Anda di halaman 1dari 17

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA

PERMANDIAN DANAU MATA AIR WAKANTE, DESA LATUGHO,


KECAMATAN LAWA, KABUPATEN MUNA BARAT.
Oleh : Jobir
Mahasiswa Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Ekonomi Kosentrasi Pariwisata
Jurusan Pendidikan Ekonomi FKIP-UHO
Email: Jobirsatria@yahoo.com
JOBIR (A1A112192) judul Partisipasi Masyrakat Dalam Pengembngan Objek
Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante Kabupaten Muna Kecamata Lawa Desa
Latugho. Dibimbing oleh bapak Prof.Dr. La Taena, M.Si. dan bapak Drs. Abdullah Igo
B.D.,M.Si
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana partisipasi
masayarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana partisipasi
masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante.
Penelitian ini dilakukan di objek wisata permandian danau mata air wakante, desa
latugho, kecamatan lawa, kabupaten muna barat.Tekhnik pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan tekhnik analisis data
menggunakan model miles dan hiberman yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan yang akan dilakukan secara bersamaan dan berlangsung
selama proses pengumpulan data.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam pengembangan
objek wisata permandian danau mata air wakante yang didalamnya terdapat berbagai macam
partisipasi, seperti partisipasi Perencanaan, partisipasi dalam perencanaan terdapat dua
tahapan, yaitu: Penyerapan aspirasi/usulan masyaraat dan kegiatan musyawarah rencana
pengembangan objek wisata. Partisipasi dalam bentuk uang ada dua sumber, yaitu dana dari
masyarakat dan dana dari luar masyarakat, bentuk partisipasi tenaga terbagi tiga, yaitu
parisipasi dalam pembangunan, partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan, partisipasi
dalam menjaga keamanan lingkungan. Dan Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
pengembangan objek wisata. Daya tarik objek wisata permandian danau mata air wkante,
yaitu perkelahian kuda, atraksi menunggangi kuda, dan atraksi pemancingann ikan.
Selain itu, dalam menunjang pariwisata kabupaten muna barat, terbukti dengan
adanya objek wisata permandian danau mata air wakante sudah beberapa kali dihadiri oleh
wisatawan mancanegara, yaitu sebanyak 7 orang, pada tahun 2010 satu orang dan 2013 enam
orang. Bahkan masuk dalam kalender pariwisata internasional karna adanya atraksi
perkelahian kudanya. Untuk masyarakat kabupaten muna barat yang terkhusus masyarakat
desa latugho dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante bisa
mengangkat taraf perekonomian masyarakat desa latugho dan menambah uang kas desa
latugho.
Kata kunci : Parisipasi Masyarakat, Pengembangan Objek Wisata.

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah merupakan salah satu


negara kepulauan yang kaya akan objek
wisata dari sabang sampai merauke, dan

merupakan negara kepulauan yang kaya


akan sumber daya alam dan juga memiliki
keaneka ragaman kebudayaan yang sangat
banyak. Perkembangan pariwisata di
indonesia mengalami kemajuan yang pesat
sejak pemerintah mengambil keputusan
untuk mengandalkan sektor pariwisata
sebagai salah satu sektor yang diandalkan
untuk menambah devisa negara. Kemajuan
yang sangat pesat ini hanya terjadi
disebagian daerah. Padahalnya di negara
indonesia memiliki daerah-daerah yang
mempunyai banyak objek wisata yang pelu
dikembangkan untuk menjadi tujuan wisata,
hanya saja objek-objek wisata yang ada,
kurang mendapat perhatian dari pemerintah
ataupun dari masyarkat setempat.

hidup dan kearifan lokal serta senantiasa


menjunjung tinggi norma agama, tradisi,
adat istiadat, kesusilaan dan hak asasi
manusia, sehingga diperoleh nilai tambah
yang tinggi. Selanjutnya dalam aspek
ekonomi,
kepariwisataan
diharapkan
mampu untuk memberdayakan masyarakat
setempat, menumbuhkan potensi ekonomi
daerah tujuan wisata dan memberikan
trickle down effect(efek menetes ke bawah
yang
memberikan
manfaat)
bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar daerah
tujuan wisata.
Permandian danau mata air wakante
merupakan salah satu danau yang dibangun
dan dikembangkan untuk menjadi salah satu
objek wisata di kecamatan lawa. Objek
wisata permandian danau mata air wakante
merupakan salah satu objek wisata yang ada
di sulawesi tenggara yang tepat berada di
Desa Latugho, Kecamatan Lawa, Kabupaten
Muna Barat,memiliki banyak objek wisata
yang bisa dikunjungi, salah satunya
permandian danau mata air wakante yang
ada diDesa Latugho Kecamatan Lawa dan
Objek Wisata Permandian Kali air tawar
Wakante merupakan satu-satunya objek
wisata yang ada di Kecamatan Lawa. Objek
wisata ini memiliki keindahan alam yang
bisa memanjakan pengunjung karena
didukung dengan berbagai fasilitas dan
menawarkan atraksi-atraksi yang bisa
dinikmati oleh wisatawan.

Perkembangan pariwisata di saat ini


mengalami berbagai perubahan, baik
perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan,
dorongan
orang
untuk
melakukan
perjalanan, cara berfikir, maupun sifat
perkembangan itu sendiri. Di Negara maju
pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi
bahkan orang melakukan suatu perjalanan
merupakan kebutuhan hidup suatu manusia.
Namun demikian di negara-negara sedang
berkembang atau yang sering disebut
Negara Dunia Ketiga Pariwisata baru dalam
taraf
perkembangan.
Pengembangan
pariwisata di dunia ketiga lebih berorientasi
ke pariwisata alternatif dan pariwisata
ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari
tahun ke tahun jumlah wisatawan
internasional terutama yang mengunjungi
Indonesia terus meningkat sehingga kita di
hadapkan pada persoalan untuk menata
produk-produk wisata sehingga dapat
meningkatkan dari minat wisatawan untuk
berkunjung.

Setiap harinya banyak wisatawan yang


berkunjung di tempat objek wisata wakante,
baik itu wisatawan yang berasal dari
kecamatan lawa itu sendiri maupun yang
berasal dari luar kecamtan lawa. Para
wisatawan yang berkunjung permandian
danau mata air wakante akan merasa
terpuaskan dengan berbagai macam
kegiatan yang ditawarkan,seperti kegiatan
mandi-mandi,
menyusuri
sungai,
memancing, menyaksikan bebagai macam
ikan yang ada di empang, dan juaga bisa

Oleh karenanya pemerintah beserta


seluruh pemangku kepentingan pariwisata
harus bersama-sama menyelenggarakan
kepariwisataan dengan memperhatikan
aspek-aspek sosial, budaya, lingkungan

menunggangi kuda yang disediakan oleh


masyarakat. Dengan demikian untuk tetap
menarik perhatian dari pengunjung, baik itu
wisatawan lokal maupun wisatawan
mancanegara, diperlukan seluruh jajaran
yang bersangkutan baik itu masayarkat
maupun jajaran pemerintah untuk tetap
saling kerja sama.

menjadi suatu objek wisata yang perlu


perhatian dari berbagai sektor, mengingat
objek wisata ini menjadi salah satu objek
wisata yang banyak diminati wisatawan.
Dimana pengunjug jika dihari-hari libur,
bisa mencapai 3.000 orang/minggunya, jika
dihari-hari biasa pengunjung bisa mencapai
1.000 orang/minggunya. Objek wisata
permandian danau mata air wakante
merupakan objek wisata yang punya daya
tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga
perlu perhatian lebih baik itu dari
pemerintah maupun dari masyarakat, namun
dalam pengembangannya objek wisata
permandian danau mata air wakante belum
mendapat perhatian secara baik dari
pemerintah, bahkan dalam pengembangabya
dan pembangunan objek wisata permandian
danau mata air wakante masyarakat
setempatlah yang berpartisipasi secara aktif
dalam pengembangannya. Sehingga atas
dasar itulah peneliti mengambil judul
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan Objek Wisata Permandian
danau mata air Wakante, Desa Latugho,
Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat.

Selain itu juga objek wisata permandian


danau mata air wakante berada pada lokasi
yang potensial yang dimana dia berada di
jantung desa latugho. Ditinjau dari
ifrastrukutur
jalan
untuk
mencapai
permandian danau mata air wakante
memiliki jalan yang bagus ataupun mulus
yang bisa memanjakan pengunjung. Di
samping itu lama jarak tempuh ke ibu kota
kecamatan dengan kendaraan bermotor atau
mobil yaitu 15 menit, jika berjalan kaki
lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan
memakan waktu sekitar 50 menit.
Sementara jarak ke ibu kota kabupaten/kota
yaitu kisaran 25km dengan lama jarak
tempuh menggunakan kendaraan bermotor
atau mobil yaitu sekitar 40 menit. Objek
wisata danau mata air wakante sangatlah
bagus untuk dijadikan sebagai tempat
berlibur, menikmati panorama alam yang
indah dan teduh, karna dikelilingi dengan
pepohonan yang tinggi nan hijau pula.
Disamping itu, objek wisata ini memiliki
fasilitas seperti gajebo, toilet, kolam renang
anak-anak, dan juga tempat parkir.

Untuk mempermudah penulis dalam


penelitian, maka masalah pokok dalam
penelitian ini adalah Bagaimana partisipasi
masayarakat dalam pengembangan objek
wisata permandian danau mata air
wakante ?
Adapun tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui dan menganalisis
bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pengembangan objek wisata permandian
danau mata air wakante.

Dalam pengembangan pariwisata


akan kurang berarti apabila masyarakat
lokal itu sendiri tidak ikut berpartisipasi
dalam pengembangan sektor pariwisata
permandian danau mata air wakante.
Peartisipasi dari masyarakat merupakan
langkah awal untuk membangun kerjasama
antara
pembuat
kebijakan
dengan
masyarakat sebagai pendorong suksesnya
kebijakan
tersebut
dalam
rangka
pengembangan objek wisata. Objek wisata
permandian danau mata air wakante kini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penelitian
1. Partisipasi Masyarakat
Menurut Davis (1992: 43) dalam
Veitzel Rivai (2000: 61) partisipasi adalah

keterlibatan mental, pikiran dan emosi


(perasaan) seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut
serta bertanggung jawab terhadap usaha
yang bersangkutan.
Mastur (2003: 3) secara garis besar
mengelompokkan tiga tahapan dalam
partisipasi
yaitu
partisipasi
dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan
hasilnya. Diantara ketiga tahapan itu yang
paling tinggi tingkatannya diukur dari
derajad keterlibatannya adalah partisipasi
pada tahap perencanaan. Dalam tahap
perencanaan orang sekaligus diajak turut
membuat keputusan.
Adisasmita (2006: 42) juga
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat
adalah pemberdayaan masyarakat, peran
sertanya dalam kegiatan penyusunan
perencanaan dan implementasi program
/proyek pembangunan, dan merupakan
aktualisasi kesedia dan kemauan masyarakat
untuk berkorban dan berkontribusi terhadap
implementasi pembangunan.
Menurut koentjaraningrat (2009:
117), ikatan yang membuat suatu kesatuan
manusia menjadi suatu masyarakat adalah
pola tingkah laku yang khas mengenai
semua faktor kehidupan dalam batas
kesatuan.Lagipula, pola itu harus besifat
mantap dan kontinu. Dengan kata lain, pola
khas itu harus sudah menjadi adat istiadat
yang khas. Warga suatu masyarakat harus
juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa
identitas bahwa mereka memang merupakan
auatu kesatuan khusus yang berbeda dari
kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
1. Partisipasi dalam perencanaan
Segi positif dari partisipasi dalam
perencanaan adalah program-program
pembangunan yang telah direncanakan
bersama sedangkan segi negatifnya
adalah adanya kemungkinan tidak dapat
dihindari pertentangan antar kelompok

dalam masyarakat yang dapat menunda


atau bahkan menghambat tercapainya
keputusan
bersama.Disini
daoat
ditambahkan bahwa partisipasi secara
langsung dalam perencanaan hanya
dapat dilaksanakan dalam masyarakat
kecil, sedangkan untuk masyarakat yang
besar sukar dilakukan.Namun dapat
dilakukan
dengan
sistem
perwakilan.Masalah yang perlu dikaji
adalah apakah yang duduk dalam
perwakilan
benar-benar
mewakili
masyarakat.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan
Segi positif dari Partisipasi dalam
pelaksanaan adalah bahwa bagian
terbesar dari program (penilaian
kebutuhan dan perencanaan program)
telah selesai dikerjakan.Tetapi segi
negatifnya
adalah
kecenderungan
menjadikan warga negara sebagai obyek
pembangunan, dimana warga hanya
dijadikan pelaksana pembangunan tanpa
didorong untuk mengerti dan menyadari
permasalahan yang mereka hadapi dan
tanpa ditimbulkan keinginan untuk
mengatasi masalah.Sehingga warga
masyarakat tidak secara emosional
terlibat dalam program, yang berakibat
kegagalan seringkali tidak dapat
dihindari.
Satropoetro dalam Apriyani (2012:
34), mengemukakan ada tiga buah unsur
penting yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan partisipasi, yaitu :
a. Bahwa partisipasi, keikutsertaan,
keterlibatan
atau
peranserta,
sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan,
lebih dari semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
b. Unsur kedua adalah kesediaan
memberi sesuatu sumbangan kepada
usaha untuk mencapai tujuan
kelompok. Ini berarti, bahwa

terdapat rasa kesukarelaan untuk


membantu kelompok. Seseorang
menjadi anggota dengan segala
nilainya.

mengenai tingkatan partisipasi. Menurut


Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo
(2008:12) membagi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan ke dalam 4 tingkatan,
yaitu :
a) Partisipasi dalam perencanaan yang
diwujudkan
dengan
keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh
mana masyarakat dilibatkan dalam
proses penyusunan dan penetapan
program pembangunan dan sejauh mana
masyarakat memberikan sumbangan
pemikiran dalam bentuk saran untuk
pembangunan.
b) Partisipasi dalam pelaksanaan dengan
wujud nyata
partisipasi
berupa:
partisipasi dalam bentuk tenaga,
partisipasi
dalam
bentuk
uang,
partisipasi dalam bentuk harta benda.
c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang
diwujudkan keterlibatan seseorang pada
tahap pemanfaatan suatu proyek setelah
proyek tersebut selesai dikerjakan.
Partisipasi masyarakat pada tingkatan
ini berupa tenaga dan uang untuk
mengoperasikan dan memelihara proyek
yang telah dibangun.
d) Partisipasi dalam evaluasi, yang
diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan
masyarakat dalam menilai serta
mengawasi kegiatan pembangunan serta
hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan
secara langsung, misalnya dengan ikut
serta dalam mengawasi dan menilai atau
mengawasi kegiatan pembangunan serta
hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan
secara langsung, misalnya dengan ikut
serta dalam mengawasi dan menilai atau
secara tidak langsung, misalnya
memberikan saran-saran, kritikan atau
protes.

c. Unsur
ketiga
adalah
unsur
tanggungjawab. Unsur tersebut
merupakan segi yang menonjol dari
rasa menjadi anggota. Diakui
sebagai anggota artinya ada rasa
(sense of belongingnes).
1. Bentuk
Benntuk
Partisipasi
Masyarakat
Menurut Ndraha (2002:103-104) ada
beberapa bentuk partisipasi, sebagai berikut:
1. Partisipasi dalam/melalui kontak dengan
pihak lain sebagai salah satu titik awal
perubahan sosial;
2. Partisipasi
dalam
memperhatikan
/menyerap dan memberi tanggapan
terhadap informasi, baik dalam arti
menerima
(mentaati,
memenuhi,
melaksanakan), mengiakan, menerima
dengan syarat, maupun dalam arti
menolaknya;
3. Partisipasi
dalam
perencanaan
pembangunan, termasuk pengambilan
keputusan. Perasaan terlibat dalam
perencanaan perlu ditumbuhkan sedini
mungkin di dalam masyarakat;
4. Partisipasi
dalam
pelaksanaan
operasional pembangunan;
5. Partisipasi
dalam
menerima,
memelihara dan mengembangkan hasil
pembangunan;
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan,
yaitu keterlibatan masyarakat dalam
menilai
sejauhmana
pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan rencana
dan
sejauhmana
hasilnya
dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Faktor Pendukung dan Faktor


Penghambat Partisipasi Masyarakat

2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat


Untuk
pengembangan
partisipasi
masyarakat, perlu pemahaman dasar

Ada beberapa faktor yang dapat


mendukung dan menghambat partisipasi
masyarakat
dalam
suatu
program,
Timbulnya
partisipasi
merupakan
ekspresiperilaku manusia untuk melakukan
suatu tindakan, dimana perwujudan dari
perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga
faktor utama yang mendukung, yaitu (1)
kemauan; (2) kemampuan; dan (3)
kesempatan
bagi
masyarakat
untuk
berpartisipasi, Dorodjatin (dalam Slamet,
2003:18).

2.

Objek wisata budaya atau


manusia (human resources): objek ini
lebih
banyak
dipengaruhi
oleh
lingkungan/kehidupan manusia seperti
museum, candi, kesenian, upacara
keagamaan, upacara adat, upacara
pemakaman atau bentuk yang lain.
Contohnya adalah candi Borobudurdan
upacara Rambu Solo.

3.

Objek
wisata
buatan
manusia (man made resources): objek
ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
manusia sehingga bentuknya tergantung
pada kreativitas manusianya seperti
tempat ibadah, alat musik, museum,
kawasan wisata yang dibangun seperti
Taman Mini Indonesia Indah dan kebun

A. B. Konsep pengembangan objek wisata


1. Pengembangan Objek Wisata
Segala sesuatu yang menarik dan
bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut
atraksi atau lazim pula di katakan obyek
wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain
panorama
keindahan
alam
yang
menakjubkan seperti gunung, lembah,
ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari
terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara
dan lain-lain. Di samping itu juga berupa
budaya hasil ciptaan manusia seperti
monumen,
candi,
bangunan
klasik,peningalan purba kala, musium
budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik,
agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya,
peringatan perayaan hari jadi, pertandingan,
atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan
keolahragaan lainnya yang bersifat khusus,
menonjol dan meriah, (Pendit,2002: 20).

binatang.
Menurut Mariotto dalam (Arsyadha
2002: 27) yang merupakan objek dan atraksi
wisata adalah :
1.
Benda-benda yang tersedia
dan terdapat di alam semesta, yang
istilah pariwisata disebut dengan
natural amenities
2.

Hasil cipta manusia (man


made supply)

3. Tata cara hidup (the way of life)


Dalam pengembangan pariwisata di
perlukan strategi pengembangan pariwisata,
adapun strategi pengembangan pariwisata
bertujuan untuk mengembangkan produk
dan pelayanan yang berkualitas, seimbang
dan bertahap.
Beberapa kebijakan pengembangan
pariwisata antara lain :
a) Promosi
Pelaksanaan upaya pemasaran dan
promosi pariwisata harus dilaksanakan
secara selaras dan terpadu, baik dalam
negeri maupun luar negeri.

Sujali
dalam (Sari
2011:
46)
mengemukakan bahwa bahan dasar yang
perlu dimiliki oleh industri pariwisata
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Objek wisata alam (natural resources):
bentuk dari
objek ini
berupa
pemandangan alam seperti pegunungan,
pantai, flora dan fauna atau bentuk yang
lain. Contohnya adalah pantai Kuta,
Tangkuban perahu, dan lain-lain.

b) Aksesibilitas
Merupakan salah satu aspek penting
yang
mendukung
pengembangan
pariwisata, karena menyangkut lintas
sektoral, kemudahan dan keefektifan
mencapai kawasan.
c) Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata
dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan peran serta daerah dan
swasta
dalam
pengembangan
pariwisata.
2) Memperbesar
dampak
positif
pembangunan.
3) Mempermudah
pengendalian
terhadap dampak lingkungan.
d) Wisata Bahari
Merupakan salah satu jenis produk
wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan.Jenis wisata ini memiliki
keunggulan komperatif yang tinggi
terhadap produk wisata sejenis di luar
negeri.
e) Produk Wisata
Upaya untuk menampilkan produk
wisata yang bervariasi dan mempunyai
daya saing yang tinggi.
f) Sunber Daya Manusia
Merupakan salah satu modal dasar
pengembangan pariwisata, sumber
daya
manusia harus memiliki keahlian dan
ketrampilan yang di perlukan untuk
memberi jasa pelayanan pariwisata.
g) Kampanye Nasional Sadar Wisata
UntuK pengembangan kepariwisataan
daerah atau tingkat nasional di kenal
dengan SAPTA PESONA. Sapta
pesona atau yang dikenal dengan istilah
K-7 adalah merupakan tujuh hal yang
harus di siapkan untuk menunjang
kepariwisatan
yakni:
keindahan,
kesejukan, kebersihan, kenyamanan,
keamanan,
keramahtamahan
dan
ketenangan.

Menurut Suryono (2004: 80)


strategi pada prinsipnya berkaitan dengan
persoalan:
Kebijakan
pelaksanaan,
penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan
penentuan
cara-cara
atau
metode
penggunaan sarana-prasarana.
Strategi
selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan,
sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi
juga harus didukung oleh kemampuan untuk
mengantisipasi kesempatan yang ada.
Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya
dalam pengembangan pariwisata daerah,
pemerintah daerah harus melakukan
berbagai upaya dalam pengembangan sarana
dan prasarana pariwisata.
3. Unsur-Unsur Pokok Pengembangan
Pariwisata.
Unsur pokok yang dapat menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan
wisata yang menyangkut perencanaan,
pelaksanaan
pembangunan
dan
pengembangannya meliputi:
A. Atraksi
Atraksi wisata yang baik harus dapat
mendatangkan
wisatawan
sebanyakbanyaknya, menahan merka di tempat
atraksi dalm waktu yang cukup lama dan
memberikan kepuasan kepada wisatawan
yang berkunjung (Soekadijo, 2000: 70).
Atraksi wisata adalah salah satu factor
utama yang menarik wisatawan untuk
datang ke suatu daerah wisata.Yang
termasuk dalam atraksi wisata yaitu.
a. Natural Attraction : terasering sawah,
terumbu karang, pantai, danau, sungai,
pegunungan, cuaca/suhu dan kondisi
geografis lainnya.
b. Cultural Attraction : sejarah dan
warisan budaya, agama, seni kerajinan,
pertunjukan/hiburan, museum, dan pola
pemukiman masyarakat.
c. Social attraction : tingkah laku
masyarakat
dalam
bersosialisasi,
bahasa,
dan
cara/gaya
hidup
masyarakat.

2. Satrategi pengembangan pariwisata


7

d. Built Attraction : bangunan


bersejarah, arsitektur bangunan,
lapangan, kebun, monument, dan
museum. (Yoeti, 2002 : 5)
b. Sarana
Sarana
wisata
merupakan
kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan
wisatawan dalam menikmati perjalanan
wisatanya. Suwantoro (2004: 22).

pengembangan pariwisata yang berbasis


masyarakat. Dari hasil penelitian pola
pengembangan
pariwisata
di
Karimunjawa harus didasarkan pada
prinsip
konservasi,
partiipasi
masyarakat dan ekonomi sejalan dengan
keberadaannya sebagai Taman Nasional
selain itu lebih memperhatikan aspek
keberagaman atraksi wisata.

C. Penelitian Relevan.

3.

1. A. OktamiDewi A. A. P, Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengembangan
Objek Wisata Bahari Di Pulau
Kapoposang Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan, Skripsi. Makassar:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin Makassar,
2013. Tujuan Penelitian adalah (1)
mengetahui pengembangan objek wisata
bahari di Pulau Kapoposang, (2)
mengetahui potensi sosial budaya yang
dimiliki oleh masyarakat dalam
menunjang
pengembangan
wisata
bahari,
(3)
mengetahui
bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan objek wisata bahari.
2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Farikhah Elida (2005) dengan judul
Pola Pengembangan Pariwisata Yang
Berbasis Masyarakat Di Kepulauan
Karimunjawa yang memiliki tujuan
untuk mengidentifikasi potensi obyek
wisata,
atraksi
wisata
dan
pengembangan pariwisata di Kepulauan
Karimunjawa,
menganilisis
pengembangan pariwisata, peranserta
masyarakat dan preferensi wisatawan
domestik
dalam
pengembangan
pariwisata serta menganalisis pola

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni


Susanti (2012) dengan judul Partisipasi
Masyarakat
Lokal
Dalam
Pengembangan Objek Wisata Goa
Tabuhan Sebagai Daerah Tujuan
Wisata (Tourist Destination Area) Di
Desa Wareng Kecamatan Punung
Kabupaten Pacitan. Hasil penelitian
dapat disimpulkan
Goa Tabuhan
merupakan sakah ssatu objek wisata
yang potensial untuk dikembangkan
menjadi Daerah Tujuan Wisata,
Masyarakat memiliki peran strategis
sebagai pelaku usaha pariwisata,
mayarakat
dilibatkan
dalam
pembangunan dan pengembangan Goa
Tabuhan baik dalam perencanaan,
pelaksanaan maupun pemanfaatan, dan
partisipasi masyarakat lokal dalam
pembangunan objek wisata sudah baik
namun belum dapat disebut partisipasi
yang
sesungguhnya
karena
berdasarkan hasil analisis dengan ada
beberapa point yang belum terpenuhi
oleh masyarakat.

4. Mona El Sahawi (2015).Partisipasi


Masyarakat Dalam Pengembangan
Desa Wisata Dan Dampaknya Terhadap
Peningkatan Ekonomi Masyarakat.
Indonesia sendiri memiliki berbagai

potensi daya tarik wisata. Oleh karena


itu, berbagai potensi daya tarik wisata
dikembangkan
agar
masyarakat
mendapat manfaat terkait potensi desa
yang ada dengan menjadikannya
kawasan desa wisata. Desa wisata
merupakan salah satu bentuk penerapan
pembangunan
pariwisata
berbasis
masyarakat
yang
berkelanjutan.
Pengembangan desa wisata yang
berbasis lokal memerlukan kepedulian
dan partisipasi masyarakat sendiri untuk
senantiasa berinovasi dan kreatif dalam
mengembangkan desanya. Selanjutnya,
kegiatan pengembangan desa wisata
dapat memberikan kehidupan yang
standart pada warga setempat melalui
keuntungan ekonomi yang didapat dari
tempat tujuan wisata. Peningkatan
ekonomi dari pengembangan desa
wisata sendiri dapat berupa dampak
langsung dan dampak tidak langsung.
Tulisan
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi konsep partisipasi
masyarakat, pengembangan desa wisata,
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan
desa
wisata,
pengembangan
wisata
terhadap
peningkatan ekonomi, dan menganalisis
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan desa wisata dan
dampaknya
terhadap
peningkatan
ekonomi masyarakat.

Pengembangan objek
Wisata
Berdasarkan diagram diatas maka
dapat dijelaskan bahwa dengan adanya
kebutuhan dalam pengembangan objek
wisata permandian danau mata air wakante,
timbul permasalahan belum berkembangnya
objek wisata permandian danau mata air
wakante, sehingga perlu adanya partisipasi
masyarakat dalam mengembangan objek
wisata permandian danau mata air wakante.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di objek
wisata permandian danau mata air wakante
desa latugho, kecamatan lawa, kabupaten
muna barat. Di pilihnya lokasi Objek Wisata
permandian danau mata air wakante karena
objek wisata tersebut memiliki potensi alam
yang sangat menarik dan unik serta
memiliki nilai jual.
Adapun waktu Penelitian ini dilakukan
selama 3 Bulan, di karenakan banyaknya
data yang akan diambil untuk di analisis
sebagai dasar untuk memberikan informasi
tentang Partisipasi Masayarakat dalam
Pengembangan Objek WisataPermandian
Danau Mata Air Wakantee.

E. Kearangka pikir

B . Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
metode
penelitian
yang
bertujuan
memecahkan
masalah-masalah
yang
dihadapi saat ini, kemudian data tersebut
dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dianalisis
dengan memaparkan suatu keadaan yang
terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan
setiap variabel yang diteliti.

Partisipasi
Masyarakat

Objek Wisata Permandian


Danau Mata Air Wakante

C. Informan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan


permasalahan yang ada, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Teknik Observasi.
2. Wawancara (Interview)
3. Dokumentasi.

Adapapun informan dalam peelitian ini


yaitu :
a. Kepala dinas pariwisata muna barat
(Drs. Abdul Nasir Kola. M.Si).
b. Masyarakat ( la ode kaimudin, la ode
sagala, junida S.Pd, wa mini, wa nana,
la andri,)
c. Kepala desa (La Ode Baru)
d. Pengunjung (, wiji, ilmin).

G. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini
akan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif dengan cara
mengumpulkanhasil observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Data yang
terkumpul
kemudian
diklasifikasikan
(dikelompokkan) berdasarkan permasalahan
penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis
deskripsi terhadap data yaitu memaparkan
data yang telah ditafsir kedalam bentukbentuk paparan kebahasaan sesuai dengan
kenyataan yang dijumpai dilapangan tentang
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan Objek Wisata Permandian
danau mata air Wakante, Desa Latugho,
Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat

D. Fokus Penelitian
Adapun yang mejadi fokus dalam
penelitian ini adalah partisipasi masyarakat
dalam
pengembangan
objek
wisata
permandian danau mata air wakante

E. Jenis dan Sumber Data


a. Data Primer
Data primer adalah sumber data
yang langsung diperoleh dari lapangan
penelitian.Data ini diperoleh melalui
wawancara bersama informan untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
partisipasi
masyarakat
dalam
pengemangan objek wisata permandian
danau mata air wakantee desa latugho,
kecamatan lawa, kabupaten muna barat.
b. Data Sekunder
data sekunder yang dimaksud disin
adalah data-data yang didapat dari
sumber seperti foto, atau rekaman yang
terkait dengan data dalam penelitiann ini.
Peneliti menggunakan data sekunder
untuk memperkuat penemuan-penemuan
dan melenggkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui wawancara dengan
informan-informan yang terkait dalam
penelitian ini.

H. Teknik Pengecekan Keabsahan Data


Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a. Keikutsertaan
peneliti
sebagai
instrumen (alat) tidak hanya dilakukan
dalam waktu yang singkat, tetapi
memerlukan
perpanjangan
keikut
sertaan peneliti seingga memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data
yang
dikumpulkan
perpanjangan
pengamatan ini dilakukan 1 bulan.
Hal ini dilakukan peneliti untuk
memperdalam hasil penelitian dengan
mengecek kembali kebenaran data
dilapangan.
b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding.

F. Teknik Pengumpulan Data

10

Teknik yang paling banyak dilakukan


ialah pemeriksaan terhadap sumbersumber lainnya. Kecukupan referensi
yakni bahan-bahan yang tercatat dan
terekam dapat digunakan sewaktuwaktu
diadakan
analisis
dan
interpretasi. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan 2 teknik
triangulasi
dengan
menggunakan
sumber adalah membandingkan apa
yang dikatakan informan yang satu
dengan informan yang lain. Dan
triangulasi dengan menggunaan metode
yaitu mengecek kebenaran data yang
diperoleh
melalui
wawancara
mendalam dan dokumentasi.

agrowisata
dan
wisata
sejarah.
Pengembangan agrowisata didaerah ini
ditunjang oleh banyaknya perkebunan yang
ada di wilayah kecamatan Tiworo
Kepulauan. Selain agrowisata di Kabupaten
Muna Barat juga banyak tempat bersejarah
untuk wisata sejarah, diantaranya adalah
benteng-benteng tua di wilayah Kecamatan
Tiworo Kepulauan
2. Desa Latugho
a. Data administratif
Desa latugho merupakan salah satu
desa yang berada dibawah administrasi
Pemerintah Kecamatan lawa Kabupaten
Muna Barat
Provinsi Sulawesi
Tengaara. Desa latgho memiliki luas
wilayah 518 Ha dan juga terbagi 2
dusun dengan ketinggian 200 M dari
permukaan laut. Adapun batas-batas
wilayah desa latugho adalah sebagi
berikut.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL


PENELITIAN

A. Gambaran
Penelitian

Umum

Lokasi

1. Kabupaten Muna barat


Kabupaten Muna Barat atau
disingkat Mubar merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara,
hasil pemekaran dari Kabupaten Muna pada
pertengahan tahun 2014. Ibukota Kabupaten
Muna Barat terletak di Laworo, Kecamatan
Sawerigad dengan dengan laus wilayah
1022,89km2. Letak geografis kabupaten
muna barat terletak di daerah kepulauan
sulawesi teanggara dengan batas-batas
sebagai berikut:
-

Sebela utara desa barangka


Sebela selatan desa watumela
Sebela timur desa sawerigadi

Sebela barat kelurahan wamelai.

b. Penduduk
Berdasarkan hasil sensus tahun
2014, jumlah penduduk desa latgho
yang terdiri dari :
-

Laki - laki sejumlah 692 orang


Perempuan sejumlah 754 orang
Dengann demikian jumalah total
penduduk desa latugho adalah 1446
orang dengan jumlah kepala
keluarga 386 KK.

utara berbatasan dengan konawe selatan


timur berbatasan dengan kabupaten
muna
selatan berbatasan dengan kabupaten
mmuna
barat berbatasan dengan kabupaten B. Sejarah Berkembangnya
bombana
Danau Mata Air Wakante

Permandian

Dulu wakante adalah sebuah laa balano


sebagai tempat rendam kolope (ubi hutan),
yang dimaksud disini adalah sebagai tempat
untuk menghilangkan racun yang ada pada

Pariwisata
Kabupaten Muna Barat merupakan
daerah potensial untuk pengembangan
11

ubi hutan dan kemudian bisa dijadikan


makanan pokok mereka. Permandian danau
mata air wakante juga memiliki mata air
yang jernih yang dulu dijadikan sebagai
tempat untuk mengambil air masyarakat
untuk kebutuhan hidup, baik itu untuk di
minum, dan juga untuk pake memasak.
Yang memnfaatka air ini bukan hanya dari
masyarkat setempat atau masyarakta dari
desa la tugho saja, tetapi juga masyarakat
dari kampung lama, seperti masyarakat dari
kampung watumela, wa lelei, dan gusi.

pimpinan defenitif yang mempunyai


wewenang untuk membangun segala
sektoral yang ada di muna barat yang salah
satunya bidang pariwisata. Saat ini
pemerintah ataupun kebijakan anggaran
yang ada di muna barat di tujukan pada
pembangunan infrastruktur dasar, seperti
pembangunan jalan dan juga perkantoran.
Sehingga sampe saat ini objek wisata
permandian danau mata air wakante belum
mendapat perhatian yang lebih dari
pemerintah tetapi sudah masuk dalam
perencanaan pembangunan yang akan
dikembangkan oleh pemerintah pada 2017.

Permandian danau mata air wakante


mulai
dikembangkan
dari
sebelum
kabupaten muna barat dimekarkan dari
kabupaten muna, yaitu pada tahun 2010 oleh
mayarakat yang mendapat bantuan dari
PNPM
melalui
lembaga
swadaya
masyarakat (LSM) yang pada saat itu
diketuai langsung La Ode Baru yang
sekarng menjabat sebagai kepala desa
latugho. pengembangan Wakante yang
memiliki volume 190 225 120 0.30M,
dengan
anggaran
285.827.600,
dari
anggaran tersebut telah dibagnun tanggultanggul samping wakante, gajebo, wc,
kolam renang mini bagi anak-anak ,dan juga
tempat peristirahatan yang biasanya
digunkan untuk tempat seminar dan juga
tempat dialog. Dengan keberhasilan
pembangunan itu menjadikan pembangunan
yang sukses bagi objek wisata disulawesi
tenggara kabupaten muna pada periode
2009-2010 dan turun langsug ditinjau oleh
bank dunia, ( hasil wawancara bersama la
ode baru 6 mei 2016).

C.

Kunjungan wisatawanan.

Kunjungan wisatawan objek wisata


permandian danau mata air wakante dapat
dilihat dari pemasukan uang kas desa
latugho dari hasil penagihan uang masuk,
selama satu minggu yaitu idul fitri dan idul
adha dari tahun 2014-2016. Dari tahun
ketahun jumlah wisatawan yang datang
berkunjung pada objek wisata permandian
danau mata air wakante setiap tahunnya
selalu meningkat.
1. Jumlah kunjungan wisata
Kunjungan wisatawan pada
objek wisata permandian danau mata air
wakante sangat pesat. semenjak adanaya
pembangunan objek wisata permandian
danau mata air wakante pada tahun
2012, objek wisata ini menjadi salah
satu objek wisata yang banyak diminati
wisatawan lokal jika dihari-hari libur,
melonjaknya pengunjung dapat dilihat
dihari-hari libur lebaran idul fitri dan
lebaran idul adha, lebaran idul fitri lebih
banyak pengunjung dari pada lebaran
idul adha, dikarenakan jika lebaran idul
fitri banyak orang pulang kampung
untuk berlibur, sedangkan jika hari
lebaran idul adha tidak banyak yang
pulang kampung untuk berlibur. Jumlah
kumjungan wisata yang berkunjung

Dalam pengembangan permandiann


danau mata air wakante Pemerintah
kabupaten muna barat belum berperan aktif
dalam pembangunan ataupun dalam
pengembangan objek wisata wakante, di
karenakan kabupaten muna barat merupakan
daerah otonom baru yang belum lama mekar
yaitu pada tahun 2013 kemarin. Di sampig
itu juga muna barat belum mempunyai

12

pada objek wisata permandian danau


mata air wakante Dapat dilihat dan
diperkirakan dari penagihan uang masuk
selama satu minggu setelah lebaran idul
fitri dan idul adha pada tahun 2014,
tahun 2015 dan tahun 2016. Pada tahun
2014 mencapai 5.200.000 rupiah,
sementara lebaran idul adha hanya
mencapai 2.700.000 rupiah. Dengan
demikian bisa diperkirakan pengunjung
pada tahun 2014 pada saat lebaran idul
fitri mencapai 1.733 orang dalam 1
minggu setelah lebaran, sementara pada
saat lebaran idul adha 2014 pengunjung
hanya mencapai 900 orang dalam 1
minggu setelah lebaran.
Pada lebaran idul fitri tahun
2015 pemasukan kas desa bertambah
menjadi
6.200.000
ribu
rupiah
sedangkan pemasukan uang kas desa
pada saat idul adha 2015 sedikit
meningkat yaitu 2.800.000 ribu rupiah.
ini menggambarkan bahwa pengunjung
pada saat idul fitri 2015 sekitar 2.066
orang dalam satu minggu setelah
lebaran, sedangkan pengunjung pada
saat idul adha 2015 sebanyak 933 orang
satu minggu setelah lebaran.
Pada idul fitri tahun 2016
pemasukan kas desa sedikit meningkat
lagi yaitu 6.800.000 ribu rupiah,
sedangkan pemasukan uang kas desa
idul adha 2016 hanya mencapai
2.300.000 ribu rupiah. Dalam hal ini
pengunjung idul fitri 2016 kembali
meningkat yaitu sebanyak 2.266 orang
dalam satu minggu setelah lebaran,
sedangkan pada lebaran idul adha 2016
pengunjung hanya sekitar 766 orang
satu minggu setelah lebaran.
2. Menambah Pendapatan Desa

masyarakat dan pemerintah desa. Sementara


pemerintah daerah belum berpartisipasi
dalam
pengembangan
objek
wisata
permandian danau mata air wakante.
Sehingga dengan demikian pengeolaan
objek wisata permandian danau mata air
wakante dikelola oleh pemerintah desa dan
masyarakat.
3. Kreatifitas masyarakat untuk menarik
minat pengunjung
D. Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan
Objek
Wisata
Permandian Danau
Mata Air
Wakante
1. Keterlibtan masyrakat pada masingmasing tahap partisipasi dalam
pengembangan
objek
wisata
permandian danau mata air wkante
a. Partisipasi Masyarakat Dalam
Perencanaan
Pengembangan
Objek Wisata
Hasil observasi peneliti, partisipasi
dalam perencanaan pengembangan objek
wisata permandian danau mata air wakante
yaitu unntuk tujuan jangka panjang dan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang
ingin
dicapai
dalam
perencanaan
pengembangan permandian danau mata air
wakante adalah sebagai salah satu objek
wisata unggulan dan untuk jangka pendek
sebagai objek wisata berkembang yang
dapat meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat setempat serta bisa
menambah
pendapatan
daerah
dan
masyarakat.
objek wisata permandian danau mata air
wakante
belum
diperhatikan
secara
langsung oleh pemerintah daerah, tetapi
masi dalam tahap perencanaan pemerintah,
sebagai salah satu objek wisata yang akan
dikembangkan pemerintah unutk menjadi
objek wisata unggulan yang bisa menambah
dari pada PAD kabupaten muna barat.

Dalam partisipasi masyarakat dalam


pengembangan objek wisata permandian
danau mata air wakante, yang berperan
penting dalam pengembangan objek wisata
permandian danau mata air wakante adalah
13

b.

Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pelaksanaan Pengembangan Objek
Wisata Permandian Danau Mata Air
Wakante

1.
2.
3.
4.

dalam
pembangunan
objek
wisata
permandian danau mata air wakante yang
diwujudkan
melalui
keikut
sertaan
masyarakat dalam memberikan bantuan
dalam bentuk tenaga. Sedangkan keterlibtan
masyarakat dalam memberikan bantuan
dalam bentuk sumbangan dana atas dasar
kemauan dari masyarakat yang melalui
kesepakat dalam rapat. Masayarakat juga
ikut berpartisipasi dalam mencari anggaran
melalui kelompok masayarakat yang
dimotori
oleh
Lembaga
swadaya

Partisipasi dalam bentuk tenaga


Partisipasi dalam bentuk uang.
Sumber Dana Dari Masyarakat.
Dana dari luar masyarakat

c. Partipasi
Masyarakat
Dalam
Pemanfaatan Pengembangan Objek
Wisata Permandian Danau Mata Air
Wakante

masayarakat (LSM).
2. Faktor
penghmabt
partisipasi
masayarakat dalam pengembangan
objek wisata permandian danau mata
air wakante

1. Tersedianya Lapangan Kerja


2. PeningkatanPendapatan
Masyarakat.

a. Faktor internal
Berdasarkan hasil temuan penelitian,
pengetahuan dan wawasan masyarakat
yang masih terbatas juga merupakan
hambatan dalam pengembangan objek
wisata permandian danau mata air
wakante. Selain itu masayarakat pada
umumnya belum paham dengan peran
serta mereka dalam pengembangan
objek wisata permandian danau mata
air
wakante.
Dengan
demikian
masyarakat hanya melakukan sesuatu
yang mereka bisa, dikarenakan tidak
mempunyai wawasan yang luas tentang
bagaiman langkah-langkah yang baik
dalam pengembangan objek wisata
yang sebenarnya.
b. Faktor eksternal
Hambatan-hambatan dari luar
masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam pengembangan objek wisata
adalah, berdasarkan hasil penelitian
hambatan
yang
dialami
oleh
masyarakat dalam berpartisipasi dalam
pengembangan
objek
wisata
permandian danau mata air wakante
yaitu ketidak pahaman masyarakat
dalam pengembangan objek wisata

d. Bentukbentuk
partisipasi
masyarakat dalam pengembangan
objek
wisata permandian danau
mata air wakante.
a. Keterlibatan Masayarakat Menjaga
Kebersihan lingkungan objek wisata
b. Keterlibatan Masyarakat Menjaaga
Keamanan lingkungan objek wisata
e. Factor Pendukung Dan Faktor
Penghambat Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengembangan Objek Wisata
Permandian Danau
Mata Air
Wakante
1. Factor pendukung partisipasi
masyarakat dalam pengembangan
objek wisata permandian danau

mata air wkante


Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan informan, penelitian tergambar
bahwa masyarakat didesa latugho umumnya
ikut berpartisipasi dalam pembangunan
objek wisata permandian danau mata air
wakante jika mereka merasa aktifitas itu
penting. Pada dasarnya masyarakat sudah
memiliki keamauan/keinginan untuk terlibat
14

yang
baik,
yang
dikarenakan
pemerintah belum berpartisipasi secara
aktif dalam pengembangan objek
wisata permandian danau mata air
wakante,
sehingga
partisipasi
masyarakat untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki objek
wisata permandian danau mata air

masyarakat
dalam
menfasilitasi
pengembangan objek wisata yang ada
dikabupaten muna barat yang terkhusus
objek wisata permandian danau mata air
wakante, karna kabupaten muna barat
memiliki potensi yang besar untuk
dijadikan sebagai pusat pariwisata
nasional yang salah satunya di desa
latugho dengan objek wisatanya
permandian danau matai air wakante.
2. Bagi masyarkat desa latugho, agar tetap
menjaga
dan
meningkatkan
pengembangan objek wisata danau mata
air wakante, untuk menjadi salah satu
aicon pariwisata kabupaten muna barat.
3. Bagi penulis diharapkan, setelah
penulisan ini bisa bekerja sama dengan
masyarkat atau dengan pemerintah
daerah untuk bisa merekomendasikan
objek wisata-objek wisata yang ada
dikabupaten muna barat dan terkhusus
permandian danau mata air wakante,
agar dikemudian hari bukan hanya
masyarakat yang berperan aktif dalam
penngembangann
objek
wisata
permandian danau mata air wakante
tetapi juga pemeritah daerah bisa ikut
ambil bagian dalam pengembangannya.

wakante masi terbatas.


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penenlitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dimpulkan bahwa:
1. Partisipasi
masyarakat
dalam
pengembanan objek wisata permandian
danau mata air wakante terdapat
beberapa poin penting yaitu, tahapantahapan dalan paritisipasi, bentukbentuk
partisipasi,
dan
faktor
pendukung dan penghambat dalam
patisipasi masyarakat.
2. Dalam menunjang pariwisata kabupaten
munna barat, objek wisata permandian
danau mata air wakante membawa
pengaruh yang positif, terbukti dengan
adanya objek wisata permandian danau
mata air wakante sudah beberapa kali
dihadiri oleh wisatawan mancanegara,
bahkan
masuk
dalam
kalender
pariwisata internasional karna adanya
atraksi perkelahian kudanya. Untuk
masyarakat kabupaten muna barat yang
terkhusus masyarakat desa latugho
dengan adanya objek wisata permandian
danau mata air wakante bisa
mengangkat
taraf
perekonomian
masyarakat desa latugho dan juga bisa
menambah pendapatan daerah (PAD),
dan uang kas desa latugho.
A. Saran
Adapun yang
menjadi saran dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagi pemerintah pusat atau pemerintah
daerah
agar bekerjasama dengan

DAFTAR PUSTAKA
Abe, Alaxander. 2002. Perencanaan Daerah
Partisipatif, Solo: Pondok.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan
Perdesaan dan Perkotaan. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Apriyani,
Rini.
2012.
Partisipasi
Masyarakat Dalam pelestarian
Hutan Mangrove Di Desa Eretan
Kulon Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Arsyadha, Gita Alfa. 2002. Kajian Prospek
Dan Arahan Pengembangan Atraksi
Wisata Kepulauan Karimunjawa
Dalam
Perspektif
Konservasi.

15

Jurusan Perencanaan Wilayah Dan


Kota Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
Aziz, Azril. 2003. Kajian Pengembangan
Pariwisata Bahari Di Kelurahan
Pulau
Kelapa
Kecamatan
Kepulauan
Seribu
Utara,
Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Program Pasca Sarjana,
Institusi Pertanian Bogor.
Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi.
Jakarta: Kencana 2009
H. Oka A. Yoeti. Drs., MBA. 2002.
Perencanaan Strategis Pemasaran
Daerah Tujuan Wisata. Penerbit PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Husaini Usman, Purnama Setiady Akhbar.
2004. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan
Partisipatoris
Berbasis
Aset
Komunitas: dari Pemikiran Menuju
Penerapan, Depok: FISIP IU Press.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta .
Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi
Nelayan terhadap Pengelolaan
kawasan Konservasi Laut Kota
Batam. Program Pasca sarjana
Manajemen Sumberdaya Pantai
Universitas Diponegoro, Semarang.
M, Manullang. 2006.
Manajemen
Personalia. Jakarta : PT. Ghalia
Indonesia.
Mastur,
Maslia.
2003.
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Proses
Pengambilan
Keputusan
Pembangunan Fisik Kelurahan
Pisang Candi Kecamatan Sukun
Malang.
Jurnal
penelitian
Universitas Merdeka Malang Vol.
xv No.2 2003. ISSN : 1410-7295.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi
Penelitian Kualitatif, Penerbit PT

Remaja
Rosdakarya
Offset,
Bandung.
Ndraha, Taliziduhu. 2002. Pembangunan
Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Nyoman S. Pendit. (2002). Ilmu Pariwisata
Sebuah
Pengantar
Perdana.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Purnamasari, Irma. 2008. Studi Partisipasi
Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan
Di
Kecamatan
Cibadak Kabupaten Sukabumi.
Program Pascasarjana Universitas
Diponeoro, Semarang.
Pendit, S.Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata,
Sebuah Pengantar Perdana.
Poerwadarminta, W.J.S. 2002. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar.
2000: 46-47. Pariwisata.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS
Statistik Parametrik, Jakarta: PT.
Elex Media
Komputindo,
Kelompok Gramedia.
Sari, Dewi Kusuma. 2011. Pengembangan
Pariwisata Obyek Wisata Pantai
Sigandu
Kabupaten
Batang.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Siregar. I. 2001, Tesis Penanggulanagn
kemiskinan melalui pemberdayaan
masyarakat nelayan, Universitas
Indonesia, Depok.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif
dan
Kualitatif.
CV.Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sunarti,

16

2003. Partisipasi Masyarakat


Dalam Pembangunan Perumahan
Secara Kelompok. Jurnal Tata Loka,
Semarang: Planologi UNDIP.

Suwantoro,
G.
2004.
Dasar-Dasar
Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
ANDI Offset.
Sembodo,
Heru.
2006.
Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan
Desa. Universitas Barawijaya.
Malang.

17

Anda mungkin juga menyukai