Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Bintan merupakan salah satu Pulau yang terdapat di Kepualuan Riau.

Pulau ini adalah Pulau terbesar di Kepualuan Riau yang terdiri dari hampir 3.000

pulau besar dan kecil, terbentang di sebrang Singapura dan Johor Baru, Malaysia.

Pulau ini melebar dari Malaka ke Laut Cina Selatan serta secara strategis terletak

di semenanjung selatan Malaysia di mulut Selat Malaka.

Pulau Bintan merupakan tujuan wisata teratas di Kepulauan Riau, destinasi

wisata berupa pantai yang spektakuler di utara pulau, dengan luas 23,000 hektare

diatas pasir putih yang menghadap ke Laut Cina Selatan. Pulau ini juga

menawarkan kesempatan untuk surfing, bertualang dan ekowisata untuk pelajar dan

keluarga, tetapi juga ideal untuk bersantai dan untuk kesehatan. Hal ini yang

merupakan daya Tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang dan menikmati

keindahan yang ada di Pulau Bintan.

Dengan kekayaan dan berbagai destinasi wisata yang ditawarkan tidak serta

merta membuat wilayah Bintan seluruhnya dikenal oleh wisatawan lokal maupun

wisatawan luar. Salah satu nya Kampung Baru yang terdapat di Desa Sebong Lagoi

yang tidak banyak di ketahui oleh wisatawan lokal maupun wisatawan luar.

Kampung Baru merupakan salah satu wilayah administrasi tingkat rukun

tetanggga yang berada di Desa Sebong Lagoi yang berada di wilayah pesisir.

Seluruh batasan kampung baru dikelilingi oleh resort wisata Kabupaten Bintan

yaitu Nirwana Resort, Sanchaya Resort dan Banyan Tree resort. Resort-resort

\wisata tersebut berada dibawah pimpinan PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC).

1
Selain itu, kawasan pesisir Kampung Baru juga langsung berhadapan dengan

negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura.

Kampung Baru ini memiliki potensi ekowisata yang cukup beragam, dan

memiliki daya tarik untuk dijadikan destinasi wisata Bintan. Namun karena

kurangnya peran Pemeritah dalam pengelolaannya membuat Kampung ini tidak

banyak dikenal oleh masyarakat luas. Hal tersebut yang menjadi landasan dalam

praktik penelitian ini untuk menggali lebih dalam potensi yang ada di Kampung

Baru.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksaan praktik lapangan ini

adalah untuk mengetahui potensi Ekowisata yang terdapat di Desa Kampung Baru

Kecamatan Telok Sebong terkait dengan beberapa kendala yang ada.

C. Manfaat

Setelah mendapatkan hasil dari praktik lapangan ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak baik instansi pemerintah, lembaga

pariwisata dan masyarakat luas dalam mengelola dan menggali potensi ekowisata

yang dimiliki. Selain itu, diharapkan data yang ada dapat dimanfaatkan sebagai

sumber informasi dan referensi untuk mengembangkan kajian dalam pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan khususnya di bidang ekowisata.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekowisata

1. Definisi Ekowisata

Ekowisata adalah suatu perjalanan ke tempat-tempat alami yang belum

terganggu yang bertanggung jawab terhadap lingkungan untuk menikmati dan

menghargai alam menurut Ceballos-lascurain (1996) dalam Wahyudi (2008). Serta

Menurut Damanik dan Weber (2006), potensi kawasan ekowisata di Indonesia

sangat besar. Obyek tersebut tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi)

maupun di laut (dalam bentuk taman nasional 8 laut).

Ekowisata juga sering disebut sebagai green industry yang menciptakan

pariwisata berkualitas, memungkinkan wisatawan dalam kelompok kecil dan dapat

mempertahankan kualitas objek dan daya tarik alam berupa hutan, sungai, danau,

pantai serta meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat lokal. Prinsip

prinsip dasar ekowisata yaitu, bersifat ramah lingkungan, ekologis berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, dan memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat bagi

masyarakat setempat. Ekowisata juga menawarkan kepuasan kepada wisatawan

(Newsome et al. & Dowling 2002)

Bagian terpenting dalam ekowisata adalah untuk merubah budaya dalam

kaitannya dengan lingkungan, seperti mempromosikan tentang daur ulang, efisiensi

energi dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal (Srinivas, 2005)

dalam Wahyudi (2008). Menurut Reynolds dan Braithwaite (1999) dalam Wahyudi

(2008) Tujuan yang harus diperhatikan dalam ekowisata adalah :

3
a. agar turis atau pelaku perjalanan memiliki kepuasan dan sikap hidup

yang lebih menjaga alam.

b. Agar dapat mengurangi degradasi lingkungan serta memiliki kontribusi

dalam pengembangan lingkungan yang sehat.

c. Agar dapat ditentukan seberapa banyak pengunjung yang

diperbolehkan dalam waktu tertentu.

2. Konsep Pengembangan Ekowisata di Kampung Baru

Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan

wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan (Fandeli,

2000; META, 2002 dalam Yulianda, 2007 dalam Wahyudi 2008) :

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang

ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik

panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan

budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek

pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism),

merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani

kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri

kepariwisataan.

4
Adapun konsep ekowisata dimaksudkan ialah untuk menyelesaikan atau

menghindari konflik dalam pemanfaatan dengan menetapkan ketentuan dalam

berwisata, untuk melindungi sumber daya alam dan budaya, dan menghasilkan

keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyrakat lokal. Dalam pengembangan

ekowisata lebih dekat kepada aspek pelestarian, yang didalamnya terkandung aspek

berkelanjutan. Pelestarian sumberdaya alam dan budaya masyarakat dapat

menjamin terwujudnya berkelanjutan pembangunan. Dalam pelaksanaanya,

ekowisata hampir tidak pernah melakukan eksploitasi terhadap ekosistem yang ada

di dalamnya, namun hanya menggunakan jasa alam serta masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan psikologis wisatawan.

Serta selain konsep pengembangan ekowisata, Tuwo (2011) menjelaskan

beberapa prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi agar dapat

menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem pesisir dan laut :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

bentang alam dan budaya masyarakat lokal.

2. Mendidik atau menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal akan

pentingnya konservasi.

3. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan

management pengelola kawaasan peletarian dapat menerima langsung

penghasilan atau pendapatan.

4. Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan

pengembangan ekowisata.

5
5. Keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata dari kegiatan

ekowisata harus dapat mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian

kawasan pesisir dan laut.

6. Semua upaya pengembangan, termaksud pengembangan fasilitas dan

utilitas, harus tetap menjaga keharmonisasian dengan alam.

7. Pembatasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya dukung

ekosistem alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan.

8. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata,

maka devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proposional dan

adil untuk pemerintah pusat dan daerah.

3. Daya Tarik Pariwisata

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dalam konteks

pariwisata, sumber daya diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi

untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata

umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat

khusus, di samping sumber daya manusia Pitana dan Diarta, (2009) dalam

Makarena dan Rosyidie.

Secara garis besar daya tarik wisata dikategorikan dua jenis, yaitu (1) Daya

Tarik Wisata alam; (2) Daya Tarik Wisata sosial budaya. Sementara daya tarik

6
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu daya tarik alam, daya tarik budaya, dan

daya tarik manusia (Marpaung, 2000) dalam Alfonsius (2003). Produk pariwisata

sebagai komponen penting dalam industri pariwisata mencakup tiga aspek yang

dikenal dengan istilah triple A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas). Produk

pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dijual sebagai

komoditas pariwisata.

4. Pariwisata Bahari

Wisata bahari adalah bentuk wisata yang menggunakan atau memanfaatkan

potensi lingkungan pantai dan laut sebagai daya tarik utama. Konsep wisata bahari

didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni dan

budaya serta karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimilikinya

(Sero, 2010). Menurut Fandeli (1996) dalam Alfonsius (2003). Wisata bahari

adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari bentang laut (seascape)

maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Dalam hubungan dengan aktivitas

wisata alam pantai dan bahari maka secara umum kegiatan wisata di objek wisata

alam dapat diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kelompok, yaitu 1) wisata perairan

atau wisata bahari; dan 2) wisata daratan. Aktivitas bentang laut, yaitu berenang,

memancing, bersampan yang meliputi berdayung, atau berlayar, menyelam yang

meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air dan selancar

angin serta berperahu parasut (parasailing). Aktivitas bentang darat, yaitu rekreasi

berupa olahraga susur pantai, bersepeda, panjat tebing pada dinding terjal pantai

dan menelusuri gua pantai. Selain itu dapat pula dilakukan aktivitas bermain

7
layanglayang, berkemah, berjemur, berjalan jalan melihat pemandangan,

berkuda atau naik dokar pantai.

Adapun kegiatan menikmati keindahan dan keanekaragaman hayati potensi

laut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pada perairan dangkal dengan

menggunakan perahu yang lantainya atau bagian dinding bawah perahu itu terdiri

atas gelas kaca tembus pandang; dan (2) menggunakan perlengkapan menyelam

khususnya untuk tempattempat yang dalam dan tidak mungkin dapat dilihat

dengan perahu gelas kaca tembus pandang. Dalam kegiatan wisata pantai, terdapat

berbagai kriteria standar yang harus dipenuhi. Kriteria standar ini terdiri atas

kriteria fisik, sosial, ekonomi dan budaya.

5. Sumberdaya Flora dan Fauna

Layaknya wilayah pesisir pada umumnya, Kampung Baru Lagoi juga

memiliki sumberdaya flora dan fauna yang terdapat didalamnya. Adapun flora dan

fauna yang ada, yaitu :

a. Mangrove

Hutan mangrove didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di

daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)

yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang

komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem

mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan

hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di

dalam suatu habitat mangrove. Ruang lingkup sumberdaya mangrove secara

8
keseluruhan terdiri atas: (1) satu atau lebih spesies tumbuhan yang hidupnya

terbatas di habitat mangrove, (2) spesies-spesies tumbuhan yang hidupnya di habitat

mangrove, namun juga dapat hidup di habitat nonmangrove, (3) biota yang

berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak, cendawan,

ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap, sementara, sekali-

sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di habitat mangrove, (4)

prosesproses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem ini baik

yang berada di daerah bervegetasi maupun di luarnya, dan (5) daratan

terbuka/hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya dengan laut.

Mangrove menghasilkan berbagai macam barang/material (baik berupa

kayu maupun hasil hutan bukan kayu) dan jasa lingkungan (oksigen penyerap

polutan, pengendali abrasi dan interusi air laut, dan lain-lain) yang sangat

bermanfaat secara ekonomis dan ekologis bagi kelangsungan kehidupan

masyarakat pesisir dan kelestarian hasil beserta kelestarian fungsi ekosistem pesisir

itu sendiri.

b. Penyu

Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia.

Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura 145 - 208 juta

tahun yang lalu atau seusia dengan dinosaurus. Penyu memiliki sepasang tungkai

depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di

dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan

kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air

untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada

9
umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak

terlalu lama.

Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali.

Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali

mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi

dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah

ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada

saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat

membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut.

Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di

sekitar kepulauan Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.

Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur

yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik

(bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun

tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa alaminya

seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik

tersebut menyentuh perairan dalam.

c. Terumbu karang

Terumbu karang ialah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan

sejenis tumbuhan alga yang disebut dengan zooxanthellae. Terumbu karang

termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas

Anthozoa tersebut terdiri dari dua subkelas yakni Hexacorallia atau Zoantharia dan

Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan fisiologi.

10
Dalam hal ini koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut

dengan Polip yang dalam bentuk sederhananya, karang ini terdiri dari satu polip

saja yang memiliki bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di

bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.

Adapun fungsi dari terumbu karang ialah sebagai pelindung ekosistem

pantai, rumah bagi banyak jenis makhluk hidup di laut, sebagai sumber obat-obatan,

sumber pendidikan, serta sebagai sumber objek wisata.

11
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada bulan November Desember

2016 di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi kecamatan Teluk Sebong kabupaten

Bintan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini yaitu recorder, kamera,

alat tulis sedangkan bahan yang digunakan yaitu formulir pertanyaan (kuisioner).

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang mendukung tujuan penelitian,

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian, yang

diperoleh melalui:

12
a. Wawancara yaitu untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai

kawasan penelitian. Pencatatan data dilakukan dengan cara wawancara

terstruktur (kuisioner) kepada pengunjung, masyarakat, serta

administrasi desa tingkat RT (rukun tetangga) yang berkaitan dengan

survei sehingga diperoleh data yang mendukung pengamatan di lokasi.

Penentuan responden penelitian menggunakan simple random sampling

( metode acak sederhana ).

Menurut Arikunto (2010) bahwa apabila subjek kurang dari

seratus, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan populasi. Tetapi jika subjek lebih dari seratus, dapat diambil

antara 10-15% atau 15-25% atau lebih. Adapun langkah - langkah dalam

penentuan jumlah sampel sebagai berikut:

1. Mengambil data jumlah kepala keluarga yang ada di Kampung Baru

dari ketua RT setempat.

2. Memberikan masing-masing nomor urut kepada seluruh kepala

keluarga atau yang mewakili (orang dewasa).

3. Dilakukan pengundian berdasarkan nomor urut, yaitu diambil 25%

dari 50 kepala keluarga.

25
=
100

Keterangan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

13
Dari rumus tersebut, maka didapat sampel sebanyak:

25
50 = 13
100

2. Data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi

pustaka yang terdiri dari:

a. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-

sumber yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai literatur seperti buku, jurnal dan laporan penelitian, serta yang

lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

D. Analisis Data

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif, yaitu dengan menggambarkan karakteristik sumberdaya di

Kampung Baru Lagoi. Adapun Karakteristik sumberdaya yang dideskripsikan

tersebut yakni kondisi geografis dan administrasi, Kondisi Mangrove, penyu dan

pantai, karakteristik usaha wisata bahari, karakteristik sosial budaya dan

kelembagaan pendukung kegiatan wisata bahari di wilayah tersebut.

E. Analisis Ekonomi Sosial Budaya dan Kelembagaan

Analisis sosial yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan

metoda analisis deskriptif, data yang digunakan sebagai dasar untuk analisis ini

dengan cara wawancara langsung dengan stakeholder serta menggunakan

14
kuisioner. Adapun informasi yang dapat digali stakrholder yakni : bagaimana

persepsi masayarakat terhadap pengelolaan kampung baru lagoi, bentuk dari

partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan wisata bahari yang akan

dikembangkan, identifikasi konflik pemanfaatan, sistem pengelolaan yang

diharapkan, serta kemungkinan dampak yang akan terjadi pada masyarakat.

Analisis kelembagaan yang dilakukan dalam penelitian ini juga

menggunakan metoda Analisis Deskriptif, data yang digunakan sebagai dasar untuk

melakukan analisis ini didapat dengan melakukan wawancara langsung dengan

stakeholders dan dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang akan digali dari

stakeholders antara lain: bagaimana bentuk kelembagaan baik formal maupun non

formal yang diinginkan oleh masyarakat terkait dengan model pengelolaan wisata

bahari, identifikasi semua aturan-aturan (regulasi) yang terkait yang dapat

menunjang model pengelolaan yang akan dibangun, mengkaji peranan berbagai

institusi dan kelembagaan yang terkait dengan' model pengelolaan yang akan

dibangun.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum desa Kampung Baru Lagoi

Kampung Baru merupakan salah satu wilayah administrasi tingkat rukun

tetanggga yang berada di Desa Sebong Lagoi yang berada di wilayah pesisir.

Seluruh batasan kampung baru dikelilingi oleh resort wisata Kabupaten Bintan

yaitu Nirwana Resort, Sanchaya Resort dan Banyan Tree resort. Resort-resort

/wisata tersebut berada dibawah pimpinan PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC).

Selain itu, kawasan pesisir Kampung Baru juga langsung berhadapan dengan

negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura serta jarak 10 KM kearah

laut berbatasan langsung dengan alur pelayaran Internasional.

Pada umumnya daerah Kabupaten Bintan beriklim tropis termasuk

Kampung Baru dengan temperature rata-rata terendah 23,9 derajat celcius dan

tertinggi rata-rata 31,87 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar 85 persen.

Kampung Baru Lagoi terletak pada ketinggian dari permukaan laut (dpl), dengan

titik koordinat 1 11 7,78 LU dan 104 21 3,55 BT. Kecamatan Teluk Sebong

berjarak 30 km ke Ibu kota kabupaten.

Kampung Baru memiliki wilayah seluas 12 hektar, yang mana sekeliling

wilayah tersebut ditumbuhi jenis vegetasi mangrove sejati, maupun mangrove

ikutan, diantaranya adalah pohon kelapa dan tanaman bakau. Dimana 90% pesisir

Kampung Baru ditumbuhi oleh mangrove dengan ketinggian mencapai 2 3

meter. Pantai Kampung Baru memiliki topografi yang landai, dengan pasir pantai

16
yang putih dan terdapat batu batu besar yang terletak di bibir pantai serta air laut

yang jernih.

B. Jenis Potensi yang Terdapat di Kampung Baru

Kampung Baru memiliki biota penting dan langka yang harus dilestarikan

yaitu penyu, Kampung Baru merupakan daerah yang dijadikan kawasan

penangkaran telur penyu dan pelepasan tukik. Sehingga pada tahun 2014 Kampung

Baru telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi penyu oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan Pemerintah Kabupaten Bintan.

Daerah konservasi penyu ini merupakan daya tarik sendiri yang di miliki

oleh desa Kampung Baru untuk menarik minat wisatawan lokal maupun luar. Telur

penyu yang ada di Kampung Baru tersebut bukanlah hasil dari penyu yang

mendarat untuk membuat sarang peneluran diwilayah Kampung Baru itu sendiri,

melainkan telur tersebut diperoleh dari hasil pendaratan penyu yang bertelur di

pantai lain yang kemudian di pindahkan oleh nelayan untuk ditetaskan di tempat

penetasan, selain itu juga adanya bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan

juga diperoleh dari TNI AL yang menangkap telur penyu tersebut dari kapal kapal

illegal yang akan di selendupkan ke luar negeri. Selain Sebagai tempat konservasi

penyu, Kampung Baru juga memiliki potensi dan peluang investasi sebagai berikut

1. Kampung Baru memiliki wilayah strategis yang kawasannya ada dalam

wilayah wisata yang cukup tersohor di Pulau Bintan, yaitu di lagoi.

17
2. Kampung Baru masih memiliki ekosistem yang cukup bagus didalamya

termasuk hutan mangrove, terumbu karang yang dapat dijadikan spot

wisata selam dan ekowisata

3. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam pengembangan ekowisata

di pulau-pulau kecil, Kampung Baru dapat dijadikan wilayah

pengembangan baru dengan tindak lanjut program-program yang

berkelanjutan.

C. Aksesbilitas Menuju Kampung Baru

Untuk mencapai ke Kampung Baru kita harus melalui pintu masuk wisata

Lagoi, dan kemudian kita akan menempuh jarak sekitar 10 KM untuk menuju

Kampung Baru. Kampung Baru sendiri memiliki wilayah yang langsung

berdampingan dengan Banyan Tree Bintan Resort, karena akses menuju Kampung

Baru hanya dapat melalui pintu utama yaitu pintu Banyan Tree Bintan Resort, maka

akan ada kendala jika ingin memasuki wilayah tersebut. Hal tersebut dikarenakan

apabila kita akan masuk ke Kampung Baru melalui pintu masuk Banyan Tree

Bintan Resort, maka pengunjung akan diberikan beberapa pertanyaan oleh petugas

keamanan guna menjaga kenyaman Banyan Tree itu sendiri.

Setelah pengunjung diizinkan masuk oleh petugas, maka kita akan

disuguhkan pemandangan kawasan Banyan Tree Bintan Resort yang begitu

menyejukkan mata bagi yang melihatnya. Karena kita akan merasa tengah berjalan

di negar orang yang memiliki penataan jalan yang sangat rapi dengan pohon

pohon besar yang menjulang tinggi membuat suasana jalan menjadi sejuk. Namun,

18
sesampainya di depan pintu masuk Kampung Baru, maka akan ada banyak

perbedaan yang dapat kita jumpai yaitu jalan yang dilalui bukanlah jalan aspal yang

mulus melainkan tanah merah yang berbatu, yang kanan kiri nya di tumbuhi oleh

pohon pohon besar yang meupakan hutannya Kampung Baru. Tak hanya itu, Jalan

menuju ke dalam Kampung Baru hanya dapat di lalui oleh satu kendaraan roda

empat atau dua kendaraan roda dua dengan dua jalur yang berlawanan.

Akses inilah yang menjadi penghambat perkembangan Kampung Baru

untuk dikenal oleh dunia luar. Masyarakat Kampung Baru sendiri sebenarnya telah

berupaya meminta bantuan Pemerintah Kabupaten hingga ke Pemerintah Pusat agar

akses jalan ini dapat diperbaiki serta diperluas lagi. Namun, aduan masyakat

Kampung Baru dianggap bagaikan angin lalu oleh Pemerintah, sejak upaya

meminta bantuan diberikan ke Pemrintah sejak tahun 2013, hingga saat ini belum

ada tanggapan positif dari Pemerintah untuk Kampung Baru dapat berkembang.

Selain akses yang kurang memadai di Kampung Baru, fasilitas kesehatan,

serta fasilitas pendidikan juga di rasa belum memadai, karena untuk mendapatkan

fasilitas tersebut, masyarakat Kampung Baru harus pergi ke luar dari wilayah

Kampung Baru itu sendiri dengan menempuh jarak 10 KM.

Dalam segi penerangan wilayah Kampung Baru masih bergantung dari

perusahaan Pertambangan yang memberikan bantuan saluran listrik. Aliran listrik

yang ada tidak dapat digunakan seperti daerah lain yang umumnya dapat digunakan

24 jam. Kampung Baru hanya dapat menikmati aliran listik per hari hanya 5 jam

saja, yang rentang waktunya ialah mulai dari pukul 5 sore hingga pukul 10 malam

19
saja. Selebihnya Kampung Baru akan padam dan nyala kembali pada pukul yang

sama di ke esokkan hari nya dan begitu seterusnya.

D. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Baru Lagoi

Berdasarkan jenis pekerjaan responden yang didapat di Kampung Baru

didominasi oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, masyarakat

Kampung Baru memiliki taraf pendidikan yang cukup rendah yaitu rata rata hanya

tamatan sekolah dasar (SD), ada juga beberapa yang tamatan Sekolah Menengah

Pertama (SMP), dan hanya ada 1 orang yang menyandang gelar S1. Fasilitas

Pendidikan di Kampung Baru tidak ada, sehingga anak anak di daerah ini harus

menempuh jarak sekitar 10 KM untuk sampai ke sekolah yang dituju dan anak

anak Kampung Baru juga harus menunggu bus jemputan mulai dari pukul 5.30

6.00 WIB, serta anak anak ini harus menunggu bus jemputan di depan pintu

masuk Banyan Tree Resosrt, yang mana akses Kampung Baru hanya dapat dilewati

melalui pintu masuk Banyan Tree Resosrt. Dikarena taraf pendidikan mereka yang

rendah, masyarakat Kampung Baru rata rata bermata pencaharian sebagai

nelayan. Selain itu, ada pula yang bermata pencaharian sebagai karyawan tidak

tetap di resort Banyan Tree Bintan ataupun resort lainnnya, dan ada pula yang

menjadi seorang wirausaha kecil - kecilan serta sebagai petani yang dijadikan mata

pencaharian sampingan, apabila cuaca tidak memungkinkan masyarakat untuk

melakukan aktivitas perikanan.

Sebagai nelayan otomatis pendapatan ekonomi masyarakat Kampung Baru

tersebut tidak terlalu tinggi, dan pendapatan mereka juga tidak dapat dipastikan tiap

bulannya. Hal ini, yang membuat masyarakat Kampung Baru harus pandai

20
menyiasati pendapatan mereka dengan cara mencari pekerjaan sampingan misalnya

bekerja di resort resort yang ada di kawasan Kampung Baru dengan sistem

kontrak yang ditetapkan oleh resort tersebut.

E. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata Kampung Baru

Dari hasil kuisioner yang telah dilakukan dengan jumlah responden

sebanyak 30 orang yang terbagi menjadi 26 orang berjenis kelamin laki laki yang

rentang umurnya mulai dari 35 45 tahun dan 6 orang yang berjenis kelamin

perempuan yang rentang umum mulai dari 25 40 tahun. Dari hasil kuisioner yang

telah dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa masyarakat sekitar Kampung Baru

menyetujui jika Kampung Baru dijadikan daerah ekowisata. Serta masyarakat

berharap jika Kampung Baru dijadikan daerah Ekowisata agar Pemerintah

Kabupaten dapat lebih perduli lagi terhadap pengembangan kampung ini sendiri.

Masyarakat sekitar memiliki impian apabila Kampung Baru dijadikan Ekowisata

dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Dan dapat membuka lapangan

perkerjaan yang tetap bagi masyarakat sekitar.

F. Persepsi Pengunjung Kampung Baru

Berdasarkan dari hasil persepsi pengamat peneliti sebagai pengunjung,

wilayah Kampung Baru cukup layak jika dijadikan daerah ekowisata. Dengan aspek

penilian yang terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Penilaian pengunjung mengenai wisata Kampung Baru

NO Pertanyaan Tanggapan

21
1 pengalaman wisata yang dirasakan Positif

dalam mengunjungi lokasi wisata

Kampung Baru

2 Waktu yang ditempuh untuk sampai 1-2 jam perjalanan darat

ke lokasi Kampung Baru

3 Sambutan yang diberikan oleh Sangat Baik

masyarakat Kampung Baru

4 Kegiatan yang dilakukan di lokasi Berenang, berfoto serta melihat

wisata pantai Kampung Baru keindahan sekitar pantai

5 Penginapan / Homestay yang tersedia cukup

6 Sumber Air bersih Sumur

7 Ketersediaan sumber air tawar Baik

8 Ketersediaan alat transportasi kurang

9 Ketersediaan kios makanan dan Kurang

minuman

10 Akses jalan Kurang

11 Aliran Listrik yang tersedia Kurang

12 Ketersediaan tempat sampah Kurang

13 Akses jalan menuju pantai Kampung Baik

Baru

14 Jarak yang ditempuh untuk sampai ke 10 KM

Pantai Kampung Baru dari pusat

Kabupaten

22
15 Waktu Tempuh yang diperlukan 30 Menit

untuk sampaik ke Pantai Kampung

Baru dari pusat Kabupaten

Tabel 2. Penilaian pengunjung tentang Kualitas Ekologi Kampung Baru

NO Pertanyaan Tanggapan

1 Daya tarik sumberdaya untuk wisata Pasir Pantai putih, tumbuhan


di Pantai Kampung Baru ? pesisir pantai (mangrove)
2 Kondisi SDA untuk ekowisata pantai
a. Keindahan alam/pantai a. Sangat Indah
b. Kondisi pasir pantai b. Baik
c. Kejernihan air laut c. Baik
d. Kenyamanan pantai untuk d. Nyaman

kegiatan wisata (kelapangan,

ketentraman dan keamanan)

e. kesadaran masyarakat di Pantai e. Baik

Kampung Baru akan pentingnya

kelestarian lingkungan

Tabel 3. Kriteria Penilaian untuk Daya Tarik Wisata Kampung Baru

NO Pertanyaan Tanggapan

1 Keunikan sumberdaya alam Pantai Fauna ( konservasi penyu )

Kampung Baru

23
2 Banyaknya Sumberdaya Alam yang Pasir putih

Menonjol

3 Kegiatan Wisata yang dilakukan Melihat pemandangan alamnya

4 Kebersihan Lokasi Pantai Kampung Bersih

Baru

Tabel 4. Penilaian Pengunjung mengenai pemahaman tentang Ekowisata

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Tahukah apa itu ekowisata ? Iya

2 Setujukah bila Kampung Baru Setuju

dijadikan daerah ekowisata ?

3 Setujukah bila di berlakukan kebijakan Setuju

penambahan retribusi untuk masuk

kawasan wisata apabila fasilitas

diwisata Pantai dilengkapi/ditambah

4 Apakah saudara bersedia membayar Bersedia

retribusi tersebut ?

5 Apakah sanggup membayar biaya Bersedia, sekitar Rp. 20.000-,

retribusi, dan berapakah nominal nya ?

6 Fasilitas apa yang anda inginkan jika Akses jalan, serta pondok

retribusi ditambahkan di Pantai pondok untuk bersantai

Kampung Baru ?

24
7 Jika diterapkan sistem retribusi ketika Ya, karena tanpa biaya retribusi

memasuki kawasan wisata Pantai akan sekali pun pengunjung yang

mengurangi frekuensi anda datang ke Kampung Baru ini

mengunjungi wisata Pantai Kampung belum cukup ramai, mengetahui

Baru ? Kampung Baru belum begitu

populer di telinga wisatawan

daerah maupun luar.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kampung Baru merupakan desa yang memiliki luas wilayahnya 12 hektar

yang di huni oleh 40 kepala keluarga dengan jumlah penduduknya sebanyak 100

orang. Kampung Baru merupakan desa yang terisolir dari dunia luar. Desa yang

lokasinya di kelilingi oleh Resort resort tersohor di Bintan justru tidak membuat

Kampung Baru banyak dikenal oleh wisatawan lokal ataupun luar. Di Kampung

Baru terdapat tempat penetasan anak penyu ( tukik) yang kemudian dijadikan

daerah konservasi penyu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2014.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan kembali penelitian untuk pengembangan ekowisata

dengan menggunakan analisis SWOT untuk meningkatkan jenis kegiatan wisata,

sarana dan prasarana yang menunjang bagi pengunjung agar dapat menambah

minat wisata untuk datang ke Kampung Baru, dan agar Ekowisata Kampung Baru

tidak kalah saing dengan tempat wisata yang ada disekitarnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. A. et al., 2011. Studi Potensi Ekowisata Bahari di Kabupaten


Batubara. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Alfonsius, J. 2013. Pengembangan 24 Destinasi Wisata Bahari Kabupaten Ende.


Fakultas Ekonomi Universitas Flores.
Amir, S. et al., 2011. Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari bagi Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Berbasis Mitigasi. Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT.


Rineka Cipta

Heru, I. et al., ND. Pengembangan Potensi Pariwisata dalam Perspektif


Reinventing Government, Universitas Brawijaya, Malang.

Lestari, A. R. 2014. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif dan Komitmen Organisasi


Terhadap Efektifitas Implementasi Rencana Stratejik pada Madrasah Aliyah
di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rini S. D. et al., 2015. Identifikasi Potensi Kawasan Sumberdaya Pulau Kangean


Kabupaten Sumenep Madura Sebagai Kawasan Wisata Bahari.
Universitas Trunojoyo Madura.

Situmorang, R. et al., 2015. Kajian Potensi Ekosistem Lamun Untuk


Pengembangan Ekowisata Lamun di Desa Batu Licin Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tanjungpinang.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Pendekatan Sosial


Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brillian
Internasional, Surabaya.

Wahyudi, H. 2008. Potensi Sumberdaya Lamun Dan Mangrove Sebagai Penunjang


Ekowisata di Pulau Harapan dan Pulau Panggang, Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Institusi Pertanian Bogor.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya


pesisir berbasis konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.

27
IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N Kegiatan Oktober November Desember Januari

o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pengajuan

proposal

PL

3 Praktik

Lapang

4 Pengolaha

n data PL

5 Ujian PL

28
V. RENCANA ANGGARAN BIAYA

No. Pengeluaran Biaya

1 Biaya Penyusunan Proposal Usulan

a. Biaya penyusunan proposal Rp. 150.000

usulan

b. Kertas kuarto, map dan alat Rp. 100.000

tulis

2 Biaya Pelakasanaan Praktikum

Lapangan

a. Transportasi Rp. 200.000

b. Penyewaan alat dan pembelian Rp. 300.000

bahan penelitian

3 Biaya Penyusunan Laporan Hasil

a. Penyusunan laporan hasil Rp.150.000

b. Penjilidan dan perbanyak Rp. 150.000

c. Biaya Ujian Rp. 300.000

Total Rp. 1.350.000

29
VI. ORGANISASI PENELITIAN

1. Pelaksana Kegiatan

Nama : Desy Vopiana

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungpinang, 27 Desember 1995

NIM : 130254242021

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas : Universitas Maritim Raja Ali Haji

Alamat Rumah : Jalan Asia Afrika Km. 13

Nomor Handphone : 081277660323

2. Dosen Pembimbing

Nama : Ir. Linda Waty Zein, M. Sc

Tanggal Lahir : 10 Febuari 1971

NIDN : 1027106402

Jabatan : Dosen

Bidang : Manajemen Sumberdaya Perairan

Alamat : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Maritim Raja Ali Haji Jalan

Politeknik, Senggarang, Tanjungpinang

Nomor Handphone : 081270901964

30
OUTLINE SEMENTARA

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum desa Kampung Baru Lagoi
B. Jenis Potensi yang Terdapat di Kampung Baru
C. Aksesbilitas Menuju Kampung Baru
D. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Baru Lagoi
E. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata Kampung
Baru
F. Persepsi Pengunjung Kampung Baru
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

31

Anda mungkin juga menyukai