Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Bab VI
K ONSEP PENGELOLAAN DRAINSE PERKOTAAN TERPADU
DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

1.1. PENGELOLAAN DRAINASE KOTA SECARA UMUM

Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyediaan fasilitas drainase yang baik
dan aman mempunyai posisi strategis dalam pengembangan permukiman, khusunya
wilayah perkotaan. Pengelolaam (penanganan) drainase yang ada tidak baik sering kali
menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim) dari
gangguan banjir dan pencemaran tidak terpenuhi.

Pengelolaan drainase yang tidak baik sering kali timbul dan berkaitan dengan masalah
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kota Sibuhuan sebagai pendukung ibu kota
Kabuapten Padang Lawas juga tidak luput dari permasalahan diatas.

Penanganan masalah diatas, memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh/holistik,


karena pada dasarnya sistem drainase adalah suatu sistem yang mengatur penyaluran
dan mengendalikan limpasan air hujan sesuai dengan karakteristiknya (pola dan
intensitasnya) ke badan penerima air.

Pengelolaan drainase harus didekati dari sisi konservasi, bukan semata membuang
kelebihan air secapat dan sebanyak banyaknya, namun penyaluran kelebihan air hanya
dilakukan jika usaha mengendalikan (menahan dan memanfaatkan) air hujan telah
dilakukan secara optimal. Inilah yang dinamakan dengan pengelolaan drainase
berwawasan lingkungan.

1|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

1.2. KONSEP PENGELOLAAN DRAINASE KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN


1.2.1. Pengertian/definisi

Maryono (2001)1 mengusulkan Konsep Eko-Drainase (Eco-Drainage Concept)


yaitu, Eko-drainase diartikan suatu usaha membuang/mengalirkan air kelebihan
ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai terkait (akibat kenaikan debit
puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Dari pengertian ini
dapat diuraikankan ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan dalam konsep eko-
drainase yakni pendekatan eko-hidraulik, yakni pengelolaan drainase yang
dilakukan dengan memperhatikan fungsi hidraulik dan fungsi ekologi, serta
pendekatan kualitas air, yakni upaya meminimalkan dan atau meniadakan
pencemaran air yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan
flora-fauna.

1.2.2. Konsep Penanganan Air Limbah

Tujuan pengolahan limbah cair adalah untuk menurunkan kadar zat-zat


pencemar yang terkandung di dalam air limbah sampai memenuhi persyaratan
effluent yang berlaku. Proses pengolahan air limbah apapun tidak mungkin
dapat menghilangkan sama sekali kadar zat pencemar, melainkan hanya dapat
menurunkan sampai batas-batas yang diperkenankan oleh peraturan yang
berlaku. Dalam menentukan sistem pengolahan air limbah ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Peraturan tentang air limbah


Peraturan yang berlaku terhadap badan penerima air yang bersangkutan.
Peraturan ini tergantung dari peruntukan (benificial use) badan penerima air
yang dimaksud. Pada dasarnya terdapat dua peraturan, yaitu :

 Stream standard (peraturan kualitas badan penerima penerima air),

 Effluent standard (peraturan yang mengatur air limbah yang akan


dibuang ke badan penerima air ).

Stream standard lebih cocok dari pada effluent standard, sebab dalam stream
standard yang diatur adalah beban airnya, yang lebih mudah mengontrolnya.
Disamping itu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah badan penerima air

2|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

bukan limbahnya. Sedangkan effluent standard jauh lebih sulit mengontrol


pelaksanannya, karena menyangkut banyak sekali hal yang harus diawasi.
Tetapi mengingat kondisi badan penerima air di tanah air kita, khususnya dikota-
kota besar, badan penerima air nya sudah tercemar, maka stream standard
belum dapat dilaksanakan. Sehingga effluent standard-lah yang diberlakukan.

b. Konsep Penanganan air limbah Domestik


Konsep penanganan air limbah dalam pekerjaan ini adalah menjaga agar air
limbah yang dihasilkan tidak mencemari kualitas air yang ada disaluran drainase.
Konsep penanganan drainase berwawasan lingkungan merupakan konsep yang
paling tepat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diatas.

Konsep penanganan air limbah tentunya tidak mudah dilakukan mengingat


kondisi lapangan sudah sangat sulit dilakukan karena keterbatasan lahan yang
tersedia. Oleh karena diperlukan upaya semua pihak yang tersangkut dengan
permasalahan tersebut diatas. Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Adanya peraturan daerah yang jelas dan tegas terhadap pelaku penghasil
pencemar.

2. Diperlukan pola penangangan air limbah dengan melibatkan masyarakat


sebagai pelaku program dan instansi/dinas terkait yang akan memberi arahan
mengenai cara dan bentuk pengolahan yang akan diterapkan (proyek itu
diantaranya SANIMAS (sanitasi berbasis masyarakat).

Proyek ini bertujuan membantu masyarakat madani dan pemerintah daerah


menerapkan sanitasi berbasis masyarakat dalam komunitas miskin kota. Proyek
ini akan mengembangkan lebih lanjut dan menguji pendekatan berdasarkan
permintaan untuk sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia, memberikan
demonstrasi di wilayah-wilayah baru, dan mengembangkan permodalan untuk
meningkatkan perencanaan pembangunan kota terpadu.

Dengan adanya pengembangan program pembangunan prasarana dan sarana


sanitasi yang berbasis pada masyarakat diharapkan dapat melengkapi dan
menambah prasarana dan sarana sanitasi yang dibangun dan diusahakan
dengan inisiatif dari masyarakat, termasuk dalam pengelolaan, pengoperasian
dan pemeliharaan. Penanganan permasalahan pembangunan prasarana dan
sarana sanitasi yang berbasis pada masyarakat (SANIMAS) dilakukan dengan
3|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

metoda Supply Driven Approach/memberi pengarahan dengan pendekatan


kepada keinginan masayarakat. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan dari masyarakat adalah bagian dari pertimbangan

b. Pengguna diletakkan pada proses, sehingga mempunyai rasa memiliki yang


besar

c. Ada usaha untuk mengatur, mengembangan dan meningkatkan kemampuan


masyarakat

d. Dampak positif yang besar

e. Kepuasan pengguna yang besar

f. Berkesinambungan (sustainable).

Partisipasi Masyarakat dan Rencana Aksi Masyarakat (Community Action Plan)


berupa kegiatan :

a. Pelatihan dan transfer pengetahuan/keterampilan

b. Pembiayaan dan pengadaan bahan/peralatan

c. Konstruksi dan supervisi

d. Pelaporan.

Sedangkan hasil yang diharapkan adalah :

a. Peningkatan kesehatan masyarakat, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan


masyarakat

b. Ketersediaan, cost-effective, kemudahan dalam akses pelayanan air bersih dan


sanitasi

c. Kesinambungan (sustainability) dan efektifitas melalui partisipasi masyarakat.

c. Rencana penanganan limbah domestik


Rencana penanganan air limbah domestik diusulkan masih mengikuti pola
pengolahan limbah yang ada yaitu on site Sanitation. Pembuangan air limbah
yang berasal dari WC disalurkan ke Septik Tang yang dilengkapi dengan tempat

4|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

bidang resapan atau bisa menggunakan sistem wet land. Sedang air limbah
yang berasal dari urinoir, tempat cuci, dll disalurkan keruang penampungan dan
over flownya disalurkan ke ruang resapan atau pun ke Wet land.

Pelaksanaan sistem ini tentunya tidak terlepas dari kesadaran masyarakat dalam
upaya meningkatkan tingkat kesehatan, hal mana pelaksanaan proyek ini akan
membutuhkan lahan yang cukup luas dalam penempatan posisinya. Lumpur tinja
yang tertampung di Septik tang dalam periode ulang tertentu di sedot
menggunakan mobil tinja untuk di angkut kelokasi pengolahan limbah domestik
yang ada (IPLT), lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.1.

IPLT
Instalasi pengolahan
Lumpur Tinja

SEPTICTANK

Resapan

PENAMPUNGA

Gambar 6.1
Skema Pengelolaan air Limbah Domestik

d. Rencana penanganan limbah industri


Rencana penanganan limbah industri mengikuti pola pengolahan limbah yang
direncanakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota, Rencana sistem
penyaluran air limbah industri yang memiliki bahan berbahaya beracun
diharuskan melalui proses pengolahan di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah
Industri) sebelum dialirkan ke badan penerima air.

1.2.3. Konsep Pengurangan Polusi, Potensi Banjir dan Perbaikan lingkungan


Biofilter

Biofilter atau biasa disebut parit tumbuhan adalah saluran alamiah yang didesain
sedemikian rupa dimana terdapat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi mengelola

5|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

pengaliran limpasan sehingga lebih lambat mengalir diantara tumbutuhan untuk


saluran alamiah/ sungai yang tidak mendatangkan banjir.

Biofilters efektif jika arus lambat dan dangkal pada saluran parit alamiah. Kondisi
ini dapat dicapai bila kontur kawasan dan kemiringan lereng mendukung
pengaliran limpasan diatas. Untuk sistem biofilter, kondisi yang menyebabkan
konsentrasi aliran, seperti tahanan dan belokan, dan saluran yang langsung
crossing ke seberang jalan, harus diperkecil. Gerakan melambat dari aliran
melalui tumbuh-tumbuhan menyediakan kesempatan untuk terjadinya
sedimentasi dan tersaringnya partikulat dan degradasi oleh aktivitas biologi.
Dalam berbagai jenis tanah, biofilter juga menyebabkan terjadinya penyerapan
hujan ke dalam tanah, lebih lanjut mengurangi polusi air dan mengurangi debit
limpasan (yang akhirnya mengurangi potensi banjir).

Aliran Lambat, aliran limpasan halus dapat dijaga dengan biofilter yang dibangun
dengan menjaga kemiringan kedua sisi (kemiringan maksimum 3 :1, minimal
kemiringan memanjang (direkomendasikan 1 – 2%, dengan check dam untuk
kemiringan yang lebih curam), dan suatu flowpath panjangnya sedikitnya 10 feet
(minimal 3 meter). Konsep utamanya adalah menggerakan aliran air dengan
lambat melalui tumbuh-tumbuhan.

Bioremediasi

Bioremediasi adalah teknik pengurangan atau penghilangan tingkat toksitas,


mobilitas dan kuantitas bahan pencemar (kontaminan) pada sumber air dan
tanah terkontaminasi menggunakan microorganisma. Dalam pekerjaan ini ada
kemungkinan muncul pekerjaan penerukan sedimen disaluran drainase dengan
kapasitas yang cukup besar.

1.2.4. Konsep Pengurangan Debit Limpasan

a. Danau Resapan
Konsep pengurangan debit limpasan di lokasi perumahan yang terkena
genangan/banjir belum banyak ditemukan. Hanya dibeberapa tempat yang
dapat dijadikan danau resapan, hal ini disebabkan karena area tersebut

6|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

merupakan area cekungan yang bersifat alami. Keberadaan danau tersebut


dipergunakan untuk menampung limpasan air hujan yang yang terjadi. Saat ini
danau tersebut belum mendapat perhatian atau pengelolaan yang baik oleh
penduduk setempat. Usulan penanganan pengurangan debit limpasan adalah
dengan mengharuskan setiap perumahan menyediakan sumur-sumur resapan,
dan ini akan bisa terealisasi apabila didukung oleh Perda (Peraturan Daerah).

b. Sumur Resapan
Fungsi sumur resapan adalah sebagai berikut :

1) Menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah.

2) Untuk menjaga keseimbangan hidrologi air tanah sehingga mencegah


instrusi air laut.

3) Dapat mereduksi dimensi saluran drainase.

4) Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.

5) Mempertahankan tinggi muka air tanah.

6) Mengurangi debit limpasan sehingga mencegah banjir.

Sebagai acuan dasar untuk menentukan volume air resapan dalam pekerjaan ini
dengan kondisi permeabilitas tanah rendah dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1
Volume Resapan Pada Kondisi Permeabilitas Rendah

Volume Resapan ada Volume resapan tidak


No Luas Kav (m²) saluran drainase ada saluran drainase
pelimpah (m³) pelimpah (m³)
1 50 1,3 – 2,1 2,1 - 4
2 100 2,6 – 4,1 4,1 – 7,9
3 150 3,9 – 6,2 6,2 – 11,9
4 200 5,2 – 8,2 8,2 – 15,8
5 300 7,8 – 12,3 12,3 – 23,4
6 400 10,4 – 16,4 16,4 – 47,4
7 500 13 – 20,5 20,5 – 39,6
8 600 15,6 – 24,6 24,6 – 47,4
9 700 18,2 – 28,7 28,7 – 55,3
10 800 20,8 – 32,8 32,8 – 63,2
11 900 23,4 – 36,8 36,8 – 71,1
12 1000 26 - 41 41 – 79

Sumber : Metode pencegahan Bajir dengan nilai permeabilitas tanah

7|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Contoh peletakan sumur resapan yang individual dan kolektif dapat dilihat

pada Gambar 6.4 dan Gambar 6.5.

Gambar 6.4.a Contoh peletakan sumur resapan individual

Gambar 6.4.b Contoh peletakan sumur resapan individual dangkal

8|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Gambar 6.5 Contoh peletakan sumur resapan komunal dangkal dan dalam dgn sumuran

c. Biopori
Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah dengan
pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2. Dimensi biopori lubang dengan
diameter 30 cm kedalaman 100 cm. Lubang lubang ini nantinya dipakai untuk
menampung buangan sampah organik.

Lubang-lubang/pori pori tanah akan terbentuk setelah terjadi pembusukan


sampah dalam periode ulang tertentu sebagai akibat adanya binatang tanah
seperti cacing yang memerlukan sampah yang sudah membusuk. Pembuatan
biopori bisa menggunakan pipa paralon yang dlubang/perforated. Lebih jelasnya
tampak atas peletakan biopori dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Desain biopori secara sederhana


9|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

d. Persinggungan Antara Komponen Drainase dengan Kelestarian Lingkungan


Dari uraian diatas dapat disimpulkan kegiatan yang dapat dilakukan terkait
dengan hubungan persinggungan antara komponen drainase dan persampahan
sebagai berikut :

1) Pembangunan saringan sampah (manual) diletakan disetiap out fall pada


sistem drainase utama untuk mengurangi sampah padat yang dapat
menyebabkan degradasi kapasitas saluran drainase yang pada akhirnya
menyebabkan banjir dan genangan.

2) Pengembangan konsep 3R di kawasan atau daerah bantaran sungai yang


termasuk dalam daerah potensial sumber pembuang sampah kebadan
penerima air. Usaha ini melibatkan peran serta masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terkait dengan hubungan


persinggungan antara komponen drainase dan kelestarian lingkungan yaitu:

a. Penanaman pohon/rumput yang berfungsi sebagai biofilter.

b. Pembuatan sumur sumur resapan dan bipori, yang berfungsi mengurangi


debit limpasan air hujan yang masuk ke badan air, karena sebagian air akan
menyerap kedalam tanah dan mempertahankan kestabilan kondisi air tanah.

Berikut ini disampaikan beberapa usulan kegiatan penanganan saluran drainase


di lokasi prioritas dan lokasi yang menyusul akan ditangani sebagai kegiatan
lanjutan dari kegiatan ini dengan konsep Eco-Drainase.

a.1 Typical Saluran Drainase


Mengingat lokasi proyek yang relatif datar dan lahan cukup sempit maka
design typikal saluran drainase diusulkan adalah dengan adanya ruang atau
tempat terakumulasinya lumpur dan stabilitas aliran bisa mengalir terus,
selain itu penampang basah saluran menjadi lebih besar. Lebih jelasnya
dapat dilihat desain rencan saluran drainase secara sederhana :

10 | B A B V I
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Sedangkan saluran drainase yang diusulkan pada trase saluran drainase


disepanjang bahu sungai Kali adalah saluran yang ramah lingkungan. Tebing
saluran dibuat dari bronjong dengan maksud agar pada suatu saat akan
tumbuh rumput – rumput yang bisa menambah kekuatan bronjong itu
sendiri.

a.2 Usulan Penataan Bantaran Saluran Drainase


Didaerah penampang basah tidak dibenarkan ada pohon besar atau ditanami
pohon besar, karena pada saat banjir dihawatirkan tumbang akibat gerusan
air, oleh karena itu dianjurkan memakai perkuatan bronjong. Lebih jelasnya
lihat Gambar 6.7.

Gambar 6.7. Penghilangan Perkerasan Tebing dengan Bronjong dan Menanam Vegetasi
untuk Renaturalisasi Sungai

11 | B A B V I
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE

KOTA SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN

Perkuatan tebing konstruksi ekologis biasanya terbentur oleh keberadaan luas


lahan yang tersedia. Dengan demikian pada tempat tertentu perkuatan
tebing tetap menggunakan konstruksi non ekologis seperti terlihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 6.8. Perkuatan Tebing;


Bagian kanan harmoni antara pembangunan dan karakteristik sungai (talud
ramah lingkungan) sedang bagian kiri tidak harmoni antara pembangunan
dan karakteristik sungai (talud tidak ramah lingkungan).

12 | B A B V I
Laporan Akhir

Anda mungkin juga menyukai