Chief
Account
Asst Chief
Acc
BAB II
SIKLUS AKUNTANSI
2.1 PENDAHULUAN
Sebagai suatu aktivitas dengan fungsi menghasilkan informasi ekonomis bagi yang memerlukan,
akuntansi memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Bila seluruh tahapan telah dipenuhi, kita harus
kembali ke tahap awal. Tahapan yang berulang dengan keteraturan urutan pekerjaan dalam akuntansi
disebut siklus akuntansi. Dalam satu siklus akuntansi, satu fungsi bisa melaksanakan beberapa tugas.
Tugas dari pengumpulan data transaksi, hingga membukukan dalam buku jurnal dapat dikerjakan oleh
satu fungsi. Namun demikian, tidak semua tugas dapat dirangkap oleh satu fungsi. Untuk tujuan
pengendalian internal, satu fungsi dalam siklus akuntansi hanya dibebankan satu kewenangan dalam
menangani buku besar, misalnya hanya membukukan sisi debet. Sedangkan sisi kredit akan dibubukan
oleh fungsi yang lain. Dengan demikian, dapat dilakukan periksa internal antara satu fungsi dengan
fungsi yang lain untuk satu rekening yang sama. Dengan kemajuan teknologi informasi dan
komputerisasi, diperlukan kode sandi untuk setiap fungsi sehingga ketepatan saldo untuk setiap rekening
dapat dipertanggungjawabkan. Kondisi ini mendorong pada pencapaian pengendalian internal yang baik.
2.2 AKUNTANSI DAN KOMPUTERISASI
Dengan kemajuan teknologi pada abad ini, kebutuhan akan komputer atau komputerisasi menjadi hal
pokok dalam dunia bisnis termasuk dalam menyelesaikan tugas-tugas akuntansi. Dengan kemajuan
tteknologi komputer, data dapat disimpan, diperbaiki, dan dipanggil kembali (retrieve) dalam waktu yang
sangat cepat. Kalkulas-kalkulasi yang rumit dan memerlukan ketepatan tinggi serta dalam jumlah yang
besar akan sangat terbantu dengan emajuan teknologi ini. Perlu diingat bahwa dalam melaksanakan
tugas-tugas akuntansi komputer hanya merupakan alat bantu manajemen untuk menghasilkan informasi
ekonomis sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih tepat. Artinya pemahaman yang baik dan
mendalam terhadap prinsip-prinsip akuntansi mutlak diperlukan oleh individu yang berkecimpung dan
berkarier di bidang akuntansi. Dengan penguasaan materi akutansi, tugas-tugas akuntansi yang kompleks
dapat dituntaskan dengan cepat dan tepat dengan bantuan alat komputer.
2.3 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA
Dalam pengambilan keputusan operasional hotel yang didasarkan pada informasi keuangan, manajer
diharapkan memiliki wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan Kerangga Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan dari Standar Akuntansi Keuangan Indonesia 2002. Bahasan ini
berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
diterima oleh yang berkepentingan.
Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual (accrual basis)
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun ata dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaski dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang
disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu
yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran pembayaran
kas di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi taransaksi bagi
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usahsa perusahaan dan usaha
tersebut akan tetap berlanjut di masa depan.oleh karena itu, perusahaan diasumsikan tidak
berkeinginan melikuidasi atau mengurangisecara material skala usahanya. Jika maksud atau
keinginan itu timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar
yang digunakan harus diungkapkan.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting dari informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntans, serta kemauan untuk
mempelajari informasi yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidakdapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut teralu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa
depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam
peramalan dan penegasan berkaitan satu samsa lain. Informasi yang sama juga berperan dalam
memebrikan penegasan terhadap prediksi pada masalalu.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik
perhatian pemakai, seperti pembayaran deviden dan upah, pergerakan harga sekuritas dan
kemampuan perusahaan untuk memnuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai
prediktif, informasi tidak harus dalam bentuk ramalan eksplisit.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberpa kasus, hakikat
informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Informasi dipandang material kalalu
kelalaian untkmencantumkan untuk kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari
kelalalian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. Oleh karena itu, materialitas lebih
merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang
harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas
dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
a. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan oleh kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih karena kesulitan
yang melekat dalam megidentifikasi transaksiserta peritiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam
menyusun menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan
peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dari satu pos sangat
tidak pasti sehingga perusahaan pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan.
b. Substansi Melampaui Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi dengan peristiwa lain
yang seharusnya disajikan maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak pada bentuk hukum.
c. Netralitas
Informasi harus diarahakan pada kebutuhan umum pemakai, tidak beragntung pada kebutuhan
dan keinginan pihak tertenutu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara di sisi lain merugikan kepentingan pihak yang
mempunyai kepentingan berlawanan.
d. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu, seperti kertetagihan piutang yag diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatannya, dan menggunakan pertimbangan
sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Akan tetapi, penggunaan pertimbangan
sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan
berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan
oleh karena itu tidak memiliki kualitas relevansi.
e. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materealitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karna itu tidak dapat daindalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi.
5. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan atau tren posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif yang dapat dibandingkan adalah bahwa pemakai harus
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus
dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk
transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan
dalam perusahaan yang berbeda.
6. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
a) Tepat waktu: jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam laporan maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat
relatif antara pelaporan tepat dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat
waktu, seringkali pelaporan perlu dilakukan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa
lainnya diketahui sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda
sampek seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal, tetapi kurang
bermanfaat bagi pengambil keputusan.
b) Keseimbangan antara biaya dan manfaat: keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih
merupakan kendala yang pervasive dari karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan
manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidakperlu harus
dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh
pemakai lain yang juga menjadi tujuan informasi.
c) Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif: dalam praktik keseimbangan atau trade-off
diantara bervbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah
untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi
tujuan laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus
yang berbeda merupakan maslaah pertimbangan profesional.
7. Penyajian Wajar
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau menyajikan
dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Meskipun
kerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik
kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan
keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang
wajar dari, atau menyajikan, informasi semacam itu.
2.4 SIKLUS AKUNTANSI
Sebagai suatu bidang ilmu, akuntansi memiliki siklus yang harus dipenuhi. Artinya, satu tahapan
dalamsiklus merupakan prasyarat untuk tahapan siklus selanjutnya. Setelah satu siklus selesai, tahapan
mulai lagi dari awal, demikian selanjutnya dan aktivitas tersebut merupakan suatu yang berulang hingga
menjadi suatu siklus. Siklus akuntansi merupakan tahapan-tahapan dalam akuntansi yang terdiri dari:
1. Pengumpulan data transaksi keuangan
Aktivitas ini merupakan siklus pertama dari rangkaian siklus akuntansi. Pada tahap ini semua
data transaksi keuangan hotel dikumpulkan di bagian akuntansi (fungsi yang melakukan
kegiatan akuntansi). Data transaksi yang dikumpulkan hotel bersifat harian. Transaksi di hotel
dengan pihak ketiga umumnya didukung dengan bukti transaksi. Bentuk bukti transaksi di hotel
berupa voucher, yang berarti bahwa setiap transaski yang terjadi di bagian hotel seperti restoran
didukung oleh bukti transaksi restoran. Demikian pula halnya untuktransaksi penjualan kamar
yang didukung bukti transaksi rekening untuk tamu yang bersangkutan. Kelengkapan dokumen
pendukung yang dikumpulkan akan memberikan pengaruh mutu laporan keuangan hotel.
2. Analisis transaksi
Siklus kedua dari akuntansi keuangan adalah analisis transaksi yang terjadi. Analisis transaksi
bertujuan mengkaji dampak ekonomi setiap transaksi yang terjadi. Artinya, setiap transaksi yang
terjadi akan memengaruhi aset, kewajiban, dan modal. Setiap transaksi yang terjadi di sisi lain
akan memengaruhi sisi debet dan kredit untuk rekening-rekening pada neraca, rugi-laba, dan
modal.
3. Membukukan transaksi keuangan pada jurnal
Setelah proses analisis transaksi dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah membukukan setiap
transaksi pada buku jurnal. Jurnal adalah buku pertama untuk mencatat setiap transaksi yang
terjadi. Dalam bahasa inggris, jurnal disebut book of original entry karena setiap transaksi
pertama kali dibukukan pada jurnal. Adapun proses pembukuan setiap transaksi pada jurnal
disebut penjurnalan (journalizing). Hal yang harus diperhatikan adalah pencatatan setipa
transaksi pada jurnal dilaksanakan secara berurutan atau kronologis sesuai dengan tanggal
terjadi transaksi dimaksud.
Dalam membukukan transaksi pada jurnal, rekening yang didebet dibukukan lebih awal diikuti
dengan rekening yang dikredit dengan mencantumkan kata pada di depan rekening yang dikredit
tersebut. Penjelasan transaksi diberikan untuk setiap transaksi yang telah dibukukan pada jurnal.
Setelah itu, dilaksanakan siklus akuntansi selanjutnya, yaitu pencatatan transaksi pada buku
besar. Dengan penjurnalan, proses penelusuran kesalahan lebih mudah dilaksanakan karena
jurnal merupakan book of original entry.
4. Membukukan pada buku besar
Setelah penjurnalan selesai dilaksanakan, proses selanjtnya adalah mencatat semua transaksi
pada buku besar. Buku besar merupakan kumpulan dari beberapa rekening yang dalam bahasa
inggris disebut ledger. Buku besar memiliki identitas yaitu nomor dan nama untuk rekening-
rekening neraca, laba/rugi, dan modal. Aktivitas membukukan transaksi pada buku besar dalam
bahasa inggrisdisebut posting.
5. Menyiapkan neraca percobaan
Menyiapkan neraca percobaan merupakan siklus kelima dari aktivitas akuntansi. Pada siklus ini
semua saldo buku besar dipindahkan pada neraca percobaan untuk mendapatkan total saldo
debet + total saldo kredit. Bila total debet + total kredit untuk semua rekening (neraca, laba/rugi,
dan modal) maka dapat dinyatakan bahwa pencatatan semua transaksi pada tahun berjalan sudah
benar. Neraca percobaan disiapkan pada akhir periode akuntansi. Penyiapan neraca percobaan
akan sangat membantu dalam penyiapan laporan keuangan karena neraca percobaan membantu
menguji ketepatan pembukuan dengan menguji total debet = total kredit.
No. Rek Rekening Debet Kredit
100 Kas 5000
110 Surat Berharga Jangka Pendek 7250
120 Piutang 6200
140 Persediaan Barang 3570
150 Pembayaran dimuka 1200
170 Property and Equipment
-3 Furniture, Fixture, and Equipment 45000
-2 Gedung 320000
-1 Tanah 80000
200 Utang
-1 Utang Dagang 5780
-5 Utang Pajak Penghasilan 3140
250 Utang Jangka Panjang 91250
300 Modal 338750
400 Pendapatan Kamar 25000
420 Pendapatan Makanan 7400
430 Pendapatan Minuman 4250
510 Biaya Kamar-Kantor Depan 1700
520 Biaya Kamar-Tata Graha 2000
620 Biaya SDM 550
630 Biaya Administrasi dan Umum 600
640 Biaya Pemasaran 1100
650 Biaya Pemeliharaan dan Energi 1400
Total 475570 475570
Gambar2.1 Contoh isian neraca percobaan
Keterangan Gambar 2.1 : No Rek : Nomor Rekening
6. Menyiapkan jurnal penyesuaian
Beberapa rekening buku besar pada saat penyiapan laporan keuangan harus disesuaikan
sehingga saldo akhir periode akuntansi untuk rekening yang bersangkutan tepat. Proses
penyesuaian rekening dilakukan setelah penyiapan neracara percobaan dilakukan.
7. Menutup buku
Pada proses menutup buku aktivitas yang dilakukan adalah mengembalikan saldo tiap rekening
pada saldo normal masing-masing untuk periode akuntansi yang akan datang. Untuk rekening-
rekening riil (rekening-rekening neraca), aset saldo normalnya adalah debet. Adapun, untuk
rekening utama dan modal, saldo normalnya adalah kredit. Untuk rekening-rekening nominal
(rekening-rekening laba/rugi), semua saldo dipindah bukukan pada laba yang ditahan. Pada saat
menutup buku, saldo dari semua rekening nominal adalah nol. Untuk semua rekening nominal,
saldo untuk periode akuntansi yang akan datang mulai lagi dari awal.
8. Menyiapkan laporan keuangan
Laporan keuangan hotel disiapkan pada akhir periode akuntansi. Ketepatan laporan keuangan
yang disiapkan sangat tergantung dari siklus akuntansi sebelumnya. Neraca percobaan
merupakan sumber penyiapan laporan keuangan. Laporan keuangan yang lazim disiapkan pada
akhir periode akuntansi adalah neraca, laporan laba/rugi, dan laporan arus kas.
2.5 LAPORAN KEUANGAN HOTEL
Akuntansi bertujuan memberikan informasi mengenai operasional hotel. Dengan informasi keuangan
ini, manajemen akan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat. Manajemen memerlukan informasi
keuangan dengan tujuan perencanaan, analisis dan pengendalian. Dengan informasi keuangan yang
sekarang, manajemen dapat merencanakan kegiatan periode yang akan datang, berupa anggaran priode
yang akan datang. Selain itu, manajemen juga dapat melakukan analisis dan pegendalian yang lebih baik
untuk aktivitas operasional hotel. Informasi keuangan untuk keputusan ekonomis hotel bersumber dari:
1. Laporan Laba/rugi
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Sistem akuntansi yang lazim diterapkan di industri perhotelan adalah Uniform System of Accounts
for Hote! (USAH). Sistem ini awalnya dikembangkan di Amerika Serikat oleh perhimpunan pengusaha
hotel di New York pada tahun 1925. Dengan berkembangnya industri perhotelan bersistem jaringan
(chain hotel) di Indonesia, hotel-hotel dengan jaringan tertentu yang beroperasi di Indonesia mengadopsi
Uniform System of Accounis for Hotel ini. USAH pun terus dikembangkan. Kini USAH berkembang
menjadi Uniform System of Accounts for the Lodging Industry disingkat USALI. Sistem ini memberikan
beberapa manfaat di antaranya keseragaman pemahaman untuk istilah yang lazim diterapkan di bisnis
perhotelan. Misalnya, istilah gross operaring profir (GOP) yang merupakan laba seluruh departemen
minus biaya-biaya departemen yang bersangkutan minus undisrribuced operating expenses. Dalam
USALI, terminologi yang diterapkan untuk gross operating profir adalah income after undistribured
operating expenses. Manfaat lainnya adalah data keuangan untuk hotel cerigan kelas yang sama dapat
dibandingkan. Manfaat selanjutnya terutama dirasakan oleh pihak ketiga, yaitu membuat data runut
waktu dengan tujuan kompilasi dan interpretasi lebih lanjut.
Akuntansi keuangan hotel merupakan akuntansi departemental. Artinya, setiap departemen hotel
melaporkan hasil operasinya pada periode tertentu. Misalnva, kantor depan hotel melaporkan
aktivitasnya setiap bulan. Penjualan kamar yang terjadi dalam sebulan dilaporkan bersamaan dengan
biaya-biaya yang diserap untuk menghasilkan penjualan kamar seperti biaya gaji dan upah, biaya alat
tulis kantor, biaya yang dipakai habis di kamar tamu, dan lain sebagainya. Kantor depan juga melaporkan
laba departemen yang dicapai pada bulan atau periode tahun tertentu. Bila dikaji dari sisi penjualan,
departemen hotel dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang menghasilkan penjualan (revenue
generaring departmenis) seperti kantor depan yang menghasilkan penjualan kamar dan departemen
makanan dan minuman (food and beverage department) yang menghasilkan penjualan makanan dan
minuman. Di sisi lain ada departemen-departemen hotel yang tidak menghasilkan penjualan (nonrevenue
generaring department). Departemen ini memang menyerap biaya operasional saja, terapi mendukung
dan melayani operasional departemen yang menghasilkan penjualan. Contoh departemen ini adalah
personalia, training, pemasaran, pemeliharaan, tata graha, tata boga, dan lainnya.
2.6 LAPORAN RUGI-LABA
Sebagai industri jasa, hotel memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan aktivitas bisnisnya. Salah
satu laporan keuangan hotel yang penting adalah laporan rugi-laba. Dalam laporan rugi-laba, yang
dilaporkan adalah penjualan, harga pokok penjualan, biaya-biaya yang terjadi pada departemen yang
bersangkutan, biaya-biaya operasional hotel yang tidak didistribusikan ke masing-masing departemen
hotel (undistributed operating expenses, biaya-biaya tetap seperti depresiasi, sewa, bunga, pajak
penghasilan, dan laba bersih. Jadi, laporan rugi-laba merupakan laporan yang sistematis mengenai
penjualan, harga pokok dan biaya serta laba (rugi) untuk periode tertentu. Periode tertentu dapat dalam
satu bulan, tiga bulan atau satu tahun. Lazimnya laporan keuangan seperti laporan rugi-laba disiapkan
untuk periode setahun (1 Januari sampai 31 Desember 200x). Secara teknis, operasional laporan rugi-
laba hotel disiapkan setiap bulan sebagai laporan antara (interim report) untuk kepentingan internal
manajemen hotel yang bersangkutan. Laporan rugi-laba yang disiapkan setiap bulan memberikan
gambaran kepada manajemen hotel pencapaian sasaran yang dicapai setiap bulan sehingga tindakan
koreksi dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Format dan bentuk laporan rugi-laba hotel yang
mencakup seluruh penjualan dan laporan keuangan setiap departemen akan dibahas berikut ini:
2.15 MODAL
Modal merupakan penyertaan pemilik pada perusahaan hotel yang dimiliki. Modal dicatat pada sisi
kredit neraca setelah utang jangka panjang. Modal terdiri dari modal sendiri, laba yang ditahan, dan
agio/disagio saham. Modal sendiri lazim disebut ekuitas (equity) merupakan penyertaan pemilik pada
perusahaan /hotel. Bila modal dikonversikan dalam saham maka saham yang lazim adalah saham biasa
(common stock). Saham jenis lain yang memiliki ciri berbeda dengan saham biasa adalah saham
preferensi (preferred stocks). Saham preferensi diperuntukkan untuk pemilik dengan kualifikasi tertentu.
Laba yang ditahan (recained earnings) merupakan salah satu klasifikasi modal. Laba yang ditahan
merupakan laba operasional hotel periode akuntansi yang lalu yang tidak didistribusikan kepada pemilik,
tetapi diperuntukkan sebagai modal perusahaan dengan tujuan pengembangan hotel di masa yang akan
datang.
Agio/Disagio saham merupakan kelebihan/kekurangan harga saham bila saham ditawarkan kepada
investor publik. Sebagai contoh, saham hotel per lembar ditawarkan Rp5000, tetapi investor publik
membeli per lembar saham hotel sebesar Rp5100. Dengan demikian, Rp100 merupakan agio per lembar
saham. Bila saham yang ditawarkan 1000 lembar maka agio saham yang dicatat pada neraca sebesar
Rp100.000. Sebaliknya, bila oleh investor publik per lembar dibayar Rp4.900 maka disagiorper lembar
saham yang dicatat pada neraca pada rekening modal adalah Rp100.
Untuk lebih jelasnya, diberikan contoh neraca hotel seperti pada Gambar 2.4 di bawah ini. Angka
yang diberikan hanya bersifat ilustratif dan tidak ada hubungan dengan gambar sebelumnya.
HOTEL KAYAGA
NERACA
PERIODE SAMPAI DENGAN 31 MEI, 2004
(dalam 000rupiah)
Debet Kredit
Aktiva Pasiva
Aktiva lancar Utang lancar
Kas 45.000 Utang dagang 65.000
Investasi jk. pendek 489.000 Utang yang diperhitungkan 423.000
Piutang 326.000 Utang muka pemesanan kantor 21.000
Penyisihan piutang ragu-ragu (3.260) Porsi utang jk. panjang 32.000
Persediaan 28.00 Utang pajak 63.000
Pembayaran dimuka 4.000
Jumlah aktiva lancar 888.740 Jumlah utang lancar 604.000
BAB III
PEMAHAMAN DEBET DAN KREDIT
3.1 PENDAHULUAN
Debet dan kredit merupakan istilah teknis (jargon) yang lazim digunakan di bidang akuntansi. Debet
dan kredit merupakan alat untuk menentukan pada sisi mana suatu transaksi harus dibukukan, debet
ataukah kredit. Kesalahan dalam penentuan debet dan kredit pada awal pembukuan akan berpengaruh
fatal pada pelaporan aktivitas hotel, pada laporan rugi-laba, laporan arus kas, dan neraca. Penentuan
debet dan kredit harus mengikuti aturan tertentu terutama pada jenis rekening yang ada pada neraca dan
rugi-laba. Tiap rekening pada neraca dan rugi-laba memiliki saldo normal masing-masing.
3.2 PEMAHAMAN DEBET DAN KREDIT
Kata debet dan kredit sangat lazim digunakan oleh individu yang berkecimpung dalam bidang
akuntansi. Namun demikian, perlu dibahas pemahaman debet dan kredit. Kata debet (biasa disingkat
dengan dr) mengandung arti bahwa suatu transaksi harus dicatat pada sebelah kiri dari suatu rekening.
Kata kredit (biasa disingkat dengan kr) mengandung arti bahwa suatu transaksi dicatat pada sisi sebelah
kanan dari suatu rekening. Perlu dicatat bahwa tiap rekening terdiri dari sisi kiri, yaitu sisi debet dan sisi
kanan adalah sisi kredit. Selisih antara sisi debet dengan sisi kredit merupakan saldo rekening yang
bersangkutan. Debet dan kredit merupakan teknik akuntansi untuk mencatat efek suatu transaksi terhadap
rekening-rekening yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut. Perlu dipahami bahwa mendebet tidak sama
dengan pemahaman menjumlahkan atau memiliki nilai positif. Demikian pula, mengkredit tidak sama
dengan pemahaman mengurangi atau memiliki nilai negatif.
3.3 ATURAN DEBET DAN KREDIT
Aturan debet dan kredit berlaku umum pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan double entry
accounting system. Dalam double entry accounting system satu transaksi akan berpengaruh debet pada
satu rekening dan kredit pada rekening yang lain. Aturan debet dan kredit yang lazim diterapkan sebagai
berikut:
Rekening Saldo normal Bertambah Berkurang
Aset Debet Transaksi debet Transaksi kredit
Utang Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Modal Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Pendapatan Kredit Transaksi kredit Transaksi debet
Biaya dan harga pokok Debet Transaksi debet Transaksi kredit
Dari aturan debet dan kredit di atas, dapat dinyatakan bahwa rekening-rekening aset, harga pokok
dan biaya bertambah bila terjadi transaksi debet. Sebaliknya, akan berkurang bila terjadi transaksi kredit.
Pada sisi lain, rekening-rekening utang, modal, dan pendapatan akan bertambah bila terjadi transaksi
kredit sebaliknya berkurang bila terjadi transaksi debet. Dengan kata lain, dapat dinyatakan aturan debet
dan kredit seperti di bawah ini.
1. Debet digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening aset dan rekening biaya
dan harga pokok.
2. Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh menurunkan rekening aset dan rekening biaya
dan harga pokok.
3. Debet digunakan bila suatu transaksi berpengaruh menurunkan rekening utang, modal, dan
rekening pendapatan.
4. Kredit digunakan bila suatu transaksi berpengaruh meningkatkan rekening utang, modal, dan
rekening pendapatan.
3.4 SALDO NORMAL REKENING NERACA DAN RUGI LABA
Bila debet dan kredit telah dipahami dengan baik maka hal penting lain yang harus diketahui dengan
baik adalah saldo normal rekening-rekening neraca dan rugi-laba, Pemahaman akan saldo normal
rekening-rekening dimaksud akan sangat membantu dalam penerapan transaksi debet dan kredit. Saldo
normal rekening-rekening neraca dan rugi laba seperti di bawah ini:
1. Saldo normal rekening-rekening neraca:
a. Rekening-rekening aset: saldo normal debet
b. Rekening-rekening utang: saldo normal kredit
c. Rekening-rekening modal: saldo normal kredit
2. Saldo normal rekening-rekening rugi-laba:
a. Rekesring-rekening pendapatan: saldo normal kredit
b. Rekening-rekening biaya: saldo normal debet
c. Rekening-rekening harga pokok: saldo normal debet
Pada neraca terdapat rekening-rekening aset (aktiva), utang dan modal. Rekening aset dibedakan
menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Contoh aktiva lancar di antaranya kas, piutang,
persediaan barang, aktiva lancar lain-lain. Untuk aktiva jangka panjang atau aktiva tetap, di antaranya
gedung dan perlengkapan gedung, tanah, mesin-mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lain-lain. Rekening
utang dapat dirinci lagi menjadi utang lancar dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek di
antaranya utang gaji, utang dagang, utang pajak pembangunan I, utang jangka panjang yang jatuh tempo
periode ini, dan utang jangka pendek lain-lain Utang jangka panjang di antaranya utang hipotek dan
utang jangka panjang lain-lain. Pada sisi modal terdapat modal saham biasa, saham preferensi, laba yang
ditahan, dan agio/disagio saham. Untuk perusahaan perorangan, modal saham terdiri dari modal Tuan X,
dan prive Tuan X.
Pada laporan rugi-laba terdapat rekening-rekening pendapatan, biaya dan harga pokok. Pada
pendapatan misalnya pendapatan kamar, makanan dan minuman dan pendapatan lain-lan, Pada rekening
biaya misalnya biaya alat tulis dan kantor, biaya gaji dan upah, biaya pemasaran, biaya energi, biaya
administrasi dan umum, biaya pelatihan karyawan, biaya pemeliharaan peralatan hotel dan lain-lain.
Pada rekening harga pokok misalnya harga pokok makanan dan minuman.
3.5 UJI KETEPATAN DEBET DAN KREDIT
Dalam sistem double entry accounting dinyatakan bahwa satu transaksi akan berpengaruh pada sisi
debet pada satu rekening dan sisi kredit pada rekening yang lain. Kondisi ini mengarahkan pada
ketepatan pencatatan transaksi keuangan dengan uji berikut:
DEBET = KREDIT
Arti formula di atas adalah bila jumlah debet sama dengan kredit maka transaksi telah dilakukan
dengan tepat dan benar. Artinya, transaksi debet telah dicatat dangan benar pada sisi debet dan kredit
pada sisk kredit. Aturan debet dan kredit dengan persamaan dasar akuntansi dapat dililiat pada Gambar
3.1 di bawah ini:
AKTIVA = UTANG + MODAL
+ PENDAPATAN - BIAYA
Debet Kredit
Debet Kredit
berkurang bertambah
bertambah berkurang