Anda di halaman 1dari 41

Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 38 TAHUN 2004


TENTANG JALAN
Dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004 Tentang
Jalan diatur tentang peran,pengelompokan dan bagian – bagian jalan.
1. Peran, Pengelompokan dan Bagian-bagian Jalan
a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting
dalam bidang ekonomi, social budaya, lingkungan hidup, politik,
pertahanan dan keamanan, serta di gunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara
c. Jalan yang merupakan satu kesatuan system jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
2. Pengelompokan Jalan
a. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan
khusus
b. Jalan umum dikelompokkan menurut system, fungsi, status dan kelas
c. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka
distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan
3. Bagian-bagian jalan
a. meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan
jalan
b. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengamannya
c. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan selajur tanah tertentu
di luar manfaat jalan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 1
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

2.2 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN


2006 TENTANG JALAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.

2.2.1 Sistem Jaringan Jalan


1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki.
2. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang
wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan
dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
3. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi
yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
a. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan; dan
b. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
4. Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke
persil.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 2
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

2.2.2 Fungsi Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer, Lokal Primer Dan
Lingkungan Primer
1. Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah.
2. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal
3. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat
kegiatan local dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan.
4. Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

2.2.3 Fungsi Jalan Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, Lokal Sekunder Dan
Lingkungan Sekunder
1. Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2. Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
3. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
4. Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan
perkotaan.

2.2.4 Persyaratan Teknis Jalan


1. Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan,
kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap,

LAPORAN PENDAHULUAN II - 3
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak


terputus.
2. Persyaratan teknis jalan harus memenuhi ketentuan keamanan,
keselamatan, dan lingkungan.
a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 (sebelas) meter.
b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume
lalu lintas rata-rata.
c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer harus tetap terpenuhi.
e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan
f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
g. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
i. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga masih tetap
terpenuhi.
j. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu harus tetap memenuhi.
k. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
l. Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
m. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 4
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

n. Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana


paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
o. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih.
p. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

2.2.5 Status Jalan


Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas:
a. Jalan nasional, terdiri atas
 Jalan arteri primer
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
provinsi
 Jalan tol
 Jalan starategis nasional
b. Jalan provinsi terdiri atas:
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan ibukota kabupaten atau kota
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
kabupaten atau kota
 Jalan strategis provinsi
 Jalan di Daerah Khusus IbuKota Jakarta
c. Jalan kabupaten terdiri atas:
 Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan
jalan provinsi
 Jalan local primer menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar
ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa dan antar
desa

LAPORAN PENDAHULUAN II - 5
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan


sekunder dalam kota
 Jalan strategis kabupaten
d. Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam
kota
e. Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan local primer
yang tidak termasuk jalan kabupaten dan merupakan jalan umum
yang menghubungkan kawasan dan atau antar permukiman di
dalam desa

2.3 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2012


TENTANG PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN
A. Ketentuan Umum
1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
2. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum.
3. Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan
kewenangannya.
4. Sistem Jaringan Jalan adalah suatu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.
5. Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan dengan peran
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat kegiatan.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 6
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

6. Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan


peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan.
7. Jalan Arteri Primer yang selanjutnya disingkat JAP adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna antar-pusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
8. Jalan Arteri Sekunder yang selanjutnya disingkat JAS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau
kawasan sekunder kesatu dengan kawsan sekunder kedua.
9. Jalan Kolektor Primer yang selanjutnya disingkat JKP terdiri atas JKP-1
(jalan kolektor primer satu), JKP-2 (jalan kolektor primer dua), JKP-3
(jalan kolektor primer tiga), dan JKP-4 (jalan kolektor primer empat).
10. Jalan Kolektor Sekunder yang selanjutnya disingkat JKS adalah jalan
yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua, atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
11. Jalan Lokal Primer yang selanjutnya disingkat JLP adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungann.
12. Jalan Lokal Sekunder yang selanjutnya disingkat JLS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga
dan seterusnya sampai ke perumahan.
13. Jalan Lingkungan Primer yang selanjutnya disebut JLing-P adalah jalan
yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
14. Jalan Lingkungan Sekunder yang selanjutnya disebut JLing-S adalah
jalan yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 7
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

15. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
16. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
17. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
18. Pusat Kegiatan Lingkungan yang selanjutnya disebut PK-Ling atau
istilah lain sebagaimana disebut dalam peraturan perundang-undangan
mengenai penataan ruang adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
19. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat PKSN
adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara.
20. Kawasan Primer adalah kawasan perkotaan dengan kriteria memiliki
fungsi pelayanan untuk kawasan perkotaan dan kawasan wilayah di
luarnya.
21. Kawasan Sekunder-I adalah kawasan perkotaan dengan kriteria
memiliki fungsi pelayanan seluruh wilayah kawasan perkotaan yang
bersangkutan.
22. Kawasan Sekunder-II adalah kawasan perkotaan dengan kriteria
memiliki fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan
kawasan fungsi sekunder kesatu.
23. Kawasan Sekunder-III adalah kawasan perkotaan dengan kriteria
memiliki fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan
kawasan sekunder kedua.
24. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pekerjaan umum.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 8
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

B. Penetapan Fungsi Jalan


1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
2. Pusat kegiatan dalam sistem jaringan jalan primer meliputi PKN, PKW,
PKL, PK-Ling, PKSN, Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis
Provinsi, dan Kawasan Strategis Kabupaten.
3. Kawasan perkotaan dalam sistem jaringan jalan sekunder Kawasan
Primer, Kawasan Sekunder-I,
4. Kawasan Sekunder-II, Kawasan Sekunder-III, perumahan, dan persil.
C. Fungsi Jalan
 Fungsi Jalan Primer
a. Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan primer meliputi JAP, JKP,
JLP, dan JLing-P.
b. JAP (Jalan Arteri Primer) menghubungkan secara berdaya guna:
a) antarPKN;
b) antara PKN dan PKW;
c) antara PKN dan/atau PKW dan pelabuhan utama/pengumpul;
dan
d) antara PKN dan/atau PKW dan bandar udara
utama/pengumpul.
c. JKP meliputi:
o JKP-1 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya guna
antar ibukota provinsi;
o JKP-2 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya guna
antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota;
o JKP-3 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya guna
antar ibukota kabupaten/ kota; dan
o JKP-4 adalah JKP yang menghubungkan secara berdaya guna
antara ibukota kabupaten/kota dan ibukota kecamatan.
d. JLP menghubungkan secara berdaya guna simpul:

LAPORAN PENDAHULUAN II - 9
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

o antara PKN dan PK-Ling;


o antara PKW dan PK-Ling;
o antarPKL; dan
o antara PKL dan PK-Ling.
e. JLing-P menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
 Fungsi Jalan Sekunder
a. Fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder meliputi JAS,
JKS, JLS, dan JLing-S.
b. JAS (Jalan Arteri Sekunder) menghubungkan secara berdaya guna:
o antara Kawasan Primer dan Kawasan Sekunder-I;
o antarKawasan Sekunder- I ; dan
o antara Kawasan Sekunder- I dan Kawasan Sekunder- II.
c. JKS (Jalan Kolektor Sekunder) menghubungkan secara berdaya
guna:
o antarKawasan Sekunder-II; dan
o antara Kawasan Sekunder-II dan Kawasan Sekunder-III.
d. JLS (Jalan Lokal Sekunder) menghubungkan secara berdaya guna:
o antara Kawasan Sekunder-I dan perumahan;
o antara Kawasan Sekunder-II dan perumahan; dan
o antara Kawasan Sekunder-III dan seterusnya sampai ke
perumahan.
e. JLing-S menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

2.4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG


JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan merupakan serangkaian Simpul dan/atau Ruang

LAPORAN PENDAHULUAN II - 10
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

Kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan yang terdiri dari:
A. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai
peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
B. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi
untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan
Lalu Lintas.
C. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi
untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan
atau pada ruas Jalan.

2.4.1 Ruang Lalu Lintas


Ruang lalu lintas terdiri dari kelas jalan, batas kecepatan. Kelas jalan atas
dasar fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung menerima muatan sumbu
terberat dan dimensi kendaraan bermotor terdiri atas:
a. jalan kelas I terdiri atas Jalan Arteri dan Jalan Kolektor
b. jalan kelas II terdiri atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lingkungan.
c. jalan kelas III terdiri atas Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal, Jalan
Lingkungan.
d. jalan kelas khusus
Dalam penetapan kelas jalan memiliki ketentuan sesuai peraturan yang berlaku
yaitu:

1. jalan nasional dilakukan dengan keputusan menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang jalan setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri;
2. jalan provinsi dilakukan dengan keputusan gubernur setelah mendapat
pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang jalan;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 11
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

3. jalan kabupaten dan jalan desa dilakukan dengan keputusan bupati; dan
4. jalan kota dilakukan dengan keputusan walikota.

Kendaraan bermotor yang dapat berlalu lintas di setiap kelas jalan ditentukan
berdasarkan ukuran, dimensi, muatan sumbu terberat, dan permintaan angkutan.
Kendaraan bermotor yang dapat berlalu lintas di jalan Kelas I ditentukan:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter;
b. ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter;
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter; dan
d. ukuran muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
Kendaraan bermotor yang dapat berlalu lintas di jalan Kelas II ditentukan:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter;
b. ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter;
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter; dan
d. ukuran muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
Kendaraan bermotor yang dapat berlalu lintas di jalan Kelas III ditentukan:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter;
b. ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter;
c. ukuran tinggi tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter; dan
d. ukuran muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
Jalan kelas III didesain dengan muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton
hanya dapat dilewati kendaraan bermotor dengan ukuran:
a. lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter;
b. panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter; dan
c. paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter.

Setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
nasional. Batas kecepatan paling tinggi meliputi:
a. batas kecepatan jalan bebas hambatan;
b. batas kecepatan jalan antarkota;
c. batas kecepatan jalan pada kawasan perkotaan; dan
d. batas kecepatan jalan pada kawasan permukiman.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 12
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

Untuk jalan bebas hambatan ditetapkan batas kecepatan paling rendah. Batas
kecepatan ditetapkan:
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas
dan paling tinggi 100 (seratus) kilometer per jam untuk jalan bebas
hambatan;
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antarkota;
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untuk kawasan perkotaan;
dan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untuk kawasan permukiman.
Batas kecepatan paling tinggi dan batas kecepatan paling rendah harus dinyatakan
dengan Rambu Lalu Lintas.

2.4.2 Perlengkap Jalan


Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi
dengan perlengkapan jalan berupa:
1. Rambu Lalu Lintas;
2. Marka Jalan;
3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
4. alat penerangan jalan;
5. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
6. alat pengawasan dan pengamanan jalan;
7. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan
8. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di
jalan dan di luar badan jalan.
Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan, pemeliharaan, perbaikan,
penghapusan, dan pengawasan perlengkapan jalan harus sesuai dengan
peruntukan dilakukan berdasarkan hasil analisis manajemen dan rekayasa lalu
lintas. Berikut penjelasan tentang aturan pelengkap jalan.
1. Rambu Lalu lintas.
Rambu Lalu lintas terdiri dari rambu peringatan, rambu larangan, rambu
perintah dan rambu petunjuk.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 13
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

a. Rambu peringatan adalah digunakan untuk memberi peringatan


kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan
dan menginformasikan tentang sifat bahaya.
b. Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh Pengguna Jalan.
c. Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib
dilakukan oleh Pengguna Jalan.
d. Rambu petunjuk digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saat
melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi lain kepada
Pengguna Jalan.
Rambu Lalu Lintas dipasang secara tetap. Dalam keadaan dan kegiatan
tertentu dapat digunakan Rambu Lalu Lintas sementara. Penempatan dan
penggunaan Rambu Lalu Lintas yang bersifat perintah dan larangan dapat
didukung atau dijaga oleh Petugas dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Pada Rambu Lalu Lintas dapat dilengkapi papan tambahan yang
memuat keterangan tertentu. Rambu Lalu Lintas dapat berupa: Rambu Lalu
Lintas konvensional; atau Rambu Lalu Lintas elektronik.
Rambu Lalu Lintas konvensional berupa rambu dengan bahan yang mampu
memantulkan cahaya atau retro reflektif, rambu lalu lintas elektronik
berupa rambu yang informasinya dapat diatur secara elektronik.
2. Marka Jalan
Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau
menuntun Pengguna Jalan dalam berlalu lintas berupa peralatan; atau
tanda. Peralatan yang dimaksud berupa paku jalan, alat pengarah lalu
lintas; dan pembagi lajur atau jalur. Sedangkan tanda yang dimaksud
berupa marka membujur, marka melintang, marka serong, marka lambang,
marka kotak kunindan marka lainnya. Marka Jalan berlaku bagi lalu lintas
sesuai arah lalu lintas. Pada kondisi tertentu, Marka Jalan yang dinyatakan
dengan garis-garis pada permukaan jalan dapat dilengkapi dengan paku
jalan.
Marka Jalan dapat berwarna putih, kuning, merah, warna lainya. Jika marka
jalan berwarna putih menyatakan bahwa Pengguna Jalan wajib mengikuti

LAPORAN PENDAHULUAN II - 14
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

perintah atau larangan sesuai dengan bentuknya. Marka Jalan berwarna


kuning menyatakan bahwa Pengguna Jalan dilarang berhenti pada area
tersebut. Marka Jalan berwarna merah menyatakan keperluan atau tanda
khusus. Marka Jalan warna lainnya adalah Marka Jalan selain warna putih,
kuning, dan merah yang menyatakan daerah kepentingan khusus yang
harus dilengkapi dengan rambu dan/atau petunjuk yang dinyatakan
dengan tegas.
Marka jalan memliki bentuk tertentu yaitu marka jalan membujur yang
terdiri atas garis utuh, garis putus-putus, garis ganda yang terdiri dari garis
utuh dan garis putus-putus, serta garis ganda terdiri dari dua garis utuh.
Marka melintang berupa garis utuh dan garis putus-putus. Marka serong
berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh, garis utuh yang
dibatasi dengan rangka garis putus-putus. Marka lambang berupa panah,
gambar, segitiga, atau tulisan yang dipergunakan untuk mengulangi
maksud rambu-rambu atau untuk memberitahu Pengguna Jalan yang tidak
dapat dinyatakan dengan rambu-rambu. Marka kotak kuning merupakan
marka jalan berbentuk segi empat berwarna kuning yang berfungsi untuk
melarang kendaraan berhenti disuatu area.

3. Alat pembri isyarat lalulintas


Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas terdiri atas:
a. lampu tiga warna, untuk mengatur kendaraan;
b. lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan/atau Pejalan Kaki; dan
c. lampu satu warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada Pengguna
Jalan.
Lampu tiga warna yang dimaksud adalah lampu merah, dipergunakan untuk
menyatakan kendaraan harus berhenti dan tidak boleh melewati marka
melintang yang berfungsi sebagai garis henti. Lampu kuning yang menyala
sesudah cahaya berwarna hijau padam, dipergunakan untuk menyatakan
bahwa cahaya berwarna merah akan segera menyala, kendaraan bersiap
untuk berhenti. Lampu kuning yang menyala bersama dengan cahaya
berwarna merah, dipergunakan untuk menyatakan bahwa lampu hijau akan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 15
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

segera menyala, kendaraan dapat bersiap-siap untuk bergerak. Lampu hijau,


dipergunakan untuk menyatakan kendaraan berjalan.

4. Alat Penerangan Jalan


Alat penerangan jalan merupakan lampu penerangan jalan yang berfungsi
untuk memberi penerangan pada Ruang Lalu Lintas. Lampu penerangan jalan
harus memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan. Ketentuan
lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan lampu
penerangan jalan diatur dengan Peraturan Menteri.

5. Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan


Alat pengendali Pengguna Jalan digunakan untuk pengendalian atau
pembatasan terhadap kecepatan dan ukuran kendaraan pada ruas-ruas jalan.
Alat pengendali Pengguna Jalan terdiri atas: alat pembatas kecepatan; dan alat
pembatas tinggi dan lebar yang berupa pagar pengamanan, cermin tikungan,
patok lalu lintas, pita peneduh, jalur pengehentian darurat, pembatas lalu
lintas.
6. Alat pengawasan dan pengaman jalan.
Alat pengawasan dan pengamanan jalan berfungsi untuk melakukan
pengawasan terhadap angkutan barang dalam memenuhi ketentuan:
a. tata cara pemuatan;
b. daya angkut;
c. dimensi kendaraan; dan
d. kelas jalan.
Yang terdiri dari alat penimbangan yang dipasang secara tetap dan alat
penimbang yang dapat di pindahkan.

2.5 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2011


TENTANG RENCANA TATARUANG KOTA MALANG 2010-2030
Berdasarkan perda nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tataruang
Wilayah Kota Malang 2010-2030 terdapa visi dan misi. Visi Kota Malang adalah

LAPORAN PENDAHULUAN II - 16
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

“Terwujudnya Kota Malang sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas,


Kota Sehat dan Ramah Lingkungan, Kota Pariwisata yang Berbudaya, Menuju
Masyarakat yang Maju dan Mandiri”.
Dengan visi tersebut dalam Perda Kota Malang nomor 4 tahun 2011 juga
dijabarkan misi untuk mencapai visi tersebut, yaitu:
Misi 1 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pendidikan yang Berkualitas;
Misi 2 : Mewujudkan Peningkatan Kesehatan Masyarakat;
Misi 3 : Mewujudkan Penyelenggaraan Pembangunan yang Ramah
Lingkungan;
Misi 4 : Mewujudkan Pemerataan Perekonomian dan Pusat Pertumbuhan
Wilayah Sekitarnya;
Misi 5 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pariwisata yang Berbudaya;
Misi 6 : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima.

2.5.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Malang


Dalam perumusan tujuan, kebijkan strategi pembangunan Kota Malang
Terdiri dari sebagai berikut:
A. Tujuan dalam penataan ruang Kota Malang
1) Mewujudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor
penunjang pariwisata serta sektor industri, perdagangan dan jasa agar
tercipta kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
2) Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah
yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota.
B. Kebijakan dan Strategi Dalam Penataan Ruang Kota Malang.
Kebijakan dan Strategi Dalam Penataan Ruang Kota Malang terdiri atas:
a. Struktur ruang wilayah kota
Kebijakan struktur ruang Kota Malang adalah sebagai berikut:
1) Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
dilakukan dengan Strategi sebagai berikut:
 Mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala
nasional;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 17
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 Mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang siap melayani


kegiatan nasional.
2) Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional
dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
 Mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan skala regional;
 Mendukung pengembangan transportasi kereta api komuter;
 Mengarahkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/atau
administrasi masyarakat pada skala regional;
 Mengarahkan perkembangan perdagangan dan jasa pada jalur
regional;
 Mengarahkan perkembangan kegiatan industri dan pergudangan
pada kawasan perbatasan kota;
 Mendorong pertumbuhan sektor-sektor strategis dengan
mengutamakan perkembangan ekonomi lokal;
 Meningkatkan pengembangan kawasan yang cenderung menjadi
aglomerasi fasilitas pelayanan regional.
3) Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan
Malang Raya dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
 Mendorong sektor pendukung pariwisata yang melayani kawasan
Malang Raya;
 Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya
yang mendukung pelayanan Malang Raya;
 Menjalin kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang Raya
untuk memantapkan pelayanan dan pengembangan kota;
 Meningkatkan kegiatan dan pelayanan sektor perdagangan dan jasa
yang mengarah pada pendukung sektor pariwisata.
4) Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang dilakukan dengan
strategi sebagai berikut:
 menetapkan dan memantapkan kawasan alun-alun sebagai pusat
pelayanan kota;
 menetapkan pembagian wilayah Kota Malang menjadi 5 (lima) sub
pusat pelayanan kota;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 18
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata;


 mengembangkan pusat-pusat lingkungan yang melayani skala
lingkungan wilayah kota secara proporsional;
 menghubungkan antar sub pusat kota dan antara masing-masing
sub pusat kota dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang
dengan pola pergerakan merata;
 mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya
yang mendukung pelayanan pusat kota dan sub pusat kota secara
berimbang;
 mengarahkan sentra-sentra budidaya yang mendukung pelayanan
skala pusat kota dan sub pusat kota;
 mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat
lingkungan yang berhierarki dan tersebar secara berimbang dan
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem kota menuju pusat
kota;
 mendorong pembangunan dan pengembangan pusat-pusat
lingkungan yang selaras dan seimbang;
 mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan
atau administrasi masyarakat pada sub wilayah kota secara merata.
5) Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari :
i. Sistem dan jaringan transportasi;
ii. Sistem prasarana sumber daya air; dan
iii. Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan.
b. Pola ruang wilayah kota
Kebijakan pola ruang Kota Malang Sebagai Berikut:
Penetapan dan Pengembangan Kawasan Lindung dilakukan dengan
strategi sebagai berikut:
 Memantapkan kawasan lindung dengan menjaga dan
mengembalikan fungsi kawasan;
 Membatasi kegiatan di kawasan lindung yang telah digunakan;
 Mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota untuk
kegiatan jalur hijau dan rth;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 19
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 Menyediakan rth kota minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan
upaya :
 Melakukan pengadaan lahan untuk dijadikan rth kota;
 Tidak mengalihfungsikan rth eksisting;
 Merevitalisasi dan memantapkan kualitas rth eksisting;
 Mengarahkan pengembang untuk menyerahkan fasilitas rth
nya menjadi rth publik kota;
 Menata dan menyediakan rth sesuai fungsinya : ekologis,
sosial-ekonomi, dan arsitektural;
 Menanam pohon dengan jenis yang disesuaikan dengan
karakteristik rth;
 Menempatkan rth sebagai pendukung identitas kawasan;
 Mengelompokkan rth sesuai fungsi, hierarki, dan skala ruang
lingkungannya;
 Membangun hutan kota, lapangan olahraga terbuka, kebun
bibit, taman kota, dan taman lingkungan;
 Membangun rth pada ruas jalan utama kota;
 Membangun rth pada lokasi fasilitas umum kota;
 Membangun rth pada sempadan sungai, sempadan rel kereta
api, sempadan jaringan saluran udara tegangan tinggi (sutt);
 Menghijaukan halaman/kavling rumah, perkantoran, dan
perdagangan.
 Mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
 Memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi
vegetasi di kawasan lindung sesuai dengan fungsi kawasan;
 Mengamankan kawasan lindung dari kegiatan yang cenderung
mengganggu penggunaan kawasan tersebut;
 Mendorong pemanfaatan kawasan lindung yang tidak mengganggu
sistem ekologi yang telah berjalan;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 20
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 Meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah yang


berwenang dalam penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan
kelestarian dan keberlanjutan kawasan lindung;
 Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom yang berbatasan,
khususnya terkait daerah aliran sungai;
 Mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian
masyarakat terhadap kelestarian kawasan lindung.
 Menerapkan inovasi penyediaan rth antara lain melalui
peningkatan jumlah tegakan, memperbanyak taman atap (roof
garden) pada bangunan tinggi, dinding hijau (green wall) pada
kawasan padat bangunan, dan taman mini pada setiap lahan
terbuka.
1) Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Budidaya dilakukan
dengan strategi sebagai berikut:
 Tidak mengalihfungsikan RTH;
 Mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola
pembangunan hunian berimbang berbasis pada konservasi air yang
berwawasan lingkungan;
 Mengembangkan kawasan perumahan formal dan informal sebagai
tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif dengan didukung
sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
 Mengembangkan perumahan secara vertikal;
 Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata
sesuai skala pelayanan;
 Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara vertikal
yang memperhatikan aspek ekologis;
 Mengembangkan komplek perkantoran pemerintah maupun swasta
secara vertikal;
 Mengarahkan komplek industri dan pergudangan pada perbatasan
kota;
 Mengendalikan intensitas kegiatan industri dan pergudangan pada
sub wilayah kota yang telah ada;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 21
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

 Mengembangkan komplek industri dan pergudangan yang


mempertimbangkan aspek ekologis;
 Mengarahkan terbentuknya kawasan ruang terbuka non hijau untuk
menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat,
secara merata pada sub wilayah kota;
 Mengarahkan dan menata kawasan bagi kegiatan sektor informal,
dengan upaya :
 Mengatur persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu
sesuai dengan jenisnya;
 Memberikan kemudahan dalam proses penyediaan modal dan
bantuan teknis untuk sektor informal;
 Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor
informal lebih berkembang; dan
 Menetapkan regulasi bagi keberadaan sektor informal.
 Menetapkan kawasan ruang evakuasi bencana;
 Mengembangkan fasilitas umum dan sosial, meliputi pelayanan
umum pendidikan, kesehatan, dan peribadatan, dengan upaya :
 Mengarahkan pendistribusian pembangunan fasilitas umum
secara merata pada sub wilayah kota;
 Meningkatkan kualitas tiap fasilitas umum yang sudah ada;
 Membangun pusat pelayanan baru dengan memperhatikan
sistem pelayanan wilayah kota;
 Meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi arahan
untuk fasilitas dengan skala pelayanan regional, kota serta lokal
yang menciptakan fungsi kegiatan primer, sekunder, dan tersier;
 Menciptakan efisiensi serta efektifitas pelayanan yang ada
sehingga mampu menjangkau seluruh penduduk di semua sub
wilayah kota yang ada dengan cara :
- Membatasi dan mengarahkan perkembangan fasilitas yang
berkelompok pada pusat pelayanan tertentu;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 22
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

- Melakukan upaya pemerataan penyediaan fasilitas pada sub


wilayah kota yang memerlukan dengan pertimbangan
konsentrasi penduduk.
 Mendukung pemanfaatan kawasan militer;
 Membatasi pemanfaatan kawasan budidaya yang mengganggu
ekosistem yang ada.
c. Penetapan Kawasan Strategis wilayah kota
Kebijakan Penepatan kawasan strategis kota malang diarahkan pada aspek
pertumbuhan ekonomi (kawasan perdagangan dan jasa, pariwisata, industri),
dan sosial budaya (kawasan cagar budaya dan bangunan bersejarah)
dilakukan dengan menggunakan strategi sebagai berikut:
 Menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi, sosial budaya, dan dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup;
 Mengembangkan sentra-sentra industri rumah tangga dan industri kecil
non polutan sebagai kawasan strategis ekonomi;
 Menetapkan kawasan strategis sosial budaya yang menunjukkan jati diri
maupun penanda budaya kota;
 Menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan kriteria
benda cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata
budaya.
 Mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar
budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
kepariwisataan;
 Mempercepat revitalisasi kawasan kota yang terjadi penurunan fungsi
sehingga menjadi pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya;
 Membangun prasarana pariwisata

2.5.2 Rencana Struktur Ruang Kota Malang


Rencana struktur ruang Kota Malang terdiri dari sistem pusat pelayanan
kegiatan kota dan rencana sistem prasarana wilayah kota.
1. Sistem pusat pelayanan kegiatan kota terdiri atas:

LAPORAN PENDAHULUAN II - 23
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

1) Pusat pelayanan kota (PPK)


Pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional,
yakni pada Kawasan Alun-alun dan sekitarnya, dengan fungsi :
A. Pelayanan primer: pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa,
sarana olahraga, dan peribadatan;
B. Pelayanan sekunder: pendidikan, fasilitas umum dan sosial, perdagangan
dan jasa, perumahan serta ruang terbuka hijau.

2) Sub pusat pelayanan kota


Sub pusat pelayanan kota terdiri dari:
A. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Dinoyo dan
sekitarnya serta Taman Krida Budaya dan sekitarnya, melayani sub
wilayah kota Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru,
dengan fungsi :
a) Pelayanan primer : pendidikan, perdagangan dan jasa, industri
besar/menengah dan kecil serta wisata budaya;
b) Pelayanan sekunder : perumahan, perkantoran, fasilitas umum, dan
ruang terbuka hijau.
B. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Blimbing dan
sekitarnya, Jalan Laksamana Adi Sucipto dan sekitarnya, Kawasan
Perumahan Pondok Blimbing Indah dan sekitarnya, serta Terminal
Arjosari dan sekitarnya, melayani Sub wilayah Kota Malang Timur Laut,
meliputi sebagian Wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :
a) Pelayanan primer : pelayanan terminal, industri besar, menengah,
dan kecil, perdagangan dan jasa, pendidikan dan sarana olah raga;
b) Pelayanan sekunder : permukiman, sarana olahraga, perkantoran,
pendidikan dan fasilitas umum, serta ruang terbuka hijau;
C. Sub pusat pelayanan kota yang berada di kawasan Perumahan Sawojajar,
Vellodrom dan sekitarnya, serta Perumahan Buring dan sekitarnya,
melayani Sub Wilayah Kota Malang Timur, meliputi sebagian wilayah
Kecamatan Kedungkandang dan sebagian wilayah Kecamatan Blimbing,
dengan fungsi :

LAPORAN PENDAHULUAN II - 24
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

a) Pelayanan primer : perkantoran, sarana olahraga, industri dan


perumahan;
b) Pelayanan sekunder : perdagangan dan jasa, peribadatan,
pendidikan, fasilitas umum, dan RTH;
D. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di Pasar Gadang dan sekitarnya,
kawasan Jalan Mayjen Sungkono dan sekitarnya, serta Jalan Satsuit
Tubun – Gadang – Bumiayu dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota
Malang Tenggara, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sukun dan
sebagian Kecamatan Kedungkandang, dengan fungsi :
a) Pelayanan primer : perkantoran, perdagangan dan jasa, pusat olah
raga, gedung pertemuan, industri, dan perumahan;
b) Pelayanan sekunder : perdagangan dan jasa, peribadatan,
pendidikan dan fasilitas umum, serta RTH;
E. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di kawasan Jalan Dieng – Terusan
Dieng dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Barat, meliputi
wilayah sebagian Kecamatan Sukun, dengan fungsi :
a) Pelayanan primer : industri, fasilitas umum, dan perumahan;
b) Pelayanan sekunder : pendidikan, pertanian, perdagangan dan jasa,
sarana olah raga, dan RTH;
3) Pusat pelayanan lingkungan
Pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota
dikembangkan pada masing-masing kelurahan di tiap sub wilayah kota.
2. Sistem prasarana wilayah kota terdiri dari:
A. Rencana Sistem Prasarana Utama, yang merupakan sistem jaringan
transportasi terdiri dari:
a) Jaringan jalan nasional yang melewati wilayah Kota Malang terdiri
dari ruas jalan, sebagai berikut : Jalan A. Yani - Jalan Raden Intan -
Jalan R.P. Suroso - Jalan Sunandar P. Sudarmo - Jalan Tumenggung
Suryo - Jalan Panglima Sudirman - Jalan Gatot Subroto - Jalan Kolonel
Sugiono - Jalan Laksmana Martadinata - Jalan Satsuit Tubun - Jalan
Sudanco Supriadi.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 25
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

b) Jaringan jalan provinsi yang melewati wilayah Kota Malang terdiri


dari ruas jalan, sebagai berikut : Jalan A. Yani – Jalan Borobudur –
Jalan Soekarno Hatta – Jalan MT. Haryono - Jalan Tlogomas.
c) Rencana perbaikan pola pergerakan transportasi wilayah kota,
meliputi :
a. pembangunan pola jaringan jalan yang menjangkau daerah-
daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola
jaringan yang menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan
efisien dengan pembangunan jalan lingkar;
b. pengaturan rute arus pergerakan atau lalu lintas;
c. penataan rute angkutan umum yang pola pergerakannya dapat
melayani kepentingan masyarakat secara merata.
d) Pembangunan jalan lingkar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, meliputi :
a. Jalan Lingkar Barat, dengan jalur pergerakan meliputi :
1) Perempatan Institut Teknologi Nasional (ITN) – Pertigaan
Sigura-gura (Poharin);
2) Pertigaan Sigura-gura (Poharin) – Gasek (batas permukiman);
3) Gasek (batas permukiman) – Karang Besuki;
4) Karang Besuki – Merjosari Sawah;
5) Merjosari Sawah – Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha
Dewata);
6) Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha Dewata) – Genting
Utara;
7) Genting Utara – Perumahan Vila Bukit Sengkaling;
8) Perumahan Vila Bukit Sengkaling – Pertigaan Mulyoagung;
9) Pertigaan Mulyoagung – Pertigaan Sengkaling.
b. Jalan Lingkar Timur dengan jalur pergerakan, meliputi :
1) Jalan Kebon Sari;
2) Jalan Satsuit Tubun;
3) Jalan Gadang - Bumiayu;
4) Jalan Mayjen. Sungkono;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 26
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

5) Jalan Raya Ki Ageng Gribig;


6) Jalan Terusan Ki Ageng Gribig;
7) Jalan Raya Bamban, tembus ke pertigaan Karanglo.
c. Rencana pembangunan jalan tembus, dengan jalur pergerakan
meliputi : rute jalan belakang Universitas Muhamadiyah – Jalan
Saxophon – Tunggul Wulung – Jalan Candi Panggung – masuk
sampai ruas Jalan Soekarno-Hatta.
d. Rencana peningkatan sarana penunjang jalan, meliputi :
1) Pengadaan Automatic Traffic Control System (ATCS) pada
persimpangan-persimpangan yang merupakan jalur lintas
utama wilayah kota, yakni persimpangan Jalan Basuki Rahmat
(Kayutangan), persimpangan Sarinah, persimpangan Jalan
Ikhwan Ridwan Rais, pertigaan Janti, persimpangan Jalan
Satsuit Tubun (Kacuk), persimpangan Jalan Laksamana Adi
Sucipto, Perempatan Jalan Sulfat, perempatan Lapangan
Rampal, perempatan Klenteng An En Kiong, hingga ke
kawasan Terminal Hamid Rusdi;
2) Perbaikan dan peremajaan kembali rambu-rambu jalan;
3) Peremajaan dan pengecatan kembali ruas-ruas jalan yang
telah memudar markanya maupun pada jalan-jalan yang
belum dilengkapi marka jalan;
4) Evaluasi pengaruh keberadaan tempat memutar (U-Turn)
pada kelancaran lalu lintas dan tingkat keselamatan pengguna
jalan;
5) Penyediaan halte bagi angkutan umum bus metro, bus kota,
dan angkutan kota;
6) Penyediaan trotoar dan zebra cross pada pusat-pusat kegiatan
untuk memfasilitasi para pejalan kaki;
7) Pengadaan penerangan jalan utama;
8) Perbaikan kondisi fisik jembatan penyeberangan; dan
9) Pemanfaatan sempadan jalan dan sempadan rel kereta api
sebagai RTH.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 27
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

B. Rencana Sistem Prasarana Lainnya, yakni :


a) Sistem jaringan energi/kelistrikan;
b) Sistem jaringan telekomunikasi;
c) Sistem jaringan sumber daya air kota;
d) Infrastruktur perkotaan, yang meliputi : sistem penyediaan air minum
kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota,
sistem drainase kota, prasarana dan sarana jaringan jalan bagi pejalan
kaki, dan jalur evakuasi bencana.

2.5.3 Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah Kota Malang diarahkan pada tujuan
keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang untuk kegiatan sosial, ekonomi,
budaya masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota.
Rencana Pola ruang kota malang terdiri dari Kawasan lindung dan kawasan
budidaya.

A. Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung di Kota Malang dittitikberatkan pada penetapan
fungsi kawasan agar wilayah yang dilindungi dan memiliki fungsi perlindungan
dapat dipertahankan.

Kawasan Lindung Kota Malang Terdiri dari:


1. Kawasan Lindung Setempat
2. Kawasan Rawan Bencana
3. Kawasan Cagar Budaya
4. Kawasan RTH Kota.

Berikut rencana kawasan lindung Kota Malang.


1. Kawasan Lindung Setempat meliputi daerah sekitar sungai atau
sempadan sungai dan sempadan irigasi. Pengamanan dan perlindungan
sekitar sungai atau sempadan sungai baik sungai- sungai besar maupun
kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang menyebabkan atau
merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai atau bangunan di

LAPORAN PENDAHULUAN II - 28
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan


pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan. Mencegah
dan menangkal pembangunan di sepanjang sempadan sungai untuk
kebutuhan sosial, ekonomi dan pembangunan fisik lainnya, kecuali
pembangunan yang digunakan untuk maksud dan tujuan perlindungan
dan pengelolaan sungai. Pembangunan jalan inspeksi di sepanjang
sungai untuk memudahkan pengawasan terhadap berkembangnya
kawasan terbangun pada sempadan sungai maupun alih fungsi lahan
lainnya. Mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan
menjadikan sungai sebagai bagian latar depan. Pelestarian kawasan
lindung setempat juga dilakukan pada kawasan sekitar mata air dan
kawasan sempadan irigasi.
2. Kawasan Rawan Bencana di Kota Malang yaitu kawasan yang memiliki
kecenderungan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Kawasan
Rawan Bencana di Kota Malang yaitu Kelurahan Mergosono,
Madyopuro, Lesanpuro, Kedungkandang, dan Kotalama. Pengurangan
dampak bencana melalui penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari
permukiman penduduk dan pusat-pusat kegiatan perkotaan.
Pelaksanaan rekayasa teknik dan penyediaan fasilitas guna
mengantisipasi terjadinya bencana. Pembangunan pos pemadam
kebakaran pada kawasan perumahan padat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Kawasan cagar budaya meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan
cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan penanda atau jati diri
pembentukan kota. Lingkungan Cagar Budaya meliputi lingkungan
Candi Badut, lingkungan Candi Tidar, lingkungan Gunung Buring, Situs
Tlogomas, dan lingkungan Polowijen. Bangunan cagar budaya meliputi
bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan penanda kota, yaitu
: Balai Kota Malang, Stasiun Kereta Api, Bank Indonesia, Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara, Gereja Kathedral Hati Kudus, Sekolah
Cor-Jessu, Gedung PLN, serta perumahan yang ada di sepanjang Jalan
Besar Ijen, Toko Oen, dan Masjid Agung Jami

LAPORAN PENDAHULUAN II - 29
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

4. Kawasan Ruang terbuka hijau di Kota Malang meliputi RTH Privat dan
RTH Publik. Secara keseluruhan RTH Publik di Kota Malang saat ini,
yaitu : a. RTH Jalur Jalan; b. RTH Taman, monumen dan gerbang kota; c.
RTH Lapangan Olahraga dan makam; d. RTH Hutan Kota dan Taman
Bibit; e. RTH Pengaman Jalur Kereta Api (KA), Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT), Sungai dan Buffer Zone. Secara keseluruhan RTH Privat
di Kota Malang saat ini, yaitu : a. Lingkungan permukiman; b. Taman
kantor; c. Taman gedung komersil.
Rencana penyediaan RTH Publik di Kota Malang seluas kurang lebih
2.350 Ha, meliputi : a. Taman kota seluas kurang lebih 3,5 Ha; b. Taman
rekreasi seluas kurang lebih 10 Ha; c. Hutan kota seluas kurang lebih 11
Ha; d. Cagar alam seluas kurang lebih 0,04 Ha; e. Pemakaman umum
seluas kurang lebih 173 Ha; f. Lapangan olahraga dan upacara seluas
kurang lebih 166 Ha; g. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan
SUTET) seluas kurang lebih 192 Ha; h. Sempadan badan air seluas
kurang lebih 225 Ha; i. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta
api, pipa gas dan pedestrian seluas kurang lebih 283 Ha; j. Kawasan dan
jalur hijau/jalur tengah seluas kurang lebih 24 Ha; k. Penyerahan taman
lingkungan perumahan formal dari pengembang seluas kurang lebih
1.263 Ha.
Rencana penyediaan RTH Privat di Kota Malang seluas kurang lebih
1.383 Ha, meliputi : a. taman lingkungan perumahan dan permukiman,
perkantoran, dan gedung komersial seluas kurang lebih 1.064 Ha; b.
parkir terbuka seluas kurang lebih 319 Ha. (6) Rencana pengembangan
RTH di Kota Malang, meliputi : a. pengadaan lahan untuk RTH Publik; b.
pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH yang ada sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota; c.
pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana d. pengembangan Taman Pintar di
kawasan perumahan Dieng, Araya, dan Permata Jingga; e.
pengembangan Taman Teknologi di alun-alun kota, alun-alun tugu,
vellodrom yang dilengkapi dengan fasilitas gazebo dan shelter; f.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 30
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

pengembangan Lapangan Rampal sebagai taman teknologi, lapangan


pertunjukan, dan pameran; g. peningkatan GOR Ken Arok sebagai taman
olahraga; h. pemeliharaan taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-
baiknya dan berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH masing-masing
lokasi; i. pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum,
serta di puncak gedung, dengan tanaman aerofonik atau hidrofonik, dan
semacamnya oleh pemilik bangunan; j. pengembangan RTH sebagai
zone pengaman pada jalur KA, sempadan sungai, sempadan SUTT, dan
kawasan industri; k. peningkatan fungsi dan pengamanan jalur-jalur
hijau alami, yaitu di sepanjang tepian jalan raya, bawah jalan layang (fly-
over), Tempat Pemakaman Umum (TPU), dan lapangan olahraga dari
okupasi permukiman liar; l. penyediaan jalur hijau dan taman kota di
Sub Wilayah Malang Timur dan Tenggara, dan di setiap jalan lingkar; m.
pemberian ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis yaitu pada
batas-batas kota dan alun-alun kota; n. peremajaan dan peningkatan
kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota, sesuai klasifikasinya; o.
pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada sub wilayah Malang
Timur dan Tenggara; p. pembangunan taman RT dan taman RW di tiap
lingkungan; q. rehabilitasi kawasan taman sebagai pendukung
monumen kota; r. peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH;
s. pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota; t.
penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai
pendukung ikon kota; u. peningkatan pendanaan baik dari pemerintah,
swasta, dan swadaya masyarakat yang memadai untuk program RTH
kota; v. revitalisasi Hutan Kota Malabar; w. peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan RTH; dan x. penerapan perangkat
insentif dan disinsentif pelestarian RTH; y. peningkatan pengawasan
terhadap pelaksanaan rencana-rencana pengembangan agar sesuai
dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam pengembangan RTH;
B. Rencana Kawasan Budidaya

LAPORAN PENDAHULUAN II - 31
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

Rencana kawasan budidaya dititikberatkan pada pengembangan dan


keserasian masing-masing kawasan bagi kegiatan sosial ekonomi
kemasyarakatan. Kawasan budidaya Kota Malang, meliputi :
1. Kawasan perumahan;
2. Kawasan perdagangan dan jasa;
3. Kawasan perkantoran;
4. Kawasan Industri dan Pergudangan;
5. Kawasan pariwisata
6. Ruang evakuasi bencana;
7. Ruang bagi kegiatan sektor informal
8. Kawasan peruntukan lain, yang meliputi :
9. Kawasan pelayanan umum pendidikan;
10. Kawasan pelayanan umum kesehatan;
11. Kawasan pelayanan umum peribadatan;
12. Kawasan pelayanan umum rekreasi dan olahraga.
Berikut rencana pola ruang yang terdapat pada Kota Malang.
1. Rencana Perumahan
Pengembangan perumahan diarahkan pada pembangunan rumah bertingkat
(vertikal) dan layak huni. Pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman ditentukan berdasarkan atas luasan kapling rumah, sebagai
berikut : a. rumah kapling kecil (kepadatan tinggi), luas lahan antara 54 - 120
m2 ; b. rumah kapling menengah (kepadatan sedang), luas lahan antara > 120
600 m2 ; c. rumah kapling besar (kepadatan rendah), luas lahan antara > 600
2.000 m2. Pengembangan kawasan perumahan harus berdasarkan pada
ketentuan, berikut : a. pembangunan rumah tidak boleh merusak kondisi
lingkungan yang ada; b. penataan rumah harus memperhatikan lingkungan
dan harus berpegang pada ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB),
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan
Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang telah ditetapkan; c. pada kawasan-
kawasan atau lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai RTH dan bersifat khusus
dilarang untuk didirikan permukiman; d. penanganan lingkungan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 32
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

permukiman dilakukan dengan pemasyarakatan konsolidasi tanah; e. pada


kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup.
Pengembangan perumahan yang dilakukan oleh pengembang wajib
disertai dengan : a. pembangunan fasilitas umum; b. pembangunan fasilitas
sosial; c. prasarana lingkungan berupa jalan yang menghubungkan ke jalan
sekitar dan jalan utama kota; d. prasarana drainase lingkungan yang
mengalir ke saluran drainase kota; b. taman lingkungan. Lokasi
pembangunan fasilitas umum, fasilitas sosial, dan prasarana lingkungan pada
perumahan wajib dicantumkan dalam rencana tapak (site plan). Penataan
permukiman lingkungan di daerah badan air Sungai Brantas, Sungai Metro,
Sungai Amprong, melalui : a. secara bertahap memindahkan bangunan pada
wilayah sempadan sungai yang dinyatakan sebagai daerah yang rawan
bencana, ke sub wilayah Malang Timur dan Tenggara; b. mengadakan
penataan lingkungan permukiman atau peremajaan lingkungan permukiman
dengan pola membangun tanpa menggusur terhadap kawasan permukiman
yang tidak dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana; c. meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota terhadap
kawasan permukiman yang berada di wilayah luar dari sempadan sungai.

2. Rencana kawasan perdagangan dan jasa


A. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pasar
Tradisional, sebagai berikut :
a) kegiatan perdagangan skala besar untuk jenis sayuran, ikan dan
sejenisnya (pasar basah) tetap menggunakan Pasar Induk Gadang
dan dikembangkan ke arah areal eks Terminal Gadang
b) perdagangan kebutuhan sehari-hari untuk skala kecil dan
menengah dilayani oleh pasar yang tersebar di wilayah, antara
lain Pasar Gadang, Pasar Kebalen, Pasar Madyopuro, Pasar Klojen,
Pasar Tawangmangu, Pasar Blimbing, Pasar Oro-oro Dowo, Pasar
Dinoyo, Pasar Bunul, Pasar Bareng, Pasar Kasin, Pasar Sukun.
B. Rencana pemenuhan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa,
meliputi:

LAPORAN PENDAHULUAN II - 33
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

a) peningkatan kualitas Pasar Besar, Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing,


dan Pasar Tawangmangu serta penambahan Pasar baru di sub
wilayah Malang Timur dan Timur Laut
b) pengembangan Pasar Burung dan Pasar Bunga di Kawasan
Splendid;
c) mengarahkan pendistribusian secara merata fasilitas
perdagangan dan jasa pada pendistribusian di daerah pinggiran;
dan
d) mendorong pengembangan fasilitas perdagangan berupa warung
oleh masyarakat secara swadaya.
C. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pusat
Perbelanjaan, sebagai berikut :
a) perdagangan barang campuran, antara lain garment, elekronika
dan jasa mulai dari Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Jaksa Agung
Suprapto, sepanjang Jalan Letjend. Sutoyo, Jalan Letjend. S.
Parman, Jalan Jend. Ahmad Yani, dan Jalan Raya Sawojajar
b) keberadaan pasar swalayan atau plasa pada kawasan pusat kota
pengembangannya dibatasi dan diarahkan pada kawasan yang
baru berkembang khususnya pada sub pusat pelayanan kota di
luar kawasan pusat kota;
c) kegiatan perdagangan skala besar (grosir) jenis kelontong,
garment, elektronika dan barang pelengkapan sehari-hari dilayani
di sekitar pusat kota yaitu di sekitar Pasar Besar, Pecinan, dan
Kiduldalem;
d) perdagangan alat-alat mobil yang berkembang sepanjang Jalan
Gatot Subroto, Jalan Laksamana Martadinata sampai ke Jalan
Kolonel Sugiono tetap dipertahankan keberadaannya.
D. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa toko
modern, sebagai berikut :
a) pembatasan toko modern yang didirikan di kawasan perumahan;
b) pertokoan dengan tingkat pelayanan lokal yang menjual beraneka
ragam barang yang dibatasi intensitasnya yakni pada kompleks

LAPORAN PENDAHULUAN II - 34
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

pertokoan di Jalan Kawi, Jalan MT. Haryono, Jalan Ikhwan Ridwan


Rais, kawasan Klojen, kawasan Bunul, kawasan Blimbing, Jalan S.
Supriadi, Jalan Laksamana Martadinata, dan Jalan Slamet Riadi;
c) pengembangan kawasan pertokoan baru di sepanjang Jalan Raya
Sawojajar.
E. Pembatasan perdagangan sektor informal dengan skala kecil yang
mempunyai ciri khusus dan dalam jumlah yang besar, tetap
menggunakan lokasi yang ada antara lain Pasar Burung, Pasar Ikan
dan Pasar Bunga di Splendid.
F. Pada kawasan pusat kota dikembangkan gedung parkir yang dikelola
Pemerintah Daerah, swasta atau Pemerintah Daerah bekerjasama
dengan swasta.
G. Pengembangan kawasan perdagangan baru dengan berbagai skala
pelayanan, mulai dari toko atau warung, pertokoan, pasar, grosir,
supermarket yaitu :
a) pusat perdagangan di Gunung Buring, Mulyorejo, dan Sawojajar;
b) pertokoan diarahkan berdekatan dengan fasilitas umum;
c) toko dan warung yang sifatnya eceran dan barang dagangannya
merupakan bahan kebutuhan sehari-hari diarahkan
pengembangannya menjadi satu dengan kawasan atau lingkungan
permukiman; dan d. pengembangan Malang Trade Centre
diarahkan pada sub wilayah Kota Malang Utara yaitu di antara
Mojolangu dan Tunjungsekar atau kawasan LIK dan Jalan Sukarno
Hatta ke arah utara sampai Tasikmadu Karangploso, serta
kawasan Pasar Blimbing dan di sub wilayah Kota Malang Barat,
yaitu di kawasan Pasar Dinoyo
3. Kawasan Perkantoran
Kantor Pemerintah Kota Malang yang terletak di Jalan Tugu,
keberadaannya tetap dipertahankan dan tidak diadakan alih fungsi ataupun
perubahan dalam bentuk penampilan bangunan. Kantor Satuan Kerja
Perangkat Daerah dan perkantoran swasta yang saat ini berada di sekitar
Jalan Tugu perlu dikembangkan ke wilayah Kedungkandang dan lokasi yang

LAPORAN PENDAHULUAN II - 35
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

ada saat ini tetap akan digunakan untuk kawasan perkantoran dengan
intensitas kegiatan yang sedang dengan RTH dan tempat parkir yang
memadai. Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya yang berada di
sekitar Arjosari mulai Jalan Raden Intan ke arah Selatan dan di sepanjang
Jalan Ahmad Yani, di sekitar Sawojajar antara lain Kantor Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM), Kantor BPN, Kantor Pengairan dan Dinas Pekerjaan
Umum, tetap dipertahankan keberadaannya serta ditingkatkan lagi
kondisinya. Pengembangan kawasan perkantoran baru selain perkantoran
yang sudah ada di Jalan Tugu dan kawasan perkantoran yang berada di
sekitar Kelurahan Arjosari, direncanakan di sekitar Kelurahan Sawojajar
sebagai lokasi kawasan perkantoran yang baru. Perkantoran Pemerintah
dengan skala pusat pelayanan kota diarahkan di Kelurahan Arjowinangun.

4. Kawasan Komplek Industri Dan Pergudangan


Rencana Pengembangan komplek industri dan pergudangan terdapat 5
(lima) lokasi, yaitu : a. Kawasan Industri dan pergudangan di Jalan Tenaga; b.
Kawasan Industri dan pergudangan di Bandulan; c. Kawasan Industri dan
pergudangan di Ciptomulyo; d. Kawasan Industri keramik di sepanjang Jalan
Majyend. Panjaitan dan Jalan Mayjend. Haryono; e. Kawasan industri dan
pergudangan di Arjowinangun. Pembatasan pengembangan kawasan
komplek industri dan pergudangan di sekitar Jalan Tenaga, Jalan Bandulan
Barat, dan di Jalan Kolonel Sugiono. Industri rumah tangga yang sudah ada
dapat dikembangkan selama tidak menganggu lingkungan sekitarnya.

5. Kawasan Pariwisata
Kawasan obyek wisata yang diprioritaskan dikembangkan antara lain:
Stadion Gajayana, Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang, Taman
Rekreasi Tlogomas Permai, Sentra Industri Keramik Dinoyo, Kawasan Alun-
alun Merdeka Malang, Hutan Kota Malabar, Kompleks Perguruan Tinggi,
Taman Rekreasi Kota Malang, Sentra Industri Tempe Sanan, Pasar Besar
Malang, dan Kawasan Alun-Alun Tugu, Stasiun Kereta Api, serta perumahan
yang ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, gedung Sarinah dan Masjid Agung
Jami.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 36
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

6. Kawasan Evakuasi Bencana


Pada kawasan rawan bencana perlu ditetapkan suatu kawasan yang
menjadi ruang evakuasi bencana. Penetapan ruang evakuasi bencana
diarahkan pada kawasan, sebagai berikut:
a) pemanfaatan daerah/kawasan yang berada di sekitar lokasi rawan
bencana dengan topografi yang lebih tinggi dari lokasi rawan
bencana;
b) pemanfaatan ruang evakuasi bencana di Buring dapat dilakukan di
Kantor Pemerintahan dengan memanfaatkan bangunan publik
sebagai posko-posko evakuasi bencana seperti balai RW dan kantor
kelurahan;
c) memanfaatkan ruang terbuka dalam bentuk lapangan olahraga
sebagai tempat evakuasi bencana, seperti Lapangan Rampal;
d) jalur evakuasi bencana yang telah ditetapkan di Buring dapat diakses
dengan mudah dalam melakukan evakuasi terhadap bencana yang
terjadi;
e) pencapaian ke lokasi evakuasi bencana dari lokasi bencana di Kota
Malang dapat melalui jalan utama di Kecamatan Kedungkandang
yaitu Jalan Madyopuro, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Muharto dan
Jalan Mayjend Sungkono yang menghubungkan lokasi rawan
bencana di Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro,
Kedungkandang, dan Kotalama menuju lokasi evakuasi bencana.
7. Rencana Ruang Kegiatan Sektor Informal
Rencana penyediaan dan pemanfaatan sektor informal, meliputi : a.
mengarahkan pedagang makanan ke Pasar Besar, Pasar Tugu, Pulosari, Jalan
Gajayana dan di sekitar Taman Krida Budaya; b. mengarahkan pedagang jenis
buku ke Jalan Wilis dan kawasan Vellodrome; c. mengarahkan pedagang
onderdil sepeda dan motor ke wilayah Comboran; d. mengarahkan pedagang
kredit mikro, fasilitas, dan bantuan teknis; e. menciptakan kerjasama antara

LAPORAN PENDAHULUAN II - 37
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

ekonomi informal dengan pemerintah, masyarakat, LSM, dan sektor swasta.


Pengaturan lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dilakukan, sebagai berikut : a.
lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) diarahkan pada setiap pengembangan
pusat- pusat pelayanan selain di pusat kota yaitu di Mulyorejo, Dinoyo,
Buring, dan Blimbing dengan memberikan tempat khusus; b. pengembangan
areal khusus untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan bangunan permanen
yang terdiri dari beberapa stand/los untuk tiap jenis dagangan Pedagang
Kaki Lima (PKL) diarahkan di belakang Industri Gadang (areal Pasar Induk
Gadang sebelah selatan); c. pengembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
sekitar koridor jalan-jalan utama Daerah (jenis jalan arteri dan kolektor)
diarahkan hanya di satu sisi jalan, dan satu sisi jalan lainnya digunakan untuk
parkir; d. keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan pusat kota
ditertibkan dan direlokasi ke Jalan Sriwijaya, Jalan Sutan Syahrir, Jalan Kyai
Tamin dan Jalan Ronggolawe; e. beberapa kawasan yang termasuk jalur hijau
antara lain Alun-alun atau Jalan Merdeka dan sekitarnya, jalur hijau di tengah
jalan kembar Perumahan Sukun Permai, di sekitar Jalan Mahakam, lokasi
disekitar rel kereta api, tidak diperbolehkan digunakan sebagai lokasi
Pedagang Kaki Lima (PKL); f. pengembangan kawasan Pedagang Kaki Lima
(PKL) dapat dilakukan pada tanah-tanah, sebagai berikut : 1. Areal bekas
stasiun kereta api di Jagalan, sekitar Pulosari dengan memanfaatkan tanah
bekas rel lori angkutan tebu; 2. Di sekitar lokasi Kelurahan Lesanpuro
dengan adanya perkembangan permukiman sekitar Sawojajar dan Gunung
Buring; dan 3. PKL buku dikembangkan pada lokasi yang dekat dengan
tempat pendidikan antara lain perguruan tinggi dengan lokasi di belakang
Pasar Dinoyo.
8. Kawasan Peruntukan Lainnya.
A. Pengembangan fasilitas umum pendidikan dilakukan untuk
memenuhi skala pelayanan lokal, regional, dan nasional.
Pengembangan fasilitas umum pendidikan yang ada di wilayah Kota
Malang, sebagai berikut:
a) pengembangan kawasan pendidikan tinggi di sekitar Dinoyo
Sumbersari;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 38
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

b) untuk perkembangan di masa yang akan datang, keberadaan


perguruan tinggi yang ada tetap dipertahankan dan untuk
pengembangannya disebarkan ke seluruh wilayah Kota Malang; c.
pengembangan Lembaga pendidikan setara D1 atau D3 yang
mengelompok di sekitar kawasan pendidikan tinggi
dikembangkan secara terbatas dan diarahkan mendekati
Perguruan Tinggi yang dikembangkan secara menyebar
khususnya pada sub wilayah kota Malang Utara dan sub wilayah
Kota Malang Timur.
c) Pengembangan fasilitas umum pendidikan tinggi diarahkan pada :
a. sub wilayah Kota Malang Utara, yakni sekitar Kelurahan
Tasikmadu Tunjungsekar (Kecamatan Lowokwaru); b. sub
wilayah Kota Malang Timur, yakni di sekitar wilayah Gunung
Buring, Kelurahan Kedungkandang dan Lesanpuro, sekaligus
untuk memacu perkembangan wilayah dan pertumbuhan
permukiman di kawasan Gunung Buring dan sekitarnya.
d) Rencana pemenuhan fasilitas umum pendidikan, meliputi : a.
peningkatan kualitas fasilitas pendidikan berupa pemeliharaan
serta perbaikan yang diutamakan untuk bangunan yang
mengalami kerusakan, serta peningkatan pelayanan fasilitas
pendidikan dimulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi; b.
peningkatan perpustakaan Daerah sebagai pusat pendidikan dan
pariwisata; c. pembangunan tempat-tempat pelatihan di lokasi
strategis kawasan pendidikan dan perkantoran; d. pemanfaatan
ruko sebagai tempat kursus pendidikan, seni, dan olahraga, di
sekitar kawasan pendidikan; e. pembangunan sekolah
internasional berupa sekolah model (Malang International
Education Park/MIEP) dan Poltekom di Pusat Pelayanan Kota
Malang Tenggara.
B. Pengembangan fasilitas umum pelayanan kesehatan dilakukan dengan
:
a) mempertahankan lokasi rumah sakit yang ada;

LAPORAN PENDAHULUAN II - 39
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

b) mengembangkan rumah sakit pada sub wilayah Kota Malang


Utara, Malang Barat, dan Malang Timur
c) mengembangkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada
masing-masing sub wilayah kota dan Puskesmas pembantu pada
masing-masing skala lingkungan wilayah kota.
d) Rencana pemenuhan fasilitas umum kesehatan, meliputi : a.
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan; b. penambahan
fasilitas kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu, posyandu, apotik dan klinik KB, serta balai pengobatan
yang persebarannya merata di setiap kecamatan.
C. Rencana pemenuhan fasilitas umum peribadatan, meliputi :
a) pemeliharaan bangunan fasilitas peribadatan
b) konservasi untuk fasilitas peribadatan yang mempunyai nilai
historis/arsitektur tinggi
c) pengembangan fasilitas peribadatan sesuai dengan perbandingan
jumlah pemeluk agama-agama;
d) pembangunan Asrama Haji, termasuk di dalamnya Islamic Center.
D. Rencana pemenuhan fasilitas umum rekreasi dan olahraga, meliputi :
a. pembangunan taman olahraga (sport centre) di Kedungkandang,
yang dilengkapi dengan sirkuit, gokart, pacuan kuda, golf, kolam
pancing, motorcross, dan olahraga air; b. pengembangan pasar seni
dan Malang Convention Centre yang berlokasi di Kedungkandang; c.
pengembangan fasilitas rekreasi; d. pengembangan wisata kuliner di
Pasar Besar, Pasar Tugu, Pulosari, dan Kawasan Vellodrome; e.
pengembangan lapangan olahraga di areal pendidikan dan
permukiman; f. pengembangan kawasan Kayutangan, kawasan
Pecinan, kawasan Kauman, dan kawasan Besar Ijen sebagai kawasan
wisata budaya; g. penyediaan pusat informasi wisata dalam dan luar
negeri.

LAPORAN PENDAHULUAN II - 40
Penyusunan Database Jalan Lingkungan di Kawasan Perkotaan Pamekasan

LAPORAN PENDAHULUAN II - 41

Anda mungkin juga menyukai