Bab VI
K ONSEP PENGELOLAAN DRAINSE PERKOTAAN TERPADU
DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pengelolaan air limpasan dan air limbah melalui penyediaan fasilitas drainase yang baik
dan aman mempunyai posisi strategis dalam pengembangan permukiman, khusunya
wilayah perkotaan. Pengelolaam (penanganan) drainase yang ada tidak baik sering kali
menjadi pangkal masalah, mana kala rasa aman dan nyaman penduduk (pemukim) dari
gangguan banjir dan pencemaran tidak terpenuhi.
Pengelolaan drainase yang tidak baik sering kali timbul dan berkaitan dengan masalah
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kota Sibuhuan sebagai pendukung ibu kota
Kabuapten Padang Lawas juga tidak luput dari permasalahan diatas.
Pengelolaan drainase harus didekati dari sisi konservasi, bukan semata membuang
kelebihan air secapat dan sebanyak banyaknya, namun penyaluran kelebihan air hanya
dilakukan jika usaha mengendalikan (menahan dan memanfaatkan) air hujan telah
dilakukan secara optimal. Inilah yang dinamakan dengan pengelolaan drainase
berwawasan lingkungan.
1|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Stream standard lebih cocok dari pada effluent standard, sebab dalam stream
standard yang diatur adalah beban airnya, yang lebih mudah mengontrolnya.
Disamping itu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah badan penerima air
2|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
1. Adanya peraturan daerah yang jelas dan tegas terhadap pelaku penghasil
pencemar.
f. Berkesinambungan (sustainable).
d. Pelaporan.
4|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
bidang resapan atau bisa menggunakan sistem wet land. Sedang air limbah
yang berasal dari urinoir, tempat cuci, dll disalurkan keruang penampungan dan
over flownya disalurkan ke ruang resapan atau pun ke Wet land.
Pelaksanaan sistem ini tentunya tidak terlepas dari kesadaran masyarakat dalam
upaya meningkatkan tingkat kesehatan, hal mana pelaksanaan proyek ini akan
membutuhkan lahan yang cukup luas dalam penempatan posisinya. Lumpur tinja
yang tertampung di Septik tang dalam periode ulang tertentu di sedot
menggunakan mobil tinja untuk di angkut kelokasi pengolahan limbah domestik
yang ada (IPLT), lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.1.
IPLT
Instalasi pengolahan
Lumpur Tinja
SEPTICTANK
Resapan
PENAMPUNGA
Gambar 6.1
Skema Pengelolaan air Limbah Domestik
Biofilter atau biasa disebut parit tumbuhan adalah saluran alamiah yang didesain
sedemikian rupa dimana terdapat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi mengelola
5|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Biofilters efektif jika arus lambat dan dangkal pada saluran parit alamiah. Kondisi
ini dapat dicapai bila kontur kawasan dan kemiringan lereng mendukung
pengaliran limpasan diatas. Untuk sistem biofilter, kondisi yang menyebabkan
konsentrasi aliran, seperti tahanan dan belokan, dan saluran yang langsung
crossing ke seberang jalan, harus diperkecil. Gerakan melambat dari aliran
melalui tumbuh-tumbuhan menyediakan kesempatan untuk terjadinya
sedimentasi dan tersaringnya partikulat dan degradasi oleh aktivitas biologi.
Dalam berbagai jenis tanah, biofilter juga menyebabkan terjadinya penyerapan
hujan ke dalam tanah, lebih lanjut mengurangi polusi air dan mengurangi debit
limpasan (yang akhirnya mengurangi potensi banjir).
Aliran Lambat, aliran limpasan halus dapat dijaga dengan biofilter yang dibangun
dengan menjaga kemiringan kedua sisi (kemiringan maksimum 3 :1, minimal
kemiringan memanjang (direkomendasikan 1 – 2%, dengan check dam untuk
kemiringan yang lebih curam), dan suatu flowpath panjangnya sedikitnya 10 feet
(minimal 3 meter). Konsep utamanya adalah menggerakan aliran air dengan
lambat melalui tumbuh-tumbuhan.
Bioremediasi
a. Danau Resapan
Konsep pengurangan debit limpasan di lokasi perumahan yang terkena
genangan/banjir belum banyak ditemukan. Hanya dibeberapa tempat yang
dapat dijadikan danau resapan, hal ini disebabkan karena area tersebut
6|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
b. Sumur Resapan
Fungsi sumur resapan adalah sebagai berikut :
Sebagai acuan dasar untuk menentukan volume air resapan dalam pekerjaan ini
dengan kondisi permeabilitas tanah rendah dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1
Volume Resapan Pada Kondisi Permeabilitas Rendah
7|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Contoh peletakan sumur resapan yang individual dan kolektif dapat dilihat
8|BAB VI
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Gambar 6.5 Contoh peletakan sumur resapan komunal dangkal dan dalam dgn sumuran
c. Biopori
Biopori adalah suatu upaya untuk menyerapkan air hujan kedalam tanah dengan
pembuatan lubang-lubang berpori setiap 2 m2. Dimensi biopori lubang dengan
diameter 30 cm kedalaman 100 cm. Lubang lubang ini nantinya dipakai untuk
menampung buangan sampah organik.
10 | B A B V I
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
Gambar 6.7. Penghilangan Perkerasan Tebing dengan Bronjong dan Menanam Vegetasi
untuk Renaturalisasi Sungai
11 | B A B V I
Laporan Akhir
PENYUSUNAN RENCANA INDUK DRAINASE
12 | B A B V I
Laporan Akhir