Anda di halaman 1dari 73

Isu-Isu Lingkungan Hidup dan Sosial

Proyek Pembangunan Pelabuhan & PPP di


Indonesia

16 Juni 2014
Dalam Sesi ini Kita akan:
A. Mereview Kerangka Regulasi dan Legislasi
o Regulasi PPP
o Kajian Lingkungan dan Sosial (AMDAL)
o Rencana Pengadaan Lahan dan Pemukiman Kembali (LARAP)

B. Isu-Isu Lingkungan pada Proyek-Proyek Pelabuhan


o Pertimbangan
o Pengelolaan Material Pengerukan
o Emisi Udara
o Pengelolaan Persampahan (Limbah umum, Air Limbah, Limbah Padat)
o Pengelolaan Oli dan Bahan Berhaya
o Kebisingan
o Keakeragaman Hayati & Sumber Daya Ekologi
o Pengelolaan Lalu Lintas
o Dampak Visual
o Keberlanjutan dan Perubahan Iklim

Isu-Isu Sosial pada Proyek-Proyek Pelabuhan


o Fasilitas Sosial & Kemasyarakatan
o Barang/Pelayanan Ekosistem
o Kesehatan dan Keselamatan Publik
o Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum


o Isu umum dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
o Potensi Isu bagi Proyek Pelabuhan
o Mitigasi

2
A.Review Regulasi dan Legislasi
Gambaran Umum
A.1 Regulasi PPP A.3 Pengadaan Tanah
Proyek PPP yang wajib AMDAL Standar Nasional untuk
and LARAP Pengadaan Tanah
Tahapan Pelaksanaan Proyek o Peraturan terkait
Kerjasama PPP o Persyaratan Dasar
o Landasan Kebijakan
A.2 Kajian Lingkungan dan Sosial
o Mekanisme Pengaduan
Peraturan Indonesia AMDAL
o Peraturan Terkait o Alur Kegiatan
o Kegiatan Wajib AMDAL o Rencana Pengadaan Tanah
o Dimulainya AMDAL (LAP_ and Rencana
Pengadaan Tanah dan
o Partisipasi dan Keterlibatan Pemukiman Kembali (LARAP)
Masyarakat o Pihak-pihak yang terlibat
o Komponen AMDAL
o Peraturan-Peraturan Standar Internasional untuk
Komponen-Komponen
Pengadaan Tanah
Lingkungan o Persyaratan Standar
o Proses AMDAL Internasional
o Izin Lingkungan o Persyaratan Dasar
o Proses Perizinan AMDAL o Landasan Kebijakan
Kerangka Kerja Internasional o Mekanisme Pengaduan
ESIA o Flow Kegiatan
o Proyek yang membutuhkan o Rencana Pengadaan Tanah
Pendanaan Internasional (LAP) dan Rencana
o Standar Kinerja IFC Pengadaan Tanah
Ringkasan Perbandingan Pemukiman Kembali (LARAP)
o Proses ESIA vs. Proses AMDAL o Pihak-pihak terlibat 3
A.1 Regulasi PPP
Proyek PPP Wajib AMDAL dan LARAP
Ada terdapat dua peraturan yang berkaitan dengan PPP yang
menyebutkan akan kebutuhan Rencana Pengadaan Tanah
dan Pemukiman kembali (LARAP) dan Analisis Dampak
Lingkungan (AMDAL) untuk mendukung suatu Proyek PPP
termasuk:

Peraturan Bappenas No. 3 /2012 (Panduan Umum


Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur)
o Kajian Lingkungan Hidup (Pasal 4 ayat 3b) and Kesesuaian
Lingkungan dan Sosial (Pasal 7 ayat 4a)
o Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (Pasal 4
ayat 3a)
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 83/2010 (Panduan
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infastruktur Transportasi)
o Kajian Lingkungan Hidup (Lampiran IV.A.2.4 dan C.2.a.4)

Proses AMDAL dan LARAP akan mengacu kepada peraturan


terkait yang akan dijelaskan pada sesi selanjutnya
4
A.1 Regulasi PPP
Area Abu-Abu Grey Area di dalam Peraturan - AMDAL

Peraturan PPP mewajibkan dokumen AMDAL serta


rencana pengadaan tanah sebagai bagian dari proses.
Namun , waktu mulainya tidak jelas.
Peraturan AMDAL menetapkan bahwa proses AMDAL
tidak bisa dimulai sampai proyek disetujui dan
diumumkan secara publik
Komisi AMDAL tidak dapat terbentuk sampai proyek
disetujui/diumumkan
Pengadaan tanah tidak dapat secara resmi dimulai
sampai proyek disetujui/diumumkan

5
A.1 Regulasi PPP
Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama PPP

Rencana
Pengadaan
Pengadaan
Badan Perencanaa
Identifikasi
Identifikasi Kajian
Kajian Awal
Awal Usaha
Usaha Baru
Baru
Kajian
Kajian n
n Manajemen
Manajemen
dan
dan Prastudi
Prastudi Penyelesaia
Penyelesaia Pelaksanaa
Pelaksanaa
Penetapan Kesiapan Manajemen Pelaksanaa
Pemilihan Kelayakan n Prastudi n
Prioritas
Prioritas Proyek
Proyek Pelaksanaa
Pelaksanaa n
n Perjanjian
Perjanjian
Proyek
Proyek Proyek
Proyek Kelayakan
Kelayakan Pengadaan
Pengadaan
Kerja Sama n Perjanjian Kerja Sama
Kerja
Kerja Sama
Sama Kerja
Kerja Sama
Sama BU
BU Kerja
Kerja Sama
Sama
Penyiapan
Penyiapan
Penandatan
Penandatan
ganan
ganan
Output:
Output: Output: Output:
Perjanjian
Dok.
Kerja
Kerja Sama
Sama Perolehan Laporan
Laporan
Output: Perjanjian
Output:
Output: Pembiayaan
Pembiayaan Berkala
Output:
Output: Dokumen
Dokumen Kerjasama
Kerjasama
Dokumen
Dokumen Penyiapan
Penyiapan Proyek
Proyek ,, Kontrak
Kontrak Pelaksanaa
Pelaksanaa
Daftar Prioritas Proyek Prastudi Dok.
Kerja Sama EPC, n
n
Kelayakan
Kelayakan Penjaminan
Penjaminan Kontrak
Kontrak Manajemen
& Dok.
Operasi
Operasi PK
Regres
Regres
2 - 5 Bulan 6 - 9 Bulan 10 - 23 Bulan 9 - 12 Bulan 12 - 36 Bulan
Konfirmasi/Pe
Konfirmasi/Pe
Proses alokasi, pencairan,
rsetujuan pengawasan
pengawasan & & pemantauan
pemantauan
rsetujuan
Pemberian
Pemberian Pemberian Dukungan
Proses
Proses Permohonan
Permohonan Kebutuhan
Kebutuhan Dukungan
Dukungan Dukungan
Dukungan Pemerintah
Pemerintah dan/atau
dan/atau
Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah Pemerintah
Pemerintah pemantauan & evaluasi
dan/atau pelaksanaan
dan/atau pelaksanaan Perjanjian
Perjanjian
Jaminan
Jaminan Penjaminan & Perjanjian
Pemerintah
Pemerintah Regres
Kajian Lingkungan Hidup /
Kajian Lingkungan Hidup / PJPK
BU
BU

PROSES
PROSES PENGADAAN
PENGADAAN TANAH
TANAH

Sumber: Permen Bappenas 3/2012

6
A.2 Kajian Lingkungan dan Sosial
Gambaran Umum
A.2.1 Peraturan Indonesia AMDAL
o Peraturan Terkait
o Kegiatan Wajib AMDAL
o AMDAL Commencement
o Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat
o Komponen-Komponen AMDAL
o Peraturan terkait Komponen-Komponen Lingkungan
o Proses AMDAL
o Izin Lingkungan
o Proses Perizinan AMDAL
A.2.2 Kerangka Kerja Internasional ESIA
o Proyek yang membutuhkan Pendanaan Internasional
o Standar Kinerja IFC

A.2.3 Ringkasan Perbandingan


o Proses AMDAL vs. Proses ESIA
7
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Peraturan Terkait
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan),
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 (Izin
Lingkungan),
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun
2012 (Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun
2012 (Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup).

8
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Kegiatan Wajib AMDAL
Lampiran 1 Peraturan Menteri LH 5/2012 memberikan
daftar kegiatan yang akan memerlukan persiapan
AMDAL
Berdasarkan Lampiran 1 Peraturan Menteri LH proyek
pembangunan pelabuhan akan memerlukan AMDAL/EIA
yang harus dipersiapkan jika terdapat
Pembangunan jetty (sheet pile atau tiang terbuka)
dengan panjang lebih dari 200 m atau ukuran lebih dari
6.000 m2
Pembangunan dermaga dengan ukuran besar
Pembangunan breakwater dengan panjang lebih dari
200 m2
Pembangunan fasilitas terapung dengan kapasitas lebih
dari 10.000 DWT
Reklamasi dengan ukuran minimal reklamasi 25 ha,
bahan dijual minimal 500.000 m3, atau panjang minimal
50 m.
9
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Dimulainya AMDAL

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27/2012,


dokumen AMDAL dapat dinilai oleh Komisi AMDAL ketika
lokasi pelabuhan ini sesuai dengan rencana tata ruang
dan rencana induk daerah yurisdiksi pelabuhan itu
berada

Komisi AMDAL terdiri dari KLH Lembaga/lingkungan dan


instansi terkait lainnya tergantung pada tingkat lingkup
proyek terdiri dari (namun tidak terbatas pada) anggota
dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Perhubungan, Bappeda, Dinas Tata Ruang, Dinas
Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kelautan
dan Perikanan, para ahli dari universitas (ahli
lingkungan, sosial, dll), LSM, dan masyarakat yang
terkena dampak.

AMDAL hanya dapat disusun oleh orang/perusahaan


yang memiliki sertifikat kompentensi Penyusun AMDAL.
Biasanya, Badan/Lembaga yang akan mengajukan
AMDAL ke komisi AMDAL adalah Otoritas Pelabuhan.
10
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat

Diatur berdasarkan Keputusan Kepala


Bapedal No. 8 Tahun 2000

Otoritas Pelabuhan (yang mengajukan AMDAL


sebagai pemrakarsa proyek) akan melakukan
pengumuman dan konsultasi publik sesuai
dengan persyaratan peraturan untuk
melibatkan semua pemangku kepentingan
yang terkena dampak dan pengamat yang
ditunjuk untuk gambaran proses AMDAL.

11
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat

Otoritas Pelabuhan akan memulai semua


komunikasi dengan Komisi AMDAL, KLH/BLH,
dan pemerintah daerah terkait, instansi, LSM
dan pihak yang lain terkait kegiatan AMDAL.

Otoritas Pelabuhan harus memfasilitasi dan


mengatur pengumuman publik yang
berkaitan dengan kegiatan AMDAL melalui
media massa, mengatur dan melakukan
proses konsultasi publik yang diperlukan
dengan masyarakat di Kota/Kabupaten,
kecamatan dan setiap daerah lain yang
dianggap bagian dari wilayah studi.
12
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Komponen-Komponen AMDAL

Kerangka Acuan (KA ANDAL)

Terdiri dari : Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan,


Pelaksanaan Studi), Pencakupan (Deskripsi Pekerjaan,
Keterkaitan kegiatan proyek dengan kegiatan yang
lainnya, Rona Lingkungan, Hasil Konsultasi Publik,
Perkiraan Dampak, batas wilayah studi) , dan Metodologi
(Pengumpulan Data dan Analisis dan Metode perkiraan
dampak penting)

Hasil pengumuman publik dan partisipasi yang


dimasukkan ke dalam dokumen

Hal ini disampaikan kepada pihak berwenang di daerah


oleh Komisi penilai AMDAL

Hal ini dinilai oleh tim teknis

13
Jika penilaiannya memuaskan, komisi akan menyetujui
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Komponen-Komponen AMDAL

ANDAL, RKL and RPL

ANDAL menganalisis dampak dari proyek


berdasarkan kondisi rona lingkungan dan
antisipasi dampak proyek
RKL dan RPL memberikan langkah-langkah
mitigasi dan persyaratan pemantauan
pelaksanaan proyek
ANDAL, RKL and RPL akan disampaikan
kepada pihak yang berwenang daerah oleh
komisi penilai AMDAL
Pihak-pihak ini akan berkoordinasi untuk
meninjau dokumen, memberikan komentar,
dan menyetujui final AMDAL 14
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Peraturan-peraturan Komponen Lingkungan Hidup

Komponen Standar Referensi Tentang


Lingkungan Hidup
Kualitas Air Peraturan Pengelolaan
Permukaan Pemerintah Kualitas Air dan
No.82/2001 Pengendalian
Pencemaran Udara

Kualitas Udara Peraturan Pengendalian


Pemerintah Pencemaran Udara
No.82/2001

Tingkat Kebisingan Keputusan Menteri Ambang Batas


LH No. 48/ 1996 Tingkat Kebisingan

Getaran Keputusan Menteri Ambang Batas


LH No.49/ 1996 Tingkat Getaran

Bau Keputusan Menteri Ambang Batas


LH No.50/1996 Tingkat Kebauan

Kualitas Air Tanah Peraturan Menteri Persyaratan dan


Kesehatan Pengendalian
No.416/1990 Kualitas Air

15
A.2.1 Peraturan Indonesia - AMDAL
Proses AMDAL

AMDAL merupakan
suatu proses
Pertimbangan di
tingkat Nasional,
Provinsi atau
Kabupaten/Kota
tergantung pada
lokasi tapak proyek.

16
A.2.1 Indonesian Regulation - AMDAL
Izin Lingkungan

PJPK Otoritas Pelabuhan akan mengajukan


permohonan izin lingkungan kepada walikota
atau bupati.
Permohonan ini dilengkapi dengan:
Dokumen AMDAL & Surat Kelayakan
Dokumen akta pendirian perusahaan
Profil Kegiatan Bisnis
Permohonan izin lingkungan akan
diumumkan secara publik
Masyarakat/pemangku kepentingan dapat
memberikan masukan/komentar
Jika tidak ada perubahan yang diperlukan,
izin dikeluarkan dan diumumkan kepada
publik 17
A.2.1 Indonesian Regulation - AMDAL
Proses Perizinan AMDAL

AMDAL
menghasilkan
Surat Keputusan
Kelayakan
Lingkungan
Kemudian
mengikuti Proses
Perizinan
Lingkungan

18
A.2.2 Kerangka Kerja Internasional - ESIA
Proyek-proyek dengan Pendanaan Internasional

Jika pendanaan internasional diperlukan, ini akan


membutuhkan Kajian Dampak Lingkungan dan
Sosial secara internasional (ESIA)

Sistem yang ada diterapkan tergantung pada


pemberi pinjaman (misalnya IIF, AusAID, JICA,
ADB, IFC dll)

Pedoman IFC (Pedoman EHS dan Standar Kinerja)


biasanya merupakan panduan yang baik terhadap
apa yang semestinya dipersyaratkan

Sebagian besar mengikuti konvensi yang disebut


Prinsip-Prinsip Ekuator
19
A.2.2 Kerangka Kerja Internasional - ESIA
Standar Kinerja IFC

Standar Kinerja 1 : Pengkajian dan Pengelolaan Risiko


dan Dampak Lingkungan dan Sosial
Standar Kinerja 2 : Tenaga Kerja dan Kondisi Tempat
Kerja
Standar Kinerja 3 : Sumber Daya Efisiensi dan
Pencegahan Polusi
Standar Kinerja 4 : Kesehatan Masyarakat,
Keselamatan, dan Keamanan
Standar Kinerja 5 : Pengadaan Tanah dan Pemukiman
Kembali
Standar Kinerja 6 : Konservasi Kenekaragaman Hayati
dan Pengelolaan Keberlanjutan Sumber Daya Alam
Standar Kinerja 7 : Masyaratak Adat
Standar Kinerja 8 : Warisan Budaya
Kebijakan IFC untuk Keberlanjutan Lingkungan Hidup dan Sosial (Januari 2012)

20
A.2.2 Kerangka Kerja Internasional - ESIA
Proses ESIA

Dampak Tidak
Signifikan ESHIA tidak diperlukan
Penapisan
Screening No Significant No ESHIA Required
Impacts
Potensi Dampak yang diperkirakan
Potential Impacts are expected

Pelingkunpan Konsultasi Publik


Scoping Public Consultation

Rona Awal Konsultasi


Assessment Baseline Studies Consultation
Pengkajian

Perkiraan dan Evaluasi Alternatif dan Modifikasi


Dampak Desain
Impact Alternatives & Design
Prediction and Evaluation Modification

Mitigasi
Mitigation Sempunakan/Tingkatkan Desain Proyek
Refine/Improve Project Design

Rencana Tindak
Lingkungan & Sosial Konsultasi Publik
Environmental & Public Consultation
Social Action Plan

ESHIA
Sempurnakan/Tingkatkan ESAP
Refine/Improve ESAP
21
A.2.2 Kerangka Kerja Internasional - ESIA
Pedoman-Pedoman ESIA

Pedoman-Pedoman IFC mempertimbangkan


dampak-dampak lingkungan sesuai dengan
keberlanjutan dan pedoman EHS, ada tiga
pedoman yang memiliki berkaitan dengan
proyek-proyek pelabuhan diantaranya:
Kebijakan Lingkungan dan Kesehatan yang
berkelanjutan (Januari 2012)
Pedoman Umum Lingkungan, Kesehatan, dan
Keselamatan (April 2007)
Pedoman Linkgungan, Kesehatan dan Keselamtan
untuk Bandara-Bandara, Pelabuhan-pelabuhan dan
terminal-terminal (April 2007)

22
A.2.3 Ringkasasn Perbandingan
Proses ESIA vs. Proses AMDAL

Merupakan Proses yang sangat serupa


Unsur-unsur lingkungan yang sangat mirip,
namun ESIA juga membahas:
Perubahan Iklim dan Kebelanjutan
Dampak Visual
Mungkin menerapkan batasan-batasan maksimum
yang lebih ketat
Elemen Sosio yang berbeda (terutama
berkenaan dengan Pengadaan Tanah)
ESIA memiliki batasan survey sosial yang lebih luas
AMDAL mempertimbangkan kerangka kerja hukum
Indonesia untuk Pengadaan Tanah (UU No. 2/2012)
IFC membahas hilangnya pendapatan sektor informal
IFC membahas juga para penghuni liar
Sangat menekankan pada terinformasinya dan
konsultasi masyarakat serta pemulihan mata
pencahariannya
23
A.3 Pengadaan Tanah
Gambaran Umum
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Lahan
o Regulasi Terkait
o Persyaratan Dasar
o Dasar Kebijakan
o Mekanisme Pengaduan
o Flow Kegiatan
o LAP and LARAP
o Pihak-Pihak yang terlibat
A.3.2 International Standard for Land
Acquisition
o Persyaratan Standar Internasional
o Persyaratan Dasar
o Dasar Kebijakan
o Mekanisme Pengaduan
o Flow Kegiatan
o LAP and LARAP
o Pihak-Pihak yang terlibat
A.3.3 Ringkasan Perbandingan
o Perbedaan antara Standar Nasional dan Standar
Internasional

24
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Regulasi-regulasi terkait

UUPA 5/1960

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15/1975 (Ketentuan Mengenai


Prosedur Pengadaan Tanah) (untuk pemerintah dan swasta)

Undang-Undang No. 2/2012 (Pengadaan Tanah untuk


Pembangunan untuk Kepentingan Umum) (komersial dan
kepentingan umum) (contoh pembangunan pelabuhan Pasal 10 d)
Peraturan Presiden No. 71/2012 (
Presidential Regulation 71/2012 (Pelaksanaan Pengadaan
Tanah untuk Pembangunan Kepentingan Umum) (komersial
dan kepentingan umum)

Catatan:
Keputusan Presiden 55/1993 (hanya untuk kepentingan umum)
Peraturan Presiden No. 36/2005 diamandemen dengan Peraturan
Presiden No. 65/2006 (Komersial dan kepentingan umum)

25
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Persyaratan Dasar

UU No 2/2012 and PerPres 71/2012 mempersyaratkan:


Rencana Tata Ruan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Prioritas-Prioritas Pembangunan
Survei Sosial Ekonomi
Kelayakan Lokasi
Analisis Biaya dan Manfaat Pembangunan
Perkiraan Nilai Lahan
Dampak Lingkungan dan Sosial
Kajian lain

26
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Dasar Kebijakan Pemukiman Kembali secara Paksa

Pemukiman Kembali secara Paksa Involuntary diatur


dalam:
UU No 2/2012 Payung peraturan untuk Pengadaan
Tanah
Peraturan Presiden No. 71/2012
Peraturan Kepala BPN No. 5/2012 kegiatan-kegiatan
pengadaan tanah secara rinci
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 72/2012
anggaran dan biaya
Peraturan Menteri Keuangan No. 13/2013 anggaran
dan biaya

27
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Dasar Kebijakan Matrik Keberhakan

Kebijakan dan Regulasi Nasional


Pengecakan
Survei Sosial Ekonomi Lapangan
(Primer dan Sekunder) (Kunjungan dan Observasi
Lapangan)
Matrik Keberhakan
Kerugian Aset * Pihak yang Keberhakan***
berhak**
Tanah Pemegang Hak Pembayaran Tunai
Tanah
Struktur Bangunan Pemegang Hak Tanah dengan Tanah
Mengelola
Pohon & Tanaman Penjaga Pemukiman Kembali
*Obyek berkaitan
Kerugian tanah
Aset adalah properti dll
yang terdampak oleh proyek Pembagian
(UU No.2/2012Saham
dan Perpres
No.71/2012)
** Pihak yang berhak adalah orang-orang yang terkena dampak proyek termasuk
pemilik tanah, penyewa, karyawan, dll.(Perpres No. 71/2012)
*** Keberhakan adalah memiliki hak untuk sesuatu (UU No. 2/2012 dan Perpres
No.71/2012)
28
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Dasar Kebijakan Matrik Keberhakan

Tipe Kerugian berdasarkan UU No. 2/2012 dan Perpres No.71/2012


Tanah
Ruang di atas tanah dan di bawah tanah
Struktur Bangunan
Pohon dan Tanaman
Obyek-Obyek yang terkait dengan tanah yang ada
Kerugian Lain yang bisa dinilai

Pihak-pihak yang berhak berdasarkan Perpres No. 71/2012:


Pemegang Hak atas tanah
Pemegang Hak untuk mengelola
Wali (nadzir) untuk tanah wakaf
Pemilik tanah sebelumnya secara tradisional
Masyarakat secara hukum adat
Pihak yang memiliki hak atas tanah negara dengan itikad baik
Pemegang dasar kepemilikan lahan
Pemilik struktur bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah yang ada
Keberhakan berdasarkan UU No. 2/2012 dan Perpres No.71/2012:
Pembayaran Tunai
Pengantian Lahan
Pemukiman Kembali
Pembagian Saham
Klausul yang lain
29
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Alur Kegiatan

30
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Mekanisme Pengaduan

Tidak ada mekanisme pengaduan khusus yang diperlukan


secara hukum

Sebagai pengalaman-pengalaman terbaik yang ada banyak


proses-proses pengadaan tanah proyek pemerintah
menggunakan suatu mekanisme pengaduan

Mekanisme ini memungkinkan komunikasi yang lebih baik


antara pemerintah dan pihak-pihak yang terkena dampak

Menyediakan suatu metode formal untuk menangani isu-isu


yang ada

31
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
LAP and LARAP

Rencana Pengadaan Tanah:

Maksud dan Tujuan dari Rencana Pembangunan


Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Layout dari Lokasi Tanah/Proyek
Kebutuhan Luas Tanah
Gambaran Umum tentang status lahan
Perkiraan pelaksanaan pembebasan tanah
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
Perkiraan nilai tanah
Rencana Anggaran

32
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Pihak-Pihak yang Terlibat (dalam 4 tahap)

UU No 2/2012 dan Perpres 71/2012

Perencanaan dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah,


dengan bantuan dari instansi teknis terkait atau dapat dibantu oleh
badan profesional yang ditunjuk.

Persiapan dilakukan oleh Gubernur. Persiapan Tim akan dibentuk


oleh Gubernur dan akan terdiri dari :
Walikota atau Bupati
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Lembaga yang membutuhkan lahan
Instansi terkait lainnya

Dalam hal keberatan dari masyarakat, Gubernur akan membentuk


Tim Penilai Keberatan yang terdiri dari:

Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat pemerintah yang ditunjuk


sebagai Ketua
Kepala Kantor Wilayah BPN
Lembaga pemerintah dalam perencanaan pembangunan daerah
Kepala Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Walikota atau pejabat yang ditunjuk, dan
Akademisi 33
A.3.1 Standar Nasional untuk Pengadaan Tanah
Pihak-Pihak yang Terlibat

UU No 2/2012 dan Perpres 71/2012

Pelaksanaan, Tim Pelaksana setidaknya terdiri dari:


Tim penilai eksternal
Pejabat yang bertanggung jawab atas urusan pembebasan
tanah di BPN Kantor Wilayah
Kepala badan pertanahan setempat
Unit pejabat provinsi yang bertanggung jawab atas urusan
tanah
Walikota/Bupati
Lurah dan/atau Kepala Desa

Penyampaian hasil dilaksanakan oleh BPN dan diserahkan


kepada istansi yang memerlukan tanah

34
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Persyaratan-persyaratan Standar Internasional

Mengapa mengikuti standar-standar internasional


Proyek-proyek yang membutuhkan pendanaan
internasional
Seperti: IIF, Bank Dunia, JICA, ADB, dll

Apa itu standar-standar international?


Prinsip-prinsip Ekuator III
Safeguard Sosial Bank Dunia OP 4.12
involuntary Pemukiman kembali
Spesifik dengan Standar Kinerja 5 IFC : Pengadaan
Tanah dan Pemukiman Kembali

35
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Persyaratan Dasar

Persyaratan Perencanaan PS 5 IFC


Desain Proyek Final
Kompensasi dan Kebijakan Manfaat untuk Orang
Terungsi
Pelibatan Masyarakat
Mekanisme Pengaduan
Perencanaan dan Pelaksanaan Pemukiman Kembali
dan Pemulihan Mata Pencaharian
Rencana Pemindahan
Tanggung Jawab Swasta memastikan Pemukiman
Kembali yang dilakukan Pemerintah sesuai dengan
standar IFC

36
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Alur Kegiatan

37
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Landasan Kebijakan Pemukiman Kembali secara
Sukarela dan Paksa

Pemukiman kembali secara sukarela adalah suatu


situasi kesediaan penjual dan pembeli, dimana suatu
kesepakatan telah disetujui.
Pemindahan Paksa mungkin diperlukan untuk proyel-
proyek kepentingan umum atau kadang-kadang untuk
pembangunan swasta
Baik pemukiman kembali secara sukarela dan paksa
minimal harus mengikuti hukum nasional
Pemukiman kembali secara paksa di bawah standar
internasional dapat mengikuti IFC atau Pedoman Bank
Dunia (Standar Kinerja 5 IFC atau Safeguard Social
Bank Dunia OP 4.12 Pemukiman Kembali secara Paksa,
38
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Landasan Kebijakan Matriks keberhakan

Kebijakan dan Regulasi Internasional (PS 5 - IFC


)
Pengecekan
Survei Sosio Ekonomi Lapangan
(Primer dan Sekunder) (Kunjungan dan Observasi
Lapangan)
Matriks Keberhakan
Kerugian Aset * Pihak yang Keberhakan***
berhak**
Tanah Pemegang Hak Pembayaran Tunai
Tanah
Struktur Bangunan Pemegang Hak Tanah dengan Tanah
Mengelola
Pohon & Tanaman Penjaga Pemukiman Kembali
*Obyek berkaitan
Kerugian tanah
Aset adalah properti dll
yang terdampak oleh proyek Pembagian
(UU No.2/2012Saham
dan Perpres
No.71/2012)
** Pihak yang berhak adalah orang-orang yang terkena dampak proyek termasuk
pemilik tanah, penyewa, karyawan, dll.(Perpres No. 71/2012)
*** Keberhakan adalah memiliki hak untuk sesuatu (UU No. 2/2012 dan Perpres
No.71/2012)
39
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Landasan KebijakanPS 5 IFC Matriks Keberhakan

Tipe Kerugian
Pemindahan Fisik
Pemindahan Ekonomi
Termasuk daerah sementara atau permanen, area komersial

Pihak-pihak yang berhak


Pemilik aset
Pengusaha/Pekerja
Permukiman Liar dan ilegal
Semua pihak yang teridentifikasi sebagai Masyarakat terkena
dampak proyek (seperti: masyarakat rentan)
Keberhakan
Kompensasi tunai
Lahan Pengganti
Pemukiman Kembali
Tidak ada penyusutan struktur
Hak masyarakat yang terkena dampak/terungsikan
disediakan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku
dll

40
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Mekanisme Pengaduan

IFC PS 5:

Membentuk suatu mekanisme pengaduan

Menerima dan mengatasi masalah-masalah spesifik tentang


kompensasi dan relokasi yang diajukan oleh orang-orang terkena
dampak atau anggota masyarakat setempat secara tepat waktu,
termasuk mekanisme jalan yang dirancang untuk menyelesaikan
sengketa dengan cara yang tidak memihak.

Penanganan keluhan pada waktunya melalui suatu mekanisme


pengaduan yang efektif dan transparan adalah sangat penting untuk
pelaksanaan pemukiman kembali yang memuaskan dan untuk
menyelesaikan proyek sesuai jadwal

Rumah tangga dan masyarakat yang terkena dampak (sebagai


bagian dari upaya konsultasi) harus diberitahu mengenai proses
untuk mendaftarkan keluhan dan harus memiliki akses ke
mekanisme pengaduan ini serta mengetahui kemungkinan jalur
hukum yang tersedia. Ini harus mudah diakses oleh semua dan
memberikan penggantian kerugian secara adil, transparan dan tepat
waktu, serta penyediaan akomodasi khusus untuk perempuan dan
41
kelompok rentan dan terpinggirkan untuk menyuarakan keprihatinan
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
LARAP terintegrasi dengan PCDP

PS 5 IFC, termasuk:

Rencana Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Pemukiman


Kembali (LARAP) untuk mendukomentasikan rencana,
kebijakan, pihak-pihak yang terkena dampak, dan hasil-
hasil pengadaan tanah.

LARAP harus mencakup suatu Rencana dan Pelaksanaan


Pemukinan kembali dan pemulihan mata pencaharian

Membuat suatu rencana konsultasi publik dan


pengungkapan (Public Consultation and Disclosure Plan
PCDP) untuk mendokumentasikan rencana dan
pelaksanaan interaksi dan konsultasi publik

(Catatan: Proses konsultasi harus memastikan bahwa perspektif perempuan


dan kelompok minoritas lainnya dapat tercakup dan kepentingan mereka
diperhitungkan dalam semua aspek perencanaan dan pelaksanaan
pemukiman kembali)

42
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
LARAP Outline PS 5 IFC

Outline Rencana Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Pemukiman


Kembali

Deskripsi Proyek
Dampak-dampak potensial
Tujuan dan kajian yang dilakukan
Kerangka Kerja Regulasi
Kerangka Kerja Kelembagaan
Keterlibatan pemangku kepentingan
Karakteristik sosial ekonomi
Kelayakan
Penilaian dan Kompensasi Kerugian
Besaran Perpindahan
Kerangka Kerja Keberhakan
Langkah-langkah pemulihan mata pencaharian
Lokasi pemukiman kembali
Perumahan, infrastruktur dan pelayanan sosial
Prosedur pengaduan
Tanggung Jawab organisasi
Jadwal pelaksanaan
Biaya dan Anggaran
Monitoring, evaluasi dan pelaporan 43
A.3.2 Standar Internasional Pengadaan Tanah
Pihak-pihak yang terlibat

PS 5 IFC
Mewajibkan suatu proyek untuk mengadopsi standar lokal,
berkaitan:

Kerangka kerja organisasi dalam pelaksanaan (identifikasi


lembaga yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
tahapan-tahapan pemukiman kembali dan penyediaan
pelayanan)

Pengaturan untuk memastikan koordinasi yang tepat antara


lembaga dan pihak berwenang sesuai yuridiksinya yang
terlibat dalam pelaksanaan

Langkah-langkah (termasuk bantuan teknis) yang diperlukan


untuk memperkuat kapasitas lembaga pelaksana dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pemukiman
kembali

Ketentuan untuk mengalihkan tanggung jawab kepada


pemerintah daerah untuk mengelola fasilitas dan layanan 44
A.3.3 Ringkasan Perbandingan
Perbedaan antara Standar Nasional dan Internasional

Standar Nasional Internasional Standar


Tidak ada pertimbangan Mempertimbangkan
untuk masyarakat yang masyarakat rentan
rentan
Tidak ada kompensasi Mempertimbangkan
kepada penghuni liar dan kompensasi kepada
permukiman ilegal penghuni liar dan
permukiman ilegal
Beberapa Hak berada di Struktur hak Jelas
daerah abu-abu (grey
area)
Tidak ada persyaratan Diwajibkan adanya
yang jelas untuk proses Mekanisme keluhan
pengaduan
Kompensasi kerugian fisik Kompensasi baik
kerugian fisik dan
ekonomi 45
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pertimbangan

Pertimbangan Utama
Pengelolaan Material Pengerukan
Ekologi Laut/Pantai
Emisi Udara
Pengelolaan Sampah (Sampah Umum, Air Limbah,
Limbah Padat)
Pengelolaan bahan berbahaya dan oli
Kebisingan
Keanekaragaman Hayati & Sumber Daya Ekologi

Pertimbangan-pertimbangan lainnya
Pengelolaan Lalu Lintas
Dampak Visual
Keberlanjutan dan Perubahan Iklim
46
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pengelolaan Material Pengerukan

Konstruksi
Kontaminasi Tanah
Isu Geoteknik
Kemungkinan erosi tanah
Peningkatan suspensi sedimen (kekeruhan) dalam air
laut akibat penyebaran pengerukan sedimen
Penurunan kualitas air dengan peningkatan Total
Padatan tersuspensi (Total Suspended Solid TSS) dan
kekeruhan
Kemungkinan gangguan kimia kelautan dan ekologi
pesisir
Peniadaan/penurunan habitat
Penurunan kualitas air laut

Mitigasi
Penapisan bahan pengerukan
Pembuangan bahan pengerukan secara tepat
Memilih metode pengerukan secara seksama 47
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Ekologi Laut/Pantai

Konstruksi
Kemungkinan gangguan kimia terhadap laut dan ekologi
pesisir
Pergantian habitat laut dan pesisir yang disebabkan oleh
perubahan struktur sedimen
Tertutupnya Komunitas Bentik disebabkan oleh pembuangan
sedimen
Penurunan pencahayaan untuk organisme yang tergantung
cahaya
Regresi rumput laut dan padang rumput
Terganggunya burung dan hewan laut
Terkurangnya sumber daya perikanan dan terdegradasinya
kualitas perikanan untuk kegiatan pusat makanan dan rekreasi.
Memburuknya polusi air

Operasi
Kebocoran minyak dan campuran dari kapal merusakan
sumber daya perikanan, biota laut dan habitat.
Biodegradasi minyak dalam air mengurangi oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh biota 48
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Ekologi Laut/Pantai

Mitigasi
Konstruksi : Perencanaan yang tepat dari pekerjaan
konstruksi, mengurangi kekeruhan dengan
menggunakan tirai lumpur/kekeruhan, peningkatan
atau restorasi habitat, pemantauan lingkungan,
inspeksi berkala dari kegiatan konstruksi oleh otoritas
penegakkan hukum dan lembaga, survei karakteristik
ekologi dengan cermat serta pembatasan koridor kerja
Operasi : peningkatan dan restorasi habitat seperti
penciptaan habitat rumput laut untuk pemulihan
sumber daya perikanan, memperluas habitat rawa
dan pasir intertidal dan daerah berlumpur untuk
spesies mangsa, pengukuran dalam pengelolaan
lingkungan berkaitan dengan kebocoran minyak,
pengendalian debu, perlindungan kualitas air dan
langkah-langkah pengurangan kebisingan.
49
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Emisi Udara

Konstruksi
Menimbulkan partikel debu dari kegiatan kontruksi
termasuk kegiatan pengerukan/penimbunan,
transportasi, peralatan konstruksi,
perataaan/pembersihan, dan aktifitas di darat.
Emisi gas buang dari konsumsi bahan bakar alat berat
berbahan bakar diesel dengan mengeluarkan bahan
beracun dan karsinogenik
Operasi
Emisi dari kapal, peralatan penanganan kargo, mobilitas
truk terkait pelabuhan
Emisi gas buang dari kendaraan konstruksi, pabrik,
mesin dan kapal

Mitigasi
Konstruksi meminimalkan emisi debu, emisi gas
buang, dan emisi volatile 50
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Emisi Udara

Ambang Batas
Pengukuran Standar Indonesia* IFC**
Parameter Waktu Unit Konsentra Unit Konsentra
si si
Ozon (03) 1 jam g/Nm3 235
8-jam sehari - - g/m 100
maximum 3
1 tahun g/Nm3 50
Kabon Monoksida (CO) 1 jam g/Nm3 30,000
24 jam g/Nm3 10,000
Nitrogen Dioksida(NO2) 1 jam g/Nm3 400 g/m 200
3
24 jam g/Nm3 150
1 tahun g/Nm3 100 g/m 40
3
Sulfur Dioksida (SO2) 10 menit - g/m 500
3
1 jam g/Nm3 900
24 jam g/Nm3 365 g/m 20
3
1 tahun g/Nm3 60
Total Partikel 24 jam g/Nm3 230
Tersuspensi (TSP) 1 tahun g/Nm3 90
PM10 24 jam g/Nm3 150 g/m 50
3
1 tahun - - g/m 20
3
PM2.5 24 jam g/Nm3 65 g/m 25
3
1 tahun g/Nm3 15 g/m 10
3
Timbal (Pb) 24 jam g/Nm3 2
1 tahun g/Nm3 1
Sumber :
*) Peraturan Pemerintah No. 41/1999 tentang Pengendalian Polusi Udara 51
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pengelolaan Sampah (Umum, Air Limbah, Limbah Padat)

Konstruksi
Limbah dari pembongkaran, pembersihan dan
konstruksi jalan
Limbah berbahaya, limbah padat, dan air limbah selama
konstruksi
Operasi
Limbah padat inert dari kemasan kargo dan kantor
administrasi
Limbah yang berpotensi berbahaya berkaitan dengan
pemeliharaan kendaraan operasi (minyak pelumas dan
bahan pelarut untuk mesin)
Limbah cair dan padat dari kapal yang datang

Mitigation
-Konstruksi: penggunaan material hasil pengurukan, daur
ulang limbah beton, penyimpanan limbah yang tepat dan
terkategori, menjaga wilayah tetap bersih, SOP Prosedur
Tetap limbah berbahaya yang ditetapkan
-Operasi: menyediakan limbah yang memadai dan
pengelolaan sampah, dilarang membuang limbah padat
dan limbah berbahaya ke laut, penyimpanan air limbah 52
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pengelolaan Sampah (Umum, Air Limbah, Limbah Padat)

Ambang Batas Kualitas Air Laut Wilayah Pelabuhan


No Parameter Unit Baku Mutu
FISIKA
1 Kecerahan m >3
2 Kebauan - Tidak berbau
3 Padatan tersuspensi total mg/L 80
4 Sampah - -
5 Temperatur C Alami
6 Lapisan Minyak - -
KIMIA
1 pH 6.5 - 8.5
2 Salinitas /oo
o
Alami
3 Amonia total (NH3-N) mg/L 0.3
4 Sulfida (H2S) mg/L 0.03
5 Hidrokarbon total mg/L 1
6 Senyawa Fenol total mg/L 0.002
7 PCB (poliklor bifenil) g/L 0.01
mg/L
8 Surfaktan (deterjen) 1
MBAS
9 Minyak dan Lemak mg/L 5
10 TBT (tri butil tin) g/L 0.01
Logam Terlarut
1 Raksa mg/L 0.003
2 Kadmium (Cd) mg/L 0.01
3 Tembaga (Cu) mg/L 0.05
4 Timbal (Pb) mg/L 0.05
5 Seng (Zn) mg/L 0.1
Mikrobiologi
MPN/10
1 Koliform Total 1000
0 ml
Sumber : Keputusan Menteri LH 51/2004 (Lampiran I Baku Mutu Air Laut
untuk Perairan Pelabuhan) 53
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Minyak

Konstruksi
Bahan Cair Berbahaya (Bahan bakar dan bahan kimia)
Limbah Berbahaya (tanah terkontaminasi, limbah bahan
bakar dan pelumas, filter oli dan baterai)
Operasi
Bahan Cair Berbahaya (Bahan bakar and bahan kimia)
Cat Residu dan bahan pelarut dalam kontainer-kontainer

Mitigasi
-Konstruksi: cairan berbahaya (bahan bakar dan bahan
kimia) tersimpan sesuai dengan suatu rencana
pengelolaan barang berbahaya dalam wadah tertutup
selama konstruksi, tempat penyimpanan pengolahan dan
pengiriman tanah yang terkontaminasi, penetapan
Prosedur Tetap (SOP) limbah berbahaya seperti
penyimpanan sebagaimana mestinya dan tertutup
dengan baik.
-Operasi: Ditetapkannya Prosedur Tetap (SOP) limbah
berbahaya seperti penyimpanannya secara tepat dan 54
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Kebisingan

Konstruksi
Kebisingan dari peralatan dan mobilitas selama kegiatan
reklamasi dan pembangunan jalan akses.
Operasi
Kebisingan dan getaran frekuensi rendah dari volume
lalu lintas lebih berat dan peningkatan lalu lintas truk

Mitigasi
Konstruksi: saluran pembuangan knalpot yang selalu
terpasang baik, terpelihara, dan semua mesin dan
kendaraan dioperasikan dengan efisien.
Operasi: pemuatan truk-truk secara cerdas dan
melarang kendaraan menunggu di tempat dekat dari
penerima dampak.

55
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Kebisingan

Ambang Batas
Standar IFC**
Penerima Indonesia*
Siang/Malam Sian Mala
g m
Peruntukan Kawasan
Perumahan dan Permukiman 55(siang)/45(mal 55 45
am)
Perdagangan dan Jasa 70 70
Perkantoran dan Perdagangan 65 70
Ruang Terbuka Hijau 50
Industri 70 70
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 55 45
Rekreasi 70
Lingkungan Kegiatan
Rumah Sakit 55
Sekolah 55 55 45
Tempat ibadah 55 55 45
Institutional 55 45
Source :
*) Keputusan Menteri LH No. 481996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
**) Pedoman Umum IFC EHS Tabel 1.7 Kebisingan

56
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Keanekaragaman Hayati & Sumber Daya Ekologi

Konstruksi & Operasi


Perusakan habitat fauna terestrial
Limpasan air yang tercemar
Hilangnya habitat muara dan pantai
Ekologi lokal terdampak debu dan emisi gas buang
dari kendaraan dan mesin konstruksi

Mitigasi
Pembatasan pembersihan terhadap vegetasi yang
ada
Merehabilitasi hutan mangrove yang hancur
Pertimbangan spesies tanaman asli untuk pekerjaan
lanskap
Melindungi sisa daerah mangrove sekitar proyek
Menyimpan limbah yang tepat untuk membatasi
57
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Pengelolaan Lalu Lintas

Konstruksi
-Kerusakan perkerasan jalan selama konstruksi
menimbulkan isu-isu keselamatan jalan
-Kemacetan lalu lintas di sepanjang rute transportasi
mempengaruhi usaha dan masyarakat lokal
-Peningkatan lalu lintas lokal meningkatkan tingkat
kebisingan
Operasi
-Kemacetan, peningkatan pergerakan truk ke dan dari
pelabuhan di sepanjang jalan lokal dapat
mengakibatkan kemacetan dan gangguan
Mitigasi
-Konstruksi: perawatan dan pemeliharaan jalan,
rencana pengelolaan lalu lintas, dan mengidentifikasi
rute-rute kendaraan berat
-Operasi: menerapkan suatu rencana pengelolaan lalu 58
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Dampak Visual

Konstruksi
Kegiatan yang ekstensif di dermaga selama konstruksi
Tumpahan cahaya lampu dari lokasi proyek selama konstruksi
di malam hari
Operasi
Keberadaan pelabuhan dan kapal yang bersandar untuk
bongkar muat dapat membuat dampak visual untuk sekitarnya
Pencahayaan untuk operasi pelabuhan di malam hari
Emisi yang nampak dan tidak diinginkan dari truk-truk, kapal-
kapal, dan kargo

Mitigasi
Koridor hijau di pantai untuk mengurangi pandangan yang
mengganggu
Tempat penyimpanan berlokasi jauh dari jalan dan
permukiman
Mengurangi penggunaan pencahayaan berlebih di daerah
pelabuhan dekat pemandang sensitif
Mensyaratkan penggunaan arah pencahayaan ke bawah
dibandingkan arah pencahayaan ke atas. 59
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Keberlanjutan dan Perubahan Iklim

Konstruksi
-Emisi gas rumah kaca kumulatif dari peralatan kerja
dan kendaraan selama konstruksi
-Perubahan ekosistem dan hilangnya habitat darat dan
perairan
Operasi
-Emisi dari pengoperasian pelabuhan (kapal kargo,
kapal pelabuhan, peralatan penanganan kargo dan
truk kargo) dan Emisi dari tempat berlabuh,
bangunan, pencahayaan pelabuhan dan kendaraan
kargo/darat.
-Emisi tidak terolah dibuang ke udara, ke air, ke tanah
dan sedimen laut dari kegiatan-kegiatan industri, serta
timbulnya kebisingan, limbah dan pembuangan,
kehilangan dan degradasi habitat darat dan perairan.

60
B. Isu-Isu Lingkungan Proyek Pelabuhan
Keberlanjutan dan Perubahan Iklim

Mitigasi
-Konstruksi: Pengendalian emisi dengan menggunakan
metode pengolahan polusi udara, strategi-strategi
pengurangan waktu tunggu truk/kapal, hemat energi,
pengurangan polusi, peralatan kerja dan kendaraan
dengan rendah emisi, desain bangunan yang eko-
efisien serta pencahayaan hemat energi.
-Operasi: pemberian insentif untuk kendaraan dan
kapal lebih hemat bahan bakar, peraturan bahan
bakar yang lebih bersih, alternatif listrik hijau, strategi
pengurangan emisi udara, inisiatif proyek pelabuhan
hijau dan penanaman pohon.

61
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Pengantar

- Fasilitas Sosial dan Masyarakat


- Warisan Budaya dan Masyarakat Adat
- Barang/Pelayanan Eksosistem
- Kesehatan dan Keselamatan Publik
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja

62
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Fasilitas Sosial dan Masyarakat

Konstruksi
-Penggunaan fasilitas masyarakat setempat menjadi
berkurang
-Akses ke fasilitas masyarakat menjadi berkurang
-Penurunan jumlah wisatawan
-Menciptakan gangguan pemandangan dari pelabuhan
-Kehilangan pilihan rekreasi bagi warga sekitar
Operasi
-Kebisingan, timbulnya debu dan emisi gas buang dari
kendaraan di daerah pelabuhan, jalan penghubung atau
fasilitas pendukung
-Konsentrasi polusi menyebabkan dampak kesehatan
-Kurang menariknya secara visual berdasarkan bentuk
pandangan

Mitigasi
-Konstruksi: langkah-langkah penurunan polusi udara,
kebisingan, lalu lintas dan ganggunan visual.
-Operasi: memastikan akses terhadap fasilitas publik
selama masa pengoperasian pelabuhan, penanaman 63
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Warisan Budaya dan Masyarakat Adat

Konstruksi
-Gangguan terhadap situs warisan etnografi dan
arkeologi

Mitigasi
-Hindari kegiatan proyek dekat dengan situs warisan
etnografi dan arkaelogi (seperti situs makam Raja
Tallo)
-Dilarang masuk ke situs makam Raja Tallo untuk
orang yang tidak berhak
-Segera melaporkan jika ada situs warisan lainnya
yang ditemukan di wilayah operasi
-Manajemen yang tepat dan tindakan perlindungan
bagi situs warisan (situs makam Raja Tallo) termasuk
pagar, papan petunjuk, penyelamatan, dan
penelitian-penelitian ilmiah 64
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Barang/Pelayanan Ekosistem

Konstruksi
-Gangguan terhadap eksositem pesisir yang
mempengaruhi kesehatan lingkungan laut dan darat.
-Organisme-organisme dan habitat-habitat laut yang
terkena dampak
Operasi
-Pelayanan ekosistem terganggu oleh praktek-praktek
yang tidak berkelanjutan yang menyebabkan emisi
dari transportasi darat dan laut, pengelolaan sampah
yang tidak benar, dan/atau kebocoran dari zat kimia.

Mitigasi
-Limbah dari konstruksi dibuang dengan benar
-Pembatasan Pembuangan ke laut
-Identifikasi dan pelestarian daerah penting bagi
keanekaragaman hayati
65
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Kesehatan dan Keselamatan Publik

Konstruksi
-Peningkatan risiko kesehatan masyarakat yang disebabkan
oleh emisi partikulat dari penghilangan vegetasi, pekerjaan
tanah dan pergerakan lalu lintas serta pengolahan sampah dan
air limbah yang tidak tepat
-Peningkatan penyakit kesehatan pernapasan akibat emisi debu
selama konstruksi
-Peningkatan penyakit yang ditularkan nyamuk (malaria dan
demam berdarah) karena area yang tergenang.
-Bahaya lalu lintas karena peningkatan lalu lintas dan
mobilisasi peralatan

Operasi
-Penanganan kargo yang berisi barang-barang berbahaya
(seperti bahan mudah terbakar, peledak, bahan beracun,
patogen dan korosif) secara salah
-Risiko tidak langsung seperti mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi dan tanaman yang berhubungan dengan
kegiatan pelabuhan seperti tumpahan atau kebocoran minyak
dan zat kimia lainnya
-Peningkatan penyakit pernapasan di masyarakat sekitar dan
66
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Kesehatan dan Keselamatan Publik

Mitigasi
-Konstruksi: Pengurangan emisi debu, pelaksanaan
tindakan pengendalian nyamuk, pengelolaan sampah
yang tepat, pelatihan dan program penyadaran bagi
pengusaha dan kontraktor mengenai pentingnya
kesehatan dan keselamatan masyarakat,
menyediakan fasilitas kesehatan publik bagi
masyarakat dan karyawan, mencegah penyakit
menular melalui karyawannya.
-Operasi: Pengelolaan debu dan prosedur tetap
pemantauan kualitas udara, penilaian risiko
kesehatan secara berkala diambil untuk
mengidentifikasi tingkat dampak selama operasi
pelabuhan, pelaksanaan dan pemantauan prosedur
operasional kargo bahan berbahaya, dan
mengembangkan suatu kesehatan dan keselamatan
yang tepat dan rencana darurat untuk setiap dampak
67
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Konstruksi
-Potensial kendaraan tabarakan
-Kecelakaan atau luka terkait mesin.
-Gangguan pendengaran akibat tingkat kebisingan
dan getaran yang berbahaya dalam lingkungan kerja
-Kesehatan umum merusak hati, ginjal, reproduksi
sistem saraf, gangguan pernapasan dan kanker
berasal dari tumpahan atau kebocoran pelarut (bahan
kimia)
-Bekerja di lingkungan suhu tinggi untuk waktu yang
lama, bekerja dengan listrik, dan kecelakaan terkait
pekerjaan seperti jauh dari ketinggian.

68
C. Isu-isu Sosial untuk Proyek Pelabuhan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Operasi
-Gangguan terkait kebisingan (dari peralatan mesin
dan transportasi) yang mempengaruhi pekerja dalam
sekitar sumber.
-Kelelahan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja dan kinerja kerja secara
keseluruhan.
-Kesehatan dan keselamatan pekerja terhadap
barang-barang berbahaya dan zat berbahaya melalui
transportasi dan penanganan kargo
Mitigasi
-Menjaga kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
-Meningkatkan lingkungan kerja
-Rencana Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan
(KKL)
69
D. Isu-Isu Pengadaan Tanah (Kepentingan Umum)
Gambaran Umum

Isu umum pengalaman sebelumnya


Isu-Isu Potensial dalam proyek pelabuhan
Mitigasi

70
D. Isu-Isu Pengadaan Tanah (Kepentingan Umum)
Isu-Isu berdasarkan pengalaman sebelumnya

Isu-isu Sosial Ekonomi


Isu-isu Lingkungan
Masyarakat Rentan
Bukti kepemilikan tanah
Kepemilikan tanah dan Permukiman Liar dan Ilegal
Nilai kehilangan aset
Waktu pelaksanaan/tertunda
Negosiasi
Perantara dan Provokator
Keberatan dari komunitas dan Masyarakat yang terkena
dampak proyek

71
D. Isu-Isu Pengadaan Tanah (Kepentingan Umum)
Isu-Isu Potensial dalam Proyek Pelabuhan

Daerah Komersial/Perdagangan
Relokasi Fasilitas Umum
Kehilangan Lahan
Kehilangan Permukiman
Hilangnya mata pencaharian/pendapatan
Jalan Umum/akses
Pemanfaatan sumber daya kelautan dan kondisi PT.
Industri Kapal Indonesia (IKI) yang ada
Harapan orang yang tinggal di sekitar pembangunan
pelabuhan

72
D. Isu-Isu Pengadaan Tanah (Kepentingan Umum)
Mitigasi

Melakukan sensus sosial ekonomi sebagai dasar untuk


pengembangan dokumen LARAP
Mengidentifikasi status hak kepemilikan properti perumahan
Mata pencaharian
Pendapatan masyarakat
Anggota Keluarga
Wilayah setempat
Perkebunan atau Ternak
Fasilitas umum atau fasilitas warisan budaya.
Persepsi positif atau negatif komunitas dampak proyek yang
diusulkan
Mengembangkan rekomendasi berdasarkan baseline dalam
dokumen LARAP

73

Anda mungkin juga menyukai