Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu destinasi kunjungan wisatawan yang memiliki beragam
sumber daya pariwisata yang unik dan menarik sebagai daya tarik tersendiri bagi masyarakat
luar untuk datang ke Bali. Kepariwisataan Bali yang berkembang pesat telah banyak
memberikan andil bagi pembangunan Bali, seperti tumbuhnya hotel, restoran, dan fasilitas
pendukung pariwisata lannya.

Namun, pesatnya pembangunan mengancam kelestarian daerah Bali dengan beragam


potensi pariwisatanya baik itu dari sisi lingkungan fisik maupun lingkungan budaya, khususnya
budaya pertanian di Bali serta perubahan struktur tatanan kehidupan masyarakat Bli
(Arismayanti, 2010)

Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan tersebut serta adanya harapn untuk
kegiatan pariwisata yang lebih sehat dan bermanfaat di masa depan, maka beberapa pihak mulai
gencar menggalakkan sustainable tourism development (pembagunan priwisata berkelanjutan).
Agrowisata sebagai salah sau alternatif pariwisata berkelanjutan yang merupakan bagian dari
wisata yang memanfaatkan uaha pertanian (agro) seagi objek wisata yang bertujuan untuk
memperluas pengetahuan pegalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.
Agrowisata dapat memberikan multi player effect melalui penciptaan lapangan kerja baru,
perbaikan distribusi pendapatan, nilai tambah, serta pembangunan pertanian. Agrowisata juga
mampu mengakomodasikan tuntutan agar perekonomian nasional terus tumbuh yang sekaligus
memenuhi prinsip kerakyatan, berkelanjutan, dan pemerataan baik antar individu maupun antar
daerah.

Desa Belimbing yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya budaya
seperti bentangan sawah yang indah dan didukung oleh udara sejuk, sungai berbatu, adanya air
terjun dan terkenal dengan hasil perkebunan kopi. Berdasarkan kondisi tersebut maka jenis

1
wisata alternatif yang dapat dikembangkan pada daya tarik wisata Desa Belimbing adalah Desa
Wisata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep pengembangan Agrowisata di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan


Tabanan?
2. Bagaimana Zonasi dalam pengembangan Agrowisata di Desa Belimbing Kecamatan
Pupuan Tabanan?
3. Bagaimana Sirkulasi dalam pengembangan Agrowisata di Desa Belimbing Kecamatan
Pupuan Tabanan?
4. Bagaimana Fasilitas dalam pengembangan Agrowisata di Desa Belimbing Kecamatan
Pupuan Tabanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana Konsep pengembangan Agrowisata di Desa Belimbing


Kecamatan Pupuan Tabanan?
2. Untuk mengetahui bagaimana Zonasi dalam pengembangan Agrowisata di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Tabanan?
3. Untuk mengetahui bagaimana Sirkulasi dalam pengembangan Agrowisata di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Tabanan?
4. Untuk mengetahui bagaimana Fasilitas dalam pengembangan Agrowisata di Desa
Belimbing Kecamatan Pupuan Tabanan?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agrowisata


Agrowisata adalah suatu jenis sector usaha percampuran antara pertanian (agriculture)
dan wisata. Wisata merupakan suatu kegiatan singkat dengan sukarela untuk menikmati objek
wisata, sehingga agrowisata merupakan suatu kegiatan singkat dengan sukarela untuk menikmati
objek wisata yang berbasis pertanian (Islamiarani, 2008). Pengertian agrowisata berdasarkan
keputusan
Menteri Pariwisata, pos dan telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian
No.KM.47/PW.DWO/MPPT-89 dan No.204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian
dari objek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai
objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan
usaha dibidang pertaniaan (Tirtawinata dan Fachrudin, 1996). Sehingga agrowisata ini dapat
dikatakan sektor usaha baru yang merupakan penggabungan sektor pertanian dan wisata yang
dapat terus dikembangkan.
2.2 Manfaat Agrowisata

Berkembangnya bisnis atau usaha agrowisata juga harus memperhatiakan manfaat dan
fungsi dari agrowisata itu sendiri. Pemanfaatan dari adanya agrowisata akan memberikan
keuntungan yang banyak bagi beberapa orang, seperti petani sekitar dan juga akan bermanfaat
bagi kelestarian alam. Menurut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) agrowisata mempunyai
beberapa fungsi, antara lain:
1. Meningkatkan konservasi lingkungan; daerah agrowisata diharapkan memiliki existence
effect (efek nyata) yang berguna bagi lingkungan karena keberadaannya mempengaruhi
cuaca dan iklim sekitarnya.
2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam; keindahan visual dapat diperoleh dari
topografi, jenis flora dan fauna, warna dan arsitektur bangunan yang tesusun dalam tata
ruang yang serasi dengan alam. Kondisi ini didukung pula oleh kebersihan lingkungan.
3. Memberikan nilai rekreasi; rekreasi ditengah alam yang indah dan nyaman perlu
didukung oleh fasilitas – fasilitas pengunjung serta paket acara.

3
4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuaan; pengunjung dapat
mempelajari kegiatan budidaya, pemanenan, pengolahan hingga menjadi produk yang
dapat dikonsumsi.
5. Mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi pengelola, masyarakat, pemerintah daerah
maupun negara; keuntungan bagi daerah dan masyarakat antara lain membuka lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan popularitas daerah serta
meningkatkan produksi.
2.3. Pengembangan Agrowisata
Kegiatan pengembangan agrowisata menurut Deasy (1994) diarahkan pada terciptanya
penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata
Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian
dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan
pertanian suatu daerah.
Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap pemanfaatan
potensi wisata pertanian. Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan
fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan
pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian
sumber daya lahan pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya
lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous
knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya
Pengembangan agrowisata ini juga perlu dukungan dari pemerintah daerah terutama dari
Departemen Pertanian dan Departeman Pariwisata yang diharapkan bersama – sama
merumuskan suatu kebijakan – kebijakan untuk pengembangan sektor agrowisata. Banyak sekali
bidang dalam pertanian yang dapat dijadikan tempat agrowisata dan memiliki potensi besar
untuk dikembangkan menjadi agrowisata yang sangat besar dan akan memberikan keuntungan
yang besar pula untuk pemerintah daerah dan pusat serta para petani yang juga turut berperan
langsung dalam pengembangan agrowisata.

4
2.5 Zonasi pengembangan Arowisata

kawasan Agro Wisata yang dikembangkan hendaknya mendukung terhadap upaya


diversifikasi produk wisata yang mendukung fungsi kawasan wisata dan sekaligus
memperhatikan budi daya pertanian. Pengembangannya dilakukan berdasarkan potensi pertanian
yang dimiliki dan peruntukan ruangnya sesuai dengan RTDR dari masing-masing desa, di satu
Kecamatan, sehingga fungsi pariwisata dapat dilakukan sejalan dengan fungsi budi daya
pertanian. Pengembangan zonasi kewilayahan (RTRW) dikategorikan dalam beberapa peletakan
terdiri dari kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budi daya pertanian dan kawasan non
pertanian. Adapun penataan zonasi dimaksud, meliputi:

a. Dalam kawasan lindung, peruntukan ruang adalah hutan lindung, hutan suaka
margasatwa dan cagar alam, dan hutan konservasi.
b. Dalam kawasan penyangga yaitu kawasan antara hutan lindung dan kawasan budi daya
pertanian adalah dalam bentuk perkebunan hutan produksi terbatas.
c. Dalam kawasan budi daya pertanian, ruang diperuntukkan tanaman tahunan, tanaman
pangan lahan basah dan tanaman pangan lahan kering.
d. Dalam kawasan non pertanian diperuntukkan untuk rekreasi, fungsi pariwisata,
pemukiman, dan industri. Sedangkan dalam peletakan dan penataan zonasi yang
berkaitan dengan pengembangan ODTW agro wisata, penzonasian perlu dilaksanakan
dengan mengkombinasikan keindahan sumber daya alam sebagai ODTW dengan potensi
sumber daya pertanian sebagai ODTW agro. Untuk memperoleh kesan dan pengalaman
wisatawan, penataan zonasi amatlah penting sebagaimana dikemukakan Wallace (1995)
suatu sistem zonasi yang terencana dengan baik akan memberikan kualitas yang tinggi
terhadap pengalaman pengunjung dan memberikan lebih banyak pilihan yang akan
mempermudah pengelola untuk beradaptasi, terhadap perubahan pasar, untuk lebih
jelasnya dapat dicermati pada gambar berikut:

5
a. Dalam zona inti dapat dikembangkan berbagai kegiatan atraksi wisata yang saling
berkaitan dengan potensi sumber daya pertanian sebagai ODTW agro. Area ini memiliki
keunikan tersendiri (unique selling point).

b. Dalam zona penyangga lebih menitikberatkan atau memfokuskan kepada penyangga


yang dapat memperkuat kesan hijau, nyaman dan memiliki nilai konservasi yang tinggi.
Pada zona penyangga sebaiknya dihindari bangunan-bangunan yang permanen, terbuat
dari beton atau batu.

c. Dalam zona pelayanan, semua kegiatan dan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh
pengunjung atau wisatawan.

6
BAB III

METOGOLOGI PENELTIAN

3.1 Lokasi

Daerah pengembangan yang akan diteliti adalah Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,
Kabupaten Tabanan. Memiliki luas wilayah 22,49 km² dan dengan ketinggian wilayah 700 meter
diatas permukaan laut dan memiliki kontur tanah perbukitan.

3.2 Tanggal dan Waktu

a. Hari : Sabtu
b. Tanggal : 17 November 2018
c. Waktu : 08.00 WITA – selesai
3.3 Bahan dan Alat
a. Kamera
b. Aplikasi OSM Tracker for Android
c. Alat tulis
3.4 Langkah-langkah
a. Berkumpul di Kampus Sudirman, Denpasar mulai dari jam 7.00 WITA. Kemudian
berangkat dari Kampus Sudirman ke Desa Belimbing, Tabanan pada jam 08.00
WITA dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam.
b. Saat tiba di lokasi, mahasiswa berkumpul terlebih dahulu karena diberikan
pengarahan oleh dosen pembimbing, kemudian para mahasiswa melakukan
perjalanan/tracking melalui jalur yang telah ditetapkan.
c. Pada saat tracking, mahasiswa mendokumentasikan beberapa tempat pada jalur
tracking menggunakan aplikasi OSM Tracker guna menjadi bahan untuk laporan
praktikum. Setelah selessai tracking, mahasiswa kembali ke tempat masuk/tempat
berkumpul. Ada yang mencicipi durian gratis maupun ada juga yang membeli durian
hasil produksi setempat. Kemudian mahasiswa kembali ke bus guna melakukan
perjalanan pulang kembali ke denpasar.
d. Untuk mengolah data yang telah di dapat tadi, digunakan aplikasi QGIS 2.18.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data dan Analisis


4.1.1 Aspek Biofisik
4.1.1.1 Letak geografis dan luas
Desa Belimbing merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Jarak desa ini dari kota Denpasar adalah sekitar 65 km, Untuk mencapai desa ini, jika berjalan
dari Denpasar mengendarai mobil perlu waktu kurang lebih 1,5 jam. Dari kota Denpasar kita
menuju ke arah kota Tabanan, dan berjalan di jalan raya Denpasar-Gilimanuk. Jika sudah sampai
pada pertigaan Antosari, kita berjalan ke arah kanan menuju ke arah seririt kurang lebih 10 km
untuk sampai di desa Belimbing.
Desa Belimbing merupakan sebuah desa yang masih asri dengan pemandangan alam yang
indah, selain itu Desa Belimbing juga memiliki penduduk yang memiliki keramah-tamahan dan
menjaga budayanya dengan baik. Meskipun letak desa ini cukup jauh dari pusat daerah
pariwisata yaitu Sanur, Kuta dan Nusa Dua, Desa Belimbing ini juga patut dilirik, karena
memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai sebuah destinasi wisata. Dilihat dari
letak geografisnya, Desa belimbing berada di wilayah pegunungan dengan kondisi wilayah yang
berbukit-bukit, Luas wilayah desa ini mencapai 2.606,66 ha dengan bentang alam yang indah
serta berbagai potensi yang dimilikinya, seperti persawahan, perkebunan hingga budaya
masyarakatnya.
Dengan berbagai potensinya ini, Desa Belimbing ditetapkan sebagai desa wisata pada
tahun 2010 dan diresmikan sebagai desa wisata oleh WTO pada bulan oktober 2014 Penetapan
Desa Belimbing ini tentu tidak sembarangan, penetapan ini dilakukan karena Desa Belimbing
memiliki beberapa begitu banyak potensi wisata yang dapat dikemas menjadi suatu produk
wisata yang dapat dijual ke wisatawan.
4.1.1.2 Aksesibilitas

Aksesibilitas yang kami lewati dimulai dari Denpasar--Ubung--Kapal-Mengwi. Sampai


di Mengwi, saya menuju ke barat mengambil jalan raya Denpasar-Gilimanuk masuk ke
kabupaten Tabanan. Melewati Kediri-Kerambitan--Selemadeg--Bajera hingga tiba di pertigaan

8
Bajera belok kanan ke utara melewati desa Tiyinggading. Ini beberapa foto keindahan
persawahan dengan sistem subak di Tiyinggading:

4.2 Konsep Pengembangan

4.2.1 Pola Ruang

4.2.1.1 Pola Ruang Terbuka Buatan

Dalam konsep yang kami terapkan yaitu pola terbuka buatan, dimana seluruh kegiatan
yang ada di dalamnya dilakukan oleh petani, dan teknologi yang digunakan yaitu semi
tradisional, saat pemanenan masih menggunakan tradisional dengan cara memetik dan
mengambilnya, tetapi disediakan pusat penelitian yang bisa digunakan oleh mahasiswa atau
pelajar untuk belajar bersama pengelola.

4.2.2 Kebutuhan Ruang

Agrowisata buah, perkebunan dan bunga: Musolah:


 Ruang pembibitan  Ruang sholat
 Pusat penelitian  Wudhu
 Gudang  Toilet
 Area penanaman
Penginapan: Pembelanjaan:
 Villa  Minimarket
 Kolam renang  Café coffe
 Toilet  Gazebo
 Lobby  Pusat oleh-oleh
 Ruang staff
 Ruang tunggu
Zona budaya: Parkir:
 Ruang pembuatan canang  Parkir motor
 Ruang pembuatan lak lak bali  Parkir mobil
 Parkir pengelola
 Parkir truk
 Parkir bus

Pelayanan:
 Pusat informasi
 Loket tiket
 Post satpam

9
4.2.3 Hubungan Ruang

Adanya hubungan ruang yang saling timbal balik. Contohnya pada area tanaman buah,
bunga dan perkebunan pengunjung bisa mempelajari proses budidaya dan bisa memetik hasil
pertanian secara langsung, terkecuali pada area tanaman bunga. Setelah itu terdapat pusat
pembibitan disana dilakukan proses edukasi dan pengunjung bisa membeli bibit tanaman.

4.2.4 Organisasi Ruang

Konsep Edukatif Rekreatif Partisipatif


Pengabungan Penzoningan kawasan Adanya atraksi Pemberdayaan
organisasi secara terbagi menjadi zona budaya masayarakat pada
melingkar atraksi, zona industri kerajinan
penunjang, zona oleh-oleh
penerimaan
4.2 Zonasi
Terdapat 4 Zonasi yaitu
4.3.1 Zona Inti

Pada zona ini terdapat beberapa objek seperti, ruang pembibitan, pusat penelitian
gudang, sawah, perkebunan, air terjun, lobby.

4.3.2 Zona penyangga

Pada zona ini terdapat beberapa objek seperti, ATM, Minimarket, Café coffe, Gazebo,
kolam renang, villa dan Pusat oleh-oleh, perkemahan, tempat outbound,

4.3.3 Zona konservasi

Pada zona ini terdapat beberapa objek seperti, konservasi tanaman bambu, Ruang
pembibitan, Pusat penelitian

4.3.4 Zona Budaya

Pada zona ini terdapat objek berupa ruang pembuatan canang, Ruang pembuatan lak
lak bali.

10
4.4 Sirkulasi

Konsep Edukatif Rekreatif Partisipatif


Pola sirkulasi terpusat Alur linier dapat Penempatan pada titik Adanya wantilan yang
dengan alur liniear mengarahkan tertentu bias digunakan untuk
pengunjuang mengumpulkan
mengakses setiap pengunjung
ruang secara
berurutan

4.5 Fasilitas

Penginapan: Pembelanjaan:
 Vilaa  Minimarket
 Café coffe
 Gazebo
 Pusat oleh-oleh
Infrakstruktur: Hiburan:
 ATM  Tempat atraksi budaya
 Jalan trotoar
 Area parker
 Post satpam
 Toilet
Rekreasi:
 Memancing
 Tempat kemah

11
DAFTAR PUSTAKA

Sastrayuda. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi
Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure Gumelar S.

Ernaldi Muhammad Edgardi. 2010. “Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata


Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII“. Bogor, Jawa Barat.
Haryandhes Astria Perthy. 2013. “Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu
Di Kampung Karangsari, Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Cianjur”. Institut
Pertanian Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai