BAB
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 3
3.1 KETERKAITAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LAINNYA
3.1.1 Peraturan Perundang-undangan tentang Pemerintah Daerah
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 – 2031 di Kecamatan Banyuresmi
yaitu sebagai berikut:
A. Rencana Sistem Perkotaan Banyuresmi
a. Menurut arahan struktur ruang Kecamatan Banyuresmi sebagai Pusat Pelayanan
Kegiatan (PPK).
b. Menuru arahan RTRW juga 2 (dua) desa di Kecamatan Banyuresmi masuk ke PKL
(Pusat Kegiatan Lokal) Perkotaan Garut yaitu Desa Pamekarsari dan Desa
Sukasenang. Kedua desa ini lebih lanjut tidak akan dimasukan kedalam deliniasi
Perkotaan Banyuresmi.
B. Rencana Sistem Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat yang terdiri dari sistem jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dan jaringan pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan.
Tabel 3.1 Rencana Sistem Prasarana Lainnya Menurut RTRW Kabupaten Garut
di Kecamatan Banyuresmi
Kawasan Perkotaan Kecamatan Banyuresmi meliputi ruang darat dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka ketentuan penataan ruang yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang adalah sebagai berikut.
1. Pasal 1 ayat (29) menetapkan bahwa kawasan strategis provinsi adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
2. Pasal 8 ayat (1) menetapkan bahwa wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi :
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional; dan
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional;
3. Pasal 13 ayat (3) menetapkan bahwa pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pembinaan penataan ruang menurut
kewenangannya masing-masing.
4. Pasal 14 ayat (1) menetapkan bahwa Perencanaan tata ruang dilakukan untuk
mengasilkan :
a. Rencana umum tata ruang ; dan
b. Rencana rinci tata ruang
5. Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat (3) ditetapkan bahwa rencana rinci tata ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas
a. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional;
b. Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
c. Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota.
6. Kemudian masih dalam Pasal 14 tetapi pada ayat (4) ditetapkan bahwa rencana rinci
tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas disusun sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang.
7. Pasal 14 ayat (5) menetapkan bahwa Rencana rinci tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b disusun apabila:
a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala
peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah meliputi:
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategi
pengembangan kawasan lindung; kebijakan dan strategi pengembangan kawasan
budidaya; dan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan
kawasan strategis nasional meliputi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan
budaya nasional; peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya
bangsa; pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai
warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan.
Pertanian
Industri
Perikanan
Pertambangan
Panas Bumi
Minyak dan gas bumi
pemberian izin pemanfaatan ruang. Kebijakan mengenai insentif dan disinsentif juga
diperlukan dalam rangka mendukung upaya pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang.
Pasal 58 Ayat (2): Persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota dapat didekonsentrasikan kepada gubernur;
Pasal 62 Ayat (2):Persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana detail tata ruang dapat
didekonsentrasikan kepada gubernur; dan
Pasal 68 ayat (2): Persetujuan substansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terhadap rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten
dapat didekonsentrasikan kepada gubernur.
3.2.3 Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa
Barat
Jawa Barat menegaskan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang tertuang dalam
Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 terdiri atas:
Urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah sebagai berikut:
a) Pengelolaan sumber daya alam dan bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai,
lintas Kabupaten/Kota.
b) Pengembangan dan [engelolaan system irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi
yang luasnya 1000 ha – 3000 ha, dan daerah irigasi lintas Kabupaten/Kota.
c) Pengelolaan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum lintas Daerah
Kabupaten/Kota.
d) Pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan regional.
e) Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional.
f) Pengelolaan dan pengembangan system drainase yang terhubung langsung dengan sungai
lintas Kabupaten/Kota.
g) Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di kawasan strategis Provinsi
h) Penetapan bangunan gedung untuk kepentingan strategis Daerah Provinsi.
i) Penyelenggaraah bangunan gedung untuk kepentingan strategis Daerah Provinsi.
Selanjutnya dalam Pasal 12 disebutkan bahwa urusan pemerintah wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar terdiri atas 6 urusan yaitu pendidikan, kesehatan, pekerjaan
umum, penataan ruang, perumahan rakyat, kawasan permukiman, ketenteraman,
ketertiban umum, pelindungan masyarakat, dan sosial. Sedangkan urusan pemerintahan
wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar yaitu meliputi urusan tenaga kerja,
pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pangan, pertanahan, lingkungan hidup,
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan desa,
pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan
informatika, koperasi dan UKM, penanaman modal, kepemudaan dan olah raga, statistic,
persandian, kebudayaan, perpustakaan dan kearsipan. Selain urusan wajib, terdapat
urusan pemerintah pilihan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan,
pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan,
perindustrian dan transmigrasi.