Anda di halaman 1dari 22

PARADIGMA PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN
Sustainable Tourism Development
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya menekankan pada 4 (empat)
Prinsip, sebagai berikut :
1. Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable)
Menekankan bahwa proses pembangunan kepariwisataan harus tanggap dan
memperhatikan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan (baik alam maupun
budaya), dan mampu mencegah dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi.
2. Diterima secara sosial & budaya (socially and culturally acceptable)
Menekankan bahwa proses pembangunan dapat diterima secara sosial dan budaya oleh
masyarakat setempat.
3. Layak secara ekonomi (economically viable)
Menekankan bahwa proses pembangunan harus layak secara ekonomi dan menguntungkan.
4. Memanfaatkan teknologi yang pantas diterapkan (technologically appropriate)
Menekankan bahwa proses pembangunan secara teknis dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien, dengan memanfaatkan sebesar-besar sumber daya lokal, dan dapat diadopsi
masyarakat setempat secara mudah untuk proses pengelolaan yang berorientasi jangka
panjang.
2
Sustainable Tourism Development
Tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan yang didasarkan atas prinsip-prinsip
tersebut, akan bermuara pada 5 (lima) sasaran sebagai berikut (Fennel, 1999):

1. Terbangunnya pemahaman dan kesadaran yang semakin tinggi bahwa pariwisata dapat
berkontribusi secara signifikan bagi pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi.
2. Meningkatnya kualitas hidup bagi masyarakat setempat.
3. Meningkatnya kualitas pengalaman bagi pengunjung dan wisatawan.
4. Meningkatnya dan menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan bagi generasi yang akan
datang.
5. Meningkatnya keseimbangan dalam pembangunan.

3
Sustainable Tourism Development
12 Aims of Sustainable Tourism Development (UNWTO, 2005):
1. Kelayakan secara ekonomis (economic viability)
2. Kemakmuran suatu wilayah (local prosperity)
3. Lapangan kerja yang berkualitas (employment quality)
4. Kesetaraan sosial (social equity)
5. Pemenuhan hak wisatawan (visitor fulfilment)
6. Kendali oleh masyarakat lokal (local control)
7. Kesejahteraan komunitas (community wellbeing)
8. Kekayaan budaya (cultural richness)
9. Integritas destinasi secara fisik (physical integrity)
10. Keberagaman biologis (biological diversity)
11. Efisiensi sumber daya (resource efficiency)
12. Kemurnian lingkungan (environmental purity)

4
Sustainable Tourism Development

Provide Socio-
economic
Benefits

Respect socio-
Make optimal use
cultural
of environmental
authenticity of the
resources
host community

5
Principles of Sustainable Tourism
Development

Economic prosperity
Long-term competitive & prosperous
tourism business
Quality employment opportunities, fair pay
& conditions for all employees.

Social equity and cohesion Environmental and cultural protection


Tourism that improves the quality of reduced pollution & degradation of the
life of local communities global & local environment
Community involvement in tourism tourism that maintains & strengthens
planning & management biodiversity
Safe, satisfying & fulfilling visitor tourism that maintains & enriches our
experiences unique & diverse culture

6
Hubungan antara Sustainable Tourism dan
Terminologi/Konsep yang Lain

Responsible
tourism
Alternative
Tourism
Soft
tourism Sustainable
Tourism
Minimum Environmentally
impact friendly tourism
tourism

Eco-
Tourism

7
5. Community
Paradigma Based Tourism
Pembangunan Kepariwisataan
CBT merupakan salah satu gagasan yang penting bagi Terdapat 10 prinsip dasar perencanaan pariwisata yang
pembangunan kepariwisataan yang seringkali mengabaikan mengutamakan hubungan yang lebih seimbang antara
hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata
yaitu :
Terdapat 3 hal pokok sebagai tonggak bagi perencanaan
1. Mengakui, mendukung, dan mengembangkan kepemilikan
pariwisata yang partisipatif, yaitu :
komunitas dalam industri pariwisata.
1. mengikutsertakan anggota masyarakat dalam 2. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai
pengambilan keputusan, setiap aspek.
2. memberikan manfaat kepada masyarakat lokal atas 3. Mengembangkan kebanggaan komunitas.
kegiatan kepariwisataan, dan 4. Mengembangkan kualitas hidup komunitas.
3. memberikan pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat 5. Menjamin keberlanjutan lingkungan.
lokal. 6. Mempertahankan keunikan karakter dan budaya lokal
7. Membantu perkembangan pembelajaran dan pertukaran
budaya pada komunitas.
8. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia.
9. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota
komunitas.
10. Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan
(pendistribusian pendapatan) dalam proyek yang
dilaksanakan di komunitas.

8
5. Good Tourism
Paradigma Governance
Pembangunan Kepariwisataan
Setiap pemangku kepentingan harus memegang teguh paling tidak sembilan nilai penting berikut ini:
1. Partisipatif; dalam arti semua anggota/warga masyarakat mampu memberikan suaranya dalam pengambilan keputusan,
baik langsung maupun melalui lembaga perantara yang diakui mewakili kepentingannya. Partisipasi yang luas dibangun
atas kebebasan berorganisasi dan penyampaian pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan dan kepatuhan pada peraturan perundangan-undangan; dalam arti hukum harus ditegakkan atas dasar
keadilan tanpa memandang golongan dan perbedaan apa pun.
3. Transparansi; dalam arti adanya aliran informasi yang bebas dan langsung dapat diakses oleh berbagai pihak yang
berkepentingan. Di samping itu, informasi tersebut juga harus cukup tersedia untuk dimengerti dan dipantau oleh
semua fihak yang berkepentingan.
4. Daya tanggap (responsiveness); dalam arti adanya kemampuan kelembagaan dari pemerintah untuk memproses dan
melayani keluhan dan pendapat semua anggota masyarakat.
5. Orientasi pada konsesus; pengelolaan pemerintahan yang baik harus dapat menjembatani perbedaan kepentingan
antarwarga masyarakat dengan cara mencapai konsensus yang luas dan mampu mengakomodasi kepentingan
kelompok, mencari kemungkinan dalam penentuan kibijakan, dan prosedur yang dapat diterima semua pihak.
6. Bersikap adil; dalam arti harus diupayakan agar semua warga masyarakat mempunyai kesempatan untuk meperbaiki
dan memelihara kesejahteraannya.
7. Efektivitas dan efisiensi; maksudnya, setiap kinerja kelembagaan harus mampu membuahkan hasil yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya secara bijaksana (best use).
8. Akuntabilitas dan pertanggungjawaban; artinya, setiap pengambilan keputusan oleh institusi pemerintah, sektor
swasta, dan organisasi kemasyarakatan harus bisa dipertanggungjawabkan kepada publik dan segenap stakeholders.
Kadar dan takaran akuntabilitas ini memang berbeda antara organisasi yang satu dari yang lain, tergantung pada
keperluan internal atau eksternal.
9. Visi strategik; berarti bahwa pemimpin dan publik harus sama-sama memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan
tentang pemerintahan yang baik, pengembangan manusia, kebersamaan, dan mempunyai kepekaan atas apa yang
diperlukan untuk pembangunan dan perkembangan bersama.
9
5. Borderless Tourism
Sektor Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan dan melibatkan banyak
sektor, misalnya sektor kehutanan, sektor kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan
perdagangan, telekomunikasi, perhubungan dll
a. Pembangunan dan kebijakan di sektor perhubungan dan telekomunikasi,
pengembangan bandara, jaringan jalan, pelabuhan, moda angkutan penerbangan,
kapal ataupun kereta api, baik dalam konteks koordinasi dan kerjasama dalam maupun
luar negeri, bilateral maupun multilateral dengan negara lain.
b. Pengembangan Kebijakan di sektor keimigrasian, sebagai contoh: kebijakan bebas visa,
penghapusan fee untuk visa on arrival bagi negara-negara tertentu.

10
5. Borderless Tourism
Sektor Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan dan melibatkan banyak
sektor, misalnya sektor kehutanan, sektor kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan
perdagangan, telekomunikasi, perhubungan dll
c. Pengembangan kebijakan di sektor kehutanan, kelautan, pertanian/ perkebunan,
kebudayaan melalui dukungan alokasi ruang/ area atau objek bagi pengembangan
kegiatan kepariwisataan, beserta penyiapan berbagai aturan pelaksanaan yang
mendukung.
d. Pengembangan kebijakan di sektor pendidikan yang dapat mendukung pengembangan
standar pelatihan dan pendidikan untuk menopang industri pariwisata, meningkatkan
kualitas SDM pariwisata Indonesia sehingga mampu berkompetisi dengan SDM asing.

11
PARIWISATA DAN EKONOMI HIJAU
(GREEN ECONOMY AND TOURISM)
Konsep green tourism mencakup empat hal yang harus diupayakan:
a. Pertama, terhadap orang yang datang bisa diberikan sejenis
ketentuan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Dengan demikian, masyarakat akan senang menerima
pengunjung yang datang, demikian juga bagi orang yang
datang akan merasa nyaman.
b. Kedua, program penghijauan. Program ini dilakukan baik oleh
pemerintah, swasta, masyarakat, dan wisatawan. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkaya dan memperindah alam.
Dengan demikian, kegiatan pariwisata bukan merupakan
kegiatan yang merusak lingkungan atau alam, melainkan justru
ikut memperkaya dan mempercantik sumber daya alam.

12
PARIWISATA DAN EKONOMI HIJAU
(GREEN ECONOMY AND TOURISM)
Konsep green tourism mencakup empat hal yang harus diupayakan:
c. Ketiga, mengganti konsep pembangunan pariwisata yang
masih menafikkan peran masyarakat di sekitar kawasan wisata
menjadi konsep pembangunan pariwisata yang melibatkan
masyarakat sekitar. Melalui green tourism, masyarakat diajak
ikut terlibat langsung dalam pembangunan pariwisata berdasar
atas kearifan lokal yang dimiliki masyarakat setempat,
terutama dalam pelestarian alam.
Keempat, berkaitan dengan koservasi lingkungan pariwisata
sehingga melalui konsep tersebut, objek wisata di Indonesia dapat
menjadi tujuan wisata di dunia yang berbasis pada kelestarian
alam.

13
Global Code of Ethics for Tourism
1. Kontribusi kepariwisataan untuk
membangun saling pengertian dan saling
menghormati antar penduduk dan
masyarakat,.
2. Kepariwisataan sebagai media untuk
memenuhi kebutuhan kualitas hidup baik
secara perseorang maupun secara kolektif.
3. Kepariwisataan sebagai faktor
pembangunan berkelanjutan.
4. Kepariwisataan sebagai pemakai warisan
budaya kemanusiaan serta sebagai
penyumbang pengembangan warisan
budaya itu sendiri.
5. Kepariwisataan adalah kegiatan yang
menguntungkan bagi masyarakat dan
negara penerima wisatawan,
14
Global Code of Ethics for Tourism
6. Kewajiban para pemangku kepentingan
pembangunan kepariwisataan.
7. Hak dasar berwisata.
8. Kebebasan bergerak wisatawan.
9. Hak para pekerja dan pengusaha dalam
industri pariwisata.
10. Pelaksanaan prinsip-prinsip Kode Etik
Kepariwisataan Dunia.

15
Carrying Capacity
Tipe Deskripsi
Physical capacity Jumlah wisatawan yang dapat diakomodasi secara
fisik oleh suatu destinasi
Environmental or Ecological Jumlah wisatawan yang dapat diakomodasi sebelum
capacity mulai menimbulkan kerusakan atas lingkungan dan
ekosistem.
Economic capacity Jumlah wisatawan yang bisa didatangkan sebelum
masyarakat lokal mulai merasakan masalah ekonomi
yang ditimbulkan, misalnya adalah kenaikan harga
tanah dan rumah.
Social capacity Jumlah penduduk optimal, dimana jumlah yang lebih
banyak bisa menyebabkan kerusakan budaya yang
sulit dipulihkan kembali.
Infrastructure capacity Jumlah wisatawan yang dapat diakomodasi oleh
infrastruktur suatu destinasi.
Perceptual capacity Jumlah orang yang bisa dilayani oleh suatu destinasi
sebelum kualitas pengalaman berwisata berkurang.
16
Carrying Capacity

• Measurement Problem: bagaimana cara kita menentukan


‘jumlah’ tersebut?
• Beberapa konsep carrying capacity, misalnya: social dan
perceptual capacity, adalah konsep yang sangat subjektif.
• Penghitungan carrying capacity akan berbeda untuk setiap
destinasi (dengan karakteristik geografis, ekosistem, struktur
sosial-ekonomi yang berbeda-beda).

17
Contoh Kasus Indonesia (Berapakah jumlah wisatawan yang
‘ideal’ untuk Batu, Malang)?

Sumber:
Kompas,
27 Agustus 2011

18
Daya Dukung dan Konsep Terkait

CARRYING
Isu CAPACITY DEMAND
(DAYA MANAGEMENT
DUKUNG)
INDIKATOR
SEBAGAI EARLY
Alat WARNING SYSTEM VISITOR
(Tools) DAN DASAR MANAGEMENT
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Implikasi Manajerial,
Respon, dan
Tindakan

19
Carrying Capacity and Demand Management
Dalhousie: Destinasi Wisata yang ‘Musiman’

Dalhousie adalah sebuah daerah pegunungan yang sangat indah di distrik Chamba di Himachal Pradesh,
India. Tempat ini dibangun tahun 1854 oleh pemerintah kolonial Inggris sebagai tempat retreat musim panas
untuk prajurit dan pejabat pemerintahan kolonial. Kota ini diberi nama sesuai dengan Gubernur Jenderal Inggris
saat itu, Lord Dalhousie.
Dalhousie meliputi lima bukit dan mempunyai populasi sebanyak 10.000 orang. Letaknya di Dauladhar,
bagian dari pegunungan Himalaya, membuat tempat ini dikelilingi oleh puncak-puncak gunung bersalju.
Dalhouise terletak pada ketinggian 1.830-2.740 di atas permukaan laut. Arsitektur gaya Skotlandia dan Victoria
mewarnai bangunan rumah tetirah dan gereja. Kota ini juga merupakan pintu masuk untuk menuju Lembah
Chamba.
Waktu terbaik untuk mengunjungi destinasi ini adalah April – Juni, September – Oktober, dan tempat ini
bersalju pada Januari – Maret. Dari pertengah Mei – pertengahan Oktober, Dalhouise adalah destinasi yang
sangat sibuk dan dipenuhi oleh banyak sekali wisatawan. Jika kita mengunjunginya di pertengahan musim
dingin, destinasi ini sepi sekali. Hanya ditemukan beberapa pejalan kaki dan kendaraan bisa memilih tempat
parkir yang diinginkan. Seluruh penduduk kota menjalani rutinitas mereka dan sedikit sekali wisatawan yang
‘mengganggu ‘ kehidupan mereka.
Menghadapi variasi musiman yang sangat tajam ini, pemerintah setempat mengambil langkah untuk
mengurangi promosi wisata untuk musim ramai, dan melakukan promosi agresif untuk mendatangkan
wisatawan di musim sepi. Berbagai program dan akitivitas wisata juga dikembangkan untuk menarik wisatawan
di luar musim ramai Mei-Oktober. Upaya ini telah berhasil karena sekarang banyak wisatawan domestik maupun
mancanegara yang memilih untuk mengunjungi tempat ini di musim dingin, untuk menikmati pemandangan
gunung bersalju.

Disarikan dari: www.dalhouise.net; www.travel.indiamart.com


20
Berbagai Teknik Manajemen Kunjungan

Recreation Opportunity Spectrum

Visitor Activities Management


Process/Planning (VAMP)

Visitor Impact Management (VIM)

Visitor Experience and Resource


Protection (VERP)

21
Isu Indikator Manfaat Sumber Data
Physical Carrying Capacity Luas area rekreasi di Taman Nasional yang Untuk mengetahui area yang tersedia Peta yang sesuai dari wilayah ybs
tersedia untuk rekreasi untuk aktivitas rekreasi
Real Carrying Capacity Ambang suara dimana di atas ambang tersebut Untuk mencegah gangguan kegiatan Pengukuran yang dilakukan di lokasi,
gangguan pada populasi burung sudah terdeteksi rekreasi pada kehidupan burung- dengan mengadakan serangkaian
burung, yang merupakan sumber daya eksperimen untuk menentukan
yang paling rentan terganggu. ambang suara, jenis suara yang
paling menimbulkan gangguan, dan
saat-saat tertentu (malam hari,
musim reproduksi, dst) yang paling
mengganggu komunitas burung.
Studi ini dikenal dengan nama
‘acoustic impact study.’
 Luas area minimum yang dianggap tepat Menentukan tingkat kenyamanan Survei kepada wisatawan.
oleh wisatawan (Minimum Viable wisatawan secara psikologis untuk
Area/MVA) menciptakan pengalaman rekreasi
 Jumlah wisatawan per kelompok yang memuaskan.

Allowable Carrying  Jumlah orang yang tersedia untuk Untuk memasukkan ke dalam analisis  Analisis internal manajemen.
Capacity (Daya Dukung mengawasi dan memandu kunjungan. daya dukung kemampuan manajemen
 Standar/regulasi yang telah
berdasarkan kemampuan dalam mengelola kunjungan secara
 Jumlah sumber daya material yang tersedia ditetapkan.
Manajemen/Pengelolaan) (jumlah bangku di taman, luas area piknik, bertanggungjawab
dll).

 Keberadaan program keselamatan

 Jumlah petunjuk yang bersifat informatif, ILUSTRASI PENENTUAN CARRYING


petunjuk arah, dan panduan interpretasi.
CAPACITY
22

Anda mungkin juga menyukai