Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Pengantar
Ekonomi Mikro
Teori Perilaku Konsumen:
Cardinal Utility Approach

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 2A2322SP Sri purwaningsih, SE, M.Ak

Abstract Kompetensi
Teori kardinal menganggap bahwa Mahasiswa mampu memahami konsep
kepuasan manusia dalam dan menjelaskan teori perilaku
mengkonsumsi dapat diukur. Kepuasan konsumen pendekatan kepuasan
atau kenikmatan konsumen dari kardinal (cardinal utility approach).
mengkonsumsi barang-barang disebut
nilai guna atau utiliti. Nilai guna dibagi
menjadi nilai guna total dan nilai guna
marjinal.
Pembahasan

Konsumen adalah salah satu pengambil keputusan dalam ekonomi yang bertujuan
untuk memaksimumkan kepuasan dari berbagai barang/jasa yang dikonsumsi. Kepuasan
yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa terlihat pada tingkat
kepuasan subyektif atau nilai guna (ulititi). Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan
menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan nilai guna (utiliti) kardinal dan pendekatan nilai
guna ordinal. Manfaat atau kepuasan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dalam
pendekatan nilai guna kardinal. Teori kardinal menganggap bahwa kepuasan manusia
dalam mengkonsumsi dapat diukur dan membandingkannya dengan konsumsi barang lain
yang memberikan kepuasan sama (Moscati 2013).

Akan tetapi, sampai saat masih ada banyak pertentangan apakah konsep kardinal ini
tepat untuk menunjukkan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan demi
memaksimumkan kepuasanya. Hal ini karena banyak yang menganggap bahwa teori
kardinal sangat sederhana dalam penggambaran sebuah nilai guna/kepuasan. Teori ordinal
dianggap lebih tepat dalam menunjukkan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
demi memaksimumkan kepuasan (Bacelli dan Mongin 2016).

A. Teori Nilai Guna (Utiliti)


Utilitas adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunannya.
Utilitas adalah kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian barang-
barang atau jasa. à Jeremy Bentham. (1748-1832).
Adam Smith (1732-1790) membedakan nilai guna (value in use) dengan nilai tukar
(value in change)
Contoh :
AIR Dengan BERLIAN
Air mempunyai harga rendah (nilai tukarnya rendah bila dibanding dengan berlian),
tetapi air begitu sangat vital bagi kehidupan (nilai gunanya tinggi), kebalikan dengan berlian,
berlian mempunyai nilai tukar tinggi (harganya mahal), namun berlian, tidak begitu penting
bagi kehidupan (nilai gunanya rendah)
David Ricardo (1722-1823) dan Marx à konsep nilai didasarkan pada nilai kerja
(congealed labor).

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas
berbagai barang yang dikonsumsinya. Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya
(utilitasnya ) dengan tunduk kepada kendala anggaran (budget).

Kepuasan atau kenikmatan konsumen dari mengkonsumsi barang-barang disebut


nilai guna atau utiliti (Rahardja dan Manurung 2006). Semakin tinggi kepuasan maka
semakin tinggi nilai guna atau utilitinya. Nilai guna dibagi menjadi nilai guna total dan nilai
guna marjinal. Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Nilai guna marjinal adalah pertambahan atau
pengurangan kepuasan akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit
barang tertentu. Tingkat penggantian marginal yang semakin berkurang ini akan
berpengaruh pada bentuk kurva kepuasan sama yaitu analisis perilaku konsumen dengan
pendekatan ordinal (Beattie dan LaFrance 2006).

Contoh nilai guna total dari mengkonsumsi 10 roti meliputi seluruh kepuasan yang
diperoleh dari memakan semua roti tersebut. Nilai guna marjinal dari roti kesepuluh adalah
pertambahan kepuasan yang diperoleh dari memakan roti yang kesepuluh.
Intinya :
1. Seorang konsumen dengan pendapatan tertentu yang menghadapi sejumlah harga
tidak mungkin membeli seluruh yang diinginkannya. Konsumen harus melakukan
pilihan dan dalam hal demikan perlu mempertimbangkan harga-harga yang relatif.
2. Konsumen dianggap memiliki preferensi sehingga mengetahui apakah situasi lebih
baik atau lebih buruk ataukah ia indeference terhadap situasi lain.
3. Konsumen dapat memilih diantara semua situasi yang dihadapinya.

B. Hipotesis Teori Nilai Guna


Tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu
barang akan menjadi sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsi
barang tersebut. Hipotesis tersebut dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal yang semakin
menurun. Pertambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak
secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsinya.
Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif. Apabila konsumsi barang tersebut
ditambah lagi, maka nilai guna total akan semakin negatif.

Misalnya sesorang memakan semangkok bakso. Kepuasan bertambah tinggi ketika


memakan bakso mangkok ke dua dan bertambah tinggi lagi ketika memakan bakso

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
mangkok ketiga. Akan tetapi kepuasan ini tidak berlangsung lama. Pada mangkok ke empat,
orang tersebut merasa bahwa yang dimakannya sudah cukup banyak dan memuaskan. Jika
ditawarkan mangkok ke lima, orang tersebut akan menolak karena merasa lebih puas
memakan empat mangkok bakso dibandingkan memakan enam mangkok bakso. Dengan
demikian, pada bakso mangkok ke lima, tambahan nilai guna adalah negatif dan nilai guna
total memakan enam mangkok bakso akan lebih rendah dari nilai guna total memakan lima
mangkok bakso.

Pada Tabel 1 ditunjukkan nilai guna total dan nilai guna marjinal dari memakan buah
apel. Tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi terus-
menerus. Berdasarkan tabel di atas, nilai guna marjinal positif sampai dengan apel ke tujuh
bernilai positif sehingga nilai guna total terus menerus bertambah jumlahnya. Apel ke
delapan menunjukkan nilai marjinal yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan
paling maksimum adalah ketika memakan apel yang ke tujuh. Tambahan-tambahan apel
yang selanjutnya akan mengurangi kepuasan. Kepuasan memakan 8, 9 atau 10 mangga
akan lebih rendah daripada memakan 7 mangga.

Tabel 1. Nilai guna total dan nilai guna marjinal dalam angka
Jumlah buah apel yang dimakan Nilai guna total Nilai guna marjinal
0 0 -
1 30 30
2 50 20
3 64 14
4 75 11
5 83 8
6 87 4
7 90 3
8 88 -2
9 85 -3
10 80 -5

Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa kurva nilai guna total (total utility / TU) bermula
dari titik 0, yang menunjukkan waktu tidak terdapat konsumsi sehingga nilai guna total
adalah 0. Awalnya kurva nilai guna total manik, yang manggambarkan jika jumlah konsumsi
apel bertambah, nilai guna total bertambah tinggi. Kurva nilai guna total mencapai titik
maksimum di apel ke tujuh. Setelah apel ke tujuh, kurva nilai guna total mulai menurun.
Sementara itu, kurva nilai guna marjinal (marginal utility / MU) turun dari kiri atas ke kanan
bawah. Hal ini menggambarkan hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun. Kurva
nilai guna marjina memotong sumbu datar x sesudah jumlah apel yang ke tujuh sehingga
nilai guna marjinal adalah negatif (Gambar 2).

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1. Grafik nilai guna total
Nilai guna total (TU)

90
83 TU
80

Kuantitas apel
5 7 10
Gambar 2. Grafik nilai guna marjinal
Nilai guna marjinal (MU)

30

Kuantitas apel
1 7 8

MU C. Pemaksimuman Nilai Guna


Dalam ekonomi, konsumen akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasannya.
Dalam mengkonsumsi satu barang, tingkat kepuasan maksimum dicapai ketika nilai guna
total mencapai tingkat maksimum. Hal ini memberikan arti bahwa setiap orang adalah
pelaku maksimisasi kepuasan yang diharapkan (Tengstam 2012).

Akan tetapi, dalam keadaan dimana mengkonsumsi berbagai macam barang dan
harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda, syarat yang harus dipenuhi agar
barang-barang yang dikonsumsikan memberikan nilai guna yang maksimum adalah setiap
rupiah (satuan mata uang) yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis
barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya (Sukirno 2014).

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Contohnya konsumen mengkonsumsi dua jenis barang yaitu makanan dan pakaian
dengan harga makanan sebesar Rp10000 dan pakaian Rp100000. Tambahan satu unit
makanan akan memberikan nilai guna marjinal sebanyak 10 dan tambahan satu unit
pakaian memberikan nilai guna marjinal sebanyak 100. Jika konsumen memiliki uang
sebanyak Rp100000, uang tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makanan sehingga
nilai guna marjinal yang diperoleh sebesar 10 x 10 = 100. Jika konsumen membeli pakaian,
hanya satu unit dan nilai guna marjinalnya sebesar 100. Apapun yang dipilih konsumen,
kedua jenis barang tersebut memberikan nilai guna marjinal yang sama besar. Dengan
demikian:

 Seseorang akan memaksimumkan nilia guna dari barang-barang yang


dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang yang
dikonsumsi tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-barang
tersebut. Contohnya perbandingan harga makanan dan pakaian adalah
10000:100000 atau 1:10 sama dengan perbandingan nilai guna marjinalnya yaitu
10:100 atau 1:10.
 Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsikannya apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah (satuan mata uang)
yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan. Contohnya
nilai guna marjinal per harga dari tambahan makanan adalah 10/10000 = 1/1000.
Nilai guna marjinal per harga dari tambahan pakaian adalah 100/100000 = 1/1000.

Syarat pemaksimuman nilai guna adalah sebagai berikut:


MU barang A = MU barang B = MU barang C
PA PB PC
Keterangan:
MU adalah nilai guna marjinal
P adalah harga barang yang dikonsumsi

D. Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan


Sifat permintaan dapat diterangkan dengan menggunakan teori nilai guna. Ada dua
faktor yang menyebabkan permintaan suatu barang berubah apabila harga barang itu
mengalami perubahan, yaitu efek penggantian dan efek pendapatan (Snyder dan Nicholson
2008).
2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Mamaksimumkan Kepuasan Konsumen
 Tingkat kepuasan keseluruhan (Total Utility) akan dicapai setelah mengkonsumsi
sejumlah barang
 Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada kendala
anggarannya.
 Utilitas akan maksimum jika perbandingan antara MU dengan P (harga) adalah sama
untuk setiap barang yang dikonsumsi
 Konsumen akan menyesuaikan tingkat kepuasan (utility) dengan anggaran (budget)
yang dimilikinya

Efek Penggantian
Perilaku konsumen menggambarkan bahwa maksimisasi kepuasan dengan
mengalokasikan anggaran antara konsumsi dua barang yang tetap menjaga kepuasan tetap
sama. Hal ini menunjukkan bawa jumlah barang yang dikonsumsi akan berubah ketika
terjadi perubahan harga. Perubahan harga sebuah barang menyebabkan perubahan
terhadap permintaan barang lain. Konsumen yang rasional akan membeli banyak barang
yang harganya lebih rendah dan begitu pula sebaliknya (Leung et al. 2014).

Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai guna marjinal per harga barang
dari barang yang mengalami kenaikan tersebut. Jika harga mengalami kenaikan, nilai guna
marjinal per harga akan menjadi semakin rendah. Misalkan harga barang B bertambah
tinggi maka MU barang B/PB akan menjadi lebih kecil dari nilai awal. Jika dibandingkan
dengan harga barang-barang lainnya yang tidak mengalami perubahan (harga barang A
tetap), maka dapat dilihat keadaanya yaitu:

MU barang A > MU barang B


PA PB

Nilai guna barang A akan bertambah tinggi jika konsumen memilih membeli lebih
banyak barang A dan mengurangi pembelian barang B. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jika harga naik, permintaan terhadap barang B yang mengalami kenaikan harga akan
menjadi semakin sedikit. Begitu pula dengan keadaan harga suatu barang mengalami
penurunan. Penurunan harga mengakibatkan barang tersebut memiliki nilai guna marjinal

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
per harga yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per harga dari barang-barang
lainnya yang harganya tetap. Oleh karena itu, pembelian barang tersebut akan
memaksimumkan nilai guna sehingga permintaan barang menjadi bertambah banyak
apabila harganya bertambah.

Efek Pendapatan
Kenaikan harga menyebakan pendapatan riil menjadi semakin sedikit jika
pendapatan tidak mengalami perubahan. Kemampuan pendapatan yang diterima untuk
membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Oleh karena itu,
kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi berbagai jumlah barang yang
dikonsumsinya, termasuk jumlah barang yang mengalami kenaika harga. Begitu pula jika
harga suatu barang mengalami penurunan. Penurunan harga menyebakan pendapatan riil
menjadi semakin besar jika pendapatan tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, efek
perubahan harga kepada pendapatan ini disebut sebagai efek pendapatan.

Membentuk Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat diterangkan melalui teori nilai guna. Misalkan konsumen
mengkonsumsi hanya dua jenis barang, yaitu makanan dan pakaian.

MU barang m = MU barang p
Pm Pp
Pada kondisi keseimbangan awal, harga makanan adalah Rp10000 dengan jumlah
unit makanan yang dibeli sebesar 10 unit. Diasumsikan seterusnya harga pakaian tetap,
sedangkan harga makanan turun menjadi Rp5000.
MU barang m > MU barang p
5000 Pp

Konsumen akan menambah konsumsi makanan menjadi 15 unit sehingga


keseimbangan dapat tercapai. Kemudian harga makanan naik menjadi Rp15000 sedangkan
harga pakaian tetap.
MU barang m < MU barang m
15000 10000

Perubahan tersebut menyebabkan:


MU barang m < MU barang p
15000 Pp

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan konsumen mengurangi kuantitas
makanan yang dibelinya dan mencapai keseimbangan ketika membeli 5 unit makanan.
Kesimpulan contoh kasus diatas yaitu pada harga Rp15000 sebanyak 5 unit akan dibeli.
Pada harga Rp10000 sebanyak 10 unit akan dibeli. Pada harga Rp5000 sebanyak 5 unit
akan dibeli. Berdasarkan kesimpulan di atas, diperoleh kurva permintaan yang menunjukkan
sifat permintaan, yaitu ketika harga naik maka jumlah barang yang diminta meningkat. Kurva
permintaan makanan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Permintaan konsumen terhadap makanan


Harga makanan

15

10

5
D makanan
Kuantitas makanan
5 10 15

Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah kelebihan kepuasan karena mengkonsumsikan suatu
barang yang telah dibayar dengan sejumlah uang tertentu (Machfudz 2007). Surplus
konsumen merupakan selisih diantara harga tertinggi kemampuan konsumen untuk meminta
sejumlah barang dengan harga pasar yang lebih rendah dengan jumlah barang yang

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
diminta lebih banyak. Secara grafik, surplus konsumen ditunjukkan sebagai area dibawah
kurva permintaan dan di atas harga keseimbangan. Surplus konsumen yang didapatkan
sebesar segitiga ABC (Gambar 4).

Gambar 4. Surplus konsumen dalam grafik

Pertanyaan dan Latihan:


1. Berikut daftar konsumsi buah apel dan nilai guna total dari masing-masing buah tersebut.
Jumlah Nilai guna total
1 200
2 420
3 610

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
4 760
5 830
6 930
7 900
8 820

a. Tentukan nilai guna marjinal dari memakan buah apel.


b. Lukiskan grafik nilai guna total dan nilai guna marjinal untuk buah apel yang
dimakan.

2. Jika diketahui Qs = 2500 dan Qd = 5000 – 2.5P dimana Q menunjukkan kuantitas (kg)
dan P adalah harga yang terjadi di pasar (Rp/kg). Tentukan dan gambarkan besarnya
surplus konsumen.

Daftar Pustaka
Baccelli J, Mongin P. Choice-Based Cardinal Utility A Tribute to Patrick Suppes. Journal of Economic
Methodology.23(3):1-28.
Beattie BR, LaFrance JT. 2006. The Law of Demand versus Diminishing Marginal Utility. Review of
Agricultural Economics. 28(2):263-271.
Leung A, McGregor M, Chesney J. 2014. Income and Substitution Effects: Graphical Analysis for
Intermediate Microeconomics. Journal for Economic Educators. 14(1):97-107.
Machfudz M. 2007. Dasar-dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: Prestasi Pustaka.

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Moscati I. 2013. How Cardinal Utility Enter Economic Analysis during The Ordinal Revolution.
Working Paper Series. 1(2013):1-31.
Rahardja P, Manurung M. 2006. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar ed 3. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI.
Snyder C, Nicholson W. 2012. Microeconomic Theory Basic Principles and Extensions by Walter
Nicholson. Massachusetts: Cengage Learning.
Sukirno S. 2014. Mikroekonomi Teori Pengantar ed 3. Jakarta: Rajawali Pers.
Tengstam S. 2012. Disability and Marginal Utility of Income. Working Papers in Economics (276): 1-
41.

2017 Pengatar Ekonomi Mikro Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Sri Purwaningsih, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai