Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyedia fasilitas drainase yang
baik dan aman mempunyia posisi stategis dalam pengembangan permukiman,
khususnya wilayah perkotaan. Pengelolaan (penanganan) drainase yang ada tidak
baik sering kali menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman
penduduk (pemukim) dari gangguan banjir dan pencemaran tidak terpenuhi.
Pengelolaan drainase yang tidak baik seringkali timbul dan berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi. Dan budaya masyarakat. Kota Makassar sebagai kota
yang sedang berkembang pesat tidak luput dari permasalahan di atas.
Dari hasil survey lapangan dan informasi dari beberapa instansi terkait dengan
pekerjaan ini, lokasi-lokasi genangan sebagian besar adalah merupakan
lingkungan pemukiman umum, dan sebagian kecil merupakan lingkungan
perumahan yang dibangun oleh pengembang. Fasilitas air limbah dan
persampahan pada lingkungan tersebut sebagian besar telah disediakan oleh
pemerintah kabupaten, dengan mengikuti pola pengelolaan sampah dan air limbah
Kota Makassar.
b. Permasalahan
1. Air bekas (grey water), yaitu air yang berasal dari mandi, urinoir,
dan kegiatan lainnya selain yang menimbulkan air bekas.
2. Air kotor (black water), air yang berasal dari kegiatan WC yang
menghasilkan limbah tinja.
Pola penanganan air limbah domestik yang ada diperumahan saait ini
dilakukan dengan sistem Pengolahan Setempat (On Site Sanitation)
yaitu pengolahan limbah dilakukan ditempat secara biologis yaitu
dengan memanfaatkan mikroorganisme an aerob untuk menguraikan
limbah domestik menjadi zat organik yang sempurna.
Limbah air bekas dialirkan ke bangunan kedap air yang mana luapan
dari bangunan itu masuk ke bidang resapan dan ada yang langsung
masuk ke badan penerima air.
b. Permasalahan
Konsep penanganan air limbah dalam pekerjaan ini adalah menjaga agar
air limbah yang dihasilkan tidak mencemari kualitas air yang ada di
saluran drainase. Konsep penanganan drainase berwawasan lingkungan
merupakan konsep yang paling tepat dilakukan untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut dia atas.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat atau setengah padat, yang
terdiri dari zat organik dan anorganik, berasal dari kegiatan manusia,
yang dianggap tidak berguna lagi. Sampah disini tidak termasuk kotoran
padat manusia dan sampah harus dikelola agar tidak membahayakan
kesehatan masyarakat dan mencemari lingkungan serta untuk
menyelamatkan investasi pembangunan.
Biofilter atau biasa disebut parit tumbuhan adalah saluran alamiah yang
sedemikian rupa dimana terdapat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi
mengelola pengaliran limpasan sehingga lebih lambat mengalir diantara
tumbuhan untuk saluran alamiah/ sungai yang tidak mendatangkan banjir.
Biofilter efektif jika arus lambat dan dangkal pada saluran parit alamiah.
Kondisi ini dapat dicapai bila kontur kawasan dan kemiringan lereng
mendukung pengaliran limpasan diatas. Untuk sistem biofilter, kondisi yang
menyebabkan konsentrasi aliran, seperti tahanan dan belokan, dan saluran
yang langsung menyeberang ke seberang jalan, harus diperkecil. Gerakan
melambat dari aliran melalui tumbuh-tumbuhan menyediakan kesempatan
untuk terjadinya sedimentasi dan tersaringnya partikular dan degradasi
oleh aktifitas biologi. Dala berbagai jenis tanah, biofilter juga menyebabkan
terjadinya penyerapan hujan ke dalam tanah, lebih lanjut mengurangi
polusi air dan mengurangi debit limpasan (yang akhirnya mengurangi
potensi banjir).
Aliran lambat, aliran limpasan halus dapat dijaga dengan biofilter yang
dibangun dengan menjaga kemiringan kedua sisi (kemiringan maksimum
3:1, minimal kemiringan memanjang (direkomendasikan 1 – 2%, dengan
check dam untuk kemiringan yang lebih curam), dan suatu alur pengaliran
(flowpath) panjangnya sedikitnya 3 meter. Konsep utamanya adalah
menggerakkan aliran air dengan lambat melalui tumbuh-tumbuhan.
Bioremediasi
a. Danau Resapan
b. Sumur Resapan
c. Biopori
Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah
dengan pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2. Dimensi biopori
lubang dengan diameter 30 cm kedalaman 100 cm.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan kegiatan yang dapat dilakukan terkait
dengan hubungan persinggungan antara komponen drainase dan
persampahan sebagai berikut :
Mengingat lokasi proyek yang relatif datar dan lahan cukup sempit maka
design tipikal saluran drainase diusulkan adalah dengan adanya ruang atau
tempat terakumulasinya lumpur dan stabilitas aliran bisa mengalir terus,
selain itu penampang basah saluran menjadi lebih besar.
Di daerah penampah basah tidak dibenarkan ada pohon besar atau ditanami
pohon besar, karena pada saat banjir dikhawatirkan akan tumbang akibat
gerusan air, oleh karena itu dianjurkan memakai perkuatan bronjong. Lebih
jelasnya lihat Gambar 4.4.