Anda di halaman 1dari 6

TOURISM DESTINATION

DESA WISATA PENTINGSARI

Disusun oleh :

Al Mira Mulidi 161970


Mega Setiawati 161994
Novita Adisti 161998
Riki Khoirul Anam 162003
Satria Cahya Pamungka 162005
Yoga Shafu Budi S 162011

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO (STIPRAM) YOGYAKARTA

2019
BAB II

LandasanTeori

2.3 PariwisataCommunity Based Tourism

Nicole Hausler (2000) mengemukakan gagasan tentang defisini dari community based
tourism(CBT) yaitu:

1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk


mengontrol dan terlibat dalam menejemen dan pembangunan pariwisata.
2. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat
keuntungan
3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distirbutor keuntungan
kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan

Suansri (2003:14), mendefinisikan Cbt sebagai pariwisata yang memperhitungkan


aspek berkelanjutan lingkungan,sosial, dan budaya. CBT merupakan alat bagi
pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain cbt
merupakan alat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan.Sebagai tindak lanjut suansri
(2003:21-22) menyampaikan point-point yang merupakan aspek utama pengembangan
CBT berupa 5 dimensi, yaitu :

1. Dimensi Ekonomi, dengan indikator:


 Adanya dana untuk pengembangan komunitas
 Terciptanya lapangan pekerjaan disektor pariwisata
 Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata
2. Dimensi Sosial, dengan indikator:
 Meningkatnya kualitas hidup
 Peningkatan kebanggan komunitas
 Pembagian peran yang adil antara laki-laki, perempuan, generasi muda dan tua
 Membangun penguatan organisasi komunitas
3. Dimensi Budaya, dengan indikator:
 Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda
 Membantu berkembangnya pertukaran budaya
 Budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal.
4. Dimensi lingkungan, dengan indikator;
 Mempelajari Carrying Capacity area
 Mengatur pembuangan sampah
 Meningkatkan keperdulian akan perlunya konservasi
5. Dimensi politik, dengan indikator:
 Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal
 Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas
 Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA

2.2 PariwisataBerkelanjutan(sustainable tourism)


Pariwisata berkelanjutan didefinisikan oleh UNWTO sebagai: "Pariwisata
yang memperhitungkan secara penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan
sekarang dan yang akan datang, menjawab kebutuhan pengunjung, industri
(pariwisata), lingkungan dan komunitas tuan rumah”.
Praktek pariwisata berkelanjutan tidak hanya berarti mengkonsumsi
sumberdaya alami dan budaya saja, melainkan juga mengonservasikannya juga; tidak
hanya bermanfaat bagi sedikit orang, akan tetapi bertujuan mendistribusikan
keuntungan secara lebih luas di antara para pemangku kepentingan dan komunitas.
Pariwisata berkelanjutan merupakan konsep yang komprehensif, dimaksudkan untuk
segala macam usaha pariwisata: baik di daerah perkotaan maupun di daerah
perdesaan, skala besar dan kecil, swasta maupun pemerinta. Pembangunan
kepariwisataan berkelanjutan merupakansuatu agenda publik yang penting untuk
semua pemangku kepentingan di semua tingkat.

2.3 PrinsipPariwisataBerkelanjutan(sustainable tourism)


Prinsip-prinsip keberlanjutan menurut UNWTO mengacu kepada aspek-aspek
lingkungan, ekonomi dan sosio-budaya dalam pembangunan kepariwisataan, dan
keseimbangan yang sesuai harus dibentuk antara ketiga dimensi tersebut untuk
menjamin keberlanjutannya dalam jangka panjang. Jadi, pariwisata berkelanjutan
hendaknya:
1. Memanfaatkan sumberdaya lingkungan yang menjadi elemen kunci dalam
pembangunan kepariwisataan secara optimal , menjaga proses ekologi penting
dan membantu mengkonservasikan pusaka alamdan keaneka-ragaman hayati.
2. Menghormati keotentikan sosio-budaya dan komunitas tuan rumah,
melestarikan pusaka buatan dan kehidupan budaya masa kini, nilai nilai
tradisional, dan berkontribusi terhadap pemahaman antar budaya dan toleransi.
3. Memastikan berlangsungnya operasi jangka panjang, yang memberikan
manfaat sosio-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang
terdistribusi secara berkeadilan, termasuk lapangan kerja yang stabil dan
peluang komunitas tuan rumah untuk beroleh pendapatan dan pelayanan
sosial, serta berkontribusi terhadap penghapusan kemiskinan. Pembangunan
pariwisata berkelanjutan memerlukan partisipasi dari semua pemangku
kepentingan yang mendapat informasi, dan juga kepemimpinan politis yang
kuat untuk menjamin adanya partisipasi yang luas dan terbangunnya
konsensus. Mencapai pariwisata berkelanjutan merupakan proses yang
berkesinambungan dan hal itu memerlukan pemantauan dampak secara
konstan, mengenalkan tindakan pencegahan dan/atau tindakan korektif
bilamana diperlukan. Pariwisata berkelanjutan juga harus menjaga tingkat
kepuasan wisatawan yang tinggi dan menjamin pengalaman yang penuh
makna bagi wisatawan, menumbuhkan kesadaran tentang isu-isu keberlanjutan
dan memromosikan praktek-praktek pariwisata berkelanjutan di antara mereka

2.4 Fungsi dan Manfaat Pariwisata Berkelanjutan (sustainable tourism)


1. Pariwisata berkelanjutan dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan, dengan
menghormati keotentikan sosial-budaya, dan penggunaan sumberdaya
lingkungan secara bertanggung-jawab, dan tidak hanya mendorong melainkan
juga memfasilitasi serta melakukan pemberdayaan terhadap komunitas agar
mereka mampu berperan serta dalam proses produksi serta mendapat berbagai
manfaat bersih (net) dari kegiatan tersebut.
2. Pembangunan pariwisata berkelanjutanmenawarkan lingkungan yang lebih
baik untuk masyarakat dan menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan dengan menempatkan budaya lokal sebagai bagian atau
bahkan menjadi inti produk pariwisata.
3. Pariwisata berkelanjutan mampu memberikan edukasi kepada wisatawan dan
komunitas mengenai bertindak secara bertanggungjawab terhadap lingkungan,
budaya setempat dan komunitas. Mereka perlu disadarkan bahwa mereka
seharusnya menikmati sumberdaya alam dan budaya tanpa merusak.
4. Sektor pariwisata berkelanjutan berpotensi besar untuk produk dan jasa
pariwisata ramah lingkungan yang dapat dikembangkan, diproduksi dan
dipasarkan oleh komunitas lokal dan pemuda sehingga akan tercipta pekerjaan
dan mata pencaharian yang ramahl ingkungan yang nantinya akan mendapat
dukungan dan dipromosikan melalui pelabelan “Ramah Lingkungan”

2.5 Indikator Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

WTO mengembangkan indikator untuk pembangunan/pengembangan


pariwisata berkelanjutan (Indicators of Sustainable development for Tourism
Destinations). Indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat keberlanjutan
suatu destinasi wisata adalah:

a. Kesejahteraan (well being) masyarakat tuan rumah


b. Terlindunginya aset-aset budaya
c. Partisipasi masyarakat
d. Kepuasan wisatawan
e. Jaminan kesehatan dan keselamatan
f. Manfaat ekonomi
g. Perlindungan terhadap aset alami
h. Pengelolaan sumber daya alam yang langka
i. Pembatasan dampak dan
j. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

Indikator ini dapat diartikan sebagai arah kemana program pembangunan


pariwisata harus dilakukan atau ukuran keberhasilan yang harus dicapai, bukan
banyaknya jumlah pengunjung. Guna tercapainya pembangunan pariwisata
berkelanjutan, setidak-tidaknya perlu dijalankan lima program sebagai berikut :
1. Kesadaran tentang tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan dari
semua stakeholder kepariwisataan, karenanya program tindak untuk
mengembangkan landasan dan kerangka hukum yang tangguh, penegakan
hukum, peningkatan kesadaran masyarakat melalui pendidikan publik,
pengembangan dan peningkatan peran lembaga swadaya masyarakat,
pengembangan sistem informasi pendukung pariwisata berkelanjutan
menjadi program-program yang diprioritaskan.
2. Pergeseran peranan pemerintah pusat dalam pembangunan pariwisata yang
berisi tentang berbagai tindakan yang perlu dilakukan pemerintah pusat
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian
pembangunan pariwisata dalam era otonomi daerah.
3. Peningkatan peranan pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata
nasional yang berisi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pemerintah
daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penendalian
pembangunan pariwisata agar berkelanjutan dalam era otonomi daerah.
4. Kemantapan industri pariwisata yang berisi tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan usaha pariwisata dalam meningkatkan daya saingnya melalui
peningkatan kehandalan dan kredibilitas, pengelolaan usaha secara
berkelanjutan, penjalinan kerjasama diagonal, promosi nilai-nilai lokal
dalam usaha pariwisata.
5. Kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang
berisi program tindak untuk menumbuhkan kepemimpinan lokal,
pengembangan skema bantuan, pelembagaan partisipasi masyarakat,
penciptaan kaitan ke depan dan ke belakang dengan usaha pariwisata,
peningkatan kesempatan berwisata dan peningkatan kesadaran terhadap
resiko pengembangan pariwisata.

Dari aspek lingkungan dapat memberikan manfaat secara optimal terhadap


sumber daya lingkungan, mempertahankan proses ekologi dan turut andil dalam
melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.
Secara ekonomis mampu memberikan manfaat social ekonomi kepada semua
stakeholder dengan adil, seperti pekerjaan tetap,memastikan kegiatan ekonomi jangka
panjang yang layak, kesempatan mendapatkan penghasilan (membuka usaha) dan
pelayanan sosial kepada masyarakat lokal, serta membantu mengurangi kemiskinan.
Sedangkan secara sosial budaya, dapat ikut berkontribusi untuk meningkatkan rasa
toleransi serta pemahaman antar-budaya,menghormati keaslian sosial budaya
masyarakat setempat, melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka
bangun.

Anda mungkin juga menyukai