rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir
berat, hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah, air dan rumput. Maka dari
itu sangat ditekankan pada perusahaan tambang setelah kegiatan penambangan selesai
yaitu tahapan reklamasi. Reklamasi adalah upaya pemulihan kondisi pasca penambangan
Reklamasi tambang adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap
pencemaran logamlogam berat dalam tanah. Kegiatan penambangan yang mengacu pada
1
mekanisme penambangan yang baik sangat penting untuk diterapkan oleh perusahaan
terjadinya erosi, transpor sedimen dan deposisi sedimen di daerah hilir. Perubahan tata
guna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga mempengaruhi terjadinya erosi,
sedimentasi, dan pada gilirannya, akan mempengaruhi kualitas air. Erosi sebenarnya
merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun apabila tidak dikelola dengan baik
maka erosi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya. Alih
fungsi hutan menjadi areal penambangan dapat meningkatkan erosi, karena struktur akar
tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur tanah tang rusak
masalah pada penelitian ini adalah menetukan besar terjadinya erosi dengan
menggunakan metode USLE serta mengetahui sifat tanah dan keadaan lingkungan
dunia kerja.
2. Mengetahui sifat sifat tanah serta keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi
2
3. Mengetahui penggunaan metode USLE dalam memprediksi besarnya erosi serta
dapat menerapkan cara yang dapat digunakan dalam mengontrol erosi yang akan
V. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat tanah yang berpotensi
mengalami erosi serta dapat memprediksi besarnya erosi menggunakan metode USLE
6.1 REKLAMASI
Reklamasi menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18
Tahun 2008, pasal 1 butir 2 adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
Undang-Undang Minerba No. 4 Tahun 2009 pasal 1 ayat 26, Reklamasi adalah kegiatan
dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
26, Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
3
Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk
sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan
secara nyata memperlihatkan kondisi tanah yang mengalami kerusakan struktur dan
pemadatan sehingga berefek negatif terhadap sistem tata air dan aerasi yang secara
langsung dapat mempengaruhi fungsi dan perkembangan akar. Hal ini mengakibatkan
tanaman tidak dapat berkembang secara normal, kerdil, dan mati. Rusaknya struktur
tanah juga berdampak pada tanah yang kurang mampu menyimpan dan meresapkan
air pada musim hujan sehingga terjadi erosi tanah. Sebaliknya pada musim kemarau
tanah menjadi keras dan padat, sehingga tanah menjadi sulit untuk diolah.
bentang lahan juga kualitas tanah hasil penimbunan setelah penambangan. Struktur
tanah penutup rusak sebagai mana sebelumnya, juga tanah lapisan atas bercampur
ataupun terbenam di lapisan dalam. Tanah bagian atas digantikan tanah dari lapisan
bawah yang kurang subur, sebaliknya tanah lapisan atas yang subur berada di lapisan
bawah. Demikian juga populasi hayati tanah yang ada di tanah lapisan atas menjadi
terbenam, sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan tanah yang kualitasnya
turun juga sangat rentan terhadap erosi dikarenakan kepadatan tanah yang menurun.
4
6.2 EROSI
merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan
angin baik yang berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau
perbuatan manusia. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi
yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang
gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena gravitasi bumi, partikel
tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring partikel-partikel tanah tersebar ke
arah bawah searah lereng. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu:
b) Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
c) Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi
Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air
hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal
ini mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi dimana
intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan
tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini
menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh percikan
air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat energi aliran
permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas,
maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap.
5
Besarnya erosi tergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan
kapasitas media pengangkut. Jika media pengangkut mempunyai kapasitas lebih besar
dari suplai material yang terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan (detachment
limited). Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas, proses erosi dibatasi
iklim (erosivitas hujan), faktor erodibilitas tanah, faktor bentuk kewilayahan (tofografi)
berupa panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman penutup tanah (vegetasi) dan
yang terpenting adalah faktor kegiatan atau perlakuan manusia terhadap tanah. Salah
satu penyebab erosi yang cukup dominan adalah curah hujan yang tinggi dan kestabilan
6
a. Erosi percikan (splash erosion), terlepas dan terlemparnya partikel tanah dari
b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion), akan terjadi hanya dan jika
partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi didalam saluran-
saluran air.
d. Erosi parit (gully erosion), membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar
e. Erosi tebing sungai (streambank erosion), erosi yang terjadi akibat pengikisan
tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus
sungai yang kuat terutama pada tikungan pada daerah aliran sungai.
partikel tanah kea rah bawah masuk ke pori pori akibat adanya aliran bawah
permukaan.
g. Tanah longsor (land slide), bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan
massa tanah yang terjadi pada suatu saat dan dalam volume yang relative
besar.
tebalnya dari suatu permukaan tanah.kekuatan butir butir hujan dan aliran
ini.
7
6.4 Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Di daerah beriklim tropika basah, air lah yang merupakan sebab utama erosi tanah,
sedangkan angina tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air
merupakan kombinasi dua sub-proses yaitu (1) penghancuran struktur tanah menjadi
butir butir primer oleh tumbukan butiran hujan yang menimpa tanah (Dh) dan
pemindahan butir-butir primer tersebut oleh air hujan (Th) dan (2) perendaman oleh air
yang tergenang dipermukaan tanah yang mengakibatkan tanah terdispersi (D1) yang
diikuti pengangkutan butir-butir tanah oleh air yang mengalir dipermukaan tanah (T1).
Jika (Dh+D1) > (Th+T1) maka erosi lebih kecil dari (Dh+D1), artinya hanya sebagian saja
tanah yang telah terdispersi terangkut ketempat lain. Jika (Dh+D1) < (Th+T1), maka
besarnya erosi sama dengan (Dh+D1). Secara skematis proses terjadinya erosi
Pada asasnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara
faktor-faktor iklim, topografi, tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah yang
8
E= f(i,r,v,t,m) (6-1)
yang menyatakan E adalah besarnya erosi, i adalah iklim, r adalah topografi, v adalah
tumbuhan, t adalah tanah dan m adalah manusia. Persamaan (6-1) mengandung dua
jenis pengubah yaitu (1) faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia seperti tumbuhan
yang tumbuh di atas tanah (v), sebagian sifat tanah (t) yaitu kesuburan tanah,
ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi tanah, dan suatu unsur topografi (r) yaitu
panjang lereng, dan (2) faktor faktor yang tidak dapat dirubah manusia seperti iklim (i),
Adapun sifat sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah (a)tekstur, (b)struktur,
(c) bahan organik, (d) kedalaman, (e) sifat lapisan tanah, (f) tingkat kesuburan tanah.
Tekstur adalah ukuran butir dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer
bagian mineral tanah. Butir primer tanah dikelompokkan dalam, liat (clay) berukuran
<0,002 mm, debu (silt) berdiameter 0,002-0,05 mm, dan pasir (sand) berdiameter 0,05-
2 mm. Tanah-tanah yang bertekstur kasar seperti pasir dan pasir kerikil mempunyai
kapasitas infiltrasi yang tinggi, dan jika tanah tersebut memiliki profil yang dalam maka
erosi terabaikan. Selain itu tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas
infiltrasi yang tinggi tetapi jika terjadi alran permukaan maka butiran halus akan mudah
terangkut.
Struktur tanah adalah ikatan butir-butir primer ke dalam butir butir sekunder atau
agregat. Susunan butir-butir primer dalam agregat menentukan tipe struktur tanah.
Terdapat dua aspek struktur tanah yang penting dalam hubungannya dengan erosi.
Pertama adalah sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokulasi, dan aspek
kedua adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga terbentuk agregat yang
sempurna. Pembentukan struktur tanah dipengaruhi oleh jenis kation yang teradsorpsi
9
oleh liat dan adanya bahan pengikat butir-butir primer. Liat yang jenuh dengan kation
Ca dan Mg akan terflokulasi, sedangkan yang jenuh dengan kation Na akan terdispersi.
mungkin merupakan peranannya yang terpenting. Bahan organic berupa daun, ranting
dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan
plindung tanah terhadap kekuatan perusah butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik
Kedalaman Tanah, tanah-tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap
erosi daripada tanah yang permeabel tetapi dangkal. Kedalaman tanah sampai lapisan
kedap air menentukan banyaknya air yang dapat diserap tanah, yang dengan demikian
Sifat Lapisan Bawah, sifat lapisan bawah tanah yang menetukan kepekaan erosi
struktur dan tekstur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granular dan
permeabel kurang peka erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan bawahnya padat
tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memperbaiki penutupan tanah
lebih baik, dan lebih banyak sisa-sisa tanaman yang kembali ke tanah setelah panen.
mudah digunakan dengan data yang minimum, komprehensif dalam hal faktor-faktor
10
tata guna tanah dan tindakan konservasi. Oleh karena rumitnya system erosi tanah
dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling memberi efek
merumuskan model konseptual proses erosi itu. Berikut model prediksi dalam
Pengertian yang lebih baik tentang penyebab erosi didapat dengan model kotak
kelabu. Model ini umumnya didapat secara empirik, yang berakhir dalam bentuk
hubungan antara besarnya erosi dengan sejumlah pengubah berupa persamaan regresi.
Model kotak kelabu yang dikembangkan dapat berlaku untuk suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan untuk suatu bidang tanah. Berikut beberapa metode yang digunakan dalam
Metoda USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan
pengelolaan tertentu (Wischmeir, 1978). Metoda ini sebagai suatu persamaan hanya
dapat menduga besar erosi tanah tahunan yang berasal dari erosi permukaan yang
terjadi pada bagian profil bentang lahan (landscape) dan tidak dapat menghitung
deposisi yang terjadi. USLE juga tidak diperuntukkan untuk menghitung hasil sedimen
berdasarkan data atau informasi kehilangan tanah di suatu tempat tertentu. Dengan
demikian, perkiraan besarnya erosi tersebut dibatasi oleh faktor faktor topografi/geologi,
USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang didirakan
pada tahun 1954 oleh The Science and Education Administration Amerika Serikat (dahulu
11
namanya Agricultural Research Service) bekerja sama dengan Universitas Purdue.
Proyek proyek penelitian Federal dan Negara bagian menyumbangkan lebih dari 10.000
petak/tahun data erosi dan aliran permukaan untuk analisis statistic. Model prediksi erosi
A= R.K.L.S.C.P
Yang menyatakan:
R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeksi erosi hujan,
yang merupakan perkalian antara energy hujan total (E) dengan intensitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu
tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang
panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter), terletak pada lereng 9% tanpa tanaman.
L = Faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu
panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki
S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu
tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah
C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman
tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identic tanpa tanaman.
menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras), yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti
12
pengolahan menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya
erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identic.
Metoda ini hanya terbatas pada estimasi erosi akibat aliran pada lahan dalam
bentuk lembar (sheet erosion). Namun dalam suatu DAS banyak didapati alur-alur kecil
yang tidak dimasukkan sewaktu mengestimasi erosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memodifikasi Metode MUSLE akibat kehadiran alur (rill) pada suatu lahan terhadap laju
erosi yang terjadi. Selama ini dalam memperkirakan erosi lahan dapat dilakukan dengan
Metoda ini hanya terbatas pada estimasi erosi pada lahan dalam bentuk lembar
(sheet erosion). Kenyataan dapat dilihat bahwa tidak semua lahan mempunyai bentuk
lembar yang seutuhnya, namun pada lahan tersebut ditemui alur-alur (rill). Kehadiran
alur ini tentunya akan mempengaruhi erosi pada lahan tersebut. Erosi semacam ini
dikenal sebagai erosi alur (rill erosion). Mancilla (2005), mengatakan bahwa sekitar 90%
erosi tanah yang terjadi di beberapa wilayah di Amerika Serikat disebabkan oleh erosi
13
Perbandingan erosi permukaan dengan erosi alur mempunyai karakteristik yang
berbeda. Erosi alur menghilangkan lebih banyak tanah lapisan atas (top soil) dibanding
dengan erosi permukaan. Namun, kedua penelitian di atas tidak memberikan besaran
kuantitatif dari peningkatan jumlah erosi yang terjadi akibat kehadiran alur-alur pada
lahan tersebut, bila dibandingkan dengan metoda estimasi USLE dan MUSLE.
Dalam model AGNPS ( Agricultural Non Point Source Pollution ) yang digunakan
untuk memprediksi besarnya erosi pada suatu kejadian hujan dari suatu DAS, sering
digunakan USLE untuk memprediksi besarnya erosi setiap grid-cell dalam DAS tersebut
meskipun persamaan USLE tersebut tidaklah cocok untuk maksud tersebut. Oleh Karena
itu, untuk dapat digunakan dengan lebih baik dalam model AGNPS, dilakukan modifikasi
persamaan USLE yang dinamakan MUSLE. Versi prediksi erosi suatu kejadian hujan
Ae = Re.Ke.L.S.Ce.Pe (6-2)
Yang menyatakan Ae pada kejadian hujan dengan faktor curah hujan (Re), Ke, Ce, dan Pe
masing masing adalah faktor tanah, tanaman dan pengelolaan tanaman serta tindakan
konservasi tanah tanah yang ada pada saat kejadian hujan tersebut. Pada MUSLE faktor
berikut:
Yang menyatakan QR adalah rasio aliran permukaan kejadian hujan (Qe) terhadap
besarnya curah hujan pada kejadian tersebut (Be). sesuai dengan perubahan persamaan
R nilai K yang menjadi K Ume pada tanah terbuka tanpa tanaman dan tindakan konservasi,
persamaan berikut:
𝐴𝑒
KUme = (6-4)
R ume
14
Persamaan MUSLE ditulis sebagai berikut:
Ae = RUme.KUme.L.S.CUme.PUme (6-5)
Dengan semakin banyaknya data dan informasi yang dihasilkan dari penelitian dan
percobaan, para ahli konservasi tanah Amerika Serikat terus melakukan penyempurnaan
terhadap USLE, yang berakhir dengan dikembangkannya RUSLE. RUSLE adalah suatu
model erosi yang didesain untuk memprediksi besarnya erosi tahunan (A) oleh aliran
permukaan dari suatu bentang lahan berlereng (field slope) dengan tanaman dan sistem
pengelolaan tertentu. RUSLE telah digunakan juga untuk memprediksi besarnya erosi
dari padang rumput (rangelands) dan lahan nonpertanian seperti lahan untuk bangunan.
Model RUSLE masih tetap mempertahankan struktur dasar persamaan USLE namun
terdapat beberapa perubahan atau perbaikan dari USLE ke RUSLE, sebagai berikut:
A= R.K.L.S.C.P
Yang menyatakan:
A = Rata rata tanah tererosi spatial dan temporal persatuan areal, dinyatakan dalam
R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan
(EI), yang merupakan perkalian antara energy hujan total (E) dengan intensitas
K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu
tanah (A/R), yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan
yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9% dan tanah
L = Faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosidari tanah dengan suatu
panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki
15
S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu
tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah
RUSLE adalah suatu model erosi yang di desain untuk memprediksi besarnya erosi
tahunan (A) OLEH ALIRAN PERMUKAAN DARI SUATU BENTANG LAHAN BERLERENG
(field slope) dengan tanaman dan system pengelolaan tertentu. RUSLE telah digunakan
juga untuk memprediksi besarnya erosi dari padang rumput (rangeland) dan lahan non
pertanian. RUSLE dapat menghitung erosi rata rata untuk suatu system pergiliran
tanaman dalam satu tahun atau untuk suatu fase pertumbuhan tanaman.
Konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak terdispersi, dan
mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak terjadi pengangkutan
1. Metode Vegetatif
melalui perubahan faktor C (faktor penutup lahan pada formula USLE) untuk menahan
energi hujan yang bersifat erosif, menjaga infiltrasi yang besar dan mengurangi laju
aliran permukaan. Usaha pengendalian erosi dengan cara vegetatif didasarkan pada
peran tanaman untuk mengurangi erosi seperti menghalangi tumbukan langsung butir-
butir hujan ke permukaan tanah, mengurangi kecepatan aliran di permukaan tanah dan
16
a. Penanaman dalam strip
Suatu system bercocok tanam yang beberapa jenis tanaman di tanam dalam
strip yang berselang seling pada sebidang tanah pada waktu yang sama dan
2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta
berfungsi (a) memperlambat aliran permukaan (b) menampung dan menyalurkan aliran
permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak (c) memperbaiki atau memperbesar
infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan (d) penyediaan air bagi
pembajakan dan perataan tanah menurut atau mengikuti kontur sehingga terbentuk
17
jalur tumpukan tanah yang memotong lereng. Pengolahan tanah dan penanaman
b. Guludan
Fungsi guludan adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air dibagian
18
c. Teras
Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan
outlet yang mantap/stabil dengan kecepatan yang tidak erosif. Teras dibuat dengan
maksud untuk memperkecil atau memperpendek kemiringan lereng atau panjang lereng
panjang lereng dan menahan air sehingga mampu mengurangi kecepatan dan jumlah
aliran permukaan, serta memungkinkan menambah jumlah air yang terserap ke dalam
Teras Bangku
Teras bangku atau disebut juga teras tangga adalah teras yang dibuat dengan
cara memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi deretan
menyerupai tangga yang dipisahkan oleh talud. Talud merupakan bagian yang kritis
terhadap bahaya erosi dan biasanya dilindungi dengan tumbuhan/rumput atau kadang-
kadang dilapisi dengan pasangan batu kali atau beton untuk lahan yang ditanami
19
Gambar 8 Penampang Teras Bangku Datar
langsung dan tidak langsung yang ditunjang oleh beberapa literatur baik buku maupun
jurnal yang berkaitan, serta informasi tambahan berupa pengalaman dari ahli praktisi di
lapangan.
a. Persiapan
sebelum dilakukan kerja praktek. Tahapan ini terbagi ke dalam beberapa tahapan
1) Perumusan Masalah
digunakan, dalam hal ini perumusan masalah akan membantu dalam kegiatan
2) Administrasi
3) Studi Literatur
20
Studi literatur dilakukan dengan mengkaji buku-buku teks, jurnal, dan laporan
1) Data primer
2) Data sekunder
lingkungan pertambangan.
Tahapan ini menjadi tahapan akhir dari rangkaian kegiatan kerja praktek, yang
mana keseluruhan data yang telah diperoleh dan diolah, diakumulasikan dan
kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil sesuai dengan format dan kaidah
Hasanuddin.
Hasil akhir dari kerja praktek ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
21
STUDI ORIENTASI
PERSIAPAN
LITERATUR LAPANGAN
PENGAMBILAN PENGOLAHAN
DATA
DATA DATA
PENYUSUNAN
ANALISIS DATA KESIMPULAN
LAPORAN
Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dapat diatur berdasarkan jadwal perusahaan.
Namun jika diperkenankan, kami mengajukan kerja praktek ini dilaksanakan pada:
22
IX. PENUTUP
Demikian proposal permohonan kerja praktek ini sebagai salah satu pertimbangan
bagi pihak PT. Mulia Pacific Resources, Sulawesi Tengah. Besar harapan kami agar
kiranya proposal ini disambut dengan senang hati. Kesempatan yang diberikan oleh
X. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB PRESS. Bogor
Panda, R.K., dan G. Singh. 2017. Grid-Cell Based Assessment Of Soil Erosion Potential
For Identification Of Critical Erosion Prone Using USLE, GIS And Remote Sensing.
Department of Civil Engineering, Indian Institute of Technology Bhubaneswar.
India.
K, Manjulavani, dkk. 2016. Soil Erosion and Sediment Yield Modeling Using Remote
Sensing and GIS Technique, Vol. 2. No.10.
Novitasari. 2006. Analisis erosi lahan pada lahan revegetasi pasca tambang, vol.7. No.2.
Rizalihadi, Maimun. Eldina Fatimah. 2013. Modifikasi Metode MUSLE Dalam Estimasi
Erosi Akibat Kehadiran Alur (rill) Dalam Suatu DAS. Universitas Syah Kuala. Aceh.
Bukhari, Imam. dkk. 2015. Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui
Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang,
vol.3. No.1.
Nugraheni, Aprillya., Sobriyah dan Susilowati. Perbandingan Hasil Prediksi Laju Erosi
Dengan Metode Usle,Musle,Rusle Di Das Keduang. Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
23