Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERHITUNGAN SEDIMEN EMBUNG SUKOREJO DI SLEMAN,

YOGYAKARTA
Dionysius Edna Hartyan 1), Agatha Padma Laksita, S.T., M.Eng.2)
1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: dionisiusetnaa@gmail.com
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: padma_laksita@yahoo.com
Kampus II Gedung Thomas Aquinas, Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Indonesia

Abstrak
Embung Sukorejo adalah embung yang terletak di Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa Girikerto ini terletak di lereng Gunung Merapi sebelah
selatan dan merupakan salah satu desa terdekat dengan puncak Gunung Merapi (+8 km).
Embung Sukorejo memiliki luas DAS sebesar 252,842834 Ha, dengan kondisi tata guna
lahan yang mendominasi adalah tegalan dan perkebunan. Umur Embung Sukorejo
dipengaruhi oleh besar volume sedimen dan laju sedimentasi yang terjadi akibat erosi lahan.
Besarnya volume sedimen dan laju sedimentasi pada Embung Sukorejo dianalisis
menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan parameter-parameter
antara lain Erosivitas Hujan (R), Erodibilitas Tanah (K), Panjang dan Kemiringan Lereng
(LS), Faktor Tanaman dan Manajemen Tanaman (C), serta faktor Konservasi Praktis (P).
Analisis data diolah dengan menggunakan software ArcGIS 10.4.1. Data sekunder yang
digunakan berupa data curah hujan dari tahun 2006-2015 stasiun Plunyon, stasiun Kemput,
dan stasiun Ngandong. Hasil pengolahan dan analisis data diperoleh volume sedimen yang
terjadi pada Embung Sukorejo sebesar 140,1898827 m3/tahun dan 179,9999058 m3/tahun
berdasarkan sampel sedimen yang diambil dari embung dan aliran sungai. Dari hasil ini
diperoleh umur efektif embung sebesar 24,38 tahun dan 18,99 tahun, dengan laju sedimentasi
sebesar 6,152942945 cm/tahun dan 7,900207416 cm/tahun.
Kata Kunci : erosi lahan, metode USLE, volume sedimen, laju sedimentasi, umur efektif
embung.

A. PENDAHULUAN merupakan salah satu desa terdekat dengan


puncak Gunung Merapi (+8 km). Pada saat
Embung menjadi salah satu
musim kemarau, sumur-sumur yang ada
bangunan air yang berperan dalam sistem
sudah tidak dapat diandalkan karena sudah
irigasi dan masih banyak fungsi lainnya.
mengering, juga umbul (sumber air) yang
Banyak dibangun embung untuk
biasanya digunakan untuk mandi atau
menjalankan fungsi-fungsi tersebut.
mencuci massal juga telah lama
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mengering. Pada saat Gunung Merapi
termasuk salah satu provinsi yang banyak
meletus dan terjadi gempa bumi besar pada
membangun embung yang beragam
tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta
kegunaannya. Salah satunya adalah
banyak mata air yang lokasinya di lereng
Embung Sukorejo, embung ini memiliki
Gunung Merapi mati dan pipa transmisi/
volume daya tampung kurang lebih
distribusi air bersih mengalami kerusakan
3.417,63 m3. Embung ini memiliki luas
akibat tanah longsor. Maka dari itu
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar
Embung Sukorejo dibangun karena
252,842834 Ha.
permasalahan tersebut.
Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Permasalahan yang terjadi pada
Kabupaten Sleman, Yogyakarta terletak di
Embung Sukorejo adalah sedimentasi,
lereng Gunung Merapi sebelah selatan dan
keadaan existing embung di lapangan

1
sudah mulai terlihat pengendapan sedimen. debit (volume) aliran semakin banyak pula
Sedimentasi yang terjadi sebagian besar bahan-bahan yang terangkut. Mudah
berasal dari erosi lahan melihat penutupan tidaknya material terangkut tergantung dari
lahan di DAS Embung Sukorejo ukuran besar butir, bahan-bahan yang
didominasi oleh perkebunan dan tegalan. halus akan lebih mudah terangkut daripada
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian bahan-bahan yang lebih besar (Tim
perhitungan terhadap potensi erosi pada Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).
DAS Embung Sukorejo. Kajian
perhitungan erosi dengan metode USLE Metode USLE
memerlukan beberapa teori terkait yaitu:
Dari beberapa metode untuk
memperkirakan besarnya erosi permukaan,
Daerah Aliran Sungai (DAS)
metode Universal Soil Loss Equation
Daerah aliran sungai adalah suatu (USLE) adalah metode yang paling umum
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik digunakan (Asdak, 1995). Wischmeier dan
tinggi di mana air yang berasal dari air Smith (1978) juga menyatakan bahwa
hujan yang jatuh terkumpul dalam metode yang umum digunakan untuk
kawasan tersebut. Fungsi dari DAS menghitung laju erosi adalah metode
(daerah aliran sungai) adalah menerima, Universal Soil Loss Equation (USLE).
menyimpan, dan mengalirkan air Adapun persamaan ini adalah:
hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. E = R x K x LS x C x P
Daerah aliran sungai sebagai suatu Keterangan:
hamparan wilayah/ kawasan yang E : Jumlah tanah yang hilang rata-
menerima, mengumpulkan air hujan, rata setiap tahun (ton/ha/tahun),
sedimen dan unsur hara serta R : Indeks daya erosi curah hujan
mengalirkannya ke laut atau ke danau (erosivitas hujan),
maka fungsi hidrologisnya sangat K : Indeks kepekaan tanah terhadap
dipengaruhi jumlah curah hujan yang erosi (erodibilitas tanah),
diterima, geologi yang mendasari dan LS : Faktor panjang lereng (L) dan
bentuk lahan. kemiringan lereng (S),
C : Faktor tanaman (vegetasi),
Erosi Lahan P : Faktor usaha-usaha pencegahan
erosi (konservasi).
Erosi merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau
Erosivitas Hujan (R)
kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun Faktor erosivitas hujan di
sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia definisikan sebagai jumlah satuan indeks
(Kartasapoetra, 2005). Secara umum erosi erosi hujan dalam setahun. Erosivitas
merupakan fungsi dari iklim, topografi, hujan (R) dapat dihitung dengan
vegetasi, tanah dan aktivitas manusia. menggunakan peta Iso-erodent (Bols,
Selain kelima faktor penyebab erosi 1978) untuk Pulau Jawa dan Madura atau
tersebut, sedimentasi juga dipengaruhi dengan menggunakan data curah hujan.
oleh energi yang ditimbulkan oleh Untuk daerah Jawa dan Madura, menurut
kecepatan aliran air, debit air yang Bols (1978) dalam Suripin (2004)
mengalir dan juga mudah tidaknya didapatkan persamaan:
material-material (partikel-partikel EI30 = 6,12 (Rain1,21)× Days-0,47 ×
terangkut). Semakin besar energi yang ada, (MaxP0,53)
semakin besar tenaga yang ditimbukan Keterangan:
untuk menggerus material (tanah, batuan) E130 = indeks erosi hujan
yang dilalui. Demikian juga semakin besar Rain = curah hujan tahunan (cm)

2
Days = jumlah hari hujan rata-rata Faktor Tanaman (C)
pertahun (hari)
Faktor C merupakan faktor yang
MaxP = jumlah hujan maxsimal rata-rata
menunjukan keseluruhan pengaruh dari
dalam 24 jam
faktor vegetasi, seresah, kondisi
permukaan tanah, dan pengolahan lahan
Erodibilitas Tanah (K)
terhadap besarnya tanah yang hilang
Erodibilitas tanah adalah sifat tanah (erosi). Faktor ini mengukur kombinasi
yang menyatakan mudah atau tidaknya pengaruh tanaman dan pengelolaannya.
suatu tanah tererosi atau dengan kata lain Nilai faktor C untuk berbagai pengelolan
erodibilitas menunjukkan nilai kepekaan tanaman disajikan dalam tabel 2.
suatu jenis tanah terhadap daya Tabel 2. Nilai Faktor C (Pengelolaan
penghancur dan penghanyut air hujan Tanaman)
(Santoso, 2009). Untuk menentukan Penggunaan Nilai
erodibilitas tanah dalam Rahim (2000) Lahan/Tanaman Faktor C
telah menemukan persamaan erodibilitas Tanah terbuka, tanpa 1,0
tanah pada sekitar tahun 1935 tentang ‘The tanaman
Clay Ratio As a Criterium Suspectibility of Hutan 0,001
Soil To Erosion’ yaitu dengan persamaan Sawah 0,01
sebagai berikut: Tegalan 0,7
K = (%Sand + %Silt) / %Clay Ladang 0,4
Keterangan: Padang Rumput 0,3
Sand : pasir Kebun Campuran, kerapatan 0,1
Silt : debu tinggi
Clay : liat Kebun Campuran, kerapatan 0,2
sedang
Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Kebun Campuran, kerapatan 0,5
Kemiringan dan panjang lereng rendah
adalah dua unsur topografi yang paling Semak Belukar 0,3
berpengaruh terhadap aliran permukaan (Sumber : Departemen Kehutanan, 2009)
dan erosi. Unsur lain yang mungkin
berpengaruh adalah konfigurasi, Konservasi Praktis (P)
keseragaman dan arah lereng. Semakin Nilai faktor tindakan manusia
miring suatu lahan dan semakin panjang dalam konservasi tanah (P) adalah nisbah
lereng maka erosi akan semakin besar. antara besarnya erosi dari lahan dengan
Panjang dan kemiringan lereng suatu tindakan konservasi tertentu terhadap
mempunyai pengaruh yang besar terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan
perubahan bentuk muka bumi. Nilai faktor konservasi. Nilai dasar P = 1 yang
C untuk berbagai pengelolan tanaman diberikan untuk lahan tanpa tindakan
disajikan dalam tabel 1. konservasi.
Tabel 1. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)
Kelas Kemiringan Nilai LS Sediment Delivery Ratio (SDR)
Lereng Lereng (%)
Sumber sedimen yang berasal dari
A 0–5 0,25
DAS tidak selalu mencapai sungai karena
B 5 – 15 1,20
terdeposit di berbagai tempat yang
C 15 – 35 4,25
dilewati seperti cekungan-cekungan dan
D 35 – 50 9,50
anak-anak sungai. Dalam perjalanannya
E >50 12,00
dari tempat terjadinya erosi lahan sampai
(Sumber : Petunjuk Pelaksanaan
outlet terjadi pengendapan/ deposisi, baik
Penyusunan RTL-RLKT Jakarta, 1986)

3
pengendapan permanen ataupun 1984 dalam Asdak, 2007:406) sebagai
sementara, terutama di daerah-daerah berikut;
cekungan, daerah yang landai, dataran 𝑚.ℎ
𝑆= 𝐴
banjir (flood plain), dan di saluran itu (1−0,8683(𝐴−0,2018 ))
sendiri. Perbandingan antara sedimen yang 𝑆𝐷𝑅 = 𝑆 +
2(𝑆+50𝑛)
terukur di outlet dan erosi di lahan 0,8683(𝐴 −0,2018
)
disebut Sediment Delivery Ratio (SDR). Keterangan:
Biasanya besarnya SDR cenderung m = jumlah panjang garis kontur (m)
berbanding terbaik terhadap luas DAS, h = interval kontur (m)
makin luas DAS makin kecil nilai A = luas DAS (m2)
SDRnya. (Asdak, 2010) n = koefisien kekasaran manning
Rumus prakiraan hasil sedimen S = kemiringan lereng rata-rata DAS
yang lebih jelas yaitu berdasakan SCS
National Engineering Handbook (DPMA,

B. METODE PENELITIAN Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,


Yogyakarta dengan koordinat 7°37'27.5"S
Lokasi Penelitian 110°23'57.0"E. Lokasi penelitian dapat
dilihat pada gambar 1.
Pelaksanaan penelitian berlokasi di
Embung Sukorejo, Desa Girikerto,

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Diagram Alir Penelitian


Jalannya penelitian yang dilakukan
digambarkan pada diagram alir gambar 1.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Erosivitas Hujan (R)


Dari analisis dengan menggunakan
program ArcGIS 10.4.1 didapatkan peta
sebaran wilayah hujan seperti pada gambar
3.

4
Gambar 3. Peta Stasiun Hujan Embung Sedangkan dari analisis perhitungan
Sukorejo erosivitas hujan dari stasiun Plunyon,
stasiun Ngandong, dan Stasiun Kemput
diperoleh hasil erosivitas hujan seperti
pada tabel 3, tabel 4, dan tabel 5.

Tabel 3. Erosivitas Hujan Stasiun Plunyon


Bulan Rain (cm) Days Max (cm) EI30 (KJ/Ha)
Januari 38,36 21,70 6,21 391,0986082
Februari 33,83 20,00 6,04 339,3821875
Maret 40,35 21,50 7,78 523,3376583
April 34,10 18,90 7,60 442,9154009
Mei 19,00 12,80 4,98 171,8603231
Juni 5,98 7,70 2,36 25,50677458
Juli 6,87 7,90 1,84 23,27773983
Agustus 1,72 4,90 0,48 1,43068345
September 1,80 5,10 0,91 2,796758541
Oktober 12,98 9,40 3,61 90,6818733
November 32,10 16,30 12,22 710,2429508
Desember 45,29 22,40 7,65 580,7926836
Tabel 4. Erosivitas Hujan Stasiun Ngandong
Bulan Rain (cm) Days Max (cm) EI30 (KJ/Ha)
Januari 50,36 22,70 7,93 679,7260826
Februari 39,41 21,30 7,41 486,3253248
Maret 47,97 24,10 8,56 672,5699612
April 42,30 22,90 8,55 590,948998
Mei 26,82 15,20 6,38 308,406437
Juni 7,24 9,10 2,76 34,863577
Juli 5,97 6,70 1,65 19,07231822
Agustus 2,11 4,30 0,45 1,825647608
September 6,59 7,10 1,42 18,00408388
Oktober 18,52 12,70 5,34 179,4590639
November 51,92 20,90 8,07 746,6044371
Desember 59,72 24,90 10,28 1037,062595
Tabel 5. Erosivitas Hujan Stasiun Kemput
Bulan Rain (cm) Days Max (cm) EI30 (KJ/Ha)
Januari 30,87 18,70 5,52 286,5982587
Februari 26,00 18,50 4,94 209,4942749
Maret 26,26 16,60 6,42 289,8462958
April 26,27 16,70 6,08 273,8982558
Mei 14,02 8,80 4,27 121,5561274
Juni 4,46 5,80 1,75 15,20799623
Juli 3,03 3,90 1,04 6,795126881
Agustus 1,11 2,20 0,24 0,611411672
September 3,85 3,40 0,83 7,781468673
Oktober 8,25 7,50 2,57 41,51147993
November 19,64 14,90 4,38 146,5349229
Desember 42,75 20,10 6,58 490,1505951

5
Erodibilitas Tanah (K) Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng
Embung Sukorejo
Untuk menentukan nilai
Erodibilitas Tanah perlu dilakukan
Penggunaan Lahan dan Pengolahan
beberapa pengujian. Pengujian dilakukan
dengan dua sampel yang berbeda yaitu Tanah (CP)
sampel yang berada di embung dan sampel
Dalam menentukan faktor penggunaan
yang berada pada aliran sungai. Dari
lahan dan pengolahan tanah (CP) data
pengujian dan perhitungan didapatkan nilai
yang digunakan adalah peta penutupan
erodibilitas tanah sampel sedimen yang
lahan wilayah Sleman dalam format shp.
berasal dari embung sebesar 6,629739%
Kemudian diolah menggunakan program
atau 0,06629739 dan sampel sedimen yang
ArcGIS 10.4.1 seperti pada gambar 4.
berasal dari aliran sungai sebesar
7,910186% atau 0,07910186.

Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Faktor panjang dan kemiringan
lereng didapatkan dari data DEM (Digital
Elevation Model). Berdasarkan analisis
dengan program ArcGIS 10.4.1 didapatkan
panjang dan kemiringan lereng per poligon
dengan kelas lereng 0-5%, 5-15%, dan 15-
35% dan nilai LS 0,25; 1,20; 4,25 seperti Gambar 5. Peta Tata Guna Lahan Embung
pada gambar 4. Sukorejo

Analisis Perhitungan Sediment Delivery Analisis Perhitungan Laju Erosi


Ratio (SDR) Dengan Metode USLE
Nilai SDR diperoleh dari perhitungan Setelah semua parameter sudah
berikut, didapatkan, perhitungan erosi dengan
𝑆𝐷𝑅 = metode USLE dapat dilakukan dengan
(1−0,8683(2528428,338−0,2018 )) rumus E = R x K x LS x C x P. Didapatkan
0,1592 + erosi lahan yang terjadi seperti pada tabel
2(0,1592+50.0,045)
−0,2018 ) 6 dan tabel 7.
0,8683(2528428,338
= 0,075895

6
Tabel 6. Hasil Perhitungan Erosi Lahan Per Tahun dengan Sampel Sedimen dari
Embung
Berat Jenis Tanah
Bulan Erosi Lahan (Ton) SDR Volume (m3)
(Ton/m3)
Januari 779,9067041 2,9986 0,075895 19,73955156
Februari 566,9631707 2,9986 0,075895 14,34991991
Maret 791,0291495 2,9986 0,075895 20,02106226
April 690,0247225 2,9986 0,075895 17,4646256
Mei 352,9662035 2,9986 0,075895 8,933625697
Juni 40,77741045 2,9986 0,075895 1,03208216
Juli 23,60534942 2,9986 0,075895 0,59745481
Agustus 1,78320836 2,9986 0,075895 0,045133262
September 5,6059309 2,9986 0,075895 0,141886922
Oktober 203,7097252 2,9986 0,075895 5,155922629
November 894,1924538 2,9986 0,075895 22,63214043
Desember 1188,317085 2,9986 0,075895 30,07647742
Total 140,1898827
Tabel 7. Hasil Perhitungan Erosi Lahan Per Tahun dengan Sampel Sedimen dari
Aliran Sungai
Berat Jenis Tanah
Bulan Erosi Lahan (Ton) SDR Volume (m3)
(Ton/m3)
Januari 930,5354392 2,7879 0,075895 25,33196569
Februari 676,4646595 2,7879 0,075895 18,41539701
Maret 943,8060388 2,7879 0,075895 25,69323122
April 826,7033608 2,7879 0,075895 22,50534509
Mei 421,1369892 2,7879 0,075895 11,464612
Juni 48,65303163 2,7879 0,075895 1,32448145
Juli 28,16441258 2,7879 0,075895 0,766719786
Agustus 2,127611631 2,7879 0,075895 0,05791997
September 6,688642815 2,7879 0,075895 0,182084919
Oktober 243,0535827 2,7879 0,075895 6,616647534
November 1066,89398 2,7879 0,075895 29,04405417
Desember 1417,824921 2,7879 0,075895 38,59744695
Total 179,9999058

Analisis Laju Sedimentasi Embung = 7,900207416 cm/tahun


Sukorejo
Umur Efektif Embung Sukorejo
Laju sedimentasi/ tahun =(erosi
Perhitungan umur efektif dengan
lahan/tahun) / (luas embung)
menggunakan sampel sedimen dari
Sampel sedimen dari embung:
embung:
Laju sedimentasi/tahun = 140,1898827 m3
Umur efektif embung Sukorejo = (Vw/V)
/ 2278,42 m2
tahun
= 0,061529429 m/tahun
= (3.417,63 m3 / 140,1898827 m3) tahun
= 6,152942945 cm/tahun
= 24,38 tahun
Perhitungan umur efektif dengan
Sampel sedimen dari aliran sungai:
menggunakan sampel sedimen dari aliran
Laju sedimentasi/tahun = 179,9999058 m3
sungai:
/ 2278,42 m2
= 0,079002074 m/tahun

7
Umur efektif embung Sukorejo = (Vw/V) sejak Embung Sukorejo dibangun
tahun yaitu sejak tahun 2007.
= (3.417,63 m3 / 179,9999058 m3) tahun
= 18,99 tahun E. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelo
D. KESIMPULAN
laan Daerah Aliran Sungai. Ceta
1. Berdasarkan analisis data kan Pertama. Gadjah Mada Univers
menggunakan program komputer ity Press, Bulaksumur,Yogyakarta.
ArcGIS 10.4.1 dan Microsoft Excel Banuwa, I. S. 2013. Erosi. Buku. Kencana
diketahui bahwa daerah tangkapan Prenada Media Group. Jakarta.
air Embung Sukorejo memiliki luas Chow, V.T., 1959. Open Channel
area sebesar 2.528.428,34028 m2 Hydraulics. London: McGrawhill,
atau seluas 252,842834 Ha. Kogakusha, L.td.
Sebagian besar daerah tangkapan Jauhari, I. M. 2012. Prediksi Erosi di Sub-
air Embung Sukorejo didominasi Sub DAS Lengkese, Sub DAS
oleh penutupan lahan berupa Lengkese, Hulu DAS Jeneberang.
tegalan seluas 128,6144676 ha. Skripsi. Universitas Hasanudin.
Hasil hitungan erosi lahan dengan Makassar.
penggunaan metode USLE adalah Tim Peneliti BP2TPDAS IBB. 2002.
140,1898827 m3 per tahun untuk Pedoman Praktik Konservasi
sampel sedimen yang berasal dari Tanah dan Air. Departemen
embung dan 179,9999058 m3 per Kehutanan Badan Penelitian dan
tahun untuk sampel sedimen yang Pengembangan Teknologi
berasal dari aliran sungai. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
2. Volume tampungan maksimal Indonesia Bagian Barat
Embung Sukorejo yaitu sebesar (BP2TPDAS IBB). Surakarta.
3.417,63 m3, laju sedimentasi Rachman, A., A. Abdurachman, U.
sebesar 6,152942945 cm/tahun Haryati, S. Sukmana. 1990. Hasil
untuk sampel sedimen yang berasal Hijauan Legum, Panen Tanaman
dari embung dan 7,900207416 Pangan dan Pembentukan Teras
cm/tahun untuk sampel sedimen Dalam Sistem Pertanaman Lorong.
yang berasal dari aliran sungai. Risalah Pembahasan Hasil
Dari laju sedimentasi dan volume Pertanian Lahan Kering dan
tampungan embung, umur efektif Konservasi Tanah. Salatiga.
embung didapatkan sebesar 24,38 Supangat, A. B. 2014. Perhitungan
tahun untuk sampel sedimen yang Sedimen. Buku. Balai Penelitian
diambil dari embung, dan sebesar Teknologi Kehutanan Pengelolaan
18,99 tahun untuk sampel sedimen DAS. Surakarta.
yang diambil dari aliran sungai. Suripin. 2004. Pengembangan Sistem
Umur efektif tersebut terhitung Drainase Yang Berkelanjutan. Andi
Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai