EFEK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Managemen Keuangan
Dosen pembimbing : Drs. Muhamad Masruri, MM
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
KATA PENGANTAR
Kelompok 6
Page | 1
DAFTAR ISI
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2. Penentuan “Rate of Return” dan “Nilai” dari Efek Jangka Panjang
Page | 4
2.2.1. Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan utang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berutang yang
mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara
periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap. Tujuan utama dari analisa efek
dalam penilaian obligasi adalah “rate of return” atau “Yield” yang diharapkan dari
obligasi tersebut.
Rate of return dan nilai obligasi relatif mudah ditentukan selama obligasi tersebut
diperkirakan tidak akan gagal dalam pembayaran bunga secara periodik dan
pembayaran modal pokoknya (principal). Discount rate yang digunakan dalam
penentuan dalam penentuan nilai masing-masing obligasi adalah berbeda-beda
tergantung kepada besarnya tingkat risiko tidak terbayarkan bunga dan principalnya.
Jenis-Jenis Obligasi
1. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond)
Obligasi yang tidak memiliki identas pemiliknya.
2. Obligasi Atas Nama ( registered bond)
Obligasi yang memiliki identitas pemiliknya.
3. Obligasi dengan jaminan (secured Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu
aktiva riil.
4. Obligasi tanpa jaminan (unsecured Bond)
Suatu obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aktiva riil
tertentu.
5. Obligasi Konversi (Convertible bond)
Obligasi yang dapat dialihkan menjadi kepemilikan (saham) setelah jangka
waktu tertentu.
6. Obligasi dengan bunga tetap
Bunga obligasi besarnya sama dari awal sampai dengan jatuh tempo.
7. Obligasi dengan bunga mengambang
Page | 5
Obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengn
fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku.
8. Obligasi tanpa bunga
Obligasi yang dijual dengan discounted, jadi yang diterima investor hanya
sebesar nilai nominal dari obligasi tersebut.
9. Obligasi tidak ada masa jatuh tempo
Obligasi yang akan jatuh tempo jika perusahaan penerbit dilikuidasi dan selama
memegang obligasi tersebut investor akan memperoleh bunga.
10. Obligasi pendapatan (Income Bond)
Obligasi yang hanya membayar bunga jika laba telah diperoleh.
Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila
kita membeli obligasi, kita akan memperoleh bunga/coupon yang tetap secara
berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh
tempo. Investasi ini mungkin akan menjadi investasi terbaik karena fluktuasi
performanya relatif lebih rendah dibanding saham. Tetapi perlu dipertimbangkan
pula dalam memilih investasi tesebut karena mengandung 4 masalah utama,
diantaranya :
1. Default Risk
Penerbit obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar coupon
obligasinya, bahkan kita tidak mendapatkan pendapatan dari kupon seperti yang
dijanjikan. Dan biasanya harga dari obligasi tersebut akan menurun tajam. Risiko ini
dikenal dengan default risk atau risiko gagal bayar.
2. Naiknya Tingkat Suku Bunga
Bila tingkat suku bunga turun, harga obligasi akan naik. Akan tetapi bila suku
bunga naik, harga obligasi tentunya akan menurun.
3. Risiko Pembelian Kembali
Ada beberapa jenis obligasi yang memiliki feature call, di mana perusahaan
penerbit memiliki hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang kita pegang
atau kita miliki pada harga tertentu (call price), sebelum obligasi tersebut jatuh
Page | 6
tempo. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan penerbit saat tingkat suku bunga di
pasar turun menjadi lebih rendah dari tingkat pembayaran kupon (coupon rate).
Selanjutnya perusahaan penerbit akan menggantikan obligasi baru dengan tingkat
kupon yang lebih rendah dari obligasi yang telah ditarik (call).
Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam pola arus kas yang akan Anda
terima. Selain itu, potensi untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dan
jual atau capital gain juga akan berkurang, karena harga obligasi di pasar tidak akan
naik jauh dari call price yang telah ditetapkan.
4. Biaya Investasi Tinggi
Walau investasi obligasi berpotensi memberikan keamanan pada nilai investasi
Anda, kerugian mungkin saja terjadi bila Anda ingin menjualnya sebelum jatuh
tempo. Karena satuan jual beli instrumen investasi yang cukup besar, umumnya Rp
1 miliar, bila kita hanya memiliki obligasi bernilai Rp.250 juta, biasanya bila kita
ingin menjualnya, kita harus mau menerima nilai yang lebih rendah.
Hal ini dikarenakan para pemain investasi ini umumnya adalah institusi besar
seperti bank, perusahaan asuransi, atau dana pensiun. Pasar obligasi yang masih
rendah (jumlah transaksinya) juga berpengaruh terhadap potensi kerugian
dikarenakan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh soal 1:
Suatu obligasi yang bernominal Rp. 10.000,00 yang mempunyai harga pasar Rp.
9.000,00 mempunyai umur 5 tahun dan membayarkan coupon (bunga obligasi)
sebesar 6% setiap tahunnya. Tentukan besarnya “rate of return” dari obligasi
Page | 7
tersebut apabila obligasi itu akan dipertahankan sampai hari jatuhnya (Yield to
maturity).
Jawab:
a) Jawaban dengan menggunakan “Shortcut formula” yang dapat ditulikan sebagai
berikut :
Tingkat pendapatan investasi dalam obligasi kalau akan dipertahankan sampai hari
jatuhnya (Yield to maturity).
F-P
CF+ n
Yield to maturity = P+F
2
Keterangan :
F = Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterima pada akhir umurnya
P = Harga pasar
n = Umur obligasi
Berdasarkan rumus tersebut maka “Yield to maturity” atau “rate of return” dapat
ditentukan sebagai berikut :
10.000 -9.000
6% (10.000)+ n
Yield to maturity = 9.000 + 10.000
2
600+200 800
= = = 8,42%
9.500 9.500
Perhitungan interpolasi
Selisih P.V. of Yield
Selisih tingkat bunga Selisih P.V.
dengan outlays
8% Rp. 9.205,80 Rp. 9.205,80
9% Rp. 8.834,00 Rp. 9.000,00
_____________ _____________ _____________
Selisih 1% Rp. 371,80 Rp. 205,80
205,8
x 1%=0,55%
371,8
Page | 9
Penentu Besarnya “Nilai”
Pada prinsipnya nilai obligasi didasarkan pada tingkat bunga yang sedang
berlaku. Apabila obligasi itu tidak mempunyai hari jatuh (perpetuity) maka nilainya
ditentukan dengan mengkapitalisasikan bunga tahunannya atas dasar tingkat bunga
yang berlaku pada waktu itu. Dengan demikian nilai dari obligasi (perpetuity)
tersebut dapat ditentukan dengan cara berikut ini:
bunga tahunan R
nilai= =
discount rate i
Contoh soal 2:
Suatu obligasi yang tidak mempunyai hari jatuh (perpetual bond) mempunyai
nilai nominal Rp. 20.000,00 dan membayarkan bunga Rp. 1.000,00 setiap tahunnya.
Berapa nilai obligasi tersebut berdasarkan kondisi pasar pada waktu ini di mana
tingkat bunga yang berlaku adalah 4%?
Jawab:
Berdasarkan rumus tersebut di atas nilai dari obligasi itu adalah:
R Rp. 1.000,00
nilai= = = Rp. 25.000,00
i 0,04
Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar naik menjadi 5% maka nilai obligasi
tersebut akan turun menjadi:
Rp. 1.000,00
= =Rp. 20.000,00
0,05
Sebaliknya kalau tingkat bunga yang berlaku turun menjadi 2% maka nilai obligasi
tersebut akan turun naik menjadi:
Rp. 1.000,00
= =Rp. 50.000,00
0,02
Untuk obligasi yang mempunyai hari jatuh cara perhitungannya adalah berbeda.
Pada prinsipnya penentuan nilai obligasi semacam ini adalah dengan menggunakan
tabel present value.
Page | 10
Contoh soal 3:
Suatu obligasi yang mempunyai nilai nominal Rp. 20.000,00 dan mempunyai
umur 3 tahun. Bunga tahunan yang dibayarkan adalah Rp. 1.000,00. Tingkat bunga
yang berlaku pada waktu ini adalah 4%. Berapa nilai dari obligasi tersebut
berdasarkan kondisi waktu ini?
Jawab:
Berdasarkan konsep P.V. maka nilai dari obligasi tersebut dapat ditentukan sebagai
berikut:
Page | 11
Beberapa jenis saham preferen, antara lain:
1. Saham preferen partisipasi; saham preferen yang membagikan dividen kepada
pemegangnnya; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai
hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai dividen kepada
pemegang saham biasa (participating preference shares).
2. Saham preferen nonkumulatif; saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk
memdapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara
kumulatif (noncummulative preferred stock).
Rate of return dari saham preferen ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
dividend per lembar saham preferen
Rate of return =
harga pasar
Page | 12
Contoh soal 4:
Suatu saham preferen mempunyai harga nominal Rp. 1.000,00 dan membayarkan
dividend tahunan sebesar Rp. 50,00 dengan harga pasar Rp. 750,00. Berapa
besarnya rate of return dari saham preferen tersebut?
Jawab:
Besarnya rate of return dari saham preferen tersebut adalah:
50
= 6,67%
750
Contoh soal 5:
Beberapa tahun yang lalu suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yang
bernominal Rp. 1.000,00 membayarkan dividend tahunan sebesar Rp. 75,00. Pada
waktu itu tingkat bunga yang berlaku adalah 7,5%. Pada waktu itu perusahaan
tersebut telah berkembang dan tingkat bunga yang berlaku saat ini adalah 5%.
Jawab:
Berdasarkan data tersebut tentukan berapa nilai saham preferen itu pada waktu ini.
Nilai saham preferen pada waktu ini:
Rp. 75,00
= = Rp. 1.500,00
0,05
Penentuan besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa (common stock)
lebih sukar dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen, karena:
1. Forecasting dari pendapatan, dividend dan harga saham diwaktu yang akan
datang adalah sukar;
2. Tidak seperti halnya dengan bunga dan dividend preferen, pendapatan dan
dividend saham biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan tidak tetap
konstan.
Nilai investasi dari selembar saham biasa tergantung kepada jumlah pendapatan
dalam rupiah yang diharapkan akan diterima oleh seorang investor kalau dia
membeli saham tersebut. Dengan demikian maka nilai dari suatu saham ditentukan
oleh besarnya dividend yang diterima oleh investor selama dia mempertahankan
saham tersebut plus penerimaan hasil penjualan kalau dia menjual saham tersebut.
Jadi harga akhir (eding price) dari saham biasa adalah sama denagn harga permulaan
ditambah dengan “capital gains” atau dikurangi dengan “capital lossess”. Capital
gain akan diperoleh kalau harga pada waktu dia menjual saham lebih tinggi daripada
harga pada waktu dia membelinya dan menderita “capital losses” kalau harga pada
waktu menjual sahamnya lebih rendah daripada herga pada waktu dia membelinya.
Oleh karena besarnya rate of return dari suatu saham merupakan penghasilan
yang berasal dari dividend plus capital gains, maka besarnya rate of return dari
saham tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
D1 + P1 - P0
Return yang diharapkan =
P0
Page | 14
Dalam formula di atas D1 adalah dividend yang diharapkan pada akhir tahun
pertama, P1 adalah harga saham yang diharapkan pada akhir tahun pertama.
Sementara P0 adalah harga saham pada waktu ini.
Contoh soal 6:
Suatu saham biasa dibeli dengan harga Rp. 10.000,00. Pemodal mengharapkan
cash-dividend tahun depan sebesar Rp. 500,00 dan mereka juga mengharapkan
bahwa pada akhir tahun pertama saham tersebut akan dapat dijual dengan harga Rp.
10.400,00. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan besarnya rate of return yang
diharapkan dari saham tersebut adalah:
Jawab:
rate of return yang diharapkan:
Rp. 500,00+(Rp. 10.400,00 - Rp. 10.000,00)
(r)= = 9%
Rp. 10.000,00
atau:
Rate of return yang diharapkan dari saham sebesar 9% tersebut terdiri dari dua
unsur, yaitu unsur pendapatan berasal dari dividend (dividen yield) sebesar 5% dan
unsur pendapatan berasal dari perbedaan kurs (capital gain) sebesar 4%.
Dalam hal kita sudah mendapatkan data mengenai besarnya cash dividend yang
diharapkan dari suatu saham serta data mengenai rate of return yang diharapkan oleh
pemodal dan estimasi harga saham pada akhir tahun pertama, maka kita akan dapat
memperkirakan harga saham tersebut pada waktu ini, yaitu dengan menggunakan
rumus:
D1 + P1
P0 =
1+r
Page | 15
Contoh soal 7:
Kita telah mendapatkan informasi bahwa suatu saham akan memberikan cash
dividend tahun depan sebesar Rp. 500,00 dan diperkirakan harga saham pada akhir
tahun depan adalah Rp. 10.400,00. Sedangkan rate of return yang diharapkan oleh
pemodal adalah 9%, maka harga saham pada waktu ini adalah?
Jawab:
500 + 10.400 10.900
P0 = = =10.000
1 + 0,09 1,09
Contoh soal 8:
Berapa harga pasar suatu saham pada waktu ini yang akan memberikan dividen
pada akhir tahun pertama sebesar Rp. 3.000,00 dan mempunyai laju pertumbuhan
dividend sebesar 6% per tahun. Sedangkan tingkat pendapatan yang diinginkan
untuk saham tersebut 16%?
Jawab:
Page | 16
D1
Dengan menggunakan formula P0 = r-g
Rp. 3.000,00
P0 = =Rp. 30.000,00
0,16 – 0,06
Contoh soal 9:
Berapa rate of return dari suatu saham yang akan memberikan divident pada akhir
tahun pertama sebesar Rp. 2.000,00 dan harga pasar saham tersebut pada waktu ini
sebesar Rp. 20.000,00 dan dividend tersebut mempunyai laju pertumbuhan sebesar
6% per tahun?
Jawab:
Rate of return tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan formula di atas yaitu:
D1
r= +g
P0
Rp. 2.000,00
r= + 6% = 16%
Rp. 20.000,00
Page | 17
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembelian efek dilakukan dengan tujuan untuk penjagaan likuiditas atau tujuan
mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan dalam efek tersebut.
Pembelian efek untuk penjagaan likuiditas merupakan investasi sementara
(temporary investment) dan pengelompokan aktiva dalam neraca, efek tersebut
digolongkan dalam aktiva lancar dan biasanya disebut “marketable securities”
atau “temporary investment”.
Bentuk-bentuk efek dalam rangka investasi jangka panjang adalah :
1. Obligasi
2. Saham Preferen
3. Saham Biasa
3.2. Saran
Untuk memulai investasi, kita harus melihat terlebih dahulu kinerja perusahaan,
kemudian harga saham dari perusahaan yang akan dipilih. Namun dalam melakukan
investasi saham kita tidak cukup hanya melihat dari segi harga saham tanpa
mengerti resiko dan renturn dari investasi saham yang kita lakukan. Kunci utama
untuk sukses dalam investasi dan mengelola saham adalah dengan menilai aset
tersebut dan juga sumber aset. Selain itu kita juga harus melakukan analisis dan
penilaian investasi saham yang benar sesuai dengan data yang ada atau akurat.
Page | 18
DAFTAR PUSTAKA
Page | 19