Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN RENCANA

BAB V
RENCANA JARINGAN PRASARANA
menjabarkan Rencana Pola Perkembangan Jaringan Air Bersih, Rencana Sistem
Jaringan Telepon, Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon, Rencana Sistem
Jaringan Listrik, Rencana Sistem Persampahan, Rencana Sistem Pematusan
serta Rencana Sistem Jaringan Trasportasi.

5.1. RENCANA SISTEM JARINGAN PERGERAKAN


Rencana sistem jaringan pergerakan di Kawasan Perkotaan Kp.
Pajak Aek Kota Batu dan Merbau didasarkan kepada Undang-
Undang No. 13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No. 26
Tahun 1985 tentang jalan. Berdasarkan kedua peraturan
perundangan tersebut, suatu ruas jalan memiliki fungsi-
fungsi tertentu dalam sistem jaringan jalan. Fungsi jalan
yang dimaksud terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hirarki yang kesemuanya merupakan satu kesatuan sistem
jaringan jalan. Sistem jaringan jalan tersebut dimaksudkan
dalam usaha mewujudkan pelayanan jasa distribusi yang
seimbang.
Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi. Dengan kata lain, fungsi jalan primer adalah
menghubungkan secara menerus antara satu kota dengan kota
lain. Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan
kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder

V-1
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Jaringan jalan


sekunder terletak didalam suatu kota dan tingkatannya
ditentukan menurut hirarki kawasan yang dihubungkannya.
Perencanaan sistem transportasi di Kawasan Perkotaan Kp.
Pajak Aek Kota Batu dan Merbau bertujuan untuk menjamin
kelancaran pergerakan penumpang dan barang, baik pergerakan
internal kawasan maupun regional. Pengembangan sistem
transportasi di Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu
dan Merbau dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
eksisting permukiman penduduk dan kondisi alam, mengingat
Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
merupakan kawasan padat penduduk.

5.1.1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana
tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan
antar kawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
perdesaan. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di
Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
direncanakan memanfaatkan pola jaringan jalan dan embrio
jalan yang telah ada. Rencana pengembangan jaringan jalan
bertujuan untuk mendapatkan struktur pelayanan jalan yang
efisien.
Dengan memperhatikan kondisi jalan yang ada, maka struktur
dan fungsi jaringan jalan yang direncanakan di Kawasan
Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau adalah sebagai
berikut:

1. Jalan Primer :
Jalan primer adalah jalan yang mengubungkan antar kota
atau antar daerah.Fungsi jalan primer yang direncanakan
diKawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
adalah :
 Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan
kota jenjang ke satu dengan kota jenjang ke satu yang

V-2
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang


kesatu dengan kota jenjang kedua.
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan
yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah
1. Kecepatan rencana > 60 km/Jam;
2. Lebar Badan Jalan >8,0 m;
3. Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu-
lintas rata-rata;
4. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga
kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat
tercapai;
5. Tidak boleh terganggu dengan kegiatan lokal; dan
6. Jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota
 Jalan Lokal Primer adalah Ruas jalan yang
menghubungkan kota dengan jenjang kesatu dengan
persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya,
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya.
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan
yang harus dipenuhi oleh jalan lokal primer adalah;
1. Kecepatan rencana >20 km/jam;
2. Lebar badan jalan >6,0 m; dan
3. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun
memasuki desa.
 Rencana Jalan Lokal Primer pada Kawasan Perkotaan
dikembangkan untuk menutupi muatan pergerakan
internal kota hingga akhir tahun perencanaan,
mengingat pertambahan penduduk yang terus menerus
meningkat dari tahun ke tahun.
2. Jalan Sekunder
Pada dasarnya jalan sekunder adalah jalan yang
menghubungkan antar fungsi dalam kota. Ruas jalan yang
berfungsi sebagai jalan sekunder adalah :

V-3
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Jalan Lokal Sekunder adalah jalan yang dirancang


untuk menghubungkan antar kawasan tersier atau
kawasan tersier dengan kawasan permukiman. Jalan di
Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
yang direncanakan berfungsi sebagai jalan lokal
sekunder adalah yang ada ditengah-tengah permukiman.
Jika ditinjau dari perencanaan jalan maka
persyaratan yang harus dipenuhi.
1. Kecepatan rencana >10 km/jam; dan
2. Lebar Jalan >5,0 m
 Jalan Lokal ini masih berstatus jalan lokal sekunder
yang lebarnya hanya berkisar 4 m. Jalur ini memiliki
masalah yang cukup komplit yakni pada awal masuknya
merupakan kawasan pemukiman yang padat dan melalui
kawasan perkotaan tempat aktifitas perdagangan dan
jasa.
3. Jalan Lingkar
Pada dasarnya jalan lingkar adalah jalan yang
melingkari pusat kota/daerah, sebagai jalan alternatif
untuk memecahkan dan mengalihkan arus lalu-lintas
sebagai arus lalulintas terusan dari pusat kota.
Biasanya merupakan bagian jaringan jalan dengan pola
radial membenjtuk ring radial.
 Jalan Lingkar adalah jalan alternatif yang
melingkari jalan Sisingamangaraja, untuk
mengalihkan arus lalu-lintas menghindari jalan
Sisingamangaraja. Jalan ini memotong jalan Jalan
Sisingamangaraja pada simpang SUB BWP I Blok 2
menuju arah Desa Simpang Merbau Wilayah Perkotaan
Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau untuk
menghindari pusat pasar/ pekan di kawasan perkotaan
Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau yang sering
terjadi kemacetan lalu-lintas akibat adanya konflik
lalu-lintas berupa parkir on the street dan

V-4
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

terminal liar para angkutan kota yang sering


memakan badan jalan.
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa struktur ruang suatu
kawasan ditentukan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah
berkembang di kawasan tersebut dan sistem jaringan jalan
yang berfungsi sebagai akses dari dan menuju pusat-pusat
kegiatan tersebut. Sistem jaringan jalan yang berperan besar
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan di kawasan
perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau tersebut
menjadikan adanya suatu pola pergerakan pada kawasan
perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau tersebut. Pola
pergerakan tersebut, antara lain:
i. Pergerakan antar kabupaten/kota yang melewati kota Kp.
Pajak Aek Kota Batu dan Merbau yang menuju ke kota
sekitarnya atau lebih jauh lagi yang berpotensi berhenti,
dikembangkan di Jalan Sisingamangaraja. Jaringan jalan
ini berfungsi sebagai pergerakan yang menghubungkan pusat
kegiatan utama skala Kabupaten/ Kota Kp. Pajak Aek Kota
Batu dan Merbau yang dikembangkan di Jalan
Sisingamangaraja dengan pusat-pusat kegiatan lainnya di
Kota Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau. Jaringan jalan
ini hanya bisa diakses oleh kendaraan-kendaraan yang
memiliki potensi untuk berhenti, seperti kendaraan
pribadi dan angkutan kota;
ii. Pergerakan anatara Kabupaten/kota menerus tanpa henti,
yang dikembangkan di Jalan Lintas Timur kawasan
perkotaan. Jaringan jalan ini dikembangkan sebagai
pengalihan arus lalu-lintas yang terkonsentrasi di Jalan
Sisingamangaraja, oleh karena itu jaringan jalan ini
hanya boleh dilewati oleh kendaraan yang melintas di Kota
Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau tanpa potensi untuk
berhenti, seperti angkutan umum antar kota seperti bus
dan truk.
Rencana pola pergerakan yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan di kawasan perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan

V-5
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Merbau dengan memafaatkan sistem jaringan jalan kawasan


perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau dapat dirinci
pada Tabel V.1.

5.1.2. Rencana Pengembangan Sarana Dan Prasarana Transportasi


Pengembangan sarana dan prasarana transportasi bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan transportasi di Kawasan
Perkotaan Kp.Pajak Aek Kota Batu dan Merbau. Sarana dan
prasarana yang direncanakan antara lain meliputi moda
transportasi dan pola penataan parkir

Gambar 5.1
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Bagian Wilayah Perkotaan
Pola Hirarki
Nama Jalan Keterangan
Pergerakan Jalan
Kawasan Jalan Jalan Jaringan jalan ini merupakan pergerakan
Perkotaan Arteri Sisingamangaraja Kabupaten/kota yang menghubungkan pusat perkulakan
Kp. Pajak Primer skala Kabupaten/kota dari dan ke kawasan perkotaan,
Aek Kota di mana jalan ini hanya bisa diakses oleh
Batu dan kendaraan-kendaraan yang berpotensi untuk berhenti,
Merbau seperti kendaraan pribadi dan angkutan kota.

Jalan Jalan Lintas Jalan ini merupakan pergerakan Kabupaten tanpa


Kolektor Timur henti sebagai pengalihan arus lalu-lintas yang
Sekunder terkonsentrasi di Jalan Sisingamangaraja, oleh
karena itu jaringan jalan ini hanya boleh dilewati
oleh kendaraan yang melintas di kawasan perkotaan
tanpa potensi untuk berhenti, seperti angkutan umum
antar kota dan truk.

Jalan Jalan Lintas Jalan ini merupakan pergerakan Kabupaten tanpa


Lokal Timur henti sebagai pengalihan arus lalu-lintas yang
Primer terkonsentrasi di jaringan- jaringan jalan lokal
sekunder dan jalan lingkungan, oleh karena itu
jaringan jalan ini hanya boleh dilewati oleh
kendaraan yang melintas di Kota Kp. Pajak Aek Kota
Batu dan Merbau tanpa potensi untuk berhenti,
seperti angkutan umum antar kota dan truk.

Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2014

1. Moda Angkutan Umum


Permasalahan moda angkutan umum yang saat ini adalah
banyaknya angkutan umum yang sengaja parkir di pinggir
jalan untuk menunggu penumpang sehingga mengganggu
kelancaran arus lalu-lintas.
Rencana pengembangan moda angkutan umum di Kawasan
Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau meliputi :

V-6
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Permasalahan yang ada di kawasan perkotaan Kp. Pajak


Aek Kota Batu dan Merbau tidak terdapatnya halte pada
kawasan – kawasan khusus. Arahan Perencanaan halte
untuk kawasan perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan
Merbau khususnya terdapat pada sarana umum seperti
Rumah Sakit, Sekolah, Perkantoran dan Perdagangan dan
jasa. Pada kawasan pendidikan terpusat direncanakan 1
unit halte yang terletak disisi sebelah kiri jalan
Andi Hakim depan gerbang komplek pendidikan.

V-7
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.2
Rencana Fungsi Jaringan Jalan
N Hirarki
Persyaratan Teknis Nama Jalan Kriteria Teknis Gambar Penampang
o Jalan
1 Arteri Jalan Arteri Primer Jalan  kecepatan rencana minimal 60
Primer menghubungkan antar kota Sisingamangaraja km/jam
jenjang kesatu dengan dengan  lebar badan jalan > 8 meter Pagar as jalan pagar
 kapasitas jalan lebih besar
jenjang kesatu yang terletak
daripada volume lalu-lintas
berdampingan atau rata-rata. Rumaja
menghubungkan kota jenjang  jalan masuk dibatasi secara ruwasja ruang milik jalan / Rumija ruwasja
kesatu dengan kota jenjang efisien sehingga kecepatan
kedua rencana dan kapasitas jalan 20,00 M (sempadan Jalan)
dapat tercapai 25,00 M (sempadan Bangunan Toko)
 tidak boleh terganggu dengan 22,00 M (sempadan Bangunan) R. Tinggal
kegiatan lokal 35,00 M (sempadan Bangunan) Gudang/Industri
 tidak terputus walaupun masuk
kota
2 Kolektor Ruas Jalan yang Jalan Lingkar Timur  kecepatan rencana > 40 km/jam
Primer menghubungkan antara kota  lebar Badan jalan > 7,0 meter
kedua dengan kota jenjang  kapasitas jalan lebih besar atau
sama dengan volume lalu lintas
kedua, atau kota jenjang
rata – rata
kesatu dengan kota jenjang  jalan masuk dibatasi secara
ketiga efisien sehingga kecepatan
rencana dan kapasitas jalan
tidak terganggu
 tidak boleh terganggu dengan
kegiatan lokal, lalu lintas
lokal
 jalan kolektor primer tidak
terputus walaupun memasuki
daerah kota

V-8
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

N Hirarki
Persyaratan Teknis Nama Jalan Kriteria Teknis Gambar Penampang
o Jalan
3 Lokal Jalan-jalan dengan  kecepatan rencana minimal 20
Primer fungsi kegiatan km/jam
utama  lebar badan jalan > 6,0 meter Pagar as jalan pagar

 tidak terputus walaupun melalui


desa
Rumaja
ruwasja ruang milik jalan / Rumija ruwasja

10,00 M (sempadan Jalan)


15,00 M (sempadan Bangunan Toko)
12,00 M (sempadan Bangunan) R. Tinggal
20,00 M (sempadan Bangunan) Gudang/Industri

4 Lokal Jalan-Jalan dengan  kecepatan rencana minimal 20


Sekunder fungsi kegiatan km/jam
kawasan dan  lebar minimal 5 meter Pagar as jalan pagar

permukiman

Rumaja
ruwasja ruang milik jalan / Rumija ruwasja

7,00 M (Sempadan Jalan)


12,00 M (Sempadan Bangunan) Toko
9,00 M (Sempadan Bangunan) R. Tinggal

Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2014

V-9
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Pada pusat pasar yang terdapat di Jalan Sisingamangaraja


direncanakan 2 unit halte yang terletak di sisi kiri dan
kanan jalan, pada kawasan perdagangan dan jasa yang
terletak di jalan Sisingamangaraja direncanakan 4 unit
halte dengan perincian 2 terletak di pusat kota dan 2
lagi terletak di dekat perkantoran pemerintah.
 Peningkatan jalan dengan melakukan pelebaran jalan dan
menertibkan PKL yang berjualan di pinggiran jalan atau
pertokoan yang tidak bangunannya hanya berjarak 3 meter
dari pinggir jalan.

2. Penataan Parkir
Parkir merupakan bagian dari aktivitas transportasi yang
membutuhkan penyediaan ruang dalam mewadahi aktivitasnya.
Sebagian besar pola perparkiran di Kawasan Perkotaan Kp.
Pajak Aek Kota Batu dan Merbau menggunakan pola parkir on
street yaitu memanfaatkan bahu jalan sebagai lokasi
parkir. Pola parkir tersebut seringkali mengganggu
pergerakan lalu-lintas.

Rencana penataan parkir di Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek


Kota Batu dan Merbau adalah sebagai berikut:
 Pada pusat-pusat perdagangan dan pemerintahan dengan
skala pelayanan Kabupaten/kota direncanakan penataan
parkir dengan pola parkir off street (menyediakan
ruang/lokasi khusus untuk mewadahi aktivitas
perparkiran);
 Pola parkir on street (memanfaatkan bagian jalan/bahu
jalan untuk lokasi parkir) di rencanakan pada kawasan
pertokoan yang bersifat individual dengan skala lokal
yang tidak memungkinkan membangun sarana parkir sendiri.
 Pada bangunan lama untuk zona perdagangan dan jasa yakni
dengan nilai GSB yang rendah diperbolehkan untuk parkir
on street dengan syarat parkir paralel.

V-10
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.3
Perencanaan Parkir On Street

 Pada wilayah Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
direncanakan beberapa titik parkir terpusat yang disebar
pada wilayah – wilayah stategis yang dapat mengurangi
pemakaian jalan sebagai lahan parkir.
3. Sarana Jalan Raya
 Pedestarian
Keberadaan pedestarian erat kaitannya dengan
aktifitas lalu-lintas pada suatu ruas jalan.
Pedestarian merupakan prasarana pejalan kaki yang
letaknya di antara badan jalan dan bangunan yang ada
di sampingnya. Biasanya pedestarian terletak di sisi
kiri - kanan jalan. Pedestarian sebagai prasarana
utama bagi pejalan kaki sangat dibutuhkan pada ruas-
ruas jalan di mana pola penggunaan tanah di
sekitarnya mempunyai fungsi publik. Dalam
pengembangan pedestarian hendaknya dengan
memperhatikan kondisi lalu-lintas (arus lalu-lintas)
serta fungsi lahan sekitarnya. Jangan sampai
pengembangan Pedestarian menimbulkan bangkitan atau
tarikan terhadap orientasi pergerakan pejalan kaki
dan menimbulkan kemacetan. Fungsi Pedestarian antara
lain:
 Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan
ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga
dapat mengurangi kerawanan kriminal,

V-11
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan


ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga

mempunyai
letak strategis dan merupakan kawasan bisnis yang
menarik,

Gambar 5.4
Konsep Pedestarian di Kota Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
Jalan Sisingamangaraja

 Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan


ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga
mempunyai letak strategis dan berpotensial sebagai
arena promosi, pemasangan iklan dan lain-lain.
Adapun ukuran lebar pedestarian menurun kelas jalan yaitu:
 Lebar jalan 20 meter, lebar jalur pedestarian 7 m;
 Lebar jalan 15 meter, lebar jalur pedestarian 3,5 m; dan
 Lebar jalan <10 meter, lebar jalur pedestarian 2 m.
Sedangkan ornamen-ornamen jalan lainnya seperti tempat
sampah umum, rambu lalu-lintas, papan reklame, pot bunga,
tiang listrik dan telepon, lampu penerangan jalan dan lain-
lain yang diletakkan di pedestarian tidak terlalu menghambat
aktivitas pejalan kaki. Namun demikian pada wilayah

V-12
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

perencanaan terdapat fungsi Pedestarian yang disalah


gunakan, yaitu digunakan sebagai tempat berjualan PKL,
seperti di Jalan Sisingamangaraja.

Gambar 5.5
Diagram Konsep Perjalanan Pejalan Kaki

Keterangan:
Tempat pemberhentian kendaraan Umum

P Tempat parkir kendaraan

I : Jalur I, jalur yang digunakan kelompok 1 saja;


II : Jalur II, jalur yang digunakan oleh pejalan kaki
kelompok 1 dan kelompok 2;
III : Jalur III, jalur yang digunakan pejalan kaki kelompok
1,2 dan 3; dan
IV : Jalur IV, jalur yang digunakan pejalan kaki kelompok
1, 2, 3, dan 4.

Pedestarian di daerah
pertokoan dibuat dengan lebar
yang besar dengan asumsi
volume pejalan kaki lebih
banyak sehingga mempermudah
untuk berlalu lalang

V-13
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Pengembangan Pedestarian diprioritaskan pada jalan utama


dengan fungsi kegiatan yang cukup penting, antara lain:
o Ruas jalan yang mempunyai intensitas pejalan kaki cukup
besar namun pedestarian belum berfungsi maksimal;
o Ruas jalan yang diperkirakan akan memiliki tarikan
pergerakan besar yaitu di kawasan Pasar lama, kawasan
Pendidikan;
o Pembuatan pedestarian ini sebaiknya terintegrasi dengan
perabot jalan lainnya misalnya rambu-rambu lalu-lintas,
tempat sampah, lampu penerangan, pot bunga;
o Pengembalian fungsi pedestarian sebagaimana fungsinya;
o Penertiban PKL yang berjualan di atas pedestarian
termasuk bangunan PKL non permanen yang menyatu dengan
rumah (Jalan Sisingamangaraja);
o Pengendalian kemunculan PKL baru di Jalan
Sisingamangaraja;
o Pengendalian dan penataan pedestarian dan PKL di Jalan
Sisingamangaraja;
o Pembuatan RTH disepanjang jalur pedestarian termasuk
pembangunan pot-pot bunga; dan
o Pengembangan pesdestrian dapat di integarsikan dengan
keberadaan perkantoran, peribadatan.

Gambar 5.6
Kelengkapan Jalan Kawasan Kota Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
No Fungsi Jalan Kelengkapan Jalan
1 Arteri Primer  Lampu Jalan
 Pedestarian
 Bak
 Pohon
 Rambu Lalu-lintas
 Papan Informasi/Penunjuk Jalan

V-14
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

No Fungsi Jalan Kelengkapan Jalan


2 Kolektor Sekunder  Lampu Jalan
 Pohon
 Bak Sampah
 Rambu Lalulintas
 Papan Informasi/ Penunjuk Jalan
2 Lokal Primer  Lampu Jalan
 Pedestarian
 Bak Sampah
 Pohon
 Rambu Lalu-lintas
 Papan Informasi/Penunjuk Jalan
3 Lokal Sekunder  Lampu Jalan
 Pedestarian
 Bak Sampah
 Pohon
 Rambu Lalu-lintas
 Papan Informasi/Penunjuk Jalan
3 Lingkungan  Lampu Jalan
 Bak Sampah
 Pohon
 Rambu Lalu-lintas
 Papan Informasi

Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2014

Gambar 5.7
Visualisasi Jarak Pada Jalur Pejalan Kaki
Yang Dimanfaatkan Oleh Kegiatan Pendukung

 Marka

V-15
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Marka jalan merupakan hal penting dalam sistem lalu-


lintas. Marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu-lintas
atau memperingatkan atau menuntun pengguna jalan dalam
berlalu-lintas di jalan. Marka jalan mengandung pesan
perintah, peringatan, maupun larangan. Adapun konsep
pengembangan marka jalan dapat berupa membujur, melintang,
dan serong. Marka jalan membujur berupa :
1. Garis utuh, berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan
untuk melintasi garis tersebut.
2. Garis putus-putus, merupakan pembatas lajur yang
berfungsi mengarahkan lalu-lintas dan atau
memperingatkan akan ada marka membujur yang berupa
garis utuh di depan.
3. Garis ganda terdiri dari garis utuh dan garis putus-
putus, menyatakan bahwa kendaraan yang berada pada sisi
garis utuh dilarang melintasi garis ganda.

Marka melintang juga berupa garis utuh dan garis-garis putus-


putus. Garis utuh menyatakan batas berhenti bagi kendaraan
yang diwajibkan berhenti oleh alat pemberi isyarat lalu-
lintas atau rambu stop. Garis putus-putus, menyatakan batas
yang tidak dapat dilalui kendaraan yang mendapat hal utama
pada persimpangan. Marka serong berupa garis utuh, dilarang
dilintasi kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan rangka
garis utuh, digunakan untuk menyatakan :
1. Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan.
2. Pemberitahuan awal sudah mendekati lampu lalu-lintas.
untuk lebih jelas liat gambar 5.1. di bawah.

5.1.3. Rencana Pengembangan Sistem Pergerakan


Rencana pengembangan rute pergerakan bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan transportasi dan mendorong
pengembangan Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan
Merbau. Kondisi kapasitas jaringan jalan yang ada masih
dapat mewadahi pergerakan internal maupun regional kawasan.
Permasalahan yang ada adalah terbatasnya rute pergerakan

V-16
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

angkutan umum, sehingga pengembangan rute pergerakan di


Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
dititikberatkan pada peningkatan rute trayek angkutan umum.

Peningkatan rute trayek angkutan umum direncanakan untuk


melayani pusat-pusat aktivitas dan pelayanan dengan desa/
wilayah kecamatan lain.

V-17
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.5
Konsep Marka Jalan

V-18
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gamabr 5.6
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-19
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.7
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

V-20
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.8
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

V-21
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

5.2. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KELISTRIKAN


Jaringan listrik tegangan menengah akan ditempatkan pada
jalan-jalan utama, sedangkan jaringan listrik tegangan
rendah (jaringan distribusi) akan dikembangkan di setiap
ruas jalan. Pengembangan dititik beratkan pada peningkatan
daya terpasang dengan meningkatkan kapasitas gardu yang ada.
Jaringan listrik pada wilayah perencanaan berasal dari gardu
induk, untuk selanjutnya disalurkan ke gardu listrik dengan
menggunakan saluran listrik tegangan tinggi (250 kv)
mengikuti jaringan jalan yang ada. Dari gardu listrik,
tegangan diturunkan menjadi 250 V dan disalurkan ke rumah-
rumah. Tinggi tiang untuk saluran listrik tegangan tinggi
sekurang-kurangnya 15 m dan untuk tiang-tiang ke rumah-rumah
tingginya 9 m. Sambungan dari tiang listrik maksimal lima
sambungan dan sambungan dari rumah ke rumah lainnya maksimal
dua sambungan.
Gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan listrik
dari tegangan menengah ketegangan rendah direncanakan untuk
ditempatkan pada setiap percabangan menuju jaringan tegangan
rendah. Perlu pula diupayakan agar penempatan gardu
distribusi tidak terletak di depan kapling bangunan, namun
pada lokasi-lokasi berikut :
 Pada lokasi sarana umum;
 Pada taman, makam; dan
 Di depan kapilng bangunan yang merupakan bangunan pojok
Kriteria dalam menentukan besarnya kebutuhan listrik untuk
masing-masing kegiatan meliputi:
1. Domestik dengan kriteria meliputi perumahan besar sebesar
1.300 watt, perumahan sedang sebesar 900 watt, perumahan
kecil sebesar 450 watt; dan
2. Non domestik dengan kriteria meliputi perdagangan/
perkantoran sebesar 25 % domestik, kegiatan
sosial/pelayanan umum sebesar 25 % domestik penerangan
jalan sebesar 10 % domestik dan kehilangan energi
transmisi sebesar 10 % total energi.

V-22
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.8
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Listrik di Bagian Wilayah Perkotaan dirinci Perblok
Tahun 2015-2035
Tahun
SBWP Standrad
Fasilitas
- 2015 2020 2025 2030 2035
Pengguna
BLOK (VA/Org)
VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA
1-1 Domestik 180 194.400 194,40 216.650 216,65 241.448 241,45 269.083 269,08 299.881 299,88
Sarana Umum/Sosial 9 9.720 9,72 10.833 10,83 12.072 12,07 13.454 13,45 14.994 14,99
Komersial/Lain-
45 48.600 48,60 54.163 54,16 60.362 60,36 67.271 67,27 74.970 74,97
lain
1-2 Domestik 180 114.300 114,30 127.382 127,38 141.962 141,96 158.211 158,21 176.319 176,32
Sarana Umum/Sosial 9 5.715 5,72 6.369 6,37 7.098 7,10 7.911 7,91 8.816 8,82
Komersial/Lain-
45 28.575 28,58 31.846 31,85 35.491 35,49 39.553 39,55 44.080 44,08
lain
1-3 Domestik 180 165.600 165,60 184.554 184,55 205.678 205,68 229.219 229,22 255.454 255,45
Sarana Umum/Sosial 9 8.280 8,28 9.228 9,23 10.284 10,28 11.461 11,46 12.773 12,77
Komersial/Lain-
45 41.400 41,40 46.139 46,14 51.419 51,42 57.305 57,30 63.864 63,86
lain
2-1 Domestik 180 188.100 188,10 209.629 209,63 233.623 233,62 260.363 260,36 290.163 290,16
Sarana Umum/Sosial 9 9.405 9,41 10.481 10,48 11.681 11,68 13.018 13,02 14.508 14,51
Komersial/Lain-
45 47.025 47,03 52.407 52,41 58.406 58,41 65.091 65,09 72.541 72,54
lain
2-2 Domestik 180 290.700 290,70 323.973 323,97 361.054 361,05 402.379 402,38 448.434 448,43
Sarana Umum/Sosial 9 14.535 14,54 16.199 16,20 18.053 18,05 20.119 20,12 22.422 22,42
Komersial/Lain-
45 72.675 72,68 80.993 80,99 90.263 90,26 100.595 100,59 112.108 112,11
lain
2-3 Domestik 180 206.100 206,10 229.690 229,69 255.979 255,98 285.278 285,28 317.930 317,93
Sarana Umum/Sosial 9 10.305 10,31 11.484 11,48 12.799 12,80 14.264 14,26 15.896 15,90
Komersial/Lain- 45 51.525 51,53 57.422 57,42 63.995 63,99 71.319 71,32 79.482 79,48

V-23
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Tahun
SBWP Standrad
Fasilitas
- 2015 2020 2025 2030 2035
Pengguna
BLOK (VA/Org)
VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA
lain
2-4 Domestik 180 306.900 306,90 342.027 342,03 381.174 381,17 424.802 424,80 473.424 473,42
Sarana Umum/Sosial 9 15.345 15,35 17.101 17,10 19.059 19,06 21.240 21,24 23.671 23,67
Komersial/Lain-
45 76.725 76,73 85.507 85,51 95.294 95,29 106.201 106,20 118.356 118,36
lain
3-1 Domestik 180 226.800 226,80 250.540 250,54 276.915 276,91 306.222 306,22 338.794 338,79
Sarana Umum/Sosial 9 11.340 11,34 12.527 12,53 13.846 13,85 15.311 15,31 16.940 16,94
Komersial/Lain-
45 56.700 56,70 62.635 62,64 69.229 69,23 76.555 76,56 84.698 84,70
lain
3-2 Domestik 180 490.500 490,50 545.809 545,81 607.418 607,42 676.045 676,05 752.494 752,49
Sarana Umum/Sosial 9 24.525 24,53 27.290 27,29 30.371 30,37 33.802 33,80 37.625 37,62
Komersial/Lain-
45 122.625 122,63 136.452 136,45 151.854 151,85 169.011 169,01 188.124 188,12
lain
3-3 Domestik 180 263.700 263,70 293.882 293,88 327.519 327,52 365.006 365,01 406.783 406,78
Sarana Umum/Sosial 9 13.185 13,19 14.694 14,69 16.376 16,38 18.250 18,25 20.339 20,34
Komersial/Lain-
45 65.925 65,93 73.471 73,47 81.880 81,88 91.251 91,25 101.696 101,70
lain
3.181.23 3.541.37 4.887.57
J u m l a h 3.181 3.541 3.942.599 3.943 4.389.588 4.390 4.888
0 8 8
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2014

V-24
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gamabr 5.9
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Kelistrikan
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-25
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.10
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Kelistrikan
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

V-26
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.11
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Kelistrikan
di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

V-27
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

5.3. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI


Untuk mendukung perkembangan kegiatan di Kawasan Perkotaan
Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau, maka diperlukan
pengembangan jaringan telepon. Penambahan saluran langsung
ditujukan untuk kawasan-kawasan permukiman baru, perkantoran
dan komersial sedangkan telepon umum ditempatkan pada pusat-
pusat permukiman baru dan tempat konsentrasi masyarakat umum
seperti kantor, pusat komersial, taman.
Kawasan yang menjadi prioritas penambahan jaringan baru
adalah kawasan-kawasan permukiman penduduk dan kegiatan
komersial dengan jaringan yang ditata mengikuti jaringan
jalan yang ada.
Kriteria lokasi sentral telepon mempertimbangkan faktor-
faktor berikut :
 Lokasi sentral harus di tengah-tengah dari daerah yang
mempunyai kepadatan permintaan yang tinggi dan merata
dalam suatu daerah pelayanan sentral; dan
 Lokasi sentral terletak pada suatu jalan besar (utama)
yang jauh dari rel KA, saluran listrik tegangan tinggi
dan sungai besar.
Penentuan rumah kabel hampir sama dengan sentral telepon
jika dikaitkan dengan permintaan distribusi. Adapun
persyaratan rumah kabel adalah sebagai berikut :
 Kabel primer sebagai kabel penghubung dari sentral ke
darah pelayanan rumah kabel yang bersangkutan harus
sependek mungkin;
 Jumlah panjang kabel sekunder untuk menjangkau semua
permintaan dalam daerah pelayanan rumah kabel tersebut
relatif pendek;
 Tidak ada tumpang tindih antara rumah kabel primer dengan
sekunder; dan
 Letak rumah kabel harus aman dari gangguan seperti jauh
dari persimpangan untuk menghindari terlanggar oleh

V-28
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

kendaraan yang belok dan tidak ditempatkan pada lokasi


yang membahayakan pejalan kaki;
Untuk jaringan telepon, instalasi rumah kabel, ‘distribution
point’, kabel primer dan kabel sekunder akan ditempatkan
pada jalan-jalan utama. Pengembangan jaringan telepon
diutamakan pada permukiman kapling menengah sampai kapling
besar.
Setiap satu sambungan telepon sampai tahun perencanaan
diperkirakan akan melayani 5 jiwa penduduk pendukung dan
setiap satu telepon umum akan melayani 100 jiwa penduduk
pendukung. Angka perkiraan ini akan menjadi dasar
perhitungan dalam menentukan kebutuhan jaringan telepon
berdasarkan jumlah penduduk dan proyeksi jumlah penduduk
sampai tahun perencanaan.

Gambar 5.9
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi di Bagian
Wilayah Perkotaan dirinci Perblok
Tahun 2015-2035
Tahun
Standard
Fasilitas
No 2015 2020 2025 2030 2035
pengguna
(SST/jiwa)
SST SST SST SST SST
1-1 Rumah 0,13 140 156 174 194 217
Sarana Umum 250 4 5 5 6 7
1-2 Rumah 0,13 83 92 103 114 127
Sarana Umum 250 3 3 3 4 4
1-3 Rumah 0,13 120 133 149 166 184
Sarana Umum 250 4 4 5 5 6
2-1 Rumah 0,13 136 151 169 188 210
Sarana Umum 250 4 5 5 6 6
2-2 Rumah 0,13 210 234 261 291 324
Sarana Umum 250 6 7 8 9 10
2-3 Rumah 0,13 149 166 185 206 230
Sarana Umum 250 5 5 6 6 7
2-4 Rumah 0,13 222 247 275 307 342
Sarana Umum 250 7 8 8 9 11
3-1 Rumah 0,13 164 181 200 221 245
Sarana Umum 250 5 6 6 7 8
3-2 Rumah 0,13 354 394 439 488 543
Sarana Umum 250 11 12 13 15 17
3-3 Rumah 0,13 190 212 237 264 294

V-29
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Tahun
Standard
Fasilitas
No 2015 2020 2025 2030 2035
pengguna
(SST/jiwa)
SST SST SST SST SST
Sarana Umum 250 6 7 7 8 9
Jumlah 1.822 2.028 2.258 2.514 2.799

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2014

V-30
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.12
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-31
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.13
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

V-32
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.14
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi
di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

5.4. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BERSIH


Rencana penyediaan air bersih pada Kawasan Perkotaan Kp.
Pajak Aek Kota Batu dan Merbau untuk perkembangannya
didasari atas beberapa hal yang terkait yaitu:
a. Sumber/ Asal Air Baku Utama
Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus
diperhatikan persyaratan utamanya yang meliputi kualitas,
kuantitas, kontinuitas dan biaya yang murah dalam proses
pengambilan sampai pada proses pengolahannya. Beberapa
sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air
bersih dikelompokkan sebagai berikut:
 Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat
kualitas dari air hujan adalah sebagai berikut:
o Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam
dan zat – zat mineral.
o Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih.
o Dapat bersifat korosi karena mengandung zat – zat
yang terdapat pada udara seperti NH3 CO2 agresif,
ataupun SO2. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi pada
udara yang bercampur dengan air hujan akan
menyebabkan terjadinya hujan asam (Acid Rain).
o Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar
kecilnya curah hujan. Sehingga air hujan tidak
mencungkupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula dari segi kontinuitasnya,
air hujan tidak dapat diambil secara terus menerus
karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau

V-33
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

kemungkinan besar debit air akan menurun karena tidak


ada penambahan air hujan.
Pada kawasan Perkotaan, masyarakat yang memiliki sistem
sumur galian dangkal serta air tanah yang mengalir dari
dalam tanah (dalam sumur galian) dan berbatas waktu, hal ini
disebabkan oleh kawasan perkotaan yang dikelilingi oleh
Perkebunan Sawit yang bersifat banyak menyerap air, sehingga
pada saat musim kemarau warga kawasan perkotaan mengalami
kekurangan air baku untuk keperluan rumah tangga.
 Air Permukaan
Air permukaan yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber air
atau bahan baku air bersih adalah:
o Air waduk (berasal dari air hujan);
o Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air); dan
o Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau
mata air).
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan
berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
oleh masyarakat. Kontaminasi atau zat pencemaran ini
berasal dari buangan domestik (limbah rumah tangga),
buangan industri dan limbah pertanian. Zat-zat pencemaran
tersebut antara lain Total Suspended Solid (TSS), yang
berpengaruh pada kekeruhan. Kontinuitas dan kuantitas
dari air permukaan dapat dianggap tidak menimbulkan
masalah yang besar untuk menyediakan air bersih yang
memakai bahan baku air permukaan.
 Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang
terlarut pada waktu biar melalui lapisan-lapisan tanah.
Secara praktis air tanah adalah bebas dari polutan karena
berada dibawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemat zat-zat
mengganggu kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, kesadahan

V-34
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

yang terbawa oleh aliran permukaan tanah. Bila ditinjau


kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal
mempunyai kualitas lebih rendah dibanding dengan air
tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih
mudah mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah
sebagai penyaring lebih sedikit.
Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai
sumber air baku air bersih adalah relatif cukup. Tetapi
dilihat dari segi kontinuitasnya maka pengambilan air
tanah harus dibatasi, karena dikhawatirkan dengan
pengambilan yang secara terus menerus akan menyebabkan
penurunan muka air tanah. Karena air di dalam merupakan
rantai yang panjang menurut siklus hidrologis, maka bila
terjadi penurunan muka biar tanah kemungkinan kekosongan
akan diisi oleh air laut. Peristiwa ini biasa disebut
instruksi air laut.
 Mata Air
Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik jika
dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah
yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga
belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya
lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah
terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya ditemui
bakteri E-Coli pada mata air.
Dilihat dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata
air sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi
kebutuhan sejumlah penduduk tertentu. Begitu pula bila
mata air tersebut terus menerus diambil semakin lama akan
habis dan terpaksa penduduk mencari sumber mata air yang
baru. Kesimpulan dapat dilihat pada Tabel V.6 berikut
ini:

Gambar 5.10
Sumber Air dengan Kualitas, Kuantitas serta Kontinuitas

V-35
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Sumber Kualitas Kuantitas Kontinuitas Harga


Air Hujan Sedikit terpolusi oleh Tidak memenuhi Tidak dapat terus Murah
polutan pencemaran untuk persediaan menerus diambil
udara umum

Air permukaan Tidak baik area Mencukupi Dapat diambil terus Relatif Mahal
tercemar menerus

Air Tanah Terpolusi Relatif Cukup Pengambilan dibatasi, Relatif murah


Dangkal berakibat instruksi air
laut
Air Tanah Relatif baik Relatif cukup Relatif mahal
Dalam

Mata air Relatif baik Sedikit Tidak diambil secara Murah


terus menerus

Sumber : Sistem Penyediaan Air Bersih

b. Sistem Pendestribusian
Pada Kawasan Perkotaan air hujan dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air bersih untuk keperluan air minum dan
keperluan sehari – hari dan yang lain terutama pada saat
musim hujan. Disamping juga persediaan air pada saat musim
kemarau. Untuk penyimpanan air hujan dapat ditampung pada
suatu bejana atau bak penampungan air hujan (PAH). Bak
penampungan air hujan ini juga dapat digunakan untuk
penyediaan air bersih secara komunal.

Sumber Instalasi penjernihan Jaringan Distribusi Air


Air Air Bersih

Permasalahan yang timbul akibat terbatasnya sumber air baku


di kawasan perkotaan salah satunya air permukaan yang
terpolusi yaitu sungai pandan, sumber air tanah yang
mengalami kekeringan pada musim kemarau/ musim kering, air
hujan yang yang tidak tersedia secara terus menerus.
Sedangkan perkiraan kebutuhan prasarana air bersih di
Kawasan Perkotaan hingga akhir tahun perencanaan mencapai
3.910.063 l/hari. Dengan kata lain kawasan perkotaan

V-36
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

membutuhkan alternatif sumber air baku yang dapat diambil


secara terus menerus. Alternatif sistem penyediaan air minum
secara garis besar ditunjukkan pada Gambar 5.15
Pembangunan jaringan air bersih diprioritaskan kepada
permukiman berkepadatan tinggi, perkantoran dan kawasan
komersial, dengan pola jaringan mengikuti pola jaringan
jalan yang ada. Hal ini memudahkan penyambungan ke rumah-
rumah dan

Gambar 5.15
Sistem Penyediaan Air Minum

V-37
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

memudahkan pemasangan hidran. Hidran ditempatkan pada


tempat-tempat dengan radius 200 m untuk tiap 1 hidrant.
Air bersih dihubungkan dari sumbernya dengan menggunakan
pipa dan sistem loop. Penggunaan sistem ini mempunyai
kelebihan, bila terjadi kebocoran pada suatu tempat, air
tetap mengalir.

Jaringan tersebut terdiri dari saluran primer dan sekunder.


Sistem penyediaan air minum lingkungan harus dapat melayani
kebutuhan perumahan dengan syarat sebagai berikut :
 Sambungan rumah dengan kapasitas 120 l/org/hari;
 Sambungan kran umum dengan kapasitas 30 l/org/hari.
Persyaratan sambungan primer adalah :
 Diameter pipa 18 mm;
 Diameter meter air 12,5 mm;
 Untuk pipa yang tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC; dan
 Meter air harus dipasang tertutup dan diamankam terhadap
kerusakan.
Persyaratan sambungan sekunder adalah :
 Diameter pipa 12,5 mm;
 Diameter meter air 12,5 mm;
 Untuk pipa yang tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC; dan
 Meter air dipasang tertutup dan diamankan terhadap
kerusakan.
Persyaratan kran umum :
 Kran umum diletakkan pada jarak tidak lebih dari 100 m
dari perumahan yang dilayani;
 Jumlah rumah yang dilayani adalah 20 rumah;
 Tiap kran umum dilayani oleh meter air; dan
 Jumlah kran umum dilengkapi sekurang-kurangnya 2 kran.
Persyaratan kran kebakaran :
 Kran kebakaran diletakkan pada jarak 100 m dari bangunan
komersial;
 Kran kebakaran diletakkan 200 m dari perumahan; dan

V-38
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Diletakkan pada tempat yang dapat dijangkau unit


kebakaran.
Untuk jaringan air bersih, pipa-pipa distribusi utama,
sekunder dan tersier ditempatkan pada jalur-jalur jalan
utama dengan pipa pelayanan pada setiap ruas jalan pada
wilayah perencanaan.

Standar kebutuhan air bersih berdasarkan Pedoman Teknik Buku


Perencanaan Tata Ruang adalah sebanyak 120 liter/hari,
dengan 60% kebutuhan penduduk terlayani, kebutuhan industri
dan sarana sosial diperhitungkan 13% dari kebutuhan
penduduk, sedangkan untuk kebutuhan hidran umum sebesar 10%
dari kebutuhan rumah tangga.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan kebutuhan
jaringan air bersih dapat dilihat pada Tabel V.7 hingga
Tabel V.8 dan Gambar 5.16 hingga Gambar 5.18.

5.5. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE


Pengembangan saluran drainase di Kawasan Perkotaan Kp. Pajak
Aek Kota Batu dan Merbau ditujukan untuk menciptakan sistem
drainase yang terpadu. Konsep pengembangan tersebut dengan
tujuan untuk mengurangi dampak genangan yang terjadi pada
wilayah perencanaan. Didalam perencanaan sistem drainase
sebaiknya tidak terjadi pencampuran antara sistem drainase
dengan sistem irigasi pertanian. Jaringan tersebut baik
fungsi dan penggunaannya harus terpisah.
Titik berat pengembangan drainase yaitu pada penentuan
konsep sistem drainase yang jelas, yaitu beban air buangan
dilayani oleh jaringan drainase setempat, sehingga antar
saluran dapat berhubungan secara terpadu.
Dalam rencana pengembangan jaringan drainase di wilayah
perencanaan, hirarki saluran dibedakan menjadi saluran
primer, sekunder, saluran tersier saluran kuartener dan
saluran lingkungan. Saluran primer adalah saluran yang
menampung buangan air dari saluran sekunder. Saluran

V-39
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

sekunder adalah saluran yang menampung buangan air dari


saluran tersier.
Saluran tersier adalah saluran yang penampung limpahan air
hujan dari saluran kuartener. Saluran lingkungan yaitu
saluran yang langsung menerima air buangan dari permukiman.
Rencana saluran drainase pada Kawasan Perkotaan Kp. Pajak
Aek Kota Batu dan Merbau berupa saluran terbuka dan saluran
tertutup. Saluran drainase terbuka direncanakan tersebar
pada jalan lingkungan atau pada kelas jalan lokal sekunder
sedangkan saluran drainase tertutup direncanakan terdapat di
dikelas jalan arteri primer, kolektor primer dan lokal
primer. Pada saluran tertutup, tiap perubahan arah arus
dilengkapi dengan bak kontrol, sedangkan pada saluran yang
lurus, bak kontrol diletakkan tiap 50 m.Untuk lebih jelasnya
mengenai

V-40
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.11
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Air Bersih di Bagian Wilayah Perkotaan dirinci Perblok
Tahun 2015
Kebutuhan Air Bersih (l/hari)
Jumlah
Domestik Non
SBWP Penduduk Tingkat Domestik +
Domestik
- Tahun Pelayanan Sambungan Kran Umum Total Non Kebocoran 20% Total Kebutuhan
20% dari
BLOK 2014 (50%) Langsung (100 (30 Domestik Domestik (l/hari) (l/Hari)
Domestik
(Jiwa) l/Org/Hari*) l/Org/Hari*) (l/Hari) (l/Hari)
(l/Hari)
I-1 1.080 540 108.000 32.400 140.400 28.080 168.480 33.696 202.176

I-2 635 318 63.500 19.050 82.550 16.510 99.060 19.812 118.872

I-3 920 460 92.000 27.600 119.600 23.920 143.520 28.704 172.224

II-1 1.045 523 104.500 31.350 135.850 27.170 163.020 32.604 195.624

II-2 1.615 808 161.500 48.450 209.950 41.990 251.940 50.388 302.328

II-3 1.145 573 114.500 34.350 148.850 29.770 178.620 35.724 214.344

II-4 1.705 853 170.500 51.150 221.650 44.330 265.980 53.196 319.176

III-1 1.260 630 126.000 37.800 163.800 32.760 196.560 39.312 235.872

III-2 2.725 1.363 272.500 81.750 354.250 70.850 425.100 85.020 510.120

III-3 1.465 733 146.500 43.950 190.450 38.090 228.540 45.708 274.248

Jumlah 5.295 6.798 1.359.500 407.850 1.767.350 353.470 2.120.820 424.164 2.544.984
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2014

V-41
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.12
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Air Bersih di Bagian Wilayah Perkotaan dirinci Perblok
Tahun 2035
Domestik
Jumlah
Domestik Non
SBWP Penduduk Tingkat
Sambungan Domestik Domestik +
- Tahun Pelayanan Kran Umum Total Kebocoran 20% Total Kebutuhan
Langsung 20% dari Non Domestik
BLOK 2034 (80%) (30 Domestik (l/hari) (l/Hari)
(100 Domestik (l/Hari)
(Jiwa) l/Org/Hari*) (l/Hari)
l/Org/Hari*) (l/Hari)

I-1 1.666 1.333 166.601 49.980 216.581 43.316 259.897 51.979 311.877

I-2 980 784 97.955 29.387 127.342 25.468 152.810 30.562 183.372

I-3 1.419 1.135 141.919 42.576 184.495 36.899 221.394 44.279 265.673

II-1 1.612 1.290 161.202 48.360 209.562 41.912 251.475 50.295 301.769

II-2 2.491 1.993 249.130 74.739 323.869 64.774 388.642 77.728 466.371

II-3 1.766 1.413 176.628 52.988 229.616 45.923 275.539 55.108 330.647

II-4 2.630 2.104 263.013 78.904 341.917 68.383 410.301 82.060 492.361

III-1 1.882 1.506 188.219 56.466 244.684 48.937 293.621 58.724 352.345

III-2 4.181 3.344 418.052 125.416 543.468 108.694 652.162 130.432 782.594

III-3 2.260 1.808 225.991 67.797 293.788 58.758 352.546 70.509 423.055

Jumlah 20.887 16.710 2.088.709 626.613 2.715.321 543.064 3.258.386 651.677 3.910.063
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2014

V-42
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.16
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Air Bersih
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-43
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.17
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Air Bersih
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

V-44
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.18
Rencana Pengembangan Kebutuhan Jaringan Air Bersih
di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

V-45
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

rencana pengembangan jaringan drainase dapat dilihat pada Gambar 5.19


hingga Gambar 5.20.

Jalan Arteri

Gambar 5.19
Skema pengembangan jaringan Drainase di Koridor jaringan Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Gambar 5.20
Skema Pengembangan jaringan Drainase di Koridor jaringan Jalan Kolektor

Jalan Lokal

V-46
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.21
Skema pengembangan jaringan Drainase di Koridor jaringan Jalan Lokal

5.6. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN AIR LIMBAH


Dalam rencana pengembangan, sistem air buangan maka
dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
o Rencana Air Limbah Rumah Tangga.
Pengelolaan air limbah rumah tangga masih dibuang ke
saluran drainase yang ada mengingat limbah yang
terkandung belum begitu besar dan dapat diuraikan
o Rencana Air Limbah Kotoran manusia
Konsep pembuangan limbah ini dilakukan menggunakan
pendekatan; untuk kawasan yang belum padat dan lahan
masih tersedia, pembuangan limbah dapat dilakukan dengan
septic tank tunggal. Sedangkan untuk kawasan yang sudah
padat sebaikya sistem pembuangan limbah dilakukan dengan
menggunakan septic tank komunal, mengingat dengan adanya
septic tank tersebut maka rumah-rumah yang tidak
mempunyai pekarangan yang luas tidak akan membuang
kotorannya ke saluran air terbuka yang mengakibatkan
pencemaran. Sistem pembuangan limbah ini menggunakan
perpipaan dari rumah-rumah ke septic tank komunal dengan
persyaratan teknis perpipaan sebagai berikut :
 Ukuran pipa pembawa minimum 200 mm
 Sambungan pipa harus rapat air
 Pada jalur pipa pembawa harus dilengkapi dengan bak
kontrol pada tiap pergantian arah dan minimum 50 m
dari pipa yang lurus
 Air limbah harus melalui sistem pengolahan sedemikian
rupa sehingga memenuhi standard yang berlaku sebelum
dibuang ke sungai.
Strategi penanganan air limbah adalah peningkatan fasilitas
sanitasi sistem setempat (on site) yang meliputi:
a. Fasilitas sanitasi individual dan komunal (tangki septik)
dengan pengurasan truk tinja.

V-47
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

b. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya


penyediaan fasilitas sanitasi tersebut demi kesehatan
keluarga dan
warga lingkungannya.
c. Masyarakat yang belum memiliki fasilitas sanitasi
lingkungan atau yang masih menggunakan sanitasi tidak
sehat, misalnya cubluk, khususnya untuk kawasan kumuh dan
padat diarahkan untuk menggunakan jamban keluarga, tangki
septik komunal, dan tangki septik individual.
d. Dalam kaitannya dengan penyediaan tangki septik ini, maka
perhitungan penentuan ukurannya harus mempertimbangkan
persyaratan-persyaratan kesehatan berikut:
 Luas halaman cukup untuk bidang peresapan;
 Tangki septik dan bidang peresapannya harus berjarak
minimal 10 meter dari sumur pantek atau sumur gali,
untuk menghindari kontaminasi sumber air dari tangki
septik;
 Kondisi tanah sedemikian rupa sehingga bidang resapan
dapat “bekerja” dengan baik;
 Ruang tangki septik terdiri dari ruang penampungan
dan ruang pengendapan lumpur;
 Tinggi air dalam tangki minimum 1,00 M;
 Tangki septik harus dibuat dari bahan/lapisan kedap
air agar tidak terjadi kebocoran air kotor yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kontaminasi tanah dan
kontaminasi sumber air bersih;
 Untuk kelancaran pengaliran serta membantu
mempercepat pembusukan, maka tutup tangki septik
(kedap air) harus dilengkapi lubang “penghawaan”
(menggunakan pipa besi ukuran 1 inci) dengan ujung
lubang di luar mengarah ke bawah, agar tidak
“dimasuki” tetesan air hujan;
Di samping itu, juga harus dilengkapi lubang
pemeriksa dengan diameter 45 cm jika berbentuk

V-48
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

lingkaran atau berukuran 45 cm x 45 cm jika lubang


periksa yang sekaligus sebagai lubang pengisap
berbentuk persegi empat;

V-49
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gamabr 22
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-50
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

gambar 23
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

Gamabr 24

V-51
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Rencana Pengembangan Jaringan Drainase


di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

 Lubang pengurasan lumpur ditempatkan pada bidang atas


ruang lumpur tangki septik;
 Pipa pengaliran air kotor kamar mandi (WC) harus
lebih tinggi minimal 2,50 cm dari lubang keluar.
Rencana pengembangan jaringan air limbah di kawasan
perkotaan mengadopsi sistem air limbah on site. Hal ini
dikarenakan sistem pengolahan yang terbilang murah bagi
seluruh lapisan masyarakat dan telah tersedianya alat
pengangkut limbah mandiri berupa truk tinja yang disediakan
oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

5.7. RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SISTEM PERSAMPAHAN

5.7.1. Instalasi Pengolahan Sampah Tuntas


Pengolahan sampah memerlukan perencanaan yang sistematis dan
terpadu yang melibatkan masyarakat dan badan pengelola.
Rencana sistem pengelolaan sampah yaitu sampah dari rumah
tangga sebagian besar dikelola secara pribadi, sedangkan
sampah produksi dari sarana umum dikelola bersama di bawah
koordinator Dinas Kebersihan. Rencana penyediaan sarana
angkutan sampah yaitu penyediaan tong sampah di masing-
masing rumah, instansi atau bangunan umum lainnya secara
pribadi, becak gerobak sampah, kontainer dan truk pengangkut
sampah oleh pihak Dinas Kebersihan.
Tahapan pengelolaan sampah di Kawasan Perkotaan Kp. Pajak
Aek Kota Batu dan Merbau adalah :
1. Penduduk menyediakan bak sampah di setiap rumah dengan
ukuran maksimal 1 m3.

V-52
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

2. Penduduk memisahkan sampah plastik dan sampah kertas


(sampah organik dan non organik) dan membuang sampahnya
ke bak sampah.
3. Sampah dari bak sampah rumah tangga diangkut oleh
becak/gerobak sampah.
4. Sampah ditempatkan pada transfer depo dengan kapasitas 8
m3
5. Dari transfer depo sampah diangkut oleh truk sampah
dengan kapasitas 8 m3 untuk dibuang ke Tempat Pembuangan
Akhir.
Sampah yang dikelola oleh masyarakat dilakukan dengan
ditimbun. Adapun persyaratan jika sampah akan ditimbun
adalah_:
 Harus dipilih tanah rendah yang menyebabkan genangan air
 Lapisan tanah diusahakan kurang 2 meter untuk tiap lapis
 Tebal lapisan tanah minimum 20 cm untuk menutup tiap
lapisan sampah.
 Jarak minimum tempat pembuangan adalah 200 m dari
lingkungan perumahan
1. Sistem Pengumpulan Sampah
Pewadahan sampah pada wilayah perencanaan
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu meliputi pewadahan
dengan_:
o Pewadahan sampah rumah tangga yang berasal dari
permukiman dilakukan secara off site dengan pola
individual.Tempat sampah rumah tangga, yaitu
terdapat pada rumah-rumah penduduk, Tempat sampah
rumah tangga biasanya disediakan oleh individu,
dimana penggunaannya adalah penggunaan pribadi.
Tempat sampah rumah tangga ini biasanya berupa
keranjang rotan, mapun bak yang terbuat dari karet.

V-53
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

0.40 m

0.35 m

Gambar 5.26 Tempat Sampah dari Beton dan Bahan Karet

o Tempat sampah umum, terdapat pada sepenjang ruas


jalan besar, seperti terdapat pada Jalan
Sisingamangaraja. Biasanya tempat sampah umum
terbuat dari bahan karet atau bata, dan belum ada
pemisahan jenis sampah. Penyediaan tempat sampah
umum oleh Dinas Kebersihan.
o Tempat sampah komersial, yaitu tempat samapah yang
disediakan oleh bangunan komersial (misal:
perdagangan, jasa, dll) untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan. Biasanya tempat sampah komersial terbuat
dari kotak plastik atau tabung besi.
2. Sistem Pengangkutan Sampah
Sistem pengangkutan samapah dilakukan oleh pasukan
kuning dan menggunakan sarana berupa gerobak sampah,
becak sampah atau gerobak motor untuk mengangkut sampah
menuju container yang terdapat di Perkotaan Kp. Pajak
Aek Kota Batu dan Merbau. Setiap dua hari sekali sampah
yang ada pada container ini kemudian diangkut

V-54
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

menggunakan Arm Roll Truck menuju ke Lokasi TPA (Tempat


Pembuangan Sampah Akhir).
3. Sistem Pengolahan Sampah
Sistem pengolahan sampah di wilayah Kawasan Perkotaan
Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau dapat direncanakan
Instalasi Pengolahan Sampah Tuntas (IPESATU) dengan
kapasitas 180 m3 per hari. Untuk mengurangi bau sampah
dan kemungkinan timbulnya penyakit/gangguan pada
masyarakat, maka pengolahan di TPA selain menggunakan
sistem control landfill, juga dapat dilengkapi dengan
mesin incinerator, yang selanjutnya dilakukan
pengolahan sampah secara tuntas dengan menggunakan
teknologi tepat guna (TTG). IPESATU terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut:
o Unit Incenerator yang berbaghan bakar kayu
berfungsi untuk mengeringkan sampah basah untuk
kemudian dipilah dengan mesin retang screen dan
selanjutnya diteruskan pleh para pekerja (secara
manual) untuk dipilah berdasarkan jenis sampahnya
yaitu sampah plastic (anorganik) dan sampah lainnya
(sampah organik).
o Unit Daur Ulang Plastik
Unit ini terdiri dari unit pencucian plastik dan
unit pengepresan plastik untuk menghasilkan produk
plastik setengahjadi
o Area Komposting
Area composting merupakan area untuk memanfaatkan
sampah organik yang bisa dimanfaatkan untuk
menyuburkan tanah.
o Pembuangan Terbuka (Open Dumping)
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu
dengan membuang begitu saja sampah yang telah
dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan. Cara
ini mempunyai kelebihan dalam hal :

V-55
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Investasi awal dan biaya operasional yang rendah


 Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.
 Merupakan cara yang luwes, yaitu dapat menampung
berapapun jumlah sampah.
 Tidak memerlukan cara pengumpulan terpisah.
 Lokasi pembuangan dapat digunakan untuk
keperluan lain seperti tempat parkir, dan
sebagainya.
Kekurangan cara ini adalah :
 Pencemaran yang ditimbulkan sangat besar.
 Lokasi pembuangan harus jauh dari perumahan dan
kegiatan kota lainnya sehingga ongkos angkut
menjadi mahal.
 Memerlukan lahan yang luas.
 Pemanfaatan lokasi pembuangan terbuka perlu
waktu yang lama karena sampah tidak dipadatkan
dulu.
 Memerlukan lahan relatif sedikit jika
dibandingkan dengan pembuangan terbuka.
 Penimbunan saniter dapat dipakai untuk mengurug
lahan berbagai keperluan.
Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah :
 Memerlukan lahan yang luas.
 Menimbulkan pencemaran pada air tanah.
o Pembakaran (Incineration)
Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan
sampah dengan cara mengurangi volume maupun berat
sampah melalui proses pembakaran. Kelebihan dengan
cara ini adalah :
 Tidak perlu lahan yang luas.
 Energi hasil proses pembakaran dapat
dimanfaatkan, misalnya dapat diubah menjadi
energi listrik.

V-56
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Gangguan berupa bau busuk dan visual hampir


tidak ada.
 Untuk jumlah sampah yang besar dan fluktuasi
sampah kecil, cara ini murah.
Sedangkan kekurangannya adalah :
 Investasi awal relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pembuangan terbuka atau penimbunan
saniter.
 Biaya operasional relati lebih tinggi.
 Perlu pasokan sampah yang konstan dan dalam
volume yang besar.
 Tidak dapat menerima semua jenis sampah.
o Pembuatan Kompos (Composting)
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah
sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali
yakni dengan mengelola sampah menjadi pupuk.
Kelebihan cara ini adalah :
 Tidak perlu lahan yang luas.
 Bahan hasil pengolahan dapat digunakan sebagai
pupuk.
 Untuk jumlah sampah yang besar dan fluktuasi
sampah yang kecil maka cara ini menjadi murah.
Kekurangan dari cara ini adalah :
 Investasi awal relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pembuangan terbuka ataupun
penimbunan saniter
 Biaya operasional relatif lebih tinggi dan akan
menjadi lebih tinggi bila jumlah sampah yang
diolah kapasitasnya lebih rendah daripada
kapasitas instalansi pembuatan kompos
 Tidak dapat menerima semua jenis sampah
 Masih memerlukan operasi pembuangan bahan sisa
yang tidak dapat diolah

V-57
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

 Kurang dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang,


karena di masa mendatang proporsi sampah yang
tidak dapat diolah semakin besar.
o Pemanfaatan Ulang (Recycling)
Pemanfaatan ulang merupakan cara pengolahan sampah
anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali dengan
cara mengolah sampah menjadi barang yang bernilai
ekonomis. Kelebihan cara ini adalah :
 Tidak perlu lahan yang luas.
 Bahan hasil pemanfaatan ulang dapat digunakan
kembali dan memberikan lahan bagi pemulung.
Sedangkan kekurangan dengan cara ini adalah :
 Investasi awal relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pembuangan terbuka ataupun
penimbunan saniter.
 Biaya operasional relatif lebih tinggi.
 Perlu pasokan sampah yang konstan dan dalam
volume yang besar.
 Tidak dapat menerima semua jenis sampah.
 Masih memerlukan operasi pembuangan bahan sisa
yang tidak dapat diolah.
 Kurang dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang,
karena di masa mendatang proporsi sampah yang
tidak dapat diolah semakin besar.
Jenis pengelolaan sampah lainnya berupa pengolahan
sampah 3R berupa pabrik pengolah sampah plastik untuk
di daur ulang (Pabrik II).
Stok bahan baku plastik didatangkan dari para pengepul
besar yang berada di sekitar area Kota, dengan daya
tampung lahan mencapai ± 2 ton. Area distribusi produk
dipasarkan di sekitar Kota Kp. Pajak Aek Kota Batu dan
Merbau dan sekitarnya. Sistem jaringan dan pengolahan
sampah dapat dilihat pada gambar berikut.
4. Skala Penanganan

V-58
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Skala penaganan sampah dapat dibedakan menjadi skala


penanganan individu, lingkungan, dan daerah. Di wilayah
Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan Merbau
skala penanganan sampah individu dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penanganan sesuai sistem dari Dinas
Kebrsihan yaitu dengan memanfaatkan TPA sebagai
pengolah akhir dan yang yang mengolah sampahnya
sendiri. Individu atau rumah tangga yang memanfaatkan
TPA sebagai pengolah akhir hanya mengumpulkan sampah
rumah tangganya saja yang selanjutnya diangkut petugas.
Sedangkan individu atau rumah tangga yang mengolah
sampahnya sendiri yaitu dengan ditimbun ataupun dibakar
di pekarangan masing-masing. Sistem pengolahan tersebut
kkebanyakan dilakukan oleh penduduk yang tidak
terlayani TPS/Kontainer. Namun yang menjadi
permasalahan yaitu adanya kebiasaan buruk masyarakat
yang membuang sampah di sungai. Hal tersebutlah yang
menjadi salah satu penyebab tercemarnya air sungai
serta terjadinya banjir.

V-59
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.27
Rencana Sistem Jaringan Sampah

V-60
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Skala penganan lingkungan yaitu dengan mengumpulkan


sampah rumah tangga di TPS/Kontainer. Seangkan skala
penanganan daerah yaitu dengan pengumpulan sampah ke
TPA serta pengolahan sampah di TPA.
Penanganan sampah dilakukan oleh dua pihak yaitu oleh
masyarakat sendiri maupun komunitas yang berlandaskan
masyarakat dan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Proporsi
pembagian didasarkan atas tahapan sistem pengolahan
sampah. Proses pengumpulan dari masyarakat kemudian
oleh pasukan kuning dikelola dan menjadi tanggung jawab
masyarakat. Sedangkan untuk tahapan pengangkutan dan
pengelolaan sampah dikelola oleh Dinas Lingkungan
Hidup.
5. Rencana Timbunan Sampah
Volume sampah tiap tahun akan mengalami peningkatan,
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Sehingga
untuk mengatasi penumpukan volume sampah sampai akhir
tahun perencanaan, perlu diperhitungkan volume
sampahnya untuk mengetahui jumlah sarana persampahan
yang diperlukan.
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan produksi volume
sampah di Kawasan Perkotaan Kp. Pajak Aek Kota Batu dan
Merbau adalah sebagai berikut:
 Produksi sampah yang dihasilkan setiap orang
diasumsikan 0,0025 m³/ hari.
 Produksi sampah yang dihasilkan oleh kegiatan
perdagangan/perkantoran diasumsikan sebesar 20 %
dari produksi sampah domestik.
 Produksi sampah yang dihasilkan oleh sarana sosial
diasumsikan sebesar 20 % dari produksi sampah
domestik.
 Produksi sampah lainnya diasumsikan 10 % dari total
keseluruhan.

V-61
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Selengkapnya mengenai rencana volume sampah dan kebutuhan


prasarana persampahan pada setiap SUB BWP dan perincian per
Blok dapat dilihat pada Tabel – Tabel di bawah ini.

Dinas Kebersihan

Dinas Kebersihan

Gambar 5.28
Diagram Sistem Pengolahan Sampah

5.7.2. Pengelolaan Persampahan dengan Konsep Bank Sampah


Bank Sampah merupakan salah satu pengelolaan sampah yang
berbasis komunitas (community development) yang didalamnya
terdiri atas 3 (tiga) komponen utama yaitu:

TIGA KOMPONEN UTAMA


(3P)

Penabung Pengelola Pengepul

Diberi
Disosialisasikan Diajak Kerja Sama
Pelatihan

Gambar 5.29

V-62
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Bagan Tiga Komponen Utama Bank Sampah Dalam Replikasi dan


Scalingup

Tim pengelola bertugas untuk bertugas untuk mengawal


keberlangsungan program tabungan sampah di Bank Sampah Gemah
Ripah. Layaknya seperti bank-bank konvensional pada umumnya,
susunan tim pengelola Bank Sampah Gemah Ripah juga memiliki
Direktur Bank, Teller, dan Accounting, yang mempunyai job
description sendiri-sendiri. Struktur organisasi pengelola
Bank Sampah Gemah Ripah dapat dilihat pada Gambar 5.30 dan
Tabel V.9 berikut:

Penggagas
Dan DIREKTUR
Pembina

SEKERTARIS BENDAHARA
Teller

Gambar 5.30
Bagan Struktur Organisasi Komunitas Bank Sampah

Tebel IV.9
Struktur Organisasi Pengelola Bank Sampah
No. Jabatan Job discription
1 Direktris Mengkoordinasi kegiatan yang ada di bank
sampah
2 Sekretaris Bertanggung jawab terhadap ketertiban
sistem administrasi yang ada di bank
sampah
3 Bendahara Bertanggung jawab terhadap keuangan yang
(accounting) ada di bank sampah

V-63
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

No. Jabatan Job discription


4 Teller Bertanggung jawab dalam melayani kegiatan
menabung di bank sampah baik bagi para
penabung individu maupun komunal.
Sumber: Buku Bank Sampah Gemah Ripah, Tahun 2011

Persentase susunan pengelola sebagian besar didominasi oleh


pemuda dan pemudi, dengan pertimbangan adanya
keberlanjutan/regenerasi/meneruskan program dari sistem
tabungan sampah di Bank Sampah.

Selanjutnya pengelola diberi pelatihan dasar guna memberikan


bekal pengetahuan dan keterampilan cara kerja pelayanan
tabungan sampah bank sampah, sehingga dalam menjalankan
tugasnya dapat mengerti dan memahami kapasitas yang
embannya. Dalam pelatihan ini juga dilakukan penyamaan
persepsi tentang mekanisme pelayanan tabungan secara
individu dan secara komunal.
Untuk mendirikan bangunan bank sampah tidaklah memerlukan
lahan yang luas, cukup dengan 40 m2 saja sudah dapat
mendirikan bank sampah seperti yang ada di Bank Sampah Gemah
Ripah Kabupaten Bantul, begitu juga modal yang diperlukan
untuk mendirikan bank sampah, dengan minimal Rp.2.000.000
sudah dapat mendirikan bank sampah. Modal ini diperuntukkan
untuk membeli keperluan sarana/peralatan pendukung bank
sampah. Sarana/peralatan pendukung bank sampah ini antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Meja dan kursi;
2. Timbangan;
3. Buku tabungan sampah (buku rekening);
4. Alat Tulis Kantor (Ballpoint, buku induk bank sampah,
surat penerimaan tabungan sampah, kertas karbon);
5. Stapples;
6. Paperclip;
7. Tali;
8. Tong sampah terpilah; dan

V-64
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

9. Lain sebagainya
Layaknya sepertinya bank-bank konvensional pada umumnya bank
sampah juga memiliki ruang-ruang bagian pendukung aktifitas
sebuah bank seperti, ruang tamu, locker, dan ruang teller.
Ruang-ruang yang ada di bank sampah dapat dilihat pada Tabel
V.10 sebagai berikut.

Gambar 5.13
Ruang yang ada di Bank Sampah
No Ruang Foto
1 Ruang locker, kalau di bank-
bank konvensional pada
umumnya ruang locker
digunakan sebagai tempat
penyimpanan uang, di bank
sampah ruang locker berfungsi
sebagai tempat penyimpanan
sampah terpilah yang ditabung
nasabah

2 Ruang tamu, yang berfungsi


sebagai tempat pelayanan tamu
nasabah bank sampah, baik
yang ingin menabung sampah,
maupun yang datang berkunjung
ke bank sampah

V-65
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

No Ruang Foto
3 Ruang Teller, yang berfungsi
sebagai tempat pelayanan
teller kepada nasabahnya,
mulai dari pelayanan
penimbangan sampah,
pencatatan dalam buku induk,
hingga pemberian nota
tabungan sampah.

Sumber: Bank Sampah Gemah Ripah Kabupaten Bantul

V-66
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.14
Rencana Pengembangan Kebutuhan Alat Sistem Pengelolaan Persampahan
di Bagian Wilayah Perkotaan dirinci Perblok
Tahun 2015-2035
Volume Jumlah Penduduk Tahun 2015 Tahun 2020 Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035
SBWP -
Jenis Rumah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
BLOK (m³) Pendukung (jiwa)
(Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit)
Gerobak Sampah 2 2.500 0 0 1 1 1
I-1
Bak Sampah 6 2.500 0 0 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 0 0 0 0 0
I-2
Bak Sampah 6 2.500 0 0 0 0 0
Gerobak Sampah 2 2.500 0 0 0 1 1
I-3
Bak Sampah 6 2.500 0 0 0 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 0 0 1 1 1
II-1
Bak Sampah 6 2.500 0 0 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 1 1 1 1 1
II-2
Bak Sampah 6 2.500 1 1 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 0 1 1 1 1
II-3
Bak Sampah 6 2.500 0 1 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 1 1 1 1 1
II-4
Bak Sampah 6 2.500 1 1 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 1 1 1 1 1
III-1
Bak Sampah 6 2.500 1 1 1 1 1
Gerobak Sampah 2 2.500 1 1 1 2 2
III-2
Bak Sampah 6 2.500 1 1 1 2 2
Gerobak Sampah 2 2.500 1 1 1 1 1
III-3
Bak Sampah 6 2.500 1 1 1 1 1
Jumlah 11 12 13 15 17
Gerobak Sampah 2 30.000 0 1 1 1 1
BWP
Bak Sampah Besar 12 30.000 0 1 1 1 1
Jumlah 0 2 2 2 2
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2014

V-67
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gambar 5.30
Rencana Pengembangan Kebutuhan Alat Sistem Pengelolaan Persampahan
di Sub BWP I
Tahun 2015-2035

V-68
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gamabr 5.31
Rencana Pengembangan Kebutuhan Alat Sistem Pengelolaan Persampahan
di Sub BWP II
Tahun 2015-2035

V-69
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

Gamabr 5.32
Rencana Pengembangan Kebutuhan Alat Sistem Pengelolaan Persampahan
di Sub BWP III
Tahun 2015-2035

V-70
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
LAPORAN RENCANA

V-71
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RDTR DAN PZ
KAWASAN PERKOTAAN KAMPUNG PAJAK,AEK KOTA BATU DAN MERBAU
KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Anda mungkin juga menyukai