Anda di halaman 1dari 29

ISBN 978-602-72699-1-0

KATA PENGANTAR
Dampak pemanfaatan lahan yang tidak terkendali tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air dapat
mengakibatkan penurunan penutupan vegetasi, peningkatan erosi
dan sedimentasi, dan percepatan degradasi lahan. Sedimen
sebagai hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi
parit, atau jenis erosi tanah lainnya, pada umumnya mengendap di
daerah genangan banjir, dasar saluran air, sungai ataupun waduk.
Pengukuran terhadap hasil sedimen yang dihasilkan akibat proses
erosi sangat penting diketahui untuk para pelaksana teknis di
lapangan. Khusus untuk waduk, pengendalian sedimentasi
berpengaruh terhadap umur pakainya.
Buku Teknik Pengukuran Hasil Sedimen yang disusun oleh para
peneliti BPTKPDAS mencoba menyajikan proses terjadinya
sedimentasi, faktor-faktor yang menentukan laju sedimentasi DAS,
dan cara-cara pengukuran hasil sedimen.
Seiring dengan permasalahan yang berkembang di lapangan maka
buku akan terus disempurnakan dengan memperhatikan saran,
kritik dari para pengguna. Dengan terbitnya buku ini kami
mengucapkan terima kasih kepada para peneliti BPTKPDAS
semoga bermanfaat khususnya bagi para pengguna dan pemerhati
bidang pengelolaan DAS ataupun bidang teknis lainnya.

Solo, November 2014


Kepala Balai

Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................... i


DAFTAR TABEL................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii
1. Pendahuluan ................................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................. 4
1.3. Pengertian-pengertian ............................................................. 5
2. Erosi dan Sedimentasi .................................................................... 6
Faktor yang menentukan laju sedimentasi DAS............................. 7
3. Cara-cara Pengukuran Hasil Sedimen ......................................... 11
3.1. Perhitungan Secara Langsung ............................................. 183
3.2. Perhitungan Secara Tidak Langsung ..................................... 18
4. Penutup ....................................................................................... 20
Daftar Pustaka ................................................................................. 21
Lampiran 1. Contoh hasil pengukuran debit harian Sub DAS
Dumpul Tahun 2001 .................................................................... 22
Lampiran 2. Contoh hasil pengukuran debit sedimen SubDAS
Dumpul Tahun 2001 .................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengukuran debit dan debit sedimen dalam


pembuatan kurva lengkung debit suspensi
Sub DAS Dumpul 2001 ........................................................ 14
Tabel 2. Berat Jenis Tanah pada Berbagai Macam Tekstur Tanah . 17
Tabel 3. Hubungan Antara Luas DAS dengan Rasio Penghantaran
Sedimen.............................................................................. 19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ekosistem DAS sebagai Sistem Pengelolaan ................... 2


Gambar 2. Karakteristik kecepatan, konsentrasi sedimen
dan debit sedimen ........................................................... 9
Gambar 3. Suspended sampler US-DH 48 dengan
bagian-bagiannya ........................................................... 12

iii
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Laju sedimentasi waduk-waduk di Indonesia menunjukkan tingkat
yang memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa laju sedimentasi
pada outlet sub DAS Keduang sebagai salah satu input Waduk
Serbaguna Wonogiri tahun 1994-2010 cenderung meningkat. Pada
periode 1994 2002 rata-rata laju sedimentasi adalah 29,36
ton/ha/tahun dan meningkat pada tahun 2009 2010 menjadi 45,41
ton/ha/tahun (Tjakrawarsa dan Pramono, 2013). Laju sedimentasi
tersebut akan mengurangi umur pakai waduk sehingga fungsi
waduk sebagai pengendali banjir, sumber tenaga listrik, rekreasi
dan lain-lain. Laju sedimentasi bervariasi bisa menurun, konstan
ataupun meningkat tergantung kepada pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang tercermin tutupan lahan di dalam DAS. Laju
sedimentasi suatu sungai perlu diketahui sebagai indikator
pengelolaan suatu DAS guna menentukan langkah-langkah yang
tepat sehingga diperoleh hasil air yang melimpah, jernih, kontinyu,
bebas polusi dan polutan.
Sebagai suatu sistem, DAS terdiri dari beberapa komponen seperti
masukan, prosesor, dan luaran. Masukan curah hujan dan
manajemen DAS berupa iptek, struktur sosek dan kelembagaan
akan menentukan luaran suatu DAS. Gambaran DAS sebagai suatu
sistem pengelolaan adalah sebagai berikut :

1
MORFO GEOLOGI VEGETASI TANAH RELIEF
METRI MIKRO
MANUSIA
HUJAN
IPTEK
(Masukan) Struktur Sosek
RELIEF PENGGUNAAN LAHAN : Kelembagaan
MAKRO Hutan (Masukan)
Non Huatan
DAS : PROSESOR

PRODUKSI, LIMPASAN (Banjir dan Kekeringan),


dan SEDIMEN (Luaran)

Gambar 1. Ekosistem DAS sebagai Sistem Pengelolaan

Sebagai prosesor DAS memiliki karakteristik tertentu baik yang


tidak mudah dikelola maupun yang mudah dikelola. Interaksi
masukan tersebut dalam sistem DAS menentukan proses-proses
yang terjadi di dalam DAS yang akan menghasilkan luaran berupa
produksi, limpasan dan sedimen.
Erosi adalah suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas,
baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2002).
Proses erosi dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah,
daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas
lingkungan hidup. Indonesia dengan rata-rata curah hujan
melebihi 1500 mm per tahun air merupakan penyebab utama
terjadinya erosi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air
meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Pemecahan bongkah-bongkah agregat tanah ke dalam bentuk
butir-butir kecil atau partikel tanah
2. Pemindahan atau pengangkutan butir-butir yang kecil tersebut
3. Pengendapan butir-butir atau partikel tersebut di tempat yang
lebih rendah, di dasar sungai atau waduk.

2
Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan,
erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya yang mengendap di
bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, saluran air,
sungai, dan waduk (Asdak, 1995). Sedangkan sedimentasi adalah
proses mengendapnya material fragmental oleh air sebagai akibat
dari adanya erosi (Soemarto, 1995). Sedimentasi merupakan
jumlah material tanah yang terbawa oleh aliran air sungai yang
berasal dari proses erosi di bagian hulu dan diendapkan pada suatu
tempat di bagian hilir. Jumlah hasil sedimen per satuan luas
daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai (DAS) per
satuan waktu (dalam satuan ton/ha/th atau mm/th) disebut
dengan laju sedimentasi.
Laju sedimentasi dari suatu DAS adalah suatu nilai penting sebagai
dasar perencanaan pengelolaan sub DAS atau DAS. Berdasarkan
nilai tersebut dapat ditentukan langkah-langkah berupa penerapan
teknik konservasi tanah dan air yang tepat sehingga nilai laju
sedimentasi dapat sesuai dengan yang direncanakan.
Laju sedimentasi suatu DAS atau sub DAS dapat diketahui dengan
mengukur sedimen pada outlet suatu sub DAS atau DAS. Teknik
pengukuran sedimen pada outlet suatu sub DAS atau DAS menjadi
penting untuk diketahui.

3
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan buku teknis ini adalah untuk menuntun para


pihak dalam mengukur sedimen dan menghitung tingkat
sedimentasi suatu DAS. Tujuannya adalah agar para pihak dapat
melakukan pengukuran sedimen dan menghitung tingkat
sedimentasi suatu DAS.

4
1.3. Pengertian-pengertian

a. Sedimen adalah endapan material di badan air (sungai/waduk)


berupa partikel-partikel tanah dari hasil erosi yang terangkut
bersama aliran air.
b. Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel tanah
hasil erosi yang tersuspensi didalam air dan diangkut oleh aliran
air dimana kecepatan aliran telah menurun.
c. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang
berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang
diukur pada periode waktu dan tempat tertentu dalam bentuk
muatan sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment
load) maupun bentuk endapan di dalam saluran, sungai, atau
waduk.
d. Laju sedimentasi adalah jumlah hasil sedimen per satuan luas
daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai (DAS) per
satuan waktu (dalam satuan ton/ha/th atau mm/th).
e. Penghitungan kecepatan debit aliran metode mid area method
adalah teknik menghitung debit aliran seluruh penampang
aliran sungai dimana kecepatan adalah merupakan
penjumlahan dari debit setiap seksi penampang aliran. Asumsi
yang digunakan adalah kecepatan rata-rata satu vertikal
penampang mewakili kecepatan rata-rata satu seksi yang
dibatasi oleh garis pertengahan antara dua garis vertikal yang
diukur.

5
2. Erosi dan Sedimentasi
Proses sedimentasi tidak bisa dilepaskan dengan kejadian erosi,
yaitu melalui mekanisme proses erosi-sedimentasi. Erosi adalah
suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2002).
Proses erosi dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah,
daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas
lingkungan hidup. Indonesia dengan rata-rata curah hujan
melebihi 1500 mm per tahun air merupakan penyebab utama
terjadinya erosi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air
meliputi 3 tahap, yaitu :
a. Pemecahan bongkah-bongkah agregat tanah ke dalam bentuk
butir-butir kecil atau partikel tanah
b. Pemindahan atau pengangkutan butir-butir yang kecil tersebut
c. Pengendapan butir-butir atau partikel tersebut di tempat yang
lebih rendah, di dasar sungai atau waduk.
Partikel tanah sebagai hasil proses erosi disebut sedimen akan
diendapkan di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir,
saluran air, sungai, dan waduk (Asdak, 1995). Proses pengendapan
hasil erosi tersebut disebut sedimentasi (Soemarto, 1995).
Sedimentasi merupakan jumlah material tanah yang terbawa oleh
aliran air sungai yang berasal dari proses erosi di bagian hulu dan
diendapkan pada suatu tempat di bagian hilir. Proses
pengendapan muatan sedimen tersebut terjadi karena kecepatan
pengendapan butir-butir material sedimen terangkut lebih kecil
dari kecepatan aliran pengangkutnya. Jumlah hasil sedimen per
satuan luas daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai
(DAS) per satuan waktu (dalam satuan ton/ha/th atau mm/th)
disebut laju sedimentasi.
6
Faktor yang menentukan laju sedimentasi DAS

Besar kecilnya laju sedimentasi yang terjadi dalam suatu DAS


dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
a. Jumlah dan intensitas hujan
b. Tipe tanah dan formasi geologi
c. Penutupan tanah
d. Penggunaan lahan
e. Topografi
f. Kondisi drainasi alami: bentuk, jaringan, kerapatan, gradien,
ukuran, dan arah
g. Runoff
h. Karakteristik sedimen, seperti ukuran butir dan mineralogi; dan
i. Karakteristik hidrolika saluran (sungai)

Berdasarkan proses terjadinya erosi tanah dan proses sedimentasi,


maka proses terjadinya sedimentasi dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
a. Proses sedimentasi secara geologis
Yaitu proses erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara
normal atau berlangsung secara geologi, artinya proses
pengendapan yang berlangsung masih dalam batas-batas yang
diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses
degradasi dan agradasi pada perataan kulit bumi akibat
pelapukan.
b. Proses sedimentasi dipercepat
Yaitu proses terjadinya sedimentasi yang menyimpang dari
proses secara geologi dan berlangsung dalam waktu yang
cepat, bersifat merusak atau merugikan dan dapat
mengganggu keseimbangan alam atau kelestarian lingkungan
7
hidup. Kejadian tersebut biasanya disebabkan oleh kegiatan
manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah tanah yang
salah dapat menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi yang
tinggi.

Mekanisme pengangkutan butir-butir tanah yang dibawa dalam air


yang mengalir dapat digolongkan menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
a. Wash Load Movement
Butir-butir tanah yang sangat halus berupa lumpur yang
bergerak bersama-sama dalam aliran air, konsentrasi sedimen
merata di semua bagian pengaliran. Bahan wash load berasal dari
pelapukan lapisan permukaan tanah yang menjadi lepas berupa
debu-debu halus selama musim kering. Debu halus ini
selanjutnya dibawa masuk ke saluran atau sungai baik oleh angin
maupun oleh air hujan yang turun pertama pada musim hujan,
sehingga jumlah sedimen pada awal musim hujan lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan yang lain.
b. Suspended Load Movement
Butir-butir tanah bergerak melayang dalam aliran air. Gerakan
butir-butir tanah ini terus menerus dikompresir oleh gerak
turbulensi aliran sehingga butir-butir tanah bergerak melayang di
atas saluran. Bahan suspended load terjadi dari pasir halus yang
bergerak akibat pengaruh turbulensi aliran, debit, dan kecepatan
aliran. Semakin besar debit, maka semakin besar pula angkutan
suspended load.
c. Saltation Load Movement
Pergerakan butir-butir tanah yang bergerak dalam aliran air
antara pergerakan suspended load dan bed load. Butir-butir
8
tanah bergerak secara terus menerus meloncat-loncat (skip) dan
melambung (bounce) sepanjang saluran tanpa menyentuh dasar
saluran. Bahan-bahan saltation load terdiri dari pasir halus
sampai dengan pasir kasar.
d. Bed Load Movement
Merupakan angkutan butir-butir tanah berupa pasir kasar
(coarse sand) yang bergerak secara menggelinding (rolling),
mendorong dan menggeser (pushing and sliding) terus menerus
pada dasar aliran yang pergerakannya dipengaruhi oleh adanya
gaya seret (drag force) aliran yang bekerja di atas butir-butir
tanah yang bergerak.

Di dalam aliran sungai kecepatan, konsentrasi sedimen dan debit


sedimen suspensi bervariasi menurut kedalaman aliran sungai.
Karakteristik kecepatan, konsentrasi sedimen dan debit sedimen
terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Karakteristik kecepatan, konsentrasi sedimen dan debit


sedimen
9
Sebagai akibat dari adanya erosi, sedimentasi memberikan
beberapa dampak, yaitu:
a. Di sungai
Pengendapan sedimen di dasar sungai yang menyebabkan
naiknya dasar sungai, kemudian mengakibatkan tingginya muka
air sehingga berakibat sering terjadi banjir.
b. Di saluran
Jika saluran irigasi dialiri air yang penuh sedimen, maka akan
terjadi pengendapan sedimen di saluran. Tentu akan diperlukan
biaya yang cukup besar untuk pengerukan sedimen tersebut dan
pada keadaan tertentu pelaksanaan pengerukan menyebabkan
terhentinya operasi saluran.
c. Di waduk
Pengendapan sedimen di waduk akan mengurangi volume
efektif waduk yang berdampak terhadap berkurangnya umur
rencana waduk.
d. Di bendung atau pintu-pintu air
Pengendapan sedimen mengakibatkan pintu air kesulitan dalam
mengoperasikan pintunya, mengganggu aliran air yang lewat
melalui bendung atau pintu air, dan akan terjadi bahaya
penggerusan terhadap bagian hilir bangunan jika beban sedimen
di sungai berkurang karena telah mengendap di bagian hulu
bendung, sehingga dapat mengakibatkan terangkutnya material
alas sungai.

10
3. Cara-cara Pengukuran Hasil Sedimen

Metode untuk mengestimasi besarnya hasil sedimen atau laju


sedimentasi DAS yang terjadi, dapat dilakukan secara langsung
maupun melalui pendekatan prediksi erosi di DAS. Pengukuran
secara langsung dilakukan melalui kuantifikasi hasil sedimen yang
keluar bersama aliran sungai melalui outlet DAS, sedangkan
pengukuran tidak langsung dilakukan dengan pendekatan nilai
sediment delivery ratio (SDR) DAS berdasarkan nilai hasil prediksi
erosi yang terjadi di DAS.
3.1. Pengukuran Secara Langsung
Pengukuran hasil sedimen secara langsung pada suatu sub DAS
atau pun DAS dilakukan pada outlet suatu sub DAS atau DAS.
Pengukuran hasil sedimen biasanya diintegrasikan dengan
pengukuran kecepatan aliran sungai (untuk menghitung debit)
pada berbagai variasi tinggi muka air (TMA) sungai dari suatu sub
DAS ataupun DAS. Dari kedua pengukuran tersebut (debit dan
sedimen) akan diperoleh kurva lengkung debit aliran (discharge
rating curve) dan kurva lengkung debit suspensi (sediment
discharge rating curve).

Pengukuran sedimen didahului dengan pengukuran kecepatan


arus sungai baik itu menggunakan metode mid area ataupun
metode lainnya. Dari pengukuran tersebut diperoleh data
kecepatan arus sungai yang diukur. Data kecepatan arus sungai
digunakan untuk menghitung besarnya debit air yang ada, dengan
mengukur penampang basah sungainya terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan pengambilan sampel air (suspended load). Peralatan
yang digunakan adalah: botol sampler dengan ukuran + 500 ml
yang dipasang pada suspended sampler tipe US DH 48, US DH 49,
11
USD-74, atau USP-61 yang dilengkapi dengan nosel dan tutup
botol.

Gambar 3. Suspended sampler US-DH 48 dengan bagian-


bagiannya

Cara pengambilan sampel air sedimen tersuspensi dibedakan :


Metode integrasi titik (0,2 dan 0,8 H; 0,6 H, atau di permukaan
aliran), integrasi kedalaman (alat dimasukkan kedalam aliran dan
dinaikkan lagi ke permukaan), atau cara langsung. Jumlah dan
frekuensi pengambilan sampel suspensi harus representatif, (sifat-
sifat banjirnya, sifat hidrograf (waktu naik/climb dan waktu
turun/resesi), musim (kemarau dan penghujan). Prinsipnya, dalam
membuat kurva lengkung debit (hubungan antara TMA dengan
debit) serta kurva lengkung debit suspensi (hubungan antara debit
dengan debit suspensi) memerlukan data hasil pengukuran
sebanyak-banyaknya pada berbagai variasi TMA.
Sampel air yang diperoleh diberi label: Nama sungai, tanggal dan
jam pengambilan sampel, serta ketinggian muka air (TMA) aliran
sungai. Sampel tersebut dianalisis di laboratorium guna
mendapatkan konsentrasi sedimen baik menggunakan cara

12
penguapan maupun cara penyaringan. Adapun cara
penghitungan konsentrasi sedimen (Cs) tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Cara Penguapan :
Konsentrasi sedimen (Cs) = (b-a) / vol. air . mg/l
2. Cara Penyaringan :
Konsentrasi sedimen (Cs) = (b-a) / vol. air . mg/l
Dimana:
a = berat gelas ukur / kertas saring kosong
b = berat gelas ukur / kertas saring isi
Satuan
1) Konsentrasi sedimen terangkut aliran : mg/l, g/m3, kg/m3,
ton/m3, %, ppm
2) Ukuran butir : mm atau %.
3) Hasil sedimen : m3, ton, mm
4) Laju sedimentasi : m3/th, ton/th, mm/th

Berdasarkan hasil pengukuran debit dan pengambilan sampel


sedimen pada berbagai TMA, kemudian akan dibuat persamaan
lengkung debit suspensi dengan didahului menghitung besarnya
debit sedimen (Qs) pada berbagai TMA. Besarnya debit sedimen
(Qs) atau kadar muatan sedimen dalam aliran air, dinyatakan
dalam besaran laju sedimentasi (dalam satuan kg/dt, ton/hari atau
ton/tahun). Debit sedimen (Qs) dihitung dengan pengukuran
langsung menggunakan persamaan :

13
Qs = k x C x Q
Dalam hal ini :
Qs (ton/hari) = debit sedimen
k = 0,0864
C (mg/l) = kadar muatan sedimen
Q (m3/dtk) = debit air sungai

Kurva lengkung debit suspensi adalah grafik yang menggambarkan


hubungan antara debit sedimen setiap saat (Qsi) dengan debit
alirannya (Qi), dimana absis (sumbu X) yaitu Q dan ordinat (sumbu
Y) yaitu Qs, dengan persamaan: Qs = a Q b.
Kurva lengkung debit suspensi selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung besarnya data sedimentasi berdasarkan data debit
rata-rata harian selama setahun. Contoh penyajian data debit
sedimen dalam pembuatan kurva lengkung debit suspense
disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil pengukuran debit dan debit sedimen dalam


pembuatan kurva lengkung debit suspensi Sub DAS
Dumpul 2001
CS (konsentrasi QS (Debit
No. Q (debit) Keterangan
sedimen) Suspensi)
Pengukuran (m3/dt)
(gr/lt) (Kg/dt)
1. 1,759 0,136 0,095 bukan banjir
2. 2,872 0,124 0,135 bukan banjir
3. 9,515 0,692 0,647 banjir (naik)
4. 8,317 0,772 0,632 banjir (naik)
5. 1,992 0,709 1,024 banjir (naik)
6. 1,750 0,060 0,105 bukan banjir

14
CS (konsentrasi QS (Debit
No. Q (debit) Keterangan
sedimen) Suspensi)
Pengukuran (m3/dt)
(gr/lt) (Kg/dt)
7. 1,263 0,071 0,090 bukan banjir
8. 1,378 0,074 0,102 bukan banjir
9. 0,696 0,054 0,095 bukan banjir
10. 1,081 0,047 0,134 bukan banjir
11. 0,125 0,068 0,087 bukan banjir
12. 0,111 0,076 0,085 banjir (turun)
13. 1,145 0,514 0,812 banjir (turun)
14. 0,914 2,368 2,165 banjir (naik)
15. 0,904 0,709 0,641 banjir (turun)
16. 1,060 3,740 3,964 banjir (naik)
17. 0,953 6,470 6,167 banjir (naik)
18. 0,854 10,826 9,242 banjir (naik)
19. 0,921 7,834 7,214 banjir (naik)
20. 0,777 13,172 10,241 banjir (naik)

Berdasarkan data hasil pengukuran debit (Q) dan konsentrasi


sedimen (Cs), maka dapat dihitung debit suspensi (Qs). Langkah
selanjutnya kemudian dibuat Persamaan lengkung debit suspense,
yaitu grafik hubungan antara Q dan Qs dengan menggunakan
program Microsoft Excel, seperti contoh di bawah ini.

15
Qs = 1,0604 Q0,8938
100,000
R = 0,9773

QS (Kg/dt) 10,000

1,000
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

0,100
Series1
Power (Series1)
0,010
Q (m3/dt)

Gambar 4. Kurva lengkung debit suspensi Sub DAS Dumpul

Berdasarkan data debit harian selama setahun, kemudian dengan


menggunakan persamaan lengkung debit suspensi, dapat dicari
debit sedimen (Qs) selama setahun. Qs dalam ton/hari dapat
dijadikan dalam ton/ha/tahun dengan membagi nilai Qs dengan
luas DAS dan mengalikan dengan jumlah hari dalam satu tahun,
seperti contoh pada Tabel Lampiran 1. dan 2.
Selanjutnya nilai Qs dalam ton/ha/tahun dikonversikan menjadi Qs
dalam mm/tahun yaitu dengan mengalikan nilai Qs tersebut
dengan berat jenis (BJ) tanah sehingga akan diperoleh nilai tebal
endapan sedimen. Sebagai gambaran BJ sedimen tanah pada
berbagai macam tekstur tanah disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

16
Tabel 2. Berat Jenis Tanah pada Berbagai Macam Tekstur Tanah
No. Tekstur Tanah Berat Jenis
1. Pasir (sandy) 1,65 (1,55 1,80)
2. Lempung berpasir (sandy loam) 1,50 (1,40 1,60)
3. Lempung (loam) 1,40 (1,35 1,50)
4. Lempung berliat (clay loam) 1,35 (1,30 1,40)
5. Liat berdebu (silty loam) 1,30 (1,25 1,35)
6. Liat (clay) 1,25 (1,20 1,30)

Sumber : Beasley and Higgins (1991) dalam Tim Peneliti BTPDAS


IBB (2004)

17
3.2. Perhitungan Secara Tidak Langsung

Perhitungan sedimentasi secara tidak langsung dilakukan dengan


pendekatan hasil estimasi nilai erosi yang terjadi pada DAS.
Setelah erosi dalam DAS diketahui berdasarkan perhitungan
dengan model erosi atau metode yang lain, kemudian hasil
sedimen (Sy) dapat dihitung dengan menggunakan rumus SDR,
sebagai berikut :

Sy = A x SDR
Dalam hal ini :
Sy = Hasil sedimen (ton/ha/tahun)
A = Nilai erosi (ton/ha/tahun)
SDR = Nisbah penghantaran sedimen

Nilai total erosi dalam DAS biasanya dihitung dengan


menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation),
sedangkan nisbah penghantaran sedimen (Sediment Delivery Ratio/
SDR) ditentukan dengan menggunakan matrik sebagaimana pada
Tabel 3.

18
Tabel 3. Hubungan Antara Luas DAS dengan Rasio Penghantaran
Sedimen
No. Luas DAS (Ha) Rasio Penghantaran Sedimen (%)
1 10 53
2 50 39
3 100 35
4 500 27
5 1.000 24
6 5.000 15
7 10.000 13
8 20.000 11
9 50.000 0,85
10 2.000.000 0,49
Sumber : SK No. 346/Menhut-V/2005 (Kriteria Penetapan Urutan
Prioritas DAS)

19
4. Penutup
Teknik pengukuran hasil sedimen yang mencakup teknik
pengambilan sampel sedimen serta perhitungan laju sedimentasi
sangat penting sebagai salah satu parameter dalam monitoring
dan evaluasi kinerja DAS. Data hasil sedimen dan laju sedimentasi
ini sangat terkait dengan data sumber erosi dan besarnya erosi
lahan yang terjadi pada suatu DAS. Dengan diketahuinya data hasil
sedimen dan laju sedimentasi akan dapat diketahui kondisi
kesehatan suatu DAS sehingga dengan demikian akan dapat
diketahui pola dan upaya pengelolaan yang harus dilakukan.

20
Daftar Pustaka
Adipradana, A. Y. 2013. Hidrometri dan Hidrografi. Tugas Mata
Kuliah. Program Pascasarjana. Jurusan Teknik Sipil dan
lingkungan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai.


Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Soemarto, C.D. (1995) Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga.
Surabaya

Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit


ANDI, Yogyakarta.

Tjakrawarsa, G dan I.B. Pramono. 2013. Perubahan Tingkat


Sedimen Terlarut di Sungai Keduang Priode 1994-2010.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian.

21
Lampiran 1. Contoh hasil pengukuran debit harian Sub DAS
Dumpul Tahun 2001
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des Jumlah
Tanggal
1 0,233 0,211 0,118 0,057 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,012 0,004

2 0,476 0,146 0,118 0,053 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,012 0,004

3 0,740 0,245 0,106 0,124 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,109 0,004

4 0,176 0,264 0,106 0,153 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,023 0,025

5 0,118 0,100 0,118 0,130 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,016 0,007

6 0,084 0,095 0,427 0,264 0,313 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,008 0,007

7 0,075 0,123 0,522 0,193 0,132 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,007 0,007

8 0,204 0,145 0,244 0,160 0,084 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,007 0,007

9 0,097 0,115 0,176 0,160 0,062 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,007 0,013

10 0,118 0,095 0,160 0,118 0,041 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,024 0,388

11 0,106 0,084 0,160 0,095 0,041 0,017 0,007 0,004 0,004 0,002 0,007 0,088

12 0,084 0,502 0,160 0,283 0,032 0,017 0,007 0,004 0,004 0,096 0,007 0,172

13 0,084 0,164 0,603 0,272 0,028 0,015 0,007 0,004 0,004 0,084 0,007 0,323

14 0,075 0,106 0,360 0,329 0,028 0,010 0,004 0,004 0,004 0,226 0,004 0,082

15 0,138 0,106 0,230 0,272 0,028 0,010 0,004 0,004 0,004 0,025 0,090 0,060

16 0,075 0,106 0,211 0,250 0,028 0,010 0,004 0,004 0,004 0,012 0,009 0,024

17 0,066 0,106 0,499 0,267 0,028 0,007 0,004 0,004 0,004 0,012 0,007 0,022

18 0,253 0,106 0,375 0,193 0,028 0,007 0,004 0,004 0,004 0,012 0,007 0,010

19 0,120 0,164 0,230 0,193 0,028 0,007 0,004 0,004 0,004 0,012 0,007 0,009

20 0,095 0,320 0,211 0,176 0,028 0,007 0,004 0,004 0,004 0,012 0,015 0,009

21 0,274 0,426 0,406 0,106 0,028 0,007 0,004 0,004 0,003 0,012 0,005 0,009

22 0,128 0,183 0,242 0,050 0,028 0,007 0,004 0,004 0,003 0,012 0,245 0,009

23 0,155 0,290 0,414 0,041 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,012 0,037 0,111

24 0,145 0,167 0,230 0,036 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,012 0,198 0,072

25 0,210 0,160 0,211 0,032 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,010 0,041 0,069

26 0,095 0,160 0,193 0,032 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,010 0,075 0,203

27 0,209 0,280 0,146 0,032 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,007 0,010 0,106

28 0,181 0,160 0,106 0,032 0,024 0,007 0,004 0,004 0,003 0,007 0,010 0,057

29 0,552 0,084 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,007 0,007 0,041

30 0,360 0,066 0,032 0,021 0,007 0,004 0,004 0,002 0,068 0,007 0,025

31 0,266 0,057 0,021 0,004 0,004 0,012 0,019

Jumlah

(m3/dt) 5,992 5,129 7,289 4,167 1,352 0,367 0,163 0,124 0,108 0,682 1,020 1,986 28,38

22
Lampiran 2. Contoh hasil pengukuran debit sedimen SubDAS
Dumpul Tahun 2001
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des Jumlah

1 0,288 0,264 0,157 0,082 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,020 0,008

2 0,546 0,190 0,157 0,077 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,020 0,008

3 0,810 0,302 0,143 0,164 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,146 0,008

4 0,224 0,322 0,143 0,198 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,036 0,039

5 0,157 0,135 0,157 0,171 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,026 0,013

6 0,116 0,129 0,496 0,322 0,375 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,014 0,013

7 0,105 0,163 0,593 0,244 0,174 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,013 0,013

8 0,256 0,189 0,301 0,206 0,116 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,013 0,013

9 0,132 0,153 0,224 0,206 0,088 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,013 0,022

10 0,157 0,129 0,206 0,157 0,061 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,038 0,455

11 0,143 0,116 0,206 0,129 0,061 0,028 0,013 0,008 0,008 0,004 0,013 0,121

12 0,116 0,573 0,206 0,343 0,049 0,028 0,013 0,008 0,008 0,131 0,013 0,220

13 0,116 0,211 0,675 0,331 0,043 0,025 0,013 0,008 0,008 0,116 0,013 0,386

14 0,105 0,143 0,425 0,393 0,043 0,017 0,008 0,008 0,008 0,281 0,008 0,113

15 0,181 0,143 0,285 0,331 0,043 0,017 0,008 0,008 0,008 0,039 0,123 0,086

16 0,105 0,143 0,264 0,307 0,043 0,017 0,008 0,008 0,008 0,020 0,016 0,038

17 0,093 0,143 0,570 0,326 0,043 0,013 0,008 0,008 0,008 0,020 0,013 0,035

18 0,310 0,143 0,441 0,244 0,043 0,013 0,008 0,008 0,008 0,020 0,013 0,017

19 0,159 0,211 0,285 0,244 0,043 0,013 0,008 0,008 0,008 0,020 0,013 0,016

20 0,129 0,383 0,264 0,224 0,043 0,013 0,008 0,008 0,008 0,020 0,025 0,016

21 0,333 0,495 0,474 0,143 0,043 0,013 0,008 0,008 0,006 0,020 0,009 0,016

22 0,169 0,232 0,298 0,073 0,043 0,013 0,008 0,008 0,006 0,020 0,302 0,016

23 0,200 0,351 0,482 0,061 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,020 0,056 0,149

24 0,189 0,214 0,285 0,054 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,020 0,249 0,101

25 0,263 0,206 0,264 0,049 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,017 0,061 0,097

26 0,129 0,206 0,244 0,049 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,017 0,105 0,255

27 0,262 0,340 0,190 0,049 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,013 0,017 0,143

28 0,230 0,206 0,143 0,049 0,038 0,013 0,008 0,008 0,006 0,013 0,017 0,082

29 0,623 0,116 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,013 0,013 0,061

30 0,425 0,093 0,049 0,034 0,013 0,008 0,008 0,004 0,096 0,013 0,039

31 0,325 0,082 0,034 0,008 0,008 0,020 0,031

Jumlah

(kg/dt) 7,398 6,434 8,868 5,324 1,930 0,615 0,301 0,236 0,208 0,983 1,428 2,626 36,35

23
Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Debit Suspensi (QS) = 36,35 kg/dt
Total
Sedimen = 3.141,0 ton/th
Laju
(Luas DAS: 136 ha)
Sedimentasi = 23,09 ton/ha/th
(Asumsi: BJ tanah
= 1,78 mm/th
1,30 g/cm3)

24

Anda mungkin juga menyukai