“... suatu (kegiatan) perjalanan seseorang dari tempat asalnya ke suatu tempat/ lingkungan yang
berbeda dengan kondisi lingkungan asalnya untuk suatu tujuan tertentu seperti rekreasi, bisnis,
silaturahmi/ kunjungan keluarga atau tujuan lainnya, yang memerlukan waktu lebih dari 24 jam,
serta memanfaatkan unsur-unsur pendukung/ fasilitas penunjang kepariwisataan (misalnya:
transportasi, akomodasi, rumah makan, hiburan, dstnya) ... “
KONSEP PARIWISATA ALTERNATIF
Suatu bentuk integrasi atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat desa yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi masyarakat lokal yang berlaku (Nuryanti, 1993)
Konsep pengembangannya
menggunakan pendekatan
Bottom Up
dengan mengandalkan potensi “Local Geneous”
dan “Kearifan Lokal ( local wisdom )” tanpa
mengubah atau menggeser nilai dan norma
yang telah berlaku dalam pranata kehidupan
masyarakat.
Masyarakat sebagai pelaku
Masyarakat menjadi pelaku penting yang harus terlibat
secara aktif dalam proses perencanaan dan
pengembangan kepariwisataan, bersama-sama dengan
pemangku kepentingan terkait lainnya baik dari
pemerintah maupun swasta. Dalam fungsinya sebagai
subjek atau pelaku masyarakat memiliki peran dan
tanggung jawab untuk bersama-sama mendorong
keberhasilan pengembangan kepariwisataan di
wilayahnya.
Masyarakat sebagai
penerima manfaat
Masyarakat diharapkan dapat memperoleh nilai
manfaat ekonomi yang berarti dari pengembangan
kegiatan kepariwisataan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan sosial
masyarakat yang bersangkutan.
LINGKUNGAN KONDUSIF
5. INDAH
2. TERTIB
6. RAMAH
3. BERSIH
7. KENANGAN
4. SEJUK
SADAR KEBIJAKAN SADAR PRODUK SADAR PEMASARAN
Mengenali Potensi
PAKET WISATA
Dari kedua uraian pakar pariwisata tersebut dapat dikembangkan bahwa pemasaran
destinasi merupakan upaya pemberdayaan semua unsur daya tarik yang tersedia dan
merancang event yang dapat menarik wisatawan secara reguler dan berulang, selama
bertahun-tahun.
Perubahan Paradigma Berlibur