Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang keanekaragaman hayatinya termasuk dalam golongan tertinggi di dunia dibandingkan Amerika
dan Afrika yang sama-sama beriklim tropis. Semua keanekaragaman hayati tersebut merupakan aset yang tak ternilai yang dimiliki oleh
Indonesia. Dengan kekayaaan lebih dari 25.000 spesies tumbuhan berbunga, Indonesia memiliki 10% spesies tumbuhan yang ada
didunia, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilian dan 16% spesies burung. Untuk menjaga kekayaan hayati Indonesia tersebut
banyak upaya yang dilakukan salah satunya adalah agrowisata. Di Indonesia agrowisata didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan
pariwisata yang memanfaatkan agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.
Dari berbagai jenis agrowisata yang ada di Indonesia, agrowisata manggis merupakan agrowisata yang harus diperhitungkan.
Mengingat potensi Indonesia sebagai produsen manggis yang mampu bersaing di pasar global dan domestic cukup besar. Hal ini
didukung oleh sumber daya alam yang sesuai untuk budidaya manggis di berbagai daerah nusantara. Agroklimat yang variatif di berbagai
daerah memungkinkan untuk menghasilkan manggis sepanjang tahun. Keserdiaan lahan yang cukup luas dan keragaman plasma
nutfahnya berpotensi untuk menghasilkan manggis yang berkualitas baik dan untuk bahan baku industry berbagai produk.
B. Tinjauan Teori dan Kebijakan

2.1 Agrowisata

2.1.1 Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Agrowisata
merupakan kegiatan kepariwisataan yang telah dimanfaatkan oleh kalangan usaha perjalanan untuk meningkatkan kunjungan wisata
pada beberapa daerah tujuan wisata agro. (Pamulardi, 2006).
Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan
suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli
produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian.
Sedangkan menurut Nurisjah (Dalam Hadi, 2012), agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian merupakan
penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas pertanian.
Di Indonesia, Agrowisata atau agrotourisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha
agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha
ibidang pertanian. (Utama, 2012)
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada
2. Perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin
3. Perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar
4. Perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada
5. Perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Pengertian agrowisata dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi
Nomor: 204/KPTS HK/050/4/1989 dan Nomor KM. 47/PW.DOW/MPPT/89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro,
didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian". (Tirtawinata dan Fachrudin, 1999)
Kegiatan agro sendiri mempunyai pengertian sebagai usaha pertanian dalam arti luas, yaitu komoditas pertanian, mencakup tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sehingga pengertian agrowisata merupakan wisata yang
memanfaatkan obyek-obyek pertanian.

2.1.2 Jenis Jenis Agrowisata


Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau
lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang
khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian.
Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk
mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan.
Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar,
teknologi budidaya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan
pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat
dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan. (Pamulardi, 2006)
Selanjutnya Agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat rinci
sebagai berikut:
a Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat
petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa
mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi
spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas
pendukung untuk pengamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada,
seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah
kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi
subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
b Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau
disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang
dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal
yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung
untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu
keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya
tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Teknologi budidaya pertanian tradisional sebagai
perwujudan keserasian hasil seleksi alam yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang dapat menjadi paket atraksi wisata
yang potensial untuk dipasarkan. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani yang memiliki lahan
sempit serta adanya gejala penggunaan lahan yang melebihi daya dukungnya, maka adanya alternatif pemanfaatan lahan yang
berorientasi kepada kepentingan wisata sangat baik untuk dilakukan. Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata
alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang
nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber
air kesehatan (air mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa falitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan
budidaya, pola hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olah raga. Untuk membantu meningkatkan masyarakat
petani yang berada di pedesaan, prioritas pengembangan agrowisata hendaknya lebih diarahkan pada pengembangan agrowisata
ruang terbuka. (Subowo, dikutip dari Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.24 No.1 2002 dalam Pamulardi 2006).

2.1.3 Prinsip Prinsip Agrowisata


Agrowisata berpegang pada prinsip yang hampir sama dengan prinsip ekowisata. Prinsip-prinsip tersebut ( Pitana,2002 Dalam
Utama 2012) adalah sebagai berikut :
a Menekankan serendah-rendahnya dampak negative terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata
b Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian
c Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsur pemerintah dan mayarakat untuk
memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.
d Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, manejemen sumberdaya alam dan kawasan yang
dilindungi
e Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan
wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
f Memberikan penekanan pada penggunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang.
Untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.
g Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal
di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.
h Berusaha meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima
seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerja sama dengan penduduk lokal.
i Mempercayakan pemanfaatan sumber energy, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikan dengan
lingkungan alam dan budaya.

2.2 Tinjauan Manggis

2.2.1 Pengertian Manggis


Tanaman manggis adalah salah satu buah asli Negara tropic, yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena memiliki
keistimewaan dari warna kulit, daging , buah, dan mempunyai rasa yang unik yaitu manis, asam dan menyegarkan. Selain itu manggis
juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Salah satu gizinya adalah sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh
manusia. (Supiyanti, Wulansari dan Kusmina,2010).

2.2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Manggis


Manggis termasuk tanaman tahunan yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Susunan tubuh tanaman manggis
terdiri atas organ vegetatif dan generatif. Organ vegetatif tanaman manggis meliputi akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai
alat pengambil, pengangkut, pengolah, pengedar, dan penyimpanan makanan.
Batang tanaman manggis berbentuk pohon berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai 25 meter atau lebih. Kulit batangnya
tidak rata dan berwarna kecoklatan. Percabangan tanaman umumnya simetris membentuk tajuk yang rimbun dan rindang. Daun
manggis berbentuk bulat telur sampai bulat panjang, tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali tanpa daun penumpu. Struktur
helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan bawah warnanya kekuning-
kuningan.
Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah, kulit buah dan biji. Bunga manggis muncul dari ujung ranting,
berpasangan dengan tangkainya yang pendek, tebal dan teratur. Struktur bunga manggis memiliki empat kelopak yang tersusun
dalam dua pasang. Mahkota bunga terdapat empat helai, berwarna hijau kekuningan dengan warna merah pada pinggirnya. Benang
sarinya banyak dan bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping kepala putik yang tidak pernah rontok sampai stadium
buahnya matang. Bakal buah manggis berbentuk bulat, mengandung 1-3 bakal biji yang mampu tumbuh berkembang menjadi biji
normal. Bunga manggis mempunyai alat kelamin jantan dan betina atau disebut bunga sempurna, namun benang sarinya berukuran
kecil dan mengering, hingga tidak mampu membuahi sel telur. Oleh sebab itu, meskipun manggis berbunga sempurna sering disebut
hanya berbunga betina saja. Buah manggis berbentuk bulat dan berjuring, sewaktu masih muda permukaan kulit buah berwarna
hijau, namun setelah matang berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau merah muda. Pada bagian ujung buah terdapat juring
berbebtuk bintang sekaligus menunjukkan ciri dari jumlah segmen daging buah.
Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai proposi sepertiga bagian dari buahnya. Kulit buahnya mengandung getah yang
warnanya kuning dan cita rasanya pahit. Warna daging buah putih bersih dan cita rasanya sedikit asam sehingga digemari
masyarakat luas. Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berkeping dua (Rukmana, 1995).
Di indonesia manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa barat), manggus (Lampung), manggusto
(Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat) (Rusnasbuah, 2007 dalam Hadriyono, 2011).

Anda mungkin juga menyukai