Anda di halaman 1dari 23

I.

TOPIK KERJA PRAKTIK

STUDI TEKNIS PENGENDALIAN EROSI PERMUKAAN DALAM PERSIAPAN

LAHAN REKLAMASI PASCA TAMBANG PT MULIA PACIFIC RESOURCES

KABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH.

II. LATAR BELAKANG

Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan

dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir

6 Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara).

Lingkungan sekitar pertambangan dapat menjadi penyebaran utama dari logam

berat, hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah, air dan rumput. Maka dari

itu sangat ditekankan pada perusahaan tambang setelah kegiatan penambangan selesai

yaitu tahapan reklamasi. Reklamasi adalah upaya pemulihan kondisi pasca penambangan

sesuai peruntukannya. Namun, upaya reklamasi yang dilakukan sering menghadapi

kendala-kendala terjadinya pemadatan tanah, kondisi pH tanah rendah, populasi

mikroorganisme berguna menjadi berkurang, dan terjadinya pencemaran logam logam

berat dalam tanah.

Reklamasi tambang adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap

perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan. Reklamasi adalah upaya pemulihan

kondisi pasca penambangan sesuai peruntukannya. Namun, upaya reklamasi yang

dilakukan sering menghadapi kendala-kendala terjadinya pemadatan tanah, kondisi pH

tanah rendah, populasi mikroorganisme berguna menjadi berkurang, dan terjadinya

pencemaran logamlogam berat dalam tanah. Kegiatan penambangan yang mengacu pada

1
mekanisme penambangan yang baik sangat penting untuk diterapkan oleh perusahaan

guna menjamin kesuksesan kegiatan reklamasi di lahanlahan bekas penambangan.

Proses-proses hidrologis, langsung atau tidak langsung, mempunyai kaitan dengan

terjadinya erosi, transpor sedimen dan deposisi sedimen di daerah hilir. Perubahan tata

guna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga mempengaruhi terjadinya erosi,

sedimentasi, dan pada gilirannya, akan mempengaruhi kualitas air. Erosi sebenarnya

merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun apabila tidak dikelola dengan baik

maka erosi dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya. Alih

fungsi hutan menjadi areal penambangan dapat meningkatkan erosi, karena struktur akar

tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur tanah tang rusak

akibat aktifitas penambangan.

III. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah menetukan besar terjadinya erosi dengan

menggunakan metode USLE serta mengetahui sifat tanah dan keadaan lingkungan

setempat yang berpotensi memiliki pengaruh terhadap besarnya laju erosi.

IV. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menambah pengalaman belajar yang nyata bagi mahasiswa sebelum memasuki

dunia kerja.

2. Mengetahui sifat sifat tanah serta keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi

besar laju erosi pada persiapan lahan reklamasi pasca tambang.

2
3. Mengetahui penggunaan metode USLE dalam memprediksi besarnya erosi serta

dapat menerapkan cara yang dapat digunakan dalam mengontrol erosi yang akan

terjadi pada persiapan lahan reklamasi.

4. Mengetahui metode perawatan serta penanganan tanah diarea reklamasi yang

telah terkontaminasi akibat kegiatan penambangan.

V. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat tanah yang berpotensi

mengalami erosi serta dapat memprediksi besarnya erosi menggunakan metode USLE

yang akan diterapkan pada lahan persiapan reklamasi pasca tambang.

VI. TINJAUAN PUSTAKA

6.1 REKLAMASI

Reklamasi menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18

Tahun 2008, pasal 1 butir 2 adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar

dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukkannya. Reklamasi berdasarkan

Undang-Undang Minerba No. 4 Tahun 2009 pasal 1 ayat 26, Reklamasi adalah kegiatan

yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan,

dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai

peruntukannya.

Reklamasi berdasarkan Undang-Undang Minerba No. 4 Tahun 2009 pasal 1 ayat

26, Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan

untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar

dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

3
Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan

pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui

rehabilitasi. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam

(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk

mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan

sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan

dengan tataguna lahan pasca tambang.

Menurut Sembiring (2008) lahan bekas penambangan untuk persiapan reklamasi

secara nyata memperlihatkan kondisi tanah yang mengalami kerusakan struktur dan

pemadatan sehingga berefek negatif terhadap sistem tata air dan aerasi yang secara

langsung dapat mempengaruhi fungsi dan perkembangan akar. Hal ini mengakibatkan

tanaman tidak dapat berkembang secara normal, kerdil, dan mati. Rusaknya struktur

tanah juga berdampak pada tanah yang kurang mampu menyimpan dan meresapkan

air pada musim hujan sehingga terjadi erosi tanah. Sebaliknya pada musim kemarau

tanah menjadi keras dan padat, sehingga tanah menjadi sulit untuk diolah.

Perubahan lingkungan pasca penambangan yang terjadi, selain perubahan

bentang lahan juga kualitas tanah hasil penimbunan setelah penambangan. Struktur

tanah penutup rusak sebagai mana sebelumnya, juga tanah lapisan atas bercampur

ataupun terbenam di lapisan dalam. Tanah bagian atas digantikan tanah dari lapisan

bawah yang kurang subur, sebaliknya tanah lapisan atas yang subur berada di lapisan

bawah. Demikian juga populasi hayati tanah yang ada di tanah lapisan atas menjadi

terbenam, sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan tanah yang kualitasnya

turun juga sangat rentan terhadap erosi dikarenakan kepadatan tanah yang menurun.

4
6.2 EROSI

6.2.1 Pengertian Erosi

Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran material yang sesungguhnya

merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan

angin baik yang berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau

perbuatan manusia. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan

(detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-

bahan tanah oleh penyebab erosi.

Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi

yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang

gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena gravitasi bumi, partikel

tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring partikel-partikel tanah tersebar ke

arah bawah searah lereng. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu:

a) Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.

b) Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.

c) Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi

untuk mengangkut partikel.

Partikel-partikel tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air

hujan juga menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal

ini mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi dimana

intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan

tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini

menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh percikan

air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat energi aliran

permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas,

maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara atau tetap.

5
Besarnya erosi tergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan

kapasitas media pengangkut. Jika media pengangkut mempunyai kapasitas lebih besar

dari suplai material yang terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan (detachment

limited). Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas, proses erosi dibatasi

oleh kapasitas (capacity limited).

Gambar 1. Bagan Alir Model Proses Erosi oleh Air

6.3 Jenis – Jenis Erosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan tanah akibat erosi adalah faktor

iklim (erosivitas hujan), faktor erodibilitas tanah, faktor bentuk kewilayahan (tofografi)

berupa panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman penutup tanah (vegetasi) dan

yang terpenting adalah faktor kegiatan atau perlakuan manusia terhadap tanah. Salah

satu penyebab erosi yang cukup dominan adalah curah hujan yang tinggi dan kestabilan

tanah terhadap longsor.

Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi 7 jenis yaitu:

6
a. Erosi percikan (splash erosion), terlepas dan terlemparnya partikel tanah dari

massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung.

b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion), akan terjadi hanya dan jika

intensitas atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas

simpana air tanah.

c. Erosi alur (rill erosion), pengelupasan yang diikuti pengangkutan partikel-

partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi didalam saluran-

saluran air.

d. Erosi parit (gully erosion), membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar

yang merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.

e. Erosi tebing sungai (streambank erosion), erosi yang terjadi akibat pengikisan

tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus

sungai yang kuat terutama pada tikungan pada daerah aliran sungai.

f. Erosi internal (internal or subsurface erosion), proses terangkatnya partikel

partikel tanah kea rah bawah masuk ke pori pori akibat adanya aliran bawah

permukaan.

g. Tanah longsor (land slide), bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan

massa tanah yang terjadi pada suatu saat dan dalam volume yang relative

besar.

h. Erosi lembar (sheet erosion), pengangkutan lapisan tanah yang merata

tebalnya dari suatu permukaan tanah.kekuatan butir butir hujan dan aliran

permukaan yang merata di atas permukaan tanah merupakan penyebab erosi

ini.

7
6.4 Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Di daerah beriklim tropika basah, air lah yang merupakan sebab utama erosi tanah,

sedangkan angina tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air

merupakan kombinasi dua sub-proses yaitu (1) penghancuran struktur tanah menjadi

butir butir primer oleh tumbukan butiran hujan yang menimpa tanah (Dh) dan

pemindahan butir-butir primer tersebut oleh air hujan (Th) dan (2) perendaman oleh air

yang tergenang dipermukaan tanah yang mengakibatkan tanah terdispersi (D1) yang

diikuti pengangkutan butir-butir tanah oleh air yang mengalir dipermukaan tanah (T1).

Jika (Dh+D1) > (Th+T1) maka erosi lebih kecil dari (Dh+D1), artinya hanya sebagian saja

tanah yang telah terdispersi terangkut ketempat lain. Jika (Dh+D1) < (Th+T1), maka

besarnya erosi sama dengan (Dh+D1). Secara skematis proses terjadinya erosi

diperlihatkan pada gambar 6.1

Gambar 2. Skema Proses terjadinya erosi tanah

Pada asasnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara

faktor-faktor iklim, topografi, tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah yang

dinyatakan dalam persamaan deskriptif berikut:

8
E= f(i,r,v,t,m) (6-1)

yang menyatakan E adalah besarnya erosi, i adalah iklim, r adalah topografi, v adalah

tumbuhan, t adalah tanah dan m adalah manusia. Persamaan (6-1) mengandung dua

jenis pengubah yaitu (1) faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia seperti tumbuhan

yang tumbuh di atas tanah (v), sebagian sifat tanah (t) yaitu kesuburan tanah,

ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi tanah, dan suatu unsur topografi (r) yaitu

panjang lereng, dan (2) faktor faktor yang tidak dapat dirubah manusia seperti iklim (i),

tipe tanah dan kecuraman lereng.

6.5 Sifat-sifat Tanah yang Mempengaruhi Erosi

Adapun sifat sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah (a)tekstur, (b)struktur,

(c) bahan organik, (d) kedalaman, (e) sifat lapisan tanah, (f) tingkat kesuburan tanah.

Tekstur adalah ukuran butir dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer

bagian mineral tanah. Butir primer tanah dikelompokkan dalam, liat (clay) berukuran

<0,002 mm, debu (silt) berdiameter 0,002-0,05 mm, dan pasir (sand) berdiameter 0,05-

2 mm. Tanah-tanah yang bertekstur kasar seperti pasir dan pasir kerikil mempunyai

kapasitas infiltrasi yang tinggi, dan jika tanah tersebut memiliki profil yang dalam maka

erosi terabaikan. Selain itu tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas

infiltrasi yang tinggi tetapi jika terjadi alran permukaan maka butiran halus akan mudah

terangkut.

Struktur tanah adalah ikatan butir-butir primer ke dalam butir butir sekunder atau

agregat. Susunan butir-butir primer dalam agregat menentukan tipe struktur tanah.

Terdapat dua aspek struktur tanah yang penting dalam hubungannya dengan erosi.

Pertama adalah sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokulasi, dan aspek

kedua adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga terbentuk agregat yang

sempurna. Pembentukan struktur tanah dipengaruhi oleh jenis kation yang teradsorpsi

9
oleh liat dan adanya bahan pengikat butir-butir primer. Liat yang jenuh dengan kation

Ca dan Mg akan terflokulasi, sedangkan yang jenuh dengan kation Na akan terdispersi.

Bahan Organik, pengaruh bahan organic terhadap stabilitas struktur tanah

mungkin merupakan peranannya yang terpenting. Bahan organic berupa daun, ranting

dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan

plindung tanah terhadap kekuatan perusah butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik

tersebut juga menghambat kecepatan aliran permukaan sehingga mengalir dengan

kecepatan yang tidak merusak.

Kedalaman Tanah, tanah-tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap

erosi daripada tanah yang permeabel tetapi dangkal. Kedalaman tanah sampai lapisan

kedap air menentukan banyaknya air yang dapat diserap tanah, yang dengan demikian

dapat mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

Sifat Lapisan Bawah, sifat lapisan bawah tanah yang menetukan kepekaan erosi

tanah adalah permeabilitas lapisan tanah tersebut. Permeabilitas ditentukan oleh

struktur dan tekstur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granular dan

permeabel kurang peka erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan bawahnya padat

dan permeabilitasnya rendah.

Kesuburan Tanah, perbaikan kesuburan tanah akan memperbaiki tumbuh

tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memperbaiki penutupan tanah

lebih baik, dan lebih banyak sisa-sisa tanaman yang kembali ke tanah setelah panen.

6.6 Metode Prediksi Erosi

Secara ideal metode prediksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang

nampaknya bertentangan, yaitu dapat diandalkan, secara universal dapat digunakan,

mudah digunakan dengan data yang minimum, komprehensif dalam hal faktor-faktor

yang digunakan dan mempunyai kempampuan untuk mengikuti perubahan-perubahan

10
tata guna tanah dan tindakan konservasi. Oleh karena rumitnya system erosi tanah

dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling memberi efek

kedepannya dalam pengembangan metode dan prosedur prediksi adalah dengan

merumuskan model konseptual proses erosi itu. Berikut model prediksi dalam

memperkirakan besar erosi yang terjadi.

MODEL KOTAK KELABU

Pengertian yang lebih baik tentang penyebab erosi didapat dengan model kotak

kelabu. Model ini umumnya didapat secara empirik, yang berakhir dalam bentuk

hubungan antara besarnya erosi dengan sejumlah pengubah berupa persamaan regresi.

Model kotak kelabu yang dikembangkan dapat berlaku untuk suatu Daerah Aliran Sungai

(DAS) dan untuk suatu bidang tanah. Berikut beberapa metode yang digunakan dalam

model kotak kelabu.

1. Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)

Metoda USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi

tanah dalam jangka panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan

pengelolaan tertentu (Wischmeir, 1978). Metoda ini sebagai suatu persamaan hanya

dapat menduga besar erosi tanah tahunan yang berasal dari erosi permukaan yang

terjadi pada bagian profil bentang lahan (landscape) dan tidak dapat menghitung

deposisi yang terjadi. USLE juga tidak diperuntukkan untuk menghitung hasil sedimen

yang berada pada hilirnya maupun bentuk erosi gully.

Sebelum USLE dikembangkan lebih lanjut, perkiraan besarnya erosi ditentukan

berdasarkan data atau informasi kehilangan tanah di suatu tempat tertentu. Dengan

demikian, perkiraan besarnya erosi tersebut dibatasi oleh faktor faktor topografi/geologi,

vegetasi dan meteorologi.

USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang didirakan

pada tahun 1954 oleh The Science and Education Administration Amerika Serikat (dahulu

11
namanya Agricultural Research Service) bekerja sama dengan Universitas Purdue.

Proyek proyek penelitian Federal dan Negara bagian menyumbangkan lebih dari 10.000

petak/tahun data erosi dan aliran permukaan untuk analisis statistic. Model prediksi erosi

USLE menggunakan persamaan empiris sebagai berikut:

A= R.K.L.S.C.P

Yang menyatakan:

A = banyaknya tanah tererosi (ton hektar-1 /tahun)

R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeksi erosi hujan,

yang merupakan perkalian antara energy hujan total (E) dengan intensitas hujan

maksimum 30 menit (I30), tahunan.

K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu

tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang

panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter), terletak pada lereng 9% tanpa tanaman.

L = Faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu

panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki

(22,1 meter) dibawah keadaan yang identik.

S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu

tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah

dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identic.

C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara

besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman

tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identic tanpa tanaman.

P = Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman

menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras), yaitu nisbah antara

besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti

12
pengolahan menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya

erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identic.

Gambar .3 Skema Persamaan USLE

2. Metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation)

Metoda ini hanya terbatas pada estimasi erosi akibat aliran pada lahan dalam

bentuk lembar (sheet erosion). Namun dalam suatu DAS banyak didapati alur-alur kecil

yang tidak dimasukkan sewaktu mengestimasi erosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk

memodifikasi Metode MUSLE akibat kehadiran alur (rill) pada suatu lahan terhadap laju

erosi yang terjadi. Selama ini dalam memperkirakan erosi lahan dapat dilakukan dengan

menggunakan metode USLE dan MUSLE.

Metoda ini hanya terbatas pada estimasi erosi pada lahan dalam bentuk lembar

(sheet erosion). Kenyataan dapat dilihat bahwa tidak semua lahan mempunyai bentuk

lembar yang seutuhnya, namun pada lahan tersebut ditemui alur-alur (rill). Kehadiran

alur ini tentunya akan mempengaruhi erosi pada lahan tersebut. Erosi semacam ini

dikenal sebagai erosi alur (rill erosion). Mancilla (2005), mengatakan bahwa sekitar 90%

erosi tanah yang terjadi di beberapa wilayah di Amerika Serikat disebabkan oleh erosi

alur (rill erosion).

13
Perbandingan erosi permukaan dengan erosi alur mempunyai karakteristik yang

berbeda. Erosi alur menghilangkan lebih banyak tanah lapisan atas (top soil) dibanding

dengan erosi permukaan. Namun, kedua penelitian di atas tidak memberikan besaran

kuantitatif dari peningkatan jumlah erosi yang terjadi akibat kehadiran alur-alur pada

lahan tersebut, bila dibandingkan dengan metoda estimasi USLE dan MUSLE.

Dalam model AGNPS ( Agricultural Non Point Source Pollution ) yang digunakan

untuk memprediksi besarnya erosi pada suatu kejadian hujan dari suatu DAS, sering

digunakan USLE untuk memprediksi besarnya erosi setiap grid-cell dalam DAS tersebut

meskipun persamaan USLE tersebut tidaklah cocok untuk maksud tersebut. Oleh Karena

itu, untuk dapat digunakan dengan lebih baik dalam model AGNPS, dilakukan modifikasi

persamaan USLE yang dinamakan MUSLE. Versi prediksi erosi suatu kejadian hujan

persamaan USLE di tulis sebagai berikut:

Ae = Re.Ke.L.S.Ce.Pe (6-2)

Yang menyatakan Ae pada kejadian hujan dengan faktor curah hujan (Re), Ke, Ce, dan Pe

masing masing adalah faktor tanah, tanaman dan pengelolaan tanaman serta tindakan

konservasi tanah tanah yang ada pada saat kejadian hujan tersebut. Pada MUSLE faktor

curah hujan Re yang dituliskan menjadi RUme ditetapkan menggunakan persamaan

berikut:

RUme = QR.El30 (6-3)

Yang menyatakan QR adalah rasio aliran permukaan kejadian hujan (Qe) terhadap

besarnya curah hujan pada kejadian tersebut (Be). sesuai dengan perubahan persamaan

R nilai K yang menjadi K Ume pada tanah terbuka tanpa tanaman dan tindakan konservasi,

dengan panjang lereng 22 m dan kecuraman lereng 22 9%, dihitung menggunakan

persamaan berikut:

𝐴𝑒
KUme = (6-4)
R ume

14
Persamaan MUSLE ditulis sebagai berikut:

Ae = RUme.KUme.L.S.CUme.PUme (6-5)

3. Metode RUSLE (Revised Universal Soil Equation)

Dengan semakin banyaknya data dan informasi yang dihasilkan dari penelitian dan

percobaan, para ahli konservasi tanah Amerika Serikat terus melakukan penyempurnaan

terhadap USLE, yang berakhir dengan dikembangkannya RUSLE. RUSLE adalah suatu

model erosi yang didesain untuk memprediksi besarnya erosi tahunan (A) oleh aliran

permukaan dari suatu bentang lahan berlereng (field slope) dengan tanaman dan sistem

pengelolaan tertentu. RUSLE telah digunakan juga untuk memprediksi besarnya erosi

dari padang rumput (rangelands) dan lahan nonpertanian seperti lahan untuk bangunan.

Model RUSLE masih tetap mempertahankan struktur dasar persamaan USLE namun

terdapat beberapa perubahan atau perbaikan dari USLE ke RUSLE, sebagai berikut:

A= R.K.L.S.C.P

Yang menyatakan:

A = Rata rata tanah tererosi spatial dan temporal persatuan areal, dinyatakan dalam

banyaknya tanah tererosi dalam ton/ha/ tahun.

R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan

(EI), yang merupakan perkalian antara energy hujan total (E) dengan intensitas

hujan maksimum 30 menit (I30).

K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu

tanah (A/R), yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan

yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9% dan tanah

digarap tanpa tanaman.

L = Faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosidari tanah dengan suatu

panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki

(22,1 m) dibawah keadaan yang identik.

15
S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu

tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah

dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identic.

C = Faktor pengelolaan tanaman (vegetasi)/penutupan lahan

P = Faktor usaha-usaha pengelolaan dan konservasi

RUSLE adalah suatu model erosi yang di desain untuk memprediksi besarnya erosi

tahunan (A) OLEH ALIRAN PERMUKAAN DARI SUATU BENTANG LAHAN BERLERENG

(field slope) dengan tanaman dan system pengelolaan tertentu. RUSLE telah digunakan

juga untuk memprediksi besarnya erosi dari padang rumput (rangeland) dan lahan non

pertanian. RUSLE dapat menghitung erosi rata rata untuk suatu system pergiliran

tanaman dalam satu tahun atau untuk suatu fase pertumbuhan tanaman.

6.7 Metode Konservasi Lahan

Konservasi tanah adalah masalah menjaga agar tanah tidak terdispersi, dan

mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan agar tidak terjadi pengangkutan

tanah. Metode konservasi tanah dibagi menjadi tiga yaitu;

1. Metode Vegetatif

Pengendalian erosi cara vegetatif pada prinsipnya adalah pengendalian erosi

melalui perubahan faktor C (faktor penutup lahan pada formula USLE) untuk menahan

energi hujan yang bersifat erosif, menjaga infiltrasi yang besar dan mengurangi laju

aliran permukaan. Usaha pengendalian erosi dengan cara vegetatif didasarkan pada

peran tanaman untuk mengurangi erosi seperti menghalangi tumbukan langsung butir-

butir hujan ke permukaan tanah, mengurangi kecepatan aliran di permukaan tanah dan

memperbesar kapasitas infiltrasi. Metode vegetatif dalam konservasi tanah meliputi:

16
a. Penanaman dalam strip

Suatu system bercocok tanam yang beberapa jenis tanaman di tanam dalam

strip yang berselang seling pada sebidang tanah pada waktu yang sama dan

disusun memotong lereng atau menurut garis kontur.

Gambar 4 Tipe Penanaman dalam Stripe

2. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap

tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta

meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah

berfungsi (a) memperlambat aliran permukaan (b) menampung dan menyalurkan aliran

permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak (c) memperbaiki atau memperbesar

infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan (d) penyediaan air bagi

tanaman. Metode mekanik dalam konservasi tanah meliputi:

a. Pengolahan tanah menurut kontur

Pengolahan tanah menurut kontur adalah semua kegiatan pencangkulan/

pembajakan dan perataan tanah menurut atau mengikuti kontur sehingga terbentuk

17
jalur tumpukan tanah yang memotong lereng. Pengolahan tanah dan penanaman

menurut garis kontur dapat mengurangi laju erosi sampai 50 %.

Gambar 5 Skema Pengolahan Tanah dan Penanaman Menurut Kontur

b. Guludan

Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang memotong lereng.

Fungsi guludan adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air dibagian

atasnya dan untuk memotong panjang lereng.

Gambar 6 Sketsa Penampang Guludan dan Guludan bersaluran

18
c. Teras

Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan

lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke

outlet yang mantap/stabil dengan kecepatan yang tidak erosif. Teras dibuat dengan

maksud untuk memperkecil atau memperpendek kemiringan lereng atau panjang lereng

pada lahan-lahan yang kemiringannya 0 - 50 persen. Teras berfungsi untuk mengurangi

panjang lereng dan menahan air sehingga mampu mengurangi kecepatan dan jumlah

aliran permukaan, serta memungkinkan menambah jumlah air yang terserap ke dalam

tanah. Berikut beberapa jenis teras;

Teras Bangku

Teras bangku atau disebut juga teras tangga adalah teras yang dibuat dengan

cara memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi deretan

menyerupai tangga yang dipisahkan oleh talud. Talud merupakan bagian yang kritis

terhadap bahaya erosi dan biasanya dilindungi dengan tumbuhan/rumput atau kadang-

kadang dilapisi dengan pasangan batu kali atau beton untuk lahan yang ditanami

komoditas dengan nilai ekonomi tinggi.

Gambar 7 Penampang Teras bangku berlereng kedalam

19
Gambar 8 Penampang Teras Bangku Datar

VII. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode pelaksanaan yang digunakan adalah dengan cara metode pengamatan

langsung dan tidak langsung yang ditunjang oleh beberapa literatur baik buku maupun

jurnal yang berkaitan, serta informasi tambahan berupa pengalaman dari ahli praktisi di

lapangan.

a. Persiapan

Tahapan persiapan merupakan tahapan yang berisi kegiatan pendahuluan

sebelum dilakukan kerja praktek. Tahapan ini terbagi ke dalam beberapa tahapan

yang lebih rinci, antara lain:

1) Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan untuk mengetahui masalah apa yang akan

digunakan, dalam hal ini perumusan masalah akan membantu dalam kegiatan

pengambilan data agar lebih terkontrol.

2) Administrasi

Pengurusan masalah administrasi merupakan pengurusan segala bentuk

perizinan kegiatan kerja praktek kepada pihak-pihak terkait.

3) Studi Literatur

20
Studi literatur dilakukan dengan mengkaji buku-buku teks, jurnal, dan laporan

sebelumnya mengenai pemboran yang mendukung dalam penulisan laporan

hasil ini, termasuk informasi yang didapatkan dari media internet.

b. Kegiatan Lapangan dan Pengumpulan Data

1) Data primer

Data primer adalah data hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan,

meliputi pengambilan data yang sifatnya secara langsung di lapangan.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan sebagai pelengkap,

yang meliputi geologi regional daerah penelitian serta topografi dari

lingkungan pertambangan.

c. Tahapan Penyusunan Laporan

Tahapan ini menjadi tahapan akhir dari rangkaian kegiatan kerja praktek, yang

mana keseluruhan data yang telah diperoleh dan diolah, diakumulasikan dan

kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil sesuai dengan format dan kaidah

penulisan yang telah ditetapkan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas

Hasanuddin.

d. Seminar dan Penyerahan Laporan

Hasil akhir dari kerja praktek ini akan dipresentasikan dalam seminar Program

Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah melalui

penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari seminar.

Laporan akhir kemudian diserahkan kepada Ketua Program Studi Teknik

Pertambangan Universitas Hasanuddin.

21
STUDI ORIENTASI
PERSIAPAN
LITERATUR LAPANGAN

PENGAMBILAN PENGOLAHAN
DATA
DATA DATA

PENYUSUNAN
ANALISIS DATA KESIMPULAN
LAPORAN

Gambar 7 Diagram Alir Tahapan Kerja Praktik

VIII. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dapat diatur berdasarkan jadwal perusahaan.

Namun jika diperkenankan, kami mengajukan kerja praktek ini dilaksanakan pada:

Waktu : Desember 2017 - Januari 2018

Tempat : PT. Mulia Pacific Resources, Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah

Tabel 1. Jadwal kegiatan kerja praktek

Tahun 2016 Tahun 2018


Kegiatan November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek
Penyusunan Laporan Kerja Praktek

22
IX. PENUTUP

Demikian proposal permohonan kerja praktek ini sebagai salah satu pertimbangan

bagi pihak PT. Mulia Pacific Resources, Sulawesi Tengah. Besar harapan kami agar

kiranya proposal ini disambut dengan senang hati. Kesempatan yang diberikan oleh

pihak perusahaan tentunya akan dimanfaatkan semaksimal mungkin.

X. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB PRESS. Bogor

Panda, R.K., dan G. Singh. 2017. Grid-Cell Based Assessment Of Soil Erosion Potential
For Identification Of Critical Erosion Prone Using USLE, GIS And Remote Sensing.
Department of Civil Engineering, Indian Institute of Technology Bhubaneswar.
India.

K, Manjulavani, dkk. 2016. Soil Erosion and Sediment Yield Modeling Using Remote
Sensing and GIS Technique, Vol. 2. No.10.

Novitasari. 2006. Analisis erosi lahan pada lahan revegetasi pasca tambang, vol.7. No.2.

Rizalihadi, Maimun. Eldina Fatimah. 2013. Modifikasi Metode MUSLE Dalam Estimasi
Erosi Akibat Kehadiran Alur (rill) Dalam Suatu DAS. Universitas Syah Kuala. Aceh.

Marhendi, Teguh. 2014. Teknologi Pengendalian Erosi Lahan, vol.15. No.1.

Bukhari, Imam. dkk. 2015. Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui
Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang,
vol.3. No.1.

Nugraheni, Aprillya., Sobriyah dan Susilowati. Perbandingan Hasil Prediksi Laju Erosi
Dengan Metode Usle,Musle,Rusle Di Das Keduang. Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai