Anda di halaman 1dari 57

BUPATI SABU RAIJUA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
TAHUN 2018-2033

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SABU RAIJUA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (3)


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Daerah Tahun 2018 -2033;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kabupaten Sabu Raijua
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4936);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor
5679);

1
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
dan
BUPATI SABU RAIJUA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK
PARIWISATA DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA TAHUN
2018-2033.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan:


1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang di lakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan Daya
Tarik Wisata yang di kunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.
3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
Pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara Wisatawan dan masyarakat setempat, sesama Wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
4. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik
yang di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi
dan pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang di
kehendaki.
5. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah yang selanjutnya
disebut dengan RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan
kepariwisataan daerah untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung
sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2031.
6. Pariwisata berbasis budaya yang selanjutnya disebut Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata yang di dukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah yang berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia
sebagai makhluk budaya, baik yang bersifat berwujud (tangible)
maupun tidak berwujud (intangible).
7. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Sabu
Raijua yang selanjutnya disebut dengan RIPPARDA Kabupaten adalah
dokumen perencanaan pembangunan Kepariwisataan Daerah untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2018 sampai dengan
tahun2033.

2
8. Daerah tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas
umum, fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
9. Destinasi Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah
Destinasi Pariwisata yang berskala Daerah.
10. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat
KSPD adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional/provinsi yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan
11. Rencana Kawasan Strategis Pariwisata adalah arahan
pengembangankawasan pariwisata yang dianggap strategis dalam
menjawab isu-isu pengembangan pariwisata daerah.
12. Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah hasil
pewilayahan pembangunan Kepariwisataan yang diwujudkan dalam
bentuk Kawasan Pariwisata Daerah, Kawasan Andalan Pariwisata Daerah,
dan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah.
13. Perwilayahan Pembangunan DPD adalah hasil
perwilayahanPembangunan Kepariwisataan yang di wujudkan dalam
bentuk DPD, dan KSPD.
14. Kawasan Pariwisata Daerah adalah Kawasan Pariwisata yang merupakan
keterpaduan sistemik antar kawasan pembangunan Pariwisata dalam
skala Daerah.
15. Infrastruktur Pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan
semua proses dan kegiatan Kepariwisataan dapat berjalan dengan
lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan Wisatawan
memenuhi kebutuhannya.
16. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.
17. Pemasaran adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan Daya Tarik Wisata dan mengelola
relasi dengan Wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan
seluruh pemangku kepentingannya.
18. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha Pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan Wisatawan dalam penyelenggaraan Pariwisata.
19. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya
yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah,
pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan
guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang
Kepariwisataan.

3
20. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan dan
penyelenggaraanPariwisata.
21. Meeting, Iincentive, Conference, and Exhibition yang selanjutnya di singkat
MICE adalah usaha Pariwisata yang bergerak di bidang jasa pelayanan
dalam penyelenggaraan rapat, perjalanan insentif, konfrensi, dan
pameran.
22. Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disingkat DTW adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan Wisatawan.
23. Prasarana umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang
selanjutnya disebut Fasilitas Kepariwisataan adalah kelengkapan dasar
fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya,
sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang di peruntukkan bagi
masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian dan
semua jenis sarana yang secara khusus di tujukan untuk mendukung
penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan Wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke Destinasi Pariwisata.
24. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan Wisatawan dari wilayah asal
Wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah
Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan Wisata.
25. Standardisasi Kepariwisataan adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang di laksanakan secara tertib dan
bekerjasama dengan semua pihak guna menjamin kualitas dan
kredibilitas usaha di bidang Kepariwisataan.
26. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus di miliki, di hayati, dan di kuasai oleh pekerja Pariwisata
untuk mengembangkan profesionalitas kerja.
27. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja
Pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu DTW, pelayanan dan
pengelolaan Kepariwisataan.
28. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang di berikan oleh
lembaga/laboratorium yang telah di akreditasi untuk menyatakan
bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personil telah memenuhi
standar yang di persyaratkan.
29. Daerah adalah Kabupaten Sabu Raijua.
30. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagi unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
31. Segmen Pasar Wisatawan Massal adalah jenis wisatawan yang datang
secara berombongan dalam kelompok-kelompok yang biasanya memiliki
lama tinggal relative singkat.
32. Segmen Ceruk Pasar adalah jenis wisatawan yang datang secara indvidu
atau kelompok kecil yang berkunjung karena minat khusus dan biasanya
memiliki lama tinggal relatif panjang.
33. Citra Pariwisata adalah usaha untuk meningkatkan citra destinasi
kepada wisatawan.

4
34. Pembangunan Industri Pariwisata adalah upaya terpadu dan sistematik
dalam rangka mendorong penguatan struktur industri pariwisata,
peningkatan daya saing produk pariwisata, penguatan kemitraan usaha
pariwisata, penciptaan kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan.
35. Pengembangan Manajemen Usaha Pariwisata yang mengacu pada prinsip
ekomoni hijau adalahpengembangan manajemen dengan pendekatan
dalam pembangunan ekonomi yang tidak lagi
mengandalkanpembangunan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya
alam dan lingkungan yang berlebihan.
36. Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan adalah upaya terpadu dan
sistematik dalam rangka pengembangan organisasi kepariwisataan,
pengembangan sumber daya manusia pariwisata untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan
kepariwisataan di destinasi pariwisata.

BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2

(1) Pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:


a. pembangunan destinasi pariwisata daerah;
b. pembangunan pemasaran pariwisata daerah;
c. pembangunan industri pariwisata daerah; dan
d. pembangunan kelembagaan kepariwisataan daerah.
(2) Pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilaksanakan berdasarkan RIPPARDA.
(3) RIPPARDA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:
a. visi;
b. misi;
c. tujuan;
d. sasaran;
e. arah pembangunan kepariwisataan daerah;
f. arah kebijakan dan strategi pembangunan destinasi pariwisata daerah;
g. arah kebijakan dan strategi pemasaran pariwisata daerah;
h. arah kebijakan dan strategi industri pariwisata daerah;dan
i. arah kebijakan dan strategi kelembagaan pariwisata daerah.

Pasal 3

(1) Pelaksanaan RIPPARDA Kabupaten sebagaimana di maksud dalam Pasal 2


ayat (2) di selenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah Kabupaten
sesuai kewenangannya, dunia usaha, dan masyarakat.

5
(2) Pelaksanaan RIPPARDA Kabupaten sebagaimana di maksud pada ayat
(1)di laksanakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:
a. Tahap pertama, Tahun 2018-2023;
b. Tahap kedua, Tahun 2024-2033.

Pasal 4

RIPPARDA sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 ayat (2) di lakukan evaluasi


paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 5

RIPPARDAberkedudukan sebagai:
a. pedoman bagi pembangunan kepariwisataan daerah; dan
b. sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana pembangunan
sub sektor Kepariwisataan Kabupaten.

Bagian Kedua
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Pasal 6

Visi pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana di maksud dalam


Pasal 2 ayat (3) huruf a, yaitu mewujudkan destinasi pariwisata unggulan
berbasiskan kebudayaan yang berkualitas dan memiliki ciri khas serta
menciptakan lingkungan yang berkelanjutan".

Pasal 7

Misi pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana di maksud dalam


Pasal 2 ayat (3) huruf b, meliputi:
a. menata dan melestarikan nilai data dan budaya daerah;
b. menata mengembangkan obtek wisata budaya alam dan bahari yang ASRI;
c. memanfaatkan media informasi untuk pemasaran dan promosi;
d. mengembangkan produk wisata budaya yang berciri khas dan bervariasi
agar memiliki DTW tersendiri bagi wisatawan;
e. mengembangkan pariwisata yang dapat menyediakan lapangan kerja bagi
masyarakat lokal dan berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia;
f. mengembangkan pariwisata yang dapat meningkatkan Pendapatan
AsliDaerah dan perekonomian masyarakat;
g. Mengembangkan pariwisata untuk berperan menjadi salah satu sarana
melestarikan adat istiadat, budaya, dan lingkungan setempat;
h. mengembangkan pariwisata yang dapat mendukung pembangunan dan
pengembangan wilayah Daerah secara menyeluruh; dan
i. menciptakan kesadaran dari pengusaha bidang pariwisata, stakeholder
terkait dan masyarakat setempat untuk mengembangkan pariwisata
dengan basis masyarakat dan ramah lingkungan sehingga pengembangan
pariwisata di terima secara ekologis dan sosial.

6
Pasal 8

Tujuan pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana di maksud dalam


Pasal 2 ayat (3) huruf c untuk mengembangkan produk wisata budaya yang
dapat menjadi DTW dan ciri khas tersendiri, membuka lapangan kerja bagi
masyarakat lokal dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
berwawasan lingkungan.

Pasal 9

(1) Sasaran pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana di maksud


dalam Pasal 2 ayat (3) huruf d, meliputi:
a. tersedianya kegiatan wisata budaya yang beraneka ragam dan khas
sehingga dapat menjadi DTW bagi para wisatawan untuk menetap lebih
lama;
b. tersedianya sarana prasarana dan fasilitas penunjang wisata untuk
meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas wisatawan ke kawasan
wisata di Daerah;
c. terciptanya pemasaran pariwisata dalam mengenalkan wisata yang ada
di Daerah;
d. munculnya kegiatan ekonomi yang bersifat lokal seperti perikanan,
pertanian dan lainnya yang dapat menunjang pariwisata;
e. tersedianya pelatihan khusus untuk masyarakat lokal dalam
peningkatan kualitas sumber daya khususnya untuk berperan di
kegiatan pariwisata;
f. terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi kegiatan usaha/investasi
di sektor pariwisata sehingga dapat tumbuh dan berkembang;
(2) Parameter sasaran pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana di
maksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Pasal 10

Arah pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana di maksud dalam


Pasal 2 ayat (3) huruf e, meliputi:
a. pembangunan kepariwisataan daerah yang berkualitas, berbasis
masyarakat dan berkelanjutan;
b. pengembangan pariwisata berbasis pada masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat;
c. pengembangan DTW melalui atraksi yang berbasis pada alam, seni dan
budaya, sistem sosial serta kehidupan masyarakat (living culture);
d. pengembangan DTW berbasis pada potensi DTW budaya, alam, dan buatan
yang berlandaskan kearifan lokal;
e. pembangunan kepariwisataan daerah yang berorientasi pada pemerataan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan
kemiskinan, serta pelestarian budaya dan lingkungan; dan

7
f. Pengembangan fasilitas dan utilitas pariwisata di bangun dengan
menggunakan pola dan sistem setempat yang menunjang pertumbuhan
ekonomi sekitar.
Pasal 11

Arah pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana di maksud dalam


Pasal 10 menjadi dasar arah kebijakan, strategi dan indikasi program dari
setiap komponen pembangunan kepariwisataan daerah.

Bagian Keempat
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah

Pasal 12

Arah kebijakan pembangunan destinasi pariwisata daerah sebagaimana di


maksud Pasal 2 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. peningkatan penelitian berorientasi pada pengembangan Destinasi
Pariwisata;
b. peningkatan dan pelestarian DTW budaya, bahari dan alam.
c. peningkatan sarana dan prasarana pendukung DTW budaya, bahari dan
alam;
d. peningkatan dan pelestarian produk wisata budaya, alam dan bahari
berbasis pada sumber daya lokal;
e. pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan pariwisata
khususnya sektor transportasi udara, darat dan laut; dan
f. pembangunan dan rehabilitasi rumah adat.

Pasal 13

Arah kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata daerah sebagaimana di


maksud Pasal 2 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. peningkatan peran media komunikasi untuk mempromosikan dan
memasarkan kegiatan wisata;
b. pengembangan hubungan dalam pemasaran secara terpadu, sinergis dan
berkelanjutan; dan
c. peningkatan penelitian dengan orientasi pada pengembangan Pemasaran
Pariwisata.

Pasal 14

Arah kebijakan pembangunan industri pariwisata daerah sebagaimana di


maksud Pasal 2 ayat (1) huruf c, meliputi:
a. peningkatan penelitian dengan orientasi pada pengembangan Industri
Pariwisata.
b. penciptaan regulasi yang mendorong tumbuhnya investasi di sektor
pariwisata, perdagangan, dan industri.
c. pemberian insentif kepada pelaku usaha di sektor pariwisata, perhotelan
dan restaurant.

8
Pasal 15

Arah kebijakan pembangunan kelembagaan pariwisata daerah sebagaimana di


maksud Pasal 2 ayat (1) huruf d, meliputi:
a. penguatan implementasi kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dunia usaha dan masyarakat;
b. penguatan monitoring dan evaluasi kerja sama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat;
c. peningkatan penelitian dengan orientasi pada pengembangan kelembagaan
dan SDM Pariwisata;
d. optimalisasi dan akselerasi kompetensi SDM pemerintahan bidang
pariwisata;
e. akselerasi kualitas institusi pendidikan kepariwisataan;
f. standarisasi tenaga pendidik; dan
g. optimalisasi kuantitas SDM industri pariwisata.

Pasal 16

Strategi dasar Pengembangan pariwisata meliputi:


a. penciptaan Destinasi Wisata yang mendukung Kebijakan Nasional MP3EI
Koridor Bali-NTT sebagai Pintu Gerbang Pariwisata;
b. pengembangan DTW Budaya, Bahari dan Alam mendukung kebijakan
ragional, RPJMD dan RTRW Daerah, untuk mendukung Daerah sebagai
Cluster Wisata Budaya dan Bahari;
c. pola pengembangan pariwisata daerah yang akan dikembangkan melalui
penyusunan dan perencanaan program berbasis pariwisata serta
koordinasi antara stakeholders untuk melaksanakan aksi-aksi kolaboratif
penguatan pariwisata di daerah; dan
d. penciptaan Regulasi Daerah yang Terintegrasi dan Sinergis.

Pasal 17

Strategi Pengembangan Pariwisata meliputi:


a. strategi Pembangunan destinasi pariwisata daerah;
b. strategi pengembangan pasar dan pemasaran wisata daerah;
c. strategi pengembangan industri pariwisata daerah; dan
d. strategi pengembangan kelembagaan pariwisata daerah.

Pasal 18

Strategi pembangunan destinasi pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud


Pasal17 huruf a, meliputi:
a. pengembangan DTW budaya dan alam yang memiliki potensi skala regional
dengan membentuk zona wisata dan disertai pengembangan paket wisata;
b. perlindungan kawasan di sekitar kawasan dan bangunan yang memiliki
nilai budaya dan sejarah;
c. pengelolaan sumber daya alam lokal seni budaya daerah dan teknologi
tepat guna;

9
d. pengembangan kawasan wisata daerah yang terintegrasi dengan kawasan
dan DTW yang lain;
e. pengembangan DTW, alam dan bahari unggulan di Daerah; dan
f. peningkatan sarana dan prasarana pendukung di lokasi DTW.

Pasal 19

Strategi pengembangan pasar dan pemasaran wisata daerah sebagaimana di


maksud Pasal 17 huruf b, meliputi:
a. peningkatan pemasaran dan bentuk promosi dalam menciptakan Destinasi
Pariwisata yang menjadi prioritas;
b. pengembangan promosi dengan basis tema yang telah ditentukan;
c. peningkatan pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata yang ada di
Daerah; dan
d. pengembangan strategi pemasaran yang memiliki basis pemasaran
bertanggung jawab dan menekankannya pada masyarakat, sumber daya
lingkungan dan wisatawan.

Pasal 20

Strategi pengembangan industri pariwisata daerah sebagaimana di maksud


Pasal 17 huruf c, meliputi:
a. pembangunan struktur industri pariwisata, mencakup fungsi, hierarki,
dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri pariwisata di
kabupaten/kota;
b. pengelolaan industri pariwisata di kabupaten/kota untuk memenuhi
standar-standar pelayanan nasional dan internasional;
c. pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah masyarakat di bidang
pariwisata dan yang terkait sebagai elemen produk pariwisata berdaya
saing provinsi dan nasional;
d. pengembangan kemitraan usaha pariwisata di kabupaten/kota;
e. peningkatan kredibilitas bisnis industri pariwisata di kabupaten/kota; dan
f. pengendalian perkembangan usaha pariwisata dalam rangka membangun
iklim persaingan yang sehat dan menjaga keseimbangan daya dukung
lingkungan kabupaten/kota.

Pasal 21

(1) Strategi pengembangan kelembagaan pariwisata daerah meliputi:


a. strategi pengembangan Sumber Daya Manusia; dan
b. strategi pengembangan hubungan antar pemangku kepentingan.
(2) Strategi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. optimalisasi kapasitas SDM di kabupaten;
b. memetakan kualifikasi kompetensi SDM;
c. mengembangkan institusi pendidikan pariwisata;
d. pengembangan kerjasama antara institusi pendidikan dan industri
pariwisata;
e. akselerasi kualitas pendidik kepariwisataan;
f. pengadaan dan pemetaan SDM industry di tiap kawasan wisata;

10
g. peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan melalui
pendidikan, pariwisata, penelitian dan juga kerjasama pengelolaan
kawasan; dan
h. peningkatan Kapasitas masyarakat lokal serta partisipatif.

(3) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:


a. peningkatan kekompakan sinergis promosi antar pemangku
kepentingan pariwisata; dan
b. penguatan Kelembagaan Masyarakat

BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA

Bagian Kesatu
DTW di Daerah

Pasal 22

(1) DTW di Daerah tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, meliputi:
a. wisata alam terdiri dari:
1. wisata pantai;
2. gua;
3. benteng;
4. sumur;
5. mata air;
6. bendungan;
7. embung;
8. pegunungan;
9. padang rumput; dan
10. lainnya.
b. wisata Budaya terdiri dari:
1. kegiatan adat;
2. pedoa;
3. hole;
4. pacuan kuda;
5. rumah adat;
6. kampung adat; dan
7. lain nya.
c. wisata Minat Khusus yaitu kain tenun Daerah.
(2) Peta persebaran DTW sebagaimana di maksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran III, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Selain DTW sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat
menetapkan suatu kawasan sebagai DTW berdasarkan perkembangan
potensi wisata pada suatu kawasan dimaksud.

11
Pasal 23

Pembangunan DTW sebagaimana di maksud dalam Pasal 22 di laksanakan


secara bertahap dengan kriteria prioritas meliputi:
a. memiliki komponen destinasi yang siap untuk di kembangkan;
b. memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
c. memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik pembangunan
kepariwisataan di wilayah sekitar baik lokal, regional maupun nasional;
d. memiliki potensi produk wisata masa depan;
e. memiliki kontribusi yang nyata dan/atau prospek yang positif dalam
menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara;
dan
f. memiliki keunggulan daya saing regional, nasional maupun internasional.

Bagian Kedua
Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata

Pasal 24

(1) Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata Daerah meliputi:


a. Hirarki I meliputi Cluster Wisata Sabu Barat,
b. Hirarki II meliputi cluster wisata Sabu Timur,;
c. Hirarki III meliputi Cluster Wisata Hawu Mehara,
d. Hirarki IV meliputi Cluster Wisata Raijua;
e. Hirarki V meliputi Cluster Wisata Sabu Liae; dan
f. Hirarki VI meliputi Cluster Sabu Tengah.
(2) Rencana Struktur Perwilayahan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran IV, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Strategis Pariwisata

Pasal 25

(1) Kawasan strategis pariwisata tersebar di 6 (enam) kecamatan meliputi:


a. Kawasan Strategis Pariwisata Sabu Barat;
b. Kawasan Strategis Pariwisata Sabu Timur;
c. Kawasan Strategis Pariwisata Hawu Mehara;
d. Kawasan Strategis Pariwisata Raijua;
e. Kawasan Strategis Pariwisata Sabu Liae; dan
f. Kawasan Strategis Pariwisata Sabu Tengah.
(2) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a tercantum
dalam Lampiran V merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b tercantum
dalam Lampiran VI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

12
(4) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran VII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf d tercantum
dalam Lampiran VIII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(6) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf e tercantum
dalam Lampiran IX merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(7) Kawan strategis sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf f tercantum
dalam Lampiran X merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat
Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata

Pasal 26

(1) Pembangunan aksesibilitas pariwisata meliputi:


a. penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan,
sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, dan angkutan
udara;
b. penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi angkutan jalan,
sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, dan angkutan
udara; dan
c. penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan jalan,
sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, dan angkutan
udara.
(2) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana di maksud pada ayat
(1) bertujuan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan dan
pergerakan wisatawan menuju destinasi pariwisata dan pergerakan
wisatawan dalam DPD dan KSPD.

Pasal 27

(1) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana di maksud dalam


Pasal 26 ayat (1), meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kemudahan akses dan pergerakan
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPD; dan
b. pengembangan dan peningkatan kenyamanan dan keamanan
pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di
DPD.
(2) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. meningkatkan ketersediaan moda transportasi sebagai sarana
pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di
DPD sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
b. meningkatkan kecukupan kapasitas angkut moda transportasi menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar; dan

13
c. mengembangkan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di Destinasi Pariwisata
sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.
(3) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. kenyamanan moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di DPD sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; dan
b. keamanan moda transportasi untuk menjamin keselamatan perjalanan
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPD.

Pasal 28

(1) Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi


angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, dan
angkutan udara, meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kemudahan akses terhadap prasarana
transportasi sebagai simpul pergerakan yang menghubungkan lokasi
asal wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPD;
b. pengembangan dan peningkatan keterhubungan antara DPD dengan
pintu gerbang wisata regional dan/atau nasional maupun
keterhubungan antar komponen DTW dan simpul pergerakan di dalam
DPD; dan
c. pengembangan dan peningkatan kenyamanan perjalanan menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan di dalam DPD.
(2) Strategi pengembangan dan peningkatan kemudahan akses sebagaimana
di maksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda transportasi pada
lokasi strategis di DPD sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
dan
b. keterjangkauan prasarana simpul pergerakan moda transportasi dari
pusat kegiatan pariwisata di DPD.
(3) Strategi pengembangan dan peningkatan keterhubungan antara DPD
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. jaringan transportasi penghubung antara DPD dengan pintu gerbang
wisata regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antar
komponen DTW dan simpul pergerakan di dalam DPD; dan
b. keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi antara pintu gerbang
wisata dan DPD serta komponen yang ada di dalamnya yang
mendukung kemudahan transfer intermoda.
(4) Strategi pengembangan dan peningkatan kenyamanan perjalanan
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. jaringan transportasi untuk mendukung kemudahan, kenyamanan dan
keselamatan pergerakan wisatawan sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar; dan
b. fasilitas persinggahan di sepanjang koridor pergerakan wisata di dalam
DPD sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar.

14
Pasal 29

Arah kebijakan penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan


jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, dan angkutan udara,
meliputi:
a. peningkatan kemudahan pergerakan wisatawan dengan memanfaatkan
beragam jenis moda transportasi secara terpadu; dan
b. peningkatan kemudahan akses terhadap informasi berbagai jenis moda
transportasi dalam rangka perencanaan perjalanan wisata.

Pasal 30

Strategi peningkatan kemudahan pergerakan wisatawan dengan


memanfaatkan beragam jenis moda transportasi secara terpadu, di wujudkan
dalam bentuk Pembangunan sistem transportasi dan pelayanan terpadu di
DPD.

Pasal 31

Strategi peningkatan kemudahan reservasi moda transportasi berbagai moda,


meliputi:
a. ketersediaan informasi pelayanan transportasi berbagai jenis moda dari
pintu gerbang wisata ke DPD; dan
b. kemudahan reservasi moda transportasi berbagai jenis moda.

Pasal 32

(1) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana di maksud dalam


Pasal 26 ayat (1), di selenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Daerah, swasta dan masyarakat.
(2) Pembangunan aksesibilitas pariwisata sebagaimana di maksud di
laksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata

Pasal 33

(1) Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan


fasilitas pariwisata, meliputi:
a. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan kawasan
pariwisata dan KSPD;
b. peningkatan prasarana umum, kualitas fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan
daya saing Kawasan pariwisata dan KSPD; dan
c. pengendalian prasarana umum, pembangunan fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata bagi destinasi yang sudah melampui ambang batas
daya dukung.

15
(2) Strategi pembangunan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. mendorong pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum,
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan
pengembangan destinasi pariwisata, kawasan pariwisata dan KSPD;
b. meningkatkan fasilitasi Pemerintah Kabupaten untuk pengembangan
prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata atas inisiatif
swasta; dan
c. merintis dan mengembangkan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata untuk mendukung kesiapan dan meningkatkan
daya saing destinasi pariwisata, kawasan pariwisata dan KSPD.
(3) Strategi peningkatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. mendorong dan menerapkan berbagai skema kemitraan antara
Pemerintah dan swasta;
b. mendorong dan menerapkan berbagai skema kemandirian pengelolaan;
dan
c. mendorong penerapan Prasarana Umum, dan Fasilitas Pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus.

Pasal 34

Strategi merintis dan mengembangkan prasarana umum, fasilitas umum, dan


fasilitas pariwisata untuk mendukung kesiapan dan meningkatkan daya saing
destinasi pariwisata, kawasan pariwisata dan KSPD, meliputi:
a. menyusun regulasi perijinan untuk menjaga daya dukung lingkungan; dan
b. mendorong penegakan peraturan perundang-undangan.

Pasal 35

(1) Daerah dapat memberikan insentif kepada setiap orang yang berjasa dalam
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum,dan Fasilitas Pariwisata.
(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan

Pasal 36

Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, meliputi:


a. pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui
Pembangunan Kepariwisataan;
b. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui Pembangunan
Kepariwisataan;
c. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui
pengembangan usaha produktif di bidang pariwisata;

16
d. penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong
perkembangan industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala
usaha mikro, kecil dan menengah yang di kembangkan masyarakat lokal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang Kepariwisataan;
f. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan
Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang di
kembangkan masyarakat lokal;
g. peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya
mengembangkan produk industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang di kembangkan
masyarakat lokal;
h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku
kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan
iklim kondusif Kepariwisataan setempat; dan
i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan
mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara.

Pasal 37

Strategi pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui


Pembangunan Kepariwisataan, meliputi:
a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas masyarakat lokal
dalam pengembangan Kepariwisataan;
b. memberdayakan potensi dan kapasitas masyarakat lokal dalam
pengembangan Kepariwisataan; dan
c. menguatkan kelembagaan masyarakat dan Pemerintah di tingkat lokal
guna mendorong kapasitas dan peran masyarakat dalam pengembangan
Kepariwisataan.

Pasal 38

Strategi optimalisasi pengarusutamaan gender melalui Pembangunan


Kepariwisataan, meliputi:
a. meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
pengarusutamaan gender dalam pengembangan pariwisata; dan
b. meningkatkan peran masyarakat dalam perspektif kesetaraan gender
dalam pengembangan Kepariwisataan di daerah.

Pasal 39

Strategi peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal sebagaimana di


maksud dalam Pasal 36 huruf c, meliputi:
a. meningkatkan pengembangan potensi sumber daya lokal sebagai Daya
Tarik Wisata berbasis kelokalan dalam kerangka Pemberdayaan
Masyarakat melalui pariwisata;
b. mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui desa wisata;
c. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai
komponen pendukung produk wisata di Destinasi Pariwisata; dan

17
d. meningkatkan kemampuan berusaha pelaku Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal.

Pasal 40

Strategi penyusunan regulasi dan pemberian insentif sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 36 huruf d, meliputi:
a. mendorong pemberian insentif dan kemudahan bagi pengembangan
industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. mendorong pelindungan terhadap kelangsungan industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah
di sekitar Destinasi Pariwisata.

Pasal 41

Strategi penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang


Kepariwisataan, meliputi:
a. mendorong kemitraan antar usaha Kepariwisataan dengan industri kecil
dan menengah dan usaha mikro, kecil dan menengah; dan
b. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan menengah dan layanan
jasa Kepariwisataan yang di kembangkan usaha mikro, kecil dan
menengah dalam memenuhi standar pasar.

Pasal 42

Strategi perluasan akses pasar sebagaimana di maksud dalam Pasal 36 huruf


f, meliputi:
a. memperkuat akses dan jejaring industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan sumber potensi
pasar dan informasi global; dan
b. meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam
upaya memperluas akses pasar terhadap produk industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah.

Pasal 43

Strategi peningkatan akses dan dukungan permodalan sebagaimana di


maksud dalam Pasal 36 huruf g, meliputi:
a. mendorong pemberian insentif dan kemudahan terhadap akses
permodalan bagi Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah
dalam pengembangan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. mendorong pemberian bantuan permodalan untuk mendukung
perkembangan industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala
usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar Destinasi Pariwisata.

18
Pasal 44

Strategi peningkatan kesadaran dan peran masyarakat sebagaimana di


maksud dalam Pasal 36 huruf h, meliputi:
a. meningkatkan pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang sadar
wisata dalam mendukung pengembangan Kepariwisataan di daerah;
b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan sadar wisata
bagi penciptaan iklim kondusif Kepariwisataan setempat;
c. meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi pariwisata
dalam menciptakan iklim kondusif Kepariwisataan; dan
d. meningkatkan kualitas jejaring media dalam mendukung upaya
Pemberdayaan Masyarakat di bidang pariwisata.

Pasal 45

Strategi peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali


dan mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara,
meliputi:
a. mengembangkan pariwisata sebagai investasi pengetahuan; dan
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi pariwisata nusantara
kepada masyarakat.

Bagian Ketujuh
Pengembangan Investasi

Pasal 46

Arah kebijakan pengembangan investasi di bidang pariwisata, meliputi:


a. peningkatan pemberian insentif investasi di bidang pariwisata sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata; dan
c. peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.

Pasal 47

(1) Strategi untuk peningkatan pemberian insentif investasi di bidang


pariwisata, meliputi:
a. mengembangkan mekanisme keringanan fiskal untuk menarik
investasi modal asing di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan; dan
b. mengembangkan mekanisme keringanan fiskal untuk mendorong
investasi dalam negeri di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan.
(2) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. melaksanakan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata; dan
b. melaksanakan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan.

19
(3) Strategi sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. menyediakan informasi peluang investasi di Destinasi Pariwisata;
b. meningkatkan promosi investasi di bidang pariwisata di dalam negeri
dan di luar negeri; dan
c. meningkatkan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan
sektor terkait.

BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA
DAERAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 48

Pembangunan pemasaran pariwisata meliputi:


a. pengembangan pasar wisatawan;
b. pengembangan citra pariwisata;
c. pengembangan kemitraan pariwisata; dan
d. Pengembangan promosi pariwisata.

Bagian Kedua
Pengembangan Pasar Wisatawan

Pasal 49

(1) Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan, di wujudkan dalam


bentuk pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan
segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan pengembangan destinasi
pariwisata dan dinamika pasar global.
(2) Strategi untuk pemantapan segmen pasar sebagaimana di maksud pada
ayat (1) meliputi:
a. meningkatkan pemasaran dan promosi untuk mendukung penciptaan
Destinasi Pariwisata yang di prioritaskan;
b. meningkatkan akselerasi pemasaran dan promosi pada pasar
utama,baru, dan berkembang;
c. mengembangkan pemasaran dan promosi untuk meningkatkan
pertumbuhan segmen ceruk pasar;
d. mengembangkan promosi berbasis tema tertentu;
e. meningkatkan akselerasi pergerakan wisatawan di seluruh Destinasi
Pariwisata; dan
f. meningkatkan intensifikasi pemasaran wisata konvensi, insentif dan
pameran yang di selenggarakan oleh sektor lain.

20
Bagian ketiga
Pengembangan citra pariwisata

Pasal 50

(1) Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata, meliputi:


a. peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan;
dan
b. peningkatan citra pariwisata Daerah sebagai destinasi yang aman,
nyaman dan berdaya saing.
(2) Strategi peningkatan dan pemantapan sebagaimana di maksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi:
a. meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra pariwisata Daerah
di antara para pesaing; dan
b. meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra pariwisata destinasi.
(3) Strategi peningkatan sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf b di
wujudkan melalui promosi, diplomasi, dan komunikasi.

Bagian keempat
Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata

Pasal 51

(1) Arah kebijakan pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata, di


wujudkan dalam bentuk pengembangan kemitraan pemasaran yang
terpadu sinergis berkesinambungan dan berkelanjutan.
(2) Strategi pengembangan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pemantapan keterpaduan sinergis promosi antar pemangku
kepentingan pariwisata nasional; dan
b. strategi pemasaran berbasis pada pemasaran yang bertanggung jawab,
yang menekankan tanggung jawab terhadap masyarakat, sumber daya
lingkungan dan wisatawan.

Bagian Kelima
Pengembangan Promosi

Pasal 52

(1) Arah kebijakan pengembangan promosi pariwisata meliputi penguatan dan


perluasan eksistensi promosi pariwisata Daerah di dalam negeri dan di
luar negeri.
(2) Strategi penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata Daerah di
dalam negeri meliputi:
a. menguatkan fungsi dan peran promosi pariwisata di dalam negeri; dan
b. menguatkan dukungan, koordinasi dan sinkronisasi terhadap Badan
Promosi Pariwisata Indonesia dan Badan Promosi Pariwisata Daerah.
(3) Strategi untuk penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata
Daerah di luar negeri meliputi:

21
a. menguatkan fasilitasi, dukungan, koordinasi, dan sinkronisasi
terhadap promosi pariwisata Daerah di luar negeri, dan
b. menguatkan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata Daerah di
luar negeri.
c. penguatan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata Daerah di luar
negeri dilakukan melalui fasilitasi program kemitraan antara pelaku
promosi pariwisata Daerah di dalam negeri dengan pelaku promosi
pariwisata yang berada di luar negeri.

BAB V
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA DAERAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 53

Pembangunan industri pariwisata daerah, meliputi :


a. penguatkan struktur industri pariwisata;
b. peningkatan daya saing produk pariwisata;
c. pengembangan kemitraan usaha pariwisata;
d. peningkatan kredibilitas bisnis; dan
e. pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Bagian Kedua
Usaha Wisata

Pasal 54

(1) Usaha pariwisata antara lain meliputi:


a. jasa transportasi wisata;
b. jasa perjalanan wisata;
c. jasa makanan dan minuman (kuliner);
d. jasa akomodasi;
e. jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
f. jasa penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi,
dan pameran;
g. jasa informasi pariwisata;
h. jasa konsultan pariwisata;
i. jasa pramuwisata;
j. wisata tirta;
k. wisata spiritual; dan
l. spa.

(2) Usaha pariwisata sebagaimana di maksud pada ayat (1) harus:


a. bercirikan budaya Daerah;

22
b. memiliki visi pemeliharaan budaya Daerah; dan
c. berpartisipasi dalam pengembangan budaya Daerah.

Pasal 55

(1) Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana di


maksud dalam Pasal 54 ayat (1), pengusaha pariwisata wajib
mendaftarkan usahanya.
(2) Ketentuan mengenai Pendaftaran Usaha pariwisata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga
Penguatan Struktur Industri Pariwisata

Pasal 56

(1) Arah kebijakan penguatan struktur industri pariwisata, di wujudkan


dalam bentuk penguatan fungsi, hierarki dan hubungan antar mata rantai
pembentuk industri pariwisata untuk meningkatkan daya saing industri
pariwisata.
(2) Strategi penguatan fungsi, hierarki dan hubungan antar mata rantai
pembentuk industri pariwisata sebagaimana di maksud pada ayat (1)
meliputi:
a. meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai
pembentuk industri pariwisata;
b. meningkatkan dan menguatkan fungsi, hierarki dan hubungan antar
usaha pariwisata sejenis untuk meningkatkan daya saing; dan
c. meningkatkan dan menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah
antara pelaku usaha pariwisata dan sektor terkait.

Bagian Keempat
Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata

Pasal 57

Peningkatan daya saing produk pariwisata, meliputi:


a. peningkatan daya saing DTW;
b. peningkatan daya saing fasilitas pariwisata; dan
c. peningkatan daya saing aksesibilitas.

Pasal 58

(1) Arah kebijakan peningkatan daya saing DTW, di wujudkan dalam


bentuk pengembangan kualitas dan keragaman usaha DTW.

(2) Strategi pengembangan kualitas dan keragaman usaha DTW meliputi:


a. mengembangkan manajemen atraksi;

23
b. memperbaiki kualitas interpretasi;
c. menguatkan kualitas produk wisata; dan
d. meningkatkan pengemasan produk wisata.

Pasal 59

(1) Arah kebijakan peningkatan daya saing fasilitas pariwisata, di wujudkan


dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kualitas fungsi serta layanan
fasilitas pariwisata yang memenuhi standar internasional dan mengangkat
unsur keunikan serta kekhasan lokal.
(2) Strategi untuk peningkatan kapasitas dan kualitas fungsi serta layanan
fasilitas pariwisata sebagaimana di maksud pada ayat (1), meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan standarisasi dan sertifikasi usaha
pariwisata;
b. mengembangkan dan melengkapi skema fasilitas untuk mendorong
pertumbuhan usaha pariwisata skala usaha mikro kecil dan menengah;
dan
c. mengembangkan dan meningkatkan insentif untuk mendorong
penggunaan produk daerah/kekhasan lokal, terutama produk pertanian
dan produk industri kecil dan kerajinan.

Pasal 60

(1) Arah kebijakan peningkatan daya saing aksesibilitas, di wujudkan dalam


bentuk peningkatan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi yang
mendukung kemudahan perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata.
(2) Strategi peningkatan kapasitas dan kualitas layanan sebagaimana di
maksud pada ayat (1) di laksanakan melalui peningkatan etika bisnis
dalam pelayanan usaha transportasi pariwisata.

Bagian Kelima
Pengembangan Kemitraan Usaha Pariwisata

Pasal 61

(1) Arah kebijakan pengembangan kemitraan usaha pariwisata, di wujudkan


dalam bentuk pengembangan skema kerjasama antara, Pemerintah
Daerah, dunia usaha dan masyarakat.
(2) Strategi pengembangan skema kerjasama sebagaimana di maksud pada
ayat (1) meliputi:
a. meningkatan dan menguatkan perencanaan program kerjasama antara
Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat;
b. meningkatkan dan menguatkan implementasi program kerjasama
antara Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat; dan
c. meningkatkan dan menguatkan monitoring dan evaluasi program
kerjasama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat.

Bagian Keenam
Penciptaan Kredibilitas Bisnis

24
Pasal 62

(1) Arah kebijakan peningkatan kredibilitas bisnis, di wujudkan dalam


bentuk pengembangan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang
kredibel dan berkualitas.
(2) Strategi pengembangan manajemen dan pelayanan usaha sebagaimana di
maksud pada ayat (1) meliputi:
a. penerapan standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata yang mengacu
pada prinsip dan standar internasional dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal;
b. penerapan sistem yang aman dan tepercaya dalam transaksi bisnis
secara elektronik; dan
c. penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi.

Bagian Ketujuh
Pengembangan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan

Pasal 63

(1) Arah kebijakan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan,


diwujudkan dalam bentuk pengembangan manajemen usaha pariwisata
yang mengacu prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik
pariwisata dan ekonomi hijau.
(2) Strategi pengembangan manajemen usaha pariwisata sebagaimana di
maksud pada ayat (1) meliputi:
a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai usaha
pariwisata; dan
b. mengembangkan manajemen usaha pariwisata yang peduli terhadap
pelestarian lingkungan dan budaya.

BAB VI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN DAERAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 64

Pembangunan kelembagaan kepariwisataan daerah, meliputi:


a. penguatan organisasi kepariwisataan;
b. pembangunan SDM pariwisata; dan
c. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Bagian Kedua
Penguatan Organisasi Kepariwisataan

25
Pasal 65

Arah kebijakan penguatan organisasi kepariwisataan, meliputi:


a. akselerasi reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme
kinerja organisasi untuk mendukung misi Kepariwisataan sebagai
portofolio pembangunan daerah;
b. memantapkan peran Organisasi Kepariwisataan dalam mendukung
pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan daerah;
c. mengembangkan dan menguatkan Organisasi Kepariwisataan yang
menangani bidang Pemasaran Pariwisata;
d. mengembangkan dan menguatkan Organisasi Kepariwisataan yang
menangani bidang Industri Pariwisata; dan
e. mengembangkan dan menguatkan Organisasi Kepariwisataan yang
menangani bidang Destinasi Pariwisata.

Pasal 66

(1) Strategi akselerasi reformasi birokrasi sebagaimana di maksud dalam Pasal


65 huruf a, meliputi:
a. penguatan tata kelola Organisasi Kepariwisataan dalam struktur
badan/dinas;
b. penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
program Pembangunan Kepariwisataan; dan
c. penguatan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program
Pembangunan Kepariwisataan baik secara internal maupun lintas
sektor.
(2) Strategi pemantapan peran organisasi kepariwisataan sebagaimana di
maksud dalam Pasal 65 huruf b, meliputi:
a. penguatan fungsi strategis Kepariwisataan dalam menghasilkan PAD;
b. peningkatan usaha pariwisata terkait;
c. peningkatan pemberdayaan masyarakat; dan
d. peningkatan pelestarian lingkungan hidup.
(3) Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 65 huruf c, meliputi :
a. menguatkan struktur dan fungsi organisasi bidang pemasaran di
tingkat Pemerintah Daerah;
b. memfasilitasi terbentuknya Badan Promosi Pariwisata Daerah; dan
c. menguatkan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata Daerah
dengan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan
Daerah.
(4) Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 65 huruf d meliputi:
a. memfasilitasi pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Daerah;
dan
b. penguatan kemitraan antara Gabungan Industri Pariwisata Daerah
dengan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan
Daerah.

26
(5) Strategi pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan
sebagaimana di maksud dalam Pasal 65 huruf e, meliputi:
a. penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan
destinasi di tingkat Pemerintah Daerah;
b. memfasilitasi terbentuknya Organisasi Pengembangan Destinasi; dan
c. penguatan kemitraan antara Organisasi Pengembangan Destinasi
dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan
Daerah.

Bagian Ketiga
Pembangunan SDM Pariwisata

Pasal 67

Pembangunan SDM Pariwisata, meliputi:


a. pembangunan kualitas SDM Pariwisata di Pemerintah Daerah; dan
b. pembangunan kualitas SDM Pariwisata di dunia usaha dan masyarakat.

Pasal 68

(1) Arah kebijakan pembangunan kualitas SDM Pariwisata, di wujudkan


dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata di
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Kepariwisataan Daerah yang
unggul dan berdaya saing.
(2) Strategi peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM Pariwisata di
Pemerintah Daerah meliputi:
a. peningkatan kemampuan dan profesionalitas aparatur;
b. peningkatan kualitas aparatur bidang pariwisata;
c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan
dan latihan bidang kepariwisataan.

Pasal 69

(1) Arah kebijakan pembangunan kualitas SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat, di wujudkan dalam bentuk peningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM Pariwisata di lingkungan swasta dan masyarakat.
(2) Strategi pembangunan kualitas SDM Pariwisata di dunia usaha dan
masyarakat meliputi:
a. meningkatkan profesionalisme SDM di bidang kepariwisataan melalui
standarisasi dan sertifikasi;
b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan;
dan
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan
kepariwisataan yang terakreditasi.

Bagian Keempat
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

27
Pasal 70

Arah kebijakan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan untuk


mendukung pembangunan kepariwisataan, meliputi :
a. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan destinasi
pariwisata;
b. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan pemasaran
pariwisata;
c. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan industri
pariwisata;
d. peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
kelembagaan dan SDM pariwisata.

Pasal 71

(1) Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan


destinasi pariwisata, meliputi:
a. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan DTW;
b. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan aksesibilitas
dan/atau transportasi kepariwisataan dalam mendukung daya saing
DPD;
c. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan Prasarana
Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung
daya saing DPD;
d. peningkatan penelitian dalam rangka memperkuat pemberdayaan
masyarakat melalui kepariwisataan; dan
e. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan dan peningkatan
investasi di bidang pariwisata.
(2) Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
pemasaran pariwisata, meliputi:
a. peningkatan penelitian pasar wisatawan dalam rangka pengembangan
pasar baru dan pengembangan produk;
b. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan dan penguatan
citra Pariwisata Daerah;
c. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraan
pemasaran Pariwisata; dan
d. peningkatan penelitian dalam rangka peningkatan peran promosi
Pariwisata Daerah di luar negeri.
(3) Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
industri pariwisata, meliputi:
a. peningkatan penelitian dalam rangka penguatan industri pariwisata;
b. peningkatan penelitian dalam rangka peningkatan daya saing produk
wisata;
c. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan kemitraanusaha
pariwisata;
d. peningkatan penelitian dalam rangka penciptaan kredibilitas bisnis;
e. peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan tanggung jawab
terhadap lingkungan.

28
(4) Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
kelembagaan kepariwisataan, meliputi:
a. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan organisasi
Kepariwisataan; dan
b. meningkatkan penelitian dalam rangka pengembangan SDM
Kepariwisataan.

BAB VII
PENGHARGAAN

Pasal 72

(1) Bupati dapat memberikan penghargaan kepada perseorangan, organisasi


pariwisata, serta badan usaha yang berprestasi luar biasa atau berjasa
besar dalam meningkatkan pembangunan, kepeloporan, dan pengabdian di
bidang Kepariwisataan Budaya Daerah.
(2) Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII
PEMBIAYAAN

Pasal 73

Pembiayaan Pembangunan Kepariwisataan Daerah bersumber dari:


a. APBN;
b. APBD; dan
c. Pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 74

Bupati dapat memberikan bantuan pendanaan bagi pengembangan


kepariwisataan yang dikelola desa, kelompok atau lembaga tradisional.

BAB IX
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

Pasal 75

(1) Indikasi program pembangunan kepariwisataan daerah di laksanakan


sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
(2) Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Kepariwisataan bertanggung jawab mengkoordinir pelaksanaan indikasi
program Pembangunan Kepariwisataan Daerah.
(3) Indikasi program di laksanakan oleh setiap perangkat daerah sesuai
dengan bidang urusan pemerintahan, dan dapat di dukung oleh dunia
usaha dan masyarakat.

29
(4) Rincian indikasi program Pembangunan Kepariwisataan Daerah dalam
jangka waktu 2018-2033 serta penanggung jawab pelaksanaannya
tercantum dalam Lampiran XI, merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

BAB X
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 76

(1) Bupati berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan Pembangunan


Kepariwisataan Daerah.
(2) Pembinaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. pengelolaan dan tenaga kerja usaha pariwisata;
b. lingkungan destinasi pariwisata;
c. mekanisme pemasaran pariwisata; dan
d. penguatan kelembagaan kepariwisataan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. hukum dan administrasi;
b. pengetahuan teknis; dan
c. perilaku.
(4) Tata cara pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 77

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sabu
Raijua.
Ditetapkan di …
Pada tanggal, ... ,..........2018
BUPATI SABU RAIJUA,

… (diisi nama Bupati)


Diundangkan di …
Pada tanggal .... ,.........tahun 2018
SEKRETARIS DAERAH

… (diisi nama Bupati)


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA TAHUN 2018 NOMOR …

NOMOR REGISTARASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA :

30
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PARIWISATA DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
TAHUN 2018-2033

I. UMUM
Kebudayaan Sabu Raijua sebagai bagian dari Kebudayaan Nasional yang
merupakan perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia dan
merupakan keseluruhan daya upaya manusia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai manusia di arahkan untuk memberi
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenanp
kehidupan bangsa. Kebudayaan di maksud mencakup satu lingkup yang
luas meliputi tiga wujud (ideal, perilaku dan material) serta tujuh unsur
pokok (sistem peralatan dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi).
Dalam pada itu perkembangan dunia kepariwisataan di Daerah Sabu
Raijua sampai saat ini telah mencapai suatu titik yang penting, terutama
bagi perkembangannya di masa mendatang. Hal ini ditandai oleh
peningkatan jumlah wisatawan yang cukup tajam pada beberapa tahun
terakhir. Kecenderungan demikian ini di harapkan akan tetap berlaku di
masa-masa mendatang baik akibat faktor internal maupun eksternal yang
positif. Di samping itu untuk Daerah Sabu Raijua ada beberapa hal yang
penting menyebabkan perlunya pemikiran cara pengaturan yang lebih
hati-hati dan berwawasan jangka panjang terhadap perkembangan
pariwisata tersebut. Hal-hal dimaksud adalah:
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966; dan
2. Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua Nomor 3 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sabu Raijua Tahun
2011-2031.
Berdasarkan sumber dan potensi dasar serta kondisi obyektif Daerah Sabu
Raijua, maka kepariwisataan yang dikembangkan di Daerah Sabu Raijua
adalah Pariwisata Budaya dan Bahari. Tujuan pembangunan pariwisata
tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan pariwisata nasional adalah
untuk memupuk rasa cinta tanah air, meningkatkan persahabatan antar
bangsa, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, serta meningkatkan pendapatan daerah
dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Pariwisata Budaya ini adalah salah satu jenis kepariwisataan yang dalam
perkembangann dan pengembangannya menggunakan kebudayaan Daerah
Sabu Raijua yang merupakan bagian dari Kebudayaan Nasional sebagai
potensi dasar yang paling dominan, yang di dalamnya tersirat satu cita-cita
akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan
kebudayaan, sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras dan
seimbang.

31
Untuk menumbuh kembangkan Pariwisata Budaya tersebut diperlukan
langkah-langkah pengaturan yang makin mampu mewujudkan
keterpaduan demi untuk berdaya guna dan berhasil guna serta mencegah
dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, sehingga benar-benar
dapat di wujudkan cita-cita pariwisata untuk Sabu Raijua. Untuk itulah
diperlukan pemantapan ketentuan mengenai Pariwisata Budaya dalam
suatu Peraturan Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas di
pandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sabu Raijua
tentang Kepariwisataan Budaya Sabu Raijua yang didasarkan pada
kebijakan Kepariwisataan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.

32
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Yang di maksud dengan Pembangunan DTW adalah upaya
pengembangan yang di lakukan dengan meningkatkan kualitas DTW
yang sudah ada dalam upaya meningkatkan minat, loyalitas segmen
pasar yang sudah ada dan memperluas cakupan wilayah DTW yang
sudah ada atau pengembangan ke lokasi baru.
Huruf a
Yang di maksud dengan “DTW alam” adalah DTW yang berupa
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.
Huruf b
Yang di maksud dengan “DTW budaya” adalah DTW yang berupa
hasil olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai mahluk
budaya.
Huruf c
Yang di maksud dengan “DTW hasil buatan manusia” adalah
DTW khusus yang berupa kreasi artificial (artificially created) dan
kegiatan manusia lainnya di luar ranah DTW alam dan DTW
budaya.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.

33
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Yang di maksud dengan pembangunan pemasaran pariwisata adalah
upaya terpadu dan sistematik dalam rangka menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola
relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan
seluruh pemangku kepentingan.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.

34
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang di maksud dengan kualitas interpretasi adalah kualitas
kemampuan manusia, segala bentuk media dan/atau alat
yang berfungsi mentrasformasikan nilai kemenarikan DTW
kepada wisatawan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.

35
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR ….


LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018

36
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

PARAMETER SASARAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

1. Parameter Kualitas dan Keunikan dari DTW meliputi:


(a) keunikan atraksi wisata yang berupa penilian tingkat keunikan DTW
dinilai dari kelangkaannya yaitu apakah DTW dapat dengan mudah di
temukan di tempat lain atau tidak;
(b) keragaman DTW (kuantitas) yaitu DTW suatu daerah di nilai keragaman
muatan isi atau DTW yang di miliki.
2. Parameter Skala Pemasaran DTW
Merupakan penilaian yang di lakukan terhadap DTW yang di nilai dari
kemungkinan luas jangkauan pemanfaatan wisatawan terhadap suatu
DTW.
3. Tingkat kunjungan wisatawan yaitu penilaian terhadap tinggi rendahnya
angka kunjungan ke masing-masing objek wisata.
4. Parameter Tingkat Dukungan dan Aksesibilitas Pencapaian
Merupakan penilaian terhadap kemudahan keterjangkauan seperti
memiliki koneksi dengan pintu masuk utama kota, posisi pada jalur
kunjungan, jarak tempuh yang relatif mudah, waktu tempuh relatif
singkat, dukungan moda transportasi menuju objek wisata.
5. Parameter Tingkat Dukungan Sarana Prasarana Penunjang
Merupakan penilaian terhadap kesediaan fasilitas akomodasi, agen/biro
perjalanan, dukungan sarana transportasi maupun fasilitas umum
penunjang wisata lainnya seperti telepon maupun tourist information
centre. Fasilitas tidah harus berada di lokasi DTW, namun harus mudah di
capai oleh pengunjung. Beberapa fasilitas dasar seperti toilet atau tempat
untuk beristirahat harus tersedia di setiap lokasi, dan beberapa fasilitas
seperti penginapan dan rumah makan. Fasilitas pendukung ini bisa
berbeda-beda di setiap lokasi wisata, tergantung pada kegiatan wisata.
Untuk banyak wisata minat khusus, fasilitas dasar menjadi lebih banyak
dan memberikan kontribusi terbesar dalam pengambilan keputusan
wisatawan untuk berkunjung.
6. Dampak ekonomi.
Pengembangan pariwisata dapat berdampak pada perekonomian daerah
dan masyarakat. Pendapatan daerah di harapkan dapat bertambah dari
pajak kegiatan penunjang pariwisata seperti jasa restoran, penginapan dan
pelayanan jasa lainnya dan dari kegiatan wisata. Efek pengganda dari
kegiatan wisata cukup besar, di karenakan pariwisata merupakan sektor
padat karya, memberikan lapangan kerja bagi tenaga terlatih khususnya
masyarakat lokal.

7. Dampak lingkungan.
Dampak lingkungan yang dapat di timbulkan oleh pembangunan
pariwisata berupa polusi tanah, air, udara, visual dan rusaknya ekologi

37
sekitarnya. Namun, terdapat kegiatan wisata yang mendorong pelestarian
lingkungan.
8. Dampak sosial dan budaya.
Dampak yang di timbulkan oleh pembangunan pariwisata terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat dapat bersifat negatif dan positif.
Dampak negatif dapat muncul saat masuknya budaya baru dan tidak
berjalan seiring dengan kebiasaan masyarakat lokal. Sedangkan dampak
positif, dapat berupa pelestarian budaya masyarakat melalui berbagai
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengenalkan dan mendokumentasikan
budaya setempat.

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA

38
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

DAYA TARIK WISATA (DTW)

1. KECAMATAN SABU LIAE

NO DTW
1. Kawasan Pantai Kepo Halapaji
2. Wisata Adat Kepaka Horo
3. Wisata Adat Kolorame
4. Rumah Adat Eiko
5. Wisata Adat Wadu Mea/ Merabhu
6. Wisata Pantai Deme
7. Rumah Adat Rajamara
8. Kampung Adat Dabba
9. Pacuan Kuda
10 Wisata Alam Ledepemulu
.

2. TABEL DTW KECAMATAN SABU TIMUR

NO DTW
1. Kawasan Adat Kujiratu
2. Mata Air Loko Eimada
3. Wisata Pantai Nyiu Wudu Kujiratu
4. Wisata Pantai Rae Mea
5. Kawasan Wisata Alam Mata Air Tano
6. Pantai Mahera dan tambak ikan paro

3. TABEL DTW KECAMATAN SABU TENGAH

NO DTW
1. Wisata Pantai Menanga Eilode
2. Wisata Pantai Eimau
3. Wisata Alam Gua Mabala
4. Wisata Alam Eimada Kabba Loboaju
5. Wisata Pantai Cemara Jiwuwu

4. DTW KECAMATAN SABU BARAT

39
NO DTW
1. Kawasan Adat Namata
2. Istana Raja Sabu Tenni Hawu
3. Kawasan Upacara Adat Pantai Boddo
4. Kawasan Wisata Pantai Napae
5. Wisata Pantai Hewau
6. Kawasan Pantai Bodo
7. Kawasan Pantai Menia/Kolouju
8. Kawasan Wisata Embung Guriola
9. Taman Doa Skyber
10 Pantai Menanga Hede
.

5. DTW KECAMATAN HAWU MEHARA

N DTW
O
1. Kawasan Wisata Adat Kolorae Pedaro
2. Kawasan Pantai Lobohede
3. Gua Alam Lie Ma Dira
4. Kawasan Pantai Lederaga
5. Kawasan pantai dan bukit salju ledeae
6. Kawasan Pantai Gela Nalalu
7. Kawasan Kelabba Madja

6. DTW KECAMATAN RAIJUA

N DTW
O
1. Kawasan Hutan Santigi
2. Kawasan Pantai Koloudju/Kella
3. Kawasan Pantai LiDjaka
4. Kawasan Pantai Namo
5. Sumur Madja
6. Tapak Kaki Madja
7. Pantai Ballu/Bukit Senyum

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

40
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

PETA PESEBARAN DAYA TARIK WISATA (DTW)

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

41
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

RENCANA STRUKTUR PERWILAYAHAN DAERAH

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

42
LAMPIRAN V
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA SABU BARAT

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

43
LAMPIRAN VI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA SABU TIMUR

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

44
LAMPIRAN VII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA HAWU MEHARA

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

45
LAMPIRAN VIII
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA RAIJUA

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

46
LAMPIRAN IX
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA SABU LIAE

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

47
LAMPIRAN X
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA SABU TENGAH

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

48
LAMPIRAN XI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA
NOMOR … TAHUN 2018
TENTANG
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA
DAERAH TAHUN 2018-2033

RINCIAN INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH


DALAM JANGKA WAKTU 2018-2033 SERTA PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAANNYA
No Program Keterlibatan Tahun ke-
Pemangku
Kepentingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Pengembangan Pemasaran Dispar, Pelaku X X X X X X X X X X
Pariwisata. Prioritas Program : Usaha,
 Analisa pasar untuk promosi Asosiasi
dan pemasaran DTW Instansi
 Menyusun daftar rinci pasar Terkait
potensial dalam negeri Pengelola
bersama dengan pelaku usaha DTW,Pemda
dan asosiasi pariwisata, serta dll
pihak lain yang terkait
 Peningkatan pemanfaatan
teknologi informasi dalam
pemasaran pariwisata
 Pengembangan jaringan
kerjasama promosi pariwisata
 Pelatihan pemandu wisata
terpadu
 Pengadaan alat promosi

49
pariwisata yang bersifat umum
 Pengadaan alat promosi yang
bersifat khusus segmental
untuk tiap-tiap destinasi
pariwisata

2. Promosi Pariwisata Dispar, Pelaku X X X X X X X X X X


Prioritas Kegiatan : usaha,
 Distribusi alat promosi di Instansi
dalam wilayah Kabupaten terkait
Sabu Raijua pengelola
 Korespondensi dan visitasi ke objek wisata,
daerah pasar sasaran secara Pemda
segmental (misal : lembaga
pendidikan,
organisasi potensial, dll)
 Menyelenggarakan event dan
festival pariwisata yang
bekerja sama dengan industri
dan asosiasipariwisata, serta
pihak lain yang terkait.
 Ikut serta dalam pameran
pariwisata di daerah yang
menjadi pasar sasaran
pariwisata dalam negeri
 Mengembangkan paket wisata
bersama intermediaries dan
pelaku usaha
 Familiarization tour.

Evaluasi promosi pariwisata


dalam negeri bersama dengan
pelaku usaha dan asosiasi
50
pariwisata, serta pihak lain yang
terkait
3. Peningkatan Kerjasama Promosi Dispar, Pelaku X X X X X X X X X X
dan Pemasaran Pariwisata usaha,
Prioritas Kegiatan : Instansi
 Membentuk Forum terkait
Komunikasi antar Daerah pengelola
yang berada dalam sekitar objek wisata,
Kabupaten Sabu Raijua Pemda
 Kerja sama saling
memanfaatkan TIC yang
dimiliki Daeah lain
 Pengoperasian TIC secara
bersama
Bekerja sama dengan BPW
(Kupang dsk) melalui fasilitas
pemasaran dalam penjualan
paket wisata ke Kabupaten
Sabu Raijua dan sekitarnya.
 Pelaksanaan riset bersama
 Familirization tour bersama
 Mengadakan pasar wisata
tematik bersama antar
Daerah yang berada dalam
Kabupaten Sabu Raijua dan
sekitarnya, dll
4. Melaksanakan Riset Produk- Dispar, Pelaku X X X X X X X X X X
Pasar Pariwisata usaha,
Prioritas Kegiatan : Lembaga
 Studi analisis pasar, baik Pendidikan
yang bersifat database Tinggi,
maupun untuk suatu Instansi
permintaan spesifik tertentu terkait,
51
 Studi kesesuaian produk- pengelola
pasar (analisis keterkaitan objek wisata,
permintaan dan penawaran) dll.
 Studi kepuasan pasar
 Studi potensi wisata
 Studi pengembangan jalur
dan paket wisata
 Studi produk makanan
unggulan
5. Pengembangan Sistem dan Dispar, Pelaku X X X X X X X X X X
Manajemen Informasi usaha,Lembaa
Pemasaran Pariwisata Pendidikan
Prioritas Kegiatan : Tinggi,
 Standarisasi mekanisme Pengelola
pengumpulan data objek
pariwisata dari pelaku wisata,Instansi
usaha dan lembaga
 Sosialisasi data pariwisata terkait di
secara periodik dalam dan
 Memutahirkan dan luar wilayah
melengkapi informasi Kabupaten
pariwisata di situs web Sabu Raijua
 Korespondensi dan visitasi dll.
ke instansi dan lembaga
terkait di dalam dan luar
wilayah Kabupaten Sabu
Raijua
 Pengembangan Pusat
Pelayanan Informasi
Pariwisata bekerja sama
dengan industri pariwisata
dan DTW
 Pemasangan rambu-rambu

52
penunjuk lokasi wisata
6. Pengembangan Destinasi Dispar, Dinas X X X X X X X X X X
Pariwisata PU,
Prioritas kegiatan: Bappeda,
 Pengembangan DTW Dinas
unggulan perhubungan
 Peningkatan pembangunan dan
sarana dan prasarana Infokom,
pariwisata Pelaku usaha,
 Pengembangan jenis dan Pengelola
paket wisata unggulan objek wisata,
 Pelaksanaan koordinasi Instansi dan
pembangunan DTW dengan lembaga
lembaga atau dunia usaha terkait di
 Pengembangan daerah dalam dan
tujuan wisata luar wilayah
Pengembangan, sosialisasi Kabupaten
dan penerapan serta Sabu Raijua,
pengawasan standarisasi dll.
pelayanan pariwisata daerah
7. Pengembangan kemitraan Dispar, pelaku X X X X X X X X X X X X X X X
Prioritas kegiatan: usaha,
 Pengembangan, dan masyarakat
penguatan informasi dan dan lembaga
database masyarakat,
 Pengemabnagan dan organisasi
penguatan litbang, sipil, NGO,
kebudayaan dan pengelola
pariwisata DTW dan
 Pengembangan SDM di instansi
bidang kebudayaan dan lainnya yang
pariwisata bekerjasama terkait di
dengan lembaga lain Kabupaten
53
 Fasilitasi pembentukan Sabu Raijua
forum komunikasi antar
pelaku industri pariwisata
dan budaya
 Pelaksanaan koordinasi
pembangunan kemitraan
pariwisata
 Pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program
kemitraan
 Pembangunan sumber
daya manusia dan
profesionalisme bidang
pariwisata
 Peningkatan peran serta
masyarakat dan
pengembangan kemitraan
pariwisata
 Monitoring, evaluasi dan
pelaporan
8. Pengelompokan Kantong - Dispar, X X X X X X X X X X X X X X X
Kantong Pengembangan Bappeda,
Kawasan Wisata Badan
Pengawas
Daerah,
Dinas Bina
Marga,
9. Pentemaan Kantong-Kantong Dispar, X X X X
Pengembangan Kawasan Wisata Bappeda,
Pelaku
Usaha
Pariwisata,
Asosiasi
54
10. Pengembangan wisata belanja Bappeda, X X X X
dan MICE di Wilayah Sabu Dispar,
Barat Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
11. Pembangunan fasilitas wisata di Bappeda, X X X X X
pusat primer Sabu Barat Dispar, Dinas
Pertamanan,
Dinas Tata
Kota dan
Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
12. Penyusunan RTBL (Rencana Bappeda X X X X
Tata Bangun Lingkungan) di Dispar
setiap kantong pengembangan Dinas Tata
kawasan wisata Kota
13. Perencanaan Pengembangan Dispar , X X X X X X X X X
Objek-objek wisata baru di Bappeda,
Wilayah Sabu Barat yang Instansi
berwawasan lingkungan terkait
pengembangan
pariwisata
14. Perancangan kegiatan Dispar, dan X X X X X X X X
pengembangan produk wisata Instansi
melalui pengemasan Paket terkait
Wisata, Calendar of Event dan pengembangan
Festival, pariwisata,
MICE serta pihak
swasta, LSM,

55
dan
asosiasi
pariwisata
15. Pelestarian desa-desa tradisional Dispar, Dinas X X X X X X X X X X
yang bernilai sejarah dan Tata Kota
budaya tinggi
16. Pengembangan usaha jasa Bappeda, X X X X X
pariwisata pada kantong- Dispar, Dinas
kantong kawasan wisata Tata Kota,
Dinas
Perdagangan
Instansi
terkait
pengembangan
pariwisata
17. Pengembangan Sarana Bappeda, X X X X X
Angkutan umum massal Dispar, Dinas
Perhubungan,
Dinas Bina
Marga
18. Pengembangan rute Jalur Bappeda, X X
Wisata Dispar, Dinas
Perhubungan,
Dinas Bina
Marga
19. Perbaikan dan pembangunan Dispar, Dinas X X
jalur pejalan kaki (pedestarian) Kota, Dinas
perhubungan,
BinaMarga
20. Pengembangan usaha dan Dispar, KPMD, X X X X X X X X X X
investasi di sektor pariwisata Bappeda,
Bag. Ekonomi,

56
Pelaku
usaha,
Asosiasi, dll

BUPATI SABU RAIJUA

… (diisi nama Bupati)

57

Anda mungkin juga menyukai