RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
TAHUN 2018-2033
1
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
dan
BUPATI SABU RAIJUA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK
PARIWISATA DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA TAHUN
2018-2033.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2
8. Daerah tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas
umum, fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
9. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah
Destinasi Pariwisata yang berskala Daerah.
10. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat
KSPD adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional/provinsi yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan
11. Rencana Kawasan Strategis Pariwisata adalah arahan
pengembangankawasan pariwisata yang dianggap strategis dalam
menjawab isu-isu pengembangan pariwisata daerah.
12. Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah hasil
pewilayahan pembangunan Kepariwisataan yang diwujudkan dalam
bentuk Kawasan Pariwisata Daerah, Kawasan Andalan Pariwisata Daerah,
dan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah.
13. Perwilayahan Pembangunan DPD adalah hasil
perwilayahanPembangunan Kepariwisataan yang di wujudkan dalam
bentuk DPD, dan KSPD.
14. Kawasan Pariwisata Daerah adalah Kawasan Pariwisata yang merupakan
keterpaduan sistemik antar kawasan pembangunan Pariwisata dalam
skala Daerah.
15. Infrastruktur Pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan
semua proses dan kegiatan Kepariwisataan dapat berjalan dengan
lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan Wisatawan
memenuhi kebutuhannya.
16. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.
17. Pemasaran adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan Daya Tarik Wisata dan mengelola
relasi dengan Wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan
seluruh pemangku kepentingannya.
18. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha Pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan Wisatawan dalam penyelenggaraan Pariwisata.
19. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya
yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah,
pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan
guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang
Kepariwisataan.
3
20. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan dan
penyelenggaraanPariwisata.
21. Meeting, Iincentive, Conference, and Exhibition yang selanjutnya di singkat
MICE adalah usaha Pariwisata yang bergerak di bidang jasa pelayanan
dalam penyelenggaraan rapat, perjalanan insentif, konfrensi, dan
pameran.
22. Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disingkat DTW adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan Wisatawan.
23. Prasarana umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang
selanjutnya disebut Fasilitas Kepariwisataan adalah kelengkapan dasar
fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya,
sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang di peruntukkan bagi
masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian dan
semua jenis sarana yang secara khusus di tujukan untuk mendukung
penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan Wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.
24. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan Wisatawan dari wilayah asal
Wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah
Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan Wisata.
25. Standardisasi Kepariwisataan adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang di laksanakan secara tertib dan
bekerjasama dengan semua pihak guna menjamin kualitas dan
kredibilitas usaha di bidang Kepariwisataan.
26. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus di miliki, di hayati, dan di kuasai oleh pekerja Pariwisata
untuk mengembangkan profesionalitas kerja.
27. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja
Pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu DTW, pelayanan dan
pengelolaan Kepariwisataan.
28. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang di berikan oleh
lembaga/laboratorium yang telah di akreditasi untuk menyatakan
bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personil telah memenuhi
standar yang di persyaratkan.
29. Daerah adalah Kabupaten Sabu Raijua.
30. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagi unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
31. Segmen Pasar Wisatawan Massal adalah jenis wisatawan yang datang
secara berombongan dalam kelompok-kelompok yang biasanya memiliki
lama tinggal relative singkat.
32. Segmen Ceruk Pasar adalah jenis wisatawan yang datang secara indvidu
atau kelompok kecil yang berkunjung karena minat khusus dan biasanya
memiliki lama tinggal relatif panjang.
33. Citra Pariwisata adalah usaha untuk meningkatkan citra destinasi
kepada wisatawan.
4
34. Pembangunan Industri Pariwisata adalah upaya terpadu dan sistematik
dalam rangka mendorong penguatan struktur industri pariwisata,
peningkatan daya saing produk pariwisata, penguatan kemitraan usaha
pariwisata, penciptaan kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan.
35. Pengembangan Manajemen Usaha Pariwisata yang mengacu pada prinsip
ekomoni hijau adalahpengembangan manajemen dengan pendekatan
dalam pembangunan ekonomi yang tidak lagi
mengandalkanpembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya
alam dan lingkungan yang berlebihan.
36. Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan adalah upaya terpadu dan
sistematik dalam rangka pengembangan organisasi kepariwisataan,
pengembangan sumber daya manusia pariwisata untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan
kepariwisataan di destinasi pariwisata.
BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
Pasal 3
5
(2) Pelaksanaan RIPPARDA Kabupaten sebagaimana di maksud pada ayat
(1)di laksanakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:
a. Tahap pertama, Tahun 2018-2023;
b. Tahap kedua, Tahun 2024-2033.
Pasal 4
RIPPARDAberkedudukan sebagai:
a. pedoman bagi pembangunan kepariwisataan daerah; dan
b. sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana pembangunan
sub sektor Kepariwisataan Kabupaten.
Bagian Kedua
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Pasal 6
Pasal 7
6
Pasal 8
Pasal 9
Bagian Ketiga
Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Pasal 10
7
f. Pengembangan fasilitas dan utilitas pariwisata di bangun dengan
menggunakan pola dan sistem setempat yang menunjang pertumbuhan
ekonomi sekitar.
Pasal 11
Bagian Keempat
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
8
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
9
d. pengembangan kawasan wisata daerah yang terintegrasi dengan kawasan
dan DTW yang lain;
e. pengembangan DTW, alam dan bahari unggulan di Daerah; dan
f. peningkatan sarana dan prasarana pendukung di lokasi DTW.
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
10
g. peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan melalui
pendidikan, pariwisata, penelitian dan juga kerjasama pengelolaan
kawasan; dan
h. peningkatan Kapasitas masyarakat lokal serta partisipatif.
BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA
Bagian Kesatu
DTW di Daerah
Pasal 22
11
Pasal 23
Bagian Kedua
Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata
Pasal 24
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Strategis Pariwisata
Pasal 25
12
(4) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran VII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf d tercantum
dalam Lampiran VIII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(6) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf e tercantum
dalam Lampiran IX merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(7) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf f tercantum
dalam Lampiran X merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
Pasal 26
Pasal 27
13
c. mengembangkan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
(3) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. kenyamanan moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di DPD sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
b. keamanan moda transportasi untuk menjamin keselamatan perjalanan
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPD.
Pasal 28
14
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Bagian Kelima
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata
Pasal 33
15
(2) Strategi pembangunan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. mendorong pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum,
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan
pengembangan destinasi pariwisata, kawasan pariwisata dan KSPD;
b. meningkatkan fasilitasi Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan
prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata atas inisiatif
swasta; dan
c. merintis dan mengembangkan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata untuk mendukung kesiapan dan meningkatkan
daya saing destinasi pariwisata, kawasan pariwisata dan KSPD.
(3) Strategi peningkatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. mendorong dan menerapkan berbagai skema kemitraan antara
Pemerintah dan swasta;
b. mendorong dan menerapkan berbagai skema kemandirian pengelolaan;
dan
c. mendorong penerapan Prasarana Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus.
Pasal 34
Pasal 35
(1) Daerah dapat memberikan insentif kepada setiap orang yang berjasa dalam
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum,dan Fasilitas Pariwisata.
(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan
Pasal 36
16
d. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong
perkembangan industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala
usaha mikro, kecil dan menengah yang di kembangkan masyarakat lokal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang Kepariwisataan;
f. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan
Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang di
kembangkan masyarakat lokal;
g. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya
mengembangkan produk industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang di kembangkan
masyarakat lokal;
h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku
kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan
iklim kondusif Kepariwisataan setempat; dan
i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan
mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara.
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
17
d. meningkatkan kemampuan berusaha pelaku Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal.
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
18
Pasal 44
Pasal 45
Bagian Ketujuh
Pengembangan Investasi
Pasal 46
Pasal 47
19
(3) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. menyediakan informasi peluang investasi di Destinasi Pariwisata;
b. meningkatkan promosi investasi di bidang pariwisata di dalam negeri
dan di luar negeri; dan
c. meningkatkan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan
sektor terkait.
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA
DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
Bagian Kedua
Pengembangan Pasar Wisatawan
Pasal 49
20
Bagian ketiga
Pengembangan citra pariwisata
Pasal 50
Bagian keempat
Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata
Pasal 51
Bagian Kelima
Pengembangan Promosi
Pasal 52
21
a. menguatkan fasilitasi, dukungan, koordinasi, dan sinkronisasi
terhadap promosi pariwisata Daerah di luar negeri, dan
b. menguatkan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata Daerah di
luar negeri.
c. penguatan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata Daerah di luar
negeri dilakukan melalui fasilitasi program kemitraan antara pelaku
promosi pariwisata Daerah di dalam negeri dengan pelaku promosi
pariwisata yang berada di luar negeri.
BAB V
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 53
Bagian Kedua
Usaha Wisata
Pasal 54
22
b. memiliki visi pemeliharaan budaya Daerah; dan
c. berpartisipasi dalam pengembangan budaya Daerah.
Pasal 55
Bagian Ketiga
Penguatan Struktur Industri Pariwisata
Pasal 56
Bagian Keempat
Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata
Pasal 57
Pasal 58
23
b. memperbaiki kualitas interpretasi;
c. menguatkan kualitas produk wisata; dan
d. meningkatkan pengemasan produk wisata.
Pasal 59
Pasal 60
Bagian Kelima
Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata
Pasal 61
Bagian Keenam
Penciptaan Kredibilitas Bisnis
24
Pasal 62
Bagian Ketujuh
Pengembangan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan
Pasal 63
BAB VI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 64
Bagian Kedua
Penguatan Organisasi Kepariwisataan
25
Pasal 65
Pasal 66
26
(5) Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 65 huruf e, meliputi:
a. penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan
destinasi di tingkat Pemerintah Daerah;
b. memfasilitasi terbentuknya Organisasi Pengembangan Destinasi; dan
c. penguatan kemitraan antara Organisasi Pengembangan Destinasi
dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan
Daerah.
Bagian Ketiga
Pembangunan SDM Pariwisata
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
(1) Arah kebijakan pembangunan kualitas SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat, di wujudkan dalam bentuk peningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM Pariwisata di lingkungan swasta dan masyarakat.
(2) Strategi pembangunan kualitas SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat meliputi:
a. meningkatkan profesionalisme SDM di bidang kepariwisataan melalui
standarisasi dan sertifikasi;
b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan;
dan
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan
kepariwisataan yang terakreditasi.
Bagian Keempat
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
27
Pasal 70
Pasal 71
28
(4) Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
kelembagaan kepariwisataan, meliputi:
a. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan organisasi
Kepariwisataan; dan
b. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan SDM
Kepariwisataan.
BAB VII
PENGHARGAAN
Pasal 72
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 73
Pasal 74
BAB IX
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
Pasal 75
29
(4) Rincian indikasi program Pembangunan Kepariwisataan Daerah dalam
jangka waktu 2018-2033 serta penanggung jawab pelaksanaannya
tercantum dalam Lampiran XI, merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB X
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 76
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 77
30
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PARIWISATA DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
TAHUN 2018-2033
I. UMUM
Kebudayaan Sabu Raijua sebagai bagian dari Kebudayaan Nasional yang
merupakan perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia dan
merupakan keseluruhan daya upaya manusia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai manusia di arahkan untuk memberi
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenanp
kehidupan bangsa. Kebudayaan di maksud mencakup satu lingkup yang
luas meliputi tiga wujud (ideal, perilaku dan material) serta tujuh unsur
pokok (sistem peralatan dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi).
Dalam pada itu perkembangan dunia kepariwisataan di Daerah Sabu
Raijua sampai saat ini telah mencapai suatu titik yang penting, terutama
bagi perkembangannya di masa mendatang. Hal ini ditandai oleh
peningkatan jumlah wisatawan yang cukup tajam pada beberapa tahun
terakhir. Kecenderungan demikian ini di harapkan akan tetap berlaku di
masa-masa mendatang baik akibat faktor internal maupun eksternal yang
positif. Di samping itu untuk Daerah Sabu Raijua ada beberapa hal yang
penting menyebabkan perlunya pemikiran cara pengaturan yang lebih
hati-hati dan berwawasan jangka panjang terhadap perkembangan
pariwisata tersebut. Hal-hal dimaksud adalah:
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966; dan
2. Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua Nomor 3 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sabu Raijua Tahun
2011-2031.
Berdasarkan sumber dan potensi dasar serta kondisi obyektif Daerah Sabu
Raijua, maka kepariwisataan yang dikembangkan di Daerah Sabu Raijua
adalah Pariwisata Budaya dan Bahari. Tujuan pembangunan pariwisata
tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan pariwisata nasional adalah
untuk memupuk rasa cinta tanah air, meningkatkan persahabatan antar
bangsa, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, serta meningkatkan pendapatan daerah
dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Pariwisata Budaya ini adalah salah satu jenis kepariwisataan yang dalam
perkembangann dan pengembangannya menggunakan kebudayaan Daerah
Sabu Raijua yang merupakan bagian dari Kebudayaan Nasional sebagai
potensi dasar yang paling dominan, yang di dalamnya tersirat satu cita-cita
akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan
kebudayaan, sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras dan
seimbang.
31
Untuk menumbuh kembangkan Pariwisata Budaya tersebut diperlukan
langkah-langkah pengaturan yang makin mampu mewujudkan
keterpaduan demi untuk berdaya guna dan berhasil guna serta mencegah
dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, sehingga benar-benar
dapat di wujudkan cita-cita pariwisata untuk Sabu Raijua. Untuk itulah
diperlukan pemantapan ketentuan mengenai Pariwisata Budaya dalam
suatu Peraturan Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas di
pandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua
tentang Kepariwisataan Budaya Sabu Raijua yang didasarkan pada
kebijakan Kepariwisataan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
32
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Yang di maksud dengan Pembangunan DTW adalah upaya
pengembangan yang di lakukan dengan meningkatkan kualitas DTW
yang sudah ada dalam upaya meningkatkan minat, loyalitas segmen
pasar yang sudah ada dan memperluas cakupan wilayah DTW yang
sudah ada atau pengembangan ke lokasi baru.
Huruf a
Yang di maksud dengan “DTW alam” adalah DTW yang berupa
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.
Huruf b
Yang di maksud dengan “DTW budaya” adalah DTW yang berupa
hasil olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai mahluk
budaya.
Huruf c
Yang di maksud dengan “DTW hasil buatan manusia” adalah
DTW khusus yang berupa kreasi artificial (artificially created) dan
kegiatan manusia lainnya di luar ranah DTW alam dan DTW
budaya.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
33
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Yang di maksud dengan pembangunan pemasaran pariwisata adalah
upaya terpadu dan sistematik dalam rangka menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan
seluruh pemangku kepentingan.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
34
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang di maksud dengan kualitas interpretasi adalah kualitas
kemampuan manusia, segala bentuk media dan/atau alat
yang berfungsi mentrasformasikan nilai kemenarikan DTW
kepada wisatawan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
35
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
36
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
7. Dampak lingkungan.
Dampak lingkungan yang dapat di timbulkan oleh pembangunan
pariwisata berupa polusi tanah, air, udara, visual dan rusaknya ekologi
37
sekitarnya. Namun, terdapat kegiatan wisata yang mendorong pelestarian
lingkungan.
8. Dampak sosial dan budaya.
Dampak yang di timbulkan oleh pembangunan pariwisata terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat dapat bersifat negatif dan positif.
Dampak negatif dapat muncul saat masuknya budaya baru dan tidak
berjalan seiring dengan kebiasaan masyarakat lokal. Sedangkan dampak
positif, dapat berupa pelestarian budaya masyarakat melalui berbagai
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengenalkan dan mendokumentasikan
budaya setempat.
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
38
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
NO DTW
1. Kawasan Pantai Kepo Halapaji
2. Wisata Adat Kepaka Horo
3. Wisata Adat Kolorame
4. Rumah Adat Eiko
5. Wisata Adat Wadu Mea/ Merabhu
6. Wisata Pantai Deme
7. Rumah Adat Rajamara
8. Kampung Adat Dabba
9. Pacuan Kuda
10 Wisata Alam Ledepemulu
.
NO DTW
1. Kawasan Adat Kujiratu
2. Mata Air Loko Eimada
3. Wisata Pantai Nyiu Wudu Kujiratu
4. Wisata Pantai Rae Mea
5. Kawasan Wisata Alam Mata Air Tano
6. Pantai Mahera dan tambak ikan paro
NO DTW
1. Wisata Pantai Menanga Eilode
2. Wisata Pantai Eimau
3. Wisata Alam Gua Mabala
4. Wisata Alam Eimada Kabba Loboaju
5. Wisata Pantai Cemara Jiwuwu
39
NO DTW
1. Kawasan Adat Namata
2. Istana Raja Sabu Tenni Hawu
3. Kawasan Upacara Adat Pantai Boddo
4. Kawasan Wisata Pantai Napae
5. Wisata Pantai Hewau
6. Kawasan Pantai Bodo
7. Kawasan Pantai Menia/Kolouju
8. Kawasan Wisata Embung Guriola
9. Taman Doa Skyber
10 Pantai Menanga Hede
.
N DTW
O
1. Kawasan Wisata Adat Kolorae Pedaro
2. Kawasan Pantai Lobohede
3. Gua Alam Lie Ma Dira
4. Kawasan Pantai Lederaga
5. Kawasan pantai dan bukit salju ledeae
6. Kawasan Pantai Gela Nalalu
7. Kawasan Kelabba Madja
N DTW
O
1. Kawasan Hutan Santigi
2. Kawasan Pantai Koloudju/Kella
3. Kawasan Pantai LiDjaka
4. Kawasan Pantai Namo
5. Sumur Madja
6. Tapak Kaki Madja
7. Pantai Ballu/Bukit Senyum
40
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
41
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
42
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
43
LAMPIRAN VI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
44
LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
45
LAMPIRAN VIII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
46
LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
47
LAMPIRAN X
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
48
LAMPIRAN XI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033
49
pariwisata yang bersifat umum
Pengadaan alat promosi yang
bersifat khusus segmental
untuk tiap-tiap destinasi
pariwisata
52
penunjuk lokasi wisata
6. Pengembangan Destinasi Dispar, Dinas X X X X X X X X X X
Pariwisata PU,
Prioritas kegiatan: Bappeda,
Pengembangan DTW Dinas
unggulan perhubungan
Peningkatan pembangunan dan
sarana dan prasarana Infokom,
pariwisata Pelaku usaha,
Pengembangan jenis dan Pengelola
paket wisata unggulan objek wisata,
Pelaksanaan koordinasi Instansi dan
pembangunan DTW dengan lembaga
lembaga atau dunia usaha terkait di
Pengembangan daerah dalam dan
tujuan wisata luar wilayah
Pengembangan, sosialisasi Kabupaten
dan penerapan serta Sabu Raijua,
pengawasan standarisasi dll.
pelayanan pariwisata daerah
7. Pengembangan kemitraan Dispar, pelaku X X X X X X X X X X X X X X X
Prioritas kegiatan: usaha,
Pengembangan, dan masyarakat
penguatan informasi dan dan lembaga
database masyarakat,
Pengemabnagan dan organisasi
penguatan litbang, sipil, NGO,
kebudayaan dan pengelola
pariwisata DTW dan
Pengembangan SDM di instansi
bidang kebudayaan dan lainnya yang
pariwisata bekerjasama terkait di
dengan lembaga lain Kabupaten
53
Fasilitasi pembentukan Sabu Raijua
forum komunikasi antar
pelaku industri pariwisata
dan budaya
Pelaksanaan koordinasi
pembangunan kemitraan
pariwisata
Pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program
kemitraan
Pembangunan sumber
daya manusia dan
profesionalisme bidang
pariwisata
Peningkatan peran serta
masyarakat dan
pengembangan kemitraan
pariwisata
Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
8. Pengelompokan Kantong - Dispar, X X X X X X X X X X X X X X X
Kantong Pengembangan Bappeda,
Kawasan Wisata Badan
Pengawas
Daerah,
Dinas Bina
Marga,
9. Pentemaan Kantong-Kantong Dispar, X X X X
Pengembangan Kawasan Wisata Bappeda,
Pelaku
Usaha
Pariwisata,
Asosiasi
54
10. Pengembangan wisata belanja Bappeda, X X X X
dan MICE di Wilayah Sabu Dispar,
Barat Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
11. Pembangunan fasilitas wisata di Bappeda, X X X X X
pusat primer Sabu Barat Dispar, Dinas
Pertamanan,
Dinas Tata
Kota dan
Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
12. Penyusunan RTBL (Rencana Bappeda X X X X
Tata Bangun Lingkungan) di Dispar
setiap kantong pengembangan Dinas Tata
kawasan wisata Kota
13. Perencanaan Pengembangan Dispar , X X X X X X X X X
Objek-objek wisata baru di Bappeda,
Wilayah Sabu Barat yang Instansi
berwawasan lingkungan terkait
pengembangan
pariwisata
14. Perancangan kegiatan Dispar, dan X X X X X X X X
pengembangan produk wisata Instansi
melalui pengemasan Paket terkait
Wisata, Calendar of Event dan pengembangan
Festival, pariwisata,
MICE serta pihak
swasta, LSM,
55
dan
asosiasi
pariwisata
15. Pelestarian desa-desa tradisional Dispar, Dinas X X X X X X X X X X
yang bernilai sejarah dan Tata Kota
budaya tinggi
16. Pengembangan usaha jasa Bappeda, X X X X X
pariwisata pada kantong- Dispar, Dinas
kantong kawasan wisata Tata Kota,
Dinas
Perdagangan
Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
17. Pengembangan Sarana Bappeda, X X X X X
Angkutan umum massal Dispar, Dinas
Perhubungan,
Dinas Bina
Marga
18. Pengembangan rute Jalur Bappeda, X X
Wisata Dispar, Dinas
Perhubungan,
Dinas Bina
Marga
19. Perbaikan dan pembangunan Dispar, Dinas X X
jalur pejalan kaki (pedestarian) Kota, Dinas
perhubungan,
BinaMarga
20. Pengembangan usaha dan Dispar, KPMD, X X X X X X X X X X
investasi di sektor pariwisata Bappeda,
Bag. Ekonomi,
56
Pelaku
usaha,
Asosiasi, dll
57