet dan kredit ini hanya bisa diuji matematis dan bersifat indikatif awal
mengenai pembebanan transaksi.
Uji debet dan kredit tidak dapat menguji ketepatan pembukuan pada rekning-
rekening yang seharusnya dibebankan untuk transaksi yang terjadi. Bila dilakukan uji
debet dan kredit untuk transaksi diatas maka total debet = kredit. Bila diuji ketetpatan
pencatatan pada rekening yang dipengaruhi karena transaksi yang terjadi maka rekening
yang benar adalah biaya pemeliharaan dan kas.
3.7 REKENING-REKENING LAWAN (CONTRA ACCOUNTS)
Beberapa rekening yang diklasifikasikan diluar kelaziman di atas dan disebut
rekening lawan (contra accounts) seperti :
1. Akumulasi depresiasi merupakan rekening lawan untuk asset.
2. Penyisihan piutang ragu-ragu merupakan rekening lawan untuk asset.
3. Penyesuaian rekening lawan untuk pendapatan.
4. Prive (withdrawal) merupakan rekening lawan untk modal perusahan pribadi.
Rekening-rekening lawan di atas perlakuannya dan aturan debet kreditnya berbeda.
Perhatikan Gambar 3.2 di bawah ini, untuk aturan debet kredit rekening lawan.
Rekening Lawan Klasifikasi Bertambah
Akumulasi depresiasi Lawan untuk asset Kredit
Penyisihan putang ragu-ragu Lawan untuk asset Kredit
Penyesuaian Lawan untuk pendapatan Debet
Prive (withdrawal) Lawan untuk modal Debet
Penarikan saham (treasury Lawan untuk modal Debet
stock)

3.8 PEMBUKUAN DEBET DAN KREDIT PADA JURNAL


Untuk memperjelas penerapan debet dan kredit pada dokumen akuntansi, berikut diberikan
ilustrasi pencatan transaksi dalam jurnal dua kolom. Jurnal dua kolom digunakan untuk
mempermudah ilustrasi penerapan debet dan kredit. Pada kenyataannya, yang lazim digunakan
adalah jurnal tiga kolom.
Perhatikan Gambar 3.3 di bawah ini untuk ilustrasi penerapan debet dan kredit pada jurnal dua
kolom.
Jurnal VJ.1 Hal.1
Tgl Keterangan No.Rek Debet Kredit
1 Feb 04 Kas 100 10.000 -
Pada penjualan jasa kamar 400 - 10.000
Untuk mencatat hasil penjualan jasa
kamar

Penjelasan kolom-kolom Gambar 3.3 di atas sebagai berikut:


1. Setiap jurnal memiliki nomor kode dan nomor halaman. Untuk kas, misalnya bernomor 1
sehingga kodenya VJ 1. Oleh karena diterapkan sistem voucher, setiap jurnal kemudian
diringkas dan dilaporkan dalam voucher, nomor voucher jurnal (VJ) disesuaikan dengan
nomor jurnal.
2. Tanggal: dicatat terjadinya transaksi, misalnya 1 Februari 2004.
3. Keterangan: pada kolom ini dicatat rekening-rekening yang dipengaruhi oleh transaksi
disertai dengan ayat penjelasannya.
4. No Rek: Nomor Rekening yang dipengaruhi oleh transaksi sesuai dengan daftar rekening
hotel. Misalnya, kas nomor rekening 100, dan penjualan jasa kamar 400.
5. Debet: dicatat pada kolom ini bila sisi ini yang dipengaruhi oleh transaksi.
6. Kredit: dicatat pada kolom ini bila sisi ini yang dipengaruhi oleh transaksi.
3.9 ILUSTRASI PENCATATAN DEBET DAN KREDIT PADA JURNAL
Untuk lebih memahami penggunaan debet dan kredit terhadap beberapa rekening karena
suatu transaksi, berikut diberikan ilustrasi yang lazim terjadi di hotel. Ilustrasi pada bab ini hanya
menekankan pada pengaruh debet dan kredit dari suatu transaksi. Penulisan tanggal transaksi,
ayat-ayat transaksi, dan nomor rekening yang dipengaruhi oleh suatu transaksi akan dibahas pada
bab yang lain.
1. Tuan B memulai bisnis perhotelan, Hotel Kejanti Permai, dan menyertakan modal sebesar
Rp50.000. Transaksi ini dapat dikaji dari dua bentuk badan usaha, yaitu perseorangan dan
perseroan terbatas (PT). Perlu dipahami bahwa angka-angka yang diberikan nominasinya
kecil karena bertujuan untuk memudahkan pemahaman dan bersifat ilustratif.

BAB 4
DAFTAR REKENING

4.1 PENDAHULUAN
Daftar rekening merupakan salah satu alat bantu manajemen pada bidang akuntansi yang
sangat penting. Melalui daftar rekening, manajemen memberikan panduan bagi petugas bagian
akuntansi hotel (biasa disebut akuntan internal) dalam melakukan tugas secara profesional.
Transaksi akuntansi hanya boleh dibukukan pada rekening-rekening yang ada dalam daftar
rekening yang telah ditentukan oleh manajemen hotel. Dengan kata lain, petugas akuntansi tidak
boleh membukukan transaksi di luar daftar rekening yang diberikan. Rekening-rekening yang
dicantumkan pada daftar rekening disesuaikan dengan aktivitas hotel, yaitu yang tercantum
dalam rekening rugi-laba, dan sumber daya yang digunakan untuk melakukan aktivitas bisnis
seperti yang tercantum dalam neraca.
4.2 PENGERTIAN REKENING
Rekening merupakan salah satu dokumen transaksi yang dimiliki oleh hotel selain bukti
transaksi yang merupakan dokumen pendukung dalam membukukan suatu transaksi, dan buku
pencatatan awal menampung semua transaksi yang terjadi di hotel. Untuk memudahkan tugas-
tugas pada bidang akuntansi serta menyederhanakan transaksi yang terjadi, rekening kemudian
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu rekening riil dan rekening nominal.
Rekening riil yaitu rekening-rekening yang dilaporkan pada neraca, sedangkan rekening nominal
adalah rekening-rekening yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba.

4.3 KLASIFIKASI REKENING


Dalam daftar rekening, rekening-rekening diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Rekening aset, 2) Rekening utang, 3) Rekening modal, 4) Rekening pendapatan, 5)
Rekening harga pokok dan biaya. Pada klasifikasi rekening di atas rekening-rekening
aset, utang, dan modal merupakan rekening riil yaitu rekening-rekening yang dilaporkan
pada neraca hotel. Adapun rekening- rekening pendapatan dan harga pokok dan biaya
merupakan rekening nominal yang dicantumkan pada laporan rugi-laba. Ciri rekening-
rekening riil adalah bahwa saldonya berkelanjutan (carry-over) dari satu periode
akuntansi ke periode akuntansi berikutnya. Sebaliknya, rekening-rekening nominal
saldonya ditutup (close to zero) setiap akhir satu periode akuntansi. Dengan kata lain, ciri
rekening nominal adalah -selalu mulai dari awal untuk setiap periode akuntansi
4.4 CATATAN-CATATAN AKUNTANSI YANG DIPERLUKAN
Untuk dapat melaksanakan siklus akuntansi, setiap perusahaan, termasuk hotel, harus
memiliki catatan-catatan akuntansi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Bukti transaksi sebagai dokumen pendukung dalam membukukan setiap transaksi.
Contoh bukti transaksi misalnya nota pembelian daging ayam segar dari rekanan A untuk 5
Januari 2006.
2. Jurnal atau buku pencatatan awal (book of original entry): digunakan untuk
mengklasifikasikan dan membukukan bukti transaksi butir (1) di atas. 3.
Buku vesar (ledger): untuk mencatat efek setiap transaksi pada setiap rekening aset,
utang, dan modal.
4.5 DAFTAR REKENING UNTUK HOTEL
4.6 BENTUK- BENTUK REKENING
1. Bentuk Rekening Dua Kolom
Bentuk Rekening Dua Kolom, biasa juga disebut T account karena bentuknya seperti
huruf T, paling lazim digunakan sebagai contoh dalam penjelasan transaksi di kelas
akuntansi. Dengan bentuk T ini, rekening hanya terdiri dari dua kolom, yaitu debet di
sebelah kiri dan kredit di sebelah kanan. Bila jumlah debet lebih besar daripada kredit
maka saldonya adalah debet. Sebaliknya, bila jumlah kredit melampaui debet maka
saldonya adalah saldo kredit. Kini, dengan perjalanan waktu, bentuk dua kolom sudah
sangat jarang digunakan pada praktik akuntansi.
2. Bentuk Rekening Tiga Kolom
Bentuk Rekening Dua Kolom, biasa juga disebut T account karena bentuknya seperti
huruf T, paling lazim digunakan sebagai contoh dalam penjelasan transaksi di kelas
akuntansi. Dengan bentuk T ini, rekening hanya terdiri dari dua kolom, yaitu debet di
sebelah kiri dan kredit di sebelah kanan. Bila jumlah debet lebih besar daripada kredit
maka saldonya adalah debet. Sebaliknya, bila jumlah kredit melampaui debet maka
saldonya adalah saldo kredit. Kini, dengan perjalanan waktu, bentuk dua kolom sudah
sangat jarang digunakan pada praktik akuntansi. rekening tiga kolom kini juga lazim
diterapkan karena dapat menangkap lebih banyak informasi, terutama mengenai saldo
suatu 'rekening. Pada rekening tiga kolom ini, debet tetap berada di sisi kiri dari kredit,
dan satu kolom yang berada paling luar yang menunjukkan saldo rekening yang
bersangkutan. Untuk rekening yang dikerjakan secara manual, saldo kredit biasanya diisi
dengan tanda kurung () atau warna merah. Namun, dengan teknologi komputerisasi, saldo
kredit biasa diberi tanda minus (-).
3. Bentuk Rekening Empat Kolom
Seperti namanya, rekening ini memiliki empat kolom yang terdiri atas debet dan kredit
untuk membukukan transaksi, dan saldo rekening bersangkutan yang terdiri dari debet
dan kredit. Pencatatan transaksi dengan rekening empat kolom ini sangat membutuhkan
ketelitian, terutama ketika membukukan saldo suatu rekening. Dengan rekening empat
kolom ini, akuntan tidak perlu lagi memberi tanda minus atau dalam kurung untuk saldo
kredit karena kolom kredit sudah tersedia pada saldo rekening.

BAB 5
PENJURNALAN TRANSAKSI
1.1 PENDAHULUAN
Salah satu dokumen pembukuan (accounting records) yang penting adalah jurnal
(journal). Jurnal merupakan buku untuk mencatat transaksi yang terjadi secara
kronologis. Artinya, uansaksi yang terjadi pada tanggal 1 dicatat paling awal diikuti
oleh tanggal 2, 3, dan selanjutnya. Jurnal disebut juga book of original entry karena
transaksi pertama kali dibukukan pada buku ini. Jumlah jurnal yang dimiliki oleh
hotel sangat tergantung pada kegiatan operasional hotel yang bersangkutan. Makin
banyak kegiatan yang dilakukan, makin banyak jurnal diperlukan. Jurnal sebagai
salah satu dokumen berfungsi mengendali- kan semua transaksi dan kegiatan
operasional hotel. Dikatakan demikian karena transaksi dibukukan secara kronologis
sehingga bila terjadi kesalahan dapat dilakukan penelusuran (tracing) melalui jurnal.
Di sisi lain, pada praktik akuntansi tidak ada transaksi vang langsung dibukukan pada
buku besar dan atau buku pembantu tanpa melalui pembukuan unan alam aftar yak
dan pada jurnal
1.2 JENIS-JENIS JURNAL
Agar pengendalian akuntansi (pembukuan transaksi pada jurnal) dapat dilakukan
dengan efektif, dilakukan pengklasifikasian jurnal. Klasifikasi jurnal ini sangat
tergantung pada ragam kegiatan atau jenis produk dan jasa yang ditawarkan serta
tingkat pengendalian yang diterapkan oleh manajemen. si. Secara umum jurnal
diklasifikasikan menjadi jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal khusus yang lazim
dalam industri perhotelan terdiri dari: 1. Jurnal penerimaan kas 2. Jurnal pengeluaran
kas 3. Jurnal penjualan 4. Jurnal penyesuaian 5. Jurnal biaya gaji 6. Jurnal harga
pokok makanan dan minuman 7. Jurnal pengendaļian piutang (penjualan kredit)
1.3 JURNAL UMUM
Jurnal umum merupakan salah satu jenis jurnal yang lazim diterapkan dalam industri
perhotelan. Jurnal ini membukukan semua transaksi yang tidak dibukukan pada jurnal
khusus seperti biaya depresiasi dan penyisihan aktiva operasi, serta transaksi lainnya.
Lazimnya jurnal umum terdiri dari dua kolom. Namun demikian, ada variasi bentuk
dari dua kolom, yaitu tiga kolom dengan menyertakan buku besar pada satu kolom
sebagai rekening kontrol. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada proses
penjurnalan adalah: 1. Transaksi harus dicatat secara kronologis sesuai dengan urutan
terjadinya transaksi; 2. Nomor rekening harus disertakan dengan lengkap pada setiap
transaksi; 3. Jumlah transaksi debet harus sama dengan kredit; 4. Penjelasan yang
ringkas harus diberikan untuk setiap transaksi; 5. Setiap transaksi yang dibukukan
pada jurnal harus didukung dengan bukti-bukti transaksi sah.
1.4 JURNAL PENERIMAAN KAS
Jurnal penerimaan kas merupakan salah satu jenis jurnal khusus. Jurnal ini digunakas
khusus untuk membukukan semua penerimaan kas hotel. Sumber-sumber penerimaan
k hotel terdiri dari penjualan tunai untuk jasa-jasa yang ditawarkan (kamar, makanan
minuman, cucian, dan komunikasi), pengutipan piutang atau pembayaran rekening
cin ledger, dan penerimaan tunai dari pendapatan lain-lain. Jurnal penerimaan kas
terdiri dar beberapa kolom (multiple columns) yang merupakan ciri jurnal khusus.
Hal penting yang harus dilakukan dalam membukukan transaksi pada jurnal khusus
adalah bahwa jumlsh transaksi debet sama dengan kredit. Kondisi ini merupakan
syarat ketepatan pembukuan transaksi. Dari informasi pada jurnal ini, manajemen
dapat menganalisis perbandingan antara penerimaan kas dari penjualan tunai dengan
pengutipan piutang. Selain itu. manajemen dapat pula menganalisis hasil penjualan
tunai antara penjualan kamar, makanan dan minuman. Jurnal merupakan salah satu
metode dalam mengendalikan operasional pada bidang tertentu, dalam konteks ini
penerimaan kas. Pengendalian yang harus dilakukan oleh manajemen atas penerimaan
kas melalui jurnal adalah bahwa semua kas yang diterima harus disetor ke rekening
bank hotel sesuai dengan ketentuan atau standard operating procedures (SOP) hotel.
Adapun sumber-sumber dokumen (supporting documents) untuk membukukan
penerimaan kas pada jurnal penerimaan kas adalah:
1. Kuitansi tamu (cash receipt)
2. Rekening tamu (guest bill)
3. Rekapitulasi penerimaan kas Front Office Cashier
4. Rekapitulasi penerimaan kas Outlet Cashier
5. Paid-out voucher
1.5 JURNAL PENGELUARAN KAS
Selain menerima kas dari kegiatan operasional, hotel juga mengeluarkan kas
untuk tujuan vang soma sepeni pembayatan utang dagang kepada rekanan, gaji
karyawan. rekening listrik, telepon dan fasilitas lainnya, serta transaksi-transaksi kas
lain yang berkaitan dengan anerasional hotel. Pengeluaran kas hotel dibukukan untuk
pertama kalinya pada jurnal pengeluaran kas. Jurnal ini merupakan salah satu metode
untuk mengendalikan semua pengeluaran kas hotel.
Seperti pada jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas merupakan alat
kendali manajemen untuk pengeluaran kas hotel. Pada jurnal pengeluaran kas ini,
prinsip dasar akuntansi harus berlaku, yaitu debet - kredit. Jurnal pengeluaran kas
mengendalikan pengeluaran kas hotel karena kas hanya dikeluarkan setelah
dibukukan pada jurnal ini yang didukung oleh bukti transaksi yang sah/andal. Bukti-
bukti transaksi dikatakan andal bila transaksi pada bukti tersebut telah disetujui atau
mendapatkan otorisasi dari pejabat hotel yang berkompeten, jumlah atau nilai
transaksi utuh/sesuai dengan jumlah sumber transaksi pertama. Sebagai ilustrasi,
bukti transaksi voucher jurnal pembayaran disebut andal bila telah mendapatkan
persetujuan membayar dari pejabat hotel yang berwenang dan jumlah yang
dicantumkan sama dengan nota dari rekanan. Untuk tujuan pengendalian,
pembayarao dalam jumlah yang relatif kecil dilakukan dengan tunai dari rekening kas
kecit hotel (pezry cash). Untuk pembayaran tunai dalam jumlah yang relatif besar,
pembayaran dilakukan dengan cek tunai. Dokumen-dokumen di atas yang merupakan
dokumen pendukung untuk mengeluarkan kas (dalam hal ini cek) disiapkan oleh
fungsi lain, yaitu bagian utang (account payables). Fungsi ini yang menyiapkan dan
memeriksa (verifikasi) kelengkapan dan keandalan dokumen untuk kemudiari
diteruskan kepada pemegang kas hotel (general cashier).
1.6 JURNAL PENJUALAN
Jurnal merupakan sumber pendapatan bagi hotel baik kas maupun kredit. Pada
bisnis hotel, jasa yang ditawarkan adalah jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa
lainnya. Jasa- jasa ini merupakan sumber penjualan bagi hotel. Perputaran penjualan
di hotel terjadi relatif cepat, walaupun dalam jumlah nominal yang relatif kecil. Oleh
karena itu, diperlukan sistem pengendalian penjualan yang memadai. Jurnal penjualan
merupakan salah satu dokumen akuntansi yang membantu untuk menelusuri transaksi
penjualan harian hotel. Jurnal penjualan di hotel ditangani khusus oleh fungsi yang
menangani penjualan, lazim disebut income auditor. Sumber data atau dokumen
pendukung untuk melengkapi jurnal penjualan ini berasal dari kantor depan seperti
rekapitulasi penjualan kamar (room sales recapitulation), tata graha seperti room
count sheet dan turn-down report, Restoran dan bar seperti rekapitulasi penjualan,
kasir kantor depan seperti laporan penerimaan kas (cash report), dan penjualan lain
seperti laporan penjualan (list of vouchers).
Pada jurnal penjualan, debet adalah piutang, sodangkan kredit adalah penjualat
jasa-jasa yang disebutkan di atas. Fungsi pengendalian internal dan internal cek oleh
fung income auditor dilakukan bila terjadi perbedaan laporan antara fungsi kantor
depan dengan tata graha, dan perbedaan laporan antara kas yang seharusnya disetor
dengan jumlah kat yang sebenarnya disetor oleh kasir (kasir kantor depan dan outlet
cashier)
1.7 JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal ini untuk mengendalikan penyesuaian yang terjadi di hotel. Dalam aktivitas
bisnis, terutama dalam transaksi penjualan untuk produk dan jasa, terbuka peluang
terjadi kesalahan pembebanan harga produk dan jasa. Kesalahan pembebanan terjadi
karena salah pengertian atau informasi antara pihak hotel dengan tamu. Sebagai
ilustrasi, ketika tamu check-in dan mendapatkan jenis kamar junior suite, harga yang
dibebankan per malam adalah Rp600.000 ditambah biaya layanan dan pajak
pembangunan I (tax and service charse). Ketika tamu tersebut check-out, manajer
kantor depan memberikan diskon sebesar 10% dari harga kamar karena tamu tersebut
berasál dari suatu perusahaan besar yang menjadi pelanggan hotel dan berhak untuk
mendapatkan diskon. Untuk kejadian seperti ini, rindakan yang harus dilakukan oleh
kasir kantor depan yaitu melakukan penyesuaian atas harga kamar yang telah
dibebankan sebelumnya. Tindakan memberikan diskon dengan teknis penyesuaian
(adjustment) akan mengurangi pendapatan kamar sehingga transaksi ini harus
mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang (manajer kantor depan) yang
dituangkan dalam voucher penyesuaian (adjustment voucher).
Jadi, voucher penyesuaian merupakan dokumen pendukung untuk
mengendalikan penyesuaian yang terjadi untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh
hotel. Transaksi penyesuaian harus dikendalikan dengan ketat karena berakibat pada
penurunan pendapatan hotel. Voucher penyesuaian yang telah diotorisasi oleh
manajer kantor depan (atau manajer lain yang berkompeten untuk itu) kemudian
dibukukan pada jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian dengan demikian dapat
digunakan untuk menelusuri semua penyesuaian yang terjadi. Pada jurnal
penyesuaian berlaku pula prinsip dasar akuntansi, yaitu debet penyesuaian ini yang
didebet adalah pendapatan (penjualan), sedangkan yang dikredit adalah piutang hotel.
1.8 JURNAL BIAYA GAJI
Jurnal biaya gaji- Jurnal ini merupakan dokumen untuk mengendalikan
pengeluaran untuk gají karyawan hotel. Lazimnya jurnal ini disiapkan oleh bagian
gaji hotel. Pada jurnal ini semua biaya gaji untuk seluruh departemen hotel
dibukukan. Untuk tujuan pengendalian, kas yang keluar untuk biaya gaji dapat
direalisasikan setelah dokumen pendukung dari bagian gaji di otorisasi oleh penjabat
yang berkompeten. Kas keluar dari general cashier. Jumlah biaya gaji yang
dibukukan pada jurnal ini harus sama dengan penjumlahan biaya gaji untuk seluruh
karyawan hotel. Pada jurnal ini persamaan dasar akuntansi juga harus diterapkan,
yaitu ngan rnal enal edit di al, debet kredit. Transaksi debet adalah biaya gaji,
sedangkan transaksi kredit adalah utang gaji. Biaya gaji di industri perhotelan
merupakan kewajiban yang diperhitungkan (accrued expenses). Dikatakan demikian
karena hotel berutang kepada karyawan yang telah memberikan jasanya yang dibayar
kemudian. Karyawan hotel yang telah bekerja pada Januari gajinya dibayar pada awal
Februari sehingga karenanya biaya gaji merupakan kewajiban yang diperhitungkan.
Secara teknis akuntansi biaya ini dibukukan melalui jurnal pengeluaran dan biaya
serta didukung oleh bukti transaksi yang andal.
1.9 JURNAL HARGA POKOK MAKANAN DAN MINUMAN
Pendapatan hotel dari makanan dan minuman merupakan pendapatan terbesar
setelah pendapatan kamar. Aktivitas makanan dan minuman harus dikendalikan dari
dua sisi, yaitu sisi pendapatan dan harga pokok. Sisi pendapatan dikendalikan dengan
jurnal penjualan, sedangkan sisi harga pokok dikendalikan dengan jurnal harga
pokok. Tujuan pengendalian harga pokok adalah agar realisasi harga pokok dapat
sesuai dengan target atau anggaran sehingga target laba dari makanan dan minuman
dapat tercapai. Fungsi yang melaksanakan jurnal harga pokok makanan dan minuman
adalah fungsi pengendalian harga pokok makanan dan minuman (food and beverage
Cost Control). Pada jurnal harga pokok makanan jumlah transaksi yang terjadi cukup
berarti, karenanya pembukuan secara kronologis dapat dilakuka setiap hari. Dokumen
pendukung untuk membukukan transaksi pada jurnal harga pokok makanan adalah
formulir rekuisisi permintaan barang gudang (storeroom requisition). Pada jurnal
harga pokok makanan yang dibukukan adalah harga pokok makanan harian
estimasian. Disebut harga pokok makanan harian estimasian karena kalkulasi harga
pokok didasarkan pada pembebanan makanan yang keluar dari gudang makanan yang
dicantumkan pada formulir rekuisisi gudang makanan.
Pada kenyataannya tidak semua bahan makanan yang keluar dari gudang yang
tercantum pada formulir rekuisisi diserap sebagai harga pokok makanan, karena ada
yang masih berupa persediaan mengingat masih diproses di dapur.
1.10 JURNAL PENGENDALIAN PIUTANG
Jurnal ini merupakan jurnal untuk mengendalikan piutang hotel. Piutang terjadi
karena penjualan kredit. Penjualan kredit merupakan kebijakan manajemen hotel
untuk meningkatkan volume penjualan di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Piutang hotel dapat dikelompokkan menjadi piutang rekening tamu (guest
transient) dan city ledger. Piutang rekening tamu merupakan piutang hotel pada tamu-
tamu yang sedang tinggal/bermalam di hotel. Setiap tamu yang tinggal di hotel
memiliki rekening yang merupakan piutang hotel. Piutang rekening tamu merupakan
jenis piutang yang sangat aktif karena frekuensi transaksi yang terjadi sangat tinggi.
Saldo piutang rekening tamu mengalami perubahan yang berarti dalam waktu yang
relatif singkat. Lazimnya, manajemen hotel mengendalikan piutang rekening tamu
dengan kebijakan kredit yang relatif ketat. Sebagai ilustrasi, bila tamu hotel tinggal di
hotel lebih daripada tiga hari maka tamu diminta oleh manajemẹn hotel untuk
melunasi rekeningnya untuk tiga malam tersebut. City ledger merupakan piutang
hotel kepada tamu atau pihak ketiga yang tidak lagi tinggal di hotel. Rekening city
ledger harus pula dikendalikan dengan ketat agar tidak terjadi penumpukan pada
rekening ini sehingga hotel mengalami masalah kas karena penagihan atas piutang ini
tidak dilakukan oleh fungsi terkait. Jurnal ini merupakan alat kendali atas pergerakan
piutang hotel, guest transient dan city ledger. Dari sisi pengendalian, jurnal ini
merupakan alat cek internal (internal check) antarfungsi yang menangani jurnal
penjualan dan jurnal penerimaan kas.

BAB 6
AKUNTANSI REKENING TAMU
6.1 PENDAHULUAN
Transaksi-transaksi yang dicatat pada rekening tamu merupakan piutang hotel kepada
tamu- tamu yang masih tinggal di hotel. Sifat tagihan ini sangat singkat sehingga piutang ini
dapat diklasifikasikan sebagai piutang tunai. Bila tamu telah meninggalkan hotel (check-out)
dan rekeningnya ditagihkan/dibebankan ke perusahaan/kantor dan atau diselesaikan dengan
kartu kredit maka piutang ini diklasifikasikan sebagai city ledger. Rekening tamu merupakan
dokumen hotel untuk mencatat transaksi yang terjadi. Artinya, semua jasa hotel yang
dinikmati oleh tamu akan dibukukan pada rekening tamu yang bersangkutan. Pencatatan
transaksi pada rekening tamu harus segera dilakukan begitu transaksi terjadi sehingga data
yang disajikan pada rekening tamu merupakan data termutahir. Pemutahiran rekening harus
selalu dilakukan mengingat bahwa tamu bisa sewaktu-waktu meninggalkan hotel (check-oui)
dan menyelesaikan rekeningnya.
6.2 KARTU REGISTRASI
Fungsi kartu registrasi bagi pihak hotel dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar dalam membebankan jasa kamar dan jasa-jasa lainnya yang telah
dinikmati oleh tamu ke dalam rekeningnya selama tinggal di hotel.
2. Petugas hotel dengan mudah membebankan biaya kamar ke rekening tamu sesuai
dengan harga kamar yang dicantumkan pada kartu registrasi
3. Dapat dijadikan alat informasi untuk mengetahui segmen tamu hotel dengan perilaku
serta tujuan berkunjung
4. Bila terjadi keraguan dalam mencatat suatu transaksi lain di luar jasa kamar maka
petugas hotel dapat membandingkan tanda tangan tamu yang tercantum di kartu registrasi
dengan tanda tangan pada voucher jasa yang dinikmati tersebut. Sebagi ilustrasi, misalnya
tamu kamar 201 menikmati makan malam di restoran, tetapi tamu menulis nomor kamar
pada voucher restoran nomor kamar 210. Ketidaksengajaan ini akan berakibat pada rekening
tamu kamar 210 meningkat sebesar jasa restoran yang dinikmati oleh kamar 201. Bila kamar
210 menolak voucher ini dibebankan ke rekeningnya karena bukan transaksinya, petugas
hotel harus mencari dan membandingkan tanda tangan yang tertera pada kartu registrasi
dengan yang tercantum pada voucher restoran untuk mendapatkan pembebanan yang benar.
6.3 REKENING TAMU
6.4 MEKANISME PENCATATAN TRANSAKSI PADA REKENING TAMU
Pada rekening tamu semua jasa-jasa hotel yang telah dinikmati oleh tamu dan dibebankan
rekening kamarnya merupakan transaksi debet. Penjelasannya adalah transaksi ini merupakan
beban yang harus diselesaikan oleh tamu pada saat check-out. Misalnya, tamu dari kamar
323 makan malam di restoran seharga Rp150.000. Tamu ini tidak membayar rekening makan
malamnya di restoran, melainkan dibebankan ke rekening kamarnya, yaitu kamar 323. Di
restoran tamu tersebut hanya menandatangani rekening restoran dan mencantumkan nomor
kamar 323. Atas dasar rekening restoran ini kemudian dicatat ke rekening tamu pada sisi
debet karena merupakan beban tagihan yang harus dibayar oleh tamu. Jasa-jasa hotel yang
dibebankan dan dicatat pada sisi debet pada rekening tamu di antaranya: 1. Kamar 2.
Restoran 3. Room service 4. Laundry and dry cleaning 5. Telepon 6. Diskotik 7. Spa dan jasa
lainnya
6.5 TRANSAKSI DEBET
6.6 TRANSAKSI KREDIT
6.7 HAL-HAL KHUSUS YANG MUNGKIN TERJADI
1) Tamu Meninggalkan Hotel Tanpa Menyelesaikan Rekening
Ada hahasa teknis tamu yang meninggalkan hotel tanpa membayar rekeningnya
disebut skipper. Bila kondisi ini dibiarkan berlanjut maka beban yang ditagih kepada
ramu yang bersangkutan akan membesar, sedangkan di sisi lain peluang unuk
ndanatkan penjualan dari kamar tersebut tertutup. Untuk menghindari hal ini,
sebaiknya petugas hotel yang berhubungan dengan kondisi tersebut (tata graba.
resepsionis, kasir kantor depan dan petugas hotel lainnya) mengamati setiap hari
pergerakan transaksi tamu hotel. Dengan pengamatan oleh setiap petugas hotel,
peluang kerngjan hotel akibat skipper bisa ditekan. Bila terjadi skipper maka
penanganan rekening tamu tersebut dapat dilaksanakan seperti di bawah ini. 90 UE a.
Koordinasikan dengan pejabat tata graha (house keeping) yang berkompeten
mengenai status kamar tamu tersebut. b. Hubungi pejabat kantor depan (front office)
yang berkompeten untuk memastikan bahwa tamu memang merupakan seorang
skipper. c. Dapatkan persetujuan dari pejabat hotel yang berkompeten untuk
mengeluarkan tamu skipper dimaksud dari kamar yang dihuni. d. Rekening skipper
ini dikeluarkan dari daftar rekening tamu dan dipindahkan ke rekening city ledger
untuk ditindaklanjuti oleh petugas hotel yang berkompeten di bagian akuntansi.
2) Salah Pembebanan untuk Jasa-jasa Hotel
Kekeliruan terjadi karena bersifat manusiawi. Tamu dari kamar 201 salah
menuliskan nomor kamar ketika makan malam di restoran, yaitu 210. Oleh petugas
hotel, beban restoran ini dibebankan ke rekening kamar 210. Tamu kamar 210 tentu
akan menolak beban restoran ini. Untuk mengoreksi kekeliruan pembebanan ini,
petugas hotel (kasir kantor depan) dapat melakukan langkah-langkah berikut: a.
Keluarkan beban restoran ini dari kamar 210. D. Telusuri tanda tangan tamu yang
tertera di rekening restoran dengan tanda tangan tamu yang tertera di kartu registrasi
untuk semua tamu yang tinggal di hotel.
3) Tamu Memberikan Tips Pada Saat Check-Out
Ada beberapa tamu yang memberikan tips (tips = to improve prompt service) tunai
pada saat check-out dengan uang rupiah. Untuk pemberian tips ini, tamu memerlukan
sejumlah uang rupiah dari kasir kantor depan dan dibebankan ke rekening kamarnya.
Untuk situasi ini, kasir kantor depan dapat mengeluarkan uang tunai (kas) dengan
beban paid-out. Jumlah paid-out ini dicantumkan pada formulir paid-out dan harus
ditandatangani oleh tamu yang bersangkutan dan diotorisasi oleh pejabat hotel yang
berkompeten (misalnya front office manager). Uang tunai (paid-out) ini kemudian
diberikan kepada tamu, sedangkan jumlah paid-out dibebankan pada rekening tamu
pada sisi debet.
6.8 LAPORAN PENERIMAAN KAS
Hotel memberikan jasa 24 jam untuk tamunya yang dibagi menjadi tiga waktu tugas
(shift). Setiap akhir waktu tugas, petugas kasir membuat laporan penerimaan kas (Cash
Receipt Report). Artinya, petugas kasir yang bertugas pada shift A, pagi hari, dari pukul
07.00-15.00 akan melaporkan jumlah kas yang diterima. Laporan penerimaan kas dibuat oleh
petugas kasir dengan sumber dokumen berikut: 1. Rekening tamu dan atau kuitansi untuk
penerimaan kas 2. Formulir (Voucher) paid-out untuk kas yang dikeluarkan 3. Formulir
penukaran uang asing untuk penerimaan uang asing. Informasi yang dicantumkan dalam
laporan penerimaan kas seperti di bawah ini :
1) Nomor kamar dan nama tamu
2) Jumlah dan jenis pembayaran yang diterima
3) Jumlah kas yang dikeluarkan (paid-out)
4) Jenis mata uang yang diterima
5) Nama petugas kanir kantor depan
6) Waknu tugas (ahift)
7) 7. Hari/tanggal laporan
Perlu dicatat agar laporan penerimaan kas dari tamu yang check-out dibuat secara kronologis
berdasarkan waktu check-our tamu tersebut. Jumlah uang kas yang harus disetorkan oleh kasir
kantor depan adalah jumlah penerimaan dikurangi jumlah pengeluaran (paid-out) untuk satu
waktu tugas pada tanggal tertentu

6.9 TRANSAKSI CITY LEDGER


Transaksi city ledger terjadi untuk transaksi-transaksi berikut: 1. Tamu hotel tidak
menyelesaikan rekening kamarnya dengan tunai ketika check-out, melainkan dibebankan ke
perusahannya dan atau dengan kartu kredit. nulir 2. Tamu restoran menyelesaikan rekening
restoran dengan kartu kredit dan atau dibebankan ke perusahaannya (instansinya). nwa nen
City ledger merupakan terminologi yang digunakan untuk menyatakan bahwa rekening ini
tidak aktif di piutang rekening tamu. City ledger merupakan rekening piutang hotel yang
dapat diklasifikasikan lebih lanjut di antaranya kartu kredit, perusahaan-perusahaan yang ada
kemitraan dengan hotel, dan sebagainya.
6.10 PERLAKUAN REKENING CITY LEDGER UNTUK TAMU HOTEL
1) Pada saat check-out petugas kasir kantor depan hotel harus meneliti semua dokumen yang
diperlukan. Misalnya, jika tamu hendak membebankan rekeningnya ke perusahaan maka
harus ada surat jaminan (guarantee letter) yang telah diotorisasi oleh pejabat hotel yang
berwenang (misalnya manajer kredit, kantor depan, pemasaran dan pejabat hal lainnya). Bila
semua dokumen telah sesuai dengan ketentuan hotel maka petugas kasir kantor depan
menyilakan tamu untuk menandatangani rekening kamarnya.
2) Selanjutnya, petugas kasir kantor depan mengeluarkan rekening ini dari daftar rekening
tamu untuk kemudian dipindahkan ke rekening piutang lain, yaitu ke city ledger.
6.11 PERLAKUAN CITY LEDGER UNTUK TAMU YANG TINGGAL DIHOTEL
Ada transaksi city ledger untuk tamu yang tidak tinggal di hotel. Misalnya, tamu yang
makan di restoran dengan tujuan perjamuan membebankan rekening restoran ke kartu
kreditnya. Untuk transaksi ini, ketika transaksi terjadi dibebankan sebagai penjualan restoran.
Langkah selanjutnya adalah membebankan transaksi ini ke rekening city ledger untuk
diproses lebih lanjut. oleh uang JSD, piah Rekening city ledger dengan demikian terdiri dari
beberapa rekening tamu yang check-out yang membebankan rekeningnya ke perusahaan dan
transaksi outlet hotel yang juga diselesaikan tunai di kemudian hari.
6.12 NIGHT AUDTING
Night auditing merupakan proses pengujian kepatuhan transaksi agar sesuai dengan
ketentuan yang ditentukan oleh manajemen hotel. Proses night auditing merupakan bagian
dari kegiatan pengendalian internal (internal control) hotel. Night auditing dilakukan malam
hari, setelah proses penjualan dalam satu hari berakhir. Seperti dinyatakan sebelumnya,
siklus penjualan hotel adalah harian karena memberikan layanan selama 24 jam. Penjualan
hotel ditutup dan dilaporkan setiap hari. Jangka waktu satu hari ditentukan dari pukul 07.00
sampai pukul 23.00. Dengan kata lain, penjualan hotel ditutup pada pukul 23.00 dan laporan
penjualan dalam satu hari mencakup penjualan dari pukul 07.00 sampai pukul 23.00. Dalam
proses night auditing yang dilakukan adalah:
1) Membebankan harga kamar kepada setiap rekening tamu. Harga kamar dibebankan
malam hari karena jasa kamar baru dinikmati pada malam hari. Bila tamu belum
sempat menikmati jasa kamar pada malam hari maka dibebankan sebagai day-use.
2) Menentukan neraca percobaan (trial balance) untuk piutang rekening tamu. Dengan
neraca percobaan akan didapat piutang hotel kepada tamu dalam sehari. Artinya,
jumlah seluruh saldo rekening hotel pada hari tertentu merupakan piutang hotel
kepada tamu yang tinggal pada hari itu.
3) Meneliti jika semua laporan dalam satu hari telah dibuat dan dilengkapi dengan benar
dengan dokumen pendukung yang diperlukan oleh semua unit/seksi hotel yang
menghasilkan penjualan. Laporan-laporan yang harus diselesaikan dalam satu hari
penjualan di antaranya laporan penerimaan kas, laporan penjualan untuk makanan
dan minuman dari semua restoran dan bar hotel, laporan penjualan dari outlet lain
seperti laundry and dry cleaning, spa, laporan rekening city ledger, laporan penjualan
kamar (room sales recapitulation), laporan mengenai kondisi kamar dari tata graha
(house keeping report), dan lainnya.
4) Meneliti jika semua dokumen pendukung yang disertakan dalam laporan harian di
atas dicatat kronologis sesuai dengan nomor urut yang ada pada dokumen pendukung
setiap outlet hotel. Jadi, setiap dokumen pendukung yang dibatalkan karena sesuatu
dan lain hal, sehingga mengakibatkan nomor dokumen pendukung yang dilaporkan
tidak berurutan secara krologis, harus mendapatkan persetujuan dari manajer outlet
yang bersangkutan.
5) Membuat laporan penjualan pada hari itu yang lazim diseout D card report. Dengan D
card report, manajemen hotel mendapat informasi jumlah penjualan harian,
penerimaan kas pada hari tertentu, dan sekaligus juga mengetahui jumlah
piutang/tagihan hotel kepada tamu pada tanggal tertentu. Artinya, dengan D card
report manajemen hotel mendapatkan informasi jumlah piutang rekening tamu pada
hari/tanggal tertentu.
6.13 UJI KETETAPAN PIUTANG REKENING TAMU
Dengan proses night auditing, akan didapatkan jumlah piutang rekening tamu pada
hari/tanggal tertentu. Jadi, bila ada 100 kamar yang terhuni pada hari/tanggal tertentu dengan
night auditing maka akan didapatkan jumlah piutang hotel dari kamar ke-1 sampai ke-100.
Pada saat night auditing dilakukan pula proses neraca percobaan untuk piutang rekening
tamu hotel. Transaksi debet minus transaksi kredit = saldo hari ini. Saldo hari ini ditambah
saldo kemarin = Jumlah piutang rekening tamu sampai hari ini. Jumlah piutang rekening
tamu sampai hari ini harus sama dengan jumlah saldo seluruh rekening hari ini (trial
balance). Bila formula di atas diterapkan dan jumlah kedua pendekatan telah sama, berarti
ketepatan piutang rekening tamu telah teruji dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
6.14 TRANSKRIP REKENING TAMU
D card report melaporkan seluruh transaksi rekening tamu dalam sehari untuk debet dan
kedit. Untuk laporan harian yang lebih rinci mengenai transaksi seluruh rekening tamu. daput
diterapkan laporan transkrip rekening tamu. Fungi transkrip ini tidak jauh berbeda dengan D
card report. Hanya saja. penyiapannya dilakukan dengan manual. Dengan trankrip rekening
tamu, didapat pula saldo setiap rekening tamu dari saat check-in sampai dengan tanggal
transkrip dibuat. Jadi, dengan transkrip rekening tamu tersebur, dapat dikerahui pula jumlah
piutang seluruh rekening tamu pada hari dan tanggal tertentu. Dalam ranskrip ini dilaporkan
semua rekening tamu seperti rekening tamu aktif. yaitu untuk tamu yang masih tinggal di
hotel, rekening city ledger, dan rekrning tamu yang check-out dengan membayar tunai.
Contoh transkrip rekening tamu seperti pada Gambar 6.8. Pada contos transkrip rekening
tamu. kolom (3) sampai (7) merupukan jasa yang dihehankan kepada suma, jadi, merupakan
transaksi debet. Adapun kolom (5) sampai (10) merupakan transaksi yung mengurangi
rekening tamu; jadi, merupakan transaksi kredit. Kolom (11), Saldo hari ini, merupakan
selisih antara jumlah debet ((3) sampai dengan (7)) minus jumlah kredit kolom () sampai
dengan (10)). Kolom (12) merupakan penjumlah kolom (2) dengan (11) Jundah vernikal
kolom (12) merupakan jumlah piutang hotel kepada seluruh tamu pada sanggal sertentu.

BAB 7
AKUNTANSI KAS
7.1 PENDAHULUAN
Kas merupakan "darah" suatu perusahaan. Kondisi ini juga berlaku bagi hotel yang
merupakan perusahaan jasa di bidang akomodasi, makanan, minuman dan jasa terkait lainnya.
Dikatakan demikian karena dengan kas yang mencukupi, kegiatan operasional hotel dapat
berjalan lancar. Melalui kas, hotel dapat membayar gaji dan segala aspek yang berhubungan
dengan pembayaran tunai sesuai jadwal yang ditentukan. Dengan lancarnya pembayaran ini,
tidak ada alasan bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan manajemen hotel seperti
karyawan dan rekanan untuk tidak mendukung program-program manajemen. Kondisi ini
Pada sisi pengeluaran, kas hotel digunakan untuk keperluan operasional hotel, pembayaran
gaji karyawan, dan pengeluaran kas yang lain. Pengeluaran kas hotel memerlukan perhatian
yang sungguh-sungguh dari manajemen hotel sehingga hotel tidak akan kekurangan atau
kelebihan kas.
7.2 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN KAS HOTEL
Penjualan tunai jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa terkait lainnya merupakan sumber
kas hotel dari kegiatan operasional hotel. Penjualan tunai jasa-jasa tersebut berlangsung di
kantor depan, restoran dan bar, dan outlet hotel yang lain. Penjualan tunai diterima, dicatat,
dan dilaporkan oleh kasir yang bertugas di kantor depan, restoran, dan bar. Laporan
penerimaan kas dilaporkan oleh setiap kasir pada setiap akhir tugasnya. Misalnya, Biro
Perjalanan A membayar sejumlah tertentu untuk tamu yang dikirim ke hotel yang telah
meninggalkan hotel (check-out) bulan lalu. Pembayaran dilakukan dengan mengirim sejumlah
kas, sebesar piutang hotel, ke rekening bank hotel. Pembayaran ini akan menambah kas hotel
di rekening pada satu sisi dan mengurangi piutang hotel pada pihak ketiga di sisi lain. Kondisi
yang sama berlaku untuk pembayaran piutang dari kartu kredit, beban ke instansi dan lainnya.
juga mendapatkan kas dari pembayaran di muka untuk pemesanan kamar (advance
reservation deposit), perjamuan (banquet), dan sewa/kontrak untuk ruangan toko/ perkantoran
yang ada di area dan atau di lobi hotel. Hotel Selain sumber penerimaan kas dari operasional
yang disebut di atas, hotel juga menerima kas dari sumber pendanaan dari pihak ketiga
(misalnya utang jangka panjang) dan dari aktivitas nvestasi (misalnya penjualan saham).
7.3 PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN JASA HOTEL
Penerimaan kas oleh kasir KANTOR DEPAN Kas yang diterima oleh kasir kantor
depan bersumber dari: 1. Tamu yang meninggalkan hotel (check-out); 2. Pembayaran di muka
untuk pemesanan kamar (advance reservation deposit); 3. Pembayaran di muka untuk pesta
perjamuan/andrawina (banquet). Semua kas yang diterima oleh kasir kantor depan dengan
sumber-sumber kas di atas dicatat pada laporan penerimaan kas yang dikerjakan harian dan
untuk setiap waktu tugas. Dasar pengisian laporan kas ini adalah rekening tamu dan kuitansi
penerimaan kas. Untuk tujuan pengendalian kas, semua rekening tamu dan kuitansi diberi
nomor urut.. Uang kas yang diterima oleh kasir kantor depan harus disetorkan ke manajemen
hotel melalui kasir umum (general cashier) sesuai dengan waktu tugas dan dilakukan harian.
Uang kas yang disetorkan dimasukkan ke dalam amplop yang khusus, Semua penjualan yang
terjadi di outlet dilaporkan harian untuk setjap waktu tugas, disertai dengan semua dokumen
pendukung. Sementara itu, uang kas yang diterima disetorkan pula setiap akhir tugas.
Uang kas yang dimasukkan ke dalam amplop dilaporkan secara rinci sesuai dengan
jumlah uang kas yang diterima. Bila uang kas yang diterima terdiri atas rupiah dan uang asing
maka dalam amplop harus dilaporkan jumlah setiap mata uang yang diterima. Demikian pula,
bila ada uang asing yang diterima dalam traveller's cheque maka traveller's cheque ini harus
dilaporkan pada amplop setoran kas. Laporan mengenai uang yang dimasukkan ke dalam
amplop sesuai dengan pecahan uang kas.
7.4 MEKANISME PENYETORAN KAS
Kas yang diterima oleh kasir, kantor depan dan outlet, harus disetorkan ke manajemen
melalui kasir umum. Agar kas yang diterima terkendali dan sampai kepada manajemen,
diperlukan mekanisme penyetoran kas dari kasir ke general cashier. Mekanisme ini sangat
penting mengingat kasir kantor depan dan outlet memiliki tiga waktu kerja yang disesuaikan
dengan operasional hotel yang beroperasi selama 24 jam sehari. Di sisi lain, waktu kerja
general cashier sesuai dengan jam kantor pada umumnya, yaitu dari jam 08.00 pagi sampai
17.00. Mekanisme yang ditentukan oleh manajemen dalam penyetoran kas yang diterima
dapat menentukan tempat tertentu sebagai pusat (pool) untuk semua setoran kas (dari kasir
kantor depan dan outlet). Pusat penyetoran kas ini dapat berlokasi di kantor depan atau di
mana saja di hotel dalam kotak kas yang memadai dari sisi ukuran dan keamanan. Harus
dicatat adalah bahwa pusat penyetoran kas ini dapat dijangkau oleh kasir selama 24 jam
7.5 REKAPITULASI PENERIMAAN KAS
Untuk tujuan pelaporan penerimaan kas kepada manajemen, semua amplop setoran kas
harus dilaporkan dalam bentuk rekapitulasi penerimaan kas. Di sisi lain rekapitulasi
penerimaan kas merupakan salah satu dokumen untuk melengkapi jurnal penerimaan kas.
Jurnal penerimaan kas ini merupakan tanggung jawab kasir umum, piutang, dari kolom
rekening tamu sampai dengan lainnya merupakan pengurangan piutang sehingga piutang
dikredit. Pada rekapitulasi penerimaan kas juga dilaporkan pergerakan dan atau perubahan
jumlah kas yang ada di bank. Dengan laporan harian saldo bank, manajemen hotel
mendapatkan informasi penting mengenai kondisi kas hotel dari hari ke hari.
7.6 JURNAL PENERIMAAN KAS
Pada jurnal ini dibukukan penerimaan kas secara kronologis. Artinya, sesuai dengan
urutan penerimaan kas. Pada jurnal ini dapat dikaji bahwa transaksi debet untuk kas atau
rekening bank hotel, sedangkan transaksi kredit untuk piutang tamu atau city ledger. Rekening
bank didebet karena jumlah kas meningkat. Sumber dan dokumen pendukung untuk
membukukan penerimaan kas adalah laporan kas dari Food and Beverage Outlet Cashier (kasir
bar, restoran, room service dan sebagainya) dan kasir kantor depan (front office cashier).
Masing-masing laporan kas dari kasir tersebut harus dilengkapi pula dengan dokumen
pendukung yang andal. Untuk laporan kas kasir kantor depan, dokumen pendukung yang andal
adalah rekening tamu yang check-out dan atau kuitansi untuk tamu yang membayar uang muka.
Untuk laporan kas kasir restoran, dokumen pendukung yang andal adalah rekening restoran.
7.7 VOUCHER JURNAL PENERIMAAN KAS
Pada akhir periode akuntansi, misalnya sebulan, jurnal penerimaan kas ditutup.
Penutupan jurnal penerimaan kas dilaporkan dan diringkas pada voucher, yaitu voucher jurnal
pene- rimaan kas. Untuk tujuan pengendalian internal, data pada jurnal penerimaan kas diringkas
pada voucher jurnal ini untuk kemudian ditindaklanjuti oleh fungsi atau jabatan yang lain.
Seperti halnya jurnal penerimaan kas, pada voucher jurnal penerimaan kas turut mencakup
transaksi debet dan kredit. Transaksi debet untuk rekening kas atau bank, sedangkan transaksi
kredit untuk piutang rekening tamu dan atau city ledger. Voucher jurnal yang diterapkan di hotel
bernomor urut untuk identifikasi dan pengendalian.
7.8 AKUNTANSI PENGELUARAN KAS
Pengeluaran kas di hotel dilakukan secara terpusat. Artinya, kas hanya keluar dari satu
pintu. yaitu dari departemen akuntansi dengan jabatan kasir umum (general cashier). Dengan
pengeluaran kas secara terpusat, pengendalian kas hotel dapat lebih mudah dilaksanakan serta
lebih berhasil guna. Pengeluaran kas dalam jumlah kecil dan bersifat mendesak dapat dilakukan
atau dibayar dengan kas kecil (petty cash) yang ada pada kasir umum. Adapun kas untuk
pengeluaran operasional rutin dan dalam jumlah yang relatif besar dikeluarkan melalui rekening
bank hotel. Pengeluaran kas melalui bank hotel harus sesuai dengan prosedur pengeluaran kas
yang telah distandardisasi/dibakukan oleh manajemen hotel. Dokumen-dokumen pendukung
harus lengkap dan benar sebagai dasar olelh kasir umum untuk mengeluarkan kas atau
melakukan pembayaran untuk utang-utang hotel. Dokumen-dokumen pendukung dimaksud
antara lain: 1. Permintaan pembelian barang dari gudang (storeroom requisition) 2. Order
pembelian (purchase order) 3. Laporan penerimaan barang (receiving report) 4. Nota dari
rekanan (Invoice). Prosedur pembelian untuk perishables dan groceries dibahas secara rinci pada
buku F& B Cost Control untuk Hotel dan Restoran oleh IBM Wiyasha terbitan Penerbit ANDI
Yogyakarta 2006.
7.9 PEMBUKUAN PENGELUARAN KAS

Setelah meneliti bahwa dokumen-dokumen pendukung untuk pembayaran utang sudah


lengkap dan benar, kasir umum kemudian menyiapkan cek sebesar tagihan yang diajukan oleh
bagian utang. Kasir umum hanya mengeluarkan dan melengkapi formulir cek. Cek hotel baru
dapat điuangkan oleh rekanan setelah ditandatangani oleh pejabat hotel yangberkompeten untuk
itu. Lazimnya cek, untuk pembayaran utang-utang atau yang lain ditandatangani oleh general
manager dan chief accountant (atau pejabat hotel yang lain). Dengan kata lain, untuk
pengendalian kas hotel, kasir umum hanya menyiapkan cek yang baru dapat diuangkan setelah
ditandatangani olech pejabat hotel yang berkompeten.

Pada jurnal pengeluaran kas, cek yang dibayarkan ke rekanan dibukukan pada sisi kredit
untuk rekening bank (sesuai dengan nomor rekening bank hotel). Pada sisi debet dibukukan
rekening utang dagang hotel. Jadi, pada saat cek dibayarkan rekening utang hotel didebet dan
rekening bank dikredit. Pada setiap akhir periode, jurnal pengeluaran kas diringkas dalam
voucher jurnal pengeluaran kas. Voucher jurnal pengeluaran kas selanjutnya disampaikan pada
fungsi lain untuk dibukukan pada buku besar (general ledger). Istilah teknis pembukuan pada
buku besar disebut posting. Fungsi yang membukukan voucher jurnal discbut book keeper,
tergantung jenjang pada organisasi hotel.

BAB 8
AKUNTANSI PENJUALAN HOTEL

8.1 Pendahuluan
Akuntansi penjualan hotel di departemen akuntansi hotel ditangani oleh fungsi khusus,
yaitu income auditor. Jadi, income auditor merupakan fungsi di departemen akuntansi yang
melaksanakan pembukuan penjualan hotel dan sekaligus melakukan fungsi audit
(attestation/kepatuhan) atas semua penjualan hotel yang terjadi setiap hari. Untuk dapat
membukukan transaksi pada jurnal penjualan, diperlukan dokumen-dokumen pendukung seperti
kuitansi, rekening tamu, laporan penjualan kamar (room count sheet), rekapitulasi penjualan
kamar (room sales recapitulation), rekapitulasi setoran kas, laporan tata graha (housekeeping
report), laporan penjualan makanan dan minuman, D card report, dan laporan pendukung
penjualan lainnya. Hasil pembukuan transaksi penjualan hotel pada jurnal penjualan dan
selanjutnya pada buku besar kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan bila kebenaran sumber
transaksinya tidak disangsikan lagi.
8.2 Saat Pengakuan Terjadinya Penjualan
Mengutip SAK 2002 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 74 halaman 18, penghasilan (income) didefinisikan sebagai pendapatan
maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen, royalti, dan sewa. Dari definisi ini dapat dinyatakan bahwa penghasilan yang
dimaksudkan adalah berasal dari operasional rutin perusahaan. Dalam kaitannya dengan hotel,
penghasilan yang dimaksudkan adalah yang berasal dari kegiatan operasional hotel seperti
penjualan jasa kamar, makanan, minuman, dan jasa lain seperti cucian, dry cleaning. spa, taksi,
dan jasa lain yang ditawarkan oleh hotel. Selanjutnya, SAK 2002 juga memberikan standar untuk
pengakuan penghasilan. Pada paragraf 92 halaman 22 dinyatakan bahwa penghasilan diakui
dalam laporan rugi-laba kalau kenaikan manfaat ekonomis di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau
penurunan kewajiban (misalnya kenaikan bersih aktiva yang timbul dari penjualan barang atau
jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus
dibayar). Melanjutkan pertanyaan di atas, kapan suatu transaksi diakui sebagai penghasilan/
penjualan? Bila merujuk pada ilustrasi di atas untuk tamu yang check-in dan melengkapi kartu
registrasi, saat itu penjualan jasa kamar belum dapat diakui. Oleh karena belum diakui, jasa
kamar belum dapat dibukukan pada rekening tamu sebagai penjualan hotel.
Pada saat tamu check-in dan melengkapi kartu registrasi, yang terjadi adalah tamu baru
melengkapi identitas diri (sebagai syarat yang harus dipenuhi) dan mengadakan "kontrak" bahwa
akan bermalam hotel dengan kondisi atau syarat-syarat yang saling disepakati antara hotel
dengan tamu. Pengakuan penjualan kamar baru diakui dan karenanya dibebankan pada rekening
tamu setelah tamu menikmati jasa kamar. Jasa kamar baru dinikmati bila tamu telah bermalam di
hotel. Dengan kata lain, jasa kamar diakui sebagai pendapatan setelah lewat tengah malam.
Secara teknis, operasional jasa kamar baru dibebankan ke rekening tamu yang bersangkutan pada
pukul 11.00 malam. Untuk jasa-jasa hotel yang lain seperti makanan, diakui setelah tamu
menikmati produk makanan.

8.3 Penjualan Kamar


Penjualan kamar memberikan kontribusi atas total penjualan hotel dengan kisaran antara
60-70%. Penjualan kamar dilakukan oleh staf kantor depan yaitu resepsionis. Penyiapan kamar
dilakukan oleh staf tata graha, yaitu roon maid atau room boy. Pembebanan jasa kamar atau
pencatatan penjualan ke rekening tamu dilakukan pada malam hari oleh kasir kantor depan atau
night auditor.

8.4 Pengendalian Penjualan Kamar


Perputaran penjualan jasa kamar hotel relatif tinggi dengan penjualan per unit penjualan
relatif kecil serta dengan perputaran kas yang tinggi. Kondisi ini mendorong diperlukan
pengendalian penjualan kamar. Pengendalian yang dikaji pada bab ini adalah pengendalian
akuntansi, yaitu yang berhubungan dengan pelaporan penjualan jasa kamar. Penjualan jasa
kamar melibatkan beberapa fungsi seperti kantor depan, tata graha dan kasir kantor depan. Setiap
fungsi menyiapkan laporan masing-masing sesuai fungsinya. Resepsionis yang merupakan salah
satu fungsi kantor depan akan menyiapkan laporan kamar yang terhuni dan yang siap untuk
dijual (vacant) untuk setiap waktu tugas (shift). Tata graha yang berfungsi memproduksi kamar
menyiapkan laporan kamar terhuni dan kamar yang tidak dapat dijual (our of order).Berikut akan
dibahas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengendalian penjualan jasa kamar.
1. ROOM COUNT SHEET, laporan ini dapat dialihbahasakan menjadi laporan hunian
kamar. Dikatakan demikian karena yang dilaporkan adalah kamar yang terjual, atau yang dihuni
oleh tamu. Dalam laporan ini, selain kamar yang dijual pada malam tertentu, juga dilaporkan
jumlah tamu, harga kamar yang terhuni, dan jumlah penjualan kamar. Laporan ini disiapkan oleh
kantor depan, fungsi resepsionis. Laporan inidisiapkan malam hari setelah pendapatan kamar
diakui. Pada laporan ini dicantumkan informasi berikut ini: a. Hari/tanggal laporan b. Nama
resepsionis yang menyiapkan laporan c. Nomor kamar d. Jumlah tamu e. Pendapatan kamar f.
Rekapitulasi, dan g. Tamu rombongan Contoh isian room count sheet seperti pada Gambar 8.1.
2. REKAPITULASI PENJUALAN JASA KAMAR Dokumen ini disiapkan oleh kantor
depan oleh seksi atau fungsi resepsionis. Pengakuan penjualan jasa kamar dilakukan setelah
tamu menikmati jasa kamar. Oleh karenanya, pembebanan pada rekapitulasi penjualan
dilaksanakan pada malam hari. Dengan kata lain, Rekapitulasi penjualan kamar dikerjakan pada
malam hari oleh petugas resepsionis yang bertugas malam hari. Berkat kemajuan teknologi
komputer, pelaksanaan tugas ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Informasi yang
dicantumkan pada rekapitulasi penjualan jasa kamar seperti di bawah ini: Horgo 330.000
660.000 a. Hari dan tanggal rekapitulasi b. Nomor kamar c. Jenis kamar 840.000 d. Harga kamar
untuk hunian tunggal atau ganda e. Jumlah tamu yang menghuni kamar tertentu f. Rerata harga
kamar harian (average daily rate) g. Persentase hunian kamar (single occupancy percentage) h.
Persentase hunian ganda (double occupancy percentage).

3. LAPORAN HUNIAN KAMAR TATA GRAHA (HOUSE KEEPING REPORT)


Laporan ini dikerjakan oleh bagian tata graha. Pada laporan ini dicantumkan kamar yang terhuni
dan jumlah tamu yang menghuni kamar tersebut. Bagian tata graha merupakan bagian hotel yang
"memproduksi" jasa kamar sehingga yang dilaporkan adalah kamar yang telah diproduksi, siap
untuk dijual, dan yang dihuni oleh tamu. Pada laporan tata graha, informasi yang dicantumkan
antara lain: a. Hari dan tanggal laporan b. Nomor kamar terhuni c. Jumlah kamar yang tidak
dapat dijual (out of order) d. Jumlah kamar yang siap dijual (vacant) e. Nama petugas dan
manajer.
8.5 LAPORAN PENJUALAN RESTORAN DAN BAR

Laporan ini dikerjakan oleh setiap kasir restoran setiap waktu tugas (shift) dan untuk setiap
waktu makan seperti makan pagi, siang dan malam. Laporan penjualan restoran umumnya
melaporkan hasil penjualan makanan yang terjadi di restoran. Bila hotel memiliki tiga restoran
yang semuanya melayani ketiga waktu makan maka dalam satu hari terdapat sembilan laporan
penjualan untuk ketiga restoran. Namun, pada kondisi tertentu, restoran dapat sekaligus menjual
makanan dan minuman (minuman ringan, bir, minuman campuran, dan minuman keras). Untuk
tujuan pengendalian, pada laporan penjualan restoran dan bar, nomor urut bukti penjualan
(seperti restaurant check dan bar check) dicantumkan pada laporan penjualan. Melalui
pencantuman ini, manajemen menyampaikan pesan bahwa manajemen sangat berkepentingan
dengan penjualan hotel. Informasi yang dicantumkan pada laporan penjualan restoran dan bar
seperti di bawah ini: 1.. Hari/tanggal 2. Waktu tugas 3. Nomor restaurant/bar check (berurutan)
4. Penjualan makanan (dalam rupiah) 5. Jasa layanan (service charge) 6. Pajak Pembangunan 1
(PPb1) 7. Jumlah Penjualan 8. Pembayaran Tunai 9. Dibebankan ke rekening kamar, kartu
kredit, dan sebagainya 10. Nama dan tanda tangan petugas

8.6 LAPORAN PENJUALAN CUCIAN DAN DRY CLEANING


Laporan ini dikerjakan oleh petugas pada bagian cucian dan dry cleaning. Laporan ini
dikerjakan setiap waktu tugas; lazimnya hanya dua waktu tugas yang mengerjakan laporan ini,
Pada laporan ini, yang dicantumkan adalah penjualan cucian dan dry cleaning untuk tamu yang
tinggal di hotel dan pelanggan. yang tidak tinggal di hotel atau non-hotel guest. Informasi yang
dicantumkan pada laporan'ini seperti: 1. Hari/tanggal 2. Waktu tugas 3. Nomor voucher (check)
cucian 4. Nomor kamar 5. Biaya jasa pencucian (tagihan kepada tamu) 6.Nama petugas dan
manajer.

8.7 LAPORAN PENJUALAN KAMAR HOTEL


Laporan ini disiapkan oleh income auditor. Laporan ini dapat dikatakan menyatukan dan
merangkum semua penjualan hotel dan didasarkan pada laporan penjualan yang disiapkan oleh
bagian yang menangani penjualan. Income auditor berfungsi mengaudit semua pendapatan hotel
agar sesuai dengan kebijakan manajemen. Setelah proses audit semua penjualan hotel untuk hari
dan tanggal tertentu selesai, laporan penjualan harian disiapkan oleh income auditor. Dalam
laporan ini dicantumkan penjualan untuk:
1. Penjualan jasa kamar. Penjualan jasa kamar dilaporkan pada laporan penjualan harian setelah
semua dokumen pendukung lengkap dan diisi dengan benar. Lengkap berarti bahwa dokumen
pendukung yang diperlukan sudah ada. Sebagai ilustrasi, untuk penjualan jasa kamar, dokumen
yang harus ada adalah room count sheet, rekapitulasi penjualan kamar, House Keeper's report
dan D card report. Benar berarti bahwa data yang dicantumkan pada room count sheet tidak
bertentangan dengan House Keeper's report, dan jumlah penjualan jasa kamar pada rekapitulasi
penjualan kamar sama dengan jumlah penjualan kamar pada D card report.
2. Penjualan makanan dan minuman. Pada laporan harian penjualan hotel, dicantumkan
penjualan makanan dan minuman untuk seluruh waktu tugas (shift). Artinya, penjualan makanan
di coffee shop dilaporkan untuk seluruh shift pada laporan harian penjualan hotel. Pada sisi
dokumen pendukung, laporan penjualan makanan untuk coffee shop dibuat untuk setiap shift.
Laporan penjualan makanan dan minuman dianggap benar bila jumlah penjualan yang
dilaporkan oleh restoran/outlet sama dengan yang dilaporkan oleh night auditor pada D card
report. Laporan yang disampaikan lengkap bila disertai dokumen pendukung, seperti nomor
voucherl check telah berurutan, dan dokumen order makanan yang diperlukan.
3. Penjualan dari departemen lain (minor operated departments). Penjualan jasa dan produk hotel
yang digolongkan sebagai penjualan lain-lain dan biasa dikategorikan sebagai penjualan minor
(minor operated departments) antara lain cucian, telepon, spa, taksi, dan sebagainya. Penjualan
jasa-jasa ini dilaporkan ke income auditor melalui kasir kantor depan dan diteliti sebelumnya
oleh night auditor. Formulir yang digunakan seperti pada Gambar 8.5 di atas, tetapi pada
scksi/bagian yang memberikan dan membuat laporan penjualan harus disesuaikan lagi dengan
seksi yang bersangkutan. Kebenaran dan - keakuratan laporan penjualan ini harus diteliti lagi
oleh income auditor. Kebenarannya diteliti lewat bukti transaksi pendukung penjualan minor ini
seperti voucher yang berurutan dan laporan disiapkan oleh departemen minor yang disahkan oleh
penyelia/manajernya. Keakuratan laporan penjualan minor ini diyakinkan dengan kesamaan
antara jumlah yang tercantum dengan jumlah yang dibebankan ke rekening tamu dan laporan
tunai oleh night auditor dan kasir kantor depan untuk penjualan tunai.

8.8 RINCIAN PENJUALAN HOTEL


Penjualan hotel yang dibebankan ke rekening tamu, yang selanjutnya dilaporkan ke bagian
akuntansi atau income auditor, harus dirinci lagi menjadi penjualan jasa/produk hotel, jasa
layanan, dan pajak pembangunan I. Sebagai ilustrasi, jasa penjualan kamar yang dibebankan ke
rekening tamu sebesar Rp121.000. Jumlah ini harus dirinci lagi menjadi penjualan kamar sebesar
100%, jasa layanan sebesar 10% dan pajak pembangunan I sebesar 11%. Jadi, untuk ilustrasi ini
jasa penjualan kamar sebesar Rp100.000, jasa layanan sebesar Rp10.000 dan pajak
pembangunan I sebesar Rpl1.000. Semua penjualan hotel yang dibebankan ke rekening tamu
berjumlah sebesar 121% dan, untuk tujuan pelaporan penjualan, harus dirinci lagi menjadi
produk atau jasa hotel yang menjadi pendapatan hotel, jasa layanan yang merupakan utang hotel
kepada karyawan, dan pajak pembangunan I yang merupakan utang hotel kepada pemerintah.
Dengan kata lain, setelah semua penjualan dirinci menjadi penjualan netto, langkah selanjutnya
adalah membukukan pada jurnal penjualan. Perlu dicatat bahwa rincian penjualan hotel
merupakan dokumen pendukung untuk memudahkan pembukuan pada jurnal penjualan. Contoh
isian rincian penjualan hotel seperti pada Gambar 8.7 di bawah ini.

8.9 JURNAL PENJUALAN


Semua penjualan hotel setelah dirinci akan dibukukan pada jurnal penjualan. Jurnal ini menjadi
tanggung jawab fungsi yang menangani penjualan hotel atau income auditor. Oleh karena itu,
kebenaran dan penyiapannya dilakukan oleh income auditor. Pada jurnal penjualan yang
merupakan transaksi kredit adalah:
1. Penjualan jasa/produk seperti kamar, makanan, minuman, spa, dan jasa-jasa lain.
2. Utang jasa layanan (service charge). Hotel sebagai usaha jasa memungut jasa layanan
sebesar 10% dari penjualan kepada tamu. Jasa layanan ini merupakan hak karyawan hotel
yang dibebankan ke rekening tamu dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Hotel dalam hal ini hanya bertugas sebagai wajib pungut. Jasa layanan ini merupakan
utang hotel kepada karyawan, yang pada gilirannya akan didistribusikan kepada
karyawan.
3. Pajak pembangunan I (Ppbl). Hotel membebankan pajak pembangunan I yang
merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah. Hotel membebankan pajak
pembangunan I ke rekening tamu sebesar 11% dari penjualan jasa/produk hotel. Seperti
halnya pada jasa layanan, hotel hanya berfungsi sebagai wajib pungut pajak
pembangunan I, yang pada gilirannya akan dibayarkan kepada pemerintah. Jadi, pajak
pembangunan I merupakan utang hotel kepada pemerintah sehingga dicatat pada bagian
kredit pada jurnal penjualan.
4. Penjualan yang diterima lebih dahulu. Hotel juga menerima penjualan yang diterima
lebih dahulu dari tamu/pelanggannya. Lazimnya, tamu memberikan uang muka untuk
jasa kamar yang akan digunakan di masa yang akan datang. Uang muka ini merupakan
penjualan yang diterima terlebih dahulu karena jasa kamar belum dinikmati oleh tamu.
Uang muka lazim pula dibayarkan untuk pesta perjamuan sebagai tanda jaminan bahwa
tamu akan melaksanakan pesta dimaksud di masa yang akan datang. Pada sisi debet
jurnal penjualan, dibukukan transaksi antara lain: 1. Piutang dagang. Ketika tamu
meninggalkan hotel (check-out) dan menyelesaikan dengan kartu kredit atau dibebankan
ke lembaga (kantor tempat bekerja, agen perjalanan, dan lembaga lain), transaksi ini
dikelompokkan sebagai piutang dagang atau biasa juga disebut city ledger. 2. Rekening
tamu. Semua transaksi yang dibebankan ke rekening tamu merupakan piutang hotel. Usia
piutang ini sangat pendek, tetapi harus selalu dimonitor oleh manajemen hotel untuk
tujuan pengendalian. 3. Piutang lain-lain seperti paid-out, piutang karyawan, dan lainnya.
Khusus untuk paid- out, bila jumlah dan frekuensi yang terjadi signifikan, maka harus
dikendalikan oleh manajemen. Artinya, pada jurnal penjualan harus dicantumkan kolom
khusus untuk Ino-pied.

8.10 PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN HOTEL


Hotel yang beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 hari selama seminggu memiliki ciri
per.jualan dengan frekuensi yang tinggi. Dengan ciri penjualan yang berputar cepat,
diperlukan pengendalian penjualan yang memadai. Ciri lain yang harus diperhatikan
adalah penjualan tunai dengan frekuensi tinggi walaupun penjualan per unit relatif kecil.
Sebagai ilustrasi, bila tamu tinggal untuk dua malam dengan harga kamar Rp200.000
maka ketika check-out, uang tunai/kas yang harus diterima oleh hotel sebesar Rp400.000.
Demikian pula untuk di restoran hotel, transaksi yang terjadi memiliki tingkat perputaran
yang tinggi dengan melibatkan perputaran kas yang tinggi. Mengingat ciri-ciri tersebut,
diperlukan pengendalian internal untuk penjualan hotel sehingga penjualan yang terjadi
tidak mengalami kebocoran, terutama yang berhubungan dengan kas.

1. Pengendalian penjualan jasa kamar. Penjualan kamar melibatkan beberapa fungsi,


yaitu tata graha yang menyiapkan atau "memproduksi" kamar, kantor depan yang
"menjual" dan melakukan transaksi penjualan, dan kasir kantor depan yang menerima
dan melaporkan kas hasil penjualan kamar, serta night auditor yang meneliti kebenaran
transaksi penjualan kamar.
2. Tata Graha: melengkapi laporan House Keeping Report. Dalam laporan ini
dilaporkan jumlah kamar yang terhuni, kamar yang tidak dapat dijual karena tidak bisa
memberikan fungsi yang nyaman kepada tamu yang dikelompokkan dengan kamar rusak
(out of order - oo), dan jumlah kamar yang tidak terhuni tetapi siap untuk dijual kepada
tamu. Laporan ini disiapkan oleh tata graha berdasarkan hasil pemeriksaan langsung ke
setiap kamar melalui fungsi yang menyiapkan kamar (room maid/room boy). Laporan
house keeping ini (house keeping report) dibuat setiap hari dan didistribusikan ke kantor
depan dan income auditor melalui night auditor.
3. Kantor Depan: menyiapkan laporan room count sheet dan room sales recapitulation.
Room count sheet melaporkan jumlah kamar terhuni, yang rusak, dan yang tidak terhuni
dan siap untuk dijual (vacant) kepada tamu. Room sales recapitulation melaporkan
rekapitulasi penjualar kamar untuk malam tertentu.
4. Kasir Kantor Depan melaporkan semua kas yang diterima setiap waktu tugas (shift).
Dalam melaporkan kas yang diterima sumber atau dokumen pendukung adalah kuitansi
dan rekening tamu. Jadi, dalam laporan kas yang dilaporkan dapat diketahui penjualan
kamar yang ada dalam rekening tamu untuk tamu yang check-out dengan membayar
tunai. Semua laporan kasir kantor depan harus dilaporkan setiap akhir tugas dan setiap
hari kepada manajemen melalui income auditor.

5. Night Auditor. melaporkan semua penjualan atau piutang hotel yang terjadi pada hari
tertentu dan kas yang diterima pada hari dan tanggal tertentu. Laporan night auditor lazim
disebut D card report. Dalam D card report dapat diketahui jumlah penjualan kamar yang
terjadi dalam satu malam.
Dengan menganalisis laporan-laporan dari ketiga fungsi yang terlibat dengan
produk kamar, pengendalian atas penjulan kamar dapat dilakukan. Pengendalian menjadi
tidak berfungsi dan sia-sia bila terjadi kolusi pada seluruh fungsi yang terlibat dalam
penanganan produk kamar. Pengendalian penjualan kamar dilakukan pada lapis pertama
oleh night auditor yang bertugas pada malam hari dan sekaligus menentukan tagihan
hotel kepada tamu setiap malam. Dengan kata lain, Night Auditor berfungsi menentukan
besarnya piutang rekening tamu setiap malam. Pengendalian penjualan kamar selanjutnya
dilakukan oleh income auditor dengan mengkaji semua laporan yang berhubungan
dengan penjualan kamar, mulai laporan dari tata graha, kantor depan, kasir kantor depan,
dan night auditor. Bila semua laporan tidak saling bertentangan, dapat dinyatakan bahwa
telah terjadi kepatuhan terhadap kebijakan dan aturan yang telah ditentukan oleh
manajemen hotel. PENJUALAN MAKANAN DAN MINUMAN Penjualan makanan
dan minuman memberikan sumbangan yang berarti terhadap penjualan hotel secara
keseluruhan. Frekuensi penjualan makanan dan minuman yang terjadi dalam sehari tinggi
dengan unit penjualan tunai yang relatif kecil. Pengendalian penjualan makanan dan
minuman harus dilakukan untuk menghindari kebocoran yang terjadi dan menunjukkan
kepada karyawan bahwa manajemen sangat berkepentingan dengan segala sesuatu yang
terjadi di hotel. Pengendalian penjualan makanan dan minuman menggunakan
pendekatan pengendalian setiap fungsi. Sebagai ilustrasi, pesanan makanan baru bisa
diproduksi bila pesanan dari tamu dicatat pada slip order oleh pramusaji restoran. Slip
order juga berfungsi menyiapkan rekening restoran (restaurant check). Dengan kata lain,
slip order merupakan dasar dan dokumen pendukung untuk menyiapkan restaurant check.
Restaurant check ini disiapkan dan merupakan tanggung jawab kasir restoran. Seperti
yang telah dibahas pada halaman sebelumnya, setiap akhir tugas kasir restoran harus
menyiapkan laporan penjualan makanan di restoran. Laporan penjualan dari kasir
restoran harus disampaikan ke income auditor melalui night auditor. Night auditor
pertama kali akan memeriksa kebenaran laporan penjualan restoran yaitu jika slip order
berurutan, restaurant check juga berurutan pada laporan penjualan restoran. Hal lain yang
diuji kebenarannya adalah jumlah tagihan restoran yang ada pada laporan penjualan
restoran sesuai dengan ada pada rekening tamu yang bersangkutan.

8.11 PERIKSA INTERNAL JURNAL PENJUALAN


Fungsi-fungsi yang ada dan yang menangani akuntansi hotel harus saling periksa.
Dengan kata lain, internal check antarfungsi harus diciptakan pada sistem yang
diterapkan oleh manajemen. Pada jurnal penjualan, sisi debet harus sama jumlahnya
dengan sisi kredit. Kondisi ini merupakan periksa pada diri sendiri (self check). Untuk
internal check, sisi debet pada jurnal penjualan harus sama jumlahnya dengan jumlah
yang dicatat oleh fungsi piutang atau bagian kredit. Demikian pula untuk sisi kredit,
terutama untuk utang.

BAB 9
AKUNTANSI PIUTANG

9.1 PENDAHULUAN
Piutang merupakan rekening yang sangat penting bagi hotel. Dikatakan demikian karena
piutang merupakan salah satu sumber kas potensial bagi hotel. Pengelolaan piutang yang baik
akan sangat membantu manajemen dalam menyediakan kas bagi operasional hotel. Piutang
timbul karena pelaksanaan kebijakan kredit hotel. Kebijakan kredit harus ditentukan dan
diterapkan untuk meningkatkan pendapatan hotel di tengah persaingan bisnis yang semakin
ketat. Kebijakan kredit diberikan kepada tamu hotel pada saat check-in yang tarcantum dalam
kartu registrasi. Dengan kata lain, kebijakan kredit diterapkan untuk niutang rekening tamu.
Secara teknis, pelaksanaan kebijakan kredit kepada tamu borel dilaksanakan dengan memberikan
pengingat/pemberitahuan jika hotel akan menaei pembayaran setiap tiga hari atau telah mencapai
jumlah tertentu yang merupakan batas tertinggi kredit yang diberikan bagi tamu hotel. Untuk
piutang city ledger, kebijakan kredit yang diterapkan adalah dengan menghubungi debitur serta
dengan menagih setelah mendekati 30 hari. Pertemuan antar-credit manager hotel secara berkala
untuk membahas perkembangan masing-masing piutang dan debitur akan sangat membantu
pihak hotel untuk menekan piutang yang tidak tertagih sebagai akibat pelaksanaan kebijakan
kredit.

9.2 PENGERTIAN PIUTANG


Piutang merupakan hak atau tagihan hotel kepada debitur (pihak ketiga) untuk produk
dan jasa yang telah dinikmati oleh debitur bersangkutan. Piutang hotel lazimnya terdiri dari
rekening tamu (guest ledger) yaitu tamu hotel, city ledger yang merupakan tagihan pada tamu
yang telah check-out dan atau kepada pihak ketiga yang telah menikmati jasa dan produk hotel,
dan piutang lain-lain seperti tagihan untuk sewa ruangan hotel seperti shopping arcades. Piutang
merupakan aktiva lancar sehingga pengutipan piutang menjadi kas seharusnya telah selesai untuk
periode setahun/periode berjalan.

9.3 AKUMULASI PIUTANG


Besaran piutang sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut:
1. Volume penjualan kredit
2. Rerata jangka waktu pengutipan piutang
Sebagai ilustrasi, bila hotel memiliki piutang rekening tamu per hari Rp300.000 dan rerata
pengutipan piutang atau pembayaran rekening tamu 3 (tiga hari), maka dalam 3 (tiga) hari
piutang rekening tamu terakumulasi menjadi Rp900.000.
Untuk piutang city ledger, bila per hari rerata penjualan kredit Rp400.000 dan rerata pengutipan
piutang 30 hari maka jumlah piutang city ledger per bulan Rp1.200.000. Dari ilustrasi tersebut
dapat dinyatakan bahwa manajemen telah menanamkan dana selama 3 (hari) sebesar Rp900.000
untuk bahan-bahan keperluan tamu, tenaga kerja, makanan dan minuman untuk tamu, dan
peluang laba. Untuk city ledger, diperlukan dana sebesar Rp1.200.000 untuk semua keperluan
tamu; jasa dan produk hotel. Untuk bisnis hotel dengan tingkat perputaran transaksi kredit yang
cepat dalam satu hari, diperlukan kebijakan kredit yang ketat sehingga akumulasi piutang tidak
menjadi besar dalam satu bulan yang pada akhirnya akan berpengaruh atas keperluan kas.

9.4 KEBIJAKAN KREDIT


Kebijakan kredit merupakan keputusan manajemen dalam memberikan kredit kepada tamu atau
pihak ketiga dalam upaya meningkatkan pendapatan hotel. Kebijakan kredit yang ditentukan
oleh manajemen akan sangat berpengaruh pada pendapatan hotel. Bila manajemen ingin
meningkatkan volume penjualan, kebijakan kredit dapat dilonggarkan. Namun, di sisi lain, bila
kebijakan kredit longgar, volume penjualan kredit meningkat; peluang untuk tidak tertagih juga
akan semakin tinggi sehingga akan merupakan biaya bagi hotel. Di sisi lain, bila kebijakan kredit
diperketat maka akan memperkecil penjualan kredit; sehingga akan menekan biaya penagihan.
Untuk itu, manajemen hotel harus menentukan sedemikian rupa kebijakan kreditnya agar dapat
meningkatkan penjualan, tetapi biaya pengutipan bisa ditekan. Kebijakan kredit yang ditentukan
oleh manajemen akan berpengaruh terhadap penjualan, harga pokok dan biaya, jumlah piutang,
dan biaya pengutipan.
Dalam menetapkan kebijakan kredit, manajemen harus memperhatikan empat elemen berikut:
1. Jangka waktu kredit yang diberikan. Artinya, kredit yang diberikan harus dibayar dalam
jangka waktu tertentu, misalnya 30 (tiga puluh) hari. Sebagai ilustrasi untuk tamu hotel,
kredit yang diberikan hanya sebesar Rp1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) atau
dalam tiga hari rekening harus diselesaikan. Bila dalam dua hari rekening tamu telah
mencapai jumlah tersebut maka manajemen hotel akan mengirim pengingat kepada tamu
untuk segera menyelesaikan rekeningnya di kasir kantor depan. Bila kebijakan kredit
diperlonggar untuk tamu menjadi Rp3.000.000 atau dalam enam hari kredit harus
diselesaikan, maka jumlah piutang akan meningkat dan pada sisi lain biaya dan peluang
untuk tidak tertagih menjadi lebih tinggi.
2. Standar kredit. Artinya, dalam memberikan kredit kepada tamu, manajemen hotel
mempertimbangkan kemampuan keuangan tamu dalam menyelesaikan rekeningnya. Bila
tamu ternyata memiliki kartu kredit platinum, tentu jumlah kredit yang diberikan lebih
besar daripada yang tidak memiliki kartu kredit platinum.
3. Kebijakan pengutipan piutang. Artinya, langkah-iangkah yang akan diambil , manajemen
hotel dalam mengutip piutang. Sebagai ilustrasi, untuk oi manajemen akan mengirimkan
surat yang mengingatkan tamu bahwa tagi rekeningnya sudah mencapai batas kredit yang
diberikan dan agar segera menyelesaj un di kasir kantor depan. Untuk city ledger,
manajemen akan mengirimkan tagihan bulan pertama. Bulan berikutnya, selain
mengirimkan surat tagihan, juga disertai deng telepon langsung dari manajer kredit. Jika
masih belum menyelesaikan tagihan re bulan berikutnya, tamu tersebut didatangi
langsung oleh general manager dan fin controller.
4. Diskon tunai. Artinya, manajemen akan memberikan diskon bila tamu atau pihak ker
menyelesaikan rekeningnya dalam jangka waktu yang relatif singkat, misaln diselesaikan
dalam jangka waktu sepuluh hari diberikan diskon tunai 2% dari to tagihan. Diskon tunai
diberikan dalam upaya mempercepat pengutipan piutang sehing keperluan kas hotel dapat
dipenuhi.

9.5 KUALITAS KREDIT


Kualitas kredit mengandung pengertian bahwa tingkat pengutipan piutang sangat tinge Kualitas
kredit sangat dipengaruhi oleh lima variabel generik di bawah ini, yang lazin disebut lima C.
1. Character. merupakan sifat debitur. Artinya, debitur bertanggung jawab atas utangiy
kepada hotel dan menyelesaikannya sesuai dengan jangka waktu yang disepae
sebelumnya. Character menyangkut perilaku debitur, karena ada debitur yang na yang
sangat sulit, bahkan cenderung tidak mau membayar rekeningnya.
2. Capacity. mengenai kemampuan tamu atau pihak ketiga dalam menyelesaikan rekeni
hotel. Capacity melibatkan pertimbangan subyektif dari pejabat hotel yang berkompeten.
Capacity juga menyangkut kondisi bisnis debitur (tamu/pihak ketigel.
3. Capitał. merupakan sumber daya yang dimiliki oleh debitur dengan menganalisis laporan
keuangannya. Penekanan analisis pada tingkat risiko keuangan debitur sepert debt equity
ratio, cash flow, debt asset ratio, current ratio, dan tinies-interest earned ratio.
4. Collateral merupakan seberapa besar aset debitur yang dapat dijadikan jaminan untuk
rekening hotel atau tagihannya.
5. Conditions. merupakan kondisi ekonomi makro saat kredit diberikan. Saat ini pada 2008
dunia sedang mengalami krisis keuangan global (global financial crisis) yang dipicu oleh
masalah keuangan di USA. Pada kondisi seperti ini, di mana USA, Jepang, Australia dan
setiap negara di Eropa mengalami krisis keuangan, akan lebih baik bagi hotel untuk lebih
berhati-hati dalam memberikan kredit, karena peluang tidak tertagih meningkat tajam.

Kelima C di atas merupakan pertimbangan dalam memberikan kredit kepada tamu. Di samping
kelima C tersebut, manajemen, teruta bagian kredit, harus selalu menganalisis kondisi piutang
dan mengaitkan dengan pengalaman yang lalu. Selain analisis internal tersebut, harus dilakukan
pula analisis eksternal dengan mengikuti pertemuan-pertemuan antarmanajer kredit (credit
meetings) yang dilakukan cecara berkala. Pada pertemuan ini segala hal yang berhubungan
dengan kredit hotel dikaji secara mendalam. Melalui analisis eksternal dan internal, diharapkan
agar kualitas penjualan kredit meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang
tertagihnya piutang hotel

9.6 KARTU KREDIT


Dengan kemajuan teknologi dan metode pembayaran, kartu kredit merupakan tagihan
yang besarnya signifikan bagi hotel. Sisi positif kartu kredit adalah bahwa penjualan hotel
Kedua, hotel tidak harus melakukan evaluasi mengenai kemampuan tamu pada bidang
meningkat secara berarti karena mempermudah tamu dalam menyelesaikan rekeningnya.
keuangan karena telah dilakukan oleh bank yang mengeluarkan kartu kredit. Ketiga, dengan
kartu kredit hotel dapat mengutip piutang dalam waktu yang relatif cepat. Di sisi lain, bank yang
melakukan pembayaran akan memotong penjualan hotel dengan kisaran 2 sampai dengan 5%.
Artinya, hotel harus menanggung beban ini yang juga merupakan pengurangan pendapatan.
Penjurnalan transaksi dengan kartu kredit seperti di bawah ini:
1. Pada saat tamu check-out dan menyelesaikan dengan kartu kredit A
Piutang-Kartu Kredit A Rp.100
Pada Pendapatan Rp.100
2. Pada saat pembayaran diterima dari kartu kredit A
Kas Rp. 95
Komisi Kartu Kredit Rp.5
Pada Piutang-Kartu Kredit A Rp.100
Membukukan pembayaran kartu kredit A dengan 5% biaya komisi.

9.7 PIUTANG RAGU-RAGU


Piutang ragu-ragu merupakan piutang yang tidak tertagih dan merupakan biaya yang
harus dibebankan pada rekening piutang. Piutang ragu-ragu merupakan konsekuensi kebijakan
kredit yang diterapkan oleh hotel. Untuk memberikan informasi mengenai kondisi piutang,
pemantauan posisi piutang dikaji dari usia harus dilakukan. Pemantauan piutang dari sisi usia
lazim disebut aging of account receivables. Dengan mengetahui posisi piutang dari sisi usia,
manajemen kemudian menentukan peluang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu. Piutang ragu-
ragu dibebankan sebagai biaya piutang. Besaran piutang ragu-ragu ditentukan berdasarkan atas
pengalaman yang lalu. Perhatikan tabel di bawah ini untuk analisis usia piutang dan penentuan
besaran piutang ragu-ragu. Data yang disajikan bersifat hipotetis dan ilustratif.

Jumlah % dari % peluang tidak


Usia Piutang Piutang total tertagih Jml. Tidak tertagih
0 hari 2.150.000 74 1 21.500
1-30 hari 320.000 11 3 9.600
30-60 hari 203.400 7 4 8.136
61-90 hari 142.700 5 5 7.135
90 hari lebih 80.300 3 40 32.120
Total 2.896.400 100   78.491

Dari table diatas dapat diketahui bahwa biaya yang dibebankan sebagai piutang ragu-ragu
yaitu tidak tertagih, adalah sebesar Rp. 78.491 atau sebesar 2,70% dari total penjualan kredit.
Dari jumlah ini tidak dapat diketahui dengan pasti debitur yang mana yang akan tidak memenuhi
kewajibannya kepada hotel. Namun demikian, jumlah ini harus dikurungkan dari piutang dan
harus diungkapkan pada neraca.
Perlakuan akuntansi untuk menghapuskan piutang ragu-ragu dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
1. Metode langsung (direct write-off)
2. Metode tidak langsung (allowance method)
Metode langsung:
Dengan metode ini berarti piutang ragu-ragu langsung dihapuskan dari rekening piutang. Dengan
menerapkan data pada table diatas, jurnal untuk menghapuskan piutang ragu-ragu seperti
dibawah ini.
Piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Pada piutang Rp. 78.491
Untuk mencatat penghapusan piutang ragu-ragu
Metode tidak langsung
Dengan metode ini, piutang ragu-ragu awalnya ditempatkan dengan rekening lawan akumulasi
penyisihan piutang ragu-ragu sebelum pada akhirnya dihapuskan dari rekening piutang.
Perhatikan jurnal untuk membukukan piutang ragu-ragu dengan menerapkan data dari table di
atas.
Penyisihan piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Pada akumulasi penyisihan piutang ragu-ragu Rp. 78.491
Untuk mencatat biaya piutang ragu-ragu

Nomor Buku Pembantu


Keterangan Buku Besar
Rekening Debet Kredit
630 Biaya administrasi dan umum 78.491    
630-12 Penyisihan piutang ragu-ragu   78.491  
         
120 Pada Piutang 78.491    
260-11 Akumulasi penyisihan piutang     78.491
  Ragu-ragu      
         
  Untuk mencatat penyisihan      
  Piutang ragu-ragu periode Mei      
  Jumlah   78.491 78.491

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Dibukukan Oleh:

Sri Aga Ogie


Bila ternyata dapat dipastikan bahwa dari jumlah diatas sejumlah Rp. 21.300 dari Tuan K
benar-benar tidak dapat di tagih dan harus dihapuskan dari rekening piutang maka jurnalnya
seperti dibawah ini.
Akumulasi piutang ragu-ragu Rp. 21.300
Pada piutang Rp. 21.300
Untuk membukukan penghapusan piutang ragu-ragu Tuan K
Secara teknis, setiap penghapusan piutang hotel yang merupakan aktiva lancar harus
mendapatkan persetujuan manajemen setelah melalui beberapa tahapan. Persetujuan
penghapusan piutang secara resmi didokumentasikan dalam suatu dokumen resmi seperti berita
acara atau instruksi penghapusan piutang yang ditandatangani dan disetujui oleh pejabat yang
berwenang seperti general manager, financial controller dan manager kredit.
Secara formal, jurnal untuk menghapuskan piutang Tuan K, dibukukan pada voucher jurnal
dibawah ini.

Nomor Buku Pembantu


Keterangan Buku Besar
Rekening
Debet Kredit

260-11 Akumulasi penyisihan piutang   21.300  

  Ragu-ragu      

         

120 Piutang     21.300

         

  Untuk mencatat penghapusan      

  Piutang atas nama Tn. K      

         

         

         
      21.300 21.300

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Dibukukan Oleh:

Sri Aga Ogie

9.8 CATATAN-CATATAN AKUNTANSI YANG DIPERLUKAN


Untuk kelancaran operasional pada bidang piutang, diperlukan catatan-catatan akuntansi seperti:
1. Kartu piutang
2. Surat penagihan
3. Jurnal pengendalian piutang
Kartu Piutang Kartu piutang digunakan untuk mencatat setiap piutang hotel. Artinya, setiap
transaksi debitur hotel dicatat pada kartu ini; setiap debitur satu kartu. Bila seorang debitur
sudah tidak ada hubungan bisnis dengan hotel maka kartu piutangnya dihapuskan/ditiadakan
dari daftar kartu piutang. Pengendalian piutang dilakukan dengan menjumlahkan saldo seluruh
kartu piutang dan mendapatkan jumlah yang sama dengan fungsi income serta jumlah yang
sama dengan saldo pada jurnal pengendalian piutang. Perhatikan contoh isian kartu piutang
seperti pada Gambar di bawah ini.

Pada sisi kredit, kartu piutang di atas mengungkapkan jumlah pembayaran yang dilakukan oleh
debitur Biro Perjalanan OPQ. Jumlah pembayaran pada kolom kredit seluruh kartu piutang
harus sama dengan jumlah debet penerimaan kas dari pembayaran city ledger pada fungsi
general cashier. Bila jumlalh telah sama/cocok maka setiap fungsi telah melaksanakan tugas
dengan baik dan sesuai dengan asas kepatuhan akuntansi. Surat Penagihan Surat penagihan
umumnya dikirimkan dalam jangka waktu 30 hari setelah tamu check-out atau debitur telah
menikmati jasa dan produk hotel. Jangka waktu yang ditentukan dalam penagihan agar sesuai
dengan kebijakan kredit hotel kepada debitur. Dalam surat penagihan ini umumnya
dicantumkan jumlah yang harus diselesaikan oleh debitur, metode pembayaran/penyelesaian,
nomor rekening bank hotel, dan tanda tangan pejabat hotel (general manager atau financial
controller atau credit manager).
9.9. JURNAL PENGENDALIAN PIUTANG
Piutang merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya tinggi, setelah kas. Dengan
piutang, berarti tahapan produksi, konsumsi, dan penjualan telah dilalui. Aktiva lancar ini dan
seluruh aktiva hotel ha.us dikendalikan dengan ketat sebagai indikasi bahwa manajemen sangat
berkepentingan dengan aktiva hotel. Potensi likuiditas piutang harus secara cermat dikendalikan
karena merupakan sumber kas yang strategis. Melalui pengendalian piutang yang cermat,
diharapkan hotel dapat memiliki kas untuk memenuhi kewajiban kas operasional seperti
pembayaran gaji karyawan, utang dengan rekanan, jasa layanan kepada karyawan dan
pengeluaran kas operasional lainnya. Untuk uji kepatuhan akuntansi dan dicapainya cek internal
yang baik, saldo debet jurnal ini harus sama dengan fungsi lain (income), serta jumlah kredit
harus sama dengan penerimaan kas pada fungsi general cashier. Jurnal pengendalian piutang
telah disajikan pada halaman sebelumnya. Namun, demi kenyamanan pembaca, jurnal ini
disajikan kembali pada Gambar 9.4 di bawah ini.
BAB X
AKUNTANSI UTANG

10.1 PENDAHULUAN
Keperluan untuk operasional seperti bahan baku makanan, bahan dipakai habis, gaji
karyawan, listrik, air, telepon, dan keperluan operasional lain dapat dipenuhi dengan tunai dan
utang. Bila kondisi keuangan hotel memungkinkan semua keperluan tersebut dapat dipenuhi
dengan kas. Pada kenyataannya, tidak semua keperluan tersebut dapat dipenuhi dengan tunai
karena hotel juga tidak mendapatkan kas dari penjualan produk dan jasa kepada tamunya. Untuk
dapat memenuhi keperluan operasional, hotel dapat menangguhkan pembayaran tersebut dengan
sumber utang. Utang untuk keperluan jangka pendek, yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu setahun, memiliki istilah teknis utang jangka pendekatau utang dagang. Pengelolaan utang
dagang berhubungan dengan bagian back office karena terkait dengan rekanan. Rekanan hotel
sebagai kreditur hotel harus pula mendapatkan layanan yang baik agar tidak menjadi masalah
potensial untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh hotel. Manajemen hotel, yang diwakili
oleh bagian utang (payables) harus mengadakan komunikasi dan jadwal pembayaran yang baik
sehingga didapat hubungan dan jaringan kerja yang baik antara hotel dengan rekanan. Untuk
utang jangka panjang, porsi utang jangka panjang yang jatuh tempo periode akuntansi berjalan
merupakan utang jangka pendek dan bunga yang jatuh tempo harus pula mendapatkan perhatian
manajemen. Dengan pengelolaan utang dagang dan utang jangka panjang yang sungguh-sungguh
diharapkan hotel dapat menerapkan dan memiliki jejaring kerja yang baik sehingga tujuan dapat
dicapai dengan maksimal.
10.2 PENGERTIAN UTANG
Utang merupakan kewajiban hotel kepada pihak ketiga (kreditur). Dari sisi waktu jatuh
tempo, utang dapat diklasifikasikan menjadi utang jangka pendek, yang jatuh tempo dalam
waktu setahun, dan utang utang jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari setahun.
10.3 UTANG DAGANG
Utang dagang merupakan utang jangka pendek yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu satu tahun. Lazimnya, yang dikategorikan sebagai utang dagang terutama adalah untuk
kebutuhan operasional hotel seperti bahan makanan dan minuman, bahan dipakai habis untuk
tamu, pembersih, pemeliharaan dan lainnya,
10.4 UTANG JANGKA PANJANG
Utang jangka panjang merupakan salah satu sumber pendanaan untuk memenuhi
kebutuhan modal bagi hotel. Utang jangka panjang jatuh tempo lebih daripada satu tahun.
Namun demikian, dalam perjalanan pelunasan utang jangka panjang, ada porsi utang yang jatuh
tempo tahun akuntansi berjalan. Porsi utang jangka panjang yang jatuh tempo periode akuntansi
berjalan dan bunga yang harus dibayar diperlakukan sebagai utang jangka pendek. Untuk
pengelolaan utang jangka panjang, dibuatkan jadwal pelunasan utang jangka panjang yang lazim
disebut amortization schedule of long term debt.
10.5 PENGAKUAN UTANG
Utang terjadi karena hotel tidak segera menyelesaikan pembayaran untuk barang atau jasa
yang didapat dari kreditur atau, dengan lain perkataan, pembayaran. akan dilakukan beberapa
waktu kemudian. Utang dagang diselesaikan dalam waktu setahun, sedangkan utang jangka
panjang lebih daripada setahun. Utang dagang diakui setelah barang atau jasa pihak ketiga
diterima oleh hotel melalui bagian penerimaan. Bagian penerimaan akan membuat laporan
penerimaan barang yang sesuai dengan junglah barang yang diterima dan harga yang sama pada
order pembelian hotel. Dengan kata lain utang dagang diakui setelah barang diterima oleh hotel
melalui bagian penerimaan dengan dokumen pendukung yang lengkap dan andal sesuai dengan
prosedur pembelian/pengadaan barang yang diterapkan oleh hotel. Adapun utang jangka panjang
diakui setelah kontrak ditandatangani dan kedua belah pihak hotel dan kreditur, sepakat
mengenai tanggal pemberian dana yang diperlukan.
10.6 KARTU UTANG
Kartu utang merupakan kartu untuk membukukan utang atau tagihan setiap kreditur.
Dengan perkataan lain, setiap kreditur memiliki satu kartu. Bila saldo semua kartu utang
dijumlahkan maka akan didapatkan jumlah utang dagang hotel. Untuk pengendalian utang
dagang dan pelaksanaan periksa internal, jumlah utung dagang yang ada pada fungsi utang
(payables) harus sama dengan jumlah yang ada pada fungsi kasir umum, yaitu pada jumlah yang
dibayarkan. Contoh isian kartu utang seperti pada Gambar 10.1.

Sistem voucher diterapkan untuk lebih memudahkan mengendalikan transaksi keuangan.


Setiap utang dagang yang akan dibayar harus dicatat pada voucher pembayaran. Pembayaran
utang dagang pada rekanan (kreditur) harus dilakukan dengan cermat sehingga· setiap kreditur
mendapatkan pembayaran tepat waktu sesuai perjanjian. Pelaksanaan pembayaran yang sesuai
perjanjian dapat meningkatkan hubungan dagang yang baik dengan pihak rekanan. Hubungan
yang baik tersebut harus diciptakan dengan cara memenuhi kewajiban sesuai perjanjian sehingga
rekanan memberikan layanan yang baik pula kepada hotel.Sebelum pembayaran utang dilakukan
oleh fungsi terkait (general cashier), voucher pembayaran harus disiapkan terlebih dahulu.
Bagian utang menyeleksi utang dagang yang harus mendapatkan prioritas. Voucher pembayaran

yang disiapkan seperti contoh Gambar 10.2.


10.7 PEMBUKUAN UTANG DAGANG
Utang dagang dibukukan setelah dokumen-dokumen pendukung yang andal lengkap sesuai
dengan ketentuan hotel. Utang dagang dibukukan pertama kali pada jurnal pembelian atau lazim
juga disebut register voucher. Pada jurnal register voucher, semua utang dagang dibukukan pada
kolom kredit, sedangkan pada kolom debet dibukukan persediaan bahan makanan, minuman,
bahan dipakai habis, dan persediaan lain. Contoh isian jurnal register voucher seperti pada
Gambar 10.3 dibawah ini.
10.8 PEMBUKUAN UTANG JANGKA PANJANG
Porsi utang jangka panjang yang jatuh tempo periode ini serta bunga yang harus dibayar
diperlakukan sebagai utang jangka pendek. Bila hotel harus menyelesaikan porsi utang jangka
panjang yang jatuh tempo periode berjalan maka utang ini harus dibukukan pada jurnal register
voucher. Perhatikan Gambar 10.4 di bawah ini untuk menggambarkan porsi utang jangka
panjang yang jatuh tempo periode akuntansi berjalan.
Dari gambar diatas, dapat dinyatakan bahwa utang jangka panjang yang jatuh tempo pada
akhir tahun kelima harus diselesaikan setiap akhir tahun. Jadi pada akhir tahun 1 harus dibayar
porsi pokok pinjaman dan biaya bunga pinjaman. Kondisi yang sama berlaku untuk akhir tahun
2,3,4 dan 5.
Sebagai ilustrasi, hotel memiliki utang jangka panjang yang jatuh tempo untuk jangka 5
tahun. Jumlah pokok utang Rp100.000.000 dan bunga per tahun 12% atau 1% tiap bulan. Porsi
pokok utang jangka panjang yang harus dibayar setiap tahun Rp20.000.000 ditambah biaya
bunga 12%. Pembayaran dengan jumlah tetap per tahun disebut anuitet. Besaran cicilan pokok
dan bunga ditentukan dengan formula anuitet.

NILAI TUNAI ANUITET := PEMBAYARAN (FAKTOR DISKONTO ANUITET)


Bila nilai tukar sekarang Rp. 100.000.000, waktu jatuh tempo bunga pertahun 12% maka
faktor diskonto anuitet untuk 5 tahun adalah 12% =3,6048 yang didapat dari tabel bunga pada
buku-buku manajemen keuangan. Pokok pinjaman sebesar Rp.100.000.000 dibagi 3,6048
sehingga akan didapat jumlah cicilan setiap tahun yang mencakup cicilan pokok pinjaman dan
biaya bunga Rp. 27.740.790.05 dan dibulatkan menjadi Rp. 27.740.790. Jadwal pembayaran
utang jangka panjang seperti pada tabel 10.1 di bawah ini.
BAB 11
AKUNTANSI HARGA POKOK MAKANAN DAN MINUMAN

PENDAHULUAN
Pendapatan hotel dari produk makanan dan minuman cukup berarti, berkisar antara 30-40% dari
seluruh pendapatan hotel. Penjualan dari makanan dan minuman terjadi dengan perputaran yang
berarti sehingga diperlukan pembukuan yang dapat mengakomodasikan karakteristik penjualan
makanan dan minuman. Sistem pembukuan yang diterapkan untuk penjualan makanan bertujuan
agar dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat mengenai transaksi yang terjadi.
Informasi yang, dihasilkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang tepat dan sesuai
dengan sasaran yang telah direncanakan. Karakteristik penjualan dengan tingkat perputaran yang
tinggi mengarahkan pada laporanyang harus disiapkan setiap hari. Laporan harian yang
disiapkan, yang berhubungan dengan penjualan makanan dan minuman, antara lain harga pokok
makanan, pendapatan seluruh outlet hotel, dan keadaan kas hotel. Penjualan minuman di bar,
terutama untuk minuman keras yang tingkat perputarannya relatif lebih kecil daripada penjualan
makanan, mengarahkan bahwa laporan tidak diperlukan dengan frekuensi harian. Laporan yang
berhubungan dengan penjualan minuman di bar dilakukan dengan frekuensi antara 2 sampai 3
kali dalam sebulan

11.2 PENGERTIAN PERSEDIAAN MAKANAN

Sebelum membahas harga pokok makanan, akan dibahas terlebih dahulu mengenai persediaan
makanan mengingat persediaan mengawali harga pokok. Persediaan merupakan aktiva lancar
hotel, sedangkan harga pokok merupakan klasifikasi dalam harga pokok dan biaya. Pengertian
persediaan sesuai dengan SAK 2002 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.14 paragraf 03: persediaan adalah aktiva:

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau produksi atau pemberian jasa.
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.

Mengacu pada pengertian di atas, dalam industri perhotelan, persediaan bahan makanan adalah
bahan makanan yang ada di gudang makanan untuk kegiatan normal hotel, bahan makanan yang
ada di dapur yang masih dalam proses produksi seperti thawing, marinating dan proses lainnya,
dan bahan makanan yang diimpor dari negara lain yang masih dalam perjalanan.

Persediaan bahan makanan dapat diklasifikasikan menjadi:


1. Bahan makanan segar seperti sayur, buah, daging, ikan dan makanan dari laut (seafood)
dan bahan makanan segar lainnya.
2. Bahan makanan yang dapat disimpan lebih lama di gudang makanan yang biasa disebut
dengan istilah teknis groceries seperti kopi, gula, tepung, beras, mie, tomato ketchup,
makanan dalam kaleng, dan bahan makanan lain yang relatif tahan lama berada digudang
makanan.
3. Bahan makanan yang dibekukan (frozen foods).

11.3 PENGENDALIAN JUMLAH PERSEDIAAN BAHAN MAKANAN

Dalam mengendalikan jumlah persediaan bahan makanan yang akan dibeli, ada dua model
pembelian yang dapat diterapkan. Model pembelian dengan segala sesuatunya sudah pasti model
deterministic dan model yang segala sesuatunya tidak pasti model probabilistik. Pada model
deterministik, yang pasti adalah biaya pengadaan bahan makanan jumlah yang diperlukan atau
penjualan dalam kurun waktu tertentu, biaya-biaya yang berhubungan dengan pengadaan
persediaan bahan makananan (disebut carrying cost atau holding cost), dan harga per unit bahan
makanan yang dibutuhkan. Adapun pada model probabilistik, segala sesuatu yang berhubungan
dengan pengadaan bahan makanan ditentukan dengan kemungkinan-kemungkinan. Artinya,
permintaan pelanggan (demand) akan makanan tertentu dan tingkat penggunaan bahan makanan
tidak pasti, ditentukan dengan pendekatan estimasi. Jumlah pembelian bahan makanan segar dan
groceries harus dikendalikan agar didapat jumlah persediaan yang paling ekonomis.

Model deterministik yang lazim diterapkan adalah Economic Order Quantity (EOQ) dan
Economic Production Lot Size (EPLZ). Pada buku ini hanya dibahas model EOQ yang
diterjemahkan dengan Jumlah Pesanan Ekonomis (JPE).Tujuan pengendalian jumlah pembelian
adalah agar hotel memiliki jumlah persediaan bahan makanan dengan biaya penyimpanan
terkendali dan mutu bahan makanan tetap baik selama disimpan di gudang bahan makanan

11.4 JUMLAH PESANAN EKONOMIS (ECONOMIC ORDER QUANTITY = EOQ)

Untuk jumlah pesanan yang paling ekonomis untuk groceries, diterapkan formula EOQ seperti
di bawah ini:
Dalam rumus EOQ di atas:
F: biaya tetap yang terjadi untuk memesan bahan makanan dimaksud
S: penjualan atau penggunaan dalam unit per tahun
C: Carrying cost, biaya yang terjadi untuk jangka waktu setahun seperti asuransi, biaya bunga,
biaya penyimpanan, dinyatakan dalam persentase atas nilai persediaan bahan makanan
P: harga pembelian per unit
Pada rumus EOQ di atas, biaya-biaya yang terjadi untuk memiliki persediaan bahan makanan
sebagai berikut:

1. Biaya tetap (F) yang terjadi untuk memesan bahan makanan. Biaya ini mencakup biaya
administrasi seperti melengkapi formulir yang digunakan, biaya komunikasi, biaya
pemeriksaan mutu bahan makanan, biaya pengiriman, dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan pemesanan bahan makanan. Biaya tetap pemesanan sangat
dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan. Artinya, makin tinggi frekuensi pemesanan bahan
makanan, makin tinggi pula biaya pemesanan yang terjadi (untuk biaya administrasi,
telepon, dan pengiriman). Misal biaya yang terjadi untuk setiap pemesanan daging ayam
segar untuk telepon, formulir, dan pengiriman Rp10.500.
2. Penjualan atau penggunaan dalam unit per tahun (S). Penggunaan dalam unit per tahun
merupakan jumlah bahan makanan yang diperlukan oleh hotel. Misalnya, hotel
memerlukan daging ayam segar setahun 5200 kg.
3. Carrying cost atau holding cost merupakan biaya yang terjadi karena memiliki
persediaan bahan makanan. Biaya yang terjadi yang merupakan carrying cost,
diantaranya biaya penyimpanan, biaya bunga untuk membeli bahan makanan, biaya
asuransi, biaya kerusakan, dan kehilangan bahan makanan. Biaya ini dinyatakan dalam
persentase atas nilai persediaan bahan makanan. Misalnya, carrying cost ditentukan 10%
dari nilai persediaan.
4. Harga pembelian per unit (P) merupakan harga yang dibayar oleh hotel untuk bahan
makanan yang dibeli dari rekanan. Misalnya, harga per kilogram daging ayam segar
Rp12.000.

Dengan ilustrasi di atas, jumlah pesanan ekonomis untuk daging ayam segar:
= 302 kg (dibulatkan)

Jumlah pesanan ekonomis untuk daging ayam segar dengan biaya-biaya yang terjadi, jumlah
yang diperlukan dalam setahun, dan harga pembelian per kilogram sebanyak 302 kilogram.
Dengan diketahuinya jumlah pesanan ekonomis maka dapat diketahui frekuensi pemesanan
dalam setahun:

Dengan diketahuinya frekuensi pemesanan, dapat pula ditentukan jangka waktu pemesanan
untuk daging ayam segar.

Dari ilustrasi di atas, didapat bahwa daging ayam segar dipesan atau dibeli setiap 21 hari dengan
jumlah pemesanan ekonomis setiap kali pesan 302 kilogram.

11.5 MODEL PEMESANAN PROBABILISTIK

Pada teknik pengadaan bahan makanan dengan model probabilistik, yang harus dikaji dengan
cermat adalah faktor-faktor yang menentukan dalam pengelolaan persediaan bahan makanan
seperti:

1. Jumlah pemesanan kembali (JPK=Reorder Point, ROP)


2. Jumlah permintaan (demand)
3. Pola permintaan
4. Jumlah persediaan yang aman (safety stock)
5. Jangka waktu penerimaan (lead time)
6. Pola pembelian
7. Risiko kehabisan bahan makanan

Dengan mengetahui faktor-faktor di atas, dapat ditentukan komponen-komponen dalam


menentukan jumlah pengadaan (jumlah pemesanan) bahan makanan dengan model probabilistik,
yaitu:
1. Jumlah maksimum persediaan bahan makanan yang harus dimiliki oleh hotel.
2. Jumlah permintaan (demand) bahan makanan. Jumlah permintaan bahan makanan
merupakan jumlah yang digunakan untuk memproduksi makanan yang ditawarkan oleh
hotel. Makin tinggi jumlah permintaan, makin cepat persediaan bahan makanan
berkurang.
3. Jumlah pemesanan kembali (JPK=ROP). Bila jumlah persediaan telah mencapai jumlah
tertentu maka pembelian harus segera dilakukan. Dengan lain perkataan, jumlah
pemesanan kembali merupakan jumlah persediaan bahan makanan yang optimum dimana
hotel harus segera membeli bahan makanan. Adapun jumlah maksimum merupakan
jumlah persediaan bahan makanan maksimum di mana pada kondisi ini manajemen tidak
perlu melakukan pembelian bahan makanan.
4. Jangka waktu penerimaan (lead time). Jangka waktu penerimaan merupakan waktu yang
diperlukan oleh hotel sejak suatu jenis bahan makanan dipesan sampai diterima hotel.
Misalnya hotel memesan daging ayam segar hari ini dan dan pesanan tersebut diterima
hotel keeskan harinya. Dengan demikian, jangka waktu pemesanan adalah satu-hari. Hal
lain yang perlu diperhatikan oleh manajemen hotel adalah jenis bahan makanan yang
dapat memengaruhi lead time. Untuk daging yang dibekukan, diperlukan waktu paling
tidak satu hari untuk mencairkan (thawing) daging beku tersebut. Waktu untuk
mencairkan daging diperhitungkan pula dalam jangka waktu penerimaan. Jangka waktu
penerimaan memberikan pengaruh pada jumlah yang dipesan.
5. Jumlah persediaan bahan makanan yang aman (safety stock). Jumlah ini merupakan
jumlah persediaan bahan makanan yang dimiliki oleh hotel agar hotel tidak kekurangan
bahan makanan pada periode tertentu. Kekurangan bahan makanan tertentu akan
berakibat pada hilangnya peluang mendapatkan laba dan memengaruhi reputasi hotel
karena pelanggan kecewa pesanan makanannya tidak dapat dipenuhi. Jumlah persediaan
aman ini sangat dipengaruhi oleh interaksi antar komponen yang dianalisis di atas.
6. Pola permintaan merupakan kondisi yang dihadapi oleh hotel yang dipengaruhi oleh
faktor musiman. Dalam setahun, lazimnya terjadi pola permintaan yang berbeda diantara
bulan-bulan yang ada dalam kalender. Pada musim liburan wisatawan memerlukan
akomodasi dan konsumsi. Kebutuhan yang terjadi ini akan memberi pengaruh yang
berarti pada pola permintaan bahan makanan.
7. Pola pembelian merupakan dampak langsung dari pola permintaan. Pada musim ramai,
pola pembelian akan lebih intensif dibandingkan dengan musim sepi. Pada musim sepi
pola pembelian bahan makanan akan lebih jarang daripada musim ramai.
8. Risiko kehabisan bahan makanan merupakan risiko yang terjadi berupa kekecewaan
tamu/pelanggan karena tidak terpenuhinya makanan yang dipesan akibat kehabisan bahan
makanan. Risiko yang terjadi adalah reputasi hotel akan terpengaruh karena hotel tidak
dapat mengella kebutuhan bahan makanan dengan baik. Risik lainnya dari sisi finansial
yaitu peluang laba dan penjualan yang hilang karena tidak adanya bahan makanan yang
diperlukan untuk produksi item makanan yang ditawarkan pada menu.

11.6 JUMLAH PERSEDIAAN BAHAN MAKANAN YANG AMAN DAN JUMLAH


PEMESANAN KEMBALI

Dengan metode probabilistik,, pendekatan yang dilakukan untuk menentukan tingkat


probabilitasnya adadal degan skor Z. Skor Z ini dapat ditemui pada buku statistika manajerial
atau matematika. Misalnya, manajemen menentukan tingkat probabilitas untuk mendapatkan
daging ayam segar 100%, nilai skor Z adalah 3,09. Jumlah persediaan bahan makanan yang,
aman merupakan interaksi antara probabilitas atau skor Z dengan akar leadtime dan simpangan
permintaan (demand) bahan makanan. Jumlah Persediaan Bahan Makanan yang Aman (JPBMA)
dapat dinyatakan dengan formula berikut:

JPBMA = Z x √LT x σD

Pada formula di atas:


JPBMA = jumlah persediaan bahan makanan yang aman
Z = skor Z untuk tingkat probabilitas yang ditentukan
√LT = akar lead time
σD= simpangan demand (permintaan)

JPK = (D x LT) + (Z x √LT x σD)

Dari formula di atas, JPK dapat dinyatakan merupakan interaksi antara rerata permintaan dengan
lead time ditambah JPBMA.

11.7 METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN MAKANAN DAN MINUMAN


Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar perusahaan yang memiliki arti sangat strategis.
Dikatakan demikian karena dengan memiliki persediaan dalam jumlah dan kualitas yang
memadai, hotel dapat melakukan aktivitas produksi normal untuk memenuhi kebutuhan
pelanggannya. Dalam industri perhotelan, harga per unit bahan makanan secara umum relatif
murah walaupun ada beberapa jenis makanan yang harga per unitnya relatif mahal. Ciri produksi
dan transaksi di industri perhotelan adalah tingkat perputaran yang relatif tinggi sehingga pada
akhirnya nilai persediaan bahan makanan dan minuman dalam rupiah persediaan menjadi berarti
dan material. Oleh karena tingkat perputaran yang tinggi dan jumlah nilai persediaan yang
material, diperlukan pengendalian internal yang memadai sehingga didapat nilai persediaan yang
wajar di satu sisi dan harga pokok di sisi lain. Untuk mengendalikan persediaan bahan makanan,
ada 2 (dua) metode akuntansi yang lazim diterapkan, yaitu metode perpetual dan berkala
(periodik). Metode perpetual merupakan metode yang secara berkelanjutan mengendalikan
jumlah bahan makanan, bahkan secara harian jumlah persediaan yang dimiliki oleh hotel dapat
ditentukan. Dengan menentukan jumlah persediaan harian, harga pokok dapat pula ditentukan
setiap hari. Metode perpetual memiliki tingkat pengendalian yang tinggi, tetapi memerlukan
pencatatan dan waktu yang relatif banyak. Pada metode berkala, nilai persediaan ditentukan pada
akhir periode akuntansi (bulanan, tahunan) sehingga harga pokok baru dapat ditentukan pada
periode pula. Metode berkala tidak memerlukan pencatatan yang rumit untuk setiap bahan
makanan per hari karena jumlah persediaan dah harga pokok ditentukan pada akhir periode
dengan penghitungan langsung persediaan bahan makanan. Artinya, dari sisi waktu dan biaya
pencatatan, metode berkala relatif lebih efisien.

METODE PERPETUAL

Bila manajemen menentukan metode perpetual untuk akuntansi persediaannya, maka diperlukan
pencatatan persediaan dari waktu ke waktu sehingga saldo persediaan yang dimiliki oleh hotel
dapat setiap saat ditentukan. Dengan metode perpetual, harga pokok makanan dapat ditentukan
pula secara harian walaupun harga pokok ini bersifat estimasian. Pada metode akuntansi
perpetual, setiap pengadaan/pembelian bahan makanan akan menambah/mendebet rekening
persediaan makanan. Jadi, bila ada pembelian bahan makanan dalam jumlah tertentu, pembelian
ini akan dijurnal seperti di bawah ini,

Persediaan bahan makanan Rpxxx


Pada kas atau utang dagang Rpxxx
Bila ada pengeluaran bahan makanan dari gudang untuk tujuan produksi di dapur maka
pengeluaran bahan makanan tersebut akan dijurnal seperti di bawah ini.
Harga pokok makanan Rpxxx
Pada persediaan bahan makanan Rpxxx
Untuk pengeluaran langsung (direct issues), yaitu pembelian bahan makanan yang langsung
digunakan untuk produksi makanan, diberikan perlakuan khusus. Perlakuan dimaksud adalah
bahan makanan tersebut tidak disimpan di gudang, melainkan langsung dikirim dari fungsi
penerimaan barang ke dapur untuk diproduksi. Pada metode perpetual, pengeluaran langsung
dijurnal dengan mendebet harga pokok makanan dan kredit pada tunai atau utang dagang. Jadi,
jurnal untuk pengeluaran langsung seperti di bawah ini,
Harga pokok makanan Rpxxx
Pad akas (utang dagang) Rpxxx
METODE BERKALA

Pada metode berkala" pembelian bahan makanan dibebankan ke rekening pembelian. Dengan
metode ini, semua pembelian didebet pada rekening pembelian, untuk bahan makanan gudang
dan pengeluaran, langsung. Metode berkala tidak menentukan nilai persediaan, bahan makanan
dan harga pokok berkesinambungan secara harian atau dari waktu ke waktu, tetapi ditentukan
pada akhir periode akuntansi dengan penghitungan secara langsung. Pembelian bahan makanan
gudang dan pengeluaran langsung mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang
dagang. Jadi, penjurnalan untukpembelian bahan makanan seperti di bawah ini,

Pembelian bahan makanan Rpxxx


Pada kas (utang dagang) Rpxxx
Kalkulasi harga pokok makanan akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam bab ini.

11.8 METODE PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN MAKANAN

Metode penentuan harga pokok bahan makanan harus ditetapkan untuk mengetahui nilai
persediaan bahan makanan yang merupakan aktiva lancar hotel. Pada sisi lain, dengan penentuan
harga pokok bahan makanan, dapat ditentukan pula nilai yang diserap untuk memproduksi jenis
makanan tertentu. Harga-harga bahan makanan di pasar selalu mengalami pergerakan sehingga
diperlukan metode penentuan harga pokok bahan makanan bagi hotel. Metode ini akan
memberikan pengaruh terhadap laba dari penjualan makanan pada satu sisi dan nilai persediaan
bahan makanan pada sisi lain. Ada empat metode penentuan harga pokok bahan makanan yang
lazim diterapkan seperti masuk pertama keluar pertama, masuk terakhir keluar pertama, rerata
tertimbang dan identifikasi khusus.

11.9 METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (MPKP)

Dalam bahasa Inggris metode ini disebut First In Fist Out (FIFO). Dengan metode ini, nilai
persediaan bahan makanan yang masih dimiliki oleh hotel terdiri dari harga bahan makanan yang
terakhir kali atau terakhir terjadi. Pada sisi harga pokok, harga yang dibebankan adalah harga
yang lebih awal terjadi dibebankan sebagai harga pokok makanan. Perlu dicatat bahwa metode
pembebanan harga pokok makanan ini sama dengan terminologi rotasi pengeluaran bahan
makanan. Rotasi pengeluaran bahan makanan selalu menerapkan masuk pertama keluar pertama.
Tujuan metode rotasi ini adalah untuk menghindari kerusakan bahan makanan yang disimpan
memiliki usia relatif pendek. Contoh penerapan metode pembebahan harga pokok makanan
MPKP seperti ilustrasi di bawah ini.
Tanggal 1 April 2005 diterima 50 kg kentang dengan harga Rp1000 per kg.
Tanggal 3 April 2005 dikeluarkan untuk dapur sebanyak 35 kg
Tanggal 4 April 2005 diterima 30 kg dengan harga Rp1100 per kg
Tanggal 6 April 2005 dikeluarkan untuk dapur 25 kg.
Harga pokok makanan yang diserap dengan metode MPKP sebesar Rp61.000 dengan
perhitungan sebagai berikut:

Tanggal 3 April 2005: 35 x Rp1.000 = Rp35.000


Tanggal 6 April 2005: (15 x Rp1.000) + (10 x Rp1.100) = Rp26.000.
11.10 METODE MASUK TERAKHIR KELUAR PERTAMA (MTKP)

Berbeda dengan metode MPKP, dengan metode MTKP, harga pokok makanan yang terakhir
terjadi dibebankan lebih awal sebagai harga pokok makanan. Dalam bahasa Inggris, metode ini
disebut Last In First Out (LIFO). Penerapan metode MTKP berasumsi bahwa harga pokok
makanan yang terjadi segera dibebankan kepada produk makanan dan dikompensasikan dengan
penjualan. Pada sisi lain, dengan penerapan metode MTKP, nilai persediaan bahan makanan
yang masih berada di gudang merupakan nilai dengan harga pokok makanan yang lebih awal
pertama kali terjadi. Contoh penerapan metode MTKPdengan contoh harga pada ilustrasi di atas
untuk kentang, yaitu harga pokok makanan yang terjadi sampai dengan tanggal 6 April 2005
sebesar Rp62.500 dengan kalkulasi berikut:

Tanggal 3 April 2005: 35 x Rp1.000 = Rp35.000


Tanggal 6 April 2005: 25 x Rp1.100 = Rp27.500

11.11 METODE RERATA TERTIMBANG (RRTT)

Metode ini merupakan pembobotan harga pokok makanan yang direratakan dengan jumlah
bahan makanan yang diterima oleh hotel. Dalam bahasa Inggris, metode ini disebut Weighted
Average Cost Method (WACM). Untuk dapat menentukan harga pokok rerata tertimbang,
formula di bawah ini dapat diterapkan:

Dalam rumus di atas:


Q1: kuantitas pada harga P1
Q2: kuantitas pada harga P2
P1: harga pada kuantitas Q1
P2: harga pada kuantitas Q2
Dengan memakai contoh pada ilustrasi di atas untuk kentang, harga pokok makanan yang terjadi
sampai dengan 6 April 2005 sebesar Rp61.666,75 dengan kalkulasi sebagai berikut:

Tanggal 3 April 2005: 35 x Rp1.000 - Rp35.000


Tanggal 4 April 2005 harga pokok kentang per kg menjadi Rp1.066,67 didapat dengan
menerapkan formula di atas.

Tanggal 6 April 2005: 25 x Rp1.066,67 = Rp26.666,75

11.12 METODE IDENTIFIKASI KHUSUS


Metode penentuan harga pokok bahan makanan identifikasi khusus memerlukan pencatatan yang
rapi untuk setiap jenis bahan makanan yang dibeli pada saat tertentu. Artinya, setiap bahan
makanan yang dibeli diberi tanda khusus sebagai identifikasi. Metode ini memerlukan kode
khusus dan tempat yang khusus pula untuk setiap pembelian bahan makanan. Metode identifikasi
khusus akan menjadi proses penentuan harga pokok yang rumit bila fluktuasi harga bahan
makanan yang dibeli tinggi. Dengan menerapkan data pada ilustrasi di atas, bila pada 6 April
2005 dikeluarkan 25 kg kentang yang diidentifikasi 10 kg dibeli pada 1 April dan sisanya pada 4
April 2005 maka dengan metode ini, harga pokok yang dibebankan menjadi Rp26.500. Metode
identifikasi khusus lebih tepat diterapkan untuk barang-barang yang mahal yang memerlukan
identifikasi khusus, seperti perhiasan yang walaupun kelihatannya sama tetapi memiliki
keunikan tersendiri sehingga memerlukan harga pokok yang berbeda.

11.13 PENGERTIAN HARGA POKOK PADA INDUSTRI PERHOTELAN

Struktur biaya pada industri perhotelan unik terhadap industri yang lain. Keunikan ini
diakibatkan karena produk yang dihasilkan memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga
tamu bisa mengamati dan bahkan terlibat dalam proses produksi. Keunikan lain adalah bahwa
akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya, setiap departemen hotel
menyiapkan laporan keuangannya. Sebagai ilustrasi, departemen kamar menyiapkan laporan
keuangan berupa penjualan dan biaya-biaya yang terjadi di departemen kamar serta laba
departemental yang dicapai pada periode tertentu. Demikian pula, departemen makanan dan
minuman dan departemen-departemen lain akan menyiapkan laporan keuangan departemennya
masing-masing. Konsekuensi akuntansi departemental ini adalah struktur biaya pada departemen
makanan dan minuman (food and beverage department) seperti yang dinyatakan pada Uniform
System of Accounts for Lodging Industry (USALI) seperti di bawah ini:

1. Harga pokok makanan dan minuman


2. Biaya gaji dan upah
3. Biaya kesejahteraan karyawan
4. Biaya bahan yang dipakai habis (operating supplies)
5. Biaya operasional yang tidak didistribusikan (undistributed operating expenses)
6. Biaya tetap (fixed charges)
Secara garis besar, biaya-biaya tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

1. Harga pokok makanan dan minuman


2. Biaya tenaga kerja
3. Biaya bahan yang dipakai habis
4. Biaya overhead

Harga pokok makanan dan minuman pada bisnis perhotelan merupakan struktur biaya tersendiri
yang terpisah dengan unsur biaya tenaga kerja, bahan yang dipakai habis dan overhead. Hal ini
terjadi karena produk makanan dan minuman dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
singkat. Oleh karenanya, menjadi hal yang sangat rumit bila biaya-biaya seperti tenaga kerja dan
overhead dibebankan untuk setiap unit makanan yang diproduksi. Kondisi ini merupakan
kekhasan bisnis (business peculiarities) perhotelan dan restoran. Biaya tenaga kerja dan
overhead yang terjadi untuk memproduksi satu unit produk makanan (misalnya nasi goreng
spesial) tidak dibebankan sebagai harga pokok makanan. Biaya tenaga kerja dibebankan ke
departemen hotel yang memproduksi makanan dan minuman, yaitu departemen makanan dan
minuman (Food and Beverage Department). Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai
habis dibebankan kepada departemen makanan dan minuman pada setiap akhir periode, misalnya
setiap bulan. Biaya overhead secara keseluruhan dibebankan kepada hotel, bukan kepada suatu
departemen hotel tertentu.

Pada bisnis hotel dan restoran, yang dimaksud dengan harga pokok makanan (minuman) adalah
semua bahan makanan (minuman) yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis makanan
(minuman). Harga pokok makanan (minuman) langsung dapat dikompensasikan dengan
penjualan makanan (minuman) yang terjadi. Seperti dijelaskan di atas, biaya-biaya lain seperti
biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis (operating supplies expense) tidak
dibebankan pada harga pokok makanan (minuman). Sebagai ilustrasi, harga pokok satu porsi
nasi goreng spesial adalah harga pokok semua bahan makanan untuk membuat nasi goreng
spesial seperti nasi, telor, hiasan (garnish), kerupuk, daging ayam, dan minyak goreng. Jadi,
harga pokok makanan adalah harga pokok semua bahan makanan yang digunakan untuk
memproduksi suatu jenis makanan, sedangkan harga pokok minuman adalah harga pokok semua
bahan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis minuman. Sebagai ilustrasi,
harga pokok satu porsi whiskey cola adalah harga pokok satu porsi whiskey ditambah harga
pokok cola, ice cubes, serta hiasannya. Jadi, harga pokok minuman adalah harga pokok semua
bahan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu jenis minuman.

Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis (operating supplies expense) merupakan
biaya yang dibebankan kepada departemen/bagian hotel sampai dengan periode tertentu. Seperti
dinyatakan di atas bahwa akuntansi perhotelan pada dasarnya merupakan akuntansi
departemental karena setiap departemen hotel membuat laporan mengenai penjualan dan atau
biaya departemennya. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang dipakai habis departemen kantor
depan dibebankan kepada kantor depan. Demikian pula biaya tenaga kerja dan biaya bahan yang
dipakai habis departemen makanan dan minuman dibebankan kepada departemen makanan dan
minuman. Biaya tenaga kerja, biaya bahan yang dipakai habis, dan biaya-biaya lain dibebankan
setiap periode (misalnya setiap bulan) kepada departemen masing-masing. Dengan demikian,
dalam industri perhotelan, harga pokok makanan dan minuman hanya terdiri dari harga pokok
bahan makanan dan minuman yang digunakan untuk memproduksi suatu makanan dan minuman
yang dapat dikompensasikan langsung dengan penjualan.

11.14 PEMBEBANAN HARGA POKOK MAKANAN HARIAN

Harga pokok makanan di industri perhotelan dibebankan setiap hari. Waktu harian ditentukan
sebagai pembebanan karena tingkat perputaran penjualan yang tinggi. Dengan demikian, bila
terjadi penyimpangan atas ketentuan tersebut, dapat segera diketahui dan tindakan koreksi pun
dengan cepat dilakukan. Pengendalian atas harga pokok dilakukan oleh departemen cost control.
Harga pokok makanan dikendalikan oleh food cost controller, sedangkan harga pokok minuman
oleh beverage cost controller. (Titel ini bersifat luwes dan dapat disesuaikan dengan kondisi
hotel bersangkutan.) Pengendalian harga pokok makanan harian dilakukan dengan menganalisis
kebutuhan setiap restoran yang dimiliki oleh hotel. Kebutuhan akan bahan makanan untuk setiap
restoran dituangkan ke dalam permintaan barang gudang (storeroom requisition). Dokumen ini
yang menjadi dasar dalam pembebanan harga pokok makanan harian untuk satu restoran.

Secara sederhana, kalkulasi harga pokok makanan harian dapat dinyatakan dengan jumlah bahan
makanan yang diperlukan dikalikan dengan harga satuan bahan makanan tersebut. Dengan lain
perkataan, harga pokok makanan harian merupakan jumlah harga pokok makanan yang
tercantum pada formulir permintaan barang gudang pada hari tersebut. Jadi:

Harga pokok makanan harian = Jumlah permintaan barang gudang harian


Bila karena sesuatu dan lain hal ada pengeluaran langsung (direct issues) pada hari tersebut maka
kalkulasi harga pokok makanan menjadi:
Harga pokok makanan harian = jumlah permintaan barang gudang harian

plus pengeluaran langsung pada hari tersebut

Pengeluaran langsung merupakan bahan makanan yang langsung dikirim ke dapur setelah
diterima oleh fungsi penerimaan. Bahan makanan tersebut tidak sempat disimpan di gudang,
langsung dikirim ke dapur.

Ada beberapa pengertian harga pakok yang lazim dalamn irtdụstri perhotelan seperti harga
pokok makanan yang dikonsumsi, harga pokok makanan yang dijual, harga pokok makanan
karyawan. Harga pokok makanan yang dikonsumsi merupaķan jumlah harga pokok makanan
yang terjadi. Dengan lain perkataan, harga pokok makanan yang dikonsumsi merupakan jumlah
seluruh harga pokok makanan yang tercantum pada formulir permintaan barang gudang
ditambah dengan pengeluaran langsung:
Jadi:

Harga pokok makanan yang dikonsumsi = jumlah permintaan barang

gudang plus pengeluaran langsung

Bila periode kalkulasi dan laporan harga pokok makanan dilakukan harian maka harga pokok
makanan yang dikonsumsi merupakan harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk hari
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk mingguan,
bulanan, dan akhir tahun.

Harga pokok makanan yang dijual merupakan harga pokok makanan yang menghasilkan
penjualan. Cara menentukan harga pokok makanan yang dijual adalah dengan mengurangkan
semua penyesuaian yang terjadi dari harga pokok makanan yang dikonsumsi.
Jadi:
Harga pokok makanan yang dijual = harga pokok makanan yang

dikonsumsi minus semua penyesuaian yang terjadi


Penyesuaian harga pokok makanan yang terjadi pada hari tersebut harus dilakukan sehingga
manajemen mendapatkan informasi jumlah harga pokok makanan yang benar-benar
menghasilkan penjualan.

Penyesuaian-penyesuaian yang harus dikurangkan dari harga pokok makanan yang dikonsumsi
di antaranya:

1. Harga pokok makanan yang diserap oleh bar


Bar memerlukan bahan makanan untuk produk minuman campuran dan operasional-
layanan seperti buah jeruk nipis, emping, kacang, dan lain sebagainya. Semua bahan
makartan yang digunakan di bar yang pada awalnya dibebankan ke harga pokok makanan
yang dikonsumsi. Jumlah ini selanjutnya disesuaikan untuk kemudian dibebankan
sebagai harga pokok minuman bar yang bersangkutan (atau outlet yang lain).
2. Harga pokok makanan karyawan
Hotel lazimnya memberikan fasilitas makan satu kali untuk karyawan yang bertugas
selama 8 (delapan) jam atau satu shift. Harga pokok makanan karyawan pada awalnya
dibebankan ke harga pokok makanan yang dikonsumsi, kemudian disesuaikan dan
dibebankan kepada bagian departemen hotel yang bersangkutan.
3. Harga pokok makanan untuk tujuan promosi
Bila hotel mengadakan perjamuan untuk tujuan promosi (misalnya dengan beberapa
perwakilan agen perjalanan) maka harga pokok ini harus disesuaikan dari harga pokok
makanan yang dikonsumsi yntuk dibebankan sebagai biaya promosi.
4. Harga pokok makanan untuk tujuan administrative
Bila hotel memberikan fasilitas konsumsi untuk rapat-rapat yang diadakan oleh
manajemen hotel atau rapat antara manajemen hotel dengan pemilik, maka harga pokok
makanan yang terjadi disesuaikan dari harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk
dibebankan sebagai biaya administrasi dan umum (Administrative and General expense =
A & G).
5. Harga pokok makanan yang rusak di gudang
Mutu bahan makanan yang lama berada di gudang akan menurun sehingga tidak layak
lagi untuk digunakan sebagai produk makanan yang akan dihidangkan di restoran. Harga
pokok makanan yang rusak ini dibebankan sebagai biaya A & G dan disesuaikan dari
harga pokok makanan yang dikonsumsi.
6. Steward sales
Steward sales merupakan penjualan bahan makanan gudang sebesar harga pokok
makanan. Artinya, bila hotel membeli telur ayam per kilogram Rp12.000 maka dijual
dengan harga Rp12.000 pula. Steward sales merupakan fasilitas yang diberikan kepada
pejabat hotel tertentu seperti general manager. Harga pokok steward sales ini
dikurangkan dari harga pokok makanan yang dikonsumsi untuk dibebankan kepada harga
pokok makanan steward sales.
7. Harga pokok minuman untuk memasak.
Dapur memerlukan jenis minuman tertentu untuk produk makanan tertentu. Harga pokok
minuman ini disesuaikan dengan membebankan harga pokok minuman sebagai harga
pokok makanan yang diserap oleh dapur.Untuk menentukan harga pokok makanan yang
dijual, formula di bawah ini dapat diterapkan:

HP Makanan yang dijual = HP Makanan yang dikonsumsi – HP makanan


bar - HP makanan untuk promosi - HP steward
sales - HP makanan yang rusak - HP makanan
untuk A& G - HP makanan karyawan + HP
minuman untuk dapur

11.15 PENCATATAN DAN LAPORAN HARGA POKOK MAKANAN HARIAN

Harga pokok makanan harian yang kalkulasinya berdasarkan jumlah semua permintaan barang
gudang pada hari tersebut dicatat pada buku harga pokok makanan dan dilaporkan setiap hari
kepada manajemen hotel seperti general manager, manajer makanan dan minuman (food and
beverage manager/ F&B manager), manajer restoran, manajer dapur (chef de cuisine), manajer
akuntansi (chief accountant), manajer pengendalian harga pokok makanan (cost controller), dan
pimpinan lain yang terkait sesuai dengan struktur organisasi hotel. Laporan harga pokok
makanan harian disampaikan setiap hari kepada pejabat yang berkompeten agar tindakan koreksi
cepat diambil bila terjadi penyimpangan yang berarti atas harga pokok makanan. Besaran
penyimpangan dianggap berarti bila melampaui batas toleransi yang. ditentukan oleh
manajenien hotel. Misalnya, ditentukan persentase harga pokok baku makanan sebesar 50%, dan
toleransi penyimpangan diberikan harga pokok makanan yang terjadi, sebesar 51% maka
penyimpangan, yang terjadi tidak sebesar 1%. Jika berarti karena tidak melampaui batas toleransi
yang diberikan. Sebaliknya, bila persentase harga pokok makanan yang terjadi sebesar 55%
maka terjadi penyimpangan yang berarti karena melampaui batas toleransi yang ditentukan. Pada
kondisi ini tindakan koreksi mutlak diperlukan agar persentase harga pokok makanan berada
pada besaran yang ditentukan oleh manajemen hotel.

Langkah-langkah kerja dalam inenentukan harga pokok makanan harian dapat dinyatakan
sebagai berikut:

1. Membebankan semua pengeluaran bahan makanan dengan harga pokok yang


dicantumkan pada formulir permintaan barang gudang sehingga didapat harga
pokokmakanan harian.
2. Mencatat semua pengeluaran bahan makanan, harga pokok makanan harian, pada
buku/jurnal harga pokok makanan.
3. Menyiapkan laporan harga pokok makanan harian.

Laporan harga pokok makanan harian ditentukan berdasarkan hasil kalkulasi pengeluaran barang
gudang pada formulir permintaan barang gudang (rekuisisi).

Harga pokok makanan yang dilaporkan pada laporan harga pokok makanan harian bersifat
estimasi. Dikatakan demikian karena tidak semua bahan makanan yang dicantumkan pada
formulir permintaan barang gudang telah diserap sebagai harga pokok makanan harian. Ada
sebagian bahan makanan yang masih berada di dapur untuk proses lebih lanjut sebelum dijual
kepada pelanggan. Untuk mendapatkan harga pokok aktual makanan, diperlukan penghitungan
fisik secara langsung atas persediaan bahan makanan. Penghitungan fisik langsung bahan
makanan dilakukan di dapur dan gudang bahan makanan. Penghitungan fisik bahan makanan
dilakukan setiap akhir periode (bulanan dan tahunan). Dengan penghitungan fisik secara
langsung, akan didapat harga pokok aktual makanan. Hasil penghitungan fisik bahan makanan
secara langsung dicantumkan pada laporan rekonsiliasi harga pokok makanan.

11.16 JURNAL HARGA POKOK MAKANAN


Semua pengeluaran bahan makanan dari gudang makanan dibukukan pada jurnal khusus, yaitu
jurnal harga pokok makanan. Semua pengeluaran bahan makanan dicatat sesuai dengan transaksi
yang terjadi. Artinya, pengeluaran bahan makanan dari gudang akan mengkredit persediaan
bahan makanan dan di sisi lain akan mendebet harga pokok makanan. Contoh isian jurnal harga
pokok makanan.

11.17 VOUCHER JURNAL HARGA POKOK MAKANAN

Setiap akhir periode (sebulan atau setahun), jurnal harga pokok makanan ditutup dan diringkas
dalam voucher jurnal untuk proses akuntansi selanjutnya. Pembukuan harga pokok makanan dan
penyiapan voucher jurnal dilaksanakan oleh cost controller atau fungsi food cost controller. Data
yang disiapkan pada voucher jurnal bersumber dari laporan rekonsiliasi harga pokok makanan.
Ketepatan data pada laporan rekonsiliasi harga pokok makanan dapat dipertanggungjawabkan
karena didasarkan pada penghitungan fisik secara langsung.

11.18 PEMBEBANAN HARGA POKOK MINUMAN

Persediaan minuman yang ditawarkan di hotel dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

1. Minuman ringan
2. Minuman keras
3. Bir
4. Anggur dan champagne (wine and champagne)

Karakteristik minuman adalah bahwa persediaan ini bisa langsung dikonsumsi. Misalnya bir,
bisa langsung dikonsumsi tanpa melalui proses produksi lebih lanjut. Oleh karena karakteristik
seperti ini, diperlukan pengendalian yang lebih ketat pada persediaan minuman, di samping
mahalnya harga per unit (botol), untuk minuman keras dan champagne. Minuman campuran
seperti whiskey cola merupakan campuran antara minuman keras whiskey dengan minuman
ringan cola. Oleh karena itu, persediaannya ada di minuman keras untuk whiskey dan ringan
untuk cola. Perlakuan yang sama berlaku untuk jenis minuman campuran yang lain yang
ditawarkan oleh hotel. Tingkat perputaran persediaan minuman relatif cepat sehingga diperlukan
pengendalian yang memadai agar nilai persediaan minuman sesuai dengan nilai yang seharusnya.
Di sisi lain dengan pengendalian persediaan didapat harga pokok minuman yang sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan oleh manajemen hotel. .

11.19 PENENTUAN HARGA POKOK MINUMAN

Penentuan harga pokok minuman untuk minuman ringan, bir, wine dan champagne relatif mudah
dilakukan. Harga pokok jenis minuman ini adalah harga yang dibayar oleh hotel kepada pihak
rekanan. Jadi, harga yang dibayar oleh hotel untuk satu unit minuman ringan, bir, wine dan
champagne adalah harga pokok minuman tersebut. Sebagai ilustrasi, jika untuk satu botol bir
ukuran kecil dibayar oleh hotel dengan harga Rp4000, maka harga pokok untuk satu botol bir
ukuran kecil adalah Rp4000. Perlu dicatat bahwa harga pokok yang dimaksud adalah harga
untuk isi bir saja. Adapun harga botol tidak diperhitungkan sebagai harga pokok. Sebagai
pengingat, perlu dikaji ulang pengertian persediaan dan harga pokok. Pengertian persediaan
seperti yang dinyatakan dalam PSAK No.14 paragraph 03: Persediaan minuman pada dasarnya
merupakan produk jadi yang siap konsumsi, tidak ada persediaan adalah aktiva lancar tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

Persediaan minuman pada dasarnya merupakan produk jadi yang siap dikonsumsi, tidak ada
proses produksi yang berarti yang dilakukan oleh hotel. Pada sisi harga pokok, dinyatakan
bahwa harga pokok diakui bila dapat dikompensasikan langsung dengan penjualan. Artinya,
harga pokok baru terjadi dan diakui bila telah terjadi penjualan. Bila belum terjadi penjualan
maka minuman diklasifikasikan sebagai persediaan yang merupakan aktiva lancar hotel. Ciri
persediaan minuman yang siap konsumsi memerlukan pengendalian yang lebih ketat
dibandingkan dengan persediaan makanan dan persediaan lainnya. Pengendalian minuman
dikendalikan dari dua sisi, yaitu sisi harga pokok dan penjualan. Pada sisi harga pokok,
ditentukan harga pokok baku dan harga pokok aktual untuk mengendalikan harga pokok
minuman. Sementara itu, pada sisi penjualan ditentukan penjualan baku (potential sales) dan:
penjualan aktual untuk mengendalikan penjualan minuman, Metode pengendalian harga pokok
dan penjualan minuman dibahas dengan lengkap pada buku F & B Cost Control untuk Hotel dan
Restoran oleh IBM Wiyasha terbitan Penerbit ANDI Yogyakarta 2006.

Harga pokok minuman ditentukan dengan mengadakan penghitungan langsung secara fisik di
bar dan di gudang makanan. Penghitungan dan laporan harga pokok minuman ditentukan untuk
periode tertentu, misalnya setiap mingguan, setiap sepuluh hari, setiap dua minggu atau setiap
bulan. Artinya, laporan harga pokok minuman dalam sebulan bisa dilakukan empat kali bila
dilaporkan setiap periode seminggu, atau dua kali bila menggunakan periode dua mingguan.
Untuk menentukan harga pokok antara dalam sebulan, penghitungan fisik hanya dilakukan untuk
persediaan minuman yang ada di bar hotel. Adapun untuk laporan akhir bulan dan akhir tahun,
penghitungan fisik dilakukan di gudang minuman dan seluruh bar untuk mendapatkan nilai
persediaan minuman akhir periode dan harga pokok minuman.

11.20 BUKU BESAR PERSEDIAAN MINUMAN

Persediaan minuman dicatat pada buku besar persediaan dengan buku pembantu (subsidiary
ledger) persediaan minuman. Buku pembantu persediaan minuman dapat dirinci lagi menjadi
buku pembantu untuk minuman ringan, minuman keras, bir dan anggur serta champagne. Contoh
buku persediaan dapat dikaji pada halaman sebelumnya.

11.21 BUKU HARGA POKOK MINUMAN

Harga pokok minuman dibukukan pada buku harga pokok. Buku ini merupakan jurnal harga
pokok minuman. Dalam menentukan harga pokok minuman, penghitungan langsung secara fisik
persediaan harus dilakukan. Penghitungan secara fisik dilakukan di bar hotel untuk penentuan
harga pokok setiap paruh periode. Penghitungan langsung secara fisik dilakukan untuk
persediaan minuman di bar dan gudang minuman untuk menentukan harga pokok minuman akhir
periode (bulanan dan tahunan). Pada buku ini yang dicatat adalah harga pokok minuman yang
dikeluarkan dari gudang minuman ke bar bersangkutan. Minuman bisa keluar dari gudang
melalui media formulir permintaan barang gudang. Jadi,harga pokok minuman yang dicatat pada
buku harga pokok minuman sesuai dengan yang dicatat pada formulir permintaan barang
gudang.

11.22 REKONSILIASI HARGA POKOK MINUMAN

Rekonsiliasi harga pokok minuman dikerjakan setiap akhir periode (bulan atau tahun) untuk
mendapatkan harga pokok aktual dan nilai persediaan akhir. Untuk mendapatkan harga pokok
aktual minuman, petugas dari pengendalian minuman mengadakan penghitungan langsung
persediaan minuman yang ada di gudang minuman dan di bar. Dengan rekonsiliasi harga pokok
minuman, manajemen hotel mendapatkan informasi yang akurat mengenai harga pokok
minuman yang terjadi pada periode tertentu.

11.23 VOUCHER JURNAL HARGA POKOK MINUMAN

Setiap akhir periode, jurnal harga pokok minuman ditutup dengan melengkapi voucher jurnal
harga pokok minuman. Voucher jurnal merupakan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya,
yaitu membukukan pada buku besar (posting). Pada voucher jurnal ini harga pokok minuman
masuk ke dalam debet, sedangkan pada sisi lain persediaan minuman dikolom kredit. Lazimnya,
dalam industri perhotelan terjadi transaksi-transaksi yang harus dibebankan ke rekening lain
seperti promosi, kesejahteraan karyawan, biaya administrasi dan umum, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai