Anda di halaman 1dari 177

PENGEMBANGAN DESA WISATA KAMPUNG JAWI DI

KECAMATAN GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nanda Eva Triyatna

16220028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN

KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Sebaik-baiknyaa orang jadilah Orang yang bermanfaat bagi orang lain dan

sebaik-baiknya Ilmu yang Kita dapatkan gunakanlah dengan bijak’’

Persembahan :

Puji syukur persembahkan kepada Allah SWT Tuhan yang maha Esa,

berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat mempersembahkan skripsi ini kepada

Almamater tercinta, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial dan Keolahragaan

(FPIPSKR), Universitas PGRI Semarang sebagai tempat menempuh pembelajaran

ilmu.

iv
v
ABSTRAK

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi


pengembangan desa wisata Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati, Kota
Semarang. Kampung Jawi adalah satu diantara banyak kampung tematik di Kota
Semarang yang mengangkat potensi kebudayaan Jawa dalam pengembangannya
sebagai tempat wisata. Kampung Jawi sekarang masih berada pada tahap awal
dalam perkembangan menjadi desa wisata. Berbagai kendala yang dihadapi
Kampung Jawi diantaranya tidak meratanya pengunjung yang datang dan
kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang berakibat pada kurangnya
pengawasan terhadap wisatawan yang datang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitati deskriptif.


Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan random
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain observasi lapangan,
wawancara dan kuesioner yang dilakukan pengelola Kampung Jawi dan 100
pengunjung. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan untuk strategi SO perlu meningkatkan


kualitas pelayanan terhadap wisatawan, menigkatkan variasi produk penunjang
wisata, meningkatkan dan mempertahankan daya tarik wisata, meningkatkan
promosi dengan menggunakan media internet seperti IG, Facebook, Website dan
Twitter. Sedangkan strategi ST perlu mengembangkan atraksi-atraksi lokal yang
menarik, dibuat Early Warning System (EWS), menawarkan produk-produk
wisata lokal yang berkualitas, meningkatkan Key Person agar dapat
mempertahankan budaya lokal. Strategi WO perlu peningkatan kualitas SDM
terutama di bidang pariwisata, Mengubah mindset masyarakat Kampung Jawi
menjadi masyarakat pariwisata, penambahan fasilitas wisata yang disesuaikan
dengan aspek lingkungan dan peningkatan promosi wisata yang menarik.
Sedangkan strategi WT perlu peningkatan kualitas SDM terutama di bidang
pariwisata, Mengubah mindset masyarakat kampung jawi menjadi masyarakat
pariwisata, penambahan fasilitas wisata yang disesuaikan dengan aspek
lingkungan, peningkatan promosi wisata yang menarik.

Kata Kunci: Analisis SWOT, Kampung Jawi, Strategi Pengembangan

vi
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the development strategy of the
Kampung Jawi tourism village in Gunung Pati District, Semarang City. Kampung
Jawi is one of the many thematic villages in the city of Semarang which raises the
potential of Javanese culture in its development as a tourist spot. Kampung Jawi
is still at an early stage in its development into a tourist village. The various
obstacles faced by Kampung Jawi include the unequal number of visitors who
come and the lack of human resources (HR) which results in a lack of supervision
of visiting tourists.

The research method used is descriptive qualitative method. The sampling


technique used purposive sampling and random sampling. The research
instruments used included field observations, interviews and questionnaires
conducted by the managers of Kampung Jawi and 100 visitors. The analysis tool
used is the SWOT analysis.

The results showed that the SO strategy needed to improve the quality of
service to tourists, increase the variety of tourism support products, increase and
maintain tourist attraction, increase promotion using internet media such as IG,
Facebook, Website and Twitter. Meanwhile, the ST strategy needs to develop
attractive local attractions, create an Early Warning System (EWS), offer quality
local tourism products, increase the Key Person in order to maintain local
culture. The WO strategy needs to improve the quality of human resources,
especially in the tourism sector, change the mindset of the people of Kampung
Jawi to become a tourism society, add tourist facilities that are adapted to
environmental aspects and increase attractive tourism promotions. While the WT
strategy needs to improve the quality of human resources, especially in the field of
tourism, change the mindset of the Jawi village community to become a tourism
society, add tourist facilities that are adapted to environmental aspects, increase
attractive tourism promotions.

Keywords: SWOT analysis, Kampung Jawi, Development Strategy

vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha
Esa, karena ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat
kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Keolahragaan Universitas PGRI Semarang.
Terselesaikanya penulisan skripsi ini tidak dapat dilepaskan dari
dukungan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Muhdi SH., M. Hum, selaku Rektor Universitas PGRI Semarang.
2. Dr. Agus Sutono, S. Fil., M. Phil, selaku Dekan FPIPSKR.
3. Novika Wahyuhastuti, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi.
4. Dr. Endang Wuryandini, M. Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pelajaran yang berharga kepada saya.
5. Dr. Oktaviani Adhi S, S.Pd., M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan pelajaran yang berharga kepada saya.
6. Valdyan Drifanda, S.Pd.,M.Pd, selaku penguji utama yang telah memberikan
kesempataan untuk mempertanggung jawabkan hasil penulisan skripsi.
7. Bapak Tri dan Ibu Iin serta adik tersayang Atikah yang tidak henti
memberikan do’a, dukungan, dan semangat.
8. Seluruh anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Kampung Jawi
Kota Semarang yang berkontribusi dalam penelitian ini.
9. Masyarakat Kampung Jawi yang berperan dalam terselesaikanya penelitian
ini.
10. Teman-teman organisasi HIMANOMI,DPM dan PMII yang telah
memberikan banyak pengalaman tentang organisasi.
11. Sahabat saya Febrianita, Nurul Isnaeni, Nur lita Senja terimakasih telah
bersedia memberi bantuan serta dukungan saat saya membutuhkan, dan
bersedia membantu dalam penulisan skripsi.
12. Nur Kholis yang selalu memberikan dukungan serta membantu terkait
pengerjaan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

viii
13. Teman-teman "skripsisquad (Febrianita Prawesti, Nurul Isnaeni,Nur lita
Senja,Nur Kholis)" yang selalu memberikan do’a, dukungan dan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas, akademisi, serta khususnya untuk masyarakat kampung pelangi
Semarang.

Semarang, November 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................6
C. Rumusan Masalah.........................................................................................6
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................10
A. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu..............................................................10
B. Landasan Teori...........................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................53
A. Jenis penelitian............................................................................................53
B. Setting Penelitian........................................................................................53
C. Fokus Penelitian..........................................................................................54
D. Sumber Data................................................................................................55
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..................................................56
F. Keabsahan Data...........................................................................................59
G. Teknik Analisis Data...................................................................................60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................69

x
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian.............................................................69
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data..............................................................86
C. PEMBAHASAN.........................................................................................92
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................112
A. Kesimpulan...............................................................................................112
B. Saran..........................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................115

xi
DAFTAR

Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Domestik dan Wisatawan Mancanegara

Kampung Jawi Tahun 2019.....................................................................4

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu...................................................................20

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara.............................................................................55

Tabel 3.2 Matrik Faktor Strategi Internal (MFSI) Kampung Jawi........................63

Tabel 3.3 Matrik Faktor Strategi Eksternal (MFSE) Desa Wisata Kampung

Jawi........................................................................................................65

Tabel 4.1 Jumlah penduduk...................................................................................73

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan................................................................................74

Tabel 4.3 Susunan Pengurus Kelompok Sadar Wisata Kampung Jawi.................76

Tabel 4.4. Evaluasi Kualitas Desa Wisata Kampung Jawi....................................87

Tabel 4.5.Kepuasan Pengunjung............................................................................89

Tabel 4.6 Evaluasi Loyalitas Wisatawan...............................................................91

Tabel 4.7 IFAS Kampung Jawi..............................................................................93

Tabel 4.8 EFAS Kampung Jawi...........................................................................101

Tabel 4.9 Matriks SWOT (Penentuan Strategi)...................................................105

x
DAFTAR

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT...................................................................61

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Sukorejo....................................................................70

Gambar 4.2 Gamelan.............................................................................................77

Gambar 4.3 Angklung...........................................................................................78

Gambar 4.4 Tek-tek................................................................................................78

Gambar 4.5 Seni Tari.............................................................................................79

Gambar.4.6 Seni Lukis...........................................................................................79

Gambar. 4.7 Kartinian...........................................................................................80

Gambar 4.8 Agustusan..........................................................................................81

Gambar 4.9 Memetri Kampung Jawi.....................................................................81

Gambar 4.10 Angkringan Kampung Jawi..............................................................82

Gambar 4.11 Gang Jamu........................................................................................83

Gambar 4.12 Olahan Singkong..............................................................................84

Gambar 4.13 Kacang ijo ketan ireng.....................................................................84

Gambar 4.14 Tempat Ibadah..................................................................................85

Gambar 4.15 MCK.................................................................................................85

Gambar 4.16 Lapangan Parkir...............................................................................85

xi
DAFTAR

Lampiran 1 Laporan Jumlah Pengunjung Kampung Jawi 2019-2020.................119

Lampiran 2 Laporan Keuangan............................................................................120

Lampiran 3 Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata............121

Lampiran 4 Transkip Wawancara........................................................................122

Lampiran 5 Lembar Observasi............................................................................139

Lampiran 6. Kuosioner Evaluasi Kualitas Desa Wisata Kampung Jawi.............141

Lampiran 7 Musholla dan MCK..........................................................................148

Lampiran 8 Dokumentasi.....................................................................................149

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Judul...............................................................158

Lampiran 10. Lembar Persetujuan Proposal........................................................159

Lampiran 11. Surat Ijin Penilitian........................................................................160

Lampiran 12. Lembar Persetujuan Observasi......................................................161

Lampiran 13. Lembar Penyelesain Bimbingan....................................................162

xi
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keanekaragaman di

sektor pariwisata yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain, diantaranya

alam yang indah, peninggalan sejarah yang sangat menarik, keunikan budaya

dan berbagai suku bangsa yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata

(Wikipedia, 2020). Pada saat ini setiap daerah berlomba-lomba untuk

mengembangkan daerahnya sehingga memiliki daya tarik pariwisata untuk

dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara agar wilayahnya dapat

dikenal banyak orang dan diharapkan dapat mendongkrak perekonomian

masyarakat sekitar menjadi lebih maju. Seluruh kota di Indonesia masing-

masing memiliki potensi keanekaragaman pariwisata antara lain obyek wisata

alam seperti pantai, gunung, hutan, danau, kawah, air terjun, dll; wisata

budaya/religi seperti makam para wali, makam para tokoh bangsa, candi–

candi bangunan peninggalan yang sarat akan sejarah, dll; dan wisata buatan

seperti waduk, pemancingan, taman bermain, desa wisata, dll yang

mempunyai daya tarik wisatawan domestik/luar negeri untuk dikunjungi.

Salah satu kota yang sedang mengembangkan potensi pariwisata adalah Kota

Semarang.

Kota Semarang memiliki destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan

baik dari domestik maupun mancanegara. Kota Semarang memiliki tiga

1
2

keunggulan dalam hal pariwisata yaitu alam yang sangat bagus seperti Pantai

Marina, Goa Kreo dll; atraksi yang keren seperti kegiatan-kegiatan budaya

dan eksposisi seni yang meliputi seni tari, seni drama, seni musik; dan sejarah

yang luar biasa seperti Lawang Sewu, Kota Lama, dll. (RMOLJATENG,

21/01/2019) Berdasarkan hasil riset yang dirilis google tentang analisis tren

penelusuran industri perjalanan yang dicari oleh warga net melalui mesin

pencarian, Semarang menempati urutan ketujuh sebagai daerah yang paling

sering dicari oleh wisatawan nusantara. Tingginya pencarian tersebut sebagai

cerminan tingginya minat wisatawan untuk datang ke Semarang (Suara

Merdeka, 03/01/19).

Kota Semarang terus berupaya menggeser citranya dari kota industri

menjadi kota perdagangan dan jasa yang fokus pada sektor pariwisata.

Pemerintah Kota Semarang berkomitmen untuk membuat suatu hal yang baru

sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisatawan domestik maupun

mancanegara. Salah satu bukti komitmen tersebut dapat dilihat pada

keseriusan pemerintah Kota Semarang untuk membuat sebuah desa wisata

berbasis budaya Jawa di Kota Semarang (Suara Merdeka, 26/12/2018).

Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata, perlu peran penting

dari Sumber Daya Manusia (SDM) dari desa tersebut dalam mempertahankan

pelestarian alam yang masih asli. Masyarakat desa hendaknya harus ikut

berperan dalam memberikan pelayanan dengan baik kepada wisatawan yang

hadir di desa tersebut. Untuk mengubah suatu masyarakat menjadi

masyarakat pariwisata itu bukanlah hal yang mudah. Tujuan dari


3

diciptakannya desa wisata ini adalah sebagai sarana edukasi pengenalan,

pelestarian alam dan lingkungannya bagi para siswa dan wisatawan baik

domestik maupun mancanegara. Dengan begitu diharapkan dengan

berkunjung ke desa wisata tidak hanya sekedar refreshing tetapi juga

mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan dan budaya.

Setiap desa wisata memiliki keunikan masing-masing sebagai daya tarik

utamanya. Di Kota Semarang terdapat 31 kampung yang dijadikan kampung

tematik sebagai desa wisata. Salah satunya Kampung Jawi yang terletak di

Kalialang Lama RT 02 RW 01 Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati,

Kota Semarang. Kampung Jawi didirikan pada tahun 2016 sebagai salah satu

kampung tematik Kota Semarang. Kampung Jawi didirikan dengan niatan

untuk nguri-uri budaya Jawi yang didalamnya terdapat banyak kegiatan-

kegiatan seni budaya yang terus dikembangkan. Pemberdayaan ekonomi

masyarakat semakin terarah dengan peran serta pemerintah Kota Semarang

dalam mengadakan pelatihan pariwisata, UMKM dan pemasaran melalui

media sosial.

Pemerintah Kota Semarang sangat berperan dalam pemasaran dan info-

info kegiatan Kampung Jawi kepada seluruh warga Semarang. Banyak event

pemerintah kota Semarang yang diadakan di Kampung Jawi seperti

diadakannya upacara unik dengan seribu obor untuk memperingati HUT

Kemerdekaan RI pada 18 Agustus 2019 beberapa waktu yang lalu

(Ayosemarang.com, 18/08/2019). Ide dibentuknya Kampung Jawi atas dasar

keresahan masyarakat dengan kondisi generasi muda saat ini. Banyak anak
4

muda saat ini yang tidak mengenal dan mencintai budaya Jawa. Kampung

Jawi didirikan dengan tujuan agar masyarakat setempat mengenal kembali

budaya-budaya atau kearifan lokal yang ada di Jawa.

Kampung Jawi saat ini mulai banyak dikunjungi wisatawan dari dalam

negeri dan mancanegara. Pengunjung umumnya datang ke Kampung Jawi

untuk menikmati keramahan, keindahan dan budaya tradisional jawa. Berikut

ini adalah data pengunjung desa wisata Kampung Jawi Kota Semarang pada

tabel 1.1:

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan Domestik dan Wisatawan Mancanegara

Kampung Jawi Tahun 2019

No Bulan Dosmetik Mancanegara


1. Januari 0 5
2. Februari 2.360 0
3. Maret 2.750 0
4. April 3.550 4
5. Mei 0 0
6. Juni 16.195 0
7. Juli 20.225 0
8. Agustus 25.405 0
9. September 25.240 0
10. Oktober 28.310 12
11. November 27.152 1
12. Desember 32.560 3
Sumber: Ketua POKDARWIS Kampung Jawi

Dilihat dari jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara yang

datang ke Kampung Jawi pada tahun 2019, jumlah wisatawan domestik

paling banyak pada bulan Desember 2019 sebesar 32.560 orang dan paling

sedikit di bulan Januari dan Mei 2019 yaitu tidak ada yang datang

berkunjung. Sedangkan untuk wisatawan dari mancanegara, paling banyak


5

dikunjungi bulan Oktober 2019 sebesar 12 orang dan pernah tidak dikunjungi

sama sekali oleh wisatawan mancanegara. Berdasarkan data dokumen jumlah

pengunjung, diketahui bahwa wisatawan tidak merata setiap harinya.

Wisatawan lebih sering datang saat akhir pekan dan hanya datang saat

terdapat event atau acara yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota

Semarang ataupun pengelola Kampung Jawi. Sedangkan untuk hari-hari biasa

jarang terdapat wisatawan yang datang berkunjung. Hal ini disebabkan

strategi permasaran yang kurang maksimal karena hanya mengandalkan

pemerintah dalam pemasaran. Disisi lain, kurangnya Sumber Daya Manusia

(SDM) dalam mengelola desa wisata berakibat pada kurang terkontrolnya

wisatawan yang datang di tempat tersebut. Kurangnya SDM juga dapat

menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap wisatawan yang datang. Hal

ini dapat berakibat pada rusaknya fasilitas desa wisata oleh wisatawan yang

datang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan ini layak dikaji

dengan judul “Pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi Di Kecamatan

Gunung Pati Kota Semarang”.


6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

dapat menjadi pijakan penelitian dalam identifikasi masalah adalah:

1. Strategi pemasaran yang kurang maksimal.

2. Jumlah wisatawan yang tidak merata setiap bulanya.

3. Belum optimalnya SDM dalam pengelolaan Desa Wisata.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah:

Bagaimana strategi pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi di

Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti adalah :

Untuk menganalisis pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi di

Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

suatu ilmu. Berkaitan dengan tema penelitian maka manfaat penelitian dibagi

menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.


7

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan terutama ilmu

pariwisata, ekonomi kreatif dan kewirausahaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Desa Wisata Kampung Jawi

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

masyarakat desa wisata terkait strategi pengembangan Desa Wisata

Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.

b. Bagi Masyarakat Umum

Hasil Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat umum sebagai

pengetahuan untuk mengembangkan desa wisata agar dapat

mengetahui kekurangan dan kelebihan desa wisata tersebut.

c. Bagi Masyarakat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian

lanjutan.
8

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKTIPSI

HALAM JUDUL

HALAMAN PENYELESAIAN BIMBINGAN

HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Identifikasi Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Sistematika Penulisan Proposal Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu.

B. Kajian Teori
9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Setting Penelitian

C. Fokus Penelitian

D. Sumber Data

E. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

F. Keabsahan Data

G. Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

B. Hasil penelitian dan Analisis Data

C. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Fariz Zakaria dan Rima Dewi Suprihardjo (2014) dengan penelitian yang

berjudul “Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan

Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan”.Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan faktor- faktor pendukung yang dapat mengembangkan kawasan

Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong. Penelitian ini disajikan

secara pendekatan rasionalistik. Metode pengumpulan data yang diajukan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling untuk mendapatkan responden

berkompeten atau berpengaruh dalam pencapaian sasaran yang diperoleh dengan

menggunakan analisa stakeholder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Menghasilkan konsep spasial dan

non spasial. Konsep spasial : menyediakan rute perjalanan wisata, menyediakan

sarana transportasi khusus menuju Kawasan desa wisata dan menyedikan fasilitias

pendukung kegiatan wisata. Sedangkan konsep non spasial: Menjadikan adat

istiadat sebagai peraturan kegiatan wisata, mengembangkan Kawasan desa wisata

berbasis agrowisata, menyediakan fasilitas penginapan berkonsep tanean lanjheng,

menyediakan toko souvenir, menyediakan fasilitas rumah makan, memberikan

pelatihan kepada masyarakat, menyediakan tempat rekreasi, membuat web

tentang Kawasan desa wisata, melibatkan masyarakat dalam proses

pengembangan dan menerapkan peratuan zonasi.

10
1

Relavansi dengan penelitian ini adalah kesamaan untuk mengkaji

Pengembangan Desa wisata. Metode pengumpulan data yang diajukan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Perbedaan penelitian Fariz Zakaria dan

Rima Dewi Suprihardjo dengan peneliti tersebut yaitu peneliti menggunakan

pendekatan rasionalistik Ssedangan penulis menggunakan peenelitian deskriptif.

Penelitian yang dilakukan Priyanto dan Dyah Safitri (2015) dengan judul

“Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis Budaya Tinjauan Terhadap Desa

Wisata di Jawa Tengah Tahun 2015”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali

potenssi desa wisata sebagai daya tarik pariwisata budaya dan menyajikan

beberapa persoalan mendasar terkait keberadaan desa wisata budaya di Jawa

Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif,

prngumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi,wawancara dan

dokumentasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: Potensi desa wisata budaya di daerah

Propinsi Jawa Tengah cukup banyak dan telah terindentifikasi. Beberapa

persoalan pun muncul terkait dengan pengelolaan desa wisata seperti belum

optimalnya kualitas sumber daya manusia, belum optimalnya sarana dan

prasarana penunjang, dan kendala dalam promosi. Permasalahan tersebut dapat

diatasi dengan kerja sama dari berbagai pihak, tidak hanya peran pemerintah,

perguruan tinggi dan lembaga swadaya masayarakat namun juga yang lebih

penting adalah peran serta aktif dari masyarakat desa wisata budaya setempat.
1

Relevansi dengan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengembangan

potensi Desa wisata dan disajikan dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

ini juga menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,dokumentasi dan

observasi. Perbedaan dengan penelitian diatas dengan penelitian penulis yaitu

penulis meneliti pengembangan Desa wisata Kampung Jawi sendangkan peneliti

diatas meneliti pengembangan potensi Desa wisata berbasis Budaya tinjauan

terhadap Desa Wisata di Jawa Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hary Hermawan (2016) dengan Judul

“Dampak Pengembangan Desa Wisatanglanggeran Terhadap Sosial Budaya

Masyarakat Lokal”. Bertujuan untuk mengetahui pembangunan yang dilakukan

oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran. Peneliti ini mnggunakan

metode deskriptif kualitatit dengan fokus penelitian mengenai dampak

pengembangan desa wisata Nglanggeran terhadap ekonomi dan social

budayamasyarakat lokal. Masyarakat lokal yang dimaksud adalah penduduk

dalam wilayah administratif Desa Nglanggeran meliputi Dusun Karangsari,.

Dusun Doga, Dusun Nglanggeran Kulon, Dusun Nglanggeran Wetan, dan Dusun

Gunung Butak.

Hasil Penelitian ini adalah Rata-rata peningkatan kunjungan wisatawan yang

cukup besar pada tahun-tahun dengan karakteristik wisatawan yang sangat

beragam. Kesiapan masyarakat Lokal dalam hal aspek pendidikan, pengetahuan,

keterlibatan masyarakat Lokal dalam pengembangan menunjukkan bahwa

mayoritas masyarakat telah cukup siap untuk menghadapi potensi dampak yang

timbul. Pertumbuhan pariwisata yang menghasilkan tingkat frekuensi tinggi


1

interaksi antara masyarakat Lokal dan wisatawan, yang rata-rata lebih dari 5 kali

interaksi di setiap 3 bulan.

Relevansi dengan penelitian ini adalah untuk meneliti tentang Dampak

pengembangan Desa Wisata, yang nantinya dapat melihat kesiapan masyarakat

Lokal dalam hal aspek aspek pendidikan, pengetahuan, keterlibatan masyarakat

Lokal dalam pengembangan menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat telah

cukup siap untuk menghadapi potensi dampak yang timbul. Sementara perdaan

dengan peneliti adalah pada peneliti yang dilakukan Hary Hermawan

menggunakan fokus penelitian dampak pengembangan desa wisata Nglanggeran

terhadap ekonomi dan sosialbudayamasyarakat local dalam fokus sementara

penelitian ini menggunakan Strategi Pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi.

Penelitian yang dilakukan Dewi ratih dan Wulan sondarika (2017) dengan

judul “Analisis Potensi Desa Ditinjau dari Sosial Budaya Kesenian”. Penelitian ini

tentang menganalisis potensi sosial budaya kesenian tradisional Ronggeng

Gunung terhadap pendapatan masyarakat prasejahtera. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis potensi Desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

dan kesejahteran. Pertanyaan melibatkan pelaku kesenian,pemerintah, masyarakat

dan pengunjung. Dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif yaitu

menggambarkan informasi tentantang Potensi Sosial Budaya Kesenian

Tradisional Ronggeng Gunung Di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari. Metode

pengumpulan data yang diajukkan dalam penelitian ini adalah

wawancara,observasi dan analisis dokumen. Berdasar dari tujuan penelitian, jenis

penelitian ini adalah penelitian dasar (basic research)


1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi sosial budaya kesenian

tradisional Ronggeng Gunung di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten

Ciamis kurang memberikan dampak baik terhadap perekonomian masyarakat

terutama bagi pelaku Ronggeng Gunung itu sendiri karena tidak adanya perhatian

dari pihak pemerintah.

Relevansi dengan penelitian ini adalah meneliti tentang potensi Desa ditinjau

dari sosial budaya Kesenia tradisional,kesamaan lain terdapat penggunaan metode

Wawancara,observasi. Perbedaan dengan peneliti ini adalah Tujuan penelitian

pada jenis penelitian ini adalah penelitian dasar (basic research), sedangkan

penelitian ini jenis penelitian deskriptif yang dimana jenis datanya bersifat

induktif. Perbedaan lain terdapat pada objek penelitian,lokasi penelitian, dan

setting penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Candra Restu Wihasta (2012) tentang

“Perkembangan Desa Wisata kembang arum dan dampaknya terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat donokerto Kecamatan Turi”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perkembangan dan dampak ekonomi sosial terhadap Desa

wisata. Dalam penelitian menganalisis data menggunakan tiga bagian yaitu

Statistik deskriptif , Uji statistik Wilcoxon dan Skorin, data penelitiian yang

diambil dalam penelitian adala data primer (observasi, kuisioner) dan data

sekunder (studi pustaka).

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan yang

signifikan pada dampak kondisi sosial yang dapat dilihat dari tingginya
1

pendidikan, terendah dari keamanan sedangkan dampak dari ekonomi dapat

dilihat tertinggi kesejahteraan sedangkan terendah pada perubahan mata pencarian

dan masyarakat mendukung penuh perkembangan desa wisata dalam

meningkatkan kesejahteraan bersama.

Relevansi dengan penelitian ini adalah meneliti perkembangan desa wisata,

dalam jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, kesamaan lain terdapat pada

penggunaan metode observasi, Kuisioner. Perbedaan dengan peneliti ini adalah

pada menganalisis data menggunakan tiga bagian yaitu Statistik deskriptif , Uji

statistik Wilcoxon dan Skorin, data. Sementara peneliti menggunakan analisis

data induktif dan teknik pengumpulan data menggunakan trianggulasi.

Penelitian yang dilakukan Joko Tri Haryanto (2013) tentang “Implementasi

Nilai-nilai Budaya, Sosial dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di

Provinsi Yogyakarta”.Metode yang digunakan adalah teknik pengumpulan data

yang berupa wawancara mendalam dengan sumber terkait sehingga dapat

diketahui gambaran mengenai nilai-nilai budaya, sosial, dan kearifan lingkungan

yang mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Hasil penelitian ini adalah Implementasi nilai-nilai budaya, sosial dan

lingkungan di Desa Wisata seharusnya dikaitkan dengan kondisi alam, geografis

dan ciri utama daerah tersebut. Dengan demikian daerah tersebut mampu

memberikan berbagai jenis atraksi yang menjadi kekayaan utama dan ciri khas

dalam upaya mendatangkan wisatawan.


1

Perbedaan dengan peneliti ini adalah lokasi peneliti, obyek peneliti dan teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan wawancara sedangkan

penelitian ini menggunakan teknik pengimpulan data wawancara, observasi dan

kuisioner. Pada penelitian ini berfokus pada pada implementasi Nilai-nilai

Budaya, sosial dan lingkungan pengembangan Desa wisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Made,dkk (2013) dengan judul “

Pengembangan Desa Wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal di Desa Wisata

Jatiluwih Tabana Bali”. Bertujuan untuk mengetahui mengkaji keterlibatan

masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model

pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data

menggunakan studi literatur, wawancara mendalam dan observasi non-partisipan.

Hasil penelitian ini adalah Peran pemerintah dalam pengelolaan sumber daya

pariwisata terlihat dominan. Padahal bila mengacu pada pendekatan tata kelola

pemerintah yang bersih dan berkelanjutan peran pemerintah diharapkan menjadi

fasilitator dengan memberikan peran dan manfaat yang lebih besar kepada

masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata berbasis

partisipasi masyarakat belum terwujud di wilayah ini. Masyarakat belum menjadi

subjek pembangunan, tetapi masih menjadi objek pembangunan.

Perbedaan dengan peneliti ini adalah lokasi peneliti, obyek peneliti dan teknik

pengumpulan data yang diguanakan studi literatur, wawancara mendalam dan


1

observasi non-partisipan.Sementara penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan kuisioner , dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Prasetyo Hadi ( 2014) dengan judul “ Strategi

Pengembangan potensi Desa Wisata Brajan Kabupaten Sleman”. Penelitian ini

mengggunaakan Metode kualitatif dan teknik analisis data menggunakan analisis

SWOT `dengan sumber data tersebut sehingga dapat diketahui bahwa kekuata,

kelemahan peluang dan kesempatan yang dihadapi oleh pengembangan potensi

Desa Wisata.

Hasil dari penelitian ini adalah hasil potensi yang dimiliki Dusun Brajan

memiliki kerajinan, keindahan alam dan penginapan serta sapta pesona maka dari

itu penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan strategis S-O , S-T, W-O dan

W-T yang dapat disusun strategi pengembangan potensi Desa Wisata Brajan

dengan perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata di Desa

Wisata Brajan.

Relevansi dengan penelitian ini adalah meneliti tentang pengembangan

potensi Desa wissata,kesamaan lain terdapat pada metode analsis data yaitu

analisis SWOT. Perebedaan penelitian ini adalah Fokus peneliti ini tertuju ke

Potensi Desa sedangkan Foku penelitian ini Pengembangan Desa. Perbedaan lain

terdapat pada objek penelitian, lokasi penelitian dan setting penelitiaan.

Penelitian yang dilakukan Fitria, dkk (2017) dengan judul “Strategi

pengembangan Destinasi pariwisata di Kepulauan Togen Provinsi Sulawesi

Tengah’’. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan


1

menjadi destinasi yang berdaya saing internasional, sesuai dengan kondisi aktual

perkembangan pariwisata di Kepulauan Togeon yang masih berada pada tahapan

ekspolrasi. Penelitian ini disajikan dalam kualitatif yaitu pengumpulan analisis

dan interprestasi daya yang berbentuk narasi visual (bukan angka). Metode

pengumpulan data yang diajukan observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan produk wisata yang

ada memaksimalkan pasar wisata serta potensi lain yang mendukung strategi

tersebut dengan cara mengembangkan destinasi pariwisata dengan prinsip

berkelanjutan dari aspek lingkungan,sosial kultur dan ekonomi,serta mudah

dicapai dan menarik bagi wisatawan, mengembangkan pemasaran pariwisata yang

dapat meningkatkan kujungan wisatawan dan mengembangkan industri

pariwisata, ekonomi kreatif yang berdaya saing.

Relevansi dengan penelitian ini adalah kesaan untuk mengkaji strategi

pengembangan,penyajikan penelitian ini secara kualitatif. Sama halnya dengan

penelitiaan ini, penelitian yang dilakukan oleh Fitri,dkk juga menggunakan teknik

pengumpulan dataobservasi dan wawancara. Sementara perbedaan dengan

penelitian ini terdapat pada lokasi penelitian, objek penelitian dan setting

penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriyani,dkk (2017) dengan judul

“Pemerdayaan masyarakaat melalui pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya

terhadap ketahanan sosial Budaya wilayah (Studi di Desa Wisata Pengalipuran

Bali)”. Penelitian ini bertujuan untuk memahami berlangsungnya proses


1

pemerdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Desa Wisata

Penglipuran dan Implikasinya terhadap ketahanaan sosial budaya wilayah .Metode

penelitian yang digunakan adalah metode deskriptit kualitatfi deskriptit,

pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,wawancara dan metode

analisis data menggunakan pengumpulan data,reduksi data dan penyajian data.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah proses pemerdayaan masyarakat di

Desa Wisata penglipuran berlangsung dalam tiga tahapan yaitu tahap

penyadaran,pengkapasitasan dan pemberian daya.Bentuk-bentuk pemerdayaan

masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat mulai perencanaan ,pelaksanaan

dan evaluasi . Adapun kendala-kendala dalam pemerdayaan masyarakat berkaitan

dengan usaha mempertahankan budaya adat istiadat dari modernisasi,sikap

masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia dan ketersediaan akomodasi wisata

serta kurangnya kegiatan promosi.

Relevansi dengan penelitian ini untuk mengkaji pengembangan Desa Wisata

dan disajikan dalam jenis penelitian deskriptit kualitatfi. Dalam penelitian ini

juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan

observasi.Sementara perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada metode analsis

data.
2

Tabel 2.1

Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian Judul Tujuan penelitian Metode Hasil penelitian


dan Tahun penelitian
Fariz Zakaria Pengembangan Untuk menentukan Pendekatan Menghasilkan konsep
dan Rima Kawasan Desa faktor- faktor rasionalistik. spasial dan non spasial.
Dewi Wisata di Desa pendukung yang purposive sampling Konsep spasial :
Suprihardjo Bandungan dapat menyediakan rute
(2014) Kecamatan mengembangkan perjalanan
Pakong kawasan Desa wisata,Sedangkan konsep
Kabupaten Wisata di Desa non spasial: Menjadikan
Pamekasan Bandungan adat istiadat sebagai
Kecamatan Pakong. peraturan kegiatan wisata,
mengembangkan Kawasan
desa wisata berbasis
agrowisata,

Priyanto dan Pengembangan untuk menggali observasi,wawancara Potensi desa wisata budaya
Dyah Safitri Potensi Desa potenssi desa wisata dan dokumentasi. di daerah Propinsi Jawa
(2015) Wisata Berbasis sebagai daya tarik Tengah cukup banyak dan
Budaya pariwisata budaya telah terindentifikasi.
Tinjauan dan menyajikan Beberapa persoalan pun
Terhadap Desa beberapa persoalan muncul terkait dengan
Wisata di Jawa mendasar terkait pengelolaan desa wisata
Tengah Tahun keberadaan desa seperti belum optimalnya
2015 wisata budaya di kualitas sumber daya
Jawa Tengah. manusia, belum optimalnya
sarana dan prasarana
penunjang, dan kendala
dalam promosi.
Hary Dampak untuk mengetahui observasi,wawancara Rata-rata peningkatan
Hermawan Pengembangan pembangunan yang dan dokumentasi kunjungan wisatawan yang
(2016) Desa Wisata dilakukan oleh cukup besar pada tahun-
nglanggeran Kelompok Sadar tahun dengan karakteristik
Terhadap Sosial Wisata (Pokdarwis) wisatawan yang sangat
Budaya Nglanggeran beragam. Kesiapan
Masyarakat masyarakat Lokal dalam hal
Lokal aspek pendidikan,
pengetahuan, keterlibatan
masyarakat Lokal dalam
pengembangan
menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat telah
cukup siap untuk
menghadapi potensi
dampak yang timbul.
Dewi ratih Analisis Potensi untuk menganalisis Wawancara, Potensi sosial budaya
dan Wulan Desa Ditinjau potensi Desa untuk observasi . kesenian tradisional
sondarika dari Sosial meningkatkan Ronggeng Gunung di Desa
(2017) Budaya pendapatan Ciulu Kecamatan Banjarsari
Kesenian”. masyarakat dan Kabupaten Ciamis kurang
2

Penelitian Judul Tujuan penelitian Metode Hasil penelitian


dan Tahun penelitian
Penelitian ini kesejahteran. memberikan dampak baik
tentang Pertanyaan terhadap perekonomian
menganalisis melibatkan pelaku masyarakat terutama bagi
potensi sosial kesenian,pemerintah, pelaku Ronggeng Gunung
budaya masyarakat dan itu sendiri karena tidak
kesenian pengunjung adanya perhatian dari pihak
tradisional pemerintah
Ronggeng
Gunung
terhadap
pendapatan
masyarakat
prasejahtera.
Candra Restu Perkembangan untuk mengetahui Observasi dan perkembangan yang
Wihasta Desa Wisata perkembangan dan kuisioner signifikan pada dampak
(2012) kembang arum dampak ekonomi kondisi sosial yang dapat
dan dampaknya sosial terhadap Desa dilihat dari tingginya
terhadap wisata. pendidikan, terendah dari
kondisi sosial keamanan sedangkan
ekonomi dampak dari ekonomi dapat
masyarakat dilihat tertinggi
donokerto kesejahteraan sedangkan
Kecamatan terendah pada perubahan
Turi. mata pencarian dan
masyarakat mendukung
penuh perkembangan desa
wisata.
Joko Tri Implementasi Untuk mengenali Wawancara Implementasi nilai-nilai
Haryanto Nilai-nilai nilai-nilai budaya, budaya, sosial dan
(2013) Budaya, Sosial sosial, dan lingkungan di Desa Wisata
dan Lingkungan kearifan seharusnya dikaitkan
Pengembangan lingkungan yang dengan kondisi alam,
Desa Wisata di mendukung geografis dan ciri utama
Provinsi pengembangan daerah tersebut.
Yogyakarta pariwisata
berkelanjutan.
Made,dkk Pengembangan untuk mengetahui Wawancara, Peran pemerintah dalam
(2013) dengan Desa Wisata mengkaji Observasi pengelolaan sumber daya
Bertujuan berbasis keterlibatan pariwisata terlihat dominan.
partisipasi masyarakat lokal Padahal bila mengacu pada
masyarakat dalam pendekatan tata kelola
lokal di Desa pengembangan desa pemerintah yang bersih dan
Wisata wisata dan berkelanjutan peran
Jatiluwih merumuskan model pemerintah diharapkan
Tabana BalI pengembangan desa menjadi fasilitator dengan
wisata yang memberikan peran dan
mengedepankan manfaat yang lebih besar
partisipasi kepada masyarakat.
masyarakat lokal.
Prasetyo Hadi Strategi Untuk mengetahui Kuisioner,wawancara, Hasil potensi yang dimiliki
( 2014) Pengembangan kekuatan ancaman dokumentasi Dusun Brajan memiliki
potensi Desa dan peluang dalam kerajinan, keindahan alam
Wisata Brajan pengembangan dan penginapan serta sapta
Kabupaten potensi Desa . pesona maka dari itu
2

Penelitian Judul Tujuan penelitian Metode Hasil penelitian


dan Tahun penelitian
Sleman”. penelitian ini menggunakan
Penelitian ini analisis SWOT dan strategis
mengggunaakan S-O , S-T, W-O dan W-T
yang dapat disusun strategi
pengembangan potensi
Desa Wisata Brajan dengan
perencanaan yang
partisipatif dalam
pembangunan pariwisata di
Desa Wisata Brajan.
Fitria, dkk Strategi untuk meningkatkan Wawancara observasi menunjukkan bahwa
(2017) pengembangan kunjungan pengembangan produk
Destinasi wisatawan dan wisata yang ada
pariwisata di menjadi destinasi memaksimalkan pasar
Kepulauan yang berdaya saing wisata serta potensi lain
Togen Provinsi internasional, sesuai yang mendukung strategi
Sulawesi dengan kondisi tersebut dengan cara
Tengah aktual mengembangkan destinasi
perkembangan pariwisata dengan prinsip
pariwisata di berkelanjutan dari aspek
Kepulauan Togeon lingkungan,sosial kultur dan
yang masih berada ekonomi,serta mudah
pada tahapan dicapai dan menarik bagi
ekspolrasi. wisatawan,
Andriyani,dkk Pemerdayaan memahami Wawancara observasi proses pemerdayaan
(2017) dengan masyarakaat berlangsungnya masyarakat di Desa Wisata
melalui proses pemerdayaan penglipuran berlangsung
pengembangan masyarakat melalui dalam tiga tahapan yaitu
Desa Wisata pengembangan desa tahap
dan wisata di Desa penyadaran,pengkapasitasan
Implikasinya Wisata dan pemberian
terhadap daya.Bentuk-bentuk
ketahanan pemerdayaan masyarakat
sosial Budaya melibatkan partisipasi
wilayah (Studi masyarakat mulai
di Desa Wisata perencanaan ,pelaksanaan
Pengalipuran dan evaluasi .
Bali

Berdasarkan hasil analisis penelitian terdahulu yang telah dibahas di atas,

maka kedudukan penelitian ini merupakan sebuah penelitian lanjutan dengan

mengakat judul Pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi Di Kecamatan

Gunung Pati Kota Semarang.


2

B. Landasan Teori

1. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta

yang terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau

“berkeliling”, sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas

dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan

yang dilakukan berkalikali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke

tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”,

sedangkan untuk pengertian jamak, kata “Kepariwisataan” dapat

digunakan kata “tourisme” atau “tourism” (Yoeti, 1996:112).

Menurut Wahab (2003) pariwisata itu merupakan suatu aktifitas

manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara

bergantian diantara orangorang dalam suatu negara itu sendiri (di luar

negeri), meliputi pendiaman orangorang dari daerah lain (daerah tertentu),

suatu negara atau benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan

yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia

memperoleh pekerjaan.

Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud

dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Suatu hal yang sangat

menonjol dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas ialah bahwa pada


2

pokoknya, apa yang menjadi ciri dari perjalanan pariwisata itu adalah

sama atau dapat disamakan (walau cara mengemukakannya agak berbeda-

beda), yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor

penting yaitu :

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain

c. Perjalanan itu; walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan

dengan pertamasyaan atau rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di

tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di

tempat tersebut.

Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang

diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang

dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan

kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang

melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan tujuan

wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai

istilah kepariwisataan, berpedoman pada Pengetahuan Dasar Ilmu

Pariwisata 18 Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menjelaskan

sebagai berikut :
2

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian

atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan diri.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang

muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta

interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha

e. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan

f. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi

pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau

lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan
2

g. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau

jasa pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan

pariwisata.

h. Pengusaha pariwisata adalah orang-orang atau sekelompok orang

yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

i. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan penyelenggaraan pariwisata.

j. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan

pariwisata yang mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih

aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,

pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,

serta pertahanan dan keamanan.

b. Jenis dan Macam Pariwisata

1) Menurut letak geografis pariwisata dibedakan menjadi lima :

a) Pariwisata lokal (local tourism) yaitu jenis

kepariwisataan yang ruang lingkupnya lebih sempit dan

terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya

kepariwisataan kota Denpasar, kepariwisataan kota

Bandung.

b) Pariwisata regional (regional tourism) yaitu kegiatan

kepariwisataan yang dikembangkan dalam suatu


2

wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkungan

nasional dan dapat pula regional dalam ruang lingkup

internasional. Misalnya kepariwisataan Bali,

Yogyakarta, dan lain-lain.

c) Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis

pariwisata yang dikembangkan dalam wilayah suatu

negara, dimana para pesertanya tidak saja terdiri dari

warganegaranya sendiri tetapi juga orang asing yang

terdiam di negara tersebut. Misalnya kepariwisataan

yang ada di daerah-daerah dalam satu wilayah

Indonesia.

d) Pariwisata regional-internasional yaitu kegiatan

kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah

internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas

lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.

Misalnya kepariwisataan ASEAN.

e) Pariwisata internasional (International tourism) yaitu

kegiatan kepariwisataan yang terdapat atau

dikembangkan di banyak negara di dunia.

2) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran

a) Pariwisata aktif (in bound tourism) yaitu kegiatan

kepariwisataan yang ditandai dengan gejala masuknya

wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Hal ini tentu


2

akan mendapatkan masukan devisa bagi negara yang

dikunjungi dengan sendirinya akan memperkuat posisi

neraca pembayaran negara yang dikunjungi wisatawan.

b) Pariwisata pasif (out-going tourism) yaitu kegiatan

kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya

warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai

wisatawan. Karena ditinjau dari segi pemasukan devisa

negara, kegiatan ini merugikan negara asal wisatawan,

karena uang yang dibelanjakan itu terjadi di luar negeri.

3) Menurut alasan/tujuan perjalanan

a) Business tourism yaitu jenis pariwisata dimana

pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang

atau yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres,

seminar dan lain-lain

b) Vacational tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-

orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari

orang-orang yang sedang berlibur, cuti, dan lain-lain

c) Educational tourism yaitu jenis pariwisata dimana

pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk tujuan

belajar atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

Contohnya : darmawisata (study tour).


2

d) Familiarization tourism yaitu suatu perjalanan anjangsana

yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau

daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.

e) Scientific tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan

pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau

penyelidikan terhadap sesuatu bidang ilmu pengetahuan.

f) Special Mission tourism yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan dengan suatu maksud khusus, misalnya

misi kesenian, misi olah raga, maupun misi lainnya.

g) Hunting tourism yaitu suatu kunjungan wisata yang

dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan

binatang yang diijinkan oleh penguasa setempat sebagai

hiburan semata-mata.

4) Menurut harga dan tingkat sosial

a) Delux tourism yaitu perjalanan wisata yang menggunakan

fasilitas standar mewah, baik alat angkutan, hotel, maupun

atraksinya.

b) Middle class tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang

diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan fasilitas

dengan harga tidak terlalu mahal, tetapi tidak terlalu jelek

pelayanannya.

c) Social tourism yaitu perjalanan wisata yang

penyelenggaraannya dilakukan secara bersama dengan


3

biaya yang diperhitungkan semurah mungkin dengan

fasilitas cukup memadai selama dalam perjalanan.

Pembangunan pariwisataan diperlukan untuk mendorong

pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu

menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global;

maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur pengelolaan pariwisata,

sehubungan dengan hal tersebut ditetapkanlah Undang-undang Nomor 10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah

yang kemudian juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah

untuk mengembangkan kepariwisataan yang ada di daerah masing-masing.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan azas

manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian,

kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan

kesatuan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani

dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta

meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Tujuan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya,

memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta

tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat

persahabatan antar bangsa.


3

Prinsip-prinsip penyelenggaraan kepariwisataan adalah menjunjung

tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari

konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan

Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan

hubungan antara manusia dan lingkungan; menjunjung tinggi hak asasi

manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal; memberi manfaat untuk

kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;

memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup; memberdayakan

masyarakat setempat; menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah,

antar pusat dan daerah yang merupakan suatu kesatuan sistemik dalam

kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;

mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional

dalam bidang pariwisata; dan memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Undang-Undang tersebut sudah diterbitkan dalam peraturan

pemerintah yang mengatur tentang perencanaan induk kepariwisataan

nasional, dengan melalui Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2011

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

dirumuskan mengenai arah kebijakan Pembangunan Pariwisata Nasional.

Pada pasal 2 ayat (8) disebutkan bahwa arah pembangunan kepariwisataan

nasional dilaksanakan: 1) dengan berdasarkan prinsip Pembangunan

Kepariwisataan yang berkelanjutan, 2) dengan orientasi pada peningkatan

pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan,


3

serta pelestarian lingkungan, 3) dengan tata kelola yang baik, 4) secara

terpadu, lintas sektor, lintas daerah dan lintas pelaku, dan 5) dengan

mendorong kemitraan sektor publik dan privat.

Komponen pembangunan kepariwisataan di Indonesia Yang patut

dicermati adalah sejumlah komponen Pembangunan Kepariwisataan di

Indonesia yaitu: Pertama; Destinasi Pariwisata meliputi Pembangunan

Daya Tarik Wisata, Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata, Pembangunan

prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata, Pemberdayaan

masyarakat melalui kepariwisataan, dan Pengembangan investasi di

Bidang Pariwisata; Kedua, Pemasaran Pariwisata meliputi Pengembangan

Pasar Wisatawan, Pengembangan Citra Pariwisata, Pengembangan

Kemitraan Pemasaran Pariwisata, dan Pengembangan Promosi Pariwisata;

Ketiga, Industri Pariwisata meliputi Penguatan Struktur Industri

Pariwisata, Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata, Pengembangan

Kemitraan Usaha Pariwisata, Penciptaan Kredibilitas Bisnis,

Pengembangan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan; Keempat,

Kelembagaan Kepariwisataan meliputi Penguatan Organisasi

Kepariwisataan, Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata,

Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.

Keempat komponen dalam pengembangan pariwisata yang

disajikan menggambarkan bahwa betapa kekuatan dan potensi pariwisata

Indonesia itu bertumpu di berbagai daerah, sehingga dibutuhkan sinergitas

yang koordinasi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Industri


3

Pariwisata serta stakeholders lainnya. Sayangnya, sampai saat ini pada

tataran implementasi Pembangunan sektor pariwisata di daerah baik di

tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota belum menggembirakan

terutama dalam hal budgeting policy dan political will.

2. Strategi Pengembangan Wisata

Strategi merupakan suatu proses penentuan nilai pilihan dan

pembuatan keputusan dalam pemanfatan sumber daya yang menimbulkan

suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-

tidakan yang mengarah pada masa depan (Marpaung, 2000:52).Menurut

Hatten dalam Salusu (1998), menyatakan bahwa konsep strategi selalu

memberikan perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan suatu

organisasi, Sedangkan, Amirullah (2004 juga menyatakan bahwa strategi

sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk

mencapai tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan

lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

Konsep Perencanaan strategi adalah proses kumpulan kebijakan

dan bagaimana mengimplementasikannya. Pendapat yang sama

dikemukakan juga oleh Claire A. Gunn dalam Hidayat (2011) yang

menegaskan bahwa ada beberapa hal penting di dalam fungsi kebijakan

regional dan lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam kegiatan

kepariwisataan, yaitu antara lain: Pertama, perencanaan harus mampu

meningkatkan pertumbuhan yang berkualitas, membutuhkan perubahan -

perubahan yang membangun, disamping pengembangan lokasi yang


3

potensial untuk mengembangkan kualitas atraksi yang dapat dijual. Kedua,

kebijakan kepariwisataan harus lebih memiliki peranan penting dari

kegiatan promosi, kebijakan tersebut harus didukung oleh penelitian.

Ketiga, perencanaan kepariwisataan memerlukan kerjasama publik dan

privat agar segala harapan stakeholders bisa terpenuhi. Keempat,

perencanaan kebijakan regional dan lokal harus dapat memperkuat semua

perencanaan, mendukung pembangunan pariwisata yang baik hingga pada

tingkat destinasi. Kelima, perencanaan kebijakan regional dan lokal harus

dapat merangsang usaha (bisnis) untuk memberikan sumbangsihnya

kepada pembangunan daerah. Keenam, kebijakan harus dapat

menghubungkan bisnis dengan pemerintah dan non-profit atraction, seperti

kebijakan perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya) harus didukung

oleh bisnis perjalanan dan akomodasi lainnya.

Menurut McIntyre dalam Hidayat (2011) menyatakan bahwa

konsep dan strategi pengembangan daerah tujuan Wisata Sebuah destinasi

dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata jika sebelumnya

sudah ada aktivitas wisata. Untuk dapat meningkatkan potensi

pariwisatanya, yang perlu dilakukan adalah merencanakan pengembangan

wisata agar dapat lebih baik dari sebelumnya. Tiga prinsip utama dalam

sustainability development .

a. Ecological Sustainability, yakni memastikan bahwa pengembangan

yang dilakukan sesuai dengan proses ekologi, biologi, dan keragaman

sumber daya ekologi yang ada.


3

b. Social and Cultural Sustainability, yaitu memastikan bahwa

pengembangan yang dilakukan memberi dampak positif bagi kehidupan

masyarakat sekitar dan sesuai dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang

berlaku pada masyarakat tersebut.

C. Economic Sustainability, yaitu memastikan bahwa pengembangan yang

dilakukan efisien secara ekonomi dan bahwa sumber daya yang digunakan

dapat bertahan bagi kebutuhan di masa mendatang.

Pengertian dasar yang harus diketahui dalam perencanaan pariwisata

adalah mengetahui komponen-komponen pengembangan pariwisata dan

hubungan internal di antara komponen tersebut. Pengembangan adalah

kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu

ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah

berkembang atau menciptakan yang baru.

Komponen pengembangan pariwisata secara garis besar dapat

diklasifikasikan ke dalam Atraksi dan aktivitas pariwisata. Hal ini berkaitan

dengan semua atraksi baik yang bersifat alami, maupun khusus serta

berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kawasan yang menarik minat

wisatawan untuk mengunjunginya. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam

aktivitas pengembangan dan atraksi pariwisata antara lain: Inskeep, (1991).


3

a. Akomodasi

Hotel dan fasilitas lain yang sejenis, serta jasa layanannya dimana

wisatawan menginap selama waktu kunjungannya.

b. Fasilitas dan jasa layanan wisata lainnya

Fasilitas-fasilitas dan jasa pelayanan yang diperlukan untuk

mengembangkan pariwisata, antara lain meliputi: operational tour and

travel, restoran dan kafe, bank dan money changer, kantor informasi

pariwisata, fasilitas keamanan, dan sebagainya.

c. Fasilitas dan jasa layanan transportasi

Fasilitas dan jasa layanan transportasi meliputi kemudahan akses

transportasi masuk ke kota dan area pengembangan, sistem transportasi

internal penghubung lokasi wisata dan area pengembangannya, transportasi

dalam area pengembangan.

d. Infrastruktur lainnya, seperti air, listrik dan telekomunikasi.

Elemen institusional, elemen ini penting untuk mengatur dan

mengembangkan pariwisata. Elemen institusional antara lain berupa

program perencanaan, pendidikan dan pelatihan SDM, promosi dan

pemasaran strategis, kebijakan investasi, program pengendalian pengaruh

ekonomi, lingkungan dan sosial kultural.

Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam

pengembangan suatu obyek wisata, yaitu:


3

1) Atraksi Wisata

Atraksi merupakan suatu daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi

yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya,

dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa

atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.

2) Promosi dan Pemasaran

Promosi dan pemasaran adalah bagian terpenting dalam proses

perencanaan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan

cara bagaimana atraksi menarik untuk dikunjungi wisatawan baik lokal

maupun mancanegara.

3) Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata)

Pasar wisata memerlukan informasi mengenai trend perilaku, keinginan,

kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan walaupun untuk

perencanaan belum atau tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam.

4) Transportasi

Transportasi berdampak besar terhadap volume dan lokasi

pengembangan pariwisata.

5) Masyarakat Penerima Wisatawan

Masyarakat penerima wisatawan memiliki andil untuk menyediakan

akomodasi dan pelayanan jasa pendukung wisata (fasilitas dan pelayanan).

Menurut Suwantoro (1997) unsur pokok yang sangat penting untuk

menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata diantaranya :


3

1) Obyek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Ada 6 hal

yang menjadi dasar daya tarik suatu obyek wisata antara lain:

a) Sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan

bersih.

b) Aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

c) Spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka.

d) Sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan.

e) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan, sungai, pantai,

hutan dan lain- lain).

f) Obyek wisata budaya yang mempunyai daya tarik tinggi seperti memiliki

nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai

luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa

lampau.

2) Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan saat di perjalanan menuju tempat

wisata dan di daerah tujuan wisata. Contohnya jalan, listrik, air,

telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

3) Sarana Wisata

Sarana wisata adalah kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan

untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan


3

wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan

wisata diantaranya hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan

rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

3. Pengembangan Desa Wisata

Muliawan (2008) menyatakan desa wisata adalah desa yang

memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik beruapa

karakter fisik lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya

kemasyarakatan yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami

dengan pengembangan fasilitas pendukung wisatanya,dalam suatu tata

lingkungan yang harmonis dan pengelolaan yang baik dan terencana

sehingga siap untuk menerima dan menggerakkan kunjungan wisatawan

ke desa tersebut,serta mampu menggerakkan aktifitas ekonomi pariwisata

yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan pemerdayaan msyarakat

setempat.

Muliawan (2008) menyatakan bahwa bahwa prinsip

pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata

alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan

yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain :

a. Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat.

b. Mengutungkan masyarakat setempat .

c. Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal

balik dengan masyarakat setempat.

d. Melibatkan masyarakat setempat


4

e. Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaat.

Muljadi (2012) menyatakan desa wisata adalah pengembangan suatu

wilayah desa yang pada dasarnya tidak merubah apa yang telah ada sebelumnya

tetapi lebih kepada pengembangan potensi desa yang ada dengan melakukan

pemanfaatan kemampuan unsur-unsur yang ada di dalam desa yang berfungsi

sebagai atribut produk wisata dalam skala yang kecil menjadi rangkaian aktivitas

atau kegiatan pariwisata dan mampu menyediakan serta memenuhi serangkaian

kebutuhan perjalanan wisata baik dari aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas

pendukung.

Soetarso dan Mulyadin (2013) menyatakan desa wisata adalah suatu

kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan

keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat

istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa

yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai

potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya:

atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.

Pengembangan pariwisata pedesaan didorong oleh tiga faktor, diantaranya:

a. Wilayah pedesaan memiliki potensi alam dan budaya yang relatif

lebih otentik daripada wilayah perkotaan, masyarakat pedesaan

masih menjalankan tradisi dan ritual-ritual budaya dan topografi

yang cukup serasi.


4

b. Wilayah pedesaan memiliki lingkungan fisik yang relatif masih asli

atau belum banyak tercemar oleh ragam jenis polusi dibandingkan

dengan kawasan perkotaan.

c. Dalam tingkatan tertentu daerah pedesaan menghadapi

perkembangan ekonomi yang relatif lebih lambat, sehingga

pemanfaatan potensi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal

secara optimal merupakan alasan rasional dalam pengembangan

pariwisata pedesaan.

Desa-desa yang bisa dikembangkan dalam program desa wisata akan

memberikan contoh yang baik bagi desa lainnya, penetapan suatu desa dijadikan

sebagai desa wisata harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain sebagai

berikut :

a. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan

dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi.

b. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,

makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek

wisata.

c. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan

dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan

yang datang ke desanya.

d. Keamanan di desa tersebut terjamin.

e. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang

memadai.
4

f. Beriklim sejuk atau dingin.

g. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh

masyarakat luas.

Selain itu berkaitan dengan hal tersebut terdapat 2 (dua) konsep penting

dalam komponen desa wisata, yaitu:

a. Akomodasi: sebagai dari tempat tinggal para penduduk setempat

dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal

penduduk

b. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta

setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya

wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa,

membatik dan lain sebagainya yang lebih spesifik.

Pembangunan desa wisata bertujuan :

a. Mendukung program pemerintah dalam pembangunan

kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif.

b. Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar

desa wisata.

c. Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk

desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan

pembangunan ekonomi di desa.

d. Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih

baik, agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).


4

e. Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal

di desanya, sehingga mengurangi urbanisasi.

f. Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan

penduduk pribumi.

g. Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi

disentegrasi.

Darmawan, dkk (2014) menyatakan bahwa unsur penting dalam

pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam

setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Masyarakat terlibat

secara langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian

jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat diluar aktivitas mereka sehari-hari. Adapun tahapan-

tahapan atau unsur dalam pengembangan untuk menjadi desa wisata

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Kelembagaan desa wisata, perlu perencanaan awal yang tepat dalam

penentuan kegiatan khususnya pada kelompok sadar wisata agar mampu

meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat dalam

pengembangan desa wisata seperti pelatihan tata boga dan tata home stay,

pembuatan cinderamata, pelatihan pemandu yang di dalamnya menjadi

instruktur dalam outbound.

2) Objek dan daya tarik wisata, perlu perencanaan yang baik dari masyarakat

sebagai tuan rumah bagi wisatawan yang datang sehingga mampu

mendatangkan wisatawan dan mengemas produk wisata yang dimiliki


4

serta perlu sosialisasi dari instansi terkait dalam menggalakkan pesona dan

paket wisata terpadu.

3) Sarana dan prasarana, pemerintah perlu mengarahkan dalam

pengembangan sarana prasarana wisata seperti alat-alat outbound,

cinderamata khas setempat dan rumah makan bernuansa pedesaan.

Komponen utama dalam pengembangan desa wisata diantaranya sebagai

berikut:

1) Atraksi merupakan seluruh kehidupan penduduk setempat beserta setting

fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai

partisipasi aktif. Atraksi dan kegiatan wisata, atraksi wisata dapat berupa

seni, budaya warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, hiburan, jasa dan

lain-lain yang merupakan daya tarik wisata. Atraksi ini memberikan ciri

khas daerah tersebut yang mendasari minat wisatawan untuk berkunjung

ke tempat tersebut. Menurut Pantiyasa (2013) kegiatan wisata adalah apa

yang dikerjakan wisatawan atau apa motivasi wisatawan datang ke

destinasi yaitu keberadaan mereka disana dalam waktu setenggah hari

sampai berminggu-minggu”.

2) Akomodasi pada desa wisata merupakan sebagian dari tempat tinggal para

penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep

tempat tinggal penduduk (Wikipedia, 2020).

3) Masyarakat

Dalam pengembangan desa menjadi desa wisata harus ada masyarakat

yang berperan atau berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata.


4

Infrastruktur berperan penting dalam pengembangan desa wisata,

infrastruktur bisa berupa jalanan yang beraspal. Dengan infrastruktur yang

baik akan mempercepat akses menuju desa wisata.

4) Fasilitas pendukung pengembangan desa wisata seperti jaringan

telekomunikasi dan fasilitas penginapan seperti homestay, dan MCK

sebagai penunjang kenyamanan wisatawan yang berkunjung.

5) Adanya mitra kerjasama baik dengan Dinas dan dengan lembaga atau

institusi lainnya.

4. Industri Kreatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kreatif adalah memiliki daya

cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Ekonomi kreatif adalah sebuah

konsep di era ekonomi yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan

mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor

produksi yang utama. Konsep ini didukung dengan keberadaan industri kreatif.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi

kreatif setelah sebelumnya dunia dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang

mana informasi menjadi hal yang paling utama dalam pengembangan ekonomi.

1) Teori Ekonomi Kreatif

Howkins dalam bukunya yang berjudul “The Creative Economy: How

People Make Money From Ideas” pertama kali memperkenalkan Ekonomi

kreatif. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis

kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Amerika Serikat

menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414


4

miliar dollar yang menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di

Amerika Serikat. Howkins menjelaskan Ekonomi Kreatif adalah kegiatan

ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya

untuk menghasilkan ide. Paul Romero (1993) berpendapat bahwa ide

adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang

sering ditekankan pada kebanyakan model dan sistem ekonomi.

Ekonomi Kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada

keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan

daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada

pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahan (Jurnal Kajian

LEMHANNAS, 2012).berikut terdapat beberapa karakristik ekonomi kreatif

antara lain:

a) Perlunya kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri

kreatif, seperti cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha dan

pemerintah.

b) Berbasis pada ide atau gagasan.

c) Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.

d) Konsep yang dibangun bersifat relatif.

Ada beberapa teori industri kreatif menurut para ahli:

1) Teori Industri Kreatif menurut Richard Florida

Seluruh umat manusia adalah kreatif. Perbedaannya terletak pada

setatusnya (kelasnya), karena ada individu yang secara khusus bergulat

dibidang kreatif dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari


4

aktivitas tersebut. Maka tempat di kota-kota yang mampu menciptakan

produk-produk baru inovatif tercepat, dapat dipastikan sebagai pemenang

kompetisi di era ekonomi kreatif ”.

2) Teori Industri Kreatif Menurut Robert Lucas

Kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktivitas klaster orang-

orang yang bertalenta dan orang-orang kreatif atau manusia-manusia yang

mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya.

3) Teori Industri Kreatif Menurut Visi Pemerintahan

Definisi Industri kreatif dari visi Pemerintahan adalah industri yang

mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki

kemampuan meningkatkan taraf hidup dan menciptakan tenaga kerja melaluai

penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI.(Diambil dari definisi UK

Department of Culture,Medi and Sport, 1999 dalam Nenny,2008).

Industri kreatif menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan

industri kreatif tahun 2007 dalam buku pengembangan ekonomi kreatif Indonesia

2025 (2008) adalah: “industri yang berasal dari pemanfaatan keratifitas,

keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta

lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya

cipta individu tersebut.


4

4) .Empat Belas Sub-Sektor Industri Kreatif

Dalam buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif

2025, menurut Departement Perdagangan Republik Indonesia ada 14 sub-sektor

industri kreatif Indonesia antara lain:

a) Periklanan (Advertising)

Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah

dengan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, kreasi produksi dan

distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan komunikasi

iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi

publik, tampilan iklan dimedia cetak, (surat kabar, majalah) dan elektronik

(televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran

selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan

delivery advertising materials, atau samples, serta penyewaan kolom

untuk iklan.

(2) Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu

media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada

bagian atau seluruh masyarakat.

(3) Diskripsi atau persentasi dari produk, ide ataupun organisasi untuk

membujuk individu untuk membeli, mendukung atau sepakat atas suatu

hal.
4

b) Arsitektur

Arsitek menurut Klasifikasi Buku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI) 2005

merupakan jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup usaha seperti: desain

bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota dan sebagainya.

(1) Pasar Barang Seni

Industri kreatif subsektor Pasar Barang Seni merupakan kegiatan

yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang seni asli

(orisinal), unik dan langka serta berasal dari masa lampau (bekas)

yang dilegalkan oleh Undang-Undang (bukan palsu atau curian)

serta memiliki nilai estetika dan nilai seni yang tinggi.

(2) Kerajinan

Kerajinan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan

oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai

dengan proses penyelesaian produknya antaralain meliputi barang

kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serta alam maupun

buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak tembaga,

perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat dan

kapur.

(3) Desain

Desain bersifat multidimensional dan kompleks. Desain adalah

kegiatan kreatif yang terkait dengan desain industri, desain grafis/

desain komunikasi, arsitek interior / desain interior.


5

(4) Fashion

Industri Subsektor Fashion merupakan kegiatan kreatif yang terkait

dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki dan desain

aksesories mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya,

konsultasi lini produk fashion, serta distribusi produk fashion.

(5) Film, Video, dan Fotografi

Industri kreatif Subsektor film, video dan fotografi merupakan

kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film,

dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film dan hasil

fotografi termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film,

sinematografi, dll.

(6) Permainan Interaktif

Industri kreatif subsektor permainan interaktif adalah kegiatan

kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi,

permainan komputer serta video yang bersifat hiburan,

ketangkasan dan edukasi.

(7) Musik

Industri kreatif subsektor musik adalah kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi

dan distribusi dari rekaman suara.

(8) Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi


5

pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian

kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,

termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana

pertunjukan, tata panggung dan tata pencahayaan.

(9) Penerbitan dan Percetakan

Penerbitan dan percetakan merupakan industri yang terkait dengan

kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan

penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital,

serta kegiatan kantor berita.

(10) Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Industri kreatif ini meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan

pengembanganteknologi informasi termasuk jasa layanan

komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain

dan analisis sistem, desain arsitektur, piranti lunak, desain

prasarana piranti lunak dan piranti keras serta desain portal.

(11) Televisi dan Radio

Industri kreatif ini meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, transmisi,

televisi dan radio. Definisi berdasarkan Undang-Undang penyiaran

No. 32 Tahun 2002. Undang-Undang ini mengklasifikasikan

lembaga penyiaran menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:


5

(a) Lembaga Penyiaran Publik

(b) Lembaga Penyiaran Swasta

(c) Lembaga Penyiaran Berlembaga

(d) Lembaga Penyiaran Komunitas

(12) Riset dan Pengembangan

Industri kreatif riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif

yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan

ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut

untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,

material baru, alat baru, metode baru dan teknologi baru yang

dapat memenuhi kebutuhan pasar (Pilar-Pilar Ekonomi Kreatif).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Menurut Sugiyono (2017), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan

hal tersebut, terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah,

data, tujuan dan kegunaan. Oleh karena itu, penelitian memilih menggunakan

metode penelitian kualitatif untuk menentukan caraa mencari, mengumpulkan,

mengelola,dan menganalisis data hasil penelitian. Penelitian Kualitatif deskriptif

adalah berupa penelitian dengan metode pendekatan Studi Kasus.

Menurut Sugiyono (2016) pada metode penelitian kualitatif, pengambilan

sampel sumber datanya dilakukan secara purposive sampling dan random

sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan trianggulasi

(gabungan) yang analisis datanya bersifat induktif atau kualitatif. Hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Hasil penelitian ini

hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara mendalam terhadap

subjek penelitian sehingga memberikan gambaran dan pemahaman terhadap

strategi pengembangan desa wisata Kampung Jawi Kota Semarang.

B. Setting Penelitian

Tempat penelitian adalah daerah atau lokasi yang menjadi wilayah dimana

situasi sosial tersebut terjadi. Adapun tempat pada penelitian ini adalah Desa

Wisata Kampung Jawi Kota Semarang yang terletak di Kalialang Lama RT 02

RW 01 Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Objek

53
5

penelitian diarahkan pada strategi pengembangan desa wisata Kampung Jawi Kota

Semarang.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pemusatan pembahasan kepada intisari yang

dilakukan dalam penelitian. Fokus penelitian merupakan garis besar dari sebuah

penelitian yang membuat pencapaian tujuan akan lebih terarah (Lexy,2010).

Pembahasan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada pemecahan rumusan

masalah yang ingin diteliti. Penelitian dianggap selesai apabila rumusan masalah

sudah terpecahkan atau terjawab dengan jelas. Fokus dari penelitian ini adalah

pengembangan desa wisata Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota

Semarang . Proses pengambilan data dilakukan melalui wawancara,observasi,

dokumentasi dan kuisioner yang diperoleh. Aspek yang diteliti meliputi atraksi,

fasilitas dan pelayanaan, Promosi dan pemasaran, aksesbilitas. organisasi

pengelola Kampung Jawi Semarang.Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi

studi kualitatif dan membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan

dan tidak relevan.


5

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Fokus Sub Fokus Indikator


Strategi Pengembangan Desa 1. Atraksi. 1. Strenghts (Kekuatan)
Wisata Kampung Jawi 2. Fasilitas dan Pelayanan . 2. Weaknesses (Kelemahan).
3. Promosi dan Pemasaran 3. Opportunites (Peluang).
4. aksesbilitas. 4. Thearts (Ancaman).

D. Sumber Data

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan sumber data yang

digunakan pada Kampung Jawi Semarang meliputi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian

ini yaitu data yang diperoleh langsung dari informan penelitian yaitu

Bapak Siswanto dan Bapak Edy, yang dilakukan melalui penelitian

lapangan berupa informasi dari wawancara, observasi,dokumentasi FGD

dan kuisioner, yang dilakukan dilokasi penelitian. Data primer adalah

pengambilan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran

(Arikunto, 2010).
5

2. Data Sekunder

Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau

dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.

Sumber sekunder meliputi komentar, interpretasi, atau pembahasan tentang

materi original. Data bisa diperoleh dari majalah, keterangan-keterangan atau

publikasi lainnya seperti dikutip dari berbagai sumber, peraturan perundang-

undangan, buku, jurnal, koran, dan peneliti terdahulu yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh

dari beberapa jurnal nasional maupun jurnal internasional dari beberapa

penelitian serta kutipan dari beberapa sumber, dan dari beberapa perundang-

undangan serta dari hasil observasi.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Interview (wawancara)

Interview atau wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

secara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat langsung dan berkompeten

tentang permasalahan dalam penelitian guna memperoleh informasi yang akurat

sehubungan dengan masalah penelitian (Yanti, 2016).


5

Narasumber yang akan diwawancarai antara lain dengan ketua dan anggota

POKDARWIS dan masyarakat setempat yang ada di Kampung Jawi Semarang.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai cara untuk menggali

informasi secara mendalam mengenai atraksi, fasilitas dan pelayanaan, Promosi

dan pemasaran, infrastruktur dan sumber daya manusia Kampung Jawi Semarang.

b. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis

bukan observasi secara kebetulan. Observasi dilakukan dengan mengamati

keadaan sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur

dan memanipulasinya. Observasi atau pengamatan penelitian ini dilakukan di

Kampung Jawi Semarang di jalan Kalialang lama, Semarang untuk pengumpulan

data dan informasi yang diperlukan peneliti.

Instrumen observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi

sebagai media/alat untuk acuan mencari informasi secara akurat sesuai kondisi

sebenarnya mengenai Pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi di Kecamatan

Gunung Pati Kota Semarang.

c. Dokumentasi

Teknik dokumen dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data tertulis

yang sudah ada sebelumnya. Teknik pengambilan data secara tertulis bersumber

pada catatan-catatan, arsip-arsip, gambar atau foto pada acara-acara tertentu yang

ada di lokasi penelitian. yang berkaitan dengan penelitian dan bertujuan untuk

memperjelas dan mendukung proses penelitian (Saputra & Rodhiyah, 2016).


5

Dokumen dalam penelitian ini mengambil foto langsung terhadap kondisi

kampung Jawi Semarang serta pengambilan beberapa dokumen lainya yang di

miliki pengelola POKDARWIS sebagai bahan informasi yang diperlukan dalam

penelitian. Instrumen daftar dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk

menggali informasi sebagai pendukung hasil penelitian berupa apakah dokumen

penunjang operasionalnya wisata Kampung Jawi Semarang tersedia atau tidak

seperti dokumen-dokumen tertulis pariwisata, gambar/foto, serta berkas-berkas

lainya yang merupak data penting dalam mengoperasionalkan wisata Kampung

Pelangi Semarang.

d. Diskusi Kelompok Terfokus ( Focus Group Discusssion/FGD)

FGD (Focus Group Discusssion) adalah sebuah teknik pengumpulan data

yang ummmnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan

makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok (Bungin,2005).

Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan dari suatu kelompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.FGD

juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti

terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

e. Teknik Kuisioner

Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

yang diberikan kepada orang lain yang dijadikan sebagai responden Dengan

jumlah responden sebanyak 100.


5

F. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat

dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh

karena itu peneliti harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk

mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara pengumpulan data yang

beragam tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar

diperlukan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan di dasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam

penelitian ini, untuk memperoleh keabsahan data yang obyektif penelitiakan

menggunakan teknik Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Bachri, 2010).

Triangulasi Teknik berarti usaha mengecek keabsahan data, atau mencek

keabsahan temuan penelitian. Triangulasi teknik dapat dilakukan menggunakan

lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama,

pelaksanaanya dapat juga dengan cek dan ricek (Bachri, 2010). Oleh sebab itu

peneliti mengambil teknik keabsahan data menggunakan triangulasi teknik yang

akan membuat peneliti menggunakan teknik wawancara yang dikuatkan hasil

observasi dan di dukung dengan hasil dokumen yang lain yang diperoleh untuk

mendapatkan hasil data akhir yang objektif.


6

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT

adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (Threats). Proses

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi,

tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan

strategis (strategic planner) harus menganalisi faktor-faktor strategis perusahaan

(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Hal ini disebut dengan Analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis

adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2015).


6

.
BERBAG
AI
PELUAN
3. Mendukung 1. Mendukung
strategi strategi
Trun-around agresif

KELEMAHA KEKUATA
4. Mendukung 2. Mendukung
N
strategi strategi N
INTERNAL INTERNA
defensif diversifikasi

BERBAGAI
ANCAMAN

Gambar 3.1

Diagram Analisis SWOT

Sumber : Freddy Rangkuti, 2014

Keterangan:

a. Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.

Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam

kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(growth oriented strategy).

b. Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbgai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
6

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang

dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

c. Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,

tetapi di pihak lain, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi ancaman dan kelemahan internal

Dalam penggunaan analisis SWOT, proses penyusunan perencanaan

strategis melalui tiga tahap analisis, yaitu:

1).Tahap pengumpulan data

Tahap ini tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan

kegiatan untuk mengklasifikasikan dan pra-analisis data. Berdasarkan dari

pengamatan dan hasil wawancara di Desa Wisata Kampung Jawi maka dapat

disusun matrik faktor strategi internal (IFAS) sesuai tabel 3.2 berikut:
6

Tabel 3.2

Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) Kampung Jawi

Bobot x
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating
Rating
Kekuatan (Strenght) +
Keberadaan angkringan pinggir kali
Arena Outbond dan Tracking sungai
Kuliner olahan singkong dan Wedhang
Kawi
Panorama kampung jawi yang asri
Belajar membatik, belajar membuat tahu,
belajar membuat jamu, gamelan
keroncong, angklung
Salah satu sector pariwisata yang
semakin berkembang dan banyak
diminati
Lokasi wisata yang berada di jalur objek
wisata di kota Semarang
Memiliki daya tarik kesenian tradisional
Berbagai macam kerajinan
Tempat Nongkrong yang menarik
Sebagai tempat pelaksanaan acara besar
dan pelatihan
Sudah terjalin kerjasama (Universitas,
Media, Travel Agent, dll) dipihak terkait
Tersedianya homestay
Kelemahan (Weaknesses) -
Manajemen kelembagaan yang kurang
optimal
Kurangnya papan penunjuk menuju desa
wisata
Terbatasnya lahan (parkir,
pengembangan lain
Pelatihan bahasa asing yang masih
kurang
Partisipasi masyarakat yang masih
kurang
Promosi wisata yang masih kurang
Jumlah MCK yang masih kurang
TOTAL
Sumber: Hasil pengamatan pribadi
6

Tahapan untuk merumuskan faktor-faktor srtategis internal tersebut:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan Desa

Wisata Kampung Jawi dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis desa wisata. (semua bobot tersebut

jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi desa wisata.

Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori

kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)

dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing

utama.

Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainnya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan dengan 1,0 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi desa wisata. Nilai total ini menunjukan bagaimana desa

wisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.


6

Tabel 3.3

Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Desa Wisata Kampung Jawi

Bobot x
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating
Rating
Peluang (Opportunities) +
Hierarki kebutuhan akan produk
wisata menjadi bergeser dari
kebutuhan tersier menjadi
kebutuhan primer
Perkembangan teknologi yang
semakin maju
Dukungan dari Dinas Pariwisata
kota Semarang
Paradigma yang sudah beralih dari
mass tourism ke wisata alam atau
wisata minat khusus
Terbuka untuk wisatawan domestik
maupun mancanegara
Ancaman (Threats) -
Ancaman bencana tanah longsor
Banyak terdapat desa wisata baru di
Kota Semarang
Penduduk daerah lain yang pindah
ke Kampung Jawi dapat
mempengaruhi budaya local
Tingginya persaingan pariwisata
antar daerah
Ancamam alih fungsi lahan oleh
masyarakat sekitar
TOTAL
Sumber: Faktor hasil pengamatan pribadi.

Tahapan untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut:

a. Susunlah dalam 1 kolom (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).


6

Untuk fakor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi

rating +4, tetapi jika peluang kecil, diberi rating +1). Pemberian rating

ancaman adalah kebalikannya.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

e. Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi desa wisata. Nilai total ini menunjukan bagaimana desa

wisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini

dapat digunakan untuk membandingkan Desa Wisata Kampung Jawi

dengan desa wisata lainnya.

2). Tahap Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan desa wisata, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusahan strategi.

Ada beberapa model yang dipergunakan salah satunya ialah Matriks

TOWS atau SWOT.

Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi desa wisata dapat disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.


6

Diagram

Matriks SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

EFAS Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-10 faktor

kekuatan internal kelemahan internal

OPPORTUNITIERS STRATEGI SO STRATEGI WO

(O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang

Tentukan 5-10 faktor menggunakan kekuatan meminimalkan

peluang eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk

peluang memanfaatkan peluang

THREATS (T) SRATEGI ST STRATEGI WT

Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang

ancaman eksternal menggunakan kekuatan menggunakan

untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman menghindari ancaman

Sumber: Freddy Rangkuti 2014

a. Strategi SO

Dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.
6

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang

yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

3).Tahap Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui strategi

apa saja yang akan dilakukan oleh pengelola Desa Wisata

Kampung Jawi untuk mengembangkan Desa Wisata

Kampung Jawi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Kampung Jawi

Kampung Jawi terletak di Kelurahan Sukorejo tepatnya di RW 1. Kelurahan

Sukorejo yang terletak di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang merupakan

salah satu kelurahan yang cukup luas dengan terdiri dari 12 RW dan 81 RT.

Dahulu sebelum dikenal sebagai Kampung Jawi RW 1 disebut dengan Kampung

Kalialang. Masyarakat di kampung ini konsisten merawat tradisi Jawa. Mulai dari

Bahasa Jawa, kesenian gamelan, musik tek-tek, tari-tarian, jathilan, hingga

gending Jawa. Tentu kampung ini menjadi salah satu kampung unik yang tumbuh

di tengah sibuknya kota Metropolitan Semarang. Konsistensi masyarakat

membuat kampung ini dijuluki sebagai Kampung Jawi. Pendidikan Bahasa Jawa

telah dibudayakan di lingkungan Kampung Jawi. Anak-anak sudah dikenalkan

Bahasa Jawa Karma dan Karma Inggil dalam komunikasi harian. Baik kepada

orang yang lebih tua maupun kepada teman sebaya.

Ditinjau dari kondisi geografis Peta Kelurahan Sukorejo dapat di lihat .

69
7

Gambar 4.1
Peta Kelurahan Sukorejo

Luas wilayah Luas Wilayah ± 153.425 Ha terdiri dari:

a. Tanah sawah : ± 141.755 Ha

b. Tanah Pekarangan/Bangunan : ± 123.914 Ha

c. Tanah Keperluan fasilitas umum : ± 1.695 Ha

Batas-batas wilayah :

a. Sebelah Barat : Kecamatan Kalipancur

b. Sebelah Utara : Kelurahan Bendan Duwur

c. Sebelah Timur : Kelurahan Tinjomoyo

d. Sebelah Selatan : Kecamatan Sekaran


7

2. Kampung Jawi Sebagai Kampung Tematik

Kampung Jawi merupakan Kampung Tematik merupakan salah satu

inovasi Pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan

pemenuhan kebutuhan dasar utamanya pada peningkatan kualitas lingkungan

rumah tinggal warga miskin dan prasarana dasar pemukiman.

Kampung Tematik merupakan titik sasaran dari sebagaian wilayah

Kelurahan yang dilakukan perbaikan dengan memperahatikan beberapa hal

sebagai berikut:

a. Mengubah lokasi kumuh menjadi tidak kumuh/peningkatan/perbaikan

kondisi lingkungan

b. Peningkatan penghijauan wilayah yang intensif

c. Melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif

d. Mengangkat potensi sosial dan ekonomi masyarakat setempat

(pemberadayaan)

Pelibatan partisipasi masyarakat beserta lembaga-lembaga yang ada

bertujuan untuk membangun trademark/karakteristik lingkungan melalui

peningkatan/pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki di wilayah

tersebut. Potensi-potensi tersebut dapat berupa:

a. Usaha masyarakat yang dominan dan menjadi mata pencaharian

pokok sebagaian besar warga di wilayah tersebut

b. Karakter masyarkat yang mendidik (budaya, tradisi, kearifan lokal)

c. Masyarakat dan lingkungan yang sehat

d. Home industri ramah lingkungan


7

Adapun Visi Misi Kampung Jawi adalah sebagai berikut :

Visi Kampung Jawi :

Kanti Budaya Urip Bakal Tumata ( melalui budaya hidup akan tertata)

Misi Kampung Jawi :

Budaya untuk mendampingi generasi

Budaya untuk merubah wilayah

3. Kondisi Demografi

a. Jumlah penduduk

Kampung Jawi terdiri dari 12 RW dengan jumlah penduduk 15.499

jiwa.tabel jumlah penduduk berdasarkan usia :


7

Tabel 4.1 Jumlah penduduk

No Usia RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW RW 07 RW 08 RW 09 RW 10 RW 11 RW 12
penduduk 06
(Tahun)
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
1. 0-5 67 28 67 67 32 45 73 61 77 67 78 77 74 62 79 66 77 74 67 68 79 67 67 77
2. 6-10 56 34 56 67 30 25 69 69 56 65 67 56 70 70 24 56 56 65 32 56 67 77 34 45
3. 11-15 61 45 65 56 34 23 67 51 32 43 56 49 68 70 45 40 50 34 43 34 67 45 54 60
4. 16-20 22 56 32 69 45 56 50 36 45 32 21 62 51 58 49 56 43 67 60 55 36 67 56 76
5. 21-25 34 24 45 76 67 34 64 48 21 31 32 32 65 52 55 66 24 56 40 50 54 34 45 34
6. 26-30 45 24 55 57 45 43 57 48 32 42 22 20 58 37 40 40 59 68 50 63 50 56 40 32
7. 31-35 77 24 60 60 54 34 52 64 33 34 22 25 53 49 78 67 45 56 65 35 49 60 70 70
8. 36-40 60 23 32 60 45 45 48 49 51 50 32 43 49 49 56 50 32 60 56 60 60 45 56 33
9. 41-45 32 21 50 50 34 32 39 49 32 43 21 32 40 65 67 59 56 43 58 45 40 70 34 34
10. 46-50 26 28 30 40 32 41 47 50 20 23 20 12 48 50 55 60 57 34 49 45 55 52 56 60
11. 51-55 54 35 23 43 39 23 38 48 32 31 45 45 39 51 56 45 60 56 60 67 55 58 45 77
12. 56-60 23 24 56 43 36 24 46 56 56 43 21 32 47 50 69 67 65 54 67 60 77 78 79 77
13. 61 keatas 24 32 67 43 21 56 57 69 49 65 50 30 58 49 70 67 57 60 72 77 65 69 78 32
14. JUMLAH 581 398 638 731 514 481 707 698 536 569 487 515 720 712 743 739 681 727 719 715 754 711 714 707
15. JUMLAH L : 7794
PENDUDUK P: 7705

Sumber : Kelurahan Sukorejo


7

Berdasarkan tabel jumlah penduduk di ataas Jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 7794, sedangkan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 7705. Usia Penduduk yang banyak di Rw 12 adalah penduduk laki-laki yang berusi 61 ke atas,sedangkan yang paling

sedikit adalah perempuan usia 41-45 di RT 01.

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan

No Tingkat RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09 RW 10 RW 11 RW 12
Pendidikan
1. Tidak Lulus 400 230 530 567 320 110 230 100 30 198 220 230
2. Lulus SD 320 340 430 429 149 305 145 87 100 77 105 70
3. Lulus SMP 230 320 220 320 230 405 338 120 300 120 506 56
4. Lulus SMA 500 550 231 273 330 320 236 100 50 145 145 245
5. Lulus Sarjana 340 600 230 350 430 500 149 87 70 450 124 157
1.790 2.040 1.641 1.939 1.459 1.640 1.098 494 550 990 1100 758

Sumber : Kelurahan Sukorejo


75

Tabel 4.2 menunjukkan kondisi tingkat pendidikan di Kampung Kalialang

yang dikenal dengan kampung Jawi Semarang. Tingkat pendidikan terbanyak di

Kampung Kalialang Yaitu Lulusan SMA baik itu pendidikan di RW 01. Tingkat

pendidikan terbanyak di RW 02 yaitu Lulusan Sarjana dengan Jumlah 600 jiwa,

Sedangkan tingkatan pendidikan paling sedikit Rw 09 yaitu Tidak Lulus SD .

4. Manfaat dan Dampak Kampung Jawi sebagai Kampung Tematik

a. Pemenuhan dan peningkatan sarana dan prasarana lingkungan yang

lebih baik, dan tertata.

b. Pertumbuhan dan peningkatan ekonomi lokal yang berpotensi

meningkatkan pendapatan keluarga

c. Mendukung trademark wilayah tersebut menjadi ikonik, dapat

memberikan pengaruh positif pada warga setempat seperti perubahan

mindset dan perilaku warga, keberdayaan masyarakat

d. Diharapkan juga dapat memberikan pengaruh positif dan daya tarik

(magnet) bagi kampung-kampung lainnya di Kelurahan tersebut

maupun Kelurahan lainnya agar terpicu untuk mewujudkan tematik

serupa

e. Munculnya titik-titik kunjungan baru di setiap Kecamatan/Kelurahan

yang tidak semuanya tersentral di tingkat Kota (terbangunnya sentra-

sentra rumah galeri) yang mendukung pengembangan potensi dan

ikon Kota Semarang

f. Diharapkan dapat menggugah para pemberi CSR untuk mereplikasi

Kampung Tematik di Kampung/Kelurahan wilayah lain.


7

5. Susunan Pengurus Kelompok Sadar Wisata Kampung Jawi

Tabel 4.3

Susunan Pengurus Kelompok Sadar Wisata Kampung Jawi

Pembina dan Penasehat Camat Gunung Pati Lurah


Sukorejo
Ketua dan Wakil Ketua Siswanto
Eko Narimo
Sekretaris I dan Sekretaris II Adhitya Wardhana
Suwarna

Bendahara I dan Bendahara II Heri Susanto


Klewat

Seksi- Seksi :

Seksi Keamanan dan Ketertiban Sukiyat


Taufik
Robani

Seksi Kebersihan dan Keindahan Sukarno


Rosidin

Seksi daya tarik wisata dan Kenangan Mubarok


Suprapto

Seksi Humas dan Pengembangan SDM Anaroh


Edy Purwanto

Seksi Pengembangan Usaha Lestari


Sugeng

Anggota Faisal
Reza

6. Atraksi-Atraksi dan Potensi Pendukung Wisata

Berbagai potensi yang ada di Kampung Jawi dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan sebuah desa untuk dijadikan desa wisata. Potensi

yang ada harus mampu untuk dikembangkan dan dikemas menjadi sebuah

prosduk wisata yang menarik. Produk wisata yang ada di Kampung Jawi
7

dapat berupa berbagai atraksi dan fasilitas penunjang wisata. Berikut

adalah atraksi dan fasilitas yang ada di Kampung Jawi:

a. Atraksi-Atraksi Kampung Jawi

Berbagai potensi dimiliki Kampung Jawi sebagai desa wisata yang

dapat dilihat dari seni dan budaya, sumber daya alam serta sejarah

yang ada di dalamnya. Berikut adalah penjelasan dari berbagai potensi

yang dimiliki Kampung Jawi:

1) Potensi Seni dan Budaya

a) Kesenian

(1) Gamelan

Berdasarkan Gambar 4.2

Gamelan diperuntukkan untuk

seluruh kalangan masyarakat

yang bertempat tinggal di sekitar

Gambar 4.2 Gamelan Kampung Jawi mulai dari anak-

anak, remaja, hingga dewasa.

Latihan rutin bertempat di Aula Sekretariat Kampung Jawi

dengan jumlah keseluruhan peserta sebanyak 12-15 orang

termasuk sinden.

(2) Keroncong

Latihan keroncong bertempat di Angkringan Kampung Jawi

setiap Rabu malam. Latihan yang dilakukan sembari

menghibur pengunjung Angkringan Kampung Jawi.


7

(3) Angklung

Berdasarkan Gambar 4.3 Angklung

di Kampung Jawi diperuntukkan

untuk Remaja / Bapak di wilayah

tersebut. Latihan angklung

Gambar 4.3 Angklung dilaksanakan pada hari Minggu

pukul 19.00-23.00. Latihan diadakan sambil menghibur

seluruh pengunjung Angkringan Kampung Jawi

(4) Tek-tek (Klentongan)

Berdasarkan Gambar 4.4 Tek-tek

Dilaksanakan oleh Remaja/Bapak-

bapak muda. Pelaksanaan Tek-

Tek(Klentongan) di Kampung Jawi

dilaksanakan sesuai dengan


Gambar 4.4 Tek-tek
kebutuhan event.

(5) Rebana

Pelaksanaan rebana di Kampung Jawi dilakukan oleh

Remaja/Bapak-Bapak muda dan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan event, seperti Maulid Nabi dan event-event lain di

luar Maulid.
7

(6) Seni Tari

Berdasarkan Gambar 4.5 Seni tari di

Kampung Jawi terdiri dari Jathilan

(Turonggo Aji), Reog (Singolodro).

Gambar 4.5 Seni Serta beberapa Tari Jawa lain seperti


Tari
Tari Semarangan, Gambyong, Gatot Kaca.

(7) Seni Lukis

Berdasarkan Gambar 4.6 Seni

lukis di Kampung Jawi

memiliki contoh yaitu seni lukis

mural yang merupakan salah

satu seni melukis tembok.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh

rekan-rekan remaja kreatif di


Gambar.4.6 Seni Lukis
wilayah tersebut.

(8) Seni Rupa

Beberapa contoh seni rupa di Kampung Jawi adalah

pembuatan gerabah dimana Mbah Suprapto sebagai

instrukturnya. Selain itu juga ada seni pembuatan patung

kecil atau miniature suatu benda dengan memanfaatkan

penggunaan koran bekas sebagai bahan utamanya dan Pati

Kanji sebagai bahan pendamping atau sebagai perekat.

Contoh hasil kesenian ini adalah keranjang belanja.


8

(9) Teater

Teater terdiri dari perpaduan antara seni mimic wajah, sendra

tari serta pantomime dan drama. Seni teater dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan Event.

(10) Seni Tutur Kata

Seni tutur kata di Kampung Jawi dilaksanakan di Aula

Sekretariat Kampung Jawi setiap hari Senin pukul 20.00-

selesai. Seni tutur kata ini langsung dilatih oleh Pak Siswanto

selaku ketua RW 1 dengan di bantu rekan-rekan dari daerah

luar.

b) Upacara Adat Tradisi Masyarakat

(1) Berdasarkan Gambar 4.7 memperingati Hari Kartinian,

setiap tanggal 21 April, kaum

wanita di Kampung Jawi

melaksanakan upacara dalam

rangka memperingati Hari

Kartini dengan menggunakan

Gambar. 4.7 Kartinian baju adat/budaya.


8

(2) Berdasarkan Gambar 4.8 memperingati Hari Agustusan,

setiap tanggal 17 Agustus

masyarakat di Kampung Jawi

ikut menyemarakkan hari

kemerdekaan Republik

Indonesia dengan mengadakan


Gambar 4.8 Agustusan

upacara bendera menggunakan pakaian dan Bahasa Jawa.

(3) Berdasarkan Gambar 4.9 Memetri Kampung Jawi, disebut

juga dengan “gawe

kampung jawi” atau

hajatnya kampung

jawi, yang diadakan

setiap bulan 10

(Oktober). Memetri

Gambar 4.9 Memetri Kampung Jawi.


artinya menghidupkan.

Jadi serangkaian acara diadakan agar suasana Kampung

Jawi menjadi lebih hidup dan semarak. Serangkaian acara

tersebut diantaranya adalah lomba permainan tradisional

(bathok, balap karung, gobak sodhor, dakonan, dll), napak

tilas leluhur, kirab budaya dan puncak acaranya adalah

pagelaran ketoprak atau wayang kulit yang diadakan

Minggu Legi pada bulan 10 (Oktober).


8

1) Potensi Sumber Daya Alam dan Sejarah

a) Tracking Sungai

Tracking sungai dilakukan dengan menikmati alam yang ada di

sekitarnya, melewati sungai serta menikmati gemercik air yang

mengalir.

b) Santren Ndelik

Santren Ndelik adalah pesantren kontemporer yang belokasi di

Desa Kalialang Lama IX, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan

Gunung Pati, Kota Semarang. Pemilihan nama santren ndelik

dikarenakan kegiatannya agak tersembunyi dari keramaian kota

alias ndelik dalam bahasa Jawa. Santren ndelik didirikan karena

kegelisahan anak-anak muda tentang bisnis dan religi.

c) Angkringan Kampung Jawi

Berdasarkan 4.10 dapat dilihat

bahwa Salah satu objek wisata

yang diunggulkan di Kelurahan

Sukorejo adalah Angkringan

Kampung Jawi. Angkringan ini

Gambar 4.10 Angkringan sebelumnya bernama Pasar


Kampung Jawi.
Jaten. Lokasinya berada di

tengah rimbun dan teduhnya pepohonan jati. Angkringan ini

dibuka setiap malam mulai pukul 18.00 sampai 23.00. Kampung

Jawi memiliki minuman khas yang bernama Wedhang Kawi.


8

d) Industri Batik

Budaya Jawa yang melekat di masyarakat Kampung Jawi

membuat masyarakat disitu identic dengan benda-benda

bernuansa jawa salah satunya batik. Produksi kain batik oleh

Kelompok Usaha Bersama yang beranggotakan ibu-ibu RW 1

Kelurahan Sukorejo sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu.

Sentra pembuatan batik ini terpusat di RT 1 RW 1 tepatnya di

rumah Ketua RT. Corak batik yang di produksi adalah corak

semarangan.

e) Gang Jamu

Berdasarkan Gambar 4.11

Kampung Jawi terdapat tempat

yang menarik untuk dikunjungi

yaitu gang jamu dengan sentra

industri jamunya. Gang jamu

terletak di wilayah RT 07 RW
Gambar 4.11 Gang Jamu
01 Kelurahan Sukorejo.
8

f) Industri Olahan Singkong

Gambar 4.12 Olahan Singkong

2) Potensi Pendukung Wisata Kampung Jawi

a) Kuliner

Berdasarkan Gambar 4.13 Kuliner

yang terdapat di Kampung Jawi

sangat banyak. Makanan tersebut

dijual di Angkringan Kampung

Jawi yang buka mulai pukul

18.00- 21.00. Ada satu makanan

dan minuman khas yang ada di


Gambar 4.13 Kacang ijo
ketan ireng Kampung Jawi yang bernama

Gethuk Kawi dan Kacang ijo ketan ireng.

b) Homestay

Wisatawan bisa menginap langsung berinteraksi kepada

masyarakat desa. Home stay tersebut memiliki fasilitas ruang

tidur, kasur selimut dan tempat MCK.


8

c) Outbond

Outbond ini merupakan area permainan yang bersifat edukasi

tentang kekompakan dalam sebuah tim dalam melakukan sebuah

kegiatanuntuk mencapai suatu tujuan bersama.

d) Tempat Ibadah

Berdasarkan Gambar 4.14

tempat ibadah merupakan

fasilitas yang di berikan oleh

kampung Jawi kepada

Gambar 4.14 Tempat Ibadah masyarakat. Tempat ibadah

tersebut memiliki Perlengkapan sholat bagi pengunjung atau

masyarakaat yang tidak membawa perlengkapan sholat.

e) MCK

Berdasarkan Gambar 4.15 Mck

merupakan fasilitas yang

diberikan oleh Kampung Jawi

kepada masyarakat.
Gambar 4.15
MCK
f) Lapangan Parkir

Berdasarkan Gambar 4.16

Lapangan parkir mrupakan

fasilitasyang diberikan oleh

Gambar 4.16 Lapangan Kampung Jawi kepaada masyarakat


Parkir
8

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Hasil penelitian pada bagian Pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi

berupa informasi,data, dokumen hasil wawancara,observasi dan bukti dokumen

yang diperoleh dari informan dari kondisi lapangan. Hasil Observasi yang

dilakukkan dengan penjaringan data dan fakta memalui angket. Hal ini dilakukkan

karena pademi Covid-19 yang melarang adanya kerumunan. Hasil penelitian ini

meliputi strategi pengembangan bidang atraksi,fasilitas & pelayanan,Promosi &

pemasaran, aksesibilitas. Hasil strategi pengembangan oleh peneliti di analisis

mengggunakan analisis SWOT.

1. Hasil dan Analisis Evaluasi Kualitas Desa Wisata Kampung Jawi

Penelitian terhadap kualitas desa wisata di Kampung Jawi perlu

dilakukan dalam pengembangan desa wisata. Hal ini dilakukan supaya

desa wisata menjadi lebih baik dan banyak dikenal masyarakat secara

luas. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner untuk

pengunjung Kampung Jawi yang dibagikan secara acak kepada 100

responden. Hasil evaluasi kualitas desa wisata dapat dilihat pada tabel

4.4. sebagai berikut:


8

Tabel 4.4.

Evaluasi Kualitas Desa Wisata Kampung Jawi

HASIL PENELITIAN %
No
NO SUB FOKUS SS S CS TS STS
PERTANYAAN
1 Atraksi 1. 23 57 20 0 0
2. 20 55 22 3 0
3 10 40 35 12 3
4. 15 32 42 9 2
5 5 40 44 10 1
6 26 28 46 0 0
2. Fasilitas dan 7. 5 45 50 0 0
Pelayanan
8. 2 45 30 21 2
9. 52 35 13 0 0
10. 53 34 13 0 0
11. 2 22 61 10 5
12. 10 35 52 3 0
13. 23 56 21 0 0
14. 2 52 42 4 0
3. Aksebilitas 15. 10 37 49 4 0
16. 15 45 39 1 0
17. 0 25 49 26 0
18. 6 60 29 5 0
4. Citra Desa 19. 41 45 14 0 0
Wisata
20. 18 60 21 1 0
21. 45 32 23 0 0

Pada Tabel 4.4. terdapat empat indikator yang menjadi pengukuran

dalam evaluasi kualitas desa wisata Kampung Jawi yang terdiri dari

atraksi, fasilitas & pelayanan, aksesibilitas, dan citra desa wisata. Hasil

penelitian menunjukkan sebagian indikator memberikan hasil yang

positif. Hal ini dapat terlihat dari tabel bahwa respon dari pengunjung

setuju bahwa Kampung Jawi memiliki atraksi yang menarik, fasilitas &

pelayanan yang memadai, aksesibilitas cukup mudah untuk dijangkau dan

citra desa wisata yang sangat baik. Hasil ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan bapak Siswanto selaku POKDARWIS yang

menyatakan bahwa “ Kampung Jawi memiliki daya tarik wisatawan


8

berupa atraksi yang menarik, Fasilitas dan pelayanan yang

memadai,aksesibilitas cukup mudah untuk di jaangkau dan memiliki citra

desa desa wisata yang sangaat baik. Tetapi ada beberapa fasilitas yang

belum memadai seperti MCK dan tempat Ibadah karena semakin banyak

pengunjung datang semakin tidak memdai’’. Hasil ini sesuai dengan

pernyataan bapak Siswanto selaku POKDARWIS namun ada beberapa

hal yang mungkin perlu untuk dilakukan perbaikan oleh pengelola seperti

fasilitas MCK di area wisata dan transportasi yang mengantarkan

pengunjung menuju lokasi wisata yang masih kurang memadai.

2. Hasil dan Analisis Kepuasan Pengunjung

Menurut Umar (2005) Kepuasan pelanggan merupakan tingkatan

perasaan setelah membandingkan antara yang telah diterima dengan

harapan yang diinginkannya. Kepuasan pelanggan akan terpenuhi apabila

proses penyampaian jasa dan pemberi jasa kepada pelanggan sesuai

dengan apa yang dipersepsikan pelanggan. Oleh karena itu, mengetahui

kepuasan menjadi hal yang penting dalam pengembangan desa wisata di

Kampung Jawi. Adapun hasil kepuasan pengunjung dapat dilihat pada

tabel 4.5 sebagai berikut:


8

Tabel 4.5.

Kepuasan Pengunjung
HASIL PENELITIAN %
No
NO SUB FOKUS SS S CS TS STS
PERTANYAAN
1 Atraksi 1. 20 60 20 0 0
2. 21 58 21 0 0
3 35 41 24 0 0
4. 23 26 31 18 2
5 1 21 57 21 0
6 21 32 47 0 0
2. Fasilitas dan 7. 5 45 50 0 0
Pelayanan
8. 5 45 50 0 0
9. 52 38 10 0 0
10. 48 23 29 0 0
11. 1 23 55 20 1
12. 13 62 25 0 0
13. 35 39 26 0 0
14. 17 61 22 0 0
3. Aksebilitas 15. 3 40 54 2 1
16. 2 48 45 3 2
17. 1 31 33 34 1
18. 19 43 32 3 3
4. Citra Desa 19. 38 32 30 0 0
Wisata
20. 17 37 43 4 3
21. 31 35 34 0 0

Pada Tabel 4.5 terdapat empat indikator yang menjadi pengukuran

dalam kepuasan pengunjung desa wisata Kampung Jawi yang terdiri dari

atraksi, fasilitas & pelayanan, aksesibilitas, dan citra desa wisata. Hasil

penelitian menunjukkan sebagian indikator memberikan hasil yang positif.

Hal ini dapat terlihat dari tabel bahwa respon dari pengunjung setuju

bahwa Kampung Jawi memiliki berbagai keunggulan sebagai desa wisata.

Kampung Jawi memiliki pemandangan dan kondisi alam yang menarik

serta upacara adat yang menarik untuk dilihat seperti Kartinian, Agustusan
9

dan Memetri Kampung Jawi. Hal ini juga didukung oleh wisata kuliner

yang unik, tempat ibadah yang bersih serta tempat parkir yan luas.

Kepuasan terhadap kualitas dan pelayanan home stay sudah cukup

baik karena home stay yang disediakan dan fasilitas yang ada sudah cukup

memadai. Selain itu pengunjung yang datang belum tentu untuk menginap

karena biasanya pengunjung menginap jika ada event-event tertentu saja.

Hal Ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Siswanto

selaku POKDARWIS sebagai berikut “Ada ada beberapa hal yang

mungkin perlu untuk dilakukan perbaikan oleh pengelola seperti fasilitas

MCK di area wisata, serta transportasi yang mengantarkan pengunjung

seperti angkot menuju lokasi wisata yang masih kurang memadai. Namun

akses untuk menuju Kampung Jawi sangat mudah jika ditempuh dengan

menggunakana kendaraan pribadi”. Hal ini sesuai dengan sebanyak 31%

responden yang menyatakan cukup setuju dengan kepuasan transportasi

umum sepanjang desa wisata yang tersedia.

3. Hasil dan Analisis Evaluasi Loyalitas Wisatawan

Kepuasan wisatawan terhadap produk dan layanan dalam jangka

panjang akan berdampak pada loyalitas wisatawan untuk datang kembali

ke Kampung Jawi. Apabila wisatawan merasa tidak puas terhadap

produk dan layanan wisata yang ditawarkan maka wisatawan akan

kecewa dan tidak akan berkunjung kembali ke Kampung Jawi. Evaluasi

loyalitas wisatawan digunakan untuk mengukur sejauh mana produk dan


9

layanan Kampung Jawi dapat diterima oleh masyarakat. Adapun hasil

evaluasi loyalitas pedapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Evaluasi Loyalitas Wisatawan

HASIL PENELITIAN %
SUB FOKUS No SS S CS TS STS
PERTANYAAN

Atraksi 1. 5 60 31 4 0
2. 12 50 38 0 0
3 37 32 31 0 0

Tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa wisatawan merasa puas

dan akan merekomendasikan Kampung Jawi kepada orang lain. Selain itu,

pengunjung juga menyatakan akan mengunjungi kembali Kampung Jawi

suatu hari nanti. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Edy

selaku pengurus POKDARWIS “ Kampung Jawi bisa perkembang karena

banyak Masyrakat yang merekomendasikan melalui Sosial media yang

telah dimiliki Kampung Jawi sehingga Kampung Jawi bisa terkenal

sebagai Desa wisata, tanpa adanya bantuan masyarakat Kampung Jawi

tidak bisa berkembang dengan baik”.


9

C. PEMBAHASAN

Menurut Rangkuti (2015), Analisis SWOT ( Strengahts,

Weaknesses,Opportunities, Threats) merupakan salah satu alat bantu yang dapat

digunakan untuk mengembangkan strategi yang berlandaskan pada situasi di

sekeliling perusahan yaang mempengaruhi kinerja perusahaan. Faktor ini

diklasikan sebagai faktor internal dan eksternal peerusahan yaitu hubungan antara

organisasi dan masyarakat yang menciptakan dan mendukungnya. Di dalam

masyarakat terdapat faktor berpengaruhi di organisasi.

Analisis SWOT dilakukan dengan proses penyusunan perencanaan strategis

melalui tiga tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian

dan pra analisis data yang diperoleh. Tahap ini data dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Matriks Faktor Strategi Internal

Analisis faktor strategi internal dilakukan dengan menentukan beberapa

kekuatan dan kelemahan Kampung Jawi yang kemudian masing-masing

diberi bobot dengan skala 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting)

berdasar pada pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis Kampung

Jawi. Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00. Setelah itu

hitung rating masing-masing faktor dengan skala 4 (outstanding) sampai 1

(poor) yang didasarkan pada pengaruh tersebut terhadap kondisi Kampung

Jawi. IFAS Kampung Jawi dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.
9

Tabel 4.7
IFAS Kampung Jawi

Bobot x
Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating
Rating
Kekuatan (Strenght) +
Keberadaan angkringan pinggir kali 0,06 4 0,24
Arena Outbond dan Tracking sungai 0,06 4 0,24
Kuliner olahan singkong dan Wedhang 0,04 2 0,08
Kawi
Panorama kampung jawi yang asri 0,06 4 0,24
Belajar membatik, belajar membuat tahu, 0,06 4 0,24
belajar membuat jamu, gamelan
keroncong, angklung
Salah satu sector pariwisata yang 0,05 2 0,10
semakin berkembang dan banyak
diminati
Lokasi wisata yang berada di jalur objek 0,06 4 0,24
wisata di kota Semarang
Memiliki daya tarik kesenian tradisional 0,06 4 0,24
Berbagai macam kerajinan 0,04 4 0,16
Tempat Nongkrong yang menarik 0,06 3 0,18
Sebagai tempat pelaksanaan acara besar 0,06 2 0,12
dan pelatihan
Sudah terjalin kerjasama (Universitas, 0,1 3 0,30
Media, Travel Agent, dll) dipihak terkait
Tersedianya homestay 0,06 2 0,12
Kelemahan (Weaknesses) -
Manajemen kelembagaan yang kurang 0,05 2 0,10
optimal
Kurangnya papan penunjuk menuju desa 0,05 3 0,15
wisata
Terbatasnya lahan (parkir, 0,04 2 0,08
pengembangan lain
Pelatihan bahasa asing yang masih 0,04 2 0,08
kurang
Partisipasi masyarakat yang masih 0,05 4 0,20
kurang
Promosi wisata yang masih kurang 0,06 4 0,24
Jumlah MCK yang masih kurang 0,04 1 0,04
TOTAL 1,00 3,39
Sumber: Faktor hasil pengamatan pribadi
9

Berdasarkan hasil analisis faktor internal total skor yang didapatkan adalah

3,39. Faktor-faktor kekuatan internal dibagi menjadi dua sebagai berikut:

1) Faktor Kekuatan Internal

a) Keberadaan angkringan pinggir kali

Keberadaan angkringan pinggir kali memiliki skor 0,24. Angkringan ini

merupakan salah satu daya tarik wisatawan datang ke Kampung Jawi.

Angkringan pinggir kali akan memanjakan pengunjung dengan berbagai

makanan dan minuman dengan ditemani sinar remang lampu teplok yang

membuat suasana makan malam bersama teman ataupun keluarga semakin

romantic. Hal ini menunjukkan keberadaan angkringan pinggir kali sudah

efektif untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kampung Jawi. Tempatnya

yang unik dan menarik membuat angkringan ini ramai dikunjungi wisatawan.

b) Arena Outbond dan Tracking Sungai serta Panorama Desa yang Masih

Asri

Arena Outbond dan Tracking Sungai serta Panorama Desa yang masih asri

sama-sama memiliki skor 0,24. Keberadaan sungai yang ada di Kampung

Jawi, sehingga masyarakat menjadikan lokasi ini sebagai tempat wisata

tracking sungai lengkap dengan halang rintang yang menantang dan

mengasyikkan. Kekuatan Kampung Jawi terletak pada panorama yang masih

asri sehingga hal ini menjadi salah satu kekuatan yang berperan penting dalam

strategi pengembangan desa wisata. Masyarakat diharapkan dapat menjaga

kondisi lingkungan Kampung Jawi agar tetap asri sehingga pengunjung tetap

nyaman saat datang kembali ke tempat tersebut.


9

c) Kuliner Olahan Singkong dan Wedhang Kawi

Kuliner Olahan Singkong dan wedhang kawi memiliki nilai 0,08. Kuliner khas

Kampung Jawi ini menjadi ciri khas jika berkunjung di Kampung Jawi. Salah

satu kuliner olahan singkong yang ada di Kampung Jawi adalah Gethuk Kawi.

Ciri khas gethuk Kawi yaitu cara pembuatannya masih menggunakan alat

tradisional dan gulanya juga menggunakan gula halus. Sedangkan wedhang

kawi terbuat dari kayu manis, the, bunga cengkeh, serai, limau, gula batu, gula

jawa, serta jahe emprit bakar. Keunggulan wedhang kawi terletak pada aroma

rempah-rempahnya yang khas dan rasanya mantap sehingga membuat lapak

yang menjual wedhang kawi tidak pernah sepi dari pengunjung.

d) Belajar membatik, belajar membuat tahu, belajar membuat jamu, gamelan

keroncong, angklung

Belajar membatik, belajar membuat tahu, belajar membuat jamu, gamelan

keroncong, angklung memperoleh nilai 0,24. Di Kampung Jawi ini

terdapat kelompok masyarakat yang juga turut serta dalam upaya

melestarikan batik. Corak batik yang diproduksi adalah corak semarangan.

Kampung Jawi Selain itu juga terdapat sentra pembuatan tahu dan jamu.

Setiap orang yang ingin belajar membatik, membuat jamu dan membuat

tahu juga dapat mengunjungi tempat ini. Di sisi lain jika ada yang ingin

belajar kesenian tradisional disini juga ada pelatihan gamelan, keroncong

dan angklung.
9

e) Salah satu sektor pariwisata yang semakin berkembang dan banyak

diminati

Salah satu sektor pariwisata yang semakin berkembang dan banyak

diminati memiliki nilai 0,1. Dengan adanya Kampung Jawi dijadikan

sebagai objek wisata minat khusus, akan memberikan dampak terhadap

kesejahteraan masyarakat Kampung Jawi. Sehingga Kampung Jawi dapat

dijadikan lokasi wisata yang menyatu dengan alam dan kaya akan budaya

tradisi. Sehingga dapat tercipta sektor pariwisata yang semakin

berkembang dan banyak minati pengunjung.

f) Lokasi wisata yang berada di jalur objek wisata di kota Semarang

Lokasi wisata yang berada di jalur objek wisata di kota Semarang

memiliki nilai 0,24. Lokasi Kampung Jawi berada pada jalur objek wisata

lainnya seperti kolam pemancingan Ngrembel Asri, Kolam pemancingan

Sekopek, Waduk Jatibarang, Goa Kreo, Sam Poo Kong, Fatimatuzzahro

dan masih banyak lainnya. Peluang ini berdampak besar terhadap

pengembangan Kampung Jawi karena dapat dijadikan pilihan alternative

apabila objek wisata diatas penuh pengunjung, sehingga dapat

meningkatkan jumlah pengunjung Kampung Jawi.

g) Memiliki daya tarik kesenian tradisional

Memiliki daya tarik kesenian tradisional memperoleh nilai 0,24. Dalam

membangun suatu kawasan desa wisata unsur yang paling penting adalah

daya tarik kesenian tradisional. Kampung Jawi memiliki daya tarik

kesenian tradisional seperti kesenian gamelan, keroncong, angklung, tek-


9

tek (klentongan), rebana, berbagai macam seni tari tradisional, seni lukis,

seni rupa, teater dan seni tutur kata.Wisatawan dapat menikmati secara

langsung kesenian dari Kampung Jawi sehingga dapat menambah

pengetahuan mengenai kesenian tradisional yang dimiliki Indonesia.

h) Berbagai macam kerajinan

Berbagai macam kerajinan memiliki nilai 0,16. Berbagai kerajinan yang

dibuat dan diproduksi oleh masyarakat Kampung Jawi seperti kalung,

gelang, topi tradisional, dan masih banyak lainnya. Pengunjung dapat

secara langsung belajar dalam pembuatan kerajinan tersebut sehingga

dapat mengetahui berbagai macam kerajinan lokal yang ada di Indonesia.

i) Tempat Nongkrong yang menarik

Tempat nongkrong yang menarik memiliki nilai 0,18. Kampung Jawi

dengan angkringan pinggir kalinya menyediakan tempat nongkrong yang

asyik dan menarik untuk dikunjungi bersama teman, keluarga dan

pasangan. Selain itu tempat tersebut juga dapat di sewa untuk acara-acara

besar.

j) Sebagai tempat pelaksanaan acara besar dan pelatihan

Sebagai tempat pelaksanaan acara besar dan pelatihan memiliki nilai 0,12.

Tempat yang luas, nyaman dan sejuk ditunjang dengan parkir yang

memadai menjadi daya tarik untuk instansi maupun kelompok lainnya

dalam mengadakan pelatihan dan acara besar di Kampung Jawi.


9

k) Sudah terjalin kerjasama (Universitas, Media, Travel Agent, dll) dipihak terkait

Sudah terjalin kerjasama dipihak terkait memiliki skor 0,3. Hal ini

memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan Kampung Jawi. Saat ini

kerjasama yang telah dilakukan oleh Kampung Jawi diantaranya dengan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, beberapa travel agent,

media, Universitas, sekolah dan masih banyak lainnya. Dengan adanya

kerjasama tersebut diharapkan dapat mempermudah Kampung Jawi dalam

pengembangan desa wisata yang lebih maju.

l) Tersedianya homestay

Tersedianya homestay memiliki skor 0,12. Skor yang rendah

disbandingkan faktor lain, homestay hanya sebagai fasilitas pendukung

akomodasi wisata saja. Hal ini dikarenakan pengunjung jarang menginap

di Kampung Jawi kecuali ada kegiatan yang diadakan di tempat tersebut

seperti pertemuan keluarga, gathering kantor dll.

2) Faktor Kelemahan Internal

a) Manajemen kelembagaan yang kurang optimal

Kelembagaan yang terstruktur dapat mempermudah proses pengembangan

desa wisata. Manajemen kelembagaan yang kurang optimal memiliki nilai

0,1. Artinya kelembagaan masih belum berpengaruh besar terhadap proses

pengembangan Kampung Jawi. Pengelola Kampung Jawi masih bisa

mengatasi permasalahan dengan kemampuan yang dimiliki masing-

masing.
9

b) Kurangnya papan penunjuk menuju Kampung Jawi

Kurangnya papan penunjuk menuju Kampung Jawi memiliki nilai 0,15.

Kurangnya penunjuk Kampung Jawi akan membuat pengunjung kesulitan

menemukan lokasi Kampung Jawi apabila pengunjung baru pertama kali

mengunjungi lokasi tersebut. Untuk itu perlu penanganan yang cepat dari

pengelola Kampung Jawi untuk membenahi hal tersebut.

c) Terbatasnya lahan (parkir, pengembangan lain)

Kurangnya lahan akan menghambat proses pengembangan Kampung Jawi.

Terbatasnya lahan mendapatkan nilai 0,08. Lahan parkir yang ada di

Kampung Jawi masih kurang optimal. Lahan parkir masih tidak dapat

menampung kapasitas kendaraan apabila jumlah pengunjung banyak

terutama saat weekend atau hari libur nasional.

d) Pelatihan bahasa asing yang masih kurang

Mengingat pengunjung yang datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi

juga dari mancanegara maka perlu adanya pelatihan bahasa asing kepada

pengelola dan masyarakat Kampung Jawi. Pelatihan bahasa asing yang

masih kurang memperoleh nilai 0,08. Dengan adanya pelatihan bahasa

asing akan mempermudah dalam menjalin komunikasi dan menjadikan

kampung jawi dapat dikenal oleh wisatawan mancanegara.

e) Partisipasi masyarakat yang masih kurang

Partisipasi masyarakat menjadi penentu dalam pengembangan suatu desa

wisata. Partisipasi masyarakat yang kurang mendapatkan nilai 0,20.


10

Kurangnya partisipasi masyarakat dapat berkibat pada sulitnya desa wisata

berkembang menjadi lebih maju dan baik lagi.

f) Promosi wisata yang masih kurang

Promosi wisata yang masih kurang memiliki nilai 0,24. Promosi wisata

menjadi indikator yang penting dalam peningkatan jumlah wisatawan baik

domestik maupun mancanegara. Promosi wisata dilakukan melalui

berbagai sarana seperti media cetak maupun media elektronik. Hal lain

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi juga di instansi

pemerintahan maupun perusahaan swasta.

g) Jumlah MCK yang masih kurang

Indikator ini hanya memiliki nilai 0,04 sehingga jumlah MCK tidak

berpengaruh besar terhadap pengembangan desa wisata. Jumlah MCK masih

memenuhi ketika pengunjung datang.

b. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Matriks faktor strategi eksternal dapat dibuat setelah mengetahui faktor

strategi eksternal (EFAS).Cara penentuan faktor strategi eksternal yang pertama

adalah dengan menentukan faktor peluang dan ancaman Kampung Jawi. Setelah

itu beri bobot masing-masing dengan nilai 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak

penting). Hitung rating masing-masing dengan skala mulai 4 (outstanding) sampai

1 (poor). Penilaian didasarkan pada pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

desa wisata. Faktor pembobotan dapat diperoleh dengan mengalikan bobot dengan

rating. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang


10

nilainya bervariasi. Adapun hasil EFAS Kampung Jawi dapat dilihat pada tabel

4.8 sebagai berikut.

Tabel 4.8
EFAS Kampung Jawi

Bobot x
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating
Rating
Peluang (Opportunities) +
Hierarki kebutuhan akan produk 0,06 2 0,12
wisata menjadi bergeser dari
kebutuhan tersier menjadi
kebutuhan primer
Perkembangan teknologi yang 0,11 3 0,33
semakin maju
Dukungan dari Dinas Pariwisata 0,11 4 0,44
kota Semarang
Paradigma yang sudah beralih dari 0,10 3 0,30
mass tourism ke wisata alam atau
wisata minat khusus
Terbuka untuk wisatawan domestik 0,10 3 0,30
maupun mancanegara
Ancaman (Threats) -
Ancaman bencana tanah longsor 0,08 4 0,32
Banyak terdapat desa wisata baru di 0,10 3 0,30
Kota Semarang
Penduduk daerah lain yang pindah 0,07 4 0,28
ke Kampung Jawi dapat
mempengaruhi budaya local
Tingginya persaingan pariwisata 0,09 3 0,27
antar daerah
Ancamam alih fungsi lahan oleh 0,08 3 0,24
masyarakat sekitar
TOTAL 1,00 2,90
Sumber: Faktor hasil pengamatan pribadi

Total Skor hasil analisis faktor eksternal ini sebesar 2,90. Faktor eksternal

dibagi menjadi dua sebagai berikut.


10

1) Faktor Peluang

a) Hierarki kebutuhan akan produk wisata menjadi bergeser dari kebutuhan

tersier menjadi kebutuhan primer.

Kebutuhan akan produk wisata menjadi bergeser dari kebutuhan tersier

menjadi kebutuhan primer memiliki milai 0,12. Banyak alasan bahwa

kegiatan wisata/berlibur sekarang menjadi kebutuhan primer seperti ingin

menghabiskan waktu dengan keluarga, melakukan wisata budaya,

berrpetualang, memanjakan diri dan bersantai. Oleh karena itu objek

wisata yang unik dan menarik dapat menjadi incaran wisatawan untuk

berlibur. Sehingga daerah tersebut dapat dikenal masyarakat luas dan

dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar.

b) Perkembangan teknologi yang semakin maju

Kemajuan tehnologi memperoleh nilai 0,33. Pesatnya kemajuan tehnologi

sangat berpengaruh terhadap pengembangan Kampung Jawi. Kemajuan

tehnologi dapat dimanfaatkan pengelola untuk mempermudah promosi

Kampung Jawi melalui media internet seperti website, IG, facebook,

twitter sehingga dapat dengan mudah mendatangkan pengunjung.

c) Dukungan dari Dinas Pariwisata kota Semarang

Dukungan dari Dinas Pariwisata kota Semarang memperoleh nilai 0,44.

Dukungan ini menjadikan Kampung Jawi memiliki kesempatan

berkembang dan dapat memberi kekuatan tersendiri untuk memasarkan

segala potensi yang dimiliki Kampung Jawi.


10

d) Paradigma yang sudah beralih dari mass tourism ke wisata alam atau

wisata minat khusus.

Indikator Ini memperoleh nilai 0,30. Pengelola Kampung Jawi diharapkan

dapat memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki sebagai peluang untuk

mempromosikan Kampung Jawi.

e) Terbuka untuk wisatawan domestik maupun mancanegara

Indikator ini memperoleh nilai 0,30. Segala macam potensi yang dimiliki

Kampung Jawi diharapkan dapat menjadi daya tarik baik wisatawan

domestic maupun mancanegara.

2) Faktor Ancaman

a) Ancaman bencana tanah longsor

Ancaman bencana tanah longsor memperoleh nilai 0,32. Ancaman terhadap

tanah longsor atau bencana alam lainnya harus selalu diperhatikan oleh

pengelola karena tidak dapat diketahui kapan akan terjadinya.

b) Banyak terdapat desa wisata baru di Kota Semarang.

Adanya desa wisata baru di kota Semarang memperoleh nilai 0,30. Untuk

mengatasi hal tersebut kampung jawi perlu lebih kreatif dalam menggali

seluruh potensi yang dapat dikembangkan di Kampung Jawi serta dikemas

secara menarik sehingga memiliki keunikan/ kekhasan tersendiri sehingga

susah ditiru oleh desa wisata yang baru tumbuh.


10

c) Penduduk daerah lain yang pindah ke Kampung Jawi dapat mempengaruhi

budaya lokal.

Indikator ini memperoleh nilai 0,28. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

sejak dini menanamkan budaya-budaya jawa terhadap generasi penerus

kampung jawi dengan cara mengajak anak-anak untuk mencintai budaya

jawa dan meneruskan tradisi-tradisi baik yang sudah ada di Kampung Jawi

selama ini..

d) Tingginya persaingan pariwisata antar daerah

Indikator ini memperoleh nilai 0,27. Hal ini dapat ditanggulangi dengan

meningkatkan kualitas produk-produk wisata, pelayanan pemandu wisata,

pelayanan home stay dan lain sebagainya.

e) Ancamam alih fungsi lahan oleh masyarakat sekitar

Indikator ini memperoleh nilai 0,24. Alih fungsi lahan yang dapat terjadi

sewaktu-waktu. Hal ini dapat saja dilakukan oleh masyarakat sekitar yang

dijadikan tempat atraksi wisata yang berada didekat Kampung Jawi.

Namun pengaruh indikator ini tidak terlalu signifikan bagi pengembangan

Kampung Jawi.

2. Tahap Analisis

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah memanfaatkan semua

informasi yang telah dikemukakan diatas ke dalam model-model kuantitatif

perumusan strategi. Adapun penentuan alternative strategi pada penelitian ini

dapat menggunakan Matriks SWOT. Menurut Rangkuti (2015) Matriks

SWOT didapat dari hasil analisis faktor yang strategis baik internal maupun
10

eksternal yang meliputi faktor peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan.

Hasil Matrik SWOT digunakan untuk menyusun empat strategi utama yang

terdiri dari SO, WO, ST, WT. Masing-masing strategi ini memiliki

karakteristik tersendiri. Sedangkan implementasi strategi selanjutnya

dilaksanakan secara bersama-samadan saling mendukung satu sama lainnya.

Adapun Matrik SWOT pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai

berikut

Tabel 4.9
Matriks SWOT (Penentuan Strategi)

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)


1. Keberadaan Angkringan 1. Manajemen kelembagaan yang
pinggir kali kurang optimal
2. Tersedianya home stay 2. Kurangnya papan penunjuk menuju
3. Arena Outbond dan tracking desa wisata
sungai 3. Terbatasnya lahan (parkir,
EFAS 4. Memiliki daya tarik kesenian pengembangan lain
tradisional 4. Pelatihan bahasa asing yang masih
5. Sebagai tempat pelaksanaan kurang
acara besar dan pelatihan 5. Partisipasi masyarakat yang masih
6. Lokasi kampung jawi yang kurang
berada pada jalur objek wisata 6. Promosi wisata yang masih kurang
kota Semarang 7. Jumlah MCK yang masih kurang
7. Belajar membatik, belajar
membuat tahu, belajar
membuat jamu, gamelan
keroncong, angklung
8. Sudah terjalin kerjasama
(Universitas, Media, Travel
Agent, dll) dipihak terkait
9. Tempat Nongkrong yang
menarik
10. Berbagai macam kerajinan
11. Panorama kampung jawi yang
asri
12. Berbagai macam kuliner
olahan singkong
13. Salah satu sector pariwisata
yang semakin berkembang
dan banyak dinikmati

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


1. Hierarki kebutuhan akan produk 1. Meningkatkan kualitas pelayanan 1. Menambah infrastruktur pendukung
wisata menjadi bergeser dari terhadap wisatawan. wisata kampung jawi
kebutuhan tersier menjadi 2. Meningkatkan variasi produk 2. Meningkatkan promosi kampung jawi
kebutuhan primer penunjang wisata 3. Meningkatkan kualitas SDM
2. Perkembangan teknologi yang 3. Meningkatkan dan 4. Meningkatkan dan mengembangkan
semakin maju mempertahankan daya tarik fasilitas pendukung desa wisata
3. Dukungan dari Dinas Pariwisata wisata
kota Semarang 4. Meningkatkan promosi dengan
4. Paradigma yang sudah beralih menggunakan media internet
dari mass tourism ke wisata alam seperti IG, Facebook, Website,
atau wisata minat khusus Twitter dll.
10

5. Terbuka untuk wisatawan


domestik maupun mancanegara
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Ancaman bencana tanah longsor 1. Mengembangkan atraksi-atraksi 1. Peningkatan kualitas SDM terutama
2. Banyak terdapat desa wisata baru lokal yang menarik di bidang pariwisata
di Kota Semarang 2. Dibuat Early Warning System 2. Mengubah mindset masyarakat
3. Penduduk daerah lain yang (EWS) kampung jawi menjadi masyarakat
pindah ke Kampung Jawi dapat 3. Menawarkan produk-produk pariwisata.
mempengaruhi budaya lokal wisata lokal yang berkualitas 3. Penambahan fasilitas wisata yang
4. Tingginya persaingan pariwisata 4. Peran Key person perlu disesuaikan dengan aspek lingkungan
antar daerah ditingkatkan agar dapat 4. Peningkatan promosi wisata yang
5. Ancamam alih fungsi lahan oleh mempertahankan budaya lokal menarik.
masyarakat sekitar
Sumber: Data primer diolah, 2020

3. Tahap Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil analisis Matriks SWOT pada tabel 4.10 terdapat beberapa

strategi alternative yang dapat diterapkan di Kampung Jawi adalah sebagai

berikut:

a. Strategi SO

Strategi SO adalah strategi dengan menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang. Adapun strategi alternative yang dapat digunakan

antara lain:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan.

Peningkatan kualitas pelayanan akan berdampak pada bertambahnya

kepuasan bagi wisatawan yang datang berkunjung ke Kampung Jawi.

Kepuasan juga akan dapat membuat wisatawan untuk berkunjung kembali ke

Kampung Jawi suatu hari nanti. Peningkatan kualitas pelayanan dapat

dilakukan dengan cara memperbaiki pelayanan penerimaan tamu, melatih

pemandu wisata, meningkatkan pelayanan homestay sampai wisatawan

meninggalkan Kampung Jawi. Hal ini diharapkan dapat berpengaruh terhadap

pengembangan Kampung Jawi.

2) Meningkatkan variasi produk penunjang wisata


10

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan variasi produk

penunjang wisata. Contohnya: selalu mengupdate makanan terbaru yang di

jual di angkringan pinggir kali, menyediakan becak atau delman untuk dapat

mengitari sekitar kampung jawi sambil melihat beberapa keunikan yang ada

di desa wisata tersebut.

3) Meningkatkan dan mempertahankan daya tarik wisata

Hal ini dapat dilakukan dengan menggali semua potensi yang ada di

Kampung Jawi yang kemudian dikemas menjadi sebuah produk wisata yang

menarik bagi wisatawan seperti di bidang peternakan dan perikanan.

4) Meningkatkan promosi dengan menggunakan media internet.

Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai media promosi. Di era tekhnologi

sekarang ini pengelola diharapkan dapat menguasai media promosi berbasis

internet seperti IG, Facebook, Website, Twitter dll. Hal yang dapat dilakukan

seperti memposting beberapa spot foto yang bagus, memberikan update

atraksi wisata terbaru, wahana terbaru, dll.

b. Strategi WO

Strategi WO adalah strategi dengan meminimalkan kelemahan agar dapat

memanfaatkan peluang. Adapun strategi alternative yang dapat digunakan antara

lain:

1) Menambah infrastruktur pendukung wisata kampung jawi.

Hal ini dapat dilakukan dengan menambah balai-balai kesenian, dan

menambah tempat untuk berlatih kesenian tradisional.


10

2) Meningkatkan promosi kampung jawi

Promosi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Promosi

dapat dilakukan melalui media cetak maupun media elektronik. Untuk media

cetak dapat berupa brosur, buku panduan wisata dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk media elektronik dapat memanfaatkan media internet

dengan menggunakan aplikasi IG, Facebook, Website, Twitter, dan lain

sebagainya.

3) Meningkatkan kualitas SDM

Hal ini dapat dilakukan dengan pelatihan bahasa asing, memberikan

pelayanan yang terbaik dalam menerima tamu baik wisata maupun homestay,

memberikan pelatihan penggunaan internet dan computer kepada masyarakat

Kampung Jawi terutama yang menjadi pengelola desa wisata. Pengelola dapat

menggandeng kerjasama dengan instansi terkait untuk melakukan pelatihan

tersebut.

4) Meningkatkan dan mengembangkan fasilitas pendukung desa wisata

Fasilitas pendukung seperti homestay, MCK, masjid dan lahan parkir.

Pengelola harus mengedukasi masyarakat yang tempat tinggalnya dapat

dijadikan home stay terkait standar home stay yang baik seperti tingkat

pencahayaan yang cukup, kamar mandi yang bersih dan menempel dirumah,

sanitasinya lancer, dll. Selain itu pengelola juga perlu memikirkan untuk

menambah jumlah MCK yang tetap dijaga kebersihannya serta menambah

lahan parkir seiring bertambahnya pengunjung di kemudian hari.


10

c. Strategi ST

Strategi ST adalah strategi dengan menggunakan kekuatan dalam

mengatasi ancaman. Adapun strategi alternative yang dapat digunakan antara lain:

1) Mengembangkan atraksi-atraksi lokal yang menarik

Hal ini bertujuan untuk dapat menambah minat pengunjung yang datang ke

Kampung Jawi. Contoh yang dapat dilakukan seperti ada program pelatihan

khusus untuk menari, bermain alat music, bermain seni peran dan lain

sebagainya.

2) Dibuat Early Warning System (EWS)

Early Warning System (EWS) dibuat agar ketika terjadi bencana pengelola

dapat dengan mudah mengatasi atau melakukan penanggulangan secara

segera sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian bagi keselamatan

warga, pengunjung maupun asset yang ada di Kampung Jawi.

3) Menawarkan produk-produk wisata lokal yang berkualitas

Produk wisata yang berkualitas adalah produk yang tidak hanya dapat

menghibur wisatawan namun juga dapat memberikan pengetahuan terkait

kebuadayaan, kesenian, kerajinan dan lain-lain. Selain daripada itu perlu

memberikan keamanaan dan kenyamanan kepada pengunjung yang dating

berwisata.

4) Peran Keyperson perlu ditingkatkan agar dapat mempertahankan budaya

lokal.

Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan dan menanamkan adat dan

budaya yang selama ini telah ada di Kampung Jawi semenjak dini kepada
11

generasi penerus dan memberikan banyak anak muda di Kampung jawi untuk

berkreasi mengembangkan desanya dan mengikutsertakan anak muda dalam

kepengurusan Kampung jawi.

d. Strategi WT

Strategi WT adalah strategi dengan meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman. Adapun strategi alternative yang dapat digunakan antara

lain:

1) Peningkatan kualitas SDM terutama di bidang pariwisata

Hal ini dilakukan dengan melakukan beberapa pelatihan bekerjasama

dengan pihak terkait.

2) Mengubah mindset masyarakat kampung jawi menjadi masyarakat

pariwisata.

Masyarakat Kampung Jawi masih kurang memahami pariwisata. Hal yang

perlu dilakukan adalah memberikan pemahaman masyarakat terkait

pariwisata sehingga masyarakat memiliki kepahaman dalam melayani

tamu dan menjaga lingkungan agar tetap asri dan indah.

3) Penambahan fasilitas wisata yang disesuaikan dengan aspek lingkungan.

Penataan lingkungan dan pengelolaan kawasan yang ada di Kampung perlu

segera dilakukan mengingat terbatasnya lahan terutama lahan parkir. Saat ini

pengelolaan kawasan di Kampung Jawi masih kurang berjalan baik

dikarenakan terbatasnya dana. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama baik

dengan pemerintah maupun investor.


11

4) Peningkatan promosi wisata yang menarik.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suatu promo khusus kepada

pengunjung. Contohnya memberikan diskon khusus dengan voucher kepada

pengunjung yang datang di angkringan pinggir kali.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan pada penelitiaan mengenai

rumusan strategi yang tepat untuk pengembangan Desa Wisata Kampung Jawi

Kota Semarang. Adapun Strategi tersebut dibagi menjadi strategi So, strategi

ST,strategi WO, dan strategi WT,Strategi SO yang dapat dilakukan diantaranya

meningkatkan kualitas pelayanan wisata,meningkatkan dan mempertahankan daya

tarik wisatawan, meningkatkan promosi dengan menggunakan media internet

sepeerti instagram,facebook,website,dan twiter. Sedangkan ST yang dapat

digunakan diantaranya mengembangkan atraksi-atraksi lokal yang

menarik,dibuatnya early warning sistem (EWS),menawarkan produk-produk

wisata lokal yang berkualitas,peran Keyperson perlu ditingkatkan agar dapat

mempertahankan budaya lokal. Strategi WO dan WT yang dapat digunakan

diantaranya peningkatan kualitas SDM terutama dibidang wisata,mengubah

pemikiran masyarakat Kampung Jawi menjadi masyarakat pariwisata,penambahan

fasilitas wisata yang disesuaikan dengan aspek lingkungan,dan peningkatan

promosi wisata yang menarik.

112
11

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian sebagaimana telah dipaparkan di atas,

maka dapat direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada pengelola Kampung Jawi

a. Agar dapat melakukan pengembangan kapasitas manajemen yang ada di

Kampung Jawi.

b. Agar dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan

yang berkunjung di Kampung Jawi

c. Agar dapat meningkatkan promosi dengan menekankan pada keunggulan

yang dimiliki Kampung Jawi.

Kepada Pemerintah

2. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat berbagai peraturan yang

mendukung pengembangan desa wisata secara umum dan khususnya di

Kampung Jawi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Keterbatasan penelitian yang dilakukan di masa pademi Covid-19

menyebabkan strategi pengembangan yang dihasilkan belum sempurna di

karenakan kekurangan waktu sehingga disarankan untuk penelitian

selanjutnya untuk meneliti dampak sosial dalam Kampung Jawi. Untuk

peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dan mengembangkan strategi

yang lebih kuat dan efektif lagi.


11

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya dalam melakukan penelitian Pengembangan Desa Wisata

dengan Strategi yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani,I.dkk. (2017).” Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan


Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya
Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)”.Jurnal Ketahanan
Nasional. No.1 Vol.23.1-16.
Atmoko,H. (2014).“Strategi Pengembangan Potensi Desa Wisata Brajan
Kabupaten Sleman”. Jurnal Media Wisata.No. 2,Vol .12.
Badrab,F.dkk.(2017).“Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Di
Kepulauan Togean Provinsi Sulawesi Tengah”.Jurnal Tourism and
Hospitality Essentials (THE). No.2. Vol.7.
Dharmawan, Adi, dkk. (2014). “Strategi Pengembangan Desa Wisata di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan”. Agribisnis dan
Agrowisata. Jurnal .Vol 3 No.1 Januari.Jurnal
Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Ekonomi Indonesia 2025.
Dewi,Fandeli,dkk. (2013). “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiwulih Tabana Bali”. Jurnal.No .2
Vol3.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, 2015, Buku Statistik
Pariwisata dan Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2015, Yogyakarta:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Haryanto,Tri.(2013). “Implementasi Nilai-Nilai Budaya, Sosial, Dan Lingkungan
Pengembangan Desa Wisata Di Provinsi Yogyakarta”. Jurnal Kawistara.
No.1. Vol.3. 1-116
Hidyat Marceilla Hidayat.(2011). “Strategi Perencanaan Dan Pengembangan
Objek Wisata (Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa
Barat)”.Jurnal Tourism and Hospitality Essentials (THE) . No. 1.Vol 1.
Hermawan, Hary. (2016). “Dampak Pengembangan Desa Wisatanggeran
Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal “. Jurnal SNIPTEK.
Inskeep, Edward. (1994). National and Regional Tourism Planning. Routledge.
London and New York.
Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. Kediri
Lemhannas. (2012). Jurnal Lemhannas

115
11

Moleong, Lexy J.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja


Rosdakarya Offset, Bandung.
Muljadi, A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Pantiyasa, I Wayan. 2013. “Strategi Pengembangan Potensi Desa Menjadi Desa
Wisata di Kabupaten Tabanan (Studi Kasus Desa Tegal Linggah,
Panebel, Tabanan)”. Jurnal Ilmiah Hospitality Management Vol 4 No 1.
Priyatno & Dyah Saftri. 2015. “Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis
Budaya Tinjauan Terhadap Desa Wisata di Jawa Tengah’’. Jurnal
Vokasi Indonesia Vol 4 No.1.
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Penerbit Andi. Jakarta.
Ratih,Dewi & Wulan Sondarika. 2017. “Analisis Potensi Desa DiTinjau Dari
Sosial Budaya Kesenian Tradisional Ronggeng Gunung Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Prasejahtera’’. Jurnal Artefak:
History and Education, Vol.4 No.2.
Ritchie, J. dan Lewis. J. 2003. Qualitative Research Practice: A Guide for Social
Science Students and Researchers. London: Sage Publucations
Soetarso, Priasukmana & Mulyadin, R Mohamad. 2013. Pembangunan Desa
Wisata: Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Jurnal
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. PT
Alfabet.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta
Tim KKN UNNES. 2019. Pesona Kampung Jawi. LPPM UNNES. Semarang
Umar, Husain. 2005. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia
Pusat: Jakarta

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita. Jakarta


Wihasata, Restu. 2012. “Perkembangan Desa Wisata Kembang Arum Dan
DampaknyaTerhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Donokerto
Kecamatan Turi".2012. Jurnal Bumi Indonesia.No.1 VOL.1
Yoeti, Oka A. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Praadnya
Paramita. Jakarta
UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan
Undang-Undang penyiaran No. 32 Tahun 2002
11

Zaenuri, Muachamad. 2012. Perencanaan Strategis Kepariwisataan Daerah


Konsep dan Aplikasi. e-Gov Publishing.Yogyakarta
Zakaria,Faris & Rima Dewi Suprihardjo. 2014. “Konsep Pengembangan
Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong
Kabupaten Pamekasan’’. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2
https://www.suaramerdeka.com/travel/baca/157515/kota-semarang-jadi-destinasi-
wisata-yang-paling-banyak-dicari-di-google
https://www.rmoljateng.com/read/2019/01/21/16100/Ini-Tiga-Keunggulan-
Pariwisata-Di-Semarang-
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/155557/wisata-kota-semarang-
menggeliat
https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia (Wikipedia, 2020)
https://www.ayosemarang.com/view/2019/08/18/42343/apel-kebangsaan-100-
obor-kampung-jawi (Ayosemarang.com 18/08/2019)
11

LAMPIRAN
Lampiran 1 LAPORAN JUMLAH PENGUNJUNG KAMPUNG JAWI
Jumlah Pengunjung
No. Bulan Pasar Jaten Paket Wisata Homestay Observasi / Penelitian Mancanegara Total Keterangan

(orang) (orang) (orang) (orang) (orang) Negara Asal (orang)


1 Januari - 225 23 60 5 India 2, Kanada 1, Italia 1, Filipina 1 313

2 Februari 2,360 150 5 120 - 2,635 Boyongan Pasar Jaten

3 Maret 2,750 220 25 50 3,045 Minggu Legi Pasar Jaten


4 April 3,550 2,050 15 200 4 Italia 1 Keluarga 5,819 Event Lomba dan Upacara Hari Kartini

5 Mei - 140 28 30 - 198 LIBUR PUASA DAN IDUL FITRI

2019- 2020
6 Juni 16,195 150 - 30 - 16,375

7 Juli 20,225 125 - 50 - 20,400

8 Agustus 25,405 1,200 18 80 - 26,703 Event Apel Kebangsaan

9 September 25,240 140 - 5 - 25,385

10 Oktober 28,310 1,800 15 15 12 Tiongkok 3, Kamboja 1, Filipina 2, AS 6, Belanda 1 30,152 Event Memetri Kampung Jawi

11 November 27,152 230 130 15 1 Rusia 27,528 Event Peringatan Hari Pahlawan

12 Desember 32,560 2,500 - 25 3 Rusia, Australia 2 35,088 Event "Pasar Tiban" di Museum Mandala Bhakti

Total 183,747 8,930 259 680 193,641

MENGETAHUI KOORDINATOR PAKET WISATA


KETUA POKDARWIS KAMPUNG JAWI POKDARWIS KAMPUNG JAWI

SISWANTO ADITYA WARDHANA

1
12

Lampiran 2 Laporan Keuangan


12

Lampiran 3 Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata


12

Lampiran 4 Transkip Wawancara

Daftar Pertanyaan wawancara :

1. Apa Saja Atraksi / Keunikan yang dimiliki di Desa Wisata Kampung


Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
2. Bagaimana Promosi yang dilakukkan di Desa Wisata Kampung Jawi di
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
3. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana pendukung di Desa Wisata
Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
4. Bagaimana cara pengawasa dalam pemasaran di Desa Wisata Kampung
Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang?
5. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Kelurahan Sukorejo terkait
pengembangan?
6. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat lokal adanya Desa Wisata
Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
7. Tantangan apa yang didapatkan terkait pengembangan Desa Wisata
Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
8. Bagaimana persaingan dalam mempromosikan Desa Wisata Kampung
Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
9. Apa yang menjadi daya tarik dari Desa Wisata Kampung Jawi di
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
10. Bagaimanakah pengawasan anggaran yang ada di Desa Wisata Kampung
Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
11. Bagaimana pelaksanaan mengenai Dana / Anggaran di Desa Wisata
Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
12. Bagaimanakah cara dalam mengkoordinasi SDM di Desa Wisata
Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
13. Bagaimana koordinasi dalam Anggaran di Desa Wisata Kampung Jawi di
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang ?
12

14. Bagaimanakah Pengawasa SDM agar tetap menjalankan tujuannya


dengan baik di Desa Wisata Kampung Jawi di Kecamatan Gunung Pati
Kota Semarang ?

Kodding ( Kode)

Fokus :

Strategi yang tepat untuk mengembangkan Desa Wisata Kampung Jawi di


Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.

Nama Status dalam Desa Kode


Wisata Kampung Jawi
Siswanto POKDARWIS PKJ
EDY Seksi Pengembangan SKJ
SDM
12

Transkip Wawancara

No Pertanyaan Informan Hasil Wawancara Kesimpulan

1 Apa Saja Atraksi PKJ Kampung Jawi terletak Kampung Jawi


/ Keunikan yang di kelurahan Sukorejo terletak di
dimiliki di Desa di Rw 01. Kampung Kelurahan
Wisata Jawi dulu sebelum Sukorejo 01.
Kampung Jawi dikenal sering disebut Kampung Jawi
di Kecamatan Kampung dulu sebelum
Gunung Pati Kalialang.karena dikenal sering
Kota Semarang ? masyarakat di disebut Kampung
Kampung Jawi Kalialang.
konsisten merawat Masyarakat di
tradisis Jawa. Maka Kampung Jawi
dari itu Atraksi atau konsisten merawat
keunikan yang tradisis Jawa.
dimiliki di Kampung Maka dari itu
Jawi yaitu berupa Atraksi atau
Permainan tradisional, keunikan yang
Kesenian, dan makanan dimiliki di
tradisional adapun Kampung Jawi
Angkringan Kampung yaitu berupa
Jawi,Pasar Jaten Permainan
dimana pasar yang tradisional,
dibuka hanya pada Kesenian, dan
minggu legi tidak makanan
dibuka setiap hari. tradisional adapun
Apa Saja Atraksi SKJ Kampung Jawi Angkringan
/ Keunikan yang mempunyai atraksi/ Kampung
dimiliki di Desa Keunikan berupa Jawi,Pasar Jaten
Wisata permainan tradisional, dimana pasar yang
Kampung Jawi kesenian dan makanan dibuka hanya pada
di Kecamatan tradisional adapun minggu legi tidak
Gunung Pati Angkringan Kampung dibuka setiap hari.
Kota Semarang ? Jawi,Pasar Jaten
dimana pasar yang
dibuka hanya pada
minggu legi tidak
dibuka setiap hari.
2 Bagaimana PKJ Rencana awal tidak ada, Dalam
Promosi yang kampung Jawi dikenal merencanakan
dilakukkan di masyarakat melalui dalam
Desa Wisata masyarakat atau memperkenalkan
12

Kampung Jawi pengunjung yang Kampung Pelangi


di Kecamatan datang berfoto-foto dan organisasi
Gunung Pati menyebarkannya POKDARWIS
Kota Semarang ? melalui media sosial. pada awalnya tidak
Hal ini menjadikan ada perencanaan,
kampung Jawi menjadi hal ini dikarenakan
dikenal orang banyak. kampung pelangi
Secara intern kami meru[pakan sebuah
mengenalkan kampung fasilitas umum
Jawi di tingkat yang diperuntukan
masyarakat yaitu untuk masyarakat
kepada warga Kalialang luas. Selain itu
bahwa kampung ini yang
dulunya merupakan memperkenalkan
kampung yang tidak Kampung Pelangi
pernah terjamah, tidak yaitu dari
dilirik dan sebagaimana wisatawan atau
yang akhirnya sekarang pengunjung yang
menjadi kampung datang untuk
wisata. Jadi pola pikir berfoto-foto,
harus diubah dengan membuat vidio di
cara melayani Kampung Pelangi
wisatawan dengan yang kemudian di
ramah, sapa, senyum, sebar luaskan di
santun kepada media sosial.
wisatawan. Karena Bahkan dari
kampung pelangi DISTARU juga
banyak dikunjungi telah membuat
orang maka saya website Kampung
berpesan kepada tokoh- Pelangi sebagai
tokoh masyarakat untuk sarana penunjang
disampaikan kepada Kampung Pelangi
warga untuk selalu Semarang
menjaga kebersihan,
menjaga kerapian dan
keindahan, saling
bekerja sama dalam
bentuk event / kegiatan
apapun.

Bagaimana SKJ Tidak ada, intinya


Promosi yang sehabis revitalisasi
dilakukkan di Angkringan terus ada
Desa Wisata perbaikan inipun kita
Kampung Jawi tidak ada masyarakat
di Kecamatan sini yang ingin
12

Gunung Pati menampilkan Kampung


Kota Semarang ? Jawi ini itu tidak ada.
Cuma dari pihak-pihak
yang kemari yang
berfoto-foto terus
dimasukan ke media
sosial yang kemudian
membuat kampung ini
menjadi viral setelah itu
dari DISTARU juga
ada websitenya
tersendiri, justru yang
membuat website untuk
pengenalan di dunia
maya atau internet itu
dari DISTARU yang
membuatnya kalau dari
masyarakat sini maupun
dari POKDARWIS
sudah ada tahapan itu.
3 Bagaimana PKJ kondisi sarana dan kondisi sarana dan
prasana disini masih prasana disini masih
kondisi sarana dan
cukup bagus. Tapi karena cukup bagus. Tapi
prasarana ulah pengunjung yang karena ulah
tidak bertanggung jawab pengunjung yang
pendukung di
beberapa fasilitas disini tidak bertanggung
Desa Wisata ada yang rusak . toilet, jawab beberapa
mushola dan Lahan parkir fasilitas disini ada
Kampung Jawi di
masih bisa digunakan yang rusak . toilet
Kecamatan dan musholah masih
kurang memadai
Gunung Pati Kota
dengan jumlah
Semarang ? pengunjung yang
semakin tiap hari
berdatangan semakin
Bagaimana SKJ kondisi sarana dan
banyak begitupun
kondisi sarana dan prasana disini masih
lahan parkir yang
prasarana cukup bagus. Tapi karena
begitu padat
pendukung di ulah pengunjung yang
Desa Wisata tidak bertanggung jawab
Kampung Jawi di beberapa fasilitas disini
Kecamatan ada yang rusak . toilet dan
Gunung Pati Kota musholah masih kurang
Semarang ? memadai dengan jumlah
pengunjung yang semakin
tiap hari berdatangan
semakin banyak
begitupun lahan parkir
yang begitu padat.
12

4 Bagaimana cara PKJ Kalau pegawasan Pengawasan dalam


pengawasa dalam sementara kami belum memperkenalkan
pemasaran di bisa karena kami tidak Kampung Jawi
Desa Wisata bisa membatasi di belum ada, karena
Kampung Jawi di
dalam media sosial. disisni tidak pernah
Kecamatan
Gunung Pati Kota
Tetapi kami akan memperkenalkanya
Semarang merencanakan serta Kampung
pengembangan media Jawi Semarang
sosial tsb dalam rangka merupakan tempat
pengembangan yang sudah
pengawasan kampung menjadi fasilitas
Jawi Semarang. umum yang telah
diperkenalkan oleh
pemerintah kota
sendiri. Dalam
memperkenalkanya
selama ini hanya
melaui pengunjung
yang datang dan
Bagaimana cara SKJ Belum ada, karena disini berfoto-foto yang
pengawasa tidak pernah kemudian di sebar
dalam mempromosikan, hanya luaskan di media
pemasaran di dari pengunjung yang sosial, tetapi akan
datang kemari dan
Desa Wisata merencanakan
menyebar luaskanya.
Kampung Jawi Karena disisni merupakan pengembangan
di Kecamatan sudah menjadi fasilitas media sosial
Gunung Pati umum yang telah tersebut dalam
Kota Semarang diperkenalkan oleh rangka
pemerintah konta sendiri. pengembangan
pengawasan
kampung Jawi
Semarang.
5 Bagaimana PKJ Partisipasi masyarakat Partisipasi
disini cukup baik dan masyarakat disini
partisipasi
mereka ramah terhadap cukup baik dan
masyarakat lokal pengunjung, beberapa mereka ramah
mendirikan Angkringan terhadap
Kelurahan
yang difasilitasi oleh pengunjung,
Sukorejo terkait Kampung Jawi untuk beberapa mendirikan
memberikan peluang bagi Angkringan yang
pengembangan?
warga atau masyarakat difasilitasi oleh
setempat yang ingin Kampung Jawi
bekerja atau membuka untuk memberikan
usaha. peluang bagi warga
Bagaimana SKJ Partisipasi masyarakat atau masyarakat
disini cukup baik dan setempat yang ingin
partisipasi
mereka ramah terhadap bekerja atau
12

masyarakat lokal pengunjung, beberapa membuka usaha


mendirikan Angkringan untuk mendapatkan
Kelurahan
yang difasilitasi oleh finansial tambahan
Sukorejo terkait Kampung Jawi disini serta memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan?
kebutuhan pengunjung. pengunjung.

6 Bagaimana PKJ Baik,semua masyarakaat Baik, semua


antusias mendukung masyarakat antusias
dukungan
adanya Desa Wisata mendukung adanya
kelompok Kampung Jawi. Desa wisata
Masyarakt menyambut Kampung
masyarakat lokal
dengan positif. Jawi,Masyarakat
adanya Desa menyambut dengan
posstif. Karena
Wisata Kampung
adanya Desa Wisata
Jawi di Kampung Jawi Desa
Kalialang bisa
Kecamatan
terkenal atau bisa
Gunung Pati Kota mempunyai nama
baik dimata
Semarang ?
masyarakat terutama
di Kota Semarang.
Bagaimana SKJ Cukup baaik ,semua
masyarakaat antusias
dukungan
mendukung adanya Desa
kelompok Wisata Kampung Jawi.
Masyarakt menyambut
masyarakat lokal
dengan positif.
adanya Desa
Wisata Kampung
Jawi di
Kecamatan
Gunung Pati Kota
Semarang ?

7 Tantangan apa PKJ Banyaknya objek wisata Banyaknya objek


baru yang ada di Kota wisata baru yang ada
yang didapatkan
Semarang menyebabkan di Kota Semarang
terkait Desa Wisata Kampung menyebabkan Desa
Jawi ini jadi kalah tenar Wisata Kampung
pengembangan
dan menjadikan Jawi ini jadi kalah
Desa Wisata wisatawan di Kampung tenar dan
Jawi semakin berkurang. menjadikan
Kampung Jawi di
wisatawan di
Kecamatan Kampung Jawi
12

Gunung Pati Kota semakin


berkurang,namu
Semarang ?
Kampung Jawi terus
berupaya
Tantangan apa SKJ Banyaknya objek wisata meningkatkan
baru yang ada di Kota kualitas dan
yang didapatkan
Semarang menyebabkan mempromosikan
terkait Desa Wisata Kampung Kampung Jawi
Jawi ini jadi kalah tenar melalui akun sosial
pengembangan
dan menjadikan media yang ada
Desa Wisata wisatawan di Kampung misalnya Instagram
Jawi semakin dan Web Kampung
Kampung Jawi di
berkurang,namu Jawi.
Kecamatan Kampung Jawi terus
berupaya meningkatkan
Gunung Pati Kota
kualitas dan
Semarang ? mempromosikan
Kampung Jawi melalui
akun sosial media yang
ada.
8 Bagaimana PKJ Persaingan yang kita Semenjak adanya
lakukan dengan terus wisata-wisata baru
persaingan dalam
mempromosikan Desa yang ada di Kota
mempromosikan Wisata Kampung Jawi di Semarang membuat
Kecamatan Gunung Pati Kampung Jawi jadi
Desa Wisata
Kota Semarang melalui lebih meningkatkan
Kampung Jawi di Sosial Media atau melalui Promosi melalui
wisatawan yang Sosial Media atau
Kecamatan
berkunjung guna untuk melalui wisatawan
Gunung Pati Kota mengajak teman atau yang berkunjung
pengunjung yang lain. guna untuk
Semarang ?
mengajak teman atau
pengunjung yang
Bagaimana SKJ Semenjak adanya wisata- lain.
wisata baru yang ada di
persaingan dalam
Kota Semarang membuat
mempromosikan Kampung Jawi jadi lebih
meningkatkan Promosi
Desa Wisata
melalui Sosial Media atau
Kampung Jawi di melalui wisatawan yang
berkunjung guna untuk
Kecamatan
mengajak teman atau
Gunung Pati Kota pengunjung yang lain,
Semarang ?
9 Apa yang menjadi PKJ Daya tarik yang dimiliki Awal mula
Kampung Jawi yaitu berdirinya Kampung
daya tarik dari
masih /memegang erat Jawi itu agar
Desa Wisata nilai-nilai Bahasa Jawa masyarakat
yang hampir punah di Kampung Kalialang
13

Kampung Jawi di Jawa, Kampung Jawi juga tidak kehilangan


mempunyai daya tarik budaya Jawa yang
Kecamatan
seperti permainan ada atau yang
Gunung Pati Kota tradisional, kesenian dan melekat selama ini
makan yang erat atau dan agar anak-anak
Semarang ?
yang ada di Jawa seperti usia dini atau anak
Jatilan, Angklung. anak sekarang tidak
Apa yang menjadi SKJ Daya tarik yang dimiliki kehilangan norma-
oleh Kampung Jawi norma yang ada di
daya tarik dari
seperti Permainan Jawa (Wong Jawa
Desa Wisata Tradisional, Kesenian dan Ajo Ilang Jawane.
makanan. Awal mula Daya tarik yang
Kampung Jawi di
berdirinya Kampung Jawi dimiliki Kampung
Kecamatan itu agar masyarakat Jawi yaitu masih
Kampung Kalialang tidak /memegang erat
Gunung Pati Kota
kehilangan budaya Jawa nilai-nilai Bahasa
Semarang ? yang ada atau yang Jawa yang hampir
melekat selama ini dan punah di Jawa,
agar anak-anak usia dini Kampung Jawi juga
atau anak anak sekarang mempunyai daya
tidak kehilangan norma- tarik seperti
norma yang ada di Jawa permainan
(Wong Jawa Ajo Ilang tradisional, kesenian
Jawane dan makan yang erat
atau yang ada di
Jawa seperti Jatilan,
Angklung.
10 Bagaimanakah Pengawasan kami Setia berkala
PKJ lakukan secara berkala.
pengawasan pengawasan
Jadi setiap pertemuan
anggaran yang musyawarah terhadap anggaran
POKDARWIS
ada di Desa di organisasi
bendahara selalu
Wisata melaporkan sisa-sisa POKDARWIS
kas terakhir dan
Kampung Jawi selalu di pantau,
penggunaannya untuk
di Kecamatan apa saja secara terbuka. didalam setiap
Transparan dan serinci.
Gunung Pati pertemuan pasti
Bahkan dapat dana dari
Kota Semarang ? manapun dan mengenai
berapapun harus
keuangan
dilaporkan sumbernya.
Bagaimanakah SKJ setiap pertemuan bendahara
POKDARWIS yang
pengawasan emegang uang pasti melaporkan
anggaran yang laporan biarpun tidak ada pemasukan yang
pengeluaran tetapi tetap
ada di Desa transparan, setiap ada maupun
pengeluaran yang
13

Wisata diapakai tetap ada pengeluaran yang


pengawasan setiap akan
Kampung Jawi malakukan pengeluaran dilakukan semua
di Kecamatan anggaran. transparan dalam
Gunung Pati rapat musyawarah
Kota Semarang ? tersebut. Laporan
keuangan harus di
laporkan
Transparan dan
serinci. Bahkan
dapat dana dari
manapun dan
berapapun harus
dilaporkan
sumbernya.
Dalam pengawasan
anggaran yang
dipakai dalam
menjadikan
Kampung
Kalialanh menjadi
Kampung Jawi
tidak ada, karawna
keuangan dalam
anggaran yang di
peroleh dari CSR
maupun
pengeluaranya
semua yang
mengelola dari
pihak pemerintah
kota Semarang,
13

jadi semua yang


diserahkan kesini
dalam bentuk
barang siap pakai
bukan dalam
bentuk uang.

11 Bagaimana PKJ Pemasukan yang kami Dalam mengelola


terima umumnya berasal pelaksanaan
pelaksanaan
dari pengunjung yang anggaran yang
mengenai Dana / bersifat kelompok bukan dipergunakan dalam
pribadi karena disini melakukan
Anggaran di Desa
bersifat tidak dapat pengecatan kampung
Wisata Kampung dipungut biaya / tanda Kalialng menjadi
masuk tidak ada. Oleh Kampung Jawi
Jawi di
sebab itu tadi saya memerlukan biaya
Kecamatan sebutkan jika ada yang sangat besar,
kunjunga bersifat dana yang
Gunung Pati Kota
kelompok, setelah dipergunakan
Semarang ? memberitahu kami makan didalamnya berasal
terjalin mau yang berisi dari pemerintah kota
mau kegiatan apa atau semarang seperti
even apa disini kami DISTARU yang
kenakan cas untuk telah menjalin kerja
perawatan kampung Jawi sama denga
mereka memberikan GAPENSI dan CSR-
dalam bentuk uang kami CSR yang bersedia
akan menyerahkan kepada bekerja sama dalam
bendahara untuk pelaksanaan
kepentingan organisasi tersebut. Angaran
dan masyarakat,. Setelah dana yang diberikan
kami berjalan 2-3 bulan dari pemerintah kota
kami memiliki kas. kami Semarang melalui
dan warga semua yang GAPENSI dan CSR
merupakan swadaya yang ada, dari CSR-
murni dari masyarakat CSR tersebut
yang datang atau bantuan alat dan
pengunjung yang bahan datang, dari
memberikan uang untuk pemerintah
operasional organisasi memberikan ke
untuk memperbaiki lokasi bukan dalam
fasilitas yang rusak juga bentuk uang
dari masing – masing Jadi melainkan
uang yang masuk selain memberikanya
digunakan untuk dalam bentuk barang
perawatan juga digunakan siap pakai yang
13

untuk kepentingan dipergunakan untuk


organisasi dalam proses membangun
menjalankan organisasi kampung Kalialang .
termasuk pembuatan Selanjutnya dalam
bahan – bahan kerajinan menjalankan
yang berasal dari kas POKDARWIS
POKDARWIS yang akan sebagai organisasi
mendapat untuk dan didalamnya dalam
kembali ke POKDARWIS memperoleh bantuan
yang kemudian dalam pengadaan
dipergunakan kembali event atu kegiatan
untuk kepentingan berasal dari CSR
dikampung pelangi. yang bekerjasama
Bagaimana SKJ Kalau untuk dana yang dalam mendukung
sudah masuk di kegiatan yang ada di
pelaksanaan
POKDARWIS itu pada Kampung Jawi ,
mengenai Dana / setiap ada event baru kita suport dapat
keluarkan untuk berbentuk barang
Anggaran di Desa
pembuatan proposal dll, maupun uang yang
Wisata Kampung hanya untuk perlengkapan kemudian akan
ATK saja. Karena selama dimaksimalkan
Jawi di
ini untuk kekurangan- untuk kepentingan
Kecamatan kekuranganya kami Kampung Jawi.
mencari seseorang yang Pemasukan
Gunung Pati Kota
dapat mensuport kampung POKDARWIS pada
Semarang ? pelangi berupa uang umumnya berasal
maupun barang, apapun dari kunjungan-
yang ada yang telah kunjungan wisatan
diberikan akan kita yang bersifat
maksimalkan untuk kelompok besar
kegiatan tersebut. karena dalam hal
pelaksanaan Kampung tersebut dari
Pelangi Semarang dalam POKDARWIS
pergerakanya telah mengenakan sistem
berjalan cukup baik, kontribusi untuk
anggaran yang kegiatan pengunjung
yang bersifat
kelompok besar,
kontribusi dapat
berupa sumbangan
cat maupun kedalam
bentuk uang yang
nantinya akan
dipergunakan
kembali untuk
kepentingan
Kampung Jawi.
13

12 Bagaimanakah PKJ Kami setiap periodik Dalam koordinasi


cara dalam minimal 1 bulan sekali SDM untuk
mengkoordinasi bertemu untuk menjalankan
SDM di Desa musyawarah, tetapi semua perencanaan yang
Wisata Kampung tergantung kesadaran telah dibuat
Jawi di masyarakat, kadang sebelumnya, dalam
Kecamatan diundang mendatang pengaturan dan
Gunung Pati Kota kadang juga tidak. pengelolaan dalam
Semarang ? Kemarin ketika kami melakukan
berbicara seperti ini pengecatan awalnya
minimal RT/RW sudah telah dilakukan
tahu dan menyampaikan pemberitahuan
kepada warganya tentang terlebihdahulu
informasi ini, ketika kepada masyarakat
warga/pengurus setempat. Setelah
mengetahui dirinya warga telah
menjadi pengurus kan mengetahuinya dan
juga harus tau tugasnya, yang mengkoordinir
maka kami berikan hal itu warga yaitu ketua
pada forum musyawarah. RT di masing-
Kami tidak bisa member masing RT di
informasi satu per satu. kampung Kalialang.
Karena mereka baru Dalam pengecatan
berlatih berorganisasi yang akan memantau
dibidang pariwisata maka dan mengawasi
harus dengan pelan-pelan, prosesnya yaitu
sabar, telaten karena tidk ketua RT masing-
semudah membalik masing.dalam prose
tangan. Jadi jika saya pengecatan yang di
ingin menyampaikan bantu tenaga dari
informasi maka harus GAPENSI sebanyak
melalui tokoh – tokoh 50 orang dan 5-6
masyarakat seperti pada orang untuk melukis,
pertemuan RW saya karena mereka
sampaikan, pertemuan bukan warga asli di
POKDARWIS saya kampung Kalialang
sampaikan. Pertemuan maka di dipilihlah
PKK juga saya sampaikan beberapa orang
sehingga mereka sudah warga asli sebagai
dapat terkendali lewat penunjuk arah untuk
RT/RW. Karena tenaga pengecatan
kebetulan pengurus yang dari GAPENSI.
POKDARWIS berasal
dari RT/RW jadi dalam
berkoordinasi lebih
mudah. Bagi koordinasi
Bapak-Bapak saya
undang atas nama
pengurus POKDARWIS
bukan ketua RT RW.
13

Saya sebagai ketua


POKDARWIS maka
RT/RW ada dibawah saya
dalam kepengurusan
maka kendali ada disaya
ketika berbicara tentang
destinasi wisata. Tapi kalo
berbicara tentag
kepemerintahan maka RT,
RW yang berbicara.

Bagaimanakah SKJ kalau itu memang kita


cara dalam selama ini PODARWIS
mengkoordinasi setiap 2 minggu sekali
SDM di Desa melakukan pertemuan,
Wisata Kampung jadi kalau ada kegiatan
Jawi di apapun kita akan
Kecamatan evaluasinya. Kekurangan
Gunung Pati Kota apapun pasti akan kita
Semarang ? bicarakan, nanti kelihatan
jika ada yang kurang aktif
di anggota maka bisa
diperbarui didalamnya.
Kita juga waktu warga
kumpul di RT kita
menyampo\aikan untuk
perkembangan kampung
pelangi jika masyarakat
ada ide atau wawasan itu
mungkin bisa tampung di
setiap RT masing-masing
yang nantinya akan
disampaikan kepada
POKDARWIS pada saat
pertemuan
13 Bagaimana PKJ Tugas dalam keuangan Dalam
koordinasi dalam ada di bendahara, jadi pengkoordinasian
Anggaran di Desa tugas bendahara mencatat anggaran semua
Wisata Kampung segala pengeluaran dan yang mengetahui
Jawi di pemasukan di dalamnya
dana masuk dan
Kecamatan baik berupa sumbangan,
Gunung Pati Kota hasil usaha dll. Maka
dana keluar yaitu
Semarang ? akan dicatat semua dari DISTARU dan
dengan sepengetahuan GAPENSI yang
ketua. Akan tetapi dari disini berperan
saya tetap memantau sebagai pengelola
semua. Setiap saat ada dan penanggung
laporan setiap periode jawab dalam
setiap 1 bulan sekali kami
13

adakan laporan berapapun perencanaan


kasnya. Karena kami Kampung Jawi.
tidak ada masukan, Dana-dana yang
kecuali ada kunjungan berasal dari
bersifat kelompok ada
berbagai CSR yang
yang member cat dan
uang. Jika ada kunjungan
bekerjasama
bersifat kelompok kami memberikan ke
pengurus memiliki kampung
kesepakatan kena cas Kalialang dalam
berupa cat. Jika kami bentuk barang
diberikan uang maka akan bukan dalam
kami ditampung dalam bentuk uang.
keuanga POKDARWIS.”

Bagaimana SKJ Di POKDARWIS juga


koordinasi dalam ada bendahara jadi kalau
Anggaran di Desa ada kunjungan atau
Wisata Kampung wisatawan yang sifatnya
Jawi di rombongan memang kita
Kecamatan meminta kontribusi untuk
Gunung Pati Kota pembelian Makanan .
Semarang ? Rata-rata mereka
memberikan uang yang
kemudian dimasukan
kedalam kas
14 Bagaimanakah PKJ Pengawasan secara Proses pengawasan
internal kami selalu SDM di dalam
Pengawasa SDM
mengadakan pertemuan Kampung Pelangi
agar tetap dari sisi kehadiran dilihat Semarang secara
dan dapat kami awasi. internal tpat delah
menjalankan
Tetapi pengawasan secara diadakanya
tujuannya dengan kusus kami belum bisa pertemuan 1 bulan
karena mereka bukan sekali. Dari segi
baik di Desa
pekerja. Akan tetapi jika kehadiran juga dapat
Wisata Kampung pada event – event dipantau juga dari
tertentu bisa dilihat kalau segi kehadiran
Jawi di
hanya orang – orag ini anggota di
Kecamatan yang aktif. Itu bagian dari dalamnya. Tidak ada
pengawasan dari saya pengawasan SDM
Gunung Pati Kota
dalam organisasi karena secara kusus karena
Semarang ? bagaimana karena ini dalam
organisasi sosial belum menjalankanya
bisa dipaksakan terkait merupakan kerja
dengan keterikatan kerja yang besifat suka
mereka karena mereka rela dan tanpa
semua bekerja dan kami paksaan. Adapun
juga harus mengerti hal pengawasan SDM
itu. Hal lain adalah terhadap warga
kesadaran yang setempat dalam
13

bagaimana kampung menjaga kebersihan


pelangi harus tetap ada, dan kerapian yang
harus tetap dikenal. Harus sudah di ciptakan di
dapat dijaga dengan baik Kampung Jawi,
itu bagian kesadaran dan tanggung jawab
kepedulian masyarakat. dalam ikut serta
Dulu pengunjung ramai mengawasi telah
sampai peuh sampai diserahkan kepada
malah oleh sebab itu kami masing-masing
membatasi tidak bisa warga sendiri yang
wisatawan disini sampai dibantu dari ketua
malam karena disini RT masing0masing
kampung warga yang dalam ikut serta
butuh istirahat. Maksimal mengawasi
pukul 19.00 harus sudah warganya.
steril.
Bagaimanakah SKJ Kalau untuk sistem
pengawasan SDM yang
Pengawasa SDM
terkait dengan
agar tetap POKDARWIS tidak
ada pengawasan
menjalankan
tersendiri karena dari
tujuannya awal juga tidak ada
paksaan di dalam
dengan baik di
pelaksanaanya. Jadi di
Desa Wisata dalam pembinaan
khusus untuk setiap
Kampung Jawi
bidang masing-masing
di Kecamatan memang sudah ada
devisi yang bekerja,
Gunung Pati
hanya saja tidak ada
Kota Semarang ? pengawasan kusus
didalamnya. Jalan jalan
biasa saja setiap bidang
sesuai event atau
kegiatan yang akan
berjalan. Tapi selama
pengecatan kemarin
tidak ada warga yang
kontra, hanya saja
dalam pengelolaan
kedepan yang lebih
lanjut membutuhkan
orang-orang yang
benar-benar bisa
berkontribusi
didalamnya. Kalau
13

untuk pengawasan
warga kita serahkan
tanggung jawab
masing-masing ke
warga setiap rumah,
jadi seperti kebersihan
lingkungan itu tanggu
jawab masing-masing.
Kita sudah sosialisasi di
setiap RT jika salah
satu cat rumahnya
sudah pudar tolong
dicatat dan dibicarakan
dalam pertemuan,
selain itu pengawasan
dari awal juga di
serahkan masing-
masing RT untuk
mengawasi warganya
sendiri.
13

Lampiran 5 Lembar Observasi

No Aspek Indikator
SB B C KB
1. Potensi
SDM
a) Bagaimana Pelayanan SDM yang mengelola di √
Kampung Pelangi Semarang?
b) Bagaimana pengelolaan wisata KampungJawi √
Semarang?
c) Bagaimana SDM yang mengelola proses √
pembentukan Kampung Jawi Semarang?
d) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam ikut serta √
proses revitalisasi menjadi Kampung Jawi?
Fasilitas
a) Bagaimana kondisi sarana prasarana di Kampu Jawi √
Semarang?
b) Bagaimana kondisi toilet umum di Kampung Jawi √
Semarang?
c) Bagaimana jumlah ketersediaan tempat sampah di √
Kampung Pelangi Semarang?
d) Bagaimana kondisi Mushola di Kampun Jawi √
Semarang?
Administrasi
a. Bagaimana pengelolaan program kerja di Kampung √
Jawi Semarang?
b. Bagaimana pengelolaan program kerja di Kampung √
Jawi Semarang?
Promosi
a) Bagaimana upaya mempromosikan wisata √
Kampung Jawi Semarang?
b) Bagaimana kematangan perencanaan promosi √
wisata Kampung Jawi Semarang?
c) Bagaimana upaya pengembangan objek wisata √
Kampung Jawi Semarang?
Pengunjung
a) Bagaimana peningkatan pengunjung di Kampung √
Jawi Semarang?
b) Bagaimana pelayanan terhadap wisatawan di √
Kampung Jawi Semarang?
2. Lingkungan Objek Wisata
Akses ( Geografi)
14

a) Bagaimana kondisi jalan menuju Kampung Jawi √


Semarang?
b) Bagaimana ketersediaan transportasi menuju √
Kampung Jawi Semarang?
c) Bagaimana tingkat keamanan di Kampung Jawi √
Semarang?
Budaya
a) Bagaimana respon warga setempat dengan √
pengunjung Kampung Jawi Semarang?
b) Bagaimana tingkat keramahan di Kampung Jawi √
Semarang?
c) Bagaimana tingkat kebersihan lingkungan di √
Kampung Jawi Semarang?
Sosial Ekonomi
a) Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat di √
Kampung Jawi Semarang?
b) Bagaimana perubahan ekonomi yang terjadi saat √
berdirinya Kampung Jawi Semarang?

Keterangan :
SB : Sangat Baik =4
B : Baik =3
C : Cukup Baik =2
KB : Kurang Baik =1
14

Lampiran 6. Kuosioner Evaluasi Kualitas Desa Wisata Kampung Jawi

No Atraksi Responden (N=100) %


1 Pemandangan alam di Kampung Jawi yang saya kunjungi sangat indah
dan menarik.
Sangat Setuju 23 23
Setuju 57 57
Cukup Setuju 20 20
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Kondisi alam sangat indah dan menarik.
Sangat Setuju 20 20
Setuju 55 55
Cukup Setuju 22 22
Tidak Setuju 3 3
Sangat Tidak Setuju 0 0
3 Terdapat upacara adat yang sangat menarik.
Sangat Setuju 10 10
Setuju 40 40
Cukup Setuju 35 35
Tidak Setuju 12 12
Sangat Tidak Setuju 3 3
4 Kesenian tradisional yang sangat menarik.
Sangat Setuju 15 15
Setuju 32 32
Cukup Setuju 42 42
Tidak Setuju 9 9
Sangat Tidak Setuju 2 2
5 Terdapat berbagai kerajinan yang sangat menarik.
Sangat Setuju 5 5
Setuju 40 40
Cukup Setuju 44 44
Tidak Setuju 10 10
Sangat Tidak Setuju 1 1
6 Adanya angkringan pinggir kali Kampung Jawi sangat menarik.
Sangat Setuju 26 26
Setuju 28 28
Cukup Setuju 46 46
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Fasilitas dan Pelayanan


7 Kualitas Home stay di Kampung Jawi baik.
Sangat Setuju 5 5
Setuju 45 45
Cukup Setuju 50 50
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
8 Pelayanan Home stay di Kampung Jawi baik.
Sangat Setuju 2 2
Setuju 45 45
Cukup Setuju 30 30
Tidak Setuju 21 21
Sangat Tidak Setuju 2 2
9 Kualitas tempat wisata kuliner di Kampung Jawi baik.
Sangat Setuju 52 52
Setuju 35 35
Cukup Setuju 13 13
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
10 Pelayanan tempat wisata kuliner di Kampung Jawi baik.
Sangat Setuju 53 53
Setuju 34 34
Cukup Setuju 13 13
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
11 MCK umum di Kampung Jawi sangat baik dan bersih.
Sangat Setuju 2 2
Setuju 22 22
Cukup Setuju 61 61
Tidak Setuju 10 10
Sangat Tidak Setuju 5 5
12 Tempat ibadah Kampung Jawi sangat baik dan bersih.
Sangat Setuju 10 10
Setuju 35 35
Cukup Setuju 52 52
Tidak Setuju 3 3
Sangat Tidak Setuju 0 0
13 Lapangan Outdoor Kampung Jawi sangat baik dan memadai.
Sangat Setuju 23 23
Setuju 56 56
Cukup Setuju 21 21
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14 Tempat Parkir Kampung Jawi sangat luas.
Sangat Setuju 2 2
Setuju 52 52
Cukup Setuju 42 42
Tidak Setuju 4 4
Sangat Tidak Setuju 0 0
Aksesibilitas
14

15 Jalan menuju Kampung Jawi tersedia dan mudah ditempuh.


Sangat Setuju 10 10
Setuju 37 37
Cukup Setuju 49 49
Tidak Setuju 4 4
Sangat Tidak Setuju 0 0
16 Kualitas jalan menuju lokasi Kampung Jawi dalam kondisi baik.
Sangat Setuju 15 15
Setuju 45 45
Cukup Setuju 39 39
Tidak Setuju 1 1
Sangat Tidak Setuju 0 0
17 Transportasi umum sepanjang Kampung Jawi tersedia.
Sangat Setuju 0 0
Setuju 25 25
Cukup Setuju 49 49
Tidak Setuju 26 26
Sangat Tidak Setuju 0 0
18 Petunjuk jalan sepanjang Kampung Jawi tersedia.
Sangat Setuju 6 6
Setuju 60 60
Cukup Setuju 29 29
Tidak Setuju 5 5
Sangat Tidak Setuju 0 0

Citra Desa Wisata


19 Keramahan Masyarakat sekitar Kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 41 41
Setuju 45 45
Cukup Setuju 14 14
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
20 Kebersihan sekitar Kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 18 18
Setuju 60 60
Cukup Setuju 21 21
Tidak Setuju 1 1
Sangat Tidak Setuju 0 0
21 Keamanan sekitar kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 45 45
Setuju 32 32
Cukup Setuju 23 23
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Kepuasan Pengunjung

No Atraksi Responden (N=100) %


1 Saya puas dengan pemandangan alam Kampung Jawi yang saya
kunjungi.
Sangat Setuju 20 20
Setuju 60 60
Cukup Setuju 20 20
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Saya puas dengan kondisi alam di Kampung Jawi yang saya kunjungi.
Sangat Setuju 21 21
Setuju 58 58
Cukup Setuju 21 21
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
3 Saya puas melihat upacara adat Kampung Jawi yang disajikan.
Sangat Setuju 35 35
Setuju 41 41
Cukup Setuju 24 24
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
4 Saya puas melihat kesenian tradisional yang disajikan di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 23 23
Setuju 26 26
Cukup Setuju 31 31
Tidak Setuju 18 18
Sangat Tidak Setuju 2 2
5 Saya puas melihat berbagai kerajinan yang ada di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 1 1
Setuju 21 21
Cukup Setuju 57 57
Tidak Setuju 21 21
Sangat Tidak Setuju 0 0
6 Saya puas dengan Angkringan pinggir kali di Kampung Jawi yang saya
kunjungi.
Sangat Setuju 21 21
Setuju 32 32
Cukup Setuju 47 47
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Fasilitas dan Pelayanan


7 Saya puas dengan kualitas Home stay di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 5 5
Setuju 45 45
Cukup Setuju 50 50
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
8 Saya puas dengan pelayanan Home stay di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 5 5
Setuju 45 45
Cukup Setuju 50 50
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
9 Saya puas dengan kualitas tempat wisata kuliner di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 52 52
Setuju 38 38
Cukup Setuju 10 10
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
10 Saya puas dengan pelayanan tempat wisata kuliner di Kampung Jawi.
Sangat Setuju 48 48
Setuju 23 23
Cukup Setuju 29 29
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
11 Saya puas dengan MCK umum di Kampung Jawi sangat baik dan bersih.
Sangat Setuju 1 1
Setuju 23 23
Cukup Setuju 55 55
Tidak Setuju 20 20
Sangat Tidak Setuju 1 1
12 Saya puas dengan tempat ibadah Kampung Jawi sangat baik dan bersih.
Sangat Setuju 13 13
Setuju 62 62
Cukup Setuju 25 25
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
13 Saya puas dengan lapangan Outdoor Kampung Jawi sangat baik dan
memadai.
Sangat Setuju 35 35
Setuju 39 39
Cukup Setuju 26 26
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14 Saya puas dengan tempat Parkir Kampung Jawi sangat luas.
Sangat Setuju 17 17
Setuju 61 61
Cukup Setuju 22 22
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Aksesibilitas
15 Saya puas dengan jalan menuju Kampung Jawi tersedia dan mudah ditempuh.
Sangat Setuju 3 3
Setuju 40 40
Cukup Setuju 54 54
Tidak Setuju 2 2
Sangat Tidak Setuju 1 1
16 Saya puas dengan kualitas jalan menuju lokasi Kampung Jawi dalam kondisi
baik.
Sangat Setuju 2 2
Setuju 48 48
Cukup Setuju 45 45
Tidak Setuju 3 3
Sangat Tidak Setuju 2 2
17 Saya puas dengan transportasi umum sepanjang Kampung Jawi tersedia.
Sangat Setuju 1 1
Setuju 31 31
Cukup Setuju 33 33
Tidak Setuju 34 34
Sangat Tidak Setuju 1 1
18 Saya terbantu dengan petunjuk jalan sepanjang Kampung Jawi tersedia.
Sangat Setuju 19 19
Setuju 43 43
Cukup Setuju 32 32
Tidak Setuju 3 3
Sangat Tidak Setuju 3 3
Citra Desa Wisata
19 Saya puas dengan keramahan masyarakat sekitar Kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 38 38
Setuju 32 32
Cukup Setuju 30 30
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
20 Saya puas dengan kebersihan sekitar Kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 17 17
Setuju 37 37
Cukup Setuju 43 43
Tidak Setuju 4 4
Sangat Tidak Setuju 3 3
21 Saya puas dengan keamanan sekitar kampung Jawi sangat baik.
Sangat Setuju 31 31
Setuju 35 35
Cukup Setuju 34 34
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Evaluasi Loyalitas Wisatawan

No Atraksi Responden (N=100) %


1 Saya membicarakan kepuasan dan pengalaman saya selama di Kampung
Jawi kepada orang lain.
Sangat Setuju 5 5
Setuju 60 60
Cukup Setuju 31 31
Tidak Setuju 4 4
Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Saya akan merekomendasikan Kampung Jawi kepada orang lain.
Sangat Setuju 12 12
Setuju 50 50
Cukup Setuju 38 38
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
3 Saya akan mengunjungi kembali Kampung Jawi suatu hari nanti.
Sangat Setuju 37 37
Setuju 32 32
Cukup Setuju 31 31
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
14

Lampiran 7 Musholla dan MCK


14

Lampiran 8 Dokumentasi
15

Tempat Penukaran Uang Kepeng

Alat Transaksi Kepeng


15

Kesenian Tarian Jatilan

Kesenian Jathilan
15

Pintuk masuk kampung Jawi

Spot
15

Angkringan

Angkring
15

Lapak angkringan kampung Jawi

Makanan
15

Makanan tradisional

Jamu temu
15

Makanan tradisional

Transaksi pembelian dan


15

Pembeli
15

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Judul


15

Lampiran 10. Lembar Persetujuan Proposal


16

Lampiran 11. Surat Ijin Penilitian


16

Lampiran 12. Lembar Persetujuan Observasi


16

Lampiran 13. Lembar Penyelesain Bimbingan


16

Anda mungkin juga menyukai