Anda di halaman 1dari 32

OUTLINE MASTERPLAN DESA WISATA GRANGSIL

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bentuk ekonomi yang sebelumnya mayoritas berorientasi pada UMKM (Usaha
mikro, kecil , dan menengah) dan kini bertambah menjadi desa yang berorientasi pada
konsep pariwisata alternatif, yang menawarkan kedalaman makna dan pengalaman lebih
mendalam terhadap suatu objek wisata yang dikunjungi. hal tersebut mendorong hadirnya
konsep desa wisata. selain memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang dapat
dikelola dan dikemas secara menarik, desa wisata juga sejalan dengan semangat
pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Salah satu desa wisata yang ada di kecamatan dampit yaitu desa jambangan. Desa
jambangan memiliki luas wilayah 1.373,70 Ha.

Desa wisata ini sangat cocok dikembangkan menjadi desa wisata ekonomi,
dikarenakan karakteristik dari desa wisata tersebut lebih condong kepada mata
pencaharian penduduk yang utama, dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. dan juga
dilihat dari kurangnya tingkat pengangguran masyarakat di desa jambangan, sebagai
contoh di beberapa dusun desa jambangan memiliki banyak UMKM yang sukses
mengantar warganya memiliki pemerataan yang berhubungan dengan investasi lokal.
dengan berkembangnya desa jambangan sebagai desa wisata, masyarakat luas dapat
mengetahui produk UMKM di desa jambangan memiliki keunggulan tersendiri, dan juga
mereka dapat melihat secara langsung bagaimana proses pembuatannya.

1.2. TUJUAN PENELITIAN


Master plan ini disusun dengan tujuan sebagai acuan terhadap rencana perkembangan
yang sedang berlangsung di Desa Jambangan, dengan fokus mengidentifikasi potensi-
potensi yang dapat menarik perhatian wisatawan lintas segmen. Evaluasi difokuskan pada
infrastruktur eksisting yang menjadi landasan utama dalam mewujudkan visi destinasi
pariwisata yang sedang berkembang.

Selanjutnya, perencanaan terperinci difokuskan pada pengembangan pariwisata berbasis


budaya di Dusun Grangsil, dengan penekanan pada pelestarian warisan budaya yang
tinggi, sejalan dengan upaya promosi destinasi ini kepada berbagai kelompok calon
wisatawan. Melalui langkah-langkah terstruktur, akan dirancang master plan yang
komprehensif mencakup aspek-aspek penting, seperti kebutuhan infrastruktur yang
esensial, serta strategi promosi yang efektif. Selain itu, partisipasi dan pemberdayaan
komunitas lokal akan dijalin secara aktif, tidak hanya melibatkan mereka dalam
perencanaan, tetapi juga dalam menjalankan inisiatif pariwisata ini secara berkelanjutan.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan, baik bersifat akademis maupun
praktis. Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Manfaat Praktis
Bagi Desa Jambangan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi
dan masukan bagi lembaga - lembaga yang terkait dalam pembuatan kebijakan yang
berhubungan dengan pariwisata di Desa Jambangan.
b) Manfaat Teoritis
 Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan
penelitian tentang pengetahuan peleksanaan pembangunan di Desa Jambangan,
khususnya di sektor pariwisata.
 Sebagai penerapan ilmu teori - teori yang didapatkan dalam bangku kuliah dan
membandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA


2.1. PARIWISATA
Pariwisata Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, definisi pariwisata yaitu merupakan berbagai jenis kegiatan wisata yang
dilengkapi dengan bemacam-macam fasilitas, prasarana dan juga jasa layanan yang diberikan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengusaha dan juga masyarakat. Kawasan yang menjadi
tujuan dari pariwisata biasa disebut objek atau destinasi pariwisata. Destinasi pariwisata
merupakan suatu kawasan geografis yang terletak pada suatu wilayah administratif yang
memiliki daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, fasilitas umum, dan juga
masyarakat yang berinteraksi, berhubungan dan melengkapi dalam keberadaan kepariwisataan.
Istilah pariwisata terbentuk dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Pari” yang memiliki
arti lengkap, berkeliling dan “Wis(man)” yang memiliki arti rumah, kampung, properti serta
“ata” yang berarti mengembara, sehingga istilah pariwisata dapat memiliki arti pergi berkeliling
keluar dari rumah tetapi tidak bermaksud menetap pada tempat tujuan (Pendit, 2002 dalam
Susiyati, 2018). Menurut Suwantoro (Sari, Rahayu, & Rini, 2021) pariwisata merupakan suatu
kegiatan perpindahan seseorang dari rumah tinggalnya karena sebab tertentu yang bersifat
sementara dan tidak untuk menghasilkan uang. Maka dapat dikatakan bahwa seseorang berwisata
untuk mendapatkan kepuasan yang dapat berupa hiburan maupun kesenangan tersendiri.
Berdasarkan pengertian pariwisata dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, dapat
dikatakah bahwa partisipasi masyarakat dan juga pemerintah berpengaruh pada pariwisata karena
pariwisata termasuk dalam jenis industri baru yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi
dalam menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penghasilan, meningkatkan kualitas
standar hidup dan juga dapat mendorong produktivitas sektor-sektor lain (Wahab, 1975 dalam
Sari et al., 2021).
2.1.1 PENGERTIAN PARIWISATA
Pariwisata memiliki definisi yaitu suatu bentuk perjalanan berpindah-pindah dari tempat
satu ke tempat lain yang bersifat tidak tetap, biasanya dilakukan untuk mendapatkan hiburan
guna menyegarkan pikiran dan juga untuk berkumpul bersama keluarga dengan liburan
memanfaatkan waktu luang (Spillane, 1993 dalam Sugiyarto & Amaruli, 2018). Pariwisata juga
merupakan salah satu faktor ekonomi penting di Indonesia. Pariwisata menjadi salah satu mesin
penggerak ekonomi di Indonesia, selain itu pariwisata diharapkan dapat mewujudkan lapangan
pekerjaan di kawasan atau wilayah yang menjadi objek wisata, dengan begitu kegiatan
pariwisata dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Pariwisata menjadi salah satu
sektor yang terus digiatkan oleh pemerintah untuk menjadi pilar pembangunan nasional karena
dapat menyokong perekonomian nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan dibutuhkan guna
menggerakkan pemerataan kesempatan bekerja dan mendapatkan manfaat serta mampu
mengatasi tantangan perubahan kehidupan baik lokal, nasional, maupun global (Ethika, 2016
dalam Pajriah, 2018).

2.1.2 JENIS – JENIS PARIWISATA


Menurut Pendit (Munir & Arief, 2017) pariwisata terbagi dalam beberapa jenis
berdasarkan tujuan wisatawan berkunjung ke suatu objek wisata. Jenis-jenis pariwisata tersebut
yaitu wisata cagar alam, budaya, pertanian (agrowisata), kesehatan, konvensi, olahraga,
komersial, politik, sosial, maritim atau bahari, buru, dan wisata pilgrim (ziarah).
Menurut Ismayanti (2010), berdasarkan jenis-jenis objek wisatanya, pariwisata dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Wisata pantai (Marine tourism). Merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana
dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya,
termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
2. Wisata Etnik (Etnik tourism). Merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
3. Wisata Cagar Alam (Ecotourism). Merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan
kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di pegunungan, keajaiban hidup
binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di
tempat-tempat lain.
4. Wisata Buru. Merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh
berbagai agen atau biro perjalanan
5. Wisata Olahraga. Wisata ini memadukan kegiatan olahraga dengan kegiatan wisata.
Kegiatan dalam wisata ini dapat berupa kegiatan olahraga aktif yang mengharuskan
wisatawan melakukan gerak olah tubuh secara langsung. Kegiatan lainnya dapat berupa
kegiatan olahraga pasif. Dimana wisatawan tidak melakukan gerak olah tubuh, melainkan
hanya menjadi penikmat dan pecinta olahraga saja
6. Wisata Kuliner. Motivasi dalam jenis wisata ini tidak semata-mata hanya untuk
mengenyangkan dan memanjakan perut dengan aneka ragam masakan khas dari daerah
tujuan wisata, melainkan pengalaman yang menarik juga menjadi motivasinya.
Pengalaman makan dan memasak dari aneka ragam makanan khas tiap daerah membuat
pengalaman yang didapat menjadi lebih istimewa.
7. Wisata Religius. Wisata ini dilakukan untuk kegiatan yang bersifat religi, keagamaan,
dan ketuhanan.
8. Wisata Agro. Wisata ini memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan rekreasi. Dimana usaha agro yang
biasa dimanfaatkan bisa berupa usaha di bidang pertanian, peternakan, perkebunan,
perhutanan, maupun perikanan.
9. Wisata Gua. Wisata gua merupakan kegiatan melakukan eksplorasi ke dalam gua dan
menikmati pemandangan yang ada di dalam gua.
10. Wisata Belanja. Wisata ini menjadikan belanja sebagai daya tarik utamanya.
11. Wisata Ekologi. Jenis wisata ini merupakan bentuk wisata yang menarik wisatawan untuk
peduli kepada ekologi alam dan sosial.
12. Wisata Budaya. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk
golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan
keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya

2.1.3 KAWASAN PENUNJANG PARIWISATA


Kawasan penunjang pariwisata adalah area atau lokasi yang memiliki potensi untuk
mendukung industri pariwisata
Secara umum, kawasan penunjang pariwisata dapat mencakup berbagai elemen seperti
atraksi wisata, akomodasi, restoran, transportasi, kebijakan pariwisata, dan infrastruktur lainnya
yang diperlukan untuk mendukung industri pariwisata. Penting untuk merencanakan dan
mengelola kawasan penunjang pariwisata dengan bijak untuk memastikan pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat setempat.
Organisasi Pariwisata Dunia menganggap kawasan penunjang pariwisata sebagai wilayah
yang memiliki daya tarik pariwisata dan fasilitas yang mendukung perjalanan dan akomodasi
wisatawan.
Menurut Hunziker dan Krapf, kawasan penunjang pariwisata adalah semua elemen alam
dan budaya yang mempengaruhi daya tarik, kepuasan, atau kemampuan destinasi tujuan
pariwisata. Ini mencakup alam, budaya, infrastruktur, serta kebijakan dan manajemen destinasi.
Ray Freeman dan James Frew menggambarkan kawasan penunjang pariwisata sebagai area yang
menawarkan berbagai kegiatan dan layanan untuk wisatawan. Ini mencakup objek wisata, hotel,
restoran, dan fasilitas lainnya. John Urry menekankan pentingnya mobilitas manusia dalam
pariwisata. kawasan penunjang pariwisata adalah semua area yang memfasilitasi mobilitas
manusia, seperti transportasi, akomodasi, serta tempat-tempat wisata.

2.1.4 PRODUK PARIWISATA


Produk wisata adalah hasil dari interaksi antara wisatawan dengan berbagai elemen yang
ada di destinasi wisata. Secara umum, produk wisata adalah kombinasi dari berbagai elemen
yang mencakup atraksi wisata, akomodasi, makanan, aktivitas, layanan transportasi, dan
pengalaman lainnya yang menarik wisatawan untuk mengunjungi destinasi tertentu. Produk
wisata yang sukses harus memenuhi kebutuhan dan harapan wisatawan, menciptakan
pengalaman berharga, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi destinasi wisata.
Sedangkan menurut Walter Hunziker dan Kurt Krapf produk wisata adalah "keseluruhan
pelayanan yang ditawarkan oleh destinasi wisata yang mencakup sejumlah elemen fisik dan non-
fisik.". John Fletcher dan Alan Fyall menyatakan bahwa produk wisata adalah "sekumpulan
atribut yang mewakili nilai bagi konsumen dan memenuhi kebutuhan wisatawan di tujuan wisata
tertentu." Menurut Kotler, Bowen, dan Makens (2017), produk wisata adalah "kombinasi dari
atraksi, aksesibilitas, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya yang ditawarkan dalam suatu
tujuan kepada wisatawan." Menurut Mill dan Morrison (2002), produk wisata mencakup tiga
elemen utama: atraksi (seperti objek wisata atau tempat wisata), fasilitas dan layanan (termasuk
akomodasi, restoran, dan transportasi), dan aksesibilitas (bagaimana wisatawan dapat mencapai
tujuan tersebut). Menurut Seaton dan Bennett (1996), produk wisata adalah kombinasi dari tiga
elemen utama: atraksi (hal-hal yang menarik perhatian wisatawan), fasilitas (termasuk
akomodasi, restoran, dan transportasi), dan aksesibilitas (kemudahan dalam mencapai tujuan).
2.2. DESA WISATA
Desa wisata adalah kawasan pedesaan yang menawarkan suasana asli desa, baik segi
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, hingga arsitektur bangunan.

2.2.1 PENGERTIAN DESA WISATA


Desa wisata adalah konsep pengembangan pariwisata yang fokus pada desa-desa atau
komunitas lokal sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman berwisata yang
berkelanjutan, berdampak positif pada ekonomi, budaya, dan lingkungan local, selain itu desa
wisata adalah konsep pariwisata yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan, melibatkan
partisipasi komunitas setempat, dan mempromosikan warisan budaya dan alam yang unik. Desa
wisata juga bertujuan untuk menciptakan pengalaman wisata autentik bagi pengunjung sambil
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal.
Menurut Sutawa (2011), desa wisata adalah "suatu wilayah geografis dengan
karakteristik alam dan budaya tertentu yang menawarkan pengalaman wisata yang autentik dan
berkelanjutan, serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat dalam pengembangan dan
pengelolaan destinasi tersebut." Menurut Suansri (2003), desa wisata adalah "sebuah komunitas
yang menggabungkan daya tarik alam, budaya, dan sejarah yang unik untuk menciptakan
pengalaman wisata yang autentik dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
setempat." Menurut Gurung (2005), desa wisata adalah "sebuah desa yang mengembangkan
pariwisata sebagai alat untuk melestarikan warisan budaya dan lingkungan alamnya sambil
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat." Menurut Timothy dan Boyd
(2003), desa wisata adalah "suatu desa atau komunitas yang memanfaatkan daya tarik wisata
lokalnya, budaya, lingkungan, dan sumber daya alam untuk tujuan memperbaiki kesejahteraan
ekonomi dan sosial masyarakat setempat." Menurut Sutawa (2011), desa wisata adalah "suatu
wilayah geografis dengan karakteristik alam dan budaya tertentu yang menawarkan pengalaman
wisata yang autentik dan berkelanjutan, serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat
dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi tersebut."

2.2.2 KARAKTERISTIK DESA WISATA


Terdapat dua komponen utama desa wisata:
Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.
Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti: kursus tari, bahasa
dan lain-lain yang spesifik.
Edward Inskeep mendefinisikan desa wisata ini sebagai: "Wisata pedesaan di mana sekelompok
kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang
terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat."
Tiap desa wisata memiliki karakteristiknya masing-masing , berikut karakteristik desa wisata
sesuai dengan komponen desa yang bisa ditonjolkan
 Desa dengan lingkungan alam, karakteristiknya:
- Keindahan alamnya
- Jenis sumber daya alam yang menonjol untuk kegiatan wisata
- Keunikan sumber daya alam
 Desa wisata ekonomi atau mata pencaharian, karakteristiknya :
- Mata pencaharian penduduk yang utama dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata
- Kurangnya tingkat pengangguran Masyarakat
- Pemerataan yang berhubungan dengan investasi local

 Desa dengan kehidupan adat atau seni budaya , karakteristiknya


- Tata adatnya sangat kental bahkan mendominasi kehidupan Masyarakat
- Pengelolaan seni budanya berlangsung di desa dan dikelola langsung oleh Masyarakat
- Kehidupan masyarakatnya sangat unik dan tradisional

 Desa dengan bangunan tradisional, karakteristiknya


- Bangunannya khas dan unik
- Arsitektur local sangat mendominasi
- Struktur tata ruangnya khas
- Pola dan material yang digunakan sangat alami dan melambangkan keaslian

2.2.3 PENGEMBANGAN DESA WISATA


Pengembangan desa wisata adalah proses merancang, mengelola, dan mempromosikan
sebuah desa atau komunitas lokal agar menjadi destinasi wisata yang menarik. Tujuan utama dari
pengembangan desa wisata adalah untuk menciptakan pengalaman wisata yang autentik,
berkelanjutan, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat, sambil
menjaga warisan budaya dan alamnya. Pengembangan desa wisata harus selalu memperhatikan
keberlanjutan dan pelestarian lingkungan serta kebudayaan. Dengan pendekatan yang baik, desa
wisata dapat menjadi sumber pendapatan tambahan yang signifikan bagi masyarakat setempat
sambil mempromosikan warisan budaya dan alam yang berharga.

2.2.4 SUPPLAY DAN DEMAND DESA WISATA


Konsep penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam konteks desa wisata
mencerminkan bagaimana pasokan dan permintaan untuk produk dan layanan di desa wisata
berinteraksi.
Para ahli dalam industri pariwisata memahami bahwa interaksi antara penawaran dan
permintaan dalam desa wisata dapat menghasilkan berbagai efek, termasuk dampak ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Dalam konteks desa wisata, keberhasilan pengembangan biasanya
tergantung pada sejauh mana penawaran dan permintaan dapat diarahkan untuk saling
memenuhi. Jika permintaan tumbuh, maka dapat mendorong peningkatan penawaran melalui
investasi dalam infrastruktur dan fasilitas pariwisata. Sebaliknya, penawaran yang berkualitas
dan beragam dapat meningkatkan daya tarik desa wisata dan dengan demikian meningkatkan
permintaan wisatawan.
Penting untuk mencapai keseimbangan yang baik antara penawaran dan permintaan di
desa wisata agar pengembangan berlangsung berkelanjutan, memberikan manfaat kepada
masyarakat setempat, dan melestarikan warisan budaya serta lingkungan.
Berikut adalah beberapa pandangan dari para ahli mengenai konsep penawaran dan
permintaan dalam desa wisata:
1. Penawaran (Supply):
 Dalam desa wisata, penawaran merujuk pada berbagai produk dan layanan yang
tersedia di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengunjung.
Ini mencakup akomodasi, restoran, aktivitas wisata, atraksi budaya, dan berbagai
layanan pendukung lainnya.
 Penawaran dapat berkaitan dengan kapasitas atau ketersediaan berbagai fasilitas
dan layanan di desa, serta kemampuan komunitas lokal untuk menghasilkan
produk-produk wisata yang menarik.
2. Permintaan (Demand):
 Permintaan dalam desa wisata mencerminkan minat dan keinginan pengunjung
untuk mengunjungi desa tersebut dan mengalami apa yang ditawarkan desa
sebagai destinasi wisata.
 Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan termasuk preferensi konsumen, daya
beli, tren wisata, promosi destinasi, dan atribut kualitas pengalaman yang
ditawarkan di desa wisata.
Supply and demand ini didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Baparekraf) dalam konsep
supply and demand kembangkan desa wisata mandiri .

BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN /DASAR HUKUM


Adapun dasar hukum dari susunannya pedoman pengembangan pariwisata Desaja Jambangan
dalam bentuk masterplan pariwisata adalah :
1. Undang-undang No 10 th 2009 tentang kepariwisataan (lembaran negara
republic Indonesia tahun 2009 no 11, tambahan lembaran negara republic
Indonesia no 4966)
2. Undang-undang no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkunga hidup (lembaran negara republic Indonesia tahun 2009 no 140,
tambahan lembaran negara republic Indonesia no 5059)
3. Undang0undang no 11 tahun 2010 tentang cagar budaya (lembaran negara
republic Indonesia tahun 2010 no 130, tambahan lembaran negara republic
Indonesia nomor 5168)
4. Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah (Lembaga
negara republic Indonesia th 2014 no 244, tambahan lembaran negara
republic Indonesia nomor 5597) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan undang-undang no 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua
atas undang-undang no 23 tahun 2014 tentag pemerintahan daerah
(lembaran negara republic Indonesia th 2015 no 58 tambahan lembaran
negara republic Indonesia no 5679)
5. Peraturan mentri pariwisata no 6 th 2015 tentang organisasi dan tata kerja
kemetrian pariwisata (berita negara republic Indonesia th 2015)
6. Peraturan presiden nomor 19 tahun 2015 tentang kementrian pariwisata
(lembaran negara republic Indonesia tahun 2015 no 20)
7. Peraturan presiden nomor 63 tahun 2014 tentang pengawasan dan
pengendalian kepariwisataan (lembaran negara republic Indonesia tahun
2014 no 140)
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1. PROFIL EKSISTING DESA JAMBANGAN
Secara geografis Desa Jambangan terletak pada posisi 8°10'’-35' Lintang Selatan dan
112°45’'-30' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu
sekitar 300 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Malang tahun 2009,
selama tahun 2009 curah hujan di Desa Jambangan rata-rata mencapai 2.200 mm. Curah hujan
terbanyak terjadi pada bulan Desember.
Secara administratif, Desa Jambangan terletak di wilayah Kecamatan Dampit Kabupaten
Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan
dengan Desa Sanankerto Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Di sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Di Selatan berbatasan dengan
Desa Pojok dan Desa Pamotan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang, sedangkan di timur
berbatasan dengan Perhutani Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang.
Jarak tempuh Desa Jambangan ke ibu kota kecamatan adalah 10 km, yang dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah
37 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. terbagi ke dalam beberapa peruntukan,
yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan,
kegiatan ekonomi dan lain-lain.
Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 106.282 Ha. Luas lahan yang
diperuntukkan untuk Pertanian adalah 193.00 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan
perkebunan adalah 1.180.70 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum adalah sebagai
berikut: untuk perkantoran 0.5 Ha, sekolah 2 Ha, olahraga 2.5 Ha, dan tempat pemakaman umum
3 Ha.
Wilayah Desa Jambangan secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah liat
berpasir yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Hal ini memungkinkan
tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 8,5 ton/ ha. Tanaman jenis palawija juga
cocok ditanam di sini.
Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang
panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan
pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk
desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi
alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang
Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar.
Jenis tanah Liat berpasir di Desa Jambangan ini bagus sebagai lahan pemukiman dan
jalan. Karenanya, masyarakat Desa Jambangan masih menyukai rumah tembok bangunan.,
sementara lainnya dari bambu. Sedangkan keberadaan testur tanah liat berpasir sangat baik untuk
pemukiman penduduk dan berkebun.
 Luas Wilayah Desa Jambangan : 20.038 Hektar
 Koordinat Bujur : 112.748765
 Koordinat Lintang : -8.167985
 Ketinggian Diatas Permukaan Laut : 430 Meter
Desa Jambangan terdiri dari 4 dusun merupakan salah satu dari 11 ( sebelas ) desa dan 1 (satu)
kelurahan di Kecamatan Dampit yang terletak di barat laut Wilayah Kecamatan Dampit. Batas
Wilayah Desa Jambangan Kecamatan Dampit sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sanankerto Kecamatan Kecamatan Turen
dan Sumberputih Kecamatan Wajak
2. Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Taman Satrian Kecamatan Tirtoyudo
3. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pamotan; Majang tengah; Pojok
Kecamatan Dampit
4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Pagedangan Kecamatan Turen
 Jarak tempuh ke Ibu Kota Propinsi : 138 km
 Jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten : 45 km
 Jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan : 7 km
 Waktu tempuh ke Ibu Kota Kabupaten : 1 jam

Sejarah Desa Jambangan


Apalah arti sebuah nama, ungkapan ini sempat populer dan menjadi semacam ”Acuan
Pandang“ terhadap pemikiran mereka yang tak selalu mendahulukan nama, ketimbang apa yang
diperbuat bagi seseorang. Namun demikian bagi keberadaan Desa, dapat dipastikan ungkapan ini
tidak berlaku. Dengan demikian muncullah sebuah pertanyaan, apa arti pentingnya nama bagi
sebuah desa?
Desa adalah satu kesatuan wilayah terkecil dari struktur pemerintahan dinegara kita,
sehingga nama desa merupakan hal yang penting,sebab dengan mengenal atau mengetahui nama
desa, akan diketahui keadaan ekonomi, sosial, budaya, struktur pemerintahan dan yang paling
penting adalah Identitas Desa itu sendiri, yang ditandai dengan ciri khas budaya dan adat istiadat
yang berbeda dari desa lainnya.
Dari hasil penelusuran ke masyarakat tidak dapat diperkirakan kapan awal terbentuknya
Desa Jambangan. Namun asal kata Desa Jambangan, dapat ditelusuri dari berbagai narasumber,
Menurut keterangan salah satu sesepuh desa, asal mula Desa Jambangan adalah Desa
Sumbersari, sebab waktu itu pusat pemerintahan ada di sumbersari dan bagaimana nama
sumbersari berubah menjadi Jambangan dan akhirnya jambangan menjadi pusat pemerintahan?
Diawali dengan kondisi Jambangan waktu itu yang masih berupa hutan, ada pohon jambu yang
melintang dijalan, yang dalam bahasa jawanya disebut Jambu Malang, kemudian setiap ada
orang yang lewat jalan selalu berpesan hati –hati kalau lewat Jambu Malang, sebab disitu ada
harimau, hal semacam itu ini sering diucapkan orang, sehingga dikenal sebagai desa “ Jambu
Malang “. Sebutan desa Jambu Malang berlangsung beberapa tahun, lalu apa hubungannnya
dengan nama Desa Jambangan….? Nama Jambangan berasal dari kata Jambangan, yaitu tempat
untuk mencampur warna pada pembuatan kain batik,
Jambangan ini ditemukan disekitar Dusun Jegong sekarang, yang ceritanya muncul
secara tiba – tiba, lalu dari kata jambangan ini orang sering menyebutnya, dan akhirnya berubah
menjadi Jambangan, sehingga sebutan Desa Jambu Malang berubah menjadi Desa Jambangan.

VISI
Terwujudnya Desa Jambangan Yang Makmur Dan Sejahtera
MISI
1. Mewujudkan Pemerintah Yang Bersih dan Berwibawa
2. Mewujudkan Sarana dan Prasarana Yang Memadai
3. Mewujudkan Keamanan dan Kesejahteraan Warga Desa

4.1.1 KONDISI FISIK DESA JAMBANGAN

PETA DASAR
KONDISI DESA
Wilayah Desa Jambangan secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah liat
berpasir yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Hal ini memungkinkan
tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 8,5 ton/ ha. Tanaman jenis palawija juga
cocok ditanam di sini.
Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang
panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan
pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk
desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi
alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang
Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar.
Jenis tanah Liat berpasir di Desa Jambangan ini bagus sebagai lahan pemukiman dan
jalan. Karenanya, masyarakat Desa Jambangan masih menyukai rumah tembok bangunan.,
sementara lainnya dari bambu. Sedangkan keberadaan testur tanah liat berpasir sangat baik untuk
pemukiman penduduk dan berkebun.

4.1.2 KONDISI EKONOMI DESA JAMBANGAN

I. KONDISI DESA
Wilayah Desa Jambangan secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah liat
berpasir yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Hal ini memungkinkan
tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 8,5 ton/ ha. Tanaman jenis palawija juga
cocok ditanam di sini.
Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang
panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti mangga, pepaya, melon dan
pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk
desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan. Kondisi
alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang
Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar.
Jenis tanah Liat berpasir di Desa Jambangan ini bagus sebagai lahan pemukiman dan
jalan. Karenanya, masyarakat Desa Jambangan masih menyukai rumah tembok bangunan.,
sementara lainnya dari bambu. Sedangkan keberadaan testur tanah liat berpasir sangat baik untuk
pemukiman penduduk dan berkebun.
II. DEMOGRAFIS / KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2009, jumlah penduduk Desa
Jambangan adalah 10.707 jiwa, dengan rincian 5.332 laki-laki dan 5.375 perempuan. Jumlah
penduduk demikian ini tergabung dalam 4.109 KK. Agar dapat mendeskripsikan dengan lebih
lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di Desa Jambanmgan maka perlu
diidentifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi usia. Untuk memperoleh
informasi ini maka perlulah dibuat tabel sebagai berikut:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia


No Usia Jumlah Prosentase

1 0-4 2228 orang


2 5-9 941 orang
3 10-14 953 orang
4 15-19 1339 orang
5 20-24 1336 orang
6 25-29 792 orang
7 30-34 793 orang
8 35-39 797 orang
9 40-44 567 orang
10 45-49 493 orang
11 50-54 505 orang
12 55-58 408 orang
13 >59 98 orang
Jumlah Total 13.910 orang

Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20-49 tahun Desa Jambangan
sekitar 5.295 atau hampir 47%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga
produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa Jambangan termasuk tinggi. Dari jumlah 4.109 KK di atas, sejumlah
1.297 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera, 865 KK tercatat Keluarga Sejahtera I, 432 KK tercatat
Keluarga Sejahtera II, 1141 KK tercatat Keluarga Sejahtera III dan 1012 KK sebagai sejahtera
III plus 15 KK. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK
golongan miskin, maka lebih 30% KK Desa Jambangan adalah keluarga miskin.
III. MATA PENCAHARIAN
Perekonomian Desa Jambangan secara umum di dominasi pada sektor pertanian yang
sistem pengelolaanya masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam mapun pemilihan
komoditas produk pertaniannya). Produk pertanian desa Jambangan untuk lahan basah (sawah)
dan ladang masih monoton pada unggulan padi dan sedikit palawija / tebu, hal ini diakibatkan
adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan pertanian diluar sentra
padi / polowijo dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem pemberantasan hama yang kurang
baik sehingga berdapak pada kurang maksimalnya hasil pertanian. Oleh karenanya harus ada
langkah strategis dalam mengatasi persoalan pertanian dengan melakukan berbagai upaya-
upaya : Perbaikan sistem pemberantasan hama; pengunaan teknologi tepat guna ; perbaikan pola
tanam dan pemilihan komoditas alternatif dengan mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak
terkait (dinas pengairan, dinas pertanian). Sedangkan untuk lahan kering (tegal) produk unggulan
masih di dominasi oleh tanaman tebu, di samping itu masih banyak lahan yang belum
termanfaatkan secara produktif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Langkah
alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan penyuluhan-
penyuluhan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan ;
pengadaan bibit-bibit tanaman produktif dengan melibatkan instasi terkait (dinas
kehutanan, dinas pertanian dan perkebunan.
• Pertanahan : luas wilayah pertanahan yang ada adalah 1493 Ha dengan rincian status
dan penggunaannya sebagai berikut :

Tabel Penggunan Lahan Pertanian


N Jenis Tanaman LUAS (Ha)
NO
1. Tanaman Padi 193,5
Hasil per ha 9.000.000
Biaya pemupukan per ha 3.750.000
Biaya bibit per ha 325.000

Biaya obat per ha 415.000


2. Tanaman Jagung 275

Hasil per ha 3.650.000


Biaya pemupukan per ha 1.600.000
Biaya bibit per ha 550.000
Biaya obat per ha 275.000
3. Tanaman Tebu 516

Hasil per ha 19.500.000


Biaya pemupukan per ha 8.500.000
Biaya bibit per ha 3.250.000
Biaya 12.750.000

4.1.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA DESA JAMBANGAN


I. PENDIDIKAN
Eksistensi pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada
gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru.
Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan
kemiskinan. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika berpikir atau pola pikir
individu, selain mudah menerima informasi yang lebih maju dan tidak gagap teknologi. Di
bawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Jambangan.
Tamatan Sekolah Masyarakat
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas -
2 Tidak Tamat SD -
3 Tamat Sekolah SD 8.260
4 Tamat Sekolah SMP 624
5 Tamat Sekolah SMA 587
6 Tamat Sekolah PT/ Akademi 90
Jumlah Total 9.561

Rentetan data kualitatif di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Jambangan
hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD
dan SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni,
keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan setara dengan kekuasaan
yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan kehidupan.
Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Jambangan, tidak terlepas dari terbatasnya sarana
dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup
masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Jambangan baru tersedia di level pendidikan dasar 9
tahun (SD dan SMP), sementara akses ke pendidikan menengah ke atas berada di tempat lain
yang relatif jauh.
Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya Sumber Daya
Manusia (SDM) di Desa Jambangan yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau
lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Jambangan. Bahkan beberapa
lembaga binbel dan pelatihan yang pernah ada malah gulung tikar. Mungkin dorongnan dari
pemerintah dan masyarakat lemah. Inilah yang menjadi pekerjaan dasar pemerintahan Desa
Jambangan sekarang ini.
II. KESEHATAN
Masalah kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan aset yang amat penting bagi
masa depan bangsa secara umum. Masyarakat yang produktif adalah masyarakat yang sehat fisik
dam mentalnya. Salah satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah mencermati
banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Laporan warga menunjukkan adanya gejala
masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi, yang antara lain disebabkan oleh infeksi
pernapasan akut bagian atas, malaria, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut
menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang
bersifat cukup berat dan berdurasi lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan
perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya
produktifitas masyarakat Desa Jambangan secara umum.
Sedangkan data orang cacat mental dan fisik juga cukup lumayan tinggi jumlahnya.
Tercatat penderita bibir sumbing berjumlah 13 orang, tuna wicara 12 orang, tuna rungu 24 orang,
tuna netra 7 orang, dan lumpuh 56 orang. Data ini menunjukkan masih rendahnya kualitas hidup
sehat di Desa Jambangan.
Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB.
Terkait hal ini peserta KB aktif tahun 2009 di Desa Jambangan berjumlah
lumayan banyak yaitu 3.449 orang. Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan
Polio dan DPT-1 berjumlah 338 bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun
masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan berupa sebuah
Polindes di Desa Jambangan. Maka wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada
berdampak pada kualitas kelahiran bagi bayi lahir.
III. KEADAAN SOSIAL
Kondisi sosial budaya masyarakat ditunjukan masih rendahnya kualitas dari sebagian
SDM masyarakat di Desa Jambangan, serta cenderung masih kuatnya budaya paternalistik.
Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat dikembangkan sebagai kekuatan dalam
pembangunan yang bersifat mobilisasi masa. Di samping itu masyarakat Desa Jambangan yang
cenderung memiliki sifat ekspresif, agamis dan terbuka dapat dimanfaatkan sebagai pendorong
budaya transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
Munculnya masalah kemiskinan, ketenaga kerjaan dan perburuhan menyangkut
pendapatan, status pemanfaatan lahan pada fasilitas umum menunjukan masih adanya kelemahan
pemahaman masyarakat terhadap hukum yang ada saat ini. Kondisi ini akan dapat menjadi
pemicu timbulnya benih kecemburuan sosial dan sengketa yang berkepanjangan, jika tidak
diselesaikan sejak dini.
IV. KEADAAN BUDAYA
Seni dan Budaya Tradisional: Masyarakat desa ini mungkin masih melestarikan seni
tradisional Jawa Timur, seperti bentengan dan karawitan.
Bentengan adalah salah satu tradisi adat yang cukup populer di Jawa Timur, termasuk di desa
jambangan. Acara adat Bentengan merupakan sebuah permainan yang biasanya diadakan dalam
rangka perayaan atau festival lokal. Acara ini juga dikenal dengan sebutan "Bentengan Malang"
karena tradisi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun di wilayah Malang. Acara Bentengan
biasanya diadakan pada hari-hari besar atau festival lokal, seperti perayaan tahun baru Jawa (1
Suro) atau perayaan tradisional lainnya. Pemuda-pemuda dari dua desa atau lebih akan
berpartisipasi dalam permainan ini. Lokasi permainan Bentengan biasanya adalah lapangan
terbuka atau area yang cukup luas di antara desa-desa yang terlibat. Seiring berjalannya waktu,
beberapa komunitas juga membangun arena khusus untuk Bentengan. Selama acara Bentengan,
biasanya ada hiburan tambahan seperti tarian, musik tradisional, serta stan makanan dan
kerajinan tangan. Ini menjadikan acara tersebut sebagai perayaan yang meriah.
Karawitan adalah………
Bahasa dan Aksara Jawa: Penggunaan bahasa Jawa mungkin masih umum di Desa
Jambangan, dan aksara Jawa mungkin digunakan dalam berbagai konteks budaya, seperti dalam
spanduk-spanduk upacara atau prasasti desa.

Kuliner: Kuliner khas Desa jambangan………


Pakaian Adat: Masyarakat desa ini mungkin masih menggunakan pakaian adat Jawa Timur
dalam beberapa perayaan atau upacara adat. Pakaian seperti kebaya, jarik, dan sarung biasanya
digunakan dalam konteks ini.
Kepercayaan dan Agama: Agama Islam mungkin mendominasi kehidupan agama di desa ini,
tetapi unsur-unsur kepercayaan dan tradisi lokal Jawa Timur yang lebih kuno juga mungkin
masih ada.

4.1 4 KONDISI INGFRASTRUKTUR DESA JAMBANGAN

4.2. POTENSI DAN MASALAH KEPARIWISATAAN


Kepariwisataan adalah industri yang memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat
ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, seperti halnya industri lainnya, pariwisata juga memiliki
sejumlah masalah dan tantangan.
Desa Jambangan memiliki potensi kepariwisataan yang sangat bagus dari segi UMKM yang
bisa dijual tidak hanya hasil produknya saja tetapi juga proses dan sejarahnya dapat dinikmati
oleh wisatawan sebagai suatu bentuk atraksi wisata, selain UMKM Desa Jambangan juga
memiliki beberapa potensi wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, dan juga wisata buatan.
Potensi kepariwisataan Desa Jambangan ini tersebar merata di 4 Dusun yaitu Dusun Grangsil,
Dusun Jegong, Dusun Sumbersari, dan Dusun Krajan.
Dengan adanya Potensi kepariwisataan yang sangat bagus Desa Jambangan perlahan bisa
menjadi satu Desa Wisata yang dapat men-sejahterakan rakyatnya dan juga memenuhi
kebutuhan berlibur dan edukasi bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Selain potensi yang bagus Desa Jambangan juga memiliki sejumlah masalah dan tantangan yang
dapat menghambat potensi kepariwisataan yang ada . salah satu masalah yang terjadi adalah
kurang aktifnya pengurus BUMDES ( Badan Usaha Milik Desa) sehingga dana pengembangan
desa yang seharusnya dapat disalurkan melalui BUMDES jadi terhambat, tidak hanya itu kendala
SDM (SUmber Daya Manusia ) juga menjadi masalah yang dapat menghambant pengembangan
potensi kepariwisataan Desa Jambangan.
Banyaknya Masyarakat Desa Jambangan yang merantau juga menjadi salah satu hambatan bagi
berkembangnya potensi kepariwisataan dalam sektor wisata budaya, karena biasanya Masyarakat
local yang merantau akan membawa kebiasaan atau budaya baru dari luar sehingga budaya asli
Masyarakat Desa Jambangan pelan-pelan terkikis.
Untuk mengatasi masalah kepariwisataan, penting untuk mengimplementasikan kebijakan yang
berkelanjutan, mengedukasi wisatawan dan komunitas lokal, dan mempromosikan pariwisata
yang bertanggung jawab dan berwawasan lingkungan. Upaya ini dapat membantu
memaksimalkan manfaat positif dari pariwisata sambil meminimalkan dampak negatifnya.
IV.2.1 POTENSI PARIWISATA
Desa jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ini terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun
Grangsil, Dusun Jegong, Dusun Sumbersari, Dusun Krajan, pada masing-masing dusun tersebut
terdapat banyak potensi yang dapat menunjuang Desa Jambangan menjadi Desa Wisata.
Dikarenakan potensi-potensi desa tersebut dapat menjadi potensi kepariwisataan
Berikut adalah pemaparan potensi kepariwisataan yang ada di Desa Jambangan :

1. Dusun Grangsil
Dusun Grangsil merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Jambangan dengan potensi
UMKM, potensi wisata Sejarah, dan potensi wisata buatan didalamnya. Berikut adalah
penjabaran potensi dan masalah UMKM di Dusun Grangsil :

 UMKM Pedagang Bunga Hias yang sudah menjual tanamanya sampai dengan ke
pulau Dewata -Bali, hal ini disebabkan oleh beberapa warga dusun grangsil
banyak yang melakukan perantauan ke Bali , mereka melihat besarnya peluang
untuk menjual Bunga di Pulau Dewata ini karena banyak hotel yang
membutuhkan Bunga hias untuk taman, sehingga terpikir oleh warga grangsil
untuk Kembali pulang dan membuka usaha jual beli bunga dengan bekerjasama
dengan beberapa supplier di Bali. Usaha yang mereka jalani ini sudah
berlangsung mulai tahun 2009 hingga saat ini.
 UMKM Kopi Grangsil , UMKM ini dijalankan oleh salah satu warga Dusun
Grangsil yang Bernama Ibu Sri yang sudah dijalankan mulai tahun 2018 sampai
dengan saat ini. Jenis kopi yang diproduksi yaitu Arabica dan Robusta.
 Potensi Wisata Buatan Kampoeng Bunga Grangsil, berdiri sejak tahun 2019.
Lokasi wisata kampoeng bunga grangsil ini terletak di Alamat Grangsil,
Jambangan, Dampit, Malang Jawa Timur. Tempat wisata ini memiliki jarak
kurang lebih 20 km dari pusat kota mlang, atau membutuhkan waktu tempuh 45
menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Harga tiket masuk
menuju desa wisata kampoeng bunga grangsil ini gratis namun kita masih bisa
memperoleh fasilitas maksimal dari pengelola kampoeng bunga grangsil , seperti
banyaknya spot swafoto dan wisatawan bisa belajar mengenal dan menanam
bunga. Tidak hanya menikmati keindahan berbagai macam bunga didalamnya
wisatawan juga bisa membeli bunga seperti anggrek, lavender, bougenville
beraneka warna, anggrek hutan, hibiscus raksasa, bunga tulip , bunga hotensia dan
berbagai jenis yang lain untuk dibawa pulang dan dinikmati keindahannya di
rumah. Penduduk di sekitar kampoeng bunga grangsil ini juga rata-rata berprofesi
sebagai petani bunga sehingga mereka dapat memberikan edukasi yang baik dan
lengkap kepada wisatawan yang ingin mengetahui lebih tentang Bunga Hias.
Tetapi ada beberapa masalah yang terjadi pada kampoeng Bunga Grangsil dimulai
sejak adanya pandemic Covid 19. Temppat wisata yang tadinya ramai mendadak
sepi karena pemerintah mulai menerapkan PPKM, dikarenakan sepinya
pengunjung pihak pengelola Kampoeng Bunga Grangsil memiliki kesulitan dalam
hal pembiayaan untuk merawat keindahan dan kebersihan kampoeng Bunga
Grangsil. Tetapi meskipun sepi pengunjung untuk berwisata para warga sekitar
kampoeng Bunga Grangsil juga mendapatkan rezeki dari tamu-tamu yang datang
untuk sekedar membeli bunga dikarenakan pada saat PPKM banyak Masyarakat
yang lebih memilih untuk bercocok tanam di rumah.
 UMKM pembuatan dan penjualan Pot Bunga, Pengusaha pot bunga ini memiliki
pengalaman sejak tahun 2010 di Bali dan mulai bisnis pot bunga pada akhir 2020.
Mereka menjalankan produksi dari pagi hingga sore hari, menekankan kualitas
produk. Pot bunga dibuat dari pasir, teraso, dan semen putih, dan produksi
dilakukan berdasarkan pesanan. Pelanggan mengunjungi tempat produksi,
menciptakan peluang untuk berinteraksi langsung. Bisnis ini memiliki kapasitas
produksi yang memadai, dengan kemampuan mencetak 6 hingga 10 pot per hari.
Harga pot bunga bervariasi berdasarkan jenisnya, dan ada layanan pesanan
kustom. Bisnis ini menghadapi kendala cuaca yang mempengaruhi pengeringan
dan masalah pengiriman. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut sedang
dilakukan. Ada potensi untuk mengembangkan pasar di luar Bali, terutama
melalui penjualan online. Kualitas tetap menjadi fokus utama, dengan quality
control yang dilakukan saat melepaskan pot dari cetakan. Kendala lainnya adalah
kurangnya sumber daya manusia dan perluasan tenaga penjualan. Strategi
penyediaan stok tambahan yang dijual setiap bulan di Bali membantu
mengoptimalkan penggunaan stok. Kesadaran lokal lebih tinggi terhadap pot yang
terbuat dari pasir dibandingkan dengan teraso. Meskipun fokus utama saat ini
adalah menjadi pengerajin pot bunga, ada potensi pertumbuhan dalam
pengelolaan stok, peningkatan kualitas produk, pemanfaatan platform online, dan
pemenuhan permintaan pelanggan untuk mengembangkan bisnis pot bunga ini
 Potensi wisata sejarah watu dakon megalitikum , menurut sejarahnya watu dakon
ini sudah ada sejak abad 18 yaitu 300 tahun sebelum masehi. Watu Dakon adalah
sebuah artefak batu megalitikum yang ditemukan di berbagai lokasi di Nusantara
(Indonesia) dan wilayah sekitarnya. "Watu" berarti "batu" dalam bahasa Jawa,
dan "dakon" adalah nama permainan tradisional yang dimainkan dengan
menggunakan batu. Batu-batu ini memiliki berbagai bentuk dan ukuran yang
digunakan dalam berbagai permainan tradisional, termasuk permainan dakon.
Watu Dakon megalitikum yang teletak di sudun grangsil , desa jambangan ini
memiliki banyak mitos salah satunya adalah batu ini dikisahkan pernah hilang
dalam bencana banjir tahun…. Tetapi secara misterius batu ini Kembali ke
asalnya yang semula, Watu Dakon Megalitikum ini juga banyak dipakai warga
setempat untuk melakukan ritual danyangan setiap malam satu suro
2. Dusun Jegong
Dusun ini terletak di sebelah barat daya Desa Jambangan, terdiri dari 11 Rt dan 3 Rw yang
mayoritas penduduknya adalah pelaku UMKM khususnya di bidang pembuatan tempe dan tahu ,
Desa Jegong juga memiliki potensi wisata sawah yang lokasinya berbatasan juga dengan Dusun
Krajan, berikut penjelasan potensi di wilayah Dusun Jegong

 UMKM Pembuatan tahu dan tempe, proses produksi tahu tempe di desa Jegong
dilakukan di rumah warga masing-masing, salah satu pelaku UMKM di Desa Jegong ini
adalah Pak Burhan, beliau memulai usahanya tahun 2018 dan sudah berjalan selama 6
tahun. Per hari nya pak Burhan bisa memproduksi 40 Kg kedelai untuk diolah mejadi
tahu dan tempe. Dari 40 Kg kedelai tersebut pak Burhan bisa menghasilkan 8 bak tahu
dan tempe untuk dijual kepada supplier maupun customer yang langsung datang . Proses
pembuatan tahu dan tempe di rumah pak Burhan ini sangat menarik sekali untuk dilihat
oleh para wisatawan yang datang dan tertarik untuk melihat langsung proses pembuatan
tahu dan tempe, berikut kami jelaskan proses pembuatan tahu dan tempe tersebut :

 Step yang pertama kedelai yang sudah dikupas direndam di air selama 5 jam
sampai dengan membengkak
 Selanjutnya kedelai yang sudah direndam , digiling menggunakan mesin
penggiling.
 Setelah halus kedelai direbus dan diuapkan lewat pipa yang sudah dirancang
khusus oleh para pelaku UMKM produksi tahu dan tempe
 Setelah direbus, kedelai diangkat lalu disaraing menggunakan kain khusus dan
dipisahkan ampasnya
 Setelahnya hasil dari saringan tersebut dimasukkan kedalam cetakan pembuatan
tahu lalu dicetak berbentuk kotak
 Setelahnya didiamkan selama 15 menit dan tahu khas jegong sudah jadi dan siap
untuk dipasarkan.
Proses pembuatan tahu dan tempe ini dapat menjadi potensi wisata edukasi di Dusun
Jegong. Hal ini didukung oleh kemampuan warga untuk dapat menjelaskan step by
step pembuatan tahu dan tempe selain itu alat-alat yang digunakan pun cenderung
unik dan menarik bagi orang awam.

 Potensi Wisata Sawah, ini terletak di Tengah-tengah antara Dusun Jegong dan Dusun
Krajan Sebagian wilayah wisata sawah menajdi milik dusun krajan dan Sebagian lagi
termasuk dalam Dusun Jegong.
Wisata sawah ini juga merupakan TITIK NOL dari Desa Jambangan. Dengan panorama
pemdangan sawah yang sangat indah ditunjang dengan infrastruktur jalan yang mulus
membuat wisata sawah ini memiliki potensi wisata yang sangat tinggi. Saat ini wisata
sawah banyak dikunjungi oleh wisatawan saat sore hari karena tempat ini sangat cocok
sekali untuk menikmati senja dan tenggelamnya matahari. Pemandangan yang indah di
wisata sawah ini juga ditunjang oleh para pedagang kopi yang memiliki rombong yang
cukup unik sehingga para wisatawan yang datang dapat menikmati senja ditemani
secangkir kopi panas khas desa jambangan. Kopi yang dijual oleh para pedagang juga
tergolong ramah di kantong sehingga tidak akan memberatkan wisatawan yang ingin
menikmatinya.
Selain menikmati secangkir kopi panas dan melihat indahnya senja wisatawan juga akan
dimanjakan oleh atraksi perlombaaan burung merpati yang diadakan secara berkala.

3. Dusun Sumbersari
Dusun Sumbersari merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Jambangan yang terdiri
dari 25 RT dan 05 RW. Mayoritas penduduk di dusun sumbersari adalah pelaku UMKM ,
berikut penjelasan potensi kepariwisataan yang ada di Dusun Sumbersari.

 UMKM produksi Opak , Kue Opak terkenal dengan rasanya yang sedap manis, dan
gurih. produksi opak dirumah pak mumuk ini sudah berjalan selama 13 tahun. Opak pak
mumuk ini tidak menggunakan bahan pengawet dan memiliki berbagai jenis rasa, yaitu
rasa jahe, Nangka, dan pisang. 1 kg opak di hargai 40rb dan harga per kg opak Ketika
sudah masuk ke pasar besar yaitu 60rb. Jenis kemasan yang digunakan yaitu kemasan
plastik dan alminium, Opak ini bertahan sampai dengan 7 bulan lamanya. penjualan opak
ini sudah sampai ke kota kepanjen, gondanglegi, dan kota malang serta di pasarkan
melalui agen.

 Bisnis kurungan burung menggunakan Kayu Jati, Penggunaan kayu jati selama 9 tahun
menandakan ketahanan dan keandalan pasokan bahan baku, serta membangun reputasi
positif seputar kualitas kayu jati yang tahan lama. Dengan menetapkan harga per sangkar
sebesar 90 ribu, bisnis ini menunjukkan komitmen pada transparansi harga dan
menciptakan kombinasi menarik antara kualitas dan harga yang bersaing. Pilihan
pengiriman hingga Pakisaji memberikan kenyamanan bagi pelanggan dan membuka
peluang akses ke pasar yang lebih luas. Penggunaan alat bor kayu dari awal hingga akhir
produksi mencerminkan fokus pada kualitas yang konsisten. Untuk pertumbuhan
berkelanjutan, langkah-langkah strategis seperti peningkatan kualitas produk dan
eksplorasi pasar baru dapat menjadi kunci keberhasilan bisnis ini.

4. Dusun Krajan
Dusun Sumbersari merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Jambangan yang terdiri
dari RT 44 dan 08 RW. Mayoritas penduduk di dusun sumbersari adalah pelaku
UMKM , berikut penjelasan potensi kepariwisataan yang ada di Dusun Sumbersari.

 Kerajinan Topeng bantengan, Bisnis Topeng Bantengan, di bawah kepemimpinan Pak


Samsudin, merupakan warisan berharga dari Pak Warsono sejak 2007, menonjolkan
keaslian produk dan diversifikasi melalui penggunaan tanduk asli bantengan. Dengan
kapasitas produksi 20-30 topeng per hari, bisnis ini berhasil memenuhi permintaan pasar
dengan strategi distribusi agen yang mencapai hingga Lamongan. Pendapatan bersih
sekitar 3 juta per bulan, stabil dengan potensi peningkatan selama musim lebaran,
memberikan gambaran finansial yang positif. Pendekatan pemasaran yang personal,
melalui perbincangan antar klien dan penjual, memperkuat relasi pelanggan. Dengan tiga
jenis topeng untuk berbagai kelompok dan keterlibatan dalam event bantengan di Desa
Krajan, bisnis ini tidak hanya menawarkan produk budaya yang unik, tetapi juga
membuka potensi pertumbuhan yang signifikan pada tingkat regional. Keseluruhan,
bisnis topeng bantengan ini bukan hanya tentang keahlian kultural yang tinggi, melainkan
juga fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan berkelanjutan.
 Wisata Sumber Bantal, Sumber bantal pada tahun 1980-an pernah menjadi tempat wisata
bagi Masyarakat desa Jambangan dan sekitarnya, tentunya karena sumber bantal dikelola
dan dirawat dengan baik oleh penduduk sekitar, sehingga menjadikan sumber bantal.
dijadikan tempat wisata yang menyenangkan. menjadi potensi utama di desa Jambangan
dengan suasana yang masih asri dan sejuk. Keindahan tersebut dapat dilihat dari
pemandangan yang tercipta secara alami, tekstur tanah, dan kemurnian air.
 Bisnis tambak ikan, Bisnis tambak ikan milik Pak Brendy menawarkan berbagai peluang
yang menarik. Dimulai pada tahun 2016, bisnis ini fokus pada budidaya ikan nila,
tombro, koi, dan lele. Pendekatan pemasaran yang cerdas melalui platform online seperti
Facebook dan Shopee memperluas jangkauan bisnis dan mencapai pelanggan potensial.
Bisnis ini terutama menawarkan bibit ikan, dengan penekanan pada kualitas makanan
yang menggunakan konsentrat. Hal ini menciptakan nilai tambah dengan memastikan
pertumbuhan dan kesehatan ikan yang optimal. Dengan pendapatan bersih mencapai 5
juta per bulan dan omzet sekitar 20 juta, bisnis ini menunjukkan potensi keberlanjutan
yang menjanjikan. Harga yang kompetitif untuk ikan koi, nila, dan ukuran berbeda
menawarkan variasi produk yang dapat menarik berbagai segmen pasar. Dengan strategi
pemasaran online yang efektif dan fokus pada kualitas produk, bisnis tambak ikan
Brendy memiliki potensi untuk terus tumbuh dan mendapatkan perhatian pelanggan.
 Bisnis tambak ikan milik Pak Brendy menawarkan berbagai peluang yang menarik.
Dimulai pada tahun 2016, bisnis ini fokus pada budidaya ikan nila, tombro, koi, dan lele.
Pendekatan pemasaran yang cerdas melalui platform online seperti Facebook dan Shopee
memperluas jangkauan bisnis dan mencapai pelanggan potensial.
 Bisnis ini terutama menawarkan bibit ikan, dengan penekanan pada kualitas makanan
yang menggunakan konsentrat. Hal ini menciptakan nilai tambah dengan memastikan
pertumbuhan dan kesehatan ikan yang optimal. Dengan pendapatan bersih mencapai 5
juta per bulan dan omzet sekitar 20 juta, bisnis ini menunjukkan potensi keberlanjutan
yang menjanjikan. Harga yang kompetitif untuk ikan koi, nila, dan ukuran berbeda
menawarkan variasi produk yang dapat menarik berbagai segmen pasar. Dengan strategi
pemasaran online yang efektif dan fokus pada kualitas produk, bisnis tambak ikan
Brendy memiliki potensi untuk terus tumbuh dan mendapatkan perhatian
pelanggan.Potensi Pencak Silat di Desa Jegong:
 Seni pencak silat, Pak Junaidi, sebagai pemegang pencak silat di Desa Jegong,
menjalankan kegiatan seni bela diri ini sejak tahun 2022. Fokusnya adalah pada pelatihan
anak-anak berusia 6-10 tahun dengan bimbingan khusus dari pelatih, Pak Jamil. Pencak
silat di Desa Jegong tidak hanya dipandang sebagai keterampilan bela diri, tetapi juga
sebagai seni yang dipertunjukkan dalam berbagai festival. Dengan latihan rutin setiap
malam minggu, partisipasi sekitar 25 peserta, dan tujuan utama untuk pelestarian budaya,
potensi pencak silat di Desa Jegong tergambar dengan jelas. Aktivitas ini tidak hanya
mempromosikan kesehatan dan kedisiplinan di kalangan anak-anak, tetapi juga
memberikan kontribusi dalam pelestarian warisan budaya melalui seni bela diri yang
autentik. Dengan demikian, keberlanjutan dan perkembangan pencak silat di Desa Jegong
menjadi kunci dalam menjaga keberagaman budaya dan memberikan nilai tambah dalam
pembentukan karakter generasi muda.

IV.2.2 MASALAH PARIWISATA

1. Sumber Daya Manusia (SDM):


Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan: Terdapat kekurangan dalam pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam industri pariwisata. Penduduk setempat mungkin tidak
memiliki pelatihan atau pemahaman yang cukup untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
wisatawan dengan baik.
Kesadaran akan Potensi Pariwisata yang Rendah: Masyarakat mungkin belum sepenuhnya
menyadari potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata. Kurangnya
pemahaman ini mungkin menjadi hambatan untuk menggerakkan motivasi dan keterlibatan
aktif dalam pengembangan pariwisata lokal.
2. Infrastruktur:
Keterbatasan Aksesibilitas: Kurangnya aksesibilitas, seperti jalan yang tidak memadai atau
transportasi umum yang terbatas, mungkin menjadi hambatan bagi wisatawan untuk
mengunjungi Desa Jambangan. Hal ini dapat mengurangi minat wisatawan untuk datang dan
menghabiskan waktu di daerah tersebut.
Kekurangan Fasilitas Pendukung: Tidak adanya fasilitas yang memadai seperti penginapan,
tempat makan, atau sarana umum lainnya yang dibutuhkan oleh wisatawan bisa menjadi
penghalang bagi mereka untuk menjadikan kunjungan mereka menyenangkan dan nyaman.
3. Organisasi yang Tidak Terkelola Baik, seperti BUMDES:
Manajemen yang Tidak Efektif: Badan seperti BUMDES, yang seharusnya menjadi
penggerak dalam pengembangan ekonomi desa, mungkin tidak memiliki manajemen yang
efektif. Hal ini bisa menyebabkan kurangnya inisiatif dalam merencanakan dan
melaksanakan strategi pengembangan pariwisata.
Kurangnya Keterlibatan dan Pengaruh Masyarakat: Ada kemungkinan bahwa badan seperti
BUMDES belum berhasil melibatkan masyarakat secara luas dalam proses pengambilan
keputusan atau menggerakkan partisipasi aktif dalam mengembangkan potensi pariwisata
lokal.
Solusi yang Mungkin:
Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat
setempat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang industri pariwisata, manajemen
usaha pariwisata, dan keterampilan pelayanan kepada wisatawan.
Perbaikan Infrastruktur: Meningkatkan aksesibilitas dengan memperbaiki infrastruktur jalan,
transportasi, serta membangun fasilitas pendukung yang diperlukan oleh wisatawan.
Reformasi Organisasi dan Partisipasi Masyarakat: Memperbaiki manajemen BUMDES atau
badan terkait, serta membangun mekanisme yang memastikan partisipasi aktif masyarakat
dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan pariwisata.

ANALISIS SWOT
Kekuatan(STRENGTH):
Daya Tarik Alam yang Potensial: Desa Jambangan memiliki potensi alam yang menarik,
seperti pemandangan yang eksotis dan keunikan alam yang bisa menarik minat wisatawan.
Kehidupan Budaya yang Otentik: Kehidupan masyarakat lokal yang otentik dan kaya akan
budaya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang menginginkan pengalaman
autentik.
Kekurangan(WEAKNESS):
Infrastruktur yang Tidak Memadai: Fasilitas pendukung pariwisata seperti akses jalan yang
buruk dan kurangnya fasilitas wisata dapat menjadi hambatan bagi wisatawan yang ingin
berkunjung.
Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan SDM: Kurangnya pemahaman dan
keterampilan di antara penduduk setempat dalam mengelola pariwisata bisa menghambat
perkembangan sektor ini.
Peluang(OPPORTUNITY):
Potensi Peningkatan Infrastruktur: Kesempatan untuk memperbaiki infrastruktur seperti
jalan dan fasilitas pendukung untuk meningkatkan daya tarik dan kenyamanan bagi
pengunjung.
Pendidikan dan Pelatihan: Peluang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
penduduk lokal guna meningkatkan kualitas layanan dan manajemen pariwisata.
AncamanTHREAT:
Persaingan dengan Destinasi Lain: Ancaman dari destinasi lain yang memiliki infrastruktur
lebih baik atau daya tarik yang lebih menonjol dapat mengurangi minat wisatawan.
Keterbatasan Sumber Daya dan Dana: Keterbatasan dana dan sumber daya untuk
pengembangan infrastruktur dan peningkatan layanan pariwisata merupakan ancaman serius.
Dari analisis ini, tampak bahwa Desa Jambangan memiliki potensi alam dan kehidupan
budaya yang menarik sebagai kekuatan utama. Namun, infrastruktur yang kurang memadai
dan kekurangan pengetahuan serta keterampilan SDM menjadi kendala. Terdapat peluang
besar dalam pembenahan infrastruktur dan pemberian pendidikan serta pelatihan kepada
masyarakat setempat. Ancaman utama mungkin berasal dari persaingan dengan destinasi
lain dan keterbatasan sumber daya.

Dalam mengatasi permasalahan pariwisata, strategi yang tepat akan mengandalkan


penguatan pada kekuatan yang ada, penanganan kelemahan yang teridentifikasi, serta
pemanfaatan peluang yang ada, sambil mengantisipasi dan menangani ancaman yang
mungkin muncul.
4.3. KELEMBAGAAN
Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah pemerintahan Desa
Jambangan memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap pelayanan kepentingan masyarakat
wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya dengan pemerintahan pada level di atasnya. Dari
kumpulan Rukun Tetangga inilah sebuah Padukuhan (Rukun Warga; RW) terbentuk
Wilayah Desa Jambangan terbagi di dalam 19 Rukun Warga (RW) dan 90 Rukun Tentangga
(RT) yang tergabung di dalam 4 Dusun yaitu: Krajan, Sumbersari, Grangsil, Jegong yang
masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kasun menjadi sangat strategis
seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini.
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Jambangan tidak bisa lepas dari
strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam bagan
berikut ini:

Bagan I
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa Jambangan

BPD Kepala
Desa

Sekretaris
Desa

Kaur Umum Kaur


dan Tata Keuangan
usaha

Kaur Kaur Kasi Kasi


Perencanaan Kesejahteraan Pemerintahan Pelayanan
Tabel 1
Nama Pejabat Pemerintah Desa Jambangan
No Nama Jabatan

1 EKO BUDI CAHYONO Kepala Desa


2 TRIONO WIDODO Sekretaris Desa
3 SABAR SANTOSO Kaur Umum dan Tata Usaha
4 JUMAR Kaur Perencanaan
5 FATCHUR ROHMAN Kaur Keuangan
6 RIBUT PRAWITO Kasi Kesejahteraan
7 DEDIK YUNAN EFENDI Kasi Pemerintahan
8 TAKIM Kasi Pelayanan
9 BAIS SUDARMOKO Kasun Krajan
10 SUKIRNO Kasun Sumbersari
11 GITO Kasun Grangsil
12 IMAM MAHMUDI Kasun Jegong

Tabel 2
Staf Pemerintahan Desa Jambangan
No Nama Jabatan
1 WINARTO Staf Urusan Umum dan Tata Usaha
2 MISENAN Staf Seksi Pemerintahan
3 TRIMO Staf Seksi Kesejahteraan
4 ABD ROSID Staf Seksi Perencanaan
5 KHUSNUL ARIFIN Staf Kantor Desa
Tabel 3
Nama Badan Permusyawaratan Desa Jambangan
No Nama Jabatan
1 RIANTO Ketua
2 ISWIYONO Sekretaris
3 LISIYANTO Bendahara
4 ABD RAIB Anggota
5 ABD MADJID Anggota
6 SUGENG Anggota
7 DEDIK ARI JATMIKO Anggota
8 FREDY Anggota
9 NURIDA Anggota

Tabel 3
Nama-nama LPMD Desa Jambangan
No Nama Jabatan
1 Yudianto, Spd Ketua
2 Moh Shodiq Sekretaris
3 Sugiat Bendahara
4 Drs. Hariadi Anggota
5 Drs. Sumijan Anggota
6 Samsul Arifin Anggota
7 Ali Murtadho Anggota
8 Wakijo Anggota
9 Ngatiri Anggota
10 Sukateno Anggota
11 Giono Anggota
12 Sukardi Anggota
13 Mariono Anggota
14 Riyanto Anggota

BAB V ANALISIS
5.1. ANALISIS KEPARIWISATAAN DESA WISATA JAMBANGAN
5.2. ANALISIS POTENSI DAN MASALAH
5.3. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA
5.3.1 KONSEP DAN DASAR PERKEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS
5.3.2 PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS
5.3.3 ANALISIS KAWASAN
5.3.4 REKOMENDASI PENGEMBANGAN

Anda mungkin juga menyukai