Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PERENCANAAN

2.1. Pengertian Judul


Agrowisata aquaponik pada penerapannya adalah wisata yang
mewadahi berbagai aktivitas budidaya aquaponik sebagai objek wisata.
Aquaponik merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang
bersifat simbiotik. Berdasarkan ide yang muncul yaitu “Perancangan
Agrowisata Aquaponik di Kabupaten Malang”, merupakan destinasi wisata
edukasi tentang pertanian dalam upaya mempertahankan dan
mengembangkan pertanian di Kabupaten Malang, dimana semakin
menurunnya luas lahan pertanian di Kabupaten Malang setiap tahunnya.

2.1.1 Aksi
Aksi dalam hal ini adalah perancangan. Perancangan diperlukan
karena di Kabupaten Malang budiya dengan sistem aquaponik belum terlalu
banyak dikenal masyarakat. Adapun aquaponik yang dikembangkan disana
berupa industri namun masih berskala kecil. Sehingga perlu diadakan
perancangan fasilitas ini untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan,
dan untuk mewadahi kegiatan baru yang juga dicanangkan sebagai salah satu
destinasi agrowisata di Kabupaten Malang.

2.1.2 Fungsi
Fungsi dalam hal ini adalah wisata dalam bidang pertanian
(Agrowisata) dengan sistem aquaponik. Agrowisata aquaponik ini dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas penunjang wisata untuk kenyamanan dan keamanan
bagi pengguna dan juga dilengkapi dengan sarana edukatif dan rekreatif bagi
pengunjung agrowisata, kemudian agrowisata aquaponik ini dipadukan
dengan keindahan alam dan potensi daerah.

12
2.1.3 Lokasi
Lokasi dalam hal ini berada di Malang Barat yaitu di Kecamatan
Ngantang. Kecamatan Ngantang merupakan daerah perbukitan dimana
memiliki potensi pengembangan di sub sektor pariwisata antara lain
Bendungan Selorejo, pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan), peternakan, industri serta perikanan.

2.2. Studi Pustaka


2.2.1 Pengertian Perancangan
Merancang adalah merumuskan suatu konsep atau ide yang baru atau
memodifikasi konsep dan ide yang sudah ada dengan metode yang baru
dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia. Dalam perancangan terdapat
beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum hasil dari rancangan dijadikan
sebuah produk. Menurut Morris Asimow tahap pertama adalah conceptual
design dimana memerlukan kreatifitas yang tinggi dan terdapat ketidak
pastian yang luas. Tahap kedua adalah embodiment design yang dimulai
dengan pemilihan material, dimensi, geometri serta kemungkinan terjadinya
kegagalan. Tahan yang ketiga adalah detail design yang dimana memerlukan
pemeriksaan dari perancangan sebelum proses manufaktur.

2.2.2 Pengertian Agrowisata


Agrowisata adalah salah satu bentuk wisata yang objek wisata
utamanya adalah lanskap pertanian, sehingga secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa agrowisata adalah rekreasi atau wisata yang
memanfaatkan objek-objek pertanian. Dalam istilah sederhana, agrowisata
didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana
pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk
membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan
suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan
atau taman.
13
2.2.2.1 Prinsip-Prinsip Agrowisata
Menurut Wood,( 2000, dalam Pitana, 2002), prinsip-prinsip
agrowisata ada 9 yakni sebagai berikut :
1) Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam
dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.
2) Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya
suatu pelestarian.
3) Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang
bekerjasama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat
pada usaha pelestarian.
4) Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan
pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang
dilindungi.
5) Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan
penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di
kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
6) Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan
lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang,
untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak
pariwisata terhadap lingkungan.
7) Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara dan
masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah
sekitar kawasan yang dilindungi.
8) Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata
tidak melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat
diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah
bekerjasama dengan penduduk lokal.
9) Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-

14
tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan
lingkungan alam dan budaya.

2.2.2.2 Unsur Pengembangan Agrowisata


Menurut Spillane, (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang
harus dipenuhi seperti dibawah ini:

1) Attractions
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud
adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman,
budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan
aktivitas pertanian tersebut.

2) Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.

3) Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan
komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan
energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan sistem
keamanan.

4) Transportation
Transportasi umum, Bis-Terminal, sistem keamanan penumpang,
sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek
wisata.

5) Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan
sebuah sistem pariwisata yang baik.

15
2.2.2.3 Klasifikasi Agrowisata
Agrowisata ditinjau dalam bentuknya dapat dibedakan menjadi dua
jenis yakni agrowisata ruangan tertutup dan agrowisata ruangan terbuka
(http://database.deptan.go.id). Adapaun pengertian dari agrowisata ruangan
tertutup dan agrowisata ruangan terbuka, yakni sebagai berikut:

1) Ruangan tertutup (seperti museum)


Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat
pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah
penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian.
2) Ruangan terbuka (taman atau lansekap)
Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas
dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu
sistem usaha tani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama
pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna
yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen
komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian
setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan
kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat
dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan

2.2.2.4 Ruang Lingkup Agrowisata


Tirtawinata dan Fachriddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan
potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang
sebagai berikut :
1) Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan
berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik
yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan
flora yang ada, keindahan pemandangan didalamnya dan
kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

16
2) Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan
tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh
perkebunan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan
perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan
dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca
produksi (pengolahan dan pemasaran).
3) Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata
tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta
hortikultur yakni bunga, buah sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai
proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa
pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan
obyek agrowisata.
4) Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa
kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya
tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola
tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya
memancing ikan.
5) Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata
antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta
budidaya hewan ternak.

2.2.2.5 Karakter Agrowisata


Kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-
kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata
merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,
hortikultura,perikanan maupun peternakan, misalnya:
a. Sub-sistem usaha pertanian primer (on farm), antara lain terdiri
atas: pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan;
17
b. Sub-sistem industri pertanian, antara lain terdiri atas: industri
pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal
maupun ekspor;
c. Sub-sistem pelayanan, yang menunjang kesinambungan dan
daya dukung kawasan baik terhadap industry dan layanan
wisata maupu sektor agro, misalnya: transportasi dan
akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan
asuransi, fasilitas telekomunikasi, dan infrastruktur.
2) Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan
pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang
cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya
industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang
memacu berkembangnya sektor agro.
3) Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi
kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan
kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat
dikembangkan secara berkelanjutan.

2.2.2.6 Kebutuhan Rancangan Agrowisata


Pada umumnya fasilitas agrowisata belum memiliki standar yang
dapat dijadikan dasar untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan
wisatawan. Namun dalam beberapa hal perencanaan fasilitas dapat mengacu
kepada kebutuhan pengunjung tersedia dan berdasarkan kepada pelayanan
pengunjung yang disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia. Adapun untuk
mendapatkan fasilitas yang dapat memenuhi pelayanan pada agrowisata
sebagai berikut:

Adapun untuk mendapatkan fasilitas yang dapat memenuhi pelayanan


pada agrowisata dapat mempelajari karakteristik, meliputi:

1) Pola aktivitas wisatawan di agrowisata


18
Dari segi jenis wisatawan dibagi menjadi wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara. Pola aktivitas wisatawan nusantara memiliki
kegiatan :
a. Berwisata bersama keluarga
b. Berwisata secara rombongan
c. Berwisata dengan membawa makanan sendiri/piknik
d. Berwisata memakai kendaraan sendiri
2) Aktivitas pengunjung di agrowisata
Pola aktivitas pengunjung di lokasi agrowisata, sangat bervariasi, dan
memiliki kekhususan tergantung dari jenis lokasi dan karakter dari
agrowisata itu sendiri. Aktivitas pengunjung dengan karakter agrowisata
yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah dapat memadukan berbagai
kegiatan, seperti berikut:

Tabel 4. Aktivitas Pengunjung di Agrowisata

2.2.2.7 Perancangan Agrowisata


Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus
dipegang dalam sebuah perancangan agrowisata, yaitu:
1) Sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata
itu berada,
2) Dibuat secara lengkap dan tetapi sesederhana mungkin,
19
3) Mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial
masyarakat disekitarnya,
4) Selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber
dana, dan teknik-teknik yang ada,
5) Perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa


terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah
sebagai berikut :

1) Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi


agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan
tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif
ini dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas
ekonomi luar.
2) Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang
strategis dari segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai
potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat
agrowisata buatan.
3) Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya
memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki
pola kehidupan bertani, beternak, berdagang dan sebagainya serta
tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.

Berdasarkan arahan deskripsi di atas, perancangan ini bertujuan


sebagai kawasan agrowisata aquaponik yang memadukan antara keindahan
alam, kehidupan masyarakat pedesaan, dan potensi pertanian, jika ditata
secara baik dan dikelola secara sistematis dapat meningkatkan daya tarik
masyarakat terhadap wisata di lokasi daerah tujuan. Dilengkapi oleh
bangunan massa banyak, serta memiliki hubungan fungsi antar bangunan

20
didalamnya. Bangunan-bangunan yang ada memiliki fungsi tersendiri yang
dilengkapi oleh bangunan service sebagai pendukungnya.

Perancangan kawasan ini tergolong wisata edukasi


mempertimbangkan banyak aspek didalamnya, yakni: fungsi, karakteristik,
pengguna dan aktivitas didalamnya, kebutuhan ruang dan dimensi
persyaratan kebutuhan ruang, sirkulasi dan aksesbilitas pada kawasan, tata
letak landscape dan lingkungan kawasan (meliputi area terbuka (outdoor),
taman, area parkir, pedestrian, dan lain-lain), utilitas (sistem penyediaan air
bersih, sistem pembuangan limbah atau sampah (organik dan non-organik),
penyediaan sumber energi (meliputi: pencahayaan buatan atau lampu,
penghawaan, serta pencahayaan alami).

Wisata edukasi yang diterapkan dalam perancangan agrowisata ini


memiliki peranan sebagai sarana pembelajaran kepada masyarakat, sehingga
dari segi iptek dan ekonomi dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.

2.2.2.8 Prasyarat dan Tipologi Kawasan Agrowisata


Pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi beberapa
prasyarat dasar, antara lain:

1) Memiliki sumber daya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk


mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi
unggulan;
2) Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk
mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti
misalnya: jalan, sarana irigasi atau pengairan, sumber air baku, pasar,
terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat
informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan
hasil pertanian, dan fasilitas umum, serta fasilitas sosial lainnya;

21
3) Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi
untuk mengembangkan kawasan agrowisata;
4) Pengembangan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya
konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian
sumber daya alam, kelestarian sosial budaya, maupun ekosistem
secara keseluruhan.

Tabel 5. Tipologi Kawasan Agrowisata


Sumber : Http://joecky.wordpress.com

Tipologi kawasan agrowisata aquaponik yang dirancang tergolong


sub-sektor usaha pertanian berupa perkebunan. Kawasan agrowisata yang
dibutuhkan yakni berada di dataran tinggi dengan lahan bertekstur/berbukit,
jenis tanaman termasuk jenis tahunan, memiliki keindahan alam/potensi alam
22
yang menarik untuk dijadikan objek wisata/dekat dengan konservasi alam.
Dari uraian tipologi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi
perancangan agrowisata herbal harus memiliki ketentuan tersebut.

2.2.2.9 Fasilitas Kawasan Agrowisata


Dalam hal penyediaan fasilitas, hendaknya dilakukan dua
pendekatan. Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua objek, baik
prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik dan
melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua yakni membangun
prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan
fasilitas yang dibutuhkan sebagai berikut :
1) Jalan Menuju Lokasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa jalan sebagai sarana transportasi sangat


berpengaruh terhadap jumlah arus wisatawan yang datang. Untuk itu,
diperlukan sarana jalan yang baik dari segi fisik dan aman dilalui kendaraan
wisatawan. Penyediaan sarana perhubungan ini memerlukan perhatian dan
kerja sama dengan instansi yang terkait, seperti dinas pekerjaan umum dan
dinas perhubungan.
2) Pintu Gerbang
Pintu gerbang merupakan tempat keluar-masuk resmi bagi
pengunjung kawasan agrowisata. Di sini biasanya pengunjung dikenai tarif
masuk yang besarnya tergantung ketentuan yang berlaku.
3) Tempat Parkir
Tempat parkir ialah lokasi yang sudah ditentukan untuk menempatkan
kendaraan. Luas tempat parkir harus proporsional dengan prediksi jumlah
rata- rata kendaraan pada saat ramai pengunjung. Letak kendaraan perlu
diatur sedemikian rupa, agar penggunaan tempat efisien. Sebagai pengatur
diperlukan juru parkir. Lahan parkir tetap dapat berfungsi sebagai penyerap
air tanah, pembangunan lantai parkir tidak mempergunakan bahan dari aspal,

23
namun mempergunakan paving blok, dan pada halaman parkir perlu ditanami
dengan jenis tanaman yang akarnya mempunyai daya serap air cukup banyak,
disamping akan berfungsi sebagai peneduh sekaligus akan membantu
menyerap air pada musim penghujan.
4) Pusat Informasi
Pusat informasi ialah tempat dan pusat kegiatan yang melayani
pengunjung yang ingin mengetahui dan mendapatkan keterangan mengenai
seluk beluk yang ada di dalam kawasan agrowisata itu. Penempatan
bangunan tempat informasi ini biasanya dekat dengan tempat - tempat
pembelian karcis tanda masuk.
5) Papan Informasi
Papan informasi ialah papan yang diberi tanda-tanda dan tulisan yang
berisi keterangan atau penjelasan mengenai arah, keadaan lokasi, ataupun hal
- hal yang tidak diperbolehkan maupun yang boleh dilakukan. Termasuk ke
dalam jenis papan petunjuk yaitu papan pengumuman, papan larangan, dan
rambu - rambu peringatan. Pada beberapa tempat objek wisata pada
umumnya menyediakan papan informasi yang mudah dibaca oleh pengunjung
sambil melakukan aktifitasnya.
6) Jalan dalam Kawasan Agrowisata
Jalan di dalam kawasan agrowisata ada yang terdiri dari jalan
kendaraan dan jalan setapak, antara lain disediakan jalan setapak dan jalan
kendaraan mobil wisata. Jalan perlu dilengkapi dengan tanda - tanda jarak,
papan keterangan, dan penunjuk arah.
7) Rumah Inap
Pada beberapa lokasi agrowisata biasanya menyediakan penginapan
seperti guest house, pesanggrahan, atau pondok wisata, bahkan hotel. Dalam
upaya pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan ini, sebaiknya tidak
didirikan penginapan di dalam lokasi agrowisata, namun penginapan
dikembangkan langsung di rumah-rumah penduduk, sehingga akan

24
menambah penghasilan bagi penduduk setempat. Apabila akan dibangun
hotel atau losmen, jaraknya diupayakan jauh dari lokasi objek wisata,
sehingga tidak menjadi pesaing rumah inap penduduk.
8) Sarana Penelitian
Sesuai arah pengembangan agrowisata berwasasan lingkungan dapat
dimanfaatkan sebagai tempat penelitian. Untuk mendukung kegiatan ini
perlu dilengkapi, kebun percobaan, kebun plasma nutfah bahkan mungkin
perpustakaan sesuai dengan budidaya agro yang dijadikan objek wisata.
9) Toilet
Pada pengembangan agrowisata akan lebih baik kalau disediakan
toilet di beberapa sudut dan pada tiap-tiap toilet terdapat tulisan yang
menunjukkan posisi toilet berikutnya. Untuk memudahkan pengunjung
memakai toilet hendaknya toilet dibangun di lokasi yang mudah dijangkau,
dan perlu diperhatikan pula persediaan air dan kebersihannya.
10) Tempat Ibadah
Pengunjung yang beragama Islam sangat memerlukan tempat ibadah
di dalam lokasi agrowisata. Hal ini perlu dimengerti karena umat Islam
memiliki kewajiban sholat lima waktu. Mungkin kewajiban ini harus
ditunaikan ketika dia masih berada di dalam kawasan agrowisata.
11) Tempat Sampah
Biasanya orang membawa bekal makanan dan minuman saat
berekreasi, bahkan sambil berjalan mereka menikmati makanannya, seperti
makan kacang, es krim, dan lain-lain. Wadah makanan dan minuman sering
menjadi masalah karena berserakan di mana-mana, sehingga setiap beberapa
meter perlu disediakan tempat sampah, terutama di tempat-tempat dukuk
untuk beristirahat. Dengan tersedianya sarana kebersihan, lingkungan yang
bersih dan nyaman dapat diciptakan.
Dari penjabaran fasilitas agrowisata di atas, dapat disimpulkan bahwa
agrowisata aquaponik di Kabupaten Malang juga harus menyediakan ruang

25
dan fasilitas seperti yang telah menjadi standar umum seperti yang dijelaskan
di atas. Fasilitas tersebut juga dapat ditambah sesuai tujuan perancangan
agrowisata aquaponik, yakni: fungsi peneltian, fungsi produksi, dan fungsi
wisata/rekreasi.

2.2.2.10 Infrastruktur Agrowisata


Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan
sistem dan usaha agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan, antara lain
meliputi :
1) Dukungan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
agrowisata yang mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi
mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi
wisatawan. Fasilitas ini dapat berupa fasilitas transportasi dan
akomodasi, telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan
sesuai dengan jenis agrowisata yang dikembangkan.
2) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang sub-sistem kegiatan
agribisnis primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan
agribisnis primer, seperti: bibit atau benih, mesin dan peralatan
pertanian, pupuk, pestisida, obat atau vaksin ternak, dan lain-lain. Jenis
dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:
a. Jalan;
b. Sarana transportasi;
c. Pergudangan sarana produksi pertanian;
d. Fasilitas bimbingan dan penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan;
e. Fasilitas lain yang diperlukan.

3) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistemm usaha


tani atau pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan
produksi dan keberlanjutan (sustainability) usaha budi daya pertanian:
tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan perikanan,

26
dan kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini antara lain:
a. Jalan-jalan pertanian antar kawasan;
b. Sarana air baku, melalui pembuatan sarana irigasi untuk mengairi
dan menyirami lahan pertanian;
c. Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan
perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan, baik di danau
ataupun di laut;
d. Sub-terminal agribisnis dan terminal agribisnis.

4) Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang


dibangun baik jenis maupun bentuk bangunan harus dirancang
sedemikian rupa tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dan
menimbulkan dampak yang seminimal mungkin pada lingkungan
sekitarnya. Teknologi yang digunakan dapat bervariasi dan sebaiknya
jenis teknologi harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

5) Biro perjalanan wisata sebagai pemberi informasi dan sekaligus


mempromosikan pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja

Dari penjabaran infrastruktur di atas, dapat disimpulkan bahwa


agrowisata aquaponik membutuhkan fasilitas ruang dan sarana prasarana
untuk mewadahi kegiatan penelitian, pengolahan, kegiatan produksi dan
pengemasan hasil tanaman aquaponik serta perlunya fasilitas penunjang
rekreasi berbasis wisata alam, meliputi: jalan penghubung, transportasi, area
bermain, utilitas kawasan, dan penunjang kegiatan wisata lainnya. Hal ini
diperlukan untuk pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata.

2.2.3 Pengertian Aquaponik


Aquaponik adalah system pertanian berkelanjutan yang
mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang
bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang
dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak
27
dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar
dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh
tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem
akuakultur. Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam
bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi sangat beragam dalam hal
ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya

Pertanian organik kini kembali menjadi trend dikalangan masyarakat


karena dapat meminimalkan modal dan hasil panennya tidak mengandung
bahan yang dapat membahayakan tubuh. Dengan semakin berkembangnya
zaman kini pertanian organik ada yang tidak menggunakan media tanah
sebagai media hidup tanaman, salah satunya yaitu aquaponik. Aquaponik
berasal dari kata akuakultur yang artinya budidaya ikan dan hidroponik yang
artinya budidaya tanaman menggunakan media tanpa tanah. Aquaponik ini
dinilai sangat bagus karena dapat memanfaatkan lahan yang harusnya hanya
bisa dipakai untuk akuakultur ternyata dapat pula digunakan untuk
hidroponik secara bersamaan dalam satu tempat.

2.2.3.1 Keunggulan Aquaponik


Adapun keunggulan sistem akuaponik dengan sistem perikanan
konvensional, antara lain:

1) Hemat Air
Sistem akuaponik merupakan sebuah ekosistem lingkungan antara
ikan dan tumbuhan yang sangat hemat air. Penurunan volume air tetap
terjadi, tetapi jumlahnya relatif sedikit yang disebabkan oleh proses
penguapan air dan terserap oleh tanaman. Penambahan air hanya dilakukan
sekitar seminggu sekali hingga ketinggian air yang telah ditentukan,
sedangkan sistem perikanan konvensional harus mengganti atau mengisi
kolam berulang kali agar ikan tidak keracunan dari limbah ikan itu sendiri.
2) Zero Waste
28
Dalam sistem perikanan konvensional, kotoran ikan dan sisa pakan
harus dibersihkan, jika tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan amonia
yang dapat meracuni ikan. Pada sistem akuaponik, air yang mengandung
limbah diubah oleh mikroorganisme menjadi nutrisi yang bermanfaat untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga tidak ada air dan sisa pakan yang terbuang,
semua dapat dimanfaatkan kembali.
3) Perawatan Mudah
Pada sistem perikanan konvensional, waktu yang dihabiskan untuk
merawat ikan sekitar 5 – 10 menit per hari, menguras dan membersihkan
kolam juga harus dilakukan secara rutin. Dengan aplikasi akuaponik,
perawatan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu banyak dan cukup
dilakukan 3 - 4 hari sekali, meliputi pengecekan suhu, pH, dan tingkat
amonia serta membersihkan beberapa komponen instalasi.
4) Tanpa Bahan Kimia
Tanaman pada sistem akuaponik tidak menggunakan pupuk kimia
selama pertumbuhannya dan ikan pada sistem akuaponik tidak membutuhkan
unsur kimia selama dibudidayakan. Akuaponik memanfaatkan limbah atau
kotoran ikan sebagai pupuk bagi tanaman, pertumbuhan tanaman menjadi
alami dan hasil panen akuaponik terjamin bebas dari unsur kimia.
5) Hama Berkurang
Pada sistem akuaponik kehadiran hama pengganggu tanaman atau
ikan bisa dibilang minim. Sama halnya dengan hidroponik, hama
pengganggu pada sistem bertanam tanpa tanah ini hampir tidak ada. Jika ada
kendala selama budidaya tanaman secara akuaponik, biasanya terjadi karena
penyakit, seperti busuk akar. Penyakit busuk akar dapat dicegah dengan
memelihara kebersihan lingkungan dan melakukan perawatan komponen
akuaponik secara berkala.

2.2.3.2 Teknik Aquaponik

29
Akuaponik dapat dikembangkan dengan terobosan dalam bidang
perbaikan produk, peningkatan sistem, dan penekanan pada biaya produksi.
Salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha
akuaponik, yaitu diversifikasi. Diversifikasi diwujudkan dengan
memanfaatkan suatu hamparan lahan untuk mengembangkan dua jenis usaha.
Diversifikasi dibagi menjadi dua varian, antara lain:
1) Diversifikasi Satu Varian
Diversifikasi satu varian yaitu dalam satu hamparan lahan hanya
terdapat satu jenis usaha budidaya ikan. Misalnya, budidaya ikan lele dumbo,
nila atau gurami. Pada teknik diversifikasi satu varian, selain budidaya ikan,
budidaya sayuran juga dapat dikembangkan, seperti tomat, cabai, seledri, atau
terung.
2) Diversifikasi Banyak Varian
Diversifikasi banyak varian yaitu dalam satu hamparan lahan terdapat
beberapa jenis usaha yang dikelola bersama. Misalnya, budidaya ikan gurami
dan lele dumbo dengan beberapa jenis sayuran, seperti cabai dan terung
dalam satu hamparan lahan.

2.2.3.3 Sistem Aquaponik


Pada hakekatnya akuaponik akan terjadi simbiosis antara tanaman
serta ikan. Secara sederhana Akuaponik bisa digambarkan sebagai kombinasi
dari akuakultur dan hidroponik. Dari sini nama akuaponik berasal. Fokus
dalam Akuakultur ialah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki
atau kolam pemeliharaan.

Aquaponik adalah memanfaatkan secara terus menerus air dari


pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan.
Inti dasar dari sistem teknologi ini ialah penyediaan air yang optimum untuk
masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem re-sirkulasi. Sistem
teknologi akuaponik ini bisa muncul sebagai jawaban atas adanya

30
permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk
budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik adalah salah satu
teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai
tanaman sayuran.

Ada berbagai macam model akuaponik yang bisa dibuat. Namun


sebenarnya sistem akuaponik memiliki prinsip dasar resirkulasi air, yaitu
tanaman yang dibudidayakan di atas kolam memanfaatkan air limbah
budidaya ikan yang mengandung zat hara dari hasil pembuangan ikan sebagai
pupuk alami yang menyuburkan tanaman. Selain itu adanya tanaman ini juga
sebagai filter yang menyaring kotoran hasil pembuangan ikan sehingga air
yang masuk kembali ke dalam kolam kembali bersih.

1) Sistem Resirkulasi
Sistem resirkulasi diterapkan dengan memanfaatkan air untuk
budidaya ikan dan sayuran secara daur ulang. Air dalam kolam (budidaya
ikan) juga dimanfaatkan dalam usaha pertanian (sayuran). Sisa atau
pembuangan air dari bertanam sayuran akan masuk kembali ke dalam kolam.
Sistem resirkulasi terbagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Resirkulasi Terbuka
Resirkulasi terbuka adalah sistem resirkulasi yang dilakukan di
tempat terbuka. Kegiatan usaha akuaponik yang dilakukan di tempat terbuka
biasanya berskala cukup besar. Sistem ini memanfaatkan kolam ikan sebagai
tempat budidaya sayuran dengan media pot. Pada sistem ini, pemilik harus
memperhatikan faktor alam. Faktor alam yang dimaksud adalah panas
matahari dan curah hujan.

Panas matahari dapat menguapkan air kolam dan kandungan air


dalam sayuran. Untuk mengantisipasi penguapan air kolam secara berlebihan,
penambahan air pada kolam harus dilakukan secara berkala. Curah hujan juga
31
dapat membuat volume air kolam meningkat, pembuangan air kolam harus
dilakukan baik secara manual maupun secara otomatis. Penyeimbangan
volume air dapat mempertahankan kualitas, densitas, dan kekeruhan air
dalam tahap yang aman.

2. Resirkulasi Tertutup
Resirkulasi tertutup adalah sistem resirkulasi yang dilakukan di
tempat tertutup, misalnya memanfaatkan akuarium di dalam rumah. Pada
ruangan tertutup, ruang sirkulasi sinar matahari harus tetap ada, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung dapat memanfaatkan
sumber cahaya lain, seperti lampu TL. Sayuran dalam ruang tertutup, tetap
membutuhkan cahaya untuk melakukan proses fotosintesis.

Sistem resirkulasi tertutup dapat menghemat air. Air tidak mengalami


penguapan karena terpapar sinar matahari secara langsung, tetapi kondisi air
juga harus tetap di perhatikan. Air yang sudah keruh harus diganti dengan air
yang baru.

2) Sistem Budidaya Aquaponik

Beberapa sistem budidaya aquaponik diantaranya :

1. Aquaponik Sistem DFT

Gambar 1. Aquaponik Sisten DFT


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com
32
Model akuaponik tunggal DFT (Deep Flow Technique) bekerja
dengan mengalirkan air dari kolam terpal bagian bawah menuju ke pipa
tanam sayuran yang ada di bagian atasnya. Selanjutnya air kembali mengalir
ke kolam terpal. Aliran air bisa dibantu dengan pompa air atau sejenisnya.
Untuk ukuran dimensinya bisa menggunakan 1 meter x 5 meter yang mana
bisa menampung ikan ukuran sedang kurang lebih 2500 ekor dan 200 lubang
tanam pada pipa.

2. Aquaponik Sistem NFT / Aliran Atas

Gambar 2. Aquaponik Sisten NFT


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com

Model akuaponik aliran atas bekerja dengan mengalirkan air dari


kolam ke pipa yang terhubung di setiap pot. Pipa tersebut dilubangi tepat di
atas pot dan air akan mengucur. Pengucuran dilakukan secara terus menerus
selama minimal delapan jam. Air yang mengalir dari lubang pipa akan
langsung keluar menuju bak penampungan. Model aquaponik aliran atas ini
berdiameter 3 m yang dapat menampung 4000 ekor ikan dengan 27 lubang
tanam.

3. Aquaponik Sistem Pasang Surut

33
Gambar 3. Aquaponik Sisten Pasang Surut
Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com

Model akuaponik pasang surut bekerja dengan mengalirkan air dari


kolam ke bak penampung di bibir kolam. Melalui pipa yang terhubung
dengan pot tanaman, air akan dialirkan dari bawah sampai media tanam
terendam. Lama pengaliran dilakukan sekitar 5 menit dan air akan surut lalu
mengalir melalui pipa ke bak pembuangan ke kolam ikan. Pembuatan
akuaponik model pasang surut ini bias dibuat dengan ukuran diameter 2
meter x 4 meter dengan populasi ikan di kolam sebanyak 4000 ekor dan 26
pot tanaman

4. Aquaponik Sistem Kolam Bertingkat

Gambar 4. Aquaponik Sisten Pasang Surut


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com
34
Model akuaponik bertingkat ini bekerja dengan mengalirkan air dari
kolam terbawah menuju ke rak sayuran teratas. Air akan menggenangi pipa
sedalam 4-5 cm. Kemudian air mengalir ke kolam terpal di tengah dan air
dialirkan ke setiap pot di sekeliling kolam. Pada setiap pot terdapat satu
lubang air. Selanjutnya air akan kembali ke kolam terbawah. Ukuran model
aquaponik bertingkat dengan dimensi 1 meter x 5 meter yang mana kolam
bawah bisa diisi ikan sekitar 2500 ekor sedangkan kolam atas di isi 1250 ekor
ikan dan untuk tanamannya bisa mencapai 211 lubang tanam.

5. Aquaponik Sistem Rak Bertingkat

Gambar 5. Aquaponik Sisten Rak Bertingkat


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com

Model akuaponik rak sayuran bertingkat bekerja dengan mengalirkan


air dari bak penampungan ke sayuran paling atas yang kemudian turun ke rak
sayuran di bawah. Kedua tingkat sayuran itu ditanam menggunakan
sistem deep flow technique ( DFT ) dengan kedalaman air 4-5 cm. Air akan
mengalir ke setiap pot di sekeliling bak penampungan. Dalam setiap pot
diberi lubang untuk keluarnya air untuk mengalirkan air itu kembali ke
kolam. Model akuaponik rak sayuran bertingkat ini bisa memiliki ukuran
dengan dimensi 1 meter x 2 meter untuk populasi 500 ekor ikan dan 220-250
lubang tanam.
35
6. Aquaponik Sistem Rakit Apung

Gambar 6. Aquaponik Sisten Rakit Apung


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com

Model akuaponik rakit apung dibuat dengan menanam sayuran diatas


permukaan air. Tanaman bis ditanam di dalam pipa atau pot yang
diberi rockwool untuk tempat tumbuh. Akar tanaman akan terapung atau
terendam dalam bak penampung yang berisi ikan. Ukuran pembuatan model
aquaponik rakit terapung yaitu 2 meter x 4 meter dengan populasi ikan
sebanyak 4000 ekor dengan 20 lubang tanam. Populasi sayuran maksimal
adalah 80% dari permukaan air.

2.2.3.4 Parameter Aquaponik


Parameter yang harus diperhatikan dalam sistem akuaponik antara
lain suhu, tingkat keasaman (pH), oksigen terlarut, sumber air, amonia dan
siklus nitrogen.

1) Suhu
Suhu air merupakan faktor penting dalam sistem akuaponik.
Perubahan pada suhu air dapat mempengaruhi komponen air, seperti kadar
pH, oksigen terlarut, bahkan tingkah laku ikan. Jika suhu terlalu panas,
oksigen terlarut di dalam air akan berkurang, sedangkan suhu yang terlalu
rendah, ikan akan berhenti makan dan mikroorganisme berhenti reproduksi.

36
Perubahan suhu pada air kolam ikan dipengaruhi oleh curah hujan,
penguapan, kelembapan udara, suhu udara, kecepatan angin, dan paparan
sinar matahari. Setiap jenis ikan memiliki suhu optimal yang berbedabeda.
Misalnya, untuk ikan nila suhu optimal kolam sekitar 24-27 oC. Secara
umum suhu yang cocok untuk ikan sekitar 21-28 oC.

2) Tingkat Keasaman (pH)


Kondisi pH pada sistem akuaponik harus optimal untuk masing-
masing komponen akuaponik, seperti ikan, tanaman dan bakteri. Kondisi pH
yang tidak optimal dapat menyebabkan stress, mudah terserang penyakit,
pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan daya penguraian bakteri tidak
optimal. Untuk pH ideal bagi ikan berkisar 6,5-8, pH optimal untuk tanaman
berada pada rentang 4,5-6,5 dan untuk bakteri pengurai yang bekerja
mengubah amonia memiliki pH ideal 6-8.

Pengecekan pH perlu dilakukan setiap 3-4 hari agar pertumbuhan


tanaman dan perkembangan ikan tetap optimal. Alat uji pH dapat
menggunakan pH meter atau pH tester elektronik. Selama penggunaannya,
alat ini juga perlu dikalibrasi secara rutin agar tetap dapat memberi tingkat
keakurasian yang benar.

3) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dapat diartikan sebagai jumlah
oksigen yang berada di dalam air. Semakin banyak kandungan oksigen
terlarut di dalam air kolam, maka semakin baik kondisi kolam. Kandungan
oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka
semakin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Keberadaan oksigen terlarut ini
bermanfaat untuk kehidupan organisme, seperti proses respirasi atau
bernapas.

37
Satuan oksigen terlarut dinyatakan dengan mg/L. Pada sistem
akuaponik, oksigen terlarut minimum 4 mg/L. Untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut di dalam kolam, dapat mengatur input aliran air
kolam sehingga menimbulkan pancuran air atau riak air. Aplikasi aerator
dengan airstone di dalam kolam juga dapat meningkatkan kandungan oksigen
terlarut.

4) Sumber Air
Secara umum, sumber air dapat berupa air tanah, air hujan, atau air
PAM. Sumber air memiliki pH 7 (netral). Perlakuan awal air kolam dapat
diberikan cuka (untuk pH yang terlalu basah) atau bikarbonat (untuk pH yang
terlalu asam). Air yang tidak keruh dan tidak pula terlampau jernih umumnya
baik untuk kehidupan ikan. Kemampuan cahaya matahari untuk tembus
sampai ke dasar kolam dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Warna
hijau cerah biasanya menandakan air kolam telah banyak mengandung
fitoplankton yang menguntungkan untuk ikan.

5) Amonia
Amonia di dalam kolam berasal dari protein yang terkandung pada
pakan ikan dan sisa metabolisme ikan, baik berupa feses maupun urin.
Semakin tinggi pH dan suhu air kolam, semakin tinggi kadar amonia. Saat
suhu dan pH tinggi (terlalu basa), sebagian besar amonia akan diubah dalam
bentuk NH3. Amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang
berbentuk ion (NH4+). Oleh karena itu, kadar amonia NH3 harus dikurangi
agar tidak membunuh ikan dan tanaman.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan kadar


amonia (NH3) di kolam, diantaranya dengan menghentikan sementara
pemberian pakan, menambahkan air baru ke dalam kolam, mengurangi padat
tebar ikan, dan menambahkan aerasi di dalam kolam. Dalam sistem
akuaponik yang sehat, level maksimum amonia yang aman adalah 0,5 ppm.
38
Ukuran parameter pada sistem akuaponik dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut :

Tabel 6. Parameter pada Sistem Aquaponik


Sumber : Lorena Viladonat & Philip Jonas

6) Siklus Nitrogen pada Akuaponik


Siklus nitrogen pada sistem akuaponik dapat dilihat pada gambar 7
berikut ini :

Gambar 7. Siklus Nitrogen


Sumber : https://fokustanaman.blogspot.com

Proses siklus nitrogen pada sistem akuaponik dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain sebagai berikut:

39
1) Ikan
Ikan berperan sebagai “mesin” yang menghasilkan limbah yang
mengandung amonia. Amonia ini perlu diolah atau diurai secepatnya agar
tidak meracuni ikan dalam jumlah tertentu.

2) Bakteri Pengurai
Nitrosomonas bekerja menguraikan amonia (NH3) menjadi nitrit
(NO2), kemudian nitrit diurai oleh Nitrobacter menjadi nitrat (NO32-).
Selama proses penguraian tersebut, nutrisi lain sebenarnya mengalami pula
konversi unsur-unsur. Konversi amonia menjadi nitrat dikenal dengan siklus
nitrogen.

3) Tanaman
Tanaman mampu tumbuh karena unsur nitrogen yang dihasilkan oleh
bakteri pengurai. Nutrisi ini diserap melalui akar-akar tanaman. Akar
tanaman juga membantu menyaring air bagi ikan atau sebagai biofilter
sehingga air yang masuk kembali ke dalam kolam menjadi jernih.

2.2.4 Lokasi

Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km2 atau


353.486 ha dan terletak pada koordinat 112o17’10,90” – 122o57’00,00”
Bujur Timur, 7o44’55,11” – 8o26’35,45” Lintang Selatan. Kabupaten
Malang merupakan daerah dengan luas wilayah terbesar kedua di Jawa Timur
setelah Kabupaten Banyuwangi. Dari luas Kabupaten Malang tersebut terbagi
atas kawasan daratan dan lautan, masing-masing seluas 3.534,86 km2 dan
557,81 km2. Adapun batas wilayah Kabupaten Malang sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto,


Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo
 Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang Sebelah Selatan :
Samudera Indonesia
40
 Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri
 Bagian Tengah : Kota Malang dan Kota Batu

Gambar 8. Peta Administrasi Kabupaten Malang


Sumber : Petatematikindo.wordpress.com/tag/kab-malang

Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Malang telah diatur dalam


Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
dan Wilayah (RTRW). Berikut arah pengembangan kawasan di Kabupaten
Malang :

a) Agroekowisata yang berpusat di Kecamatan Poncokusumo dan daerah


sekitarnya seperti Wajak, Pakis, Bromo, Jabung, dan Tumpang yang
disebut sebagai Kawasan “Poncowismojatu”. Pengembangan
diwilayah tersebut diarahkan pada pengembangan potensi pertanian
yang diintegrasikan dengan potensi pariwisata. Wisata Gunung Bromo
sebagai salah satu destinasi wisata alam andalan Kabupaten Malang,
berupaya dikembangkan melalui optimalisasi potensi pada kawasan
sekitar seperti pertanian holtikultura yang melimpah, bentang alam
dan aktifitas religi dan budaya masyarakat Tengger;
b) Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari dengan suguhan wisata
ritualnya antara lain pesarean, mitos dan kepercayaan yang
41
berkembang dan ekspresiekspresi budaya masyarakat seperti Gebyar
Suroan dan Kirab Budaya Agung;
c) Wisata Selorejo di Kecamatan Ngantang menawarkan keindahan
bendungan yang dikelilingi gunung, penginapan yang artistik dan
aneka produk olahan perikanan;
d) Potensi alam pesisir Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing
Wetan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan olahan yang
sangat besar.

Berdasarkan struktur fisik dan geografis potensi yang dimiliki


Kabupaten Malang dapat dikelompokan sebagai berikut :

1) Bagian utara, barat dan tengah


merupakan daerah yang relatif subur;
2) Bagian Selatan merupakan
pegunungan kapur yang memiliki
potensi tambang cukup besar;
3) Bagian timur dan barat
merupakan pegunungan dan
perbukitan yang memiliki potensi
perkebunan, hutan, tambang dan
pariwisata.

Gambar 8. Pembagian Wilayah Kab. Malang


Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2010-2030

42
2.3 Elaborasi RIRN

PANGAN - PERTANIAN

Tabel 7. Elaborasi RIRN

2.4 Aspek Legal

2.4.1 Perda Kabupaten Malang No. 6 tahun 2016 tentang RPJMD


tahun 2016-2025

Dijelaskan dalam Perda Kabupaten Malang No. 6 Tahun 2016


tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2016-2021 yang telah
dirumuskan dan disepakati bersama antara stakeholders
pemerintahan dan pembangunan untuk mewujudkan “Kabupaten
Malang sebagai Bumi Agrowisata yang terkemuka di Jawa
Timur.”

2.4.2 Misi Kabupaten Malang tahun 2016-2021

MISI 4 :Mengembangkan ekonomi masyarakat berbasis


pertanian, pariwisata, dan industri kreatif;

2.4.3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan

43
Pasal 4 menyatakan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk
menumbuhkan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, menghapus
kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam,
lingkungan, dan sumber daya, dan 5 tujuan lainnya.

2.4.4 Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah

Dalam RTRW Kabupaten Malang dijelaskan bahwa Kabupaten


Malang terbagi menjadi beberapa Wilayah Pengembangan (WP)
yaitu :

WP Ngantang (Kawasan Andalan Malang Utara) dengan potensi


unggulan pariwisata (Agro ekowisata)

WP Tumpang (Kawasan Andalan Malang Timur) dengan potensi


unggulan pariwisata;

WP Turen dan Dampit (Kawasan Andalan Malang Timur Selatan)


dengan potensi unggulan perkebunan dan perikanan; serta

WP Sumbermanjing Wetan (Kawasan Andalan Malang Selatan)


dengan potensi unggulan perkebunan, pertambangan, kehutanan,
dan industri.

2.5 Studi Banding


2.5.1 Agrowisata Kusuma, Batu

44
Gambar 8. Agrowisata Kusuma, Batu
(Survey 2019)

Studi banding objek bertempat di Kusuma Agrowisata di Batu dan


berada di jalan Abdul Gani Atas, Batu. Kusuma Agrowisata di Batu
dibangun dengan luas lahan 17 hektar dengan menghadirkan keindahan
mulai dari kebun buah, kebun sayur, dan kebun bunga. Lokasi agrowisata
kusuma batu ini terletak pada ketinggian 1000 dpl dengan suhu 26 derajat
Celsius. Banyak yang dihadirkan di Kusuma Agrowisata ini mulai dari
fasilitas utama maupun fasilitas penunjangnya.

Fasilitas-fasilitas yang paling di unggulkan di Agrowisata Kusuma


Batu ini adalah kebun buah. Kebun buah yang adapun jenis-jenis buah yang
dihadirkan di Agrowisata Kusuma batu yaitu buah apel, buah strowbery,
buah naga, buah jeruk. Selain kebun buah ada juga kebun sayuran yang bisa
di unggulkan dengan lebih menekankan pada sayuran hidroponik. Adapun
jenis-jenis sayuran yang dihadirkan di Agrowisata Kusuma Batu yaitu
sayuran sawi, tomat, brokoli, paprika, dan lain-lain.

2.4.1.1 Jenis-Jenis Agrowisata Kusuma, Batu


Pada Agrowisata Kusuma Batu memiliki beberapa jenis agrowisata
yakni sebagai berikut:
a) Agrowisata perkebunan

Pada agrowisata kusuma Batu bisa dilihat bahwa penerapan

45
agrowisata perkebunan pada objek yaitu terdapat pada perkebunan jeruk,
perkebunan apel. Agrowisata perkebunan lebih ditekankan pada tanaman
yang ditanam langsung ke tanah tanpa perantara apapun seperti poli bag.

Gambar 9. Perkebunan Apel


(Survey 2019)

b) Agrowisata tanaman bunga dan buah-buahan

Gambar 10. Buah Strowberi


(Survey 2019)

Pada objek agrowisata tanaman bunga ada tapi hanya dalam skala
kecil dan hanya terdapat beberapa jenis bunga saja. Adapun selain bunga
yaitu agrowisata buah-buahan, agrowisata buah-buahan buah-buahan hanya
menerapkan buah strowbery saja. Pada gambar terlihat tanaman stroberi
dengan penggunaan poli bag plastik sebagai alas dari tanaman.

c) Agrowisata industri

46
Gambar 11. Industri agrowisata kusuma Batu
(Survey 2019)

Agrowisata industri di objek terdapat dibagian utara agrowisata yang


hanya memproduksi hasil-hasil dari proses pengolahan apel saja, seperti
produksi minuman sari apel, sirup apel, kripik apel dan juga selai yang
terbuat dari apel.

2.4.1.1 Fasilitas Agrowisata Kusuma, Batu

Gambar 12. Tour Route Map agrowisata kusuma Batu


(Survey 2019)

Didalam Kusuma Agrowisata ini tidak hanya wisata petih buah saja,
melainkan ada wahana lain yang seru dan wajib kamu coba, wahana tersebut
antara lain Outbond, War Game, ATV dan lain-lain.

47
2.5.2 Agrowisata Bhakti Alam, Pasuruan
Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan ini juga merupakan tempat
Agrowisata yang menyajikan keindahan alam dengan view pegunungan yang
dihiasi dengan pernak pernik perkebunan bunga, buah dan berbagai tanaman
hias. Lokasi wisata Bhakti Alam Pasuruan ini memiliki luas kurang lebih 300
hektar. Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan ini memiliki keberagaman yang
cukup lengkap termasuk pohon Durian, Naga, Jambu, Kelengkeng, Melon,
dan buah segar lainnya. Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan ini terbilang
tempat wisata dengan view indah serta fasilitas lengkap. Fasilitas-fasilitas
unggulannya termasuk penginapan, camping ground, taman air, wahana
adventure dan spot-spot foto.

48
Fasilitas pendukung wisata Bhakti Alam Pasuruan ini juga terbilang
cukup lengkap, yang terdiri dari :

 Kereta Wisata  Paint Ball  Pawon Jawa


 Cottage (  Green House  Pemancingan
Penginapan )  Pasar Buah dan  Taman Air "Imut"
 Pendopo Sayur  Area Parkir yang
 Lapangan  Kios Bunga luas
 Outbond  Restoran  Wifi Area
 ATV  Food Court  Gazebo
 Berkuda  Peternakan Sapi  Mushola
 Buggy Car  Pabrik Susu  Kamar Mandi

2.6 Studi Literatur

2.7 Kondep Dasar

Konsep dasar yang ditemukan dari penggabungan karakter objek,


karakter pelaku, dan karakter lokasi, yang mana :
Karakter Objek : Rekreatif, Edukatif, Partisipatif, Ekologis
Karakter Pelaku : Aktif, Eksploratif, Produktif, Dinamis
Karakter Lokasi : Strategis, Progresif, Agraris,

49

Anda mungkin juga menyukai